Di Susun Oleh
Kelompok 6 :
Dosen Pengampu :
Esti Alfiah, ME
1
PENDAHULUAN
2
sesuai nilai-nilai islam atau tidak melakukan yang dilarang oleh ajaran agama
islam.
Kualitas barang yang dihasilkan dari proses produksi tidak maksimal
dikarenakan para produsen masih terorientasi hanya pada keuntungan yang
maksimal. Produksi yang seimbang dapat terwujud apabila produsen
berperilaku sesuai dengan syari’ah islam. Oleh karena itu, produsen tidak boleh
asal dalam pembuatan produk yang dibutuhkan oleh masyarakat. Namun, harus
mengikuti prosedur yang harus dijalankan guna terpenuhinya kebutuhan
masyarakat. Dalam memproduksi barang para produsen harus memiliki sifat
jujur. Akan tetapi, dalam prakteknya banyak produsen yang nakal. diantaranya
para produsen makanan yang mencampurkan zat berbahaya dalam produksinya.
Di Indonesia banyak terjadi kasus para produsen makanan yang nakal
mencampurkan zat berbahaya dalam produksinya. Pada bulan maret 2023 dinas
Kesehatan kabupaten tulung agung, jawa timur menemukan sejumlah makanan
olahan dan takjil mengandung rhodamine B atau pewarna tekstil yang
berbahaya bagi tubuh. (Sujarwoko, 2023)
Pada tahun yang sama badan pengawas obat dan makanan (BPOM) provinsi
sumatera Selatan (sumsel) Bersama pemerintah kabupaten ogan komering ulu
(oku) menemukan makanan zat berbahaya yang dijual pedagang di pasar
tradisional kota baturaja. (Purnama, 2023) Banyak kasus terjadi pada
sebelumnya, para produsen makanan mecampurkan produksinya dengan zat
yang berbahaya. Dari permasalahan tersebut membuat penulis tertarik untuk
membahas tentang teori perilaku produsen dalam ekonomi islam.
3
PEMBAHASAN
Produksi dalam Bahasa arab disebut al-intaaj (( انتجdari akar kata nataja (
( نتجyang berarti mengadakan sesuatu, mewujudkan, dan pelayanan jasa.
Sedangkan produksi menurut istilah disebut tahsil dalam arti menciptakan,
menghasilkan sesuatu atau mengubah sesuatu. Begitu pula dengan Ibnu Khaldun,
menggunakan kata tahsil untuk produksi ketika ia membahas pembagian
spesialisasi tenaga kerja. (Diana, pp. 2008, 36)
Artinya “Dan Dia menundukkan apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi
semuanya (sebagai rahmat) dari-Nya. Sungguh dalam demikian itu benar-benar
terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang berpikir.”
4
Ayat diatas menjelaskan kebutuhan untuk melakukan proses produksi
sudah Allah sediakan, manusia hanya perlu untuk mengolah saja menjadikan
sesuatu barang yang memiliki nilai lebih bermanfaat. Karena, Allah yang
menciptakan (tadinya tidakada menjadi ada), Allah pula yang memiliki segala apa
yang ada di langit dan di bumi serta Allah yang mengurus dan mengatur semua
yang ada di langit dan di bumi.
5
Masyarakat. Dalam pandangannya sepanjang produsen telah bertindak adil dan
membawa kebajikan bagi Masyarakat maka ia telah bertindak Islami. (siddiqi,
1995)
3. Penyiapan ketersediaan barang atau jasa pada masa yang akan datang.
6
barang atau jasa tidak berlebihan, akan tetapi hanya memenuhi kebutuhan yang
wajar.
Produsen harus memiliki ide yang kreatif serta inisiatif dalam menemukan
berbagai macam barang atau jasa yang dibutuhkan oleh konsumen. Terkadang
konsumen tidak menyadari apa yang dibutuhkan oleh mereka. Bahkan kebutuhan
pada kehidupan di masa yang akan datang produsen sudah menyediakan barang
atau jasa yang diproduksinya.
Artinya “Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah
kepadaKu.”
Dari ayat ini pahami bahwa segala aktivitas kehidupan manusia harus
diniatkan untuk ibadah kepada Allah SWT. sehingga apa yang dilakukannya
memiliki nilai ibadah. Sama halnya Ketika manusia beraktivitas melakukan
pekerjaan ia sedang beribadah. Begitupula produsen yang memproduksi barang
atau jasa merupakan salah satu bentuk aktivitas yang harus diniatkan ibadah
kepada Allah SWT.
7
Pada surat al-baqarah ayat ke-30 dijelaskan bahwa manusia diberi
tanggung jawab besar yang tidak pernah dimiliki oleh makhluk lain yakni sebagai
khalifah (pemimpin) dimuka bumi ini. Artinya manusia mempunyai peranan yang
sangat penting yakni memakmurkan bumi. Manusia juga dianugerahi akal pikiran
yang dengannya diharapkan berguna untuk memanfaatkan sesuatu yang Allah
telah karuniakan kepada manusia itu sendiri.
