Anda di halaman 1dari 23

JURNAL

PENGANTAR EKONOMI ISLAM

“TEORI PERILAKU PRODUKSI”

Di Susun Oleh

Kelompok 6 :

Muhammad Ihsan Halim Harahap (2323140090)


Yunita (2323140094)

Dosen Pengampu :
Esti Alfiah, ME

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGEI FATMAWATI SUKARNO BENGKULU
2023
ABSTRAK

Produksi dalam prespektif ekonomi islam merupakan kegiatan mengubah


sumber daya menjadi output berlandaskan nilai-nilai islam untuk
kemaslahatan bagi seluruh umat manusia. Artinya produsen bukan hanya
mencari keuntungan finansial semata melainkan mencari kemaslahatan dan
keuntungan finansial yang maksimal. Kemaslahatan akan terealisasi jika
produsen muslim beraktivitas positif yang mengandung keberkahan. Sehingga
kombinasi keberkahan dan manfaat yang didapat mencapai maslahah yang
maksimal.
Oleh karena itu, tujuan produsen muslim bukan sekedar mencari
keuntungan dunia semata. Maka pertimbangnnya juga bukan hanya hal-hal
yang memiliki kaitan teknis dengan output, tetapi juga pertimbangan
kandungan keberkahan (nonteknis) yang ada pada sumber daya dan output.
Kata Kunci: Perilaku Produsen, Eknonomi Islam

1
PENDAHULUAN

Produksi, distribusi dan konsumsi merupakan rangkaian kegiatan ekonomi


yang tidak dapat terpisahkan. Ketiga kegiatan ini saling terkait dan
berhubungan satu sama lainnya. Dalam kegiatan ekonomi proses distribusi
dan konsumsi tidak akan pernah ada tanpa diawali dengan proses produksi.
Produktivitas seorang individu maupun suatu negara dapat menentukan
kemajuan dalam perekonomiannya, semakin tinggi tingkat produktivitasnya
maka semakin tinggi pula kemajuan ekonominya, begitu pula sebaliknya.
Lalu bagaimana jalannya produktivitas?. yaitu, dengan cara optimalkan
efisiensi produksinya atau maksimalkan keuntungan. Namun untuk
mendapatkan keuntungan tersebut pengelola bisnis sering menghalalkan
segala cara tanpa memperdulikan apakah Tindakan yang dilakukan melanggar
etika dalam bisnis atau tidak. (musyafi’in, 2020)
Dalam agama islam etika adalah hal utama untuk mengawali dalam
berkegiatan ekonomi khususnya untuk kegiatan produksi. Penerapan etika
dalam kegiatan produksi bertujuan untuk menggapai ridho Allah SWT
sehingga tercapainya kehidupan Bahagia dunia dan akhirat. Etika bisnis
adalah seperangkat nilai tentang baik, buruk, benar dan salah dalam dunia
bisnis berdasarkan pada prinsip-prinsip moralitas. (Fiqih Zulianih, 2020)
Tujuan utama dalam melakukan kegiatan produksi bukan semata hanya
mendapatkan materi. Namun, didasarkan pada konsep-konsepnya sendiri
mengenai kesejahteraan manusia (falah) dan kehidupan yang baik (hayat
thayyibah), yang memberikan nilai sangat penting bagi persaudaraan dan
keadilan sosial-ekonomi dan menuntut suatu kepuasan yang seimbang, baik
dalam kebutuhan-kebutuhan materi maupun Rohani dari seluruh ummat
manusia. (Chapra, 1999)
Dalam perekonomian islam, tujuan produsen melakukan proses kegiatan
memproduksi barang atau jasa bukan untuk meningkatkan keuntungan bersifat
dunia semata. Namun, produsen mendapat keuntungan yang wajar dan pantas

2
sesuai nilai-nilai islam atau tidak melakukan yang dilarang oleh ajaran agama
islam.
Kualitas barang yang dihasilkan dari proses produksi tidak maksimal
dikarenakan para produsen masih terorientasi hanya pada keuntungan yang
maksimal. Produksi yang seimbang dapat terwujud apabila produsen
berperilaku sesuai dengan syari’ah islam. Oleh karena itu, produsen tidak boleh
asal dalam pembuatan produk yang dibutuhkan oleh masyarakat. Namun, harus
mengikuti prosedur yang harus dijalankan guna terpenuhinya kebutuhan
masyarakat. Dalam memproduksi barang para produsen harus memiliki sifat
jujur. Akan tetapi, dalam prakteknya banyak produsen yang nakal. diantaranya
para produsen makanan yang mencampurkan zat berbahaya dalam produksinya.
Di Indonesia banyak terjadi kasus para produsen makanan yang nakal
mencampurkan zat berbahaya dalam produksinya. Pada bulan maret 2023 dinas
Kesehatan kabupaten tulung agung, jawa timur menemukan sejumlah makanan
olahan dan takjil mengandung rhodamine B atau pewarna tekstil yang
berbahaya bagi tubuh. (Sujarwoko, 2023)
Pada tahun yang sama badan pengawas obat dan makanan (BPOM) provinsi
sumatera Selatan (sumsel) Bersama pemerintah kabupaten ogan komering ulu
(oku) menemukan makanan zat berbahaya yang dijual pedagang di pasar
tradisional kota baturaja. (Purnama, 2023) Banyak kasus terjadi pada
sebelumnya, para produsen makanan mecampurkan produksinya dengan zat
yang berbahaya. Dari permasalahan tersebut membuat penulis tertarik untuk
membahas tentang teori perilaku produsen dalam ekonomi islam.

