Anda di halaman 1dari 13

Makalah Ekonomi Syariah

“Perilaku Produsen dalam Perspektif Islam”


( diajukan guna memenuhi mata kuliah :Ekonomi Syariah

Dosen pengampu : Dr. Iskandar.M.Sy )

Oleh

Kelompok 4 :

1. Rizky Rahmady { 2011211001 }


2. Ma’rifah S.Tukan { 2011211002 }
3. Nur Fadillah Hasan { 2011211003 }

PRODI AHWAL ASY-SYAKHSIYYAH


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUPANG
2022
Kata Pengantar

Bismillahirrohmanirrohim

Puji dan syukur tak hentinya kami haturkan kehadirat Allah SWT yang telah
menciptakan seluruh alam semesta dan segala isinya, mulai dari Al-Qur’an sebagai
petunjuk sampai akal sebagai alat untuk berpikir sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.

Shalawat bernadakan salam kami sanjungkan keharibaan Nabi besar


Muhammad SAW. Yang telah mengubah seluruh waktu manusia di dunia ini, dan
yang telah membuka cakrawala ilmu pengetahuan sehingga dapat memotivasi
manusia untuk berpikir maju dengan ilmu pengetahuan teknologi yang semakin
berkembang.

Harapan semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi para


pembacanya, kami akui bahwa masih banyak kekurangan dalam pembuatan maklah
ini. Oleh karena itu kami mengharapkan kepada para pembaca untuk dapat
memberikan masukan yang bersifat membangun untuk menjadi sebuah perbaikan
kedepannya. Semoga Allah meridhoi kita.

Kupang, Maret 2022

Penyusun
Daftar Isi

KATA PENGANTAR ………………………………………………………………..i

DAFTAR ISI …………………………………………………………………………ii

BAB I : PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang …………………………………………………………….…4


1.2. Rumusan Masalah …………………………………...……………………….5
1.3. Tujuan Penulisan …………………………...………………………………...5

BAB II : PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Produksi dalam Islam……… ………………………….……….6

2.2 Urgensi Produksi dalam Islam..……………………….……………………..7

2.3 Perilaku Produsen dalam Islam…………. ………………………………….8

2.4 Prinsip dasar Perilaku Produsen dalam Islam ………………………….….9

BAB III : PENUTUP

3.1. Kesimpulan …………………………………………………………………….11

3.2. Saran ……………………………………………………………………………12

DAFTAR PUSTAKA………………………………...………………………………….13
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Produksi dalam ekonomi Islam merupakan setiap bentuk aktivitas yang
dilakukan untuk mewujudkan manfaat atau menambahkannya dengan cara
mengeksplorasi sumber-sumber ekonomi yang disediakan Allah SWT sehingga
menjadi maslahat, untuk memenuhi kebutuhan manusia, oleh karenanya aktifitas
produksi hendaknya berorientasi pada kebutuhan masyarakat luas. Sistem produksi
berarti merupakan rangkaian yang tidak terpisahkan dari prinsip produksi serta faktor
produksi.
Prinsip produksi dalam Islam berarti menghasilkan sesuatu yang halal yang
merupakan akumulasi dari semua proses produksi mulai dari sumber bahan baku
sampai dengan jenis produk yang dihasilkan baik berupa barang maupun jasa.
Sedangkan faktor-faktor produksi berarti segala yang menunjang keberhasilan
produksi seperti factor alam, faktor tenaga kerja, faktor modal serta faktor
manajemen. Pengertian produk tidak dapat dilepaskan dengan kebutuhan (need)
(Gitosudarmo, 2002).
Produksi tidak berarti hanya menciptakan secara fisik sesuatu
yang tidak ada, melainkan juga membuat barang-barang yang dihasilkan dari
beberapaaktivitas produksi memiliki daya guna. Tujuan kebahagiaan dunia dan
akhirat dalamproduksi berkaitan dengan maqashid al-syari‟ah sebagai prinsip
produksi antara lain kegiatan produksi harus dilandasi nilai-nilai islam sehingga
dalam memproduksi barang/jasa tidak boleh bertentangan dengan penjagaan terhadap
agama, jiwa, akal, keturunan dan harta, prioritas produksi harus sesuai dengan
prioritas kebutuhan yaitu
dharuriyyat, hajyiyat dan tahsiniyat,
Kegiatan produksi harus memperhatikan aspek keadilan, sosial, zakat,
sedekah, infak dan wakaf, mengelola sumber daya alam secara optimal, tidak boros,
tidak berlebihan serta tidak merusak lingkungan serta distribusi keuntungan yang adil
antara pemilik dan pengelola, manajemen dan karyawan. Produksi tidak bisa lepas
dari faktor sebagai alat produksi berupa faktor alam/tanah, faktor tenaga kerja, faktor
modal (kapital), faktor manajemen, teknologi serta bahan baku.

