Anda di halaman 1dari 14

TEORI PRODUKSI ISLAM

Dosen Pengampun : ZEIN MUTTAQIEN SEI., MA.

Disusun Oleh :

Denny Sasmito Ajie 14423148

PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM

FAKULTAS ILMU AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA 2016

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................ii
KATA PENGANTAR............................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1. LATAR BELAKANG.........................................................................................1
2. RUMUSAN MASALAH.....................................................................................1
3. TUJUAN .............................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................2
1. PENGERTIAN PRODUKSI ISLAM..................................................................2
2. TUJUAN DALAM PRODUKSI ISLAM............................................................3
3. FAKTOR DALAM PRODUKSI ISLAM ...........................................................7
4. NILAI-NILAI ISLAM DALAM BERPRODUKSI.............................................8
BAB III PENUTUP................................................................................................10
1.KESIMPULAN...................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................11

ii
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas


berkat rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini. Sholawat serta salam atas junjungan Nabi Besar Muhammad SAW
yang telah membawa kami dari zaman gelap gulita menuju ke zaman yang terang
benderang yang kita nantikan syafaat beliau di hari akhir nanti.
Makalah ini di susun dalam rentang waktu yang cukup lama mengingat
tugas ini telah di sampaikan jauh-jauh hari,kami berharap dapat menyelesaikanya
dalam waktu singkat, namun untuk realitanya tidak sebagaimana yang di harapkan
penulis, karena banyaknya aktivitas yang menyita fokus dan waktu yang ada.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia yang
bertemakan Teori Perilaku Produksi
Dimana dalam makalah ini diharapkan lebih membuka wawasan berpikir
dibidang ekonomi mikro Islam. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari sempurna. Oleh karena itu, Kami mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini
memberikan informasi bagi kita semua dan bermanfaat untuk pengembangan ilmu
pengetahuan.

Yogyakarta, 19 Desember 2016

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang

Al Quran menggunakan konsep produksi barang dalam artian


luas. Al Quran menekankan manfaat dari barang yang diproduksi.
Memproduksi suatu barang harus mempunyai hubungan dengan
kebutuhan manusia. Berarti barang itu harus diproduksi untuk memenuhi
kebutuhan manusia, bukan untuk memproduksi barang mewah secara
berlebihan yang tidak sesuai dengan kebutuhan manusia, karenanya
tenagakerja yang dikeluarkan untuk memproduksi barang tersebut
dianggap tidak produktif.

Sifat tamak manusia menjadikan manusia berkeluh kesah,


tidak sabar dan gelisah dalam perjuangan mendapatkan kekayaan.
Dengan begitu akan memacu manusia untuk melakukan kegiatan yang
produktif. Manusia akan giat untuk memuaskan kebutuhannya yang
terus bertambah, sehingga akibatnya manusia cenderung melakukan
kerusakan (mafsadat) di muka bumi. Dari sifat dasar manusia yang
tamak itu pula menyebabkan manusia memiliki dorongan yang kuat
dan bimbingan serta arahan yang benar dan pasti akan menjadikan
manusia memiliki sifat mulia. Kemajuan manusia akan terus berlanjut
sepanjang mereka terus berjuang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Daya ciptanya yang tinggi akan terus menghasilkan produk-produk baru
dan metode serta teknik produksi yang makin sempurna, sehingga mampu
menjaga taraf hidup manusia seiring dengan perubahan zaman.

2. Rumusan Masalah

2.1. Apakah pengertian Produksi Islam?


2.2. Apakah Tujuan dalam Produksi Islam?
2.3. Apakah Faktor dalam Produksi Islam?
2. 4. Bagaimana nilai-nilai islam dalam berproduksi?

3. Tujuan

Untuk mengetahui bagaimana Produksi Islam sehingga dapat diketahui


tujuan produksi Islam serta faktor-faktor dan bagaimana nilai-nilai Islam
dalam berproduksi.

1
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Produksi

Produksi, distribusi dan konsumsi sesungguhnya merupakan satu


rangkaian ekonomi yang tidak dapat dipisahkan. Ketiganya memang
saling mempengaruhi, namun harus diakui bahwa produksi merupakan
titik pangkal dari rangkaian kegiatan ekonomi tersebut. Tidak akan ada
kegiatan distribusi tanpa produksi, demikian pula halnya kegiatan
konsumsi. Demikian pula, untuk mengetahui indikator kemajuan ekonomi
individual maupun suatu bangsa dapat dilihat pada tingkat
produktifitasnya(Rizal).

