Anda di halaman 1dari 15

“ TEORI PRODUKSI ISLAM “

Disusun Oleh :
Kelompok 2

Tarisah Azzahra ( 2004020025 )


Indah Nurfauzia Rahman ( 2004020026 )
Reski R ( 2004020007 )
Handayani ( 2004020003 )
Yusra Anton ( 2004020009 )

Dosen Pengampu :
Mujahidin S.Pd.,M.E.

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALOPO

TAHUN AKADEMIK 2020/2021


KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat limpahan
rahmat,taufiq, dan hidayah-Nya, sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan sebuah
makalah dengan judul“ Teori Produksi dalam Islam”.Makalah ini diajukan untuk memenuhi
salah satu syarat dalam menyelesaikan tugas perkuliahan.Dengan tersusunnya makalah ini
kami berharap kepada Bapak Pembina atau Pembimbing berkenan meluangkan waktu untuk
membina dan membimbing pembuatan makalah yang ditugaskankepada Mahasiswa. Terima
kasih pula kepada rekan-rekan seangkatan dan semua pihak yang terlibat dalam pembutan
makalah ini.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Produksi adalah sebuah proses yang telah terlahir di muka bumi ini semenjak
manusia menghuni planetini. Produksi sangat prinsip bagi kelangsungan hidup dan
juga peradaban manusia dan bumi.Sesungguhnya produksi lahir dan tumbuh dari
menyatunya manusia dengan alam. Kegiatan produksimerupakan mata rantai dari
konsumsi dan distribusi. Kegiatan produksilah yang menghasikan barangdan jasa,
kemudian dikonsumsi oleh para konsumen. Tanpa produksi maka kegiatan ekonomi
akan berhenti, begitu pula sebaliknya. Untuk menghasilkan barang dan jasa kegiatan
produksi melibatkan banyak faktor produksi. Fungsi produksi menggambarkan
hubungan antar jumlah input dengan outputyang dapat dihasilkan dalam satu waktu
periode tertentu.
Dalam teori produksi memberikan penjelasantentang perilaku produsen
tentang perilaku produsen dalam memaksimalkan keuntungannya
maupunmengoptimalkan efisiensi produksinya. Dimana Islam mengakui pemilikian
pribadi dalam batas-batastertentu termasuk pemilikan alat produksi, akan tetapi hak
tersebut tidak mutlak.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari produksi menurut syari`at Islam ?
2. Apa yang menjadi tujuan dan prinsip-prinsip dalam produksi menurut syari`at
Islam ?
3. Apa saja faktor produksi menurut syari`at Islam ?
4. Bagaimana pola dan etika produksi menurut syari`at Islam ?
5. Apa yang dimaksud dengan fungsi produksi dalam Islam ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian, tujuan dan prinsip produksi menurut syari`at Islam.
2. Untuk mengetahui faktor, pola, dan etika produksi menurut syari`at Islam.
3. Untuk mengetahui tentang fungsi produksi menurut syari`at Islam.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Produksi Dalam Islam