B. Rumusan Masalah
Adapun beberapa rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini
yaitu antara lain sebagai berikut :
1. Apa Pengertian Produksi menurut Islam ?
2. Bagaimana Urgensi Produksi dalam Islam ?
3. Bagaimana Perilaku Produsen dalam Islam ?
4. Apa saja Prinsip dasar Perilaku Produsen dalam Islam ?

C. Tujuan Penulisan
Adapun beberapa tujuan penulisan yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu
antara lain adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui Pengertian dari Produksi dalam Islam
2. Untuk mengetahui bagaimana Urgensi Produksi dalam Islam
3. Untuk mengetahui bagaimana Perilaku Produsen dalam Islam
4. Untuk mengetahui Prinsip dasar Perilaku Produsen dalam islam
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Produksi dalam Islam


Produksi dalam ekonomi Islam merupakan setiap bentuk aktivitas yang
dilakukan untuk mewujudkan manfaat atau menambahkannya dengan cara
mengeksplorasi sumber-sumber ekonomi yang disediakan Allah SWT sehingga
menjadi maslahat, untuk memenuhi kebutuhan manusia, oleh karenanya aktifitas
produksi hendaknya berorientasi pada kebutuhan masyarakat luas.
Sistem produksi berarti merupakan rangkaian yang tidak terpisahkan dari
prinsip produksi serta factor produksi. Prinsip produksi dalam Islam berarti
menghasilkan sesuatu yang halal yang merupakan akumulasi dari semua proses
produksi mulai dari sumber bahan baku sampai dengan jenis produk yang dihasilkan
baik berupa barang maupun jasa.
Produksi berarti memenuhi semua kebutuhan melalui kegiatan bisnis karena
salah satu tujuan utama bisnis adalah untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan
(needs and wants) manusia. Untuk dapat mempertahankan hidupnya, manusia
membutuhkan makan, minum, pakaian dan perlindungan (Zaki Fuad Chalil, 2009).
Kegiatan produksi dalam perspektif ekonomi Islam adalah terkait dengan
manusia dan eksistensinya dalam aktivitas ekonomi, produksi merupakan kegiatan
menciptakan kekayaan dengan pemanfaatan sumber alam oleh manusia. Berproduksi
lazim diartikan menciptakan nilai barang atau menambah nilai terhadap sesuatu
produk, barang dan jasa yang diproduksi itu haruslah hanya yang dibolehkan dan
menguntungkan (yakni halal dan baik) menurut Islam (Mohamed Aslam Haneef,
2010).
Produksi tidak berarti hanya menciptakan secara fisik sesuatu yang tidak ada,
melainkan yang dapat dilakukan oleh manusia adalah membuat barang-barang
menjadi berguna yang dihasilkan dari beberapa aktivitas produksi, karena tidak ada
seorang pun yang dapat menciptakan benda yang benar-benar baru. Membuat suatu
barang menjadi berguna berarti memproduksi suatu barang yang sesuai dengan
kebutuhan masyarakat serta memiliki daya jual yang yang tinggi (Ika Yunia Fauzia
dan Abdul Kadir Riyadi,
2014).
Kegiatan produksi sangatlah memperhatikan kemuliaan dan harkat manusia
yakni dengan mengangkat kualitas dan derajat hidup manusia. Kemuliaan harkat
kemanusiaan harus mendapat perhatian besar dan utama dalam keseluruhan aktifitas
produksi, karena segala aktivitas yang bertentangan dengan pemuliaan harkat
kemanusiaan bertentangan dengan ajaran Islam (P3EI) UII). Oleh karenanya, kegiatan
produksi dalam perspektif ekonomi Islam terkait dengan manusia dan eksistensinya
dalam aktivitas ekonomi (M. Nur Rianto Al-Arif, 2011).