Menurut Setiawati (2014) yang dimaksud dengan proses produksi


adalah: Suatu cara, metode maupun teknik bagaimana penambahan
manfaat atau penciptaan faedah, bentuk, waktu dan tempat atas faktor-
faktor produksi sehingga dapat bermanfaat bagi pemenuhan kebutuhan
konsumen.

Misanam, Suseson, dan Hendrieanto (2013) menyatakan bahwa


Produksi adalah kegiatan manusia untuk menghasilkan barang dan jasa
yang kemudian dimanfaatkan oleh konsumen. Pada saat kebutuhan
manusia masih sedikit dan sederhana, kegiatan produksi dan konsumsi
sering kali dilakukan oleh seseorang sendiri. Seseorang memproduksi
sendiri barang dan jasa yang dikonsumsinya. Seiring dengan semakin
beragamnya kebutuhan konsumsi dan keterbatasan sumber daya yang ada
(termasuk kemampuannya), maka seseorang tidak dapat lagi menciptakan
sendiri barang dan jasa yang dibutuhkannya, tapi memperoleh dari pihak
lain yang mampu menghasilkannya.

Secara teknis produksi adalah proses mentransformasi input


menjadi output, tetapi definisi produksi dalam pandangan ilmu ekonomi
jauh lebih luas. Pendefinisian produksi mencakup tujuan kegiatan
menghasilkan output serta karakter-karakter yang melekat padanya.
Beberapa ahli ekonomi islam memberikan definisi yang berbeda mengenai
pengertian produksi, meskipun substansinya sama. Berikut pengertian
produksi menurut para ekonomi muslim kontemporer.

1. Karf (1992) mendefinisikan kegiatan produksi dalam perspektif islam


sebagai usaha manusia untuk memperbaiki tidak hanya kondisi fisik
materialnya, tetapi juga moralitas, sebagai sarana untuk mencapai tujuan
hidup sebagaimana digariskan dalam agama islam, yaitu kebahagiaan
dunia dan akhirat.
2. Rahman (1995) menekankan pentingnya keadilan dan kemerataan
produksi (distribusi produksi secaraa merata)

2
3. Al Haq (1996) menyatakan bahwa tujuan dari produksi adalah
memenuhi kebutuhan barang dan jasa yang merupakan fardlu kifayah,
yaitu kebutuhan yang bagi banyak orang pemenuhannya bersifat wajib.

Dalam definisi-definisi tersebut diatas terlihat sekali bahwa


kegiatan produksi dalam perspektif ekonomi islam padaa akhirnya
mengerucut pada manusia dan eksistensinya, meskipun definisi-definisi
tersebut berusaha mengelaborasi dari perspektif yang berbeda. Oleh karena
itu, dapat disimpulkan bahwa kepentingan manusia yang sejalan dengan
moral islam, harus menjadi fokus atau target dari kegiataan produksi.
Produksi Islam adalah proses mencari, mengalokasikan dan mengolah
sumber daya menjadi output dalam rangka meningkatkan mashlahah bagi
manusia. Produksi juga mencakup aspek tujuan kegiatan menghasilkan
output serta karakter-karakter yang melekat pada proses dan hasilnya.

Menurut Karim (2014) tanggung jawab manusia sebagai khalifah


adalah mengelola resources yang telah disediakan oleh Allah secara
efisien dan optimal agar kesejahteraan dan keadilan dapat ditegakkan. Satu
yang tidak boleh dan harus dihindari oleh manusia adalah berbuat
kerusakan di muka bumi. Dengan demikian, segala macam kegaiatan
ekonomi yang diajukan untuk mencari keuntungan tanpa berakibat pada
peningkatan utility atau nilai guna resources tidak disukai dalam Islam.
Nilai universal lain dalam ekonomi Islam tentang produksi adalah adanya
perintah untuk mencari sumber-sumber yang halal dan baik bagi produksi
dan memproduksi dan memanfaatkan output produksi pada jalan kebaikan
dan tidak mendzalimi pihak lain. Dengan demikian, penentuan input dan
output dari produksi haruslah sesuai dengan hukum Islam dan tidak
mengarahkan kepada kerusakan.

