MATEMATIKA KEUANGAN
Disusun Oleh :
Nama : Anisa Jasman
Nim : 2004020019
Kelas : PBS 3A
Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat banyak
sekali kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya berharap adanya kritik, saran
dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat
tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun. Semoga makalah sederhana ini
dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang
yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari Anda demi perbaikan
makalah ini di waktu yang akan datang
BAB I
PENDAHULUAN
Yang dimaksud dengan Majelis Ulama Indonesia (“MUI”) menurut Peraturan Presiden
Nomor 151 Tahun 2014 Tentang Bantuan Pendanaan Kegiatan Majelis Ulama Indonesia (“Perpres
151/2014”) adalah wadah musyawarah para ulama, pemimpin dan cendekiawan muslim dalam
mengayomi umat dan mengembangkan kehidupan yang Islami serta meningkatkan partisipasi
umat Islam dalam pembangunan nasional. MUI merupakan mitra pemerintah dalam
penyelenggaraan program pembangunan pengembangan kehidupan yang islami. Sebagaimana
yang kami terlusuri dari situs Majelis Ulama Indonesia, dalam profil dijelaskan bahwa MUI adalah
wadah atau majelis yang menghimpun para ulama, zuama dan cendekiawan muslim Indonesia
untuk menyatukan gerak dan langkah-langkah umat Islam Indonesia dalam mewujudkan cita-cita
Bersama. Dalam hal tersebut disebutkan bahwa MUI sebagai wadah musyawarah para ulama,
zu’ama dan cendekiawan muslim berusaha untuk:
c. Menjadi penghubung antara ulama dan umaro (pemerintah) dan penterjemah timbal
balik antara umat dan pemerintah guna mensukseskan pembangunan nasional;
Lebih lanjut dijelaskan, dalam khitah pengabdian MUI telah dirumuskan lima fungsi dan peran
utama MUI yaitu:
3. Bagaimana perspektif hukum islam/fatwa terhadap investasi valuta asing menggunakan margin
trading dan short selling?
C.TUJUAN
3. Untuk mengetahui bagimana perspektif hukum Islam/fatwa terhadap investasi valuta asing
menggunakan margin trading dan short selling?
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN MARGIN TRADING
Margin trading adalah layanan perusahaan sekuritas atau broker dengan memberikan
pinjaman kepada nasabah agar digunakan untuk membeli saham dalam jumlah lebih besar
dibanding dana yang mereka miliki saat itu. Dengan demikian, margin trading adalah modal bagi
para investor untuk mendapatkan keuntungan lebih besar melalui saham-saham yang sedang naik
nilainya ketika mereka sendiri tidak memiliki cukup dana untuk membeli. Transaksi marjin adalah
transaksi pembelian efek untuk kepentingan nasabah yang dibiayai oleh Perusahaan Efek atau
broker. Sedangkan transaksi Short Selling adalah transaksi penjualan efek, dimana efek dimaksud
tidak dimiliki oleh penjual pada saat transaksi dilaksanakan.
Secara prinsip saja sudah tidak sesuai. Kalau berinvestasi kan mereka yang memiliki modal,
masak itu saja pinjam. Hal ini akan terus diperjuangkan DSN MUI dalam komite yang dibentuk
bersama dengan Manajemen BEI. Dengan peniadaan dua transaksi ini, pasar modal berjalan lebih
fair dan transaparan.
"Margin trading juga masuk Indeks Syariah, juga short selling. Namun ke depan kami terus
komunikasi dengan Bapepam untuk dihilangkan.Sementara itu, terkait penetapan fatwa No. 80
tentang mekanisme perdagangan efek bersifat ekuitas, DSN MUI mengaku masih belum 100%
menerapkan prnisip syariah. Setidaknya terdapat transaksi larangan yang masih diperbolehkan
regulator diantaranya:
b. Perdagangan yang dilarang menurut syariah, antara lain perdagangan yang tidak disertai
dengan penyerahan barang/jasa dan perdagangan dengan penawaran/permintaan palsu.
c. Jasa keuangan ribawi, antara lain bank berbasis bunga dan perusahaan pembiayaan
berbasis bunga.
d. Jual beli risiko yang mengandung unsur ketidakpastian (gharar) dan/atau judi (maisir),
antara lain asuransi konvensional.