3
PEMBAHASAN

A. Produksi dalam pandangan ekonomi islam

Produksi merupakan hasil dari suatu proses kegiatan ekonomi dengan


pemanfaatan berbagai input untuk menghasilkan output. Setiap variabel input dan
output mempunyai nilai yang positif. (Agung, 2008) kegiatan yang menciptakan
manfaat (utility) baik di masa kini atau masa yang akan datang dapat disebut
dengan kegiatan produksi. kegiatan produksi juga dapat diartikan sebagai suatu
kegiatan manusia dalam menghasilkan barang dan jasa yang kemudian
dimanfaatkan oleh konsumen. Pengertian secara teknis, produksi adalah proses
mentransformasi input menjadi output. Tetapi definisi produksi dalam pandangan
ilmu ekonomi jauh lebih luas. Pendefinisian produksi mencakup tujuan kegiatan
menghasilkan output serta karakter-karakter yang melekat padanya. (Pusat
Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam, 2014, h. 230)

Produksi dalam Bahasa arab disebut al-intaaj (‫( انتج‬dari akar kata nataja (
‫( نتج‬yang berarti mengadakan sesuatu, mewujudkan, dan pelayanan jasa.
Sedangkan produksi menurut istilah disebut tahsil dalam arti menciptakan,
menghasilkan sesuatu atau mengubah sesuatu. Begitu pula dengan Ibnu Khaldun,
menggunakan kata tahsil untuk produksi ketika ia membahas pembagian
spesialisasi tenaga kerja. (Diana, pp. 2008, 36)

Dalam al-qur’an surat al-jatsiyah ayat ke-13, Allah swt menjelaskan


bahwa semua yang ada dilangit atau di bumi Allah tundukan untuk di manfaatkan
oleh manusia.

Artinya “Dan Dia menundukkan apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi
semuanya (sebagai rahmat) dari-Nya. Sungguh dalam demikian itu benar-benar
terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang berpikir.”

4
Ayat diatas menjelaskan kebutuhan untuk melakukan proses produksi
sudah Allah sediakan, manusia hanya perlu untuk mengolah saja menjadikan
sesuatu barang yang memiliki nilai lebih bermanfaat. Karena, Allah yang
menciptakan (tadinya tidakada menjadi ada), Allah pula yang memiliki segala apa
yang ada di langit dan di bumi serta Allah yang mengurus dan mengatur semua
yang ada di langit dan di bumi.

Beberapa ahli ekonomi islam memberikan definisi yang berbeda mengenai


pengertian produksi, meskipun substansinya sama. Berikut ini beberapa
pengertian produksi menurut para ekonom muslim kontemporer:

1. Kegiatan produksi dalam perspektif islam sebagai usaha manusia untuk


memperbaiki tidak hanya kondisi fisik materialnya, tetapi juga moralitas, sebagai
sarana untuk mencapai tujuan hidup sebagaimana digariskan dalam agama islam,
yaitu kebahagian dunia akhirat . (Khaf, 1995)

2. Syed Nawab Haider Naqvi pandangannya terutama sekali hanya


membahas struktur dan komposisi produksi didalam suatu perekonomian islam.
Meliputi kebutuhan untuk menegakkan keadilan antara upah dan laba, jika laba
yang berlebihan ditiadakan maka struktur pasar monopoli dan oligopoli akan
disingkirkan, proporsi barang-barang publik didalam GNP akan lebih besar
disbanding barang-barang swasta didalam perekonomian islam daripada sistem
kapitalis. (Haneef, 2010)

3. Melihat produksi sebagai penciptaan guna utility. Agar dapat


dipandang sebagai utility, dan dengan demikian meningkatkan kesejahteraan
ekonomi, maka barang dan jasa yang diproduksi itu haruslah hanya yang
diperbolehkan dan menguntungkan yakni halal dan baik menurut islam. (Mannan,
pp. 1995, 54)

4. Kegiatan produksi sebagai penyediaan barang dan jasa dengan


memperhatikan nilai keadilan dan kebajikan/kemanfaatan (maslahah) bagi

5
Masyarakat. Dalam pandangannya sepanjang produsen telah bertindak adil dan
membawa kebajikan bagi Masyarakat maka ia telah bertindak Islami. (siddiqi,
1995)

Dari pandangan diatas, kiranya dapat dipahami bahwa kegiatan produksi


dalam prespektif ekonomi islam mengubah sumber daya menjadi output
berlandaskan nilai-nilai islam untuk kemaslahatan bagi seluruh umat manusia.
Artinya islam mengajarkan bahwa melakukan kegiatan produksi diperuntukan
demi memenuhi kebutuhan orang banyak, bukan hanya diperuntukan bagi
segelintir orang. Oleh karena itu, Kesejahteraan Masyarakat tidak dapat dilihat
hanya dengan produksi yang surplus. Namun, harus di distribusikan dengan adil
dan merata.