2. Tujuan dalam Produksi

Sebagaimana telah kemukakan, kegiatan prosuksi merupakan


respon terhadap kegiatan konsumsi, atau sebaliknya. Produksi adalah
kegiatan menciptakan suatu barang atau jasa, sementara konsumsi adalah
pemakaian atau pemanfaatan hasil produksi tersebut. Kegiatan produksi
dan konsumsi merupakan sebuah mata rantai yang saling berkait satu
dengan lainnya. Oleh karena itu, kegiatan produksi harus sepenuhnya
sejalan dengan kegiatan konsumsi. Apabila keduanya tidak sejalan, maka
tentu saja kegiatan ekonomi tidak akan berhasil mencapai tujuan yang
diinginkan. Misalnya, dalam konsumsi kita dilarang untuk memakan atau
meminum barang barang yang haram, seperti alkohol, babi, bangkai,
binatang yang tidak disembelih atas nama Allah, dan binatang buas.
Seseorang yang berperilaku Islami juga tidak boleh melakukan israf atau
berlebih-lebihan, tetapi hendaknya konsumsi dilakukan dengan takaran
yang moderat.

3
Secara lebih spesifik, tujuan kegiatan produksi adalah
meningkatkan kemashlahatan yang bisa diwujudkan dalam berbagai
bentuk diantaranya:
1. Pemenuhan kebutuhan manusai pada tingkat moderat.
2. Menemukan kebutuhan masyarakat da pemenuhannya.
3. Menyiapkan persediaan barang/jasa dimasa depan.
4. Pemenuhan sarana bagi kegaitan social dan ibadah kepada Allah.

Tujuan produksi yang pertama sangat jelas, yaitu pemenuhn sarana


kebutuhan manusia pada takaran moderat. Hal ini akan menimbulkan
setidaknya dua implikasi. Pertama, produsen hanya menghasilkan barang
dan jasa yang menjadi kebutuhan meskipun belum tentu merupakan
keinginan konsumen. Barang dan jasa yang dihasilkan harus memiliki
manfaat riil bagi kehidupan yang islami. Kedua, kuantitas produksi tidak
akan berlebihan, tetapi hanya sebatas kebutuhan yang wajar. Produksi
barng dan jasa secara berlebihan tidak saja menimbulkan mis-alokasi
sumber daya ekonomi dan kemubaziran, tetapi juga menyebabkan
terkurasnya sumber daya ekonomi ini secara cepat.

Meskipun poduksi hanya menyediakan sarana kebutuhan manusia


tidak berarti bahwa produsen sekadar bersikap reaktif terhadap kebutuhan
konsumen. Produsen harus proaktif, kreatif dan inovatif menemukan
berbagai barang dan jasa yang memang dibutuhkan oleh manusia. Sikap
proaktif ini juga harus berorientasi kedepan, dalam arti: pertama,
menghasilkan barang dan jasa yang bermanfaat bagi kehidupan masaa
mendatang; kedua, menyadari bahwa sumber daya ekonomi, baik natural
resources atau non natural resources, tidak hanya diperuntukkan bagi
manusia yang hidup sekarang, tetapi juga untuk generasi mendatang.

Orientasi kedepan ini akan mendorong produsen untuk terus


menerus melakukan riset dan pengembangan guna menemukan berbagai
jenis kebutuhan, teknologi yang diterapkan, serta berbagai standar lain
yang sesuai dengan tuntutan masa depan. Efisiensi dengan sendirinya juga
akan senantiasa dikembangkan, sebab dengan cara inilah kelangsungan
dan kesinambungan pembangunan akan terjaga. Ajaran islam juga
memberikan peringatan yang keras terhadap prilaku manusia yang gemar
membuat kerusakan dan kebinasaan, termasuk kerusakan lingkungan
hidup, demi mengejar kepuasaan.

Tujuan yang terakhir yaitu pemenuhan sarana bagi kegiatan social


dan ibadah kepada Allah. Sebenarnya ini merupakan tujuan produksi yang
paling orisinal dari ajaran islam. Dengn kata lain, tujuan produksi adalah
mendapatkan berkah, yang secara fisik belum tentu dirasakan oleh
pengusaha itu sendiri.