Short selling adalah aksi menjual saham tanpa memiliki saham tersebut terlebih dahulu.Ba'i
al-ma'dum adalah jual beli yang tidak ada barangnya, hal ini termasuk dalam jual beli gharar, oleh
sebab itu, ba'i al-ma'dum diharamkan di dalam hukum ekonomi syariah. Short selling banyak
dikenal sebagai sebuah manipulasi dan kejahatan yang ada di pasar modal. Sejak berdirinya pasar
modal pertama di Belanda tahun 1600-an short selling hidup ditengah belum memadainya regulasi.
Meledaknya pasar pada tahun 1610-an membuat para short seller menjadi cemoohan di kalangan
masyarakat. Para short seller seakan menjadi manusia dengan kasta terendah yang pernah ada.
Alasan utamanya adalah sebuah pernyataan yaitu, bagaimana mungkin kaya mendadak ketika
kondisi perekonomian memburuk.
Short selling secara pengertian adalah menjual saham disaat tinggi dan membelinya di
waktu rendah dengan hutang. Ya, short seller adalah orang yang memungkinkan menjadi kaya
ketika perekonomian atau pasar memburuk. Short seller dinilai tidak fair, ketika orang-orang
menderita mereka malahan menjadi kaya. Mereka seakan dijadikan kambing hitam atas segala
kerusakan ekonomi. Bagaimanapun pandangan orang, saat ini short selling tetap legal dan terjadi
tiap detik jam pasar. Salah satu filantropi dari short seller adalah penyeimbang pasar. Kasus Enron
tahun 2000 mencatatkan sejarah “kesuksesan” short seller. Adalah James Chanos seorang
pendiri perusahaan investasi Kynikos yang mencatat sejarah. Ketika semua orang memuja
kenaikan harga Enron dengan keindahan laporan keuangannya, James Chanos melihat di sisi lain
yaitu laporan akuntasi yang terlalu agresif dengan ROE hanya 7%. Kecurigaannyapun membuah
hasil keuntungan luar biasa.
Seorang short seller pertama diduga adalah Isaac Le Maire ketika melakukan short
pada The Dutch East India Company. Ia mendapatkan banyak keuntungan sehingga short
selling dilarang mulai tahun 1610 hingga diperbolehkan kembali pada tahun 1850-an.
Selain short selling, kebalikan dari short selling adalah Cornering yang diperkenalkan oleh
pria bernama John dan booming tahun 1800-1920an. Di AS terdapat 2 short seller
legendaris, yaitu Jesse Livermore dan Bernard Baruch. Jesse Livermore bukanlah lulusan
keuangan, namun ia ahli dalam angka dan memiliki ingatan kuat sehingga dapat melakukan
analisis saham dengan cepat. Pada tahun 1907 ia short saham Union Pacific Railroad yang
kemudian terjadi gempa di San Francisco pada Oktober 1907 dan mendapatkan keuntungan
3 juta dolar. Ia adalah penulis buku Reminiscences of a Stock Operator yang mengakhiri
hidupnya dengan bunuh diri di tahun 1940-an akibat tak kuat akan cemoohan masyarakat.
Bernard Barch adalah ahli keuangan juga penulis buku Short Sales and the Manipulation
of Securities. Setelah berhasil jadi short seller dan mendapat banyak uang ia mengejar karir
jadi politikus sehingga jadi penasihat Presiden Harding, Coolidge dan Hoover.
