Anda di halaman 1dari 8

Nama : Nurhadija

NIM : A031181348

Mata Kuliah : Akuntansi Biaya Dan Manajemen Islam

KONSEP KEHIDUPAN BERKELANJUTAN DAN BIAYA PRODUKSI


DALAM PERSPEKTIF ISLAM

1. EVALUASI ELEMEN DAN PERHITUNGAN HARGA POKOK


KONVENSIONAL

Penyusunan harga pokok produk yang selama ini di kenal dalam akuntansi biaya
konvensional masih sebatas pada biaya yang terserap untuk menghasilkan produk. Garrison
dan Norren yang diterjemahkan oleh Budisantoso (2000) menyatakan “Harga pokok
produksi merupakan biaya manufaktur yang berkaitan dengan barang- barang yang
diselesaikan dalam periode tertentu” (h.61). Harga pokok memiliki fungsi sebagai berikut: 

1. Harga pokok sebagai penetapan harga jual.


2. Harga pokok sebagai dasar penetapan laba.
3. Harga pokok sebagai dasar penilaian efisiensi
4. Harga pokok sebagai dasar pengambilan berbagai keputusan manajemen. 

Konsep penentuan harga pokok seperti tersebut di atas sifatnya egois(Alimuddin, et


al.2014) karena hanya mempertimbangkan beban atau biaya yang terserap saja kedalam
produk. Sementara akibat negatif yang ditimbulkan dari proses produksi seperti limbah
yang dihasilkan yang mengganggu keberlangsungan kehidupan umat manusia dan mahluk
lainnya belum mendapat perhatian dalam menyusun konsep harga pokok produktersebut.
Bahkan, dalam pandangan kapitalisme, biaya untuk memperbaiki lingkungan dan sosial
yang rusak akibat menghasilkan produk bukan menjadi tanggungjawab produsen tetapi
menjadi tanggungjawab pemerintah sebagai konsekuensi perusahaan sudah membayar
pajak.

Di dalam Islam, setiap umat manusia dituntut untuk berlaku adil, baik berlaku adil
pada diri sendiri maupun pada lingkungan dan orang lain. Keadilan dalam memenuhi
kebutuhan diri sendiri merupakan dasar untuk berlaku adil dan ihsan pada orang atau
mahluk lainnya. Itulah sebabnya, setiap orang atau perusahaan dilarang untuk merusak
lingkungan dan sosial setelah Allah swt memperbaikinya. Ini tidak berarti Islam melarang
umatnya untuk berproduksi.

Pada dasarnya aktivitas produksi sangat dianjurkan dalam agama Islam karena
melalui aktivitas produksi akan bisa tercipta kesejahteraan dan menjalankan perintah untuk
memakmurkan dunia ini. Namun demikian, aktivitas produksi diharapkan tidak merusak
lingkungan dan mengganggu kehidupan masyarakat dimana perusahaan beroperasi. Akan
tetapi jika proses produksi tersebut belum bisa menekan kerusakan lingkungan dan sosial
maka produsen diharuskan memperbaiki atau melestarikan lingkungan dimana perusahaan
beroperasi. Konsekuensinya akan terjadi pengeluaran biaya lingkungan dan sosial dan
bagaimana memperlakukannya.

Keadilan sebagai salah satu nilai universal yang dijunjung tinggi dan menjadi
dambaan dan harapan umat manusia kapan pun dan dimana pun mereka berada. Dalam
pandangan Islam, adil merupakan norma paling utama dalam seluruh aspek perekonomian
(Qardhawi, 2000: 182-3) yang berarti setiap transaksi yang dilakukan secara adil terhadap
semua pihak. Bahkan, adil adalah salah satu asma Allah. Dalam kaitannya dengan bisnis,
keadilan bukan hanya kebutuhan dari salah satu pihak dalam jual-beli tetapi yang lebih
hakiki adalah dambaan setiap orang, baik penjual maupun pembeli.

2. KONSEP KEHIDUPAN BERKELANJUTAN

Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan yang juga Duta Besar Kehormatan Jeju
Island dan Busan Metropolitan City Korea Selatan, Rokhmin Dahuri menyampaikan konsep
“The Application of Industry 4.0-Based Technologies and Circular Economy in Developing
a Prosperous, Peaceful and Sustainable World: a Lesson Learned from Indonesia" dalam
leaders round table discussion pada 2019 Sustainable Development Jeju International
Conference di Hotel Maison Glad, Jeju Island, South Korea.