B. Tujuan dan prinsip-prinsip produksi

tujuan produksi dari konsep ekonomi konvensional adalah memperoleh


laba sebesar-besarnya. Berbeda dengan konsep ekonomi islam yaitu memberikan
kemaslahatan yang maksimum bagi konsumen. Tujuan dari proses produksi dapat
diwujudkan dengan berbagai bentuk diantaranya: (Mannan, 1995)

1. memenuhi kebutuhan manusia pada tingkat moderat.

2. memenuhi dan menemukan apa yang menjadi kebutuhan Masyarakat.

3. Penyiapan ketersediaan barang atau jasa pada masa yang akan datang.

4. memenuhi sarana bagi kegiatan-kegiiatan sosial dan kegiatan ibadah


kepada Allah SWT.

Dua implikasi yang ditimbulkan oleh tujuan pertama. yaitu, kebutuhan


menjadi prinsip di produksinya barang atau jasa bukan pada keinginan konsumen.
Barang atau jasa yang diproduksi harus memiliki manfaat riil, bukan hanya
sekedar memberikan kepuasan kepada konsumen. Lalu dalam memproduksi

6
barang atau jasa tidak berlebihan, akan tetapi hanya memenuhi kebutuhan yang
wajar.

Produsen harus memiliki ide yang kreatif serta inisiatif dalam menemukan
berbagai macam barang atau jasa yang dibutuhkan oleh konsumen. Terkadang
konsumen tidak menyadari apa yang dibutuhkan oleh mereka. Bahkan kebutuhan
pada kehidupan di masa yang akan datang produsen sudah menyediakan barang
atau jasa yang diproduksinya.

Persediaan yang sudah tersedia untuk generasi yang akan datang


merupakan konsep dari Pembangunan yang berkesinambungan. Dimulai dari
aktivitas eksplorasi alam yang ditujukan untuk persediaan bagi genarasi yang akan
datang. Sedangkan pada orientasi untuk kegiatan sosial dan sarana ibadah kepada
Allah memberikan implikasi yang luas. Karena melakukan aktivitas produksi
bukan hanya mendapat keuntungan dunia semata, akan tetapi keuntungan hakiki
berupa pahala akan didapat diakhirat kelak. Sehingga Ketika keuntungan finansial
tidak didapatkan, maka produsen tidak akan pernah merasa rugi.

Mengenai prinsip dalam produksi, islam memberikan arahan dalam


menjalankan setiap aktivitas, yaitu terdapat pada surat az-zariyat ayat ke-56:

Artinya “Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah
kepadaKu.”

Dari ayat ini pahami bahwa segala aktivitas kehidupan manusia harus
diniatkan untuk ibadah kepada Allah SWT. sehingga apa yang dilakukannya
memiliki nilai ibadah. Sama halnya Ketika manusia beraktivitas melakukan
pekerjaan ia sedang beribadah. Begitupula produsen yang memproduksi barang
atau jasa merupakan salah satu bentuk aktivitas yang harus diniatkan ibadah
kepada Allah SWT.

7
Pada surat al-baqarah ayat ke-30 dijelaskan bahwa manusia diberi
tanggung jawab besar yang tidak pernah dimiliki oleh makhluk lain yakni sebagai
khalifah (pemimpin) dimuka bumi ini. Artinya manusia mempunyai peranan yang
sangat penting yakni memakmurkan bumi. Manusia juga dianugerahi akal pikiran
yang dengannya diharapkan berguna untuk memanfaatkan sesuatu yang Allah
telah karuniakan kepada manusia itu sendiri.

Penugasan manusia sebagai khalifah dimuka bumi bertujuan. Pertama,


Manusia agar dapat memanfatkan bumi sebaik-baiknya. Kedua, Mendapatkan
Pelajaran bahwa semua ini merupakan anugerah dari Allah SWT. sehingga ingat
atas nikmat-nikmat-NYA (bersyukur). Amanah yang diemban oleh manusia pada
akhirnya harus dipertanggungjawabkan. Oleh sebab itu, al-qur’an dan hadis
memberikan petunjuk bahwa manusia harus giat bekerja dan mencari karunia
Allah. Tidak dengan sebaliknya, manusia dilarang menjadi orang yang bermalas-
malasan. (Muhammad, 2004)

Al-qur’an dan Hadis Rasulullah SAW. Memberikan arahan mengenai


prinsip-prinsip produksi sebagai berikut: (Karim, pp. 2007, 103)

1. Tugas manusia di bumi adalah sebagai khalifah Allah SWT yakni


manusia ditugasi untuk memakmurkan bumi dengan ilmu dan amalnya.

2. Islam selalu mendorong kemajuan di bidang produksi, menurut yusuf


qardhawi, islam membuka lebar penggunaan metode ilmiah yang didasarkan atas
penelitian, eksperimen, dan perhitungan. Akan tetapi islam tidak membenarkan
penuhanan terhadap hasil karya ilmu pengetahuan dalam arti melepaskan diri dari
al-qur’an dan al-hadist.

3. Teknik produksi diserahkan kepada keinginan dan kemampuan manusia,


sesuai dengan sabda nabi yaitu: “kalian lebih mengetahui urusan dunia kalian”.