4
Dalam Kitab Hadits Arbain Nawawi karya Imam Nawawi yang kesepuluh
Tentang Memakan Rizki Yang Halal.

Terjemahannya :
Dari Abu Hurairah radhiallahu 'anh, ia berkata : Telah bersabda
Rasululloh : Sesungguhnya Allah itu baik, tidak menerima sesuatu
kecuali yang baik. Dan sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepada
orang-orang mukmin (seperti) apa yang telah diperintahkan kepada para
rasul, maka Allah telah berfirman: Wahai para Rasul, makanlah dari segala
sesuatu yang baik dan kerjakanlah amal shalih. Dan Dia berfirman: Wahai
orang-orang yang beriman, makanlah dari apa-apa yang baik yang telah
Kami berikan kepadamu. Kemudian beliau menceritakan kisah seorang
laki-laki yang melakukan perjalanan jauh, berambut kusut, dan berdebu
menengadahkan kedua tangannya ke langit seraya berdoa: Wahai Tuhan,
wahai Tuhan , sedangkan makanannya haram, minumannya haram,
pakaiannya haram dan dikenyangkan dengan makanan haram, maka
bagaimana orang seperti ini dikabulkan doanya".

[Muslim no. 1015]

5
Penjelasan:
Kata thayyib (baik) berkenaan dengan sifat Allah maksudnya ialah
bersih dari segala kekurangan. Hadits ini merupakan salah satu dasar dan
landasan pembinaan hukum Islam. Hadits ini berisi anjuran
membelanjakan sebagian dari harta yang halal dan melarang
membelanjakan harta yang haram. Makanan, minuman, pakaian dan
sebagainya hendaknya benar-benar yang halal tanpa bercampur yang
syubhat.

Orang yang ingin memohon kepada Allah hendaklah memperhatikan


persyaratan yang tersebut pada Hadits ini. Hadits ini juga menyatakan
bahwa seseorang yang membelanjakan hartanya dalam kebaikan berarti ia
telah membersihkan dan menumbuhkan hartanya. Makanan yang enak
tetapi tidak halal menjadi malapetaka bagi yang memakannya dan Allah
tidak akan menerima amal kebajikannya.

Kalimat kemudian beliau menceritakan kisah seorang laki-laki yang


melakukan perjalanan jauh, berambut kusut, dan berdebu, maksudnya
ialah menempuh perjalanan jauh untuk melaksanakan kebaikan seperti
haji, jihad, dan perbuatan baik lainnya. Amal kebajikan tersebut tidak akan
diterima oleh Allah bila yang bersangkutan makan, minum dan berpakaian
dari hasil yang haram. Lalu bagaimana lagi nasib orang-orang yang
berbuat dosa di dunia atau berlaku zhalim kepada orang lain atau
mengabaikan ibadah dan amal kebajikan?

Kalimat menengadahkan kedua tangannya maksudnya berdoa kepada


Allah memohon sesuatu, namun dia tetap berbuat dosa dan melanggar
aturan agama.

Kalimat makanannya haram, maka bagaimana orang seperti ini


dikabulkan doanya, maksudnya bagaimana orang yang perbuatannya
semacam itu akan dikabulkan doanya, karena dia bukanlah orang yang
layak dikabulkan doanya. Akan tetapi walaupun demikian, boleh saja
Allah mengabulkannya sebagai tanda kemurahan, kasih sayang dan
pemberian karunia.

Untuk itu karena setiap muslim diwajibkan baginya untuk memakan


makanan yang halal, itu juga memberi perintah bagi seorang muslim yang
mempunyai profesi sebagai orang yang memproduksi barang untuk
memproduksi hal hal yang halal juga.

6
3. Faktor dalam Produksi

Setiap proses produksi mempunyai landasan teknis, yang dalam teori


ekonomi disebut faktor produksi. Faktor produksi adalah suatu fungsi atau
persamaan yang menunjukkan hubungan antara tingkat output dan
kombinasi penggunaan input. Setiap produsen dalam toeri dianggap
mempunyai suatu faktor produksi untuk pabriknya. Hal ini dapat ditulis
dengan suatu persamaan matematis :

Q = f (X1, X2,X3,......,Xn)

Dimana Q = tingkat produksi (output)


X1, X2,X3,......,Xn = berbagai input yang digunakan.

Menurut Setyowati (2003) fungsi produksi adalah suatu fungsi atau


persamaan yang menunjukan hubungan anatara tingkat (dan kombinasi)
penggunaan input dan tingkat output persatuan waktu.