Dalam kesempatan tersebut, Rokhmin memaparkan, untuk mewujudkan tujuan


pembangunan berkelanjutan atawa sustainable development goals, yakni dunia yang
sejahtera (prosperous), aman (peaceful), dan berkelanjutan (sustaianable), maka umat
manusia harus memperbaiki cara-cara dalam membangun perkenomian dan perilaku kita
hidup di planet bumi ini, baik pada tataran paradigmatik maupun tataran praksis (teknis
operasional).

Sebab kapitalisme yang merupakan satu-satunya paradigma atau sistem kehidupan


manusia yang dianut oleh sebagian besar bangsa-bangsa di dunia sejak tahun 1800-an, telah
menimbulkan sejumlah permasalahan bahkan mengancam kelestarian (sustainability)
ekosistem planet bumi ini. Maka sebab itu, paradigma kapitalisme mesti diganti dengan
paradigma kehidupan yang menuntun manusia bahwa manusia itu bukan hanya terdiri dari
fisik (lahiriah), tetapi juga rohani, ruh, dan jiwa. Karenanya, kebahagian tidak mungkin bisa
dipuaskan oleh harta, tahta, popularitas dan hal-hal duniawi lainnya. Tapi, mesti dengan
kedamaian hati dan jiwa.

Di sisi lain, bahwa sumber daya alam dan kekayaan itu bukan milik manusia, tetapi
hanya titipan dari Tuhan, yang diperoleh melalui ikhtiar dan doa manusia. "Maka, kekayaan
tidak boleh terkonsentrasi oleh segelintir orang dan kehidupan di dunia ini hanya sementara,
kehidupan yg hakiki dan abadi adalah di akhirat," terang dia. Menurut Rokhmin, pada
tataran praksis, dua agenda besar harus dilakukan secara simultan dan terintegrasi. Pertama,
agenda untuk meningkatkan daya dukung (carrying capacity) lingkungan bumi kita dalam
menghasilkan sumber pangan, bahan untuk pakaian, bahan farmasi, bahan untuk perumahan
dan bangunan lain, bahan tambang dan mineral, tempat untuk rekreasi, dan bahan serta jasa
lingkungan lainnya yang dibutuhkan oleh manusia. Lalu, bagaimana kita meningkatkan
ekosistem bumi dalam menetralisir limbah.  Kedua, agenda untuk mengatur supaya
konsumsi (penggunaan) manusia terhadap pangan, bahan pakaian, farmasi, bahan bangunan,
bahan tambang dan mineral, dan barang lainnya tidak berlebihan, secukupnya saja. Selain
itu, kegiatan pembangunan, industri, dan aktivitas manusia lainnya juga tidak boleh
membuang limbah, emisi karbon dan gas rumah kaca lainnya melebihi kapasitas asimilasi
(menetralisir) eksosistem alam.

Walaupun setiap orang mendapatkan kesempatan yang adil untuk berusaha, tetapi
tidak berarti mereka seenaknya memproduksi barang tanpa batas. Melainkan mereka harus
berusaha dalam bingkai norma, etika, dan moral Islam. Norma Islam dalam perdagangan
adalah melarang pengedaran barang-barang haram dan tidak baik karena akan merusak
kesehatan diri manusia (fisik, akal, dan jiwa) dan lingkungannya sehingga semakin jauh dari
Sang Penciptanya. Sedangkan etika Islam dalam berusaha adalah tidak ada usaha yang
saling mematikan di antara setiap perusahaan atau pelaku usaha. Dan tidak mengambil
keuntungan yang berlebih dari setiap harga jual yang ditetapkan merupakan aspek moral
dalam Islam.

3. KONSEP HARGA POKOK BERKELANJUTAN

Kesinambungan kegiatan perusahaan akan sangat ditentukan oleh kemampuannya


menjaga keseimbangan kebutuhan para stakeholders dan lingkungannya. Ketidakadilan
dalam pemenuhan kebutuhan tersebut akan menciptakan ketidakseimbangan dalam
menjalankan aktivitas perusahaan yang bisa bermuara pada kegagalan perusahaan meraih
cita-citanya atau visi dan misinya. Akibatnya, cepat atau lambat perusahaan tersebut tidak
dapat melanjutkan aktivitas usahanya.