Mari kita pahami proses short selling ini dengan sebuah cerita tentang seorang
investor muda pria bernama Munadi. Munadi adalah seorang investor yang kaya raya,
ganteng & tampan, dikejar-kejar banyak wanita yang ingin pacaran dengannya, dikejar-
kejar anak-anak yang meminta dibelikan permen coklat gratisan, dikejar-kejar suami
wanita-wanita tadi yang ingin memukulnya. Tapi yang pasti munadi tidak dikejar-kejar
banci dan waria, ia adalah orang soleh, rajin solat dan maksiat, rajin nyapu dan bersih-
bersih kamar mandi, tetapi tidak suka mandi. Sebagai seorang short seller hal pertama yang
dilakukannya adalah:
Akun margin adalah akun yang memungkinkan investor untuk membeli saham diluar
batas uang yang disetornya dengan berhutang ke perusahaan efek. Akun Margin juga
mengenakan bunga bagi pemiliknya dan memiliki aturan yang lebih ketat dibandingkan
akun tunai. Dalam kasus ini, Munadi-pun bikin akun margin dan menyetor uang 500
juta(bagi munadi ini tak seberapa :p). Ia memiliki broker bernama Joni untuk
membantunya di pasar modal.
Riset perusahaan adalah tahapp penting untuk membedakan seorang spekulan dan non
spekulan. Riset ini dengan menganalisis secara fundamental dan teknikal. Laporan
fundamental yang dapat diperhatikan adalah laba-rugi(penjualan); neraca(the burn rate,
piutang tak tertagih, soft account); Arus kas(FCF, pendapatan bersih dan arus kas tak
menentu). Selain itu Munadi melihat rasio-rasio keuangan beserta arsip perusahaan
seperti laporan pendahuluan, formulir 4(perdagangan orang dalam), formulir
k8(peristiwa penting), siaran pers dan formulir S1(IPO). Munadi juga melakukan
analisis teknikal. Tapi ingat semua itu dilakukan oleh Joni si brokernya.
d. Meminjam saham
Joni sebagai broker kemudian mencari saham BNBR sejumlah 10 juta untuk dipinjam.
Joni menghubungi broker kenalan lainnya atau dari institusi lainnya untuk meminjam
saham BNBR sejumlah 10 juta. Jika Joni tidak berhasil meminjam maka Joni dan
Munadi tidak dapat melanjutkan short-nya. Dan kebetulan Joni dapat pinjaman dari
temannya Budi sejumlah 10 juta saham dan berjanji mengembalikannya sebulan lagi.
e. Menjual saham
Joni kemudian menjual BNBR pinjamannya sejumlah 10 juta saham dan laku di kisaran
harga 100 perak sehingga Joni dan Munadi mengantongi uang saat ini 1,5 milyar(1
milyar hasil penjualan dan 500 juta modal awal).
20 hari kemudian harga BNBR turun jadi 75 perak. Joni pun membeli saham sejumlah
10 juta untuk dikembalikan ke Budi dan menghabiskan uang sebesar 750 juta. Saham
itu akan dikembalikan ke Budi 10 hari lagi sesuai janji. Dengan ini Joni dan Munadi
mendapatkan keuntungan 250 juta dari short mereka.
Tekanan Kondisi Buy-in. Beruntunglah Munadi jika saham BNBR yang dibelinya
terus turun, namun bagaimana jika naik? Jika saham itu terus naik, maka Budi sebagai
pemberi pinjaman akan mendorong Joni untuk segera membalikkan sahamnya. Budi akan
menekan Joni untuk segera mengembalikan sahamnya karena Budi ingin segera menjual
saham tersebut ketika harganya naik untuk mendapatkan keuntungan. Tekanan ini disebut
buy in. To enjoy the advantages of a free market, one must have both buyers and sellers,
both bulls and bears. A market without bears would be like a nation without a free press.
