Anda di halaman 1dari 8

TEORI PRODUKSI ISLAM

Disusun Oleh:

Annisa Diva Pratiwi (22.03.4262)

Nancy Qonita (22.03.4271)

Thesya Sakia Putri (22.03.4277)

A. PENDAHULUAN
Dalam dunia usaha banyak sisi yang harus diperhatikan baik dalam pemasaran,
persaingan pasar, penentuan segmentasi pasar dan tak kalah pentingnya adalah dalam hal
produksi, karena jika kita berbicara masalah skala usaha yang tergolong kecil bahkan
sampai kita berbicara perusahaan yang terbesit pertama kali adalah hal produksinya
karena hal pertama yang akan dijual atau dipasarkan itu adalah produk yaitu sesuatu yang
dihasilkan dari produksi. Pada dasarnya, masalah ekonomi terdiri atas masalah produksi,
konsumsi, dan distribusi.
Permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah:
1) Apa pengertian dari produksi?
2) Apa tujuan dan faktor produksi?
3) Produksi apa saja yang diharamkan islam?
B. PEMBAHASAN
Pengertian Produksi
Kegiatan produksi dalam perspektif ekonomi Islam adalah terkait dengan manusia
dan eksistensinya dalam aktivitas ekonomi, produksi merupakan kegiatan menciptakan
kekayaan dengan pemanfaatan sumber alam oleh manusia. Berproduksi lazim diartikan
menciptakan nilai barang atau menambah nilai terhadap sesuatu produk, barang dan jasa
yang diproduksi itu haruslah hanya yang dibolehkan dan menguntungkan (yakni halal
dan baik) menurut Islam.
Secara teknis, produksi adalah proses mentransformasi input menjadi output,
tetapi definisi produksi dalam pandangan ilmu ekonomi jauh lebih luas. Pendefinisian

1
produksi mencakup tujuan kegiatan menghasilkan output serta karakter-karakter yang
melekat padanya. Beberapa ahli ekonomi islam memberikan definisi yang berbeda
mengenai pengertian produksi, meskipun substansinya sama.
Menurut Karf (1992), mendefinisikan kegiatan produksi dalam perspektif islam
sebagai usaha manusia untuk memperbaiki tidak hanya kondisi fisik materialnya, tetapi
juga moralitas sebagai saran untuk mencapai tujuann hidup sebagaimana digariskan
dalam agama islam, yaitu kebahagiaan dunia dan akhirat. Al – Haq (1996) juga
menyatakan bahwa tujuan dari produksi adalah memenuhi kebutuhan barang dan jasa
yang merupakan Fardlu Kifayah yaitu kebutuhan yang bagi banyak orang pemenuhannya
bersifat wajib.
Dalam definisi – definisi tersebut, terlihat sekali bahwa kegiatan produksi dalam
perspektif ekonomi islam pada akhirnya mengerucut pada manusia dan eksistensinya,
meskipun definisi – definisi tersebut berusaha mengelaborasi dari perspektif yang
berbeda. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa kepentingan manusia yang sejalan
dengan moral islam, harus menjadi fokus atau target dari kegiataan produksi. Produksi
Islam adalah proses mencari, mengalokasikan dan mengolah sumber daya menjadi output
dalam rangka meningkatkan mashlahah bagi manusia.

Tujuan dalam Produksi


Dalam Islam memproduksi sesuatu bukanlah sekadar untuk dikonsumsi sendiri
atau dijual ke pasar. Dua motivasi tersebut belumlah cukup, Islam pada prinsipnya
menekankan kegiatan produksi yang tidak hanya berhenti pada fungsi ekonominya saja
tetapi juga harus bisa sejalan dengan fungsi sosial, sehingga untuk mencapai fungsi sosial
kegiatan produksi harus mencapai surplus. Hal ini sesuai dengan kutipan surat Al Hadid
57:7
“Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian dari
hartamu yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya. Maka orang-orang yang
beriman di antara kamu dan menafkahkan (sebagian) dari hartanya memperoleh pahala
yang besar.”
Melalui konsep tersebut, kegiatan produksi harus bergerak di atas dua garis
optimalisasi. Tingkat optimal pertama adalah mengupayakan berfungsinya sumber daya