8
Allah, atau karena tawakal kepada-Nya, sebagaimana keyakinan yang terdapat di
dalam agama-agama selain islam. Tawakal dan sabar adalah konsep penyerahan
hasil kepada Allah SWT, sebagai pemilik hak prerogative yang menentukan segala
sesuatu setrelah segala usaha dan persyaratan dipenuhi dengan optimal.
2. Berapa jumlah Barang atau jasa yang akan diproduksi; Motif dan risiko
menentukan berapa jumlah barang atau jasa yang diproduksi, Juga dipengaruhi
oleh faktor intern dan ekstern. Faktor intern meliputi; sarana dan prasarana
9
Perusahaan, modal, SDM dan sumber daya lainnya. Adapun faktor ekstern
meliputi; jumlah yang dibutuhkan Masyarakat, kebutuhan ekonomi, pembagian
pasar yang dimasuki dan dikuasai dan pembatasan hukum serta regulasi.
10
Konsep produksi barang yang terdapat dalam al-qur’an memiliki arti yang
luas. Dimana al-qur’an menekankan pada manfaat suatu barang yang diproduksi.
Barang yang diproduksi harus sejalan dengan kebutuhan hidup manusia, bukan
memproduksi barang secara berlebihan yang tidak sesuai dengan kebutuhan
kehidupan manusia. Sehingga tenaga kerja yang dipakai untuk kegiatan produksi
barang tersebut menjadi sia-sia atau tidak berproduktif. Peraturan ini jelas bahwa
produsen diberi kebebasan dalam usaha memperoleh kekayaan yang banyak untuk
memenuhi tuntutan kehidupan ekonomi. Namun tetap ada dalam kendali yang
tidak berlebihan, sehingga sifat tamak dan mementingkan diri sendiri dapat
berubah menjadi lebih baik.
11
Kebutuhan dasar manusia mencakup lima hal yaitu: terjaganya kehidupan
beragama (ad-din), terpeliharanya jiwa (an-nafs), terjaminnya berkreasi dan
berfikir (alaql), terpenuhinya kebutuhan materi (al-mal) dan keberlangsungan
meneruskan keturunan (an-nasl). Lima dasar yang menjadi kebutuhan manusia
menjadi orientasi yang dibangun untuk melakukan produksi oleh pelaku ekonomi
muslim. Proses produksi dalam islam sangat jelas yaitu ingin menjangkau aspek
universal dan berdimensi spiritual.
12
5. Sistem pendekatan islam tentang etika sangat terbuka. Ajaran tentang
ini tidak menghendaki system yang tertutup dan berorientasi diri sendiri. Sifat
egois tidak ada tempat dalam ajaran islam.
6. Keputusan etis harus berdasarkan pada pembacaan, penghayatan antara
ayat qouliyah dan ayat kauniyah secara Bersama-sama.
7. Islam mengajarkan umat manusia agar mengamalkan tazkiyah melalui
partisipasi aktif dalam kehidupan ini. Dibuktikan dengan berperilaku etis
meskipun banyak godaan ujian dunia.
Produsen muslim merupakan pelaku usaha yang membuat dan menambah
daya guna dari sesuatu barang atau jasa baik dari sisi fisik material maupun dari
sisi moralitasnya. Sebagai sarana untuk pencapaian kehidupan yang Sejahtera
dunia dan akhirat. Produsen muslim tidak akan pernah mendzalimi diri sendiri
ataupun orang lain. Karena, menjunjung tinggi norma, etika, serta akhlak yang
mulia. Kegiatan menambah daya guna dikenal dengan 5 jenis kegunaan, yaitu;
(Arif, pp. 2011, 162)
1. Guna bentuk merupakan proses aktivitas produksi untuk mengubah
bentuk bahan mentah menjadi barang yang memiliki nilai ekonomis. Contoh kain
diubah bentuk menjadi baju atau celana dan lainnya yang lebih bermanfaat dan
memiliki nilai ekonomis.
2. Guna jasa merupakan proses aktivitas produksi yang kegiatannya
memberikan pelayanan berupa jasa. Misal becak akan berguna jika ada jasa
tukang becak
3. Guna tempat merupakan proses aktivitas produksi yang memanfaatkan
tempat-tempat dimana suatu barang memiliki nilai ekonomis. Misal jaket tebal
lebih berguna ditempat yang bersalju atau dipegunungan.
4. Guna waktu merupakan proses produksi yang memanfaatkan waktu
tertentu. Misal pembelian beras oleh bulog pada saat musim panen dan dijual
Kembali pada saat Masyarakat membutuhkannya.
5. Guna milik merupakan proses produksi yang memanfaatkan modal yang
dimiliki untuk dikelola oleh orang lain dan dari hasil tersebut ia mendapat
keuntungan.