B. Urgensi Produksi dalam Islam


Produksi merupakan bagian dari kegiatan ekonomi yang sangat penting dan
merupakan titik pangkal dari kegiatan ekonomi. Kegiatan distribusi maupun konsumsi
tidak mungkin dilakukan jika tidak produksi. Adam smith, Bapak Ekonomi Dunia
misalnya menjelaskan bahwa motif produksi adalah keuntungan sebagaimana
dikemukakannya dalam buku The wealth of nation. Dalam ajaran islam diajarkan,
manusia diwajibkan untuk berusaha agar mendapatkan rezeqi guna memenuhi
kebutuhan kehidupannya. Islam juga mengajarkan kepada manusia bahwa Allah
Maha Pemurah sehingga rezeqinya sangat luas.
Dari Miqdam ra, dari rasulullah SAW bersabda: "Tidak ada seseorang yang
memakan satu makanan pun lebih baik dari makanan pun yang lebih baik dari
makanan hasil usaha tangannnya sendiri. Dan sesungguhnya Nabi Daud a.s memakan
makanan dari hasil usahanya sendiri." (BUKHARI -1930);
Hal tersebut menjelaskan bahwa konsumsi terbaik adalah konsumsi yang
bersal atau diolah dengan menggunakan kemampuan atau usaha sendiri. Dengan
demikian, berdasarkan hadis dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa sutu produksi
bukan hanya menghasilkan suatu barang atau jasa namun juga penciptaan dan
peningkatan manfaat, yaitu kemampuan suatu barang atau jasa untuk memenuhi
kebutuhan manusia.
M. Rawwas Qalahji menjelaskan bahwa produksi (al-intaj) adalah ijadu sil'atin
(mewujudkan atau mengadakan sesuatu) atau khidmatu muayanatin bi istikhadami
muzayyajin min anashiril intaji dhamina itharu zamanin muhaddadin. (pelayanan jasa
yang jelas dengan menuntut adanya bantuan penggabungan unsur unsur produksi
yang terbingkai dalam waktu yang terbatas.

C. Perilaku Produsen dalam Islam


Pada hakikatnya etika merupakan bagian integral dalam bisnis yang dijalankan
secara profesional. Dalam jangka pajang, suatu bisis akan tetap berkesinambungandan
secara terus-menerus menghasilkan keuntungan, jika dilakukan atas dasar
kepercayaan dan kejujuran. Demikian pada suatu bisnis dalam perusahaan akan
berlangsung bila bisnis itu dilakukan dengan memberi perhatian kepada semua pihak
dalam perusahaan.
Etika dalam produksi adalah berdasarkan kode etik yang mencakup
tanggung jawab dan akuntabilitas korporasi yang diawasi ketat oleh
asosiasi-asosiasi perusahaan dan masyarakat umum. Hukum harus
dijadikan sarana pencegahan bagi pelaku bisnis. Perilaku pelaku bisnis
yang dapat membahayakan masyarakat dalam memproduksi barang dan jasa harus
dijerat dengan norma-norma hukum yang berlaku sehingga
masyarakat umum tidak dirugikan.
Saat ini banyak ketidaksempurnaan pasar yang seharusnya dapat dilenyapkan
jika prinsip ini diterima oleh masyarakat bisnis dari berbagai bangsa yang berada di
dunia. Prinsip perdagangan dan niaga ini telah ada dalam Alquran dan Sunnah, seperti
mengenai larangan melakukan sumpah palsu, larangan memberikan takaran yang
tidak benar dan keharusan menciptakan itikad baik dalam transaksi bisnis (Sri, 2002).
Perilaku produsen dalam etika bisnis Islam, prinsip yang harus dipegang teguh
oleh produsen adalah jujur dalam setiap melakukan transaksi sehingga dapat
memperoleh ridha Allah dalam kepuasan kedua belah pihak, yaitu produsen dan
konsumen dalam berbisnis. Apalagi di zaman modern ini, berbagai macam atau cara
manusia dalam bertransaksi akan membuat dan memberi peluang terhadap perilaku
produsen dalam kegiatan bisnisnya.
Dalam agama Islam perilaku produsen Muslim harus berpedoman kepada Al
Qur’an dan Sunnah Rasul. Produsen harus memiliki komitmen yang tinggi terhadap
keadilan dan kebijakan sehingga ini dapat menjadi pedoman bagi para produsen
kedepannya dalam menjalankan ekonomi dan bisnisnya. Sesungguhnya penerapan
prinsip yang Islami juga sangat kondusif bagi produsen untuk mencapai keuntungan
yang maksimum jangka panjang. Jadi tujuan keadilan dan kebijakan dalam produksi
akan berkolerasi positif dengan keuntungan yang didapatkan.