4. Dalam berinovasi dan bereksperimen, pada prinsipnya agama islam


menyukai kemudahan, menghindari kemudharatan dan memaksimalkan manfaat.
Dalam islam tidak terdapat ajaran yang memerintahkan membiarkan segala urusan
berjalan dalam kesulitannya, karena berdalih dengan ketetapan dan ketentuan

8
Allah, atau karena tawakal kepada-Nya, sebagaimana keyakinan yang terdapat di
dalam agama-agama selain islam. Tawakal dan sabar adalah konsep penyerahan
hasil kepada Allah SWT, sebagai pemilik hak prerogative yang menentukan segala
sesuatu setrelah segala usaha dan persyaratan dipenuhi dengan optimal.

C. Pola produksi dalam ekonomi islam

Berdasarkan pertimbangan kemaslahatan perilaku produksi tidak semata-


mata didasarkan pada permintaan pasar (given demand conditions). Atau dengan
kata lain, Keputusan yang diambil suatu Perusahaan seberapa banyak
memproduksi barang bukan dari data kurva permintaan pasar namun pada data
kebutuhan masyarakat. Lain halnya dengan sistem konvensional, mereka
memproduksi barang atau jasa lebih fokus terhadap permintaan pasar (effective
demand), sehingga kebutuhan riil Masyarakat terabaikan.

Dalam memproduksi barang ada beberapa pertanyaan yang harus diajukan,


yaitu; barang atau jasa apa yang akan diproduksi, berapa jumlah barang atau jasa
yang akan diproduksi, kapan produksi dimulai, dimana aktivitas produksi itu
dilakukan, mengapa suatu produk diproduksi, bagaimana proses produksi
dilakukan, dan siapa yang akan memproduksi?. Pertenyaan-pertanyaan ini tidak
lepas dari motivasi islam dalam produksi.

Berikut penjelasan dari ketujuh pertanyaan sebelum aktivitas produksi


dilakukan:

1. Apa yang diproduksi; Barang atau jasa akan diproduksi apabila


memenuhi dua pertimbangan yang menjadi dasar memproduksinya. Pertama,
barang atau jasa tersebut menjadi suatu kebutuhan yang harus dipenuhi oleh
Masyarakat dapat berupa barang primer, skunder dan tersier. Kedua, memiliki
nilai manfaat positif baik bagi Perusahaan juga Masyarakat dengan terpenuhinya
kategori etis dan ekonomi.

2. Berapa jumlah Barang atau jasa yang akan diproduksi; Motif dan risiko
menentukan berapa jumlah barang atau jasa yang diproduksi, Juga dipengaruhi
oleh faktor intern dan ekstern. Faktor intern meliputi; sarana dan prasarana

9
Perusahaan, modal, SDM dan sumber daya lainnya. Adapun faktor ekstern
meliputi; jumlah yang dibutuhkan Masyarakat, kebutuhan ekonomi, pembagian
pasar yang dimasuki dan dikuasai dan pembatasan hukum serta regulasi.

3. Kapan produksi dimulai; Waktu produksi harus ditetapkan berdasarkan


kebutuhan eksternal dan kesiapan Perusahaan.

4. Dimana aktivitas produksi itu dilakukan; Pertimbangan tempat untuk


melakukan aktivitas produksi meliputi; kemudahan memperoleh supplier dan alat-
alat produksi yang dibutuhkan, terdapat sumber-sumber ekonomi yang murah,
efektif dan efisien menuju akses ke pasar dan biaya-biaya lainnya yang efisien.

5. Mengapa suatu produk diproduksi; Suatu produk diproduksi karena,


alasan ekonomi, alasan kemanusiaan dan alasan politik.

6. bagaimana proses produksi dilakukan; tahapan-tahapan proses produksi;


input – proses – output - out come

7. Siapa yang akan memproduksi; Produksi barang bisa dilakukan oleh


negara, kelompok Masyarakat dan individu.

D. Motivasi produsen dalam kegiatan ekonomi

Mendapat keuntungan sebanyak-banyaknya merupakan motivasi produsen


pada hakikatnya. Selain itu juga, strategi dan teknik dilakukan oleh produsen agar
capaian keuntungan yang maksimum dapat diraih. Bahkan untuk capaian
keuntungan yang maksimal produsen abaikan aturan yang sudah disepakati dan
menghalalkan segala cara.

Ekonomi islam memandang motivasi produsen adalah untuk mencapai


kemaslahatan, sehingga produksi dan kehidupan produsen memiliki satu tujuan.
Dimana produksi memiliki tujuan untuk memenuhi kebutuhan material dan
spiritual agar tercipta kemaslahatan. Begitu pula tujuan dari produsen muslim
adalah untuk mendapatkan kemaslahatan. Tentunya ini sejalan dengan tujuan
kehidupan seluruh umat muslim. (Khaf,pp. 1995, 36)

10
Konsep produksi barang yang terdapat dalam al-qur’an memiliki arti yang
luas. Dimana al-qur’an menekankan pada manfaat suatu barang yang diproduksi.
Barang yang diproduksi harus sejalan dengan kebutuhan hidup manusia, bukan
memproduksi barang secara berlebihan yang tidak sesuai dengan kebutuhan
kehidupan manusia. Sehingga tenaga kerja yang dipakai untuk kegiatan produksi
barang tersebut menjadi sia-sia atau tidak berproduktif. Peraturan ini jelas bahwa
produsen diberi kebebasan dalam usaha memperoleh kekayaan yang banyak untuk
memenuhi tuntutan kehidupan ekonomi. Namun tetap ada dalam kendali yang
tidak berlebihan, sehingga sifat tamak dan mementingkan diri sendiri dapat
berubah menjadi lebih baik.