2
insani ke arah pencapaian kondisi full employment, dimana semua orang bekerja dan
menghasilkan suatu karya kecuali mereka yang udzur syar’i seperti sakit dan lumpuh.
Optimalisasi yang kedua adalah memproduksi kebutuhan primer (dharuriyyat), sekunder
(hajiyyat) dan tersier (tahsiniyyat) secara proporsional, sehingga tidak saja harus halal
tetapi juga harus baik dan bermanfaat (thayyib).
Berbeda dengan ekonomi konvensional yang mengedepankan memaksimalkan
keuntungan dan kepuasan (maximization profit and utility), tujuan yang ingin dicapai
oleh kegiatan produksi dalam perspektif Islam adalah kecukupan setiap individu, usaha
yang mencukupi kebutuhan ekonomi umat dan kontribusi untuk mencukupi kebutuhan
umat dan bangsa lain. Pendapat lain yang mejelaskan mengenai tujuan produksi dalam
perspektif Islam adalah menyediakan barang dan jasa yang memberikan mashlahah
maksimum bagi konsumen. Secara lebih spesifik, tujuan kegiatan produksi adalah
meningkatkan kemashlahatan yang bisa diwujudkan dalam berbagai bentuk, diantaranya
adalah:
1. Pemenuhan kebutuhan manusia pada tingkatan moderat
2. Menemukan kebutuhan masyarakat dan pemenuhannya
3. Menyiapkan persediaan barang dan jasa di masa depan
4. Pemenuhan sarana bagi kegiatan social dan ibadah kepada Allah.

Faktor – faktor produksi


Dalam istilah ekonomi, produksi merupakan suatu siklus kegiatan – kegiatan
ekonomi untuk menghasilkan barang atau jasa tertentu dengan memanfaatkan faktor –
faktor produksi dalam jangka waktu tertentu. Terdapat beberapa faktor sebagai alat
produksi, yaitu;
1. Tanah/alam
Islam telah mengakui tanah sebagai suatu faktor produksi tetapi tidak setepat
dalam arti sama yang digunakan di zaman modern. Dalam tulisan klasik yang
dianggap sebagai suatu faktor produksi penting mencakup semua sumber daya
alam yang digunakan dalam proses produksi, umpamanya permukaan bumi,
kesuburan tanah, sifat-sifat sumber-sumber daya, udara, air mineral dan
seterusnya.

3
2. Tenaga kerja
Buruh merupakan faktor produksi yang diakui di setiap sistem ekonomi terlepas
dari kecenderungan ideologi mereka.
3. Modal
Suatu sistem ekonomi islam harus bebas dari bunga. Dalam sistem itu bunga tidak
diperkenankan memainkan pengaruhnya yang merugikan pekerja, produksi dan
distribusi.
4. Organisasi
Terdapat 4 peranan organisasi dalam ekonomi islam:
a) Dalam ekonomi Islam yang pada hakikatnya lebih berdasarkan ekuiti
(equity-based) daripada berdasarkan pinjaman (loan-based), para manajer
cenderung mengelola perusahaan yang bersangkutan dengan pandangan
untuk membagi deviden dikalangan pemegang saham atau berbagi
keuntungan diantara mitra suatu usaha ekonomi.
b) Sebagai akibat, pengertian tentang keuntungan bisa mempunyai arti yang
lebih luas dalam kerangka ekonomi Islam karena bunga pada modal tidak
dapat dikenakan lagi.
c) Karena sifat terpadu organisasi inilah tuntutan akan integritas moral,
ketepatan dan kejujuran dalam perakunan (accounting) barangkali jauh
lebih diperlukan daripada dalam organisasi sekular mana saja yang para
pemilik modalnya mungkin bukan merupakan bagian dari manajemen.
d) Bahwa faktor manusia dalam produksi dan strategi usaha barangkali
mempunyai signifikansi lebih diakui dibandingkan dengan strategi
manajemen lainnya yang didasarkan pada memaksimalkan keuntungan
atau penjualan.

Produksi yang Diharamkan dalam Ekonomi Islam


1. Investasi harta dengan cara yang membahayakan masyarakat. Islam
mengharamkan produksi yang hanya merealisasikan kepentingan pribadi dan
membahayakan masyarakat umum.

4
2. Riba, Islam dan agama-agama samawi lainnya mengharamkan riba karena dalam
riba terdapat hal yang membahayakan masyarakat dan ekonomi.
3. Jual beli tidak jelas (gharar)
4. Investasi pungutan pajak untuk menghasilkan uang.
5. Pencurian.
6. Perampasan.
7. Upah pekerjaan yang haram dilaksanakan, seperti mas kawin, zina, dan tips bagi
dukun. Mencari harta dengan cara menjual minuman keras, bangkai, babi dan
lain-lain.
8. Suap
9. Menimbun
10. Perjudian.
Sedangkan menurut Qardhowi (1997), mengatakan bahwa berikut ini produksi
yang dilarang dalam islam, yaitu:
1. Menanam tanaman yang diharamkan karena berbahaya bagi manusia seperti,
Poppy dari buah opium, cannabis atau heroin, ganja, narkotika, tembakau.
Chorome untuk dijadikan liquid, anggur jika diniatkan untuk membuat wine
(minuman keras).
2. Memproduksi barang-barangharam, baik haram dikenakan atau haram dikoleksi.
Misalnya, membuat patung atau cawan dari bahan emas dan perak, membuat
gelang emas untuk laki-laki.
3. Produk yang merusak akidah, etika dan moral manusia seperti, produk yang
berhubungan dengan kemusyrikan, pornografi dan sadism, baik dalam opera, film
dan music.