D. Prinsip dasar Perilaku Produsen dalam Islam


Prinsip produksi dalam Islam berarti menghasilkan sesuatu yang halal yang
merupakan akumulasi dari semua proses produksi mulai dari sumber bahan baku
sampai dengan jenis produk yang dihasilkan baik berupa barang maupun jasa. Prinsip
ekonomi Islam dapat dirangkum dalam empat prinsip, yaitu tauhid, keseimbangan,
kehendak bebas, dan tanggung jawab.
Pada prinsipnya kegiatan produksi terkait seluruhnya dengan syariat Islam, di
mana seluruh kegiatan produksi harus sejalan dengan tujuan dari konsumsi itu sendiri.
Konsumsi seorang muslim dilakukan untuk mencari falah (kebahagiaan), demikian
pula produksi dilakukan untuk menyediakan barang dan jasa guna falah tersebut. Al-
Qur’an dan Hadits Rasulullah Saw memberikan arahan mengenai prinsip-prinsip
produksi, yaitu sebagai berikut:

 Tugas manusia di muka bumi sebagai khalifah


Allah adalah memakmurkan bumi dengan ilmu dan amalnya. Allah
menciptakan bumi dan langit berserta segala apa yang ada di antara
keduanya karena sifat Rahmān dan Rahīm-Nya kepada manusia. Karenanya
sifat tersebut juga harus melandasi aktivitas manusia dalam pemanfaatan
bumi dan langit dan segala isinya.
 Islam selalu mendorong kemajuan di bidang produksi.
Menurut Yusuf Qardhawi, Islam membuka lebar penggunaan metode
ilmiah yang didasarkan pada penelitian, eksperimen, dan perhitungan.
Akan tetapi Islam tidak membenarkan pemenuhan terhadap hasil karya
ilmu pengetahuan dalam arti melepaskan dirinya dari al-Qur’an dan
Hadits.
 Teknik produksi diserahklan kepada keinginan dan kemampuan manusia.
Nabi pernah bersabda: “Kalian lebih mengetahui urusan dunia kalian”.
 Dalam berinovasi dan bereksperimen, pada prinsipnya agama Islam
menyukai kemudahan, menghindari mudarat dan memaksimalkan manfaat.
Dalam Islam tidak terdapat ajaran yang memerintahkan membiarkan
segala urusan berjalan dalam kesulitannya, karena pasrah kepada
keberuntungan atau kesialan, karena berdalih dengan ketetapan-Nya,
sebagaimana keyakinan yang terdapat di dalam agama-agama selain Islam.
Seseungguhnya Islam mengingkari itu semua dan menyuruh bekerja dan
berbuat, bersikap hati-hati dalam melaksanakannya. Tawakal dan sabar
adalah konsep penyerahan hasil kepada Allah SWT. Sebagai pemilik hak
prerogatif yang menentukan segala sesuatu setelah segala usaha dipenuhi
dengan optimal.

Dalam Islam prinsip fundamental yang harus diperhatikan dalam produksi


adalah prinsip kesejahteraan ekonomi. Menurut Mannan dalam sistem produksi Islam,
konsep kesejahteraan ekonomi digunakan dengan cara yang lebih luas. Konsep
kesejahteraan Islam terdiri atas bertambahnya pendapatan yang diakibatkan oleh
meningkatnya produksi dari barang-barang bermanfaat melalui pemanfaatan sumber
daya secara maksimum, baik manusia maupun benda dan melalui ikut sertanya jumlah
maksimum orang dalam proses produksi.

Hal tersebut menggambarkan aturan main produksi dalam Islam yaitu


produsen dapat mendapatkan laba yang diinginkan, juga ada aturan bahwa barang
yang diproduksi adalah barang yang bermanfaat dan sesuai dengan kebutuhannya.
Pernyataan tersebut memberikan kerangka produksi dalam Islam yang mencangkup
tiga hal yaitu input, proses dan output.

Dalam menjalankan aktivitas produksi yang paling penting diperhatikan


adalah aspek kehalalan.Tidak semua aktivitas yang menghasilkan barang atau jasa
dapat dikatakan aktivitas produksi. Dengan kata lain yang dapat dijadikan sebagai
aktivitas produksi menurut ekonomi Islam adalah aktivitas yang menghasilkan barang
atau jasa yang halal.