13
Produsen dan konsumen perilakunya tidak jauh beda, yaitu memilih atas
berbagai alternatif. Keputusan yang diambil oleh produsen merupakan pilihan dari
berbagai alternatif. Alokasi dana dari produsen akan digunakan untuk faktor
produksi atau yang akan diproses menjadi output. Pada saat seluruh anggaran
yang dialokasikan oleh produsen untuk faktor produksi habis terpakai, maka
keseimbangan akan tercapai. Kemudian setiap produsen akan berupaya mencapai
tingkat produksi yang optimum. (Amalia, 2010)
Nilai-nilai yang harus dimiliki oleh produsen muslim adalah sebagai
berikut:
1. Kegiatan produksi yang dilakukannya diniatkan untuk ibadah.
2. Produsen muslim meyakini sesuatu yang dikerjakan mengikuti petunjuk
al-qur’an dan hadis tidak akan menyulitkannya.
3. Kegiatan produksi yang dijalankannya bukan untuk mencari keuntungan
dunia semata. Tetapi, produsen muslim meyakini harta yang ada padanya
adalah titipan Allah sehingga Amanah yang dibawanya dikelola demi
mencapai kemaslahatan.
4. Produsen muslim dalam proses produksi akan menghindari unsur
haram, riba, gharar, dzolim dan yang dilarang oleh islam
14
1. Tidak mementingkan keuntungan dunia semata
2. Tidak melakukan kedzaliman dan melampaui batas
3. Tidak memiliki sifat tamak dan rakus
4. Fokus terhadap yang diproduksinya itu halal atau haram, baik
atau buruk, ada manfaatnya atau tidak, sejalan dengan nilai akhlak,
norma dan etika atau tidak.
5. Hasil dari produksinya harus halal dan baik, tidak merugikan diri
sendiri maupun orang banyak tetap dalam etika, norma dan akhlak
yang mulia
F. Dasar perilaku produsen muslim
15
3. Prinsip efisiensi penting dalam aktivitas produksi. misal dalam
penetapan kuantitas produk yang akan diproduksi. Maka terlebih dahulu produsen
muslim mengukur seberapa besar kebutuhan Masyarakat yang akan
mengkonsumsi barang atau jasa yang akan diproduksinya. Sebaliknya jika
produsen muslim memproduksi barang atau jasa secara berlebihan atau melebihi
kapasitas yang dibutuhkan Masyarakat, maka aktivitas produksinya menjadi sia-
sia atau bisa dikatakan tidak efisien juga pemborosan. Dalam islam pemborosan
sangat dilarang .
2. Menjaga Amanah dengan menepati janji dan kontrak, baik pada ruang
lingkup internal maupun eksternal.
16
4. Disiplin serta dinamis
5. Menjaga ukhuwah pada semua pelaku ekonomi atau yang menjadi mitra
usaha dengannya.
10. Menghindari jenis dan proses produksi yang diharamkan dalam ajaran
islam.
17
Falah akan tercapai apabila produsen muslim dapat mewujudkan
kemaslahatan terlebih dahulu. Kemaslahatan akan terealisasi jika produsen
muslim beraktivitas yang positif yang mengandung keberkahan. berkah
merupakan sesuatu yang disukai Allah, artinya jika produsen muslim mengikuti
petunjuk dari Allah maka keridoan-NYA akan didapat. Formulasi maslahah bagi
produsen muslim adalah :
1. Kerjasama
18
Mujahadah atau sungguh-sungguh dalam berusaha/bekerja merupakan
ajaran islam. Selain dari itu, pengusaha muslim diperintahkan untuk saling bekerja
sama dalam meraih kemaslahatan. Prinsip Kerjasama dalam berusaha/bekerja
akan mempermudah pekerjaan-pekerjaan yang dianggap sulit. Menerapkan
prinsip Kerjasama harus memiliki sikap tolong-menolong satu sama lainnya.
Tanpa ada sikap tolong-menolong Kerjasama tidak akan terjalin dengan baik.
2. Biaya
Produksi barang atau jasa dalam islam harus jelas. Artinya dalam
memproduksi barang atau jasa ada kejelasan bahwa yang diproduksi barang atau
jasa yang halal, begitupula biaya-biaya yang digunakan jelas halal baik halal
zatnya atau halal cara mendapatkannya.
Simpulan
19
Produksi adalah mengubah sumber daya agar lebih bermanfaat. Dalam
artian produsen mengubah sumber daya yang disediakan oleh Allah atau
mengolah materi yang ada untuk dapat diambil manfaatnya agar terpenuhi
kebutuhan konsumen atau Masyarakat. Pada saat produsen beraktivitas
memproduksi barang atau jasa, maka harus menerapkan nilai-nilai kebaikan.
Maksudnya penerapan etika dalam menjalankan suatu bisnis agar pencapaian
falah didapatkan. Sehingga produsen mendapatkan kemuliaan dan kebahagiaan
dunia akhirat serta menggapai ridho Allah swt.
20
Daftar Pustaka
Arif, N. R. (2011). Dasar-Dasar Ekonomi Islam. solo: PT. Era Adicitra intermedia.
Karim, A. A. (2007). Ekonomi Mikro Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
21
22