Dr. Muhammad Rawwas Qalahji memberikan padanan kata “produksi” dalam
bahasa arab dengan kata al-intaj yang secara harfiyah dimaknai dengan ijadu sil’atin
(mewujudkan atau mengadakan sesuatu)atau khidmatu mu’ayyanatin bi istikhdami
muzayyajin min anashir al-intaj dhamina itharu zaman imuhaddadin (pelayanan jasa
yang jelas dengan menuntut adanya bantuan penggabungan unsur-unsur produksi
yang terbingkai dalam waktu yang terbatas).Hal yang senada di ucapkan oleh Dr.
Abdurahman Yusro Ahmad dalam bukunya Muqaddimah fi Ilmal-iqtishad al-Islamy.
Abdurahman lebih jauh menjelaskan bahwa dalam melakukan proses produksiyang
dijadikan ukuran utamanya adalah nilai manfaat (utility) yang diambil dari hasil
produksi tersebut.
Dalam pandangannya harus mengacu pada nilai utility dan masih dalam
bingkai nilai “halal” serta tidak membahayakan bagi diri seseorang attaupun
sekelompok masyarakat. Dalam hal ini, Abdurahmanmerefleksikan pemikirannya
dengan mengacu pada al-Quran Surat Al Baqarah: 219 yang menjelaskan tentang
pertanyaan dari manfaat memakai (memproduksi) khamr .Lain halnya dengan
Taqiyuddin an-Nabhani dalam mengantarkan pemahaman tentang produksi; ialebih
suka memakai kata istishna untuk mengartikan ‘produksi’ dalam bahasa arab. An-
Nabhanimemahami produksi itu sebagai sesuatu uang mubah dan jelas berdasarkan
as-sunnah. Sebab,Rasulullah Saw pernah membuat cincin. Diriwayatkan dari Anas
yang mengatakan “Nabi Saw telahmembuat cincin” (HR Imam Bukhari). Dari Ibnu
mas’ud: “ Bahwa Nabi Saw telah membuat cincinyang terbuat dari emas.” (HR Imam
Bukhari). Beliau juga pernah membuat mimbar. Dari Saha; berkata“ Rasulullah Saw
telah mengutus kepada seorang wanita, (kata beliau): Perintahkanlah anakmu situkang
kayu untuk membuatkan tempat dudukku, sehingga aku bisa duduk diatasnya” (HR
ImamBukhari). Pada masa Rasulullah, orang-orang biasa memproduksi barang dan
beliau pun mendiamkanaktifitas mereka. Sehingga diamnya beliau menunjukan
adanya pengakuan (taqrir) beliau terhadap aktifitas berproduksi mereka. Status (taqrir)
dan perbuatan Rasul itu sama dengan sabda beliau, artinyasama merupakan dalil
syara’.
Dari pengertian diatas produksi dimaksudkan untuk mewujudkan suatu barang
dan jasa yang digunakantidak hanya untuk kebutuhan fisik tetapi juga untuk
memenuhi kebutuhan non fisik, dalam artian yang lain produksi dimaksudkan untuk
menciptakan mashlahah bukan hanya menciptakan materi.Produksi adalah
menciptakan manfaat dan bukan menciptakan materi. Maksudnya adalah
bahwamanusia mengolah materi itu untuk mencukupi berbagai kebutuhannya,
sehingga materi itu mempunyaikemanfaatan. Apa yang bisa dilakukan manusia dalam
“memproduksi” tidak sampai pada merubahsubstansi benda. Yang dapat dilakukan
manusia berkisar pada misalnya mengambilnya dari tempatyang asli dan
mengeluarkan atau mengeksploitasi (ekstraktif).Memindahkannya dari tempat yang
tidak membutuhkan ke tempat yang membutuhkannya, ataumenjaganya dengan cara
menyimpan agar bisa dimanfaatkan di masa yang akan datang ataumengolahnya
dengan memasukkan bahan-bahan tertentu, menutupi kebutuhan tertentu,
ataumengubahnya dari satu bentuk menjadi bentuk yang lainnya dengan melakukan
sterilisasi, pemintalan, pengukiran, atau penggilingan, dan sebagainya. Atau
mencampurnya dengan cara tertentu agar menjadisesuatu yang baru.

B. Tujuan Produksi Dalam Islam


Dalam konsep ekonomi konvensional (kapitalis) produksi dimaksudkan untuk
memperoleh labasebesar besarnya, berbeda dengan tujuan produksi dalam ekonomi
konvensional, tujuan produksi dalamislam yaitu memberikan Mashlahah yang
maksimum bagi konsumen.Walaupun dalam ekonomi islam tujuan utamannya adalah
memaksimalkan mashlahah, memperolehlaba tidaklah dilarang selama berada dalam
bingkai tujuan dan hukum islam. Dalam konsep mashlahahdirumuskan dengan
keuntungan ditambah dengan berkah.Keuntungan bagi seorang produsen biasannya
adalah laba ( profit), yang diperoleh setelah dikurangioleh faktor-faktor produksi.
Sedangkan berkah berwujud segala hal yang memberikan kebaikan danmanfaat bagi
rodusen sendiri dan manusia secara keseluruhan.Keberkahan ini dapat dicapai jika
produsen menerapkan prinsip dan nilai islam dalam kegiatan produksinnya. Dalam
upaya mencari berkah dalam jangka pendek akan menurunkan keuntungan(karena
adannya biaya berkah), tetapi dalam jangka panjang kemungkinan justru akan
meningkatkankeuntungan, kerena meningkatnya permintaan.Berkah merupakan
komponen penting dalam mashlahah. Oleh karena itu, bagaimanapun dan
sepertiapapun pengklasifikasiannya, berkah harus dimasukkan dalam input produksi,
sebab berkahmempunyai andil (share) nyata dalam membentuk output.
Berkah yang dimasukkan dalam input produksi meliputi bahan baku yang
dipergunakan untuk proses produksi harus memiliki kebaikan dan manfaat baik
dimasa sekarang maupun dimasa mendatang.Penggunaan bahan baku yang ilegal
(tanpa izin) baik itu dari hasil illegal logging, maupun penggunaan bahan baku yang
tanpa batas dalam penggunaannya dalam jangka waktu pendek mungkin
akanmemiliki nilai manfaat yang baik(pendistribusian baik), tetapi dalam jangka
waktu panjang akanmenimbulkan masalah. Sebagai contoh penggunaan bahan baku
dari ilegal logging dalam jangka panjang akan menimbulkan berbagai bencana, dan
akan memberikan nilai mudharat kepada para penerus/generasi selanjutnya.