Menurut M.M Metwally asumsi-asumsi produksi harus dilakukan untuk


barang yang halal dengan proses produksi dan pasca produksi yang tidak
menimbulkan kemudharatan. Semua orang diberi kebebasan untuk melakukan proses
produksi asalkan tidak menimbulkan kemudharatan.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Produksi dalam ekonomi Islam merupakan setiap bentuk aktivitas yang
dilakukan untuk mewujudkan manfaat atau menambahkannya dengan cara
mengeksplorasi sumber-sumber ekonomi yang disediakan Allah SWT sehingga
menjadi maslahat, untuk memenuhi kebutuhan manusia, oleh karenanya aktifitas
produksi hendaknya berorientasi pada kebutuhan masyarakat luas.
Kegiatan produksi dalam perspektif ekonomi Islam adalah terkait dengan
manusia dan eksistensinya dalam aktivitas ekonomi, produksi merupakan kegiatan
menciptakan kekayaan dengan pemanfaatan sumber alam oleh manusia. Berproduksi
lazim diartikan menciptakan nilai barang atau menambah nilai terhadap sesuatu
produk, barang dan jasa yang diproduksi itu haruslah hanya yang dibolehkan dan
menguntungkan (yakni halal dan baik) menurut Islam (Mohamed Aslam Haneef,
2010).
Dari Miqdam ra, dari rasulullah SAW bersabda: "Tidak ada seseorang yang
memakan satu makanan pun lebih baik dari makanan pun yang lebih baik dari
makanan hasil usaha tangannnya sendiri. Dan sesungguhnya Nabi Daud a.s memakan
makanan dari hasil usahanya sendiri." (BUKHARI -1930);
Hal tersebut menjelaskan bahwa konsumsi terbaik adalah konsumsi yang
bersal atau diolah dengan menggunakan kemampuan atau usaha sendiri. Dengan
demikian, berdasarkan hadis dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa sutu produksi
bukan hanya menghasilkan suatu barang atau jasa namun juga penciptaan dan
peningkatan manfaat, yaitu kemampuan suatu barang atau jasa untuk memenuhi
kebutuhan manusia.
Perilaku produsen dalam etika bisnis Islam, prinsip yang harus dipegang teguh
oleh produsen adalah jujur dalam setiap melakukan transaksi sehingga dapat
memperoleh ridha Allah dalam kepuasan kedua belah pihak, yaitu produsen dan
konsumen dalam berbisnis. Apalagi di zaman modern ini, berbagai macam atau cara
manusia dalam bertransaksi akan membuat dan memberi peluang terhadap perilaku
produsen dalam kegiatan bisnisnya.
Dalam agama Islam perilaku produsen Muslim harus berpedoman kepada Al
Qur’an dan Sunnah Rasul. Produsen harus memiliki komitmen yang tinggi terhadap
keadilan dan kebijakan sehingga ini dapat menjadi pedoman bagi para produsen
kedepannya dalam menjalankan ekonomi dan bisnisnya.
Pada prinsipnya kegiatan produksi terkait seluruhnya dengan syariat Islam, di
mana seluruh kegiatan produksi harus sejalan dengan tujuan dari konsumsi itu sendiri.
Konsumsi seorang muslim dilakukan untuk mencari falah (kebahagiaan), demikian
pula produksi dilakukan untuk menyediakan barang dan jasa guna falah tersebut.

B. Saran
Sebagai seorang muslim maka sudah sepatutnya ketika kita ingin berbisnis
ataupun berdagang maka lakukanlah sesuai dengan ketentuan atau aturan yang telah
Allah tetapkan di dalam Al-Qur’an dan sunnah, ketika seseorang ingin melakukan
bisnis maka sudah seharusnya seseorang itu harus memiliki perilaku dan etika yang
baik agar ketika berbisnis nantinya tidak akan melukai atau menyinggung perasaan
orang lain atau pembeli. Marilah kita sama-sama belajar bagaimana seharusnya
perilaku yang harus dimiliki oleh seorang produsen dalam berdagang ataupun
berbisnis.
DAFTAR PUSTAKA

Agus Arijanto, Etika Bisnis Bagi Pelaku Bisnis, Jakarta: Rajawali Pers, 2012, h. 53

https://ejournal.feunhasy.ac.id/jies

https://media.neliti.com/media/publications/70513-ID-produksi-dalam-perspektif-ekonomi-
islam.pdf

https://www.kompasiana.com/syafiraprawestianggelina/5c7b88a1aeebe123a6364edb/
pentingnya-produksi-dalam-islam

Idri, Hadis Ekonomi ( Ekonomi dalam Perspektif Hadis Nabi)..., hlm. 67.

Mustafa Edwin Nasution,dkk. Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam (Jakarta: Kencana,


2007), hlm. 108

Sukarno Wibowo, Dedi Supriadi, Ekonomi MIkro Islam,(Bandung: Pustaka Setia, 2013),hlm.
249.

Yusuf Qardhawi, Norma dan Etika Ekonomi Islam(Jakarta: Gema Insani Press, 1997), hlm.
117

Anda mungkin juga menyukai