Dalam sebuah hadis disebutkan tentang sifat-sifat alami manusia yang


menjadi asas semua kegiatan ekonomi.

Dari Ka’ab bin Mâlik Radhiyallahu anhu ia berkata, “Rasûlullâh


Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Dua serigala yang lapar yang dilepas di
tengah kumpulan kambing, tidak lebih merusak dibandingkan dengan sifat tamak
manusia terhadap harta dan kedudukan yang sangat merusak agamanya.”(H.R.
Tirmidzi no. 2376) (Jawas, 2016)

Hadits ini menginformasikan bahwa manusia memiliki sifat tamak lagi


rakus kepada harta. Harta yang sudah melimpah ruah tidak menjadikan manusia
merasa cukup. Umpama manusia memiliki satu Lembah emas, maka ia tetap
menginginkan dua Lembah emas. Jika dua Lembah emas telah dimilikinya maka
manusia pasti akan menginginkan tiga Lembah emas dan seterusnya. sifat ini
memacu manusia untuk melakukan berbagai aktivitas produktif. Namun produktif
yang kebablasan yang pada akhirnya manusia cenderung berbuat kerusakan. Islam
memberikan solusi untuk mengatasi sifat tamak dan rakus ini adalah dengan
memperbanyak Syukur dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadanya,
sedekah yang berkelanjutan, tafakur dan pembatasan diri.

11
Kebutuhan dasar manusia mencakup lima hal yaitu: terjaganya kehidupan
beragama (ad-din), terpeliharanya jiwa (an-nafs), terjaminnya berkreasi dan
berfikir (alaql), terpenuhinya kebutuhan materi (al-mal) dan keberlangsungan
meneruskan keturunan (an-nasl). Lima dasar yang menjadi kebutuhan manusia
menjadi orientasi yang dibangun untuk melakukan produksi oleh pelaku ekonomi
muslim. Proses produksi dalam islam sangat jelas yaitu ingin menjangkau aspek
universal dan berdimensi spiritual.

E. Perilaku produsen muslim


Rabbaniyah (ketuhanan), akhlak, kemanusiaan dan pertengahan
merupakan nilai utama yang unik dan khas bagi ekonomi islam. Makna dan nilai-
nilai pokok yang empat ini memiliki cabang, buah dan dampak bagi seluruh segi
ekonomi islam pada bidang produksi, distribusi dan konsumsi. Rafik (Ekonomi
Islam, 2004) menyebutkan paling tidak ada sejumlah parameter kunci sistem etika
islam yang dapat dirangkum sebagai berikut:
1. Kekuasaan Allah meliputi langit dan bumi serta mengetahui segala
sesuatu apa yang kamu tampakan atau tidak. Sehingga keputusan dan Tindakan-
tindakan manusia Allah mengetahuinya. Maka produsen muslim melakukan
produksi harus dipastikan niat karena Allah.
2. Islam memiliki aturan tentang niat, maka niat yang baik menurut ajaran
islam harus diikuti oleh Tindakan yang baik pula. Tindakan buruk atau sesuatu
yang
Haram tidak pernah berubah menjadi hallal dikarenakan niat baik.
3. Produsen muslim bebas untuk memproduksi barang atau jasa apapun,
namun tidak boleh bertentangan dengan yang diharamkan atau dilarang oleh Allah
SWT. Sehingga produsen muslim bebas untuk berkreasi, berinovasi untuk
membuat produk yang berguna bagi kebutuhan konsumen atau Masyarakat.
4. Keputusan yang menguntungkan kelompok mayoritas ataupun minoritas
secara langsung bersifat etis dalam dirinya. Etis bukanlah permainan mengenai
jumlah.

12
5. Sistem pendekatan islam tentang etika sangat terbuka. Ajaran tentang
ini tidak menghendaki system yang tertutup dan berorientasi diri sendiri. Sifat
egois tidak ada tempat dalam ajaran islam.
6. Keputusan etis harus berdasarkan pada pembacaan, penghayatan antara
ayat qouliyah dan ayat kauniyah secara Bersama-sama.
7. Islam mengajarkan umat manusia agar mengamalkan tazkiyah melalui
partisipasi aktif dalam kehidupan ini. Dibuktikan dengan berperilaku etis
meskipun banyak godaan ujian dunia.
Produsen muslim merupakan pelaku usaha yang membuat dan menambah
daya guna dari sesuatu barang atau jasa baik dari sisi fisik material maupun dari
sisi moralitasnya. Sebagai sarana untuk pencapaian kehidupan yang Sejahtera
dunia dan akhirat. Produsen muslim tidak akan pernah mendzalimi diri sendiri
ataupun orang lain. Karena, menjunjung tinggi norma, etika, serta akhlak yang
mulia. Kegiatan menambah daya guna dikenal dengan 5 jenis kegunaan, yaitu;
(Arif, pp. 2011, 162)
1. Guna bentuk merupakan proses aktivitas produksi untuk mengubah
bentuk bahan mentah menjadi barang yang memiliki nilai ekonomis. Contoh kain
diubah bentuk menjadi baju atau celana dan lainnya yang lebih bermanfaat dan
memiliki nilai ekonomis.
2. Guna jasa merupakan proses aktivitas produksi yang kegiatannya
memberikan pelayanan berupa jasa. Misal becak akan berguna jika ada jasa
tukang becak
3. Guna tempat merupakan proses aktivitas produksi yang memanfaatkan
tempat-tempat dimana suatu barang memiliki nilai ekonomis. Misal jaket tebal
lebih berguna ditempat yang bersalju atau dipegunungan.
4. Guna waktu merupakan proses produksi yang memanfaatkan waktu
tertentu. Misal pembelian beras oleh bulog pada saat musim panen dan dijual
Kembali pada saat Masyarakat membutuhkannya.
5. Guna milik merupakan proses produksi yang memanfaatkan modal yang
dimiliki untuk dikelola oleh orang lain dan dari hasil tersebut ia mendapat
keuntungan.