5
C. KESIMPULAN
Kegiatan produksi dalam perspektif ekonomi Islam adalah terkait dengan manusia
dan eksistensinya dalam aktivitas ekonomi, produksi merupakan kegiatan menciptakan
kekayaan dengan pemanfaatan sumber alam oleh manusia.
Dalam islam memproduksi sesuatu bukanlah sekadar untuk dikonsumsi sendiri
atau dijual ke pasar. Dua motivasi tersebut belumlah cukup, Islam pada prinsipnya
menekankan kegiatan produksi yang tidak hanya berhenti pada fungsi ekonominya saja
tetapi juga harus bisa sejalan dengan fungsi sosial, sehingga untuk mencapai fungsi sosial
kegiatan produksi harus mencapai surplus. Tingkat optimal pertama adalah
mengupayakan berfungsinya sumber daya insani ke arah pencapaian kondisi full
employment, kecuali mereka yang Udzur Syari’I seperti sakit atau lumpuh. Optimalisasi
yang kedua adalah memproduksi kebutuhan primer (dharuriyyat), sekunder (hajiyyat)
dan tersier (tahsiniyyat) secara proporsional, sehingga tidak saja harus halal tetapi juga
harus baik dan bermanfaat (thayyib).
D. DAFTAR PUSTAKA

Ajie, D. S. (2016). TEORI PRODUKSI ISLAM.

Faizah, F. N. (2018). TEORI PRODUKSI DALAM STUDI EKONOMI ISLAM MODERN.


Analisis Komparatif Pemikiran Muhammad Baqir Al - Sadr dan Muhammad Abdul
Mannan.

Hutauruk, F. N. (2023). Teori Produksi Dalam Perspektif Islam.

NETBOOOK, T. (n.d.). bab 5, Teori Produksi Islam.

Nur, M. (n.d.). Produksi dalam Islam.

6
Sholiha, I. (2020). Teori Produksi Dalam Islam.

Turmudi, M. (2020). PRODUKSI DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM.

E. STUDI KASUS
Sebagai model Bahasa, saya tidak memiliki informasi spesifik tentang “Teori
Produksi Islam” karena istilah tersebut mungkin tidak umum digunakan atau diterapkan
secara luas. Namun, jika Anda mengacu pada produksi dalam konteks ekonomi Islam
atau prinsip-prinsip produksi yang sejalan dengan nilai-nilai Islam, saya dapat
menawarkan beberapa poin umum:
a) Ekonomi Islam: Penelitian terkini dalam konteks ini mungkin mencakup
pembangunan ekonomi di negara-negara dengan mayoritas penduduk
beragama Islam atau menerapkan prinsip ekonomi Islam. Hal ini mungkin
melibatkan analisis kebijakan ekonomi, perubahan sosial dan dampaknya
terhadap masyarakat.
b) Keuangan Islam: Informasi mengenai sektor keuangan yang mengikuti
prinsip-prinsip keuangan Islam, seperti larangan riba dan keadilan dalam
bertransaksi, mungkin lebih disukai. Perkembangan lembaga keuangan
syariah, produk keuangan berbasis syariah dan inovasi di bidang tersebut
dapat menjadi topik yang menarik.
c) Kewirausahaan dalam Islam: Berita mengenai perkembangan
kewirausahaan yang berlandaskan pada prinsip-prinsip Islam, termasuk
etika bisnis, tanggung jawab sosial, dan keberlanjutan, dapat menjadi topik
yang menarik.
d) Kerja Sama Ekonomi Antar-Negara Muslim: Studi berita tentang kerja
sama ekonomi di antara negara-negara Muslim, seperti pembentukan
aliansi ekonomi, perjanjian perdagangan, dan inisiatif pembangunan
bersama, dapat menjadi perhatian.
e) Teknologi dan Inovasi dalam Produksi: Fokus pada berita mengenai
perkembangan teknologi dan inovasi dalam proses produksi yang sesuai

7
dengan prinsip-prinsip Islam, termasuk penerapan teknologi dalam sektor
pertanian, manufaktur, dan jasa.

Anda mungkin juga menyukai