Ketidakadilan bisa terjadi karena kuatnya perhatian hanya kepada pemilik


perusahaan (principal) dan mengabaikan kepentingan stakeholders lainnya. Atau perhatian
perusahaan hanya tertuju kepada kelompok tertentu, misalnya pemilik, karyawan, dan
pemerintah tetapi mengabaikan kepentingan masyarakat disekitar tempat usaha dan
lingkungan dimana perusahaan beroperasi.
Keadilan pada diri sendiri dalam penentuan harga pokok produksi apabila semua
biaya atau beban yang terserap atau yang terjadi untuk menghasilkan suatu produk
diperhitungkan sebagai harga pokok produk. Beban tersebut meliputi beban atas bahan yang
digunakan, beban tenaga kerja yang terlibat langsung atau tidak langsung di dalam
mengolah bahan menjadi barang jadi, serta beban lainnya yang terjadi selama proses
produksi.

Beban bahan merupakan harga pokok semua bahan yang digunakan dalam proses
produksi. Bahan tersebut meliputi bahan baku dan bahan pembantu. Pengadaan bahan
tersebut harus menjunjung efisiensi tetapi tidak kikir di dalam pengadaan, penyimpanan, dan
pemakaiannya. Pemborosan dan kikir adalah perbuatan yang bertentangan dengan prinsip
kesinambungan.

Sementara upah/gaji yang adil apabila memenuhi dua unsur utama, yaitu memenuhi
kebutuhan karyawan dan profesionalisme karyawan. Kebutuhan karyawan merupakan
kebutuhan hidup yang layak untuk hidup di dunia dan bekal di akhirat. Oleh karena itu, jenis
kebutuhan karyawan meliputi kebutuhan untuk hidup dengan keluarga (diantaranya
kebutuhan sandang, pangan, perumahan, transportasi, dan komunikasi), kebutuhan
pendidikan untuk anak-anak mereka, kebutuhan kesehatan karyawan dan keluarganya,
kebutuhan beribadah (meliputi: kebutuhan untuk melaksanakan rukun Islam, yaitu haji,
zakat, infaq, dan sadaqah) (Alimuddin, et al. 2014). Sedangkan profesionalisme karyawan
merupakan salah satu komponen penentuan besarnya upah karyawan guna mendorong
produktivitas dan efisiensi karyawan dalam melaksanakan aktivitasnya.

Untuk beban produksi lainnya adalah beban yang terjadi selama proses produksi,
selain kedua jenis biaya tersebut di atas. Beban tersebut meliputi beban depresiasi, beban
pemeliharaan, beban listrik, dan lain sebagainya.

Sementara keadilan pada lingkungan beranggapan bahwa akibat beroperasinya


perusahaan akan terjadi pengrusakan lingkungan yang bisa menyebabkan terganggunya
ekosistem dan terganggunya keberlangsungan hidup umat manusia. Tidaklah pantas, sebuah
perusahaan yang mengemban amanah dan memiliki tugas mulia untuk memakmurkan dunia
(Estes, 1996) justru merusak lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, sudah selayaknya
perusahaan mengembalikan kondisi lingkungan tersebut sebagaimana yang terjadi sebelum
perusahaan beroperasi. Semua biaya yang dikeluarkan untuk memperbaiki dan menjaga
kesinambungan lingkungan dimana perusahaan beroperasi menjadi komponen harga pokok
produk.

Di lain pihak, dengan beroperasinya perusahaan akan menimbulkan juga dampak


negatif kepada msyarakat disekitarnya, khususnya kepada mereka yang tidak berhubungan
dengan perusahaan. Oleh karena itu, keadilan kepada masyarakat disekitar perusahaan perlu
juga dilakukan agar terjadi keharmonisan dengan penduduk disekitarnya. Beban dalam
jumlah tertentu perlu dikeluarkan oleh perusahaan untuk menekan dampak sosial dari
keberadaan perusahaan tersebut dan pada kahirnya akan tercipta kehidupan yang lebih
harmonis. Biaya tersebut antara lain meliputi: biaya kesehatan, biaya pendidikan, biaya
penerangan, biaya transportasi, dan lain sebagainya. Hal ini sejalan dengan perintah agama
Islam bahwa apabila engkau memasak dan baunya tercium oleh tetanggamu maka
perbanyaklah kuahnya, lalu berikan sebagian kepada tetanggamu agar dengan itu kamu
memperoleh kebaikan (HR. Muslim).

Penambahan biaya pelestarian lingkungan pada harga pokok produk konvensional


dimaksudkan untuk mengembalikan kondisi lingkungan atau mengurangi kerusakan
lingkungan akibat keberadaan perusahaan. Biaya ini menjadi penambah biaya produksi
karena akibat beroperasinya perusahaan menyebabkan terjadinya kerusakan lingkungan dan
biaya ini harus ditanggung oleh pemakai produk bukan dari adanya keuntungan perusahaan.