13
Produsen dan konsumen perilakunya tidak jauh beda, yaitu memilih atas
berbagai alternatif. Keputusan yang diambil oleh produsen merupakan pilihan dari
berbagai alternatif. Alokasi dana dari produsen akan digunakan untuk faktor
produksi atau yang akan diproses menjadi output. Pada saat seluruh anggaran
yang dialokasikan oleh produsen untuk faktor produksi habis terpakai, maka
keseimbangan akan tercapai. Kemudian setiap produsen akan berupaya mencapai
tingkat produksi yang optimum. (Amalia, 2010)
Nilai-nilai yang harus dimiliki oleh produsen muslim adalah sebagai
berikut:
1. Kegiatan produksi yang dilakukannya diniatkan untuk ibadah.
2. Produsen muslim meyakini sesuatu yang dikerjakan mengikuti petunjuk
al-qur’an dan hadis tidak akan menyulitkannya.
3. Kegiatan produksi yang dijalankannya bukan untuk mencari keuntungan
dunia semata. Tetapi, produsen muslim meyakini harta yang ada padanya
adalah titipan Allah sehingga Amanah yang dibawanya dikelola demi
mencapai kemaslahatan.
4. Produsen muslim dalam proses produksi akan menghindari unsur
haram, riba, gharar, dzolim dan yang dilarang oleh islam

Keberkahan dan keuntungan yang didapatkan oleh produsen


muslim Ketika nilai-nilai diatas diterapkan dalam proses produksi. artinya
produsen muslim selain mendapatkan keuntungan dunia juga akan
menperoleh kebahagiaan yang hakiki yakni kemuliaan dunia dan akhirat.
Penerapan nilai-nilai diatas akan membedakan produsen muslim dengan
produsen non muslim.
Produsen muslim dilarang memproduksi sesuatu yang akan
membuat rusak akidah dan akhlak serta segala sesuatu yang akan merusak
identitas umat. Selain itu, dilarang merusak nilai-nilai agama, sibuk pada
sesuatu yang sia-sia, melakukan kedzoliman, merusak kesejahteraan
individu maupun umum. Kiranya dapat disimpulkan bahwa norma dan
etika produsen muslim adalah:

14
1. Tidak mementingkan keuntungan dunia semata
2. Tidak melakukan kedzaliman dan melampaui batas
3. Tidak memiliki sifat tamak dan rakus
4. Fokus terhadap yang diproduksinya itu halal atau haram, baik
atau buruk, ada manfaatnya atau tidak, sejalan dengan nilai akhlak,
norma dan etika atau tidak.
5. Hasil dari produksinya harus halal dan baik, tidak merugikan diri
sendiri maupun orang banyak tetap dalam etika, norma dan akhlak
yang mulia
F. Dasar perilaku produsen muslim

Beberapa prinsip dasar perilaku produsen muslim adalah sebagai berikut:


(nurohman, 2011)

1. Kreatif, inovatif, reaktif dan proaktif harus dimiliki oleh produsen


muslim dalam pembuatan suatu produk. Terkadang konsumen tidak mengetahui
apa yang ia butuhkan. Konsumen baru menyadari apa saja yang dibutuhkannya
Ketika melihat-lihat barang didalam toko atau mendapat informasi dari pemasar.
Produsen muslim dituntut agar kreatif dan inovatif dalam penyediaan barang yang
dibutuhkan oleh konsumen atau Masyarakat. Namun kreativitas tersebut harus
dibimbing oleh nilai-nilai luhur dalam ajaran islam yang bersifat mendidik
konsumen.

2. Kemaslahatan menjadi orientasi dalam pembuatan produk, bukan hanya


keuntungan yang diutamakan. Meskipun kelangsungan hidup produsen tergantung
sejauh mana dalam memperoleh keuntungan dari menjual produknya, namun
produsen dalam memproduksi barang atau jasa tidak asal laku dimasyarakat.
Dalam ajaran islam secara tegas dijelaskan barang atau jasa yang tidak boleh
dikonsumsi berarti dilarang juga untuk memproduksi barang atau jasa tersebut.
Sehingga orientasi produsen muslim bukan hanya mencari keuntungan namun
menjaga ketentraman.