C. Prinsip Produksi Dalam Islam


Pada prinsipnya kegiatan produksi terkait seluruhnya dengan syariat Islam,
dimana seluruh kegiatan produksi harus sejalan dengan tujuan dari konsumsi itu
sendiri. Konsumsi seorang muslim dilakukanuntuk mencari falah (kebahagiaan)
demikian pula produksi dilakukan untuk menyediakan barang dan jasa guna falah
tersebut. Di bawah ini ada beberapa implikasi mendasar bagi kegiatan produksi dan
perekonomian secara keseluruhan, antara lain:
1. Seluruh kegiatan produksi terikat pada tataran nilai moral dan teknikal yang
Islami.
Sejak dari kegiatan mengorganisisr faktor produksi, proses produksi hingga
pemasaran dan dan pelayanan kepada konsumen semuanya harus mengikuti
moralitas Islam. Metwally (1992) mengatakan”perbedaan dari perusahaan-
perusahaan non Islami tak hanya pada tujuannya, tetapi juga padakebijakan-
kebijakan ekonomi dan strategi pasarnya”. Produksi barag dan jasa yang dapat
merusak moralitas dan menjauhkan manusia dari nilai-nilai relijius tidak akan
diperbolehkan
2. Kegiatan produksi harus memperhatikan aspek sosial-kemasyarakatan
Kegiatan produksi harus menjaga nilai-nilai keseimbangan dan harmoni
dengan lingkungan sosial danlingkungan hidup dalam masyarakat dalam skala
yang lebih luas. Selain itu, masyarakat juga nerhak menikmati hasil produksi
secara memadai dan berkualitas. Jadi produksi bukan hanya
menyangkutkepentingan para produsen ( staock holders)saja tapi juga masyarakat
secara keseluruhan (stakeholders). Pemerataan manfaat dan keuntungan produksi
bagi keseluruhan masyarakat dan dilakukandengan cara yang paling baik
merupakan tujuan utama kegiatan ekonomi.
3. Permasalahan ekonomi muncul bukan saja karena kelangkaan tetapi lebih
kompleks.
Masalah ekonomi muncul bukan karena adanya kelangkaan sumber daya
ekonomi untuk pemenuhankebutuhan manusia saja, tetapi juga disebabkan oleh
kemalasan dan pengabaian optimalisasi segalaanugerah Allah, baik dalam bentuk
sumber daya alam maupunmanusia. Sikap terserbut dalam Al-Qur’an sering
disebut sebagai kezaliman atau pengingkaran terhadap nikmat Allah. Hal ini
akanmembawa implikasi bahwa prinsip produksi bukan sekedar efisiensi, tetapi
secara luas adalah bagaimana mengoptimalisasikan pemanfaatan sumber daya
ekonomi dalam kerangka pengabdianmanusia kepada Tuhannya.Kegiatan
produksi dalam perspektif Islam bersifat alturistik sehingga produsen tidak hanya
mengejar keuntungan maksimum saja. Produsen harus mengejar tujuan yang lebih
luas sebagaimana tujuanajaran Islam yaitu falah didunia dan akhirat. Kegiatan
produksi juga harus berpedoman kepada nilai-nilai keadilan dan kebajikan bagi
masyarakat. Prinsip pokok produsen yang Islami yaitu : 1. memilikikomitmen
yang penuh terhadap keadilan, 2. memiliki dorongan untuk melayani masyarakat
sehinggasegala keputusan perusahaan harus mempertimbangkan hal ini , 3.
optimasi keuntungan diperkenankandengan batasan kedua prinsip di atas.

