Anda di halaman 1dari 4

Nama : Farhan Hasbullah

NIM : 223110144
Mata Kuliah : Sistem Ekonomi dan Keuangan Islam

Teori Produksi Islam


1. Apakah perbedaan faktor produksi dalam Islam dan dalam konvensional ?

Adapun perbedaan Ekonomi Islam dengan konvensional adalah ekonomi islam menambahkan
unsur manajemen dalam faktor produksinya. Manajemen merupakan faktor produksi yang
penting dalam proses produksi, karena berperan dalam mengatur dan mengkoordinasikan faktor
produksi lainnya. Manajemen dalam ekonomi Islam harus dilakukan secara profesional dan
sesuai dengan prinsip-prinsip Islam.

Aspek manajemen dalam ekonomi konvensional dianggap sebagai keterampilan yang dapat
dipelajari oleh siapa saja. Keterampilan manajemen dapat diperoleh melalui pendidikan,
pelatihan, atau pengalaman kerja. Oleh karena itu, manajemen tidak dianggap sebagai faktor
produksi yang terpisah, melainkan sebagai keterampilan yang dapat ditambahkan ke faktor
produksi lainnya.

Teori produksi Islam, tidak hanya berfokus pada aspek ekonomi saja, tetapi juga pada aspek
moral dan etika. Ekonomi Islam bertujuan untuk menciptakan kesejahteraan umat di dunia dan di
akhirat. Oleh karena itu, ekonomi Islam mengakui manajemen sebagai faktor produksi yang
terpisah.

Aspek manajemen dalam ekonomi Islam adalah keterampilan yang penting untuk mengatur
dan mengkoordinasikan faktor produksi lainnya. Manajemen yang baik dapat meningkatkan
produktivitas dan efisiensi produksi. Selain itu, manajemen yang baik juga dapat memastikan
bahwa produksi dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip Islam.

2. Bagaimana perbedaan kedua praktik prinsip produksi syariah dan konvensional


dalam kehidupan sehari-hari ?
a. Teori produksi Islam berlandaskan pada nilai-nilai Islam dan maqashid al-syariah, sedangkan
produksi konvensional berfokus pada keuntungan ekonomi.
Perbedaan pertama terletak pada dasar filosofisnya. Teori produksi Islam berlandaskan pada
nilai-nilai Islam dan maqashid al-syariah, yaitu tujuan-tujuan syariat Islam yang harus dicapai.
Tujuan-tujuan tersebut meliputi pemeliharaan agama, jiwa, akal, harta, dan keturunan. Sementara
itu, produksi konvensional berfokus pada keuntungan ekonomi.

b. Teori produksi Islam mengutamakan kebutuhan masyarakat, sedangkan produksi


konvensional mengutamakan permintaan pasar.
Perbedaan kedua terletak pada prioritas produksi. Teori produksi Islam mengutamakan
kebutuhan masyarakat, yaitu kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, dan tempat tinggal.
Sementara itu, produksi konvensional mengutamakan permintaan pasar, yaitu keinginan
konsumen untuk membeli barang atau jasa.

c. Teori produksi Islam memperhatikan aspek keadilan sosial, sedangkan produksi


konvensional cenderung mengabaikannya.
Perbedaan ketiga terletak pada aspek keadilan sosial. Teori produksi Islam memperhatikan
aspek keadilan sosial, yaitu distribusi yang adil dan kontribusi sosial kepada masyarakat yang
kurang mampu. Sementara itu, produksi konvensional cenderung mengabaikan aspek keadilan
sosial.

d. Teori produksi Islam menekankan pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan,
sedangkan produksi konvensional seringkali merusak lingkungan.
Perbedaan keempat terletak pada pengelolaan sumber daya alam. Teori produksi Islam
menekankan pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan, yaitu dengan cara tidak boros,
tidak berlebihan, dan tidak merusak lingkungan. Sementara itu, produksi konvensional seringkali
merusak lingkungan.

e. Teori produksi Islam menekankan distribusi keuntungan yang adil, sedangkan produksi
konvensional cenderung menguntungkan pemilik modal dan manajemen.
Perbedaan kelima terletak pada distribusi keuntungan. Teori produksi Islam menekankan
distribusi keuntungan yang adil, yaitu dengan cara mempertimbangkan pemilik modal,
pengelola, manajemen, dan pekerja. Sementara itu, produksi konvensional cenderung
menguntungkan pemilik modal dan manajemen.
3. Apakah anda setuju dengan praktik dari konsep pareto optimality?