There would be no one to criticize and restrain the false optimism that always lead to
disaster. -Bernard Baruch-
Berdasarkan pada fatwa DSN MUI no: 80/DSN-MUI/III/2011 yang dikeluarkan Maret
2011 mengenai Penerapan Prinsip Syariah dalam Mekanisme Perdagangan Efek Bersifat Ekuitas
di Pasar Reguler Bursa Efek mengindikasikan perdagangan saham sudah menjadi sesuatu yang
diperbolehkan. Ketentuan umum nomor 4 berbunyi “Pasar Reguler adalah Pasar dimana
Perdagangan Efek di Bursa Efek dilaksanakan berdasarkan proses tawar menawar yang
berkesinambungan(bai’ al Musawamah) oleh anggota bursa efek dan penyelesaian
administrasinya dilakukan pada hari bursa ketiga setelah terjadinya Perdagangan Efek di Bursa
Efek”. Berdasar ketentuan ini maka dapat diartikan pembentukan harga di Bursa adalah sesuatu
yang diperbolehkan yang disebut bai’ al Musawamah. Adapun yang menarik adalah ketentuan
khusus nomor 3 yang berbunyi:
“Pelaksanaan perdagangan efek harus dilakukan menurut konsep kehati-hatian serta tidak
diperbolehkan melakukan spekulasi, manipulasi dan tindakan lain yang didalamnya megandung
dharar, gharar, riba, maisir, risywah, maksiat dan kezhaliman, taghrir, ghisysy, tanajusy/najsy,
ihtikar, ba’I al-ma’dum, talaqqi al-ruqban, ghabn, riba dan tadlis.” Dalam ketentuan ini dalam
mekanisme yang berkaitan dari short selling adalah:
a. Akun Margin: Akun margin dilarang karena mengandung riba. Hal ini benar adanya karena
dalam aturan akun margin, pemilik akun margin harus membayar sejumlah uang tertentu
dalam bunga yang harus disetor karena jasa pembelian dengan hutang.
b. Cornering: Hal yang dilarang karena mengandung ikhtikar. Ikhtikar adalah bahasa lain dari
menimbun yang berarti membeli barang yang dibutuhkan masyarakat dalam jumlah
banyak kemudian menahannya agar harganya semakin naik untuk kemudian mengambil
keuntungan.
c. Short selling: Short Selling mengandung bai’ al maksyuf. Bai’ al maksyuf adalah sesuatu
yang mengandung gharar(ketidakjelasan), yaitu jual beli barang secara tunai namun
penjual bukan pemilik barang atau diizinkan untuk dijual.
Menurut pada aturan diatas, jika seseorang melakukan proses short selling atau cornering,
maka dia bukan hanya melakukan 1 hal saja yang berlawanan oleh fatwa, tapi 2 yaitu akun margin
dan short selling atau cornering. Tapi mari sekarang kita kritisi apakah benar bahwa ketiga hal
tersebut dilarang oleh syariah. Akun Margin dinyatakan dilarang karena mengandung riba. Hal ini
harus kita yakini dan benar adanya. Kita meminjam uang tertentu dan mengembalikannya dengan
tambahan bunga, hal ini tidak lain dan ridak bukan adalah riba yang dilarang oleh agama. Tapi
kemudian apa jadinya kalo ada perusahaan efek syariah? Tawaran pinjamannya adalah bagi
hasil(mudharabah). Mungkinkah selanjutnya diperbolehkan? Tentu saja tetap berpegang pada
aturan yang lain yaitu tanpa spekulasi.
Mungkin jika boleh selanjutnya kita akan mengenal PES(Perusahaan Efek Syariah) Cornering
dinyatakan mengandung ikhtikar(menimbun). Proses cornering adalah ketika seseorang
meminjamkan sahamnya kepada para short seller. Ia tau hal tersebut dan ketika ia tau para short
seller telah menjual sahamnya ia kemudian meggunakan powernya untuk menaikkan harga saham
tersebut sehingga harga saham naik dan mendapatkan untung dari periode buy in. Rasanya jika
dikaitkan dengan menimbun, saham bukanlah kebutuhan utama untuk hidup, jadi menurut saya
agak kurang tepat tapi masih dapat diartikan sedikit demikian. Namun bagaimanapun juga dalam
proses ini terdapat indikasi menzalimi atau merugikan orang lain, jadi benar rasanya jenis transaksi
ini dapat dilarang.