Ayat Al-Qur’an tentang Prinsip Produksi


Ayat yang berkaitan dengan faktor produksi Tanah dalam Surat As-Sajdah :
“Dan apakah mereka tidak memperhatikan, bahwasanya kami menghalau (awan
yang mengandung)air ke bumi yang tandus, lalu kami tumbuhkan dengan air hujan itu
tanaman yang daripadanya makanhewan ternak mereka dan mereka sendiri. Maka
apakah mereka tidak memperhatikan?”
Ayat diatas menjelaskan tentang tanah yang berfungsi sebagai penyerap air hujan
dan akhirnya tumbuhtanaman-tanaman yang terdiri dari beragam jenis. Tanaman itu
dapat dimanfaatkan manusia sebagaifaktor produksi alam, dari tanaman tersebut juga
dikonsumsi oleh hewan ternak yang pada akhirnya juga hewan ternak tersebut diambil
manfaatnya (diproduksi) dengan berbgai bentuk seperti diambildagingnya, susunya
dan lain sebagaiya yang ada pada hewan ternak tersebut.Ayat ini juga memberikan
kepada kita untuk berfikir dalam pemanfaatan sumber daya alam dan prosesterjadinya
hujan. Jelas sekali menunjukkan adanya suatu siklus produksi dari proses turunnya
hujan, tumbuh tanaman, menghasilkan dedunan dan buah-buahan yang segar setelah
di disiram dengan air hujan dan pada akhirnya diakan oleh manusia dan hewan untuk
konsumsi. Siklus rantai makanan yang berkesinambungan agaknya telah dijelskan
secara baik dalam ayat ini. Tentunya puila harus disertaidengan prinsip efisiensi
dalam memanfaatkan seluruh batas kemungkinan produksinya.Ayat yang berkaitan
dengan faktor produksi Tenaga Kerja dalam Surat Huud : 6
“Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka shaleh. Shaleh berkata: “Hai
kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. dia Telah
menciptakan kamu dari bumi (tanah)dan menjadikan kamu pemakmurnya, Karena itu
mohonlah ampunan-Nya, Kemudian bertobatlahkepada-Nya, Sesungguhnya Tuhanku
amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa hamba- Nya).”
Kata kunci dari faktor produksi tenaga kerja terdapat dalam kata wasta’maraku
yang berarti pemakmur. Manusia sebagai khalifah dimuka bumi ini diharapkan oleh
Allah untuk menjadi pemakmur bumi dalam pemanfaatan tanah dan alam yang ada.
Kata pemakmur mengindikasikan untuk selalumenajdikan alam ini makmur dan tidak
menjadi penghabis (aakiliin)atau perusak alam ( faasidiin).Manusia dengan akalnya
yang sempurna telah diperintahkan oleh Allah untuk dpaat terus mengolehalam ini
bagi kesinambungan alam itu sendiri, dalam hal ini nampaklah segala macam kegiatan
produksi amat bergantung kepada siapa yang memproduksi (subyek) yang diharapkan
dpat menjadi pengolah alam ini menuju kepada kebahagiaan dunia dan akhirat.Ayat
yang berkaitan dengan faktor produksi Modal dalam Surat Al-Baqarah : 272
“Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetapi
Allah-lah yang memberi petunjuk (memberi taufiq) siapa yang dikehendaki-Nya. dan
apa saja harta yang baik yang kamunafkahkan (di jalan Allah), Maka pahalanya itu
untuk kamu sendiri. dan janganlah kamumembelanjakan sesuatu melainkan Karena
mencari keridhaan Allah. dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan, niscaya
kamu akan diberi pahalanya dengan cukup sedang kamu sedikitpuntidak akan
dianiaya (dirugikan)”
Modal sangat penting dalam kegiatan produksi baik yang bersifat tangible asset
maupun intangibleasset.Kata apa saja harta yang baik menunjukkan bahwa manusia
diberi modal yang cukup oleh Allahuntuk dapat melakukan kegiatan pemenuhan
kebutuhannya secara materi. Modal dapat pula memberikan makna segala sesuatu
yang digunakan dan tidak habis, untuk diputarkan secara ekonomidengan harapan dari
modal tersebut menghasilkan hasil yang lebih, dari hasil yang lebih tersebut
terusdiputar sampai pada pencapaian keuntungan yang maksimal(profit) dari modal
yang kita miliki yang pada akhirnya tercapailah suatu optimalisasi dari modal
tersebut.
Hadits yang berkaitan dengan prinsip produksi
HR Bukhari Muslim – “Tidak ada yang lebih baik dari seseorang yang memakan
makanan, kecuali jikamakanan itu diperolehnya dari hasil jerih payahnya sendiri. Jika
ada seseorang di antara kamu mencarikayu bakar, kemudian mengumpulkan kayu itu
dan mengikatnya dengan tali lantas memikulnya di punggungnya, sesungguhnya itu
lebih baik ketimbang meminta-minta kepada orang lain.”HR Thabrani dan Dailami –
“Sesunggguhnya Allah sangat suka melihat hamba-Nya yang berusahamencari rezeki
yang halal”HR Thabrani – “Berusaha mencari rezeki halal adalah wajib bagi setiap
muslim”Hadits diatas menjelaskan tentang prinsip produksi dalam Islam yang
berusaha mengolah bahan baku(dalam hal ini kayu bakar) untuk dapat digunakan
untuk penyulut api (kompor pemanas makanan) dandari kompor yang dipanaskan
oleh kayu bakar ini menghasilkan suatu makanan yang dapat dikonsumsi. Nampaklah
bahwa terjadi siklus produksi dari pemanfaatan input berupa kayu bakar yang melalui
proses sedemikian rupa berupa pemanasan makanan yang pada akhirnya
menghasilkan output berupamakanan yang dapat dikonsumsi oleh manusia.HR
Bukhari – Nabi mengatakan, “Seseorang yang mempunyai sebidang tanah harus
menggaraptanahnya sendiri, dan jangan membiarkannya. Jika tidak digarap, dia harus
memberikannya kepadaorang lain untuk mengerjakannya. Tetapi bila kedua-duanya
tidak dia lakukan – tidak digarap, tidak pula diberikan kepada orang lain untuk
mengerjakannya – maka hendaknya dipelihara/dijaga sendiri. Namun kami tidak
menyukai hal ini.”Hadits tersebut memberikan penjelasn tentang pemanfaatan faktor
produksi berupa tanah yangmerupakan faktor penting dalam produksi . Tanah yang
dibiarkan begitu saja tanpa diolah dandimanfaatkan tidak disukai oleh Nabi
Muhammad SAW karena tidak bermanfaat bagi sekelilingnya.Hendaklah tanah itu
digarap untuk dapat ditanami tumbuhan dan tanaman yang dapat dipetik
hasilnyaketika panen dan untuk pemenuhan kebutuhan dasar berupa pangan,
penggarapan bisa dilakukan olehsi empunya tanah atau diserahkan kepada orang lain.

