PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
1. Menjelaskan prinsip produksi dalam islam
2. Menjelaskan tujuan dari produksi
1
3. Menjelaskan perbedaan prinsip produksi islam dengan konvensional
4. Menjelaskan batasan-batasan produksi dalam islam
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
sepanjang produsen telah bertindak adil dan membawa kebajikan bagi
masyarakat maka ia telah bertindak Islami.3
3. Sofyan Assauri, produksi didefinisikan segala kegiatan dalam menciptakan dan
menambah kegunaan (utility) sesuatu barang atau jasa, untuk kegiatan mana
dibutuhkan faktor-faktor produksi dalam ilmu ekonomi berupa tanah, tenaga
kerja, dan skill (organization, managerial, dan skills).4
Dari pengertian diatas, manfaat aktivitas produksi dalam ekonomi Islam dengan
manfaat dalam ekonomi konvensional nampak dalam beberapa hal, yang terpenting
diantaranya adalah sebagai berikut;
a. Dibenarkan syariah, dimana Islam mensyaratkan manfaat yang dihasilkan dari
kegiatan ekonomi harus diperbolehkan dalam syariah.
b. Harus tidak mengandung unsur mudharat bagi orang lain.
c. Keluasan cakupan manfaat dalam ekonomi Islam yang mencakup manfaat di
dunia dan manfaat di akhirat.5
B. Tujuan Produksi
Menurut Chapra tujuan produksi adalah memenuhi kebutuhan pokok setiapi
ndividu dan menjamin setiap orang mempunyai standar hidup manusiawi, terhormat
dan sesuai dengan martabat manusia sebagai khalifah. Tidak terpenuhinya kebutuhan
tersebut dapat menimbulkan masalah mendasar bagi manusia. Oleh sebab itu, setiap
muslim juga harus berusaha meningkatkan pendapatan agar menjadi mustahiq yang
dapat membantu kaum lemah melalui pembayaran zakat, infaq, sedeqah dan wakaf.6
3
M. Aslam Haneef, Pemikiran Ekonomi Islam Kontemporer, Jakarta: PT.Raja Grafindo
Persada, 2010, hal 54.
4
Assauri, Sofyan, Manajemen Produksi, Penerbit FE-UI, Jakarta, 1980, Hal 7
5
Jaribah Bin Ahmad Al-Haritsi, Fikih Ekonomi Umar Bin Al-Khathab, penerjemah Asmuni
Solihan (Jakarta : Khalifa 2006) hal 40
6
M.Umar Chapra, Islam dan Tantangan Ekonomi, alih bahasa Ikhwan Abidin Basri (Jakarta:
Gema Insani Press, Tazkiah Institute, 2000). Hal.12
4
Menurut M.N. Sidiqi dalam perusahaan ekonomi dalam Islam menegaskan
beberapa tujuan badan usaha dalam Islam yaitu:7
a. Pemenuhan kebutuhan-kebutuhan individu secara wajar.
b. Pemenuhan kebutuhan-kebutuhan keluarga.
c. Bakal untuk generasi mendatang.
d. Bakal untuk anak cucu.
e. Bantuan kepada masyarakat dalam rangka beribadah kepada Allah.
Tujuan produksi dapat dibagi dalam dua tujuan utama, yaitu :
1. Kebutuhan primer tiap individu
Setiap muslim diwajibkan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan primer hidupnya.
Tidak terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan primer dapat menimbulkan masalah
mendasar bagi manusia lain menyangkut soal kehidupan sehari-hari dan dapat
mempengaruhi ibadah seseorang.
2. Kebutuhan primer bagi seluruh rakyat
Dalam hal ini Negara berkewajiban untuk menjamin, pengaturannya dan
operasionalnya. Termasuk dalam kebutuhan-kebutuhan primer rakyat keseluruhan
adalah keamanan, pengobatan, dan pendidikan seperti sabda Rasulullah SAW dalam
satu hadist yang artinya: ’’Siapa yang ketika memasuki pagi hari mendapat keadaan
aman kelompoknya, sehat badannya, memiliki bahan makanan untuk hari itu maka
seolah-olah dunia telah dimilikinya”.8
7
Rustam Efendi, Produksi Dalam Islam (Yogyakarta:Megistra Insania Press) hal 27-33.
8
Imam Tirmidzi, Sunan Al-Tirmidzi Jilid 4 (Bairut: Dar Al-Fikr: 2005) hal 154-155
5
Secara teknis ada dua bentuk perekonomian. Yaitu perekonomian islam atau yang
biasa kita akrab dengar dengan syariah dan perekonomian konvensional.
6
Perbedaan ekonomi islam dan konvensional jelas saja berbeda. Dilihat dari segi
tujuannya, ekonomi konvensional bertujuan untuk mementingkan dan meraup
keuntungan sebesar-besarnyang yang sifatnya keduniawian.