Short selling dinyatakan mengandung bai’ al maksyuf yang berarti menjual barang yang bukan
miliknya. Memahami hal ini berdasar proses short selling yang telah saya gambarkan diatas,
nampaknya hal ini kurang tepat. Dalam proses diatas, seorang broker tidak dapat melakukan short
jika ia belum mendapatkan pinjaman saham. Si pemberi pinjaman pun tau jika sahamnya akan
dipinjam maka berarti akan dilakukan short. Oleh karenanya saya sedikit sanksi jika short selling
mengandung bai’ al maksyuf. Pemahaman dan analsis memungkinkan pengenaan bai’ al maksyuf
dikarenakan karena pengertian dari short selling menurut bursa efek Indonesia yang berbunyi:
“adalah transaksi penjualan Efek dimana Efek dimaksud tidak dimiliki oleh penjual pada saat
transaksi dilaksanakan”. Bandingkan dengan pengertian short selling menurut SEC(Securities and
Exchange Commision)AS atau investopedia: “penjualan surat-surat berharga yang tidak dimiliki
oleh penjualnya atau yang dimiliki oleh penjualnya namun tidak dipindahtangankan. Agar surat-
surat berharga ini bisa disampaikan kepada para pembeli, para penjual short akan meminjam surat-
surat berharga, biasanya dari para broker-dealer atau investor institusi.”
Dari perbedaan ini saya berpendapat bahwa pengenaan bai’ al maksyuf dikarenakan
pemahaman pengertian transaksi short selling dari Bursa Efek Indonesia yang tidak selengkap di
SEC. Oleh karenanya mungkin ini mengakibatkan tidak dilakukannya pengamatan lanjutan pada
proses short selling yang mewajibkan memiliki pinjaman sebelumnya. Dari perbedaan pengertian
diatas, bukan berarti saya mengatakan short selling mestinya halal. Jika melihat ciri dari short
seller, ia adalah orang yang dapat mengambil keuntungan ketika harga saham turun. Kemungkinan
pertama adalah terjadi kezaliman yang dilakukan, tetapi short seller melakukan kezaliman pada
siapa? Turunnya harga saham jika memang disebabkan oleh aktivitas pasar, short seller hanyalah
orang yang dapat memperkirakan apa yang akan terjadi di masa mendatang, sehingga jika
mengaitkannya dengan kezaliman, short seller tidaklah menzalimi siapapun.
Tepatnya kita melihat ini adalah sebuah masalah etika. Ketika banyak orang merugi dan kita
meraup keuntungan adalah sesuatu yang masih belum diterima masyarakat secara sehat. Ini adalah
hal yang kurang biasa, masyarakat tidak bisa menerimanya. Sehingga short selling lebih tepat
dikatakan sebagai hal yang bertentangan dengan etika atau norma yang berlaku di masyarakat.
Sehingga saya akan menyimpulkan sementara bahwa short selling mungkin mesti dimasukkan ke
hukum yang bersifat makruh.
Valuta Asing (valas) adalah mata uang yang mudah digunakan dan diterima dalam dunia
perdagangan internasional. Mata uang asing ini tidak berlaku sebagai alat pembayaran yang sah
untuk transaksi dalam negeri, tetapi banyak digunakan dalam transaksi dan keuangan internasional.
Valuta asing yang paling banyak digunakan saat ini adalah Dollar Amerika atau US Dollar (US$).
Valuta asing juga termasuk sebagai salah satu bentuk devisa.
a. Valuta asing fisik. Valas fisik biasanya berupa uang asing atau uang negara lain dalam
bentuk uang kartal, baik yang berupa uang kertas bank, uang kertas negara, ataupun uang
logam.
b. Valuta asing non fisik. Valas non fisik biasanya berbentuk uang giral atau surat-surat
berharga. Contohnya antara lain cek, wesel, internasional money, travelers, dan cheque.
Valuta Asing atau biasa disingkat valas adalah mata uang yang digunakan atau diakui dalam
perdagangan internasional.Dalam pengertian lain, valuta asing adalah pertukaran atau konversi
mata uang suatu negara dengan negara lain. Contohnya, kamu bisa menukarkan uang rupiah
dengan dollar dengan nilai harga jual yang berlaku pada saat itu.Naik dan turunnya nilai dari valuta
asing bisa disebabkan oleh banyak hal. Salah satunya yang sekarang sedang menimpa dunia yaitu
virus corona atau covid-19.Ditengah wabah virus corona ini, terjadi kemerosotan ekonomi yang
terjadi dengan melemahnya nilai rupiah.Pada tanggal 20 maret 2020, nilai rupiah terhadap dollar
telah mencapai angka Rp16.000 per 1 dollar. Angka ini nyaris mendekati nilai yang sama ketika
krisis.