Dalam beberapa buku teks faktor produksi/input ini dapat ditulis secara
matematis dengan :

Q = f (K,L,R,T)

Q = tingkat produksi
K = modal
L = tenaga kerja dan keahlian wisausahawanan
R = kekayaan alam
T = teknologi

Menurut Al Arif dan Amalia (2010) maksud dari persamaan diatas


merupakan suatu pernyataan matematis yang pada dasarnya berartti bahwa
tingkat produksi suatu barang tergantung kepada jumlah modal, tenaga
kerja, kekayaan alam, dan tingkat teknologi yang digunakan. Jumlah
produksi yang berbeda-beda dengan sendirinya akan memerlukan berbagai
faktor produksi tersebut dalam jumlah yang berbeda-beda juga. Disamping
itu, untuk satu tingkat produksi tertentu dapat pula digunakan gabungan
faktor produksi yang berbeda. Dengan membandingkan berbagai
gabungan faktor-faktor produksi untuk menghasilkan sejumlah barang
tertentu dapatlah ditentukan gabungan faktor produksi yang paling
ekonomis untuk memproduksi sejumlah barang. Menurut Nawangsasi
(2007) Pada umumnya pengendalian kualitas di dalam perusahaan
mempunyai beberapa tujuan tertentu yaitu antara lain terdapatnya
peningkatan kepuasan konsumen dan proses produksi dapat dilaksanakan
dengan biaya yang serendah-rendahnya serta selesai pada waktu yang telah
ditetapkan.

7
Contohnya untuk memperoleh produksi maksimal, petani harus
mengadakan pemilihan penggunaan faktor produksi secara tepat,
mengkombinasikan secara optimal dan efisien. Namun kenyataannya,
masih banyak petani yang belum memahami bagaimana faktor produksi
tersebut digunakan secara efisien agar produksi semakin tinggi dan
pendapatan petani juga meningkat (Lubis)

Menurut Naibaho (2012) Faktor sosial ekonomi seperti umur, tingkat


pendidikan petani, lamanya berusahatani, jumlah tanggungan keluarga,
luas usahatani, tenaga kerja dan modal dikalangan setiap petani berbeda.
Hal ini berkaitan dengan jumlah total pendapatan petani dan keluarganya
sebagai upaya untuk meningkatkan kesejahteraan petani dan keluarganya
melalui peningkatan produksi.

Dalam teori ekonomi diambil pula satu amsumsi dasar mengenai sifat dari
fungsi produksi, yaitu fungsi produksi dari semua produksi dimana semua
produsen dianggap tunduk pada suatu hukum yang disebut : The Law of
Diminishing Returns. Hukum ini mengatakan bahwa bila suatu macam
input ditambah penggunaannya sedang input lain tetap maka tambahan
output yang dihasilkan dari setiap tambahan satu unit input yang
ditambahkan tadi mula-mula menarik tetapi kemudian setelah mencapai
suatu titik tertentu akan semakin menurun seiring dengan pertambahan
input. Dengan demikian, pada hakikatnya The Law of Diminishing Returns
dapat dibedakan dalam tiga tahap, yaitu :

a. Tahap pertama, produksi total mengalami pertambahan yang semakin


cepat
b. Tahap kedua, produksi total pertambahannya semakin lambat
c. Tahap ketiga, produksi total semakin lama semakin berkurang.

4. Nilai-nilai islam dalam berproduksi

Menurut Misanam, Suseson, dan Hendrieanto (2013) upaya produsen


untuk memperoleh mashlahah yang maksimum dapat terwujud apabila
produsen mengaplikasikan nilai-nilai islam. Dengan kata lain, seluruh
kegiatan produksi terikat pada tatanan nilai moral dan teknikal yang
islami. Metwally mengatakan, perbedaan dari perusahan-perusahan non
muslim tak hanya pada tujuannya, tetapi juga pada kebijakan-kebijakan
ekonomi dan strategi pasarnya.

Nilai-nilai islam yng relevan dengan produksi dikembangkan dari


tiga nilai utama dalm ekonomi islam, yaitu: khilafah, adil, dan
takaful.secara lebih rinci nilai-nilai islam dalam produksi meliputi:
1. Berwawasan jangka panjang, yaitu berorientasi kepada tujuan akhirat;
2. Menepati janji dan kontrak, baik dalam lingkup internal atau eksternal;

8
3. Memenuhi takran, ketepatan, kelugasan dan kebenaran;
4. Berpegang teguh pada kedisiplinan dan dinamis;
5. Memuliakan prestasi/produktifitas;
6. Mendorong ukhuwah antarsesama pelaku ekonomi;
7. Menghormati hak milik individu;
8. Mengikuti syarta sah dan rukun akad/transaksi;
9. Adil dalam bertransaksi;
10. Memiliki wawasan social;
11. Pembayaran upah tepat waktu dan layak;
12. Menghindari jenis dan proses produksi yang diharamkan dalm islam.