D. Faktor Produksi Dalam Islam


Dalam pandangan Baqir Sadr (1979), ilmu ekonomi dapat dibagi menjadi dua
bagian yaitu: Perbedaanekonomi islam dengan ekonomi konvesional terletak pada
filosofi ekonomi, bukan pada ilmuekonominya. Filosofi ekonomi memberikan
pemikiran dengan nilai-nilai islam dan batasan-batasansyariah, sedangkan ilmu
ekonomi berisi alat-alat analisis ekonomi yang dapat digunakan. Dengan katalain,
faktor produksi ekonomi islam dengan ekonomi konvesional tidak berbeda, yang
secara umumdapat dinyatakan dalam :a)Faktor produksi tenaga kerja b)Faktor
produksi bahan baku dan bahan penolongc)Faktor produksi modalDi antara ketiga
faktor produksi, faktor produksi modal yang memerlukan perhatian khusus
karenadalam ekonomi konvesional diberlakukan system bunga. Pengenaan bunga
terhadap modal ternyatamembawa dampak yang luas bagi tingkat efisiansi produksi.
‘Abdul-Mannan mengeluarkan modal darifaktor produksi perbedaan ini timbul karena
salah satu da antara dua persoalan berikut ini:ketidakjelasan anttara faktor-faktor yang
terakhir dan faktor-faktor antara, atau apakah kitamenganggap modal sebagai buruh
yang diakumulasikan, perbedaan ini semakin tajam karenakegagalan dalam
memadukan larangan bunga (riba) dalam islam dengan peran besar yang
dimainkanoleh modal dalam produksi.Kegagalan ini disebabkan oleh adannya pra-
konsep kapitalis yang menyatakan bahwa bunga adalahharga modal yang ada dibalik
pikiran sejumlah penulis. Negara merupakan faktor penting dalam produksi, yakni
melalui pembelanjaannya yang akan mampu meningkatkan produksi dan melalui
pajaknya akan dapat melemahkan produksi.Pemerintah akan membangun pasar
terbesar untuk barang dan jasa yang merupakan sumber utama bagisemua
pembangunan. Penurunan belanja negara tidak hanya menyebabkan kegiatan usaha
menjadi sepidan menurunnya keuntungan, tetapi juga mengakibatkan penurunan
dalam penerimaan pajak. Semakin besar belanja pemerintah, semakin baik
perekonomian karena belanja yang tinggi memungkinkan pemerintah untuk
melakukan hal-hal yang dibutuhkan bagi penduduk dan menjamin stabilitas hukum,
peraturan, dan politik. Oleh karena itu, untuk mempercepat pembangunan kota,
pemerintah harus berada dekat dengan masyarakat dan mensubsidi modal bagi mereka
seperti layaknya air sungai yangmembuat hijau dan mengaliri tanah di sekitarnya,
sementara di kejauhan segalanya tetap kering.Faktor terpenting untuk prospek usaha
adalah meringankan seringan mungkin beban pajak bagi pengusaha untuk
menggairahkan kegiatan bisnis dengan menjamin keuntungan yang lebih besar
(setelah pajak). Pajak dan bea cukai yang ringan akan membuat rakyat memiliki
dorongan untuk lebihaktif berusaha sehingga bisnis akan mengalami kemajuan. Pajak
yang rendah akan membawa kepuasanyang lebih besar bagi rakyat dan berdampak
kepada penerimaan pajak yang meningkat secara total darikeseluruhan penghitungan
pajak.