15
3. Prinsip efisiensi penting dalam aktivitas produksi. misal dalam
penetapan kuantitas produk yang akan diproduksi. Maka terlebih dahulu produsen
muslim mengukur seberapa besar kebutuhan Masyarakat yang akan
mengkonsumsi barang atau jasa yang akan diproduksinya. Sebaliknya jika
produsen muslim memproduksi barang atau jasa secara berlebihan atau melebihi
kapasitas yang dibutuhkan Masyarakat, maka aktivitas produksinya menjadi sia-
sia atau bisa dikatakan tidak efisien juga pemborosan. Dalam islam pemborosan
sangat dilarang .

4. Produsen muslim selalu menjaga kewaspadaan dan antisipasi akses


negativ dari produk yang akan diproduksinya. Misal dalam memproduksi seperti
obatobatan, kosmetik, minuman, makanan, alat-alat teknologi dan lainnya
diproduksi dengan hati-hati atau penuh kewaspadaan sehingga produknya aman
untuk dikonsumsi oleh konsumen dan Masyarakat. Contoh tahapan yang akan
diproduksi; produsen harus menyiapkan bahan-bahan yang halal dan baik,
melakukan uji teknis atau medis, proses produksi selalu dipantau, siapkan tenaga
ahli dan lakukan eksperimen juga mencantumkan informasi terkait aturan
pemakaiannya. sehingga produk yang dibuatnya tidak membahayakan konsumen.

5. Produksi ramah akan lingkungan, pada kenyataanya limbah pabrik atau


kegiatan produksi yang ada limbahnya tidak ditangulangi dengan baik. Apabila
masalah limbah ini tidak diperhatikan, maka kerusakan lingkungan dapat
mendatangkan bencana bagi Masyarakat disekitarnya, bahkan pada seluruh
makhluk hidup.

Nilai-nilai islam yang relevan dengan produksi meliputi:

1. Memiliki wawasan jangka Panjang, artinya orientasi dalam melakukan


produksi adalah akhirat.

2. Menjaga Amanah dengan menepati janji dan kontrak, baik pada ruang
lingkup internal maupun eksternal.

3. Memenuhi takaran, ketepatan, kelugasan dan kebenaran

16
4. Disiplin serta dinamis

5. Menjaga ukhuwah pada semua pelaku ekonomi atau yang menjadi mitra
usaha dengannya.

6. Menghormati hak milik individu

7. Syarat syah dan rukun akad/transaksi dipenuhi

8. Adil dalam bertransaksi

9. Upah yang dibayarkan tepat waktu dan layak.

10. Menghindari jenis dan proses produksi yang diharamkan dalam ajaran
islam.

Produsen muslim yang menerapkan nilai-nilai diatas akan memperoleh


keuntungan finansial sekaligus mendapatkan keberkahan. Keuntungan finansial
dan berkah yang didapat oleh produsen muslim merupakan kemaslahatan
sehingga falah akan dicapai. Tidak ada jalan lain yang dapat ditempuh oleh
produsen muslim kecuali dengan cara ini, jika ingin memperoleh kebahagiaan
hakiki baik di dunia maupun di akhirat.

Kemaslahatan Bersama akan dijunjung tinggi oleh produsen muslim,


sehingga ia akan memaksimalkan kemaslahatan dan meminimalisir kemafsadatan.
Prinsip ini harus diterapkan pada saat produsen muslim melakukan kegiatan
produksi agar kemaslahatan terwujud dalam bentuk keselamatan, Kesehatan,
keamanan dan kenyamanan pada keduanya baik bagi produsen juga konsumen.

Prestasi produsen muslim dalam menciptakan produk yang baik, harus


dapat mewujudkan kemaslahatan dan Pendidikan bagi konsumen untuk
berperilaku yang baik dan rasional juga. Karena produk-produk yang disediakan
oleh produsen mempengaruhi gaya konsumtif Masyarakat. Tercapainya
kemaslahatan dan Pendidikan di Masyarakat mengantarkan bagi produsen dan
konsumen pada falah, yaitu Bahagia dan mulia dunia akhirat.

17
Falah akan tercapai apabila produsen muslim dapat mewujudkan
kemaslahatan terlebih dahulu. Kemaslahatan akan terealisasi jika produsen
muslim beraktivitas yang positif yang mengandung keberkahan. berkah
merupakan sesuatu yang disukai Allah, artinya jika produsen muslim mengikuti
petunjuk dari Allah maka keridoan-NYA akan didapat. Formulasi maslahah bagi
produsen muslim adalah :

Maslahah = keuntungan + berkah


M=∏+B
Dimana;
M = Maslahah
∏ = Keuntungan
B = Berkah
Keuntungan merupakan selisih antara pendapatan total atau total revenue (TR)
dengan biaya atau total cost (TC), yatu;
∏ = TR -T C
Produsen muslim akan meraih keberkahan apabila menerapkan prinsip dan
nilai islam pada aktivitas produksinya. Terkadang dalam menerapkan prinsip dan
nilai islam menimbulkan biaya ekstra sedangkan berkah merupakan keuntungan
yang bukan pada finansial saja. Oleh karena itu, untuk mendapat berkah atau
Berkah Reveneu (BR) dengan mengurangi oleh biaya-biaya ekstra yang
dikeluarkan atau Berkah Cost (BC). Rumusnya adalah :
B= BR-BC = -BC
Dalam persamaan diatas permintaan berkah dapat diasumsikan nol, karena
keberkahan tidak langsung berwujud material. Dengan demikian kemaslahatan
dapat didefinisikan pada persamaan
M = TR – TC – BC
Arti dari persamaan ini adalah berkah itu harus diusahakan atau
diwujudkan oleh pengorbanan.