Tujuan lainnya adalah mencapai kesejahteraan individu itu sendiri. Memang
berbeda jauh dengan ekonomi islam. sumber ekonomi konvensional mengacu pada
hal-hal yang sifatnya positivicti. Pada ekonomi konvensional, kepemilikan hanya
untuk pribadi yang dibabaskan untuk memiliki semua kekayaan yang diperolehnya
saja. Sedangkan dari segi pengambilan hasil, bisa di dapatkan dari bunga dari
pengambilan keuntungan dari prosentase modal.
7
dari kesewenang-wenangan dan tidak ada eksploitasi model kapitalisme dan
komunisme.
2. Memenuhi takaran, ketepatan, kelugasan, dan kebenaran dalam produksi, barang
pun tidak hanya menghasilkan barang tetapi harus sesuai dengan perbandingan
antara harga barang yang ditawarkan dengan kuantitas yang diberikan. Takaran
tersebut harus mencapai tingkat mashlahah produksi yang sesuai, tidak
melebihlebihkan atau menguranginya. Karena hal tersebut dapat merugikan diri
sendiri dan orang lain. Dalam Islam, hal tersebut harus ada pengawasan melalui
kesadaran diri sendiri dan kepedulian terhadap orang yang membutuhkan, bukan
hasrat untuk menginginkan sesuatu yang lebih
3. Menghindari jenis dan proses produksi yang diharamkan dalam Islam Tidak
mendekati hal-hal yang dalam ketentuan islam sudah pasti bahwa itu diharamkan
baik pengelolaan, pembentukan, dan pelaksanaannya. Pada konteks ini islam
sudah memberi batasan-batasan yang sesuai menyangkut berbagai hal, seperti
pencampuran barang haram ke dalam barang produksi dan menggantikan bahan
produksi halal dengan yang haram karena berbagai faktor pendukungnya.
Semuanya itu dapat terjadi apabila pelaku-pelaku produksi barang tidak
menempatkan dengan hati-hati.
Dalam Islam, akhlak juga merupakan hal yangpaling penting untuk melakukan
produksi. Meskipun ruang lingkup yang halal itu sangat luas, akan tetapi sebagian
besar manusia sering dikalahkan oleh ketamakan dan kerakusan. Mereka tidak merasa
cukup dengan yang banyak karena mereka mementingkan kebutuhan dan hawa nafsu
tanpa melihat adanya suatu akibat yang akan merusak atau merugikan orang lain.
Seorang produsen muslim harus memproduksi yang halal dan tidak merugikan diri
sendiri maupun masyarakat dan tetap dalam akhlak yang mulia.
8
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Produksi dalam istilah konvensional adalah mengubah sumber -sumber dasar
kedalam barang jadi, atau proses dimana input diolah menjadi output. Sedangkan,
produksi dalam pandangan Islam yaitu setiap amal perbuatan yang menghasilkan
benda atau pelayanan yang bermanfaat bagi manusia atauyang memperindah
kehidupan mereka dan menjadikannya lebih makmur dansejahtera.Dalam Islam
terdapat beberapa tujuan produksi. Pertama, merealisasikan keuntungan seoptimal
mungkin. Kedua, merealisasikan kecukupan individudan keluarga. Ketiga, tidak
mengandalakan orang lain. Keempat, melindungiharta dan mengembangkannya.
Kelima, mengekssplorasi sumber-sumber danmemanfaatkannya. Keenam,
pembebasan belenggu dari ketergantungan ekonomi.
Selain tujuan produksi di atas, islam juga menerapkan prinsip-prinsip produksi
yang diantaranya: berproduksi atas dasar azas maslahat dan manfaat, motivasi
berlandaskan keimanan, mengoptimalkan kemampuan akalnya,adanya sikap tawazun
(berkeimbangan), selalu optimis, dan menghindari produksi yang bersifat haram.
Dalam aktivitasnya, produksi membutuhkan faktor-faktor agar proses produksi
berjalan sesuai yang direncanakan. Diantara faktor-faktor tersebut yakni tanah, tenaga
kerja, modal, manajemen produksi, teknologi dan bahan baku.Dalam Islam,
memproduksi sesuatu bukanlah sekedar untuk di konsumsi sendiri atau di jual ke
pasar. Islam secara khas menekankan bahwa setiap kegiatan produksi harus pula
mewujudkan fugsi sosial.
9
B. SARAN
Dengan selesainya makalah ini, kami mengucapkan terima kasih kepadapara
pihak yang telah terlibat dalam pembuatan makalah ini. Tak lupa, kamimenyadari
bahwa dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Untuk itu, kami
berharap adanya kritik, saran dan usulan yang membangun untuk perbaikan di masa
yang akan datang. Semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan bermanfaat
bagi siapa saja yang membacanya.
10
DAFTAR PUSTAKA
Jaribah Bin Ahmad Al-Haritsi. 2006. Fikih Ekonomi Umar Bin Al-Khathab,
penerjemah Asmuni Solihan. Jakarta : Khalifa.
11
12