E. Pola Produksi Dalam Islam


Berdasarkan pertimbangan kemashlahatan (altruistic considerations) itulah,
menurut Muhammad AbdulMannan, pertimbangan perilaku produksi tidak semata-
mata didasarkan pada permintaan pasar (givendemand conditions). Kurva permintaan
pasar tidak dapat memberikan data sebagai landasan bagi suatu perusahaan dalam
mengambil keputusan tentang kuantitas produksi. Sebaliknya dalam
sistemkonvensional, perusalas arikan kebebasan untuk berproduksi, namun cenderung
terkonsentrasi padaoutput yang menjadi permintaan pasar (effective demand),
sehingga dapat menjadikan kebutuhan riilmasyarakat terabaikan.Dari sudut pandang
fungsional, produksi atau proses pabrikasi (manufacturing) merupakan suatuaktivitas
fungsional yang dilakukan oleh setiap perusahaan untuk menciptakan suatu barang
atau jasasehingga dapat mencapai nilai tambah (value added).Dari fungsinya
demikian, produksi meliputi aktivitas produksi sebagai berikut; apa yang diproduksi,
berapa kuantitas produksi, kapan produksi dilakukan, mengapa suatu produk
diproduksi, bagaimana proses produksi dilakukan dan siapa yang
memproduksi?Berikut akan dijelaskan sekilas mengenai ketujuh aktivitas produksi.
1. Apa yang diproduksi. Terdapat dua pertimbangan yang mendasari pilihan jenis
dan macam suatu produk yang akandiproduksi; ada kebutuhan yang harus
dipenuhi masyarakat (primer, sekunder, tertier) dan ada manfaat positif bagi
perusahan dan masyarakat (harus memenuhi kategori etis dan ekonomi)
2. Berapa kuantitas yang diproduksi; bergantung kepada motif dan resiko. Jumlah
produksi di pengaruhi dua faktor; intern dan ekstern; faktor intern meliputi sarana
dan prasarana yangdimiliki perusahan, faktor modal, faktor SDM, faktor sumber
daya lainnya. Adapun faktor ekstern meliputi adanya jumlah kebutuhan
masyarakat, kebutuhan ekonomi, market shareyang dimasuki dan dikuasai,
pembatasan hukum dan regulasi.
3. Kapan produksi dilakukan yaitu penetapan waktu produksi, apakah akan
mengatasikebutuhan eksternal atau menunggu tingkat kesiapan perusahaan.
4. Mengapa suatu produk diproduksia)Alasan ekonomi b)Alasan
kemanusiaanc)Alasan politik
5. Dimana produksi itu dilakukana)Kemudahan memperoleh suplier bahan dan alat-
alat produksi b)Murahnya sumber-sumber ekonomic)Akses pasar yang efektif dan
efisiend)Biaya-biaya lainnya yang efisien
6. Bagaimana proses produksi dilakukan:input- proses – out put – out come
7. Siapa yang memproduksi; negara, kelompok masyarakat, individuDengan
demikian masalah barang apa yang harus diproduksi (what), berapa jumlahnya
(how much), bagaimana memproduksi (how), untuk siapa produksi tersebut ( for
whom), yang merupakan pertanyaanumum dalam teori produksi tentu saja
merujuk pada motifasi-motifasi Islam dalam produksi.

F. Etika Produksi Dalam Islam


Etika sebagai praktis berarti : nilai-nilai dan norma-norma moral sejauh
dipraktikan atau justru tidak dipraktikan, walaupun seharusnya dipraktikkan. Etika
sebagai refleksi adalah pemikiran moral. Dalametika sebagai refleksi kita berfikir
tentang apa yang dilakukan dan khususnya tentang apa yang harusdilakukan atau
tidak boleh dilakukan.Secara filosofi etika memiliki arti yang luas sebagai pengkajian
moralitas. Terdapat tiga bidang denganfungsi dan perwujudannya yaitu etika
deskriptif (descriptive ethics), dalam konteks ini secara normatif menjelaskan
pengalaman moral secara deskriptif berusaha untuk mengetahui motivasi, kemauan
dantujuan sesuatu tindakan dalam tingkah laku manusia. Kedua, etika normatif
(normative ethics), yang berusaha menjelaskan mengapa manusia bertindak seperti
yang mereka lakukan, dan apakah prinsip- prinsip dari kehidupan manusia. Ketiga,
metaetika (metaethics), yang berusaha untuk memberikan artiistilah dan bahasa yang
dipakai dalam pembicaraan etika, serta cara berfikir yang dipakai untuk membenarkan
pernyataan-pernyataan etika.Metaetika mempertanyakan makna yang dikandung oleh
istilah-istilah kesusilaan yang dipakai untuk membuat tanggapan-tanggapan
kesusilaan. Apa yang mendasari para pengambil keputusan yang berperan untuk
pengambilan keputusan yang tak pantas dalam bekerja? Para manajer menunjuk
padatingkah laku dari atasan-atasan mereka dan sifat alami kebijakan organisasi
mengenai pelanggaran etika atau moral. Karenanya kita berasumsi bahwa suatu
organisasi etis, merasa terikat dan dapatmendirikan beberapa struktur yang memeriksa
prosedur untuk mendorong oragnisasi ke arah etika danmoral bisnis. Organisasi
memiliki kode-kode sebagai alat etika perusahaan secara umum. Tetapi timbul
pertanyaan: dapatkah suatu organisasi mendorong tingkah laku etis pada pihak
manajerial-manajerial pembuat keputusan.Jika kita berbicara tentang nilai dan akhlak
dalam ekonomi dan mu’amalah Islam, maka tampak secara jelas di hadapan kita
empat nilai utama,yaitu: Rabbaniyah (Ketuhanan), Akhlak, Kemanusiaan
danPertengahan. Nilai-nilai ini menggambarkan kekhasan (keunikan) yang utama
bagi ekonomi Islam, bahkan dalam kenyataannya merupakan kekhasan yang bersifat
menyeluruh yang tampak jelas padasegala sesuatu yang berlandaskan ajaran Islam.
Makna dan nilai-nilai pokok yang empat ini memilikicabang, buah, dan dampak bagi
seluruh segi ekonomi dan muamalah Islamiah di bidang harta berupa produksi,
konsumsi, sirkulasi, dan distribusi.Raafik Isaa Beekun dalam bukunya yang berjudul
Islamic Bussines Ethics menyebutkan paling tidak ada sejumlah parameter kunci
system etika Islam yang dapat dirangkum sbb:
 Berbagai tindakan ataupun keputusan disebut etis bergantung pada niat individu
yangmelakukannya. Allah Maha Kuasa an mengetahui apapun niat kita
sepenuhnya secarasempurna.
 Niat baik yang diikuti tindakan yang baik akan dihitung sebagai ibadah. Niat yang
halaltidak dapat mengubah tindakan yang haram menjadi halal.
 Islammemberikan kebebasan kepada individu untuk percaya dan
bertindakberdasarkanapapun keinginannya, namun tidak dalam hal
tanggungjawab keadilan.
 Percaya kepadaAllah SWT memberi individu kebebasan sepenuhnya dari hal
apapun atausiapapun kecuali Allah.
 Keputusan yang menguntungkan kelompok mamyoritas ataupun minoritas secara
langsung bersifat etis dalam dirinya.etis bukanlah permainan mengenai jumlah.
 Islam mempergunakan pendekatan terbuka terhadap etika, bukan sebagai system
yangtertutup, dan berorientasi diri sendiri. Egoisme tidak mendapat tempat dalam
ajaran Islam.
 Keputusan etis harus didasarkan pada pembacaan secara bersama-sama antara Al-
Qur’an danalam semesta.