G. Konsep pengusaha islam

1. Kerjasama

18
Mujahadah atau sungguh-sungguh dalam berusaha/bekerja merupakan
ajaran islam. Selain dari itu, pengusaha muslim diperintahkan untuk saling bekerja
sama dalam meraih kemaslahatan. Prinsip Kerjasama dalam berusaha/bekerja
akan mempermudah pekerjaan-pekerjaan yang dianggap sulit. Menerapkan
prinsip Kerjasama harus memiliki sikap tolong-menolong satu sama lainnya.
Tanpa ada sikap tolong-menolong Kerjasama tidak akan terjalin dengan baik.

Rasulullah SAW bersabda : Permudahlah dan jangan mempersulit, berilah


kabar gembira dan jangan membuat orang lari, saling bekerja samalah kalian
berdua dan jangan berselisih. (H.R. Bukhari dan muslim)

Mereka yang menggapai falah adalah mereka yang memiliki


kesungguhan, semangat dan aksi kerja cerdas baik dalam individu maupun
kelompok. Tidak ada pekerjaan yang dapat dilakukan oleh individu, karena pada
hakikatnya manusia membutuhkan orang lain. Misal pedagang yang menawarkan
barang atau jasanya pada Masyarakat. Artinya pedagang akan butuh konsumen
atau pembeli yang membutuhkan produknya. Begitupula konsumen membutuhkan
pedagang yang menyediakan kebutuhannya.

2. Biaya

Aktivitas produksi pasti akan memerlukan biaya-biaya yang harus


dikeluarkan atau dikorbankan oleh produsen. Diantara biaya-biaya tersebut
adalah; biaya untuk membeli bahan baku, biaya operasional, biaya gaji karyawan
dan biaya lainnya. Namun, ajaran islam tentang biaya produksi berbeda dengan
biaya produksi konvensional. Dalam islam mengenal konsep halal dan haram pada
biaya itu sendiri. Sehingga akuntansi manajemen syariah lebih menitikberatkan
pada sumber pembiayaan.

Produksi barang atau jasa dalam islam harus jelas. Artinya dalam
memproduksi barang atau jasa ada kejelasan bahwa yang diproduksi barang atau
jasa yang halal, begitupula biaya-biaya yang digunakan jelas halal baik halal
zatnya atau halal cara mendapatkannya.

Simpulan

19
Produksi adalah mengubah sumber daya agar lebih bermanfaat. Dalam
artian produsen mengubah sumber daya yang disediakan oleh Allah atau
mengolah materi yang ada untuk dapat diambil manfaatnya agar terpenuhi
kebutuhan konsumen atau Masyarakat. Pada saat produsen beraktivitas
memproduksi barang atau jasa, maka harus menerapkan nilai-nilai kebaikan.
Maksudnya penerapan etika dalam menjalankan suatu bisnis agar pencapaian
falah didapatkan. Sehingga produsen mendapatkan kemuliaan dan kebahagiaan
dunia akhirat serta menggapai ridho Allah swt.

Ekonomi islam tidak melarang produsen memperoleh keuntungan


finansial, namun dalam meraih keuntungan tersebut harus pada bingkaian tujuan
dan hukum islam. Tujuan utama dalam memproduksi barang atau jasa adalah
memaksimalkan kemaslahatan. Konsep maslahah dapat dirumuskan dengan
keuntungan finansial yang didapat ditambahkan dengan berkah.

20
Daftar Pustaka

Agung, I. G. (2008). Teori Ekonomi Mikro Suatu Analisis Produksi Terapan.


Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Amalia, M. N. (2010). Teori Mikro Ekonomi (Suatu Perbandingan Ekonomi Islam


dan Ekonomi Konvensional). Jakarta: Kencana.

Arif, N. R. (2011). Dasar-Dasar Ekonomi Islam. solo: PT. Era Adicitra intermedia.

Chapra, U. (1999). Islam dan Tantangan Ekonomi. Surabaya: Risalah Gusti.

Diana, I. N. (2008). Hadis-hadis Ekonomi. Malang: UIN MALANG PRESS


(ANGGOTA IKAP).

Fiqih Zulianih, A. A. (2020). Implementasi corporate social resposibility cv karya


perdana. Dinamika.

Haneef, M. A. (2010). Pemikiran Ekonomi Islam Kontemporer. Jakarta: PT.Raja


Grafindo Persada.

Jawas, Y. b. (2016). https://almanhaj.or.id/13400. From https://almanhaj.or.id:


https://almanhaj.or.id/13400-manusia-sangat-tamak-dan-rakus-terhadap-hartadan-
jabatan-2.html

Kamdani, B. R. (2004). Ekonomi Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Karim, A. A. (2007). Ekonomi Mikro Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

21
22

Anda mungkin juga menyukai