Dalam hal mencapai efisiensi ekonomi dan alokasi sumber daya yang optimal, saya
setuju dengan konsep ini. Namun terdapat hal yang kontradiktif dengan teori ekonomi Islam
bersifat alturistik, karena dalam pareto optimality tidak memungkinkan untuk meningkatkan
kesejahteraan suatu individu/kelompok, tanpa mengorbankan kesejahteraan pihak lainnya.
Berarti dapat dikatakan bahwa konsep pareto optimaliy tidak mempertimbangkan keadilan
sosial dan keberlanjutan lingkungan/alam.

Untuk mengatasi hal ini, praktik pareto optimality dapat dikolaborasikan dengan konsep
sistem ekonomi yang alturistik. Dalam menentukan cara pengelolaan sumber daya alam,
konsep pareto optimality dapat digunakan untuk mengidentifikasi cara untuk menggunakan
sumber daya alam secara efisien dan berkelanjutan. Kemudian, teori ekonomi Islam dapat
digunakan untuk memastikan bahwa cara pengelolaan tersebut juga sesuai dengan prinsip-
prinsip Islam. Dalam menentukan prioritas produksi, konsep pareto optimality dapat
digunakan untuk mengidentifikasi kebutuhan masyarakat yang paling mendesak. Kemudian,
teori ekonomi Islam dapat digunakan untuk menentukan cara untuk memenuhi kebutuhan
tersebut secara efisien dan adil.

4. Bagaimana cara mencapai tujuan produksi islam?

Cara mencapai tujuan produksi Islam dapat dilakukan dengan cara-cara berikut:
 Berorientasi pada kemaslahatan
Tujuan produksi Islam adalah untuk mencapai falah, yaitu kebahagiaan dunia dan akhirat. Oleh
karena itu, dalam melakukan produksi, produsen harus berorientasi pada kemaslahatan, baik
kemaslahatan duniawi maupun akhirat.
 Mengutamakan kebutuhan masyarakat
Produksi Islam harus mengutamakan kebutuhan masyarakat. Hal ini berarti bahwa produksi
harus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, baik kebutuhan primer, sekunder,
maupun tersier.
 Mengembangkan ekonomi yang adil
Produksi Islam harus berkontribusi pada pengembangan ekonomi yang adil. Hal ini berarti
bahwa produksi harus dilakukan dengan cara yang adil dan tidak merugikan pihak lain.
 Melestarikan lingkungan
Produksi Islam harus berkontribusi pada pelestarian lingkungan. Hal ini berarti bahwa produksi
harus dilakukan dengan cara yang tidak merusak lingkungan.
Berikut adalah penjelasan lebih lanjut dari masing-masing cara tersebut:
 Berorientasi pada kemaslahatan
Produsen harus berorientasi pada kemaslahatan dalam arti bahwa produksi harus dilakukan untuk
mewujudkan manfaat bagi masyarakat secara umum. Manfaat tersebut dapat berupa manfaat
ekonomi, sosial, atau bahkan spiritual.
 Mengutamakan kebutuhan masyarakat
Produsen harus mengutamakan kebutuhan masyarakat dalam menentukan jenis barang dan jasa
yang diproduksi. Hal ini berarti bahwa produsen harus memproduksi barang dan jasa yang
dibutuhkan masyarakat, bukan hanya yang diinginkan masyarakat.
 Mengembangkan ekonomi yang adil
Produksi Islam harus berkontribusi pada pengembangan ekonomi yang adil. Hal ini berarti
bahwa produksi harus dilakukan dengan cara yang adil dan tidak merugikan pihak lain.
 Melestarikan lingkungan
Produksi Islam harus berkontribusi pada pelestarian lingkungan. Hal ini berarti bahwa produksi
harus dilakukan dengan cara yang tidak merusak lingkungan.
Dengan menerapkan cara-cara tersebut, produsen dapat mencapai tujuan produksi Islam,
yaitu untuk mencapai falah, yaitu kebahagiaan dunia dan akhirat.

Anda mungkin juga menyukai