Konsep jual beli mata uang atau valuta asing dalam Islam disebut dengan Al-Sharf. Pada
dasarnya jual beli ini diperbolehkan dalam Islam. Merujuk pada dalil dari hadist Nabi SAW.
Rasulullah SAW bersabda:
فَإِذَا،ٍ َيدًا ِب َيد، ٍس َواء َ س َوا ًء ِب ِ ِير َوالت َّ ْم ُر ِبالت َّ ْم ِر َو ْالمِ ْل ُح ِب ْالمِ ْل
َ ،ح مِ ثْالً ِبمِ ثْ ٍل ِ شعَّ ِير ِبال
ُ شعَّ ض ِة َو ْالب ُُّر ِب ْالب ِ ُِّر َوال
َّ ضةُ ِب ْال ِف
َّ ب َو ْال ِف
ِ الذَّهَبُ ِبالذَّ َه
.ٍْف ِشئْت ُ ْم ِإذَا َكانَ َيدًا ِب َيد َ َاف فَ ِب ْيعُ ْوا َكي
ُ صن ْ َ َت َه ِذ ِه اْأل ْ ا ْختَلَف
,(Juallah) emas dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan gandum, sya’ir dengan sya’ir“
kurma dengan kurma, dan garam dengan garam (dengan syarat harus) sama dan sejenis serta
”.secara tunai. Jika jenisnya berbeda, juallah sekehendakmu jika dilakukan secara tunai. (HR.
Muslim, Abu Daud, Tirmizi, Nasa’i, dan Ibn Majah, dengan teks Muslim dari ‘Ubadah bin Shamit.)
Diperbolehkannya akad al-sharf ini juga merujuk pada fatwa DSN 28/DSN-MUI/III/2002
tentang Jual Beli Mata Uang (al-Sharf). Dikeluarkannya fatwa ini karena mempertimbangkan
bahwa dalam sejumlah kegiatan untuk memenuhi berbagai keperluan, seringkali diperlukan
transaksi jual-beli mata uang (al-sharf), baik antar mata uang sejenis maupun antar mata uang
berlainan jenis.
Dalam mekanisme jual belinya, transaksi harus dilakukan dengan metode spot. Apa itu
metode spot? Metode atau transaksi spot adalah transaksi pembelian dan penjualan valuta asing
(valas) untuk penyerahan pada saat itu (over the counter) atau penyelesaiannya paling lambat
dalam jangka waktu dua hari.Jadi jual beli harus dilakukan secara tunai dan tepat pada hari itu
berdasarkan harga yang berlaku di hari tersebut. Adapun transaksi yang sifatnya forward, swap
dan option dilarang dalam Islam.
PENUTUP
Pada dasarnya, perdagangan saham tidak dilarang sebagaimana jual beli biasa. Namun
setidaknya ada tiga aktivitas yang dilarang dalam aktivitas jual beli saham karena bertentangan
dengan prinsip Islam, yaitu short selling, margin trading, insider trading.Short selling dilarang
dalam Islam karena investor menjual saham yang tidak iamiliki. Sementara margin trading
dilarang karena melibatkan unsur ribawi, yaitu bunga pinjaman yang dibebankan oleh perusahaan
sekuritas kepada investor pengguna fasilitas tersebut.
Dan insider trading tidak diperbolehkan karena kemungkinan terjadinya kecurangan atau
penipuan (tadlis) dalam jual beli saham antarinvestor penjual dengan pembeli. Ketiga aktivitas
tersebut dapat memberikan dampak negatif baik kepada investor, perusahaan sekuritas, harga
saham, maupun pergerakan pasar. Oleh karenanya, sangatdiharapkan kepada investor di pasar
saham khususnya muslim agar memperhatikan agar dampak negatif tersebut dapat dihindari dan
demi tercapainya shariacompliance di pasar.