Penerapan nilai-nilai diatas dalam produksi tidak saja akan


mendatangkan keuntungan bagi produsen, tetapi sekaligus mendatangkan
berkah. Kombinasi keuntungan dan berkah yang diproleh oleh produsen
merupakan satu mashlahah yang akan member kontribusi bagi tercapinya
falah.Dengan cara ini, maka produsen akan memperoleh kebahagiaan
hakiki, yaitu kemuliaan tidak saja di dunia tetapi juga diakhirat.

9
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan

Produksi adalah proses mencari, mengalokasikan dan mengolah


sumber daya menjadi output dalam rangka meningkatkan mashlahah bagi
manusia. Produksi juga mencakup aspek tujuan kegiatan menghasilkan
output serta karakter-karakter yang melekat pada proses dan hasilnya.

Oleh karena setiap muslim diwajibkan baginya untuk memakan


makanan yang halal, itu juga memberi perintah bagi seorang muslim yang
mempunyai profesi sebagai orang yang memproduksi barang untuk
memproduksi hal hal yang halal juga.

Jumlah produksi yang berbeda-beda dengan sendirinya akan


memerlukan berbagai faktor produksi tersebut dalam jumlah yang
berbeda-beda juga. Disamping itu, untuk satu tingkat produksi tertentu
dapat pula digunakan gabungan faktor produksi yang berbeda. Dengan
membandingkan berbagai gabungan faktor-faktor produksi untuk
menghasilkan sejumlah barang tertentu dapatlah ditentukan gabungan
faktor produksi yang paling ekonomis untuk memproduksi sejumlah
barang.

Penerapan nilai-nilai dalam produksi tidak saja akan mendatangkan


keuntungan bagi produsen, tetapi sekaligus mendatangkan berkah.
Kombinasi keuntungan dan berkah yang diproleh oleh produsen
merupakan satu mashlahah yang akan member kontribusi bagi tercapinya
falah.Dengan cara ini, maka produsen akan memperoleh kebahagiaan
hakiki, yaitu kemuliaan tidak saja di dunia tetapi juga diakhirat.

10
DAFTAR PUSTAKA

Al Arif, M. Nur Rianto dan Amalia, Euis. 2010. Teori mikroekonomi suatu
perbandingan Ekonomi Islam dan Ekonomi Konvensional. Jakarta,
Penerbit Kencana
Karim, Adiwarman. 2007. Ekonomi Mikro Islami. Jakarta, PT Raja
Grafindo Persada.
Lubis, Satia Negara. Analisis Efisiensi Produksi Dan Pendapatan
Usahatani Jagung.
http://jurnal.usu.ac.id/index.php/ceress/article/download/8126/3507
Misanam, Munrokhim. 2012. Ekonomi Islam. Jakarta, Raja Grafindo
Persada
Naibaho, Tota Totor.2012 Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi Petani
Terhadap Produksi Usahatani Sawi. UMSU
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=58817&val=4143
Nawangsasi, Yuli.2007. Analisis Dampak Biaya Kualitas Terhadap
Produktivitas Produksi. Jurnal Computech & Bisnis, Vol. 1, No. 2,
Desember 2007, 137-145 ISSN 1978-9629 http://jurnal.stmik-
mi.ac.id/index.php/jcb/article/download/16/16
Nawawi. 676 H. Arbain Nawawi. Semarang, Toha Putra
Rijal, Syamsul. Teori Produksi Dan Perilaku Produsen Dalam Perspektif
Islam. Mahasiswa Program Doktor Univ. Islam Negeri Alaudin Makassar
http://jurnalequity.org/wp-content/uploads/2016/09/TEORI-PRODUKSI-
DAN-PERILAKU-PRODUSEN-DALAM-PERSPEKTIF-ISLAM.pdf
Setiawati, Fitria. 2014. Analisis Pengendalian Proses Produksi Untuk
Meningkatkatkan Kualitas Produk Pada Perusahaan Pt. Batik Dan Liris
Sukoharjo. UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
http://eprints.ums.ac.id/29614/18/02._Naskah_Publikasi.pdf
Setyowati, Endang. 2003. Ekonomi Mikro Pengantar. Yogyakarta, STIE
YKPN

11

Anda mungkin juga menyukai