G. Fungsi Produksi Dalam Islam


Berikut ini beberapa asumsi dasar yang melandasi analisa fungsi produksi
dalam pandangankonvensional, yaitu:
1. Kegiatan produksi tidak hanya dilakukan terbatas oleh perusahaan saja.
Misalnyamemelihara taman depan rumah sehingga asri (mengkombinasikan
mesin, tenaga kerja,tanah dan keahlian) juga termasuk kegiatan produksi
(dilakukan oleh rumah tangga).Dengan demikian maka bahasan utama dalam
ekonomi konvensional adalah kegiatan produksi yang dilakukan oleh perusahaan
atau suatu organisasi dengan bentuk badan hukumtertentu yang bertujuan mencari
keuntungan.
2. Kondisi pasar yang eksis dalam industri adalah pasar persaingan sempurna.
Sehinggadengan asumsi ini output setiap perusahaan merupakan bagian kecil dari
keseluruhan outputyang dibutuhkan oleh pasar.
3. Setiap perusahaan bebas keluar-masuk dalam industri (free entry-exit). Implikasi
dariasumsi ini adalah adanya tarikan yang kuat pada industri yang memiliki
tingkat keuntunganyang tinggi.
Biaya (Cost)
Dalam kegiatan produksi, dibutuhkan modal atau biaya. Secara umum biaya
dikelompokkan menjadidua bagian:
1. Biaya implisit: biaya yang diakui tanpa mengeluarkan uang kas secara nyata,
contohnya penyusutan dan opportunity cost.
2. Biaya eksplisit: biaya yang dengan jelas mengeluarkan uang kas, dalam jangka
pendek terdiri dari:a)Biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel (variable cost)
b)Biaya total (total cost) terdiri dari total biaya tetap (total fixed cost) dan total
biayavariabel (total variable cost)(TC) = TFC + TVCc)Biaya rata-rata (average
cost) terdiri dari biaya tetap rata-rata (average fixed cost) dan biaya variabel rata-
rata (average variable cost)ATC/AC = AFC +
AVCATC/TC=TC/Q=TFC/Q=TVC/Qa)Biaya marginal, biaya tambahan dari satu
unit output yang dihasilkan yangdirepresentasikan dari turunan pertama biaya
totalUntuk memproduksi suatu barang (q) dapat diformulasikan q = f(K,L) yang
menunjukkan jumlahmaksimum barang yang dapat diproduksi dengan
menggunakan berbagai alternatif kombinasi inputmodal (K) dan tenaga kerja
(L).Kombinasi dua jenis faktor produksi yang memberikan tingkat hasil yang
sama ditunjukkan dalamkurva isoquant. Sumbu vertikal adalah modal yang
direpresentasikan dengan mesin (per jam) dengansumbu horizontal tenaga kerja
(per jam). Semakin jauh isoquant dari titik origin semakin besar jumlahoutput
yang dihasilkan dan semakin banyak jumlah input yang digunakan.Dalam
produksi jangka panjang seluruh faktor produksi seluruhnya bersifat variabel atau
dengan katalain tidak terdapat lagi biaya tetap seperti halnya produksi dalam
jangka pendek. Perusahaan dapatmemilih kombinasi penggunaan input sesuai
dengan skala produksi yang diharapkannya. Dalam hal penambahan faktor input
produksi maka implikasi dari hal tersebut adalah perubahan dari output produksi
sebagai variabel dependen produksi. Ada tiga fenomena yang biasanya muncul
akibat penambahan faktor produksi yang berkaitan dengan ouput produksi, yaitu:
 Skala hasil yang tetap (constant return to scale): kenaikan output memiliki
proporsi yangsama dengan penambahan input.
 Skala hasil yang meningkat (increasing return to scale): kenaikan output memiliki
proporsiyang lebih besar dibandingkan dengan penambahan input.
 Skala hasil yang menurun (decreasing return to scale): kenaikan output memiliki
proporsiyang lebih kecil dibandingkan dengan penambahan input.
Pendapatan (Revenue)
Salah satu parameter keberhasilan dalam berproduksi adalah jumlah
pendapatan (revenue) yangdidapatkan dari kegiatan produksi. Pendapatan (revenue)
dapat dinotasikan dengan:TR = Pd x QDalam kaitannya dengan penghitungan
keuntungan maka diperlukan nilai marginal (tambahan satuunit) dari pendapatan yaitu
marginal revenue (MR)MR = TR’MR = Δ TR / ΔQBerdasarkan asumsi pasar dalam