Sedangkan penambahan biaya sosial pada perhitungan harga pokok produk


dimaksudkan untuk menghindari kecemburuan sosial akibat adanya sebagian penduduk
disekitar perusahaan yang tidak mendapatkan pekerjaan. Biaya lingkungan dan sosial
merupakan elemen harga pokok produk yang harus ditanggung oleh pengguna produk dan
tidak perlu menunggu sampai perusahaan mendapatkan keuntungan kemudian
mengeluarkan biaya tersebut.
Berdasarkan konsep harga pokok berkelanjutan tersebut pada dasarnya
mempertimbangkan kebutuhan diri sendiri pengusaha dan karyawan (harga pokok produk
konvensional), kebutuhan lingkungan, dan kebutuhan masyarakat di sekitar perusahaan.
Perhatian pada ketiga faktor tersebut akan menciptakan kesinambungan usaha di masa yang
akan datang. Dengan demikian, konsep harga pokok berkesinambungan.

4. KEUNGGULAN KONSEP HARGA POKOK BERKELANJUTAN DENGAN


HARGA POKOK KONVENSIONAL

Melalui Penentuan Harga Pokok Produk Berkesinambungan kita dapat Menikmati


Kebahagian Hidup.

a. Keseimbangan

Konsep keadilan yang menyeimbangkan antara kebutuhan diri sendiri dengan


kebutuhan lingkungan dan sosial kemasyarakatan akan tercipta melalui penerapan nilai
keadilan di dalam perhitungan harga pokok produksi. Dengan demikian akan tercipta
keseimbangan kehidupan antara perusahaan dengan masyarakat sekitarnya dan
lingkungannya.

b. Hidup nyaman dan aman

Hidup nyaman dan aman menjadi dambaan umat manusia. Penentuan harga pokok
produk dengan memasukkan unsur biaya lingkungan dan biaya sosial kemasyarakatan
menjadi sarana untuk mencapai dambaan tersebut. Pelestarian lingkungan seperti sebelum
beroperasinya perusahaan akan menghasilkan lingkungan yang bersih dan nyaman, baik
bagi kehidupan umat manusia maupun habitat lainnya. Demikian juga pemberian santunan
kepada masyarakat di sekitar perusahaan yang terkena dampak negatif dari keberadaan
perusahaan dan untuk mencegah ketimpangan pengahasilan antara mereka yang bekerja
dengan yang tidak mendapat kesempatan untuk bekerja pada perusahaan akan menciptakan
kehidupan yang tenteram dan aman, sehingga tidak perlu terjadi kecemburuan sosial.
c. Kesinambungan usaha

Terjadinya lingkungan yang bersih dan nyaman serta kehidupan yang tenteram dan
aman akan mendorong keberlangsungan usaha berlangsung. Para pekerja akan betah
bekerja karena lingkungan usaha yang kondusif, baik dari segi kebersihan dan kenyamanan
maupun keamanan. Akibatnya kesinambungan usaha akan terjamin.

d. Kesinambungan kehidupan

Pelestarian lingkungan akan menjamin kesinambungan kehidupan antara generasi


sekarang dengan generasi yang akan datang. Dengan demikian, masyarakat atau perusahaan
tidak lagi bertindak untuk menghabiskan sumber daya alam guna kemakmuran generasinya
tetapi juga akan berusaha hanya untuk memenuhi kebutuhannya yang tidak berlebih-
lebihan. Hal ini dilakukan untuk menjamin kehidupan generasi berikutnya. Akibatnya
kehidupan di dunia ini akan semakin nyaman dan tidak menakutkan.

REFERENSI
Alimuddin, Andi Kusumawati, Muhammad Ashari, dan Muhammad Irdham. 2014.
Production Costing Concept Based on Islamic Justice Value. IOS Journal of Business
and Management. Vol. 16. Issue 7. Ver. III. Juli. (AKA-2014).

Makalah Biaya Produksi. 2019. https://samakarim.wordpress.com/2019/06/02/makalah-ekonomi-


biaya-produksi/

Tokohkita. 2019. Begini Pendekatan Pembangunan Berkelanjutan dalam Paradigma


Pancasila. https://www.tokohkita.co/read/20190619/522/begini-pendekatan-
pembangunan-berkelanjutan-dalam-paradigma-pancasila (07/03/2021)

Anda mungkin juga menyukai