keadaan sempurna maka kurva umum dari MR adalah garis horizontalyang nilainya
sama dengan permintaan (D), pendapatan rata-rata (AR) dan harga (P).
Keuntungan (Profit)
Dengan berdasarkan ke tiga asumsi produksi konvensional maka tujuan utama
perusahaan dalamindustri dapat dinotasikan dengan:
Profit = Total Revenue – Total Production Cost
Dalam pandangan Islam profit bukanlah satu-satunya dan tujuan utama dalam
berproduksi ( telahdijelaskan diatas).Begitu pula fungsi profit menurut Islam yang
muatannya berbeda dengan pandangan konvensional,antara lain mempertimbangkan
hal-hal berikut:
1. Zakat Perniagaan
Tingkat rate nya 2,5% yang diwajibkan bagi penjualan yang telah memenuhi dua
kriteria:
 Batas minimal (nisab) setara dengan 96 gram emas
 Masa kepemilikan (haul) lebih dari 1 tahunObjek zakat perniagaan adalah
profit (revenue minus cost ).
Beberapa pandangan para ulama mengenaikomponen biaya dalam hal ini antara lain:
 Biaya tetap diperhitungkan sehingga yang menjadi objek zakat adalah economic
rent
 Hanya biaya variabel saja yang diperhitungkan atau quasi rent
Berdasarkan pandangan yang manapun, zakat perniagaan sama sekali tidak
memberikan pengaruhterhadap ATC, yang berarti tidak pula berpengaruh terhadap
laba yang dihasilkan. Pada kurva MCzakat perniagaan juga tidak memberikan
pengaruh sehingga kurva penawaran tidak akan berubah.Di sisi lain pajak penjualan
yang umumnya dibebankan dalam penjualan justru akan berpengaruhterhadap:
 Turunnya laba atau keuntungan
 Turunnya tingkat laba maksimum
 Berkurangnya jumlah barang yang diproduksi.
2. Biaya Eksternal
Dalam konvensional berdasarkan asumsi maksimalisasi keuntungan yang hendak
dicapai mendorong produsen melimpahkan sebagian biaya yang menjadi tanggung
jawabnya kepada pihak lain yangdisebut biaya eksternal. Contoh dari biaya eksternal
adalah biaya penyaringan limbah atau daur ulang buangan pabrik yang
mengakibatkan biaya kesehatan tambahan bagi masyarakat sekitar atau
biayahilangnya lingkungan yang bersih yang menjadi hak masyarakat. Tindakan
tersebut dalam Islam adalahzhalim dan tidak adil, pandangan adil dalam Islam
diterjemahkan menjadi:a)Dilarang melakukan mafsadah b)Dilarang melakukan ghoror
c)Dilarang melakukan maisir d)Dilarang melakukan transaksi ribaDengan demikian
menimbulkan biaya eksternalitas yang buruk bagi masyarakat sama halnyamelanggar
prinsip adil yang pertama dalam Islam. Sehubungan dengan prinsip tersebut maka
biayaeksternalitas yang buruk dalam Islam adalah biaya internalitas yang merupakan
tanggung jawab produsen sepenuhnya. Sehingga di dapatlah fungsi keuntungan dalam
Islam sebagai berikut:
Profit – Zakat= Total Revenue – Total Cost (Production Cost* + External Cost)
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kegiatan produksi merupakan mata rantai dari konsumsi dan distribusi. Kegiatan
produksilah yangmenghasikan barang dan jasa, kemudian dikonsumsi oleh para konsumen.
Tanpa produksi makakegiatan ekonomi akan berhenti, begitu pula sebaliknya. Untuk
mengahasilkan barang dan jasakegiatan produksi melibatkan banyak faktor produksi.
Beberapa implikasi mendasar bagi kegiatan produksi dan perekonomian secara keseluruhan,
antara lain : Seluruh kegiatan produksi terikat padatataran nilai moral dan teknikal yang
Islami, kegiatan produksi harus memperhatikan aspek sosial-kemasyarakatan, permasalahan
ekonomi muncul bukan saja karena kelangkaan tetapi lebih kompleks.
B. Kritik dan Saran
Dalam pelaksanaannya, teori produksi konvensional lebih mengacu pada keuntungan
materialisme atauduniawi, oleh karena itu diharapkan sebagai umat muslim yang memiliki
pedoman yang bukan hanyamengacu pada duniawi tetapi juga ukhrawi, mampu
melaksanakan proses produksi yang sesuaituntunan dan syari`at Islam dalam berbagai aspek
kegiatan produksi.

Anda mungkin juga menyukai