Anda di halaman 1dari 14

“PERUSAHAAN PEMBIAYAAN SYARIAH”

MAKALAH

LEMBAGA KEANGAN SYARIAH

DOSEN:

OLEH KELOMPOK 8:

Miranda Syam (2004020024)

Handayani (20040200

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONONMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALOPO

TAHUN AKADEMIK 2021/2022


KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Swt. karena berkat rahmat dan hidayah-Nya saya bisa menyelesaikan
tugas makalah ini yang judul “Perusahaam Pembiayaan Syariah” Shalawat dan salam penulis
hantarkan keharibaan junjungan alam Nabi Besar Muhammad SAW, yang telah membawa kita
dari alam kebodohan ke alam yang berilmu pengetahuan. Penulis ucapkan terimakasih kepada
pihak-pihak terutama kepada teman-teman yang sudah membantu dalam penyusunan makalah
ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari titik kesempurnaan.
Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran untuk kesempurnaan makalah ini
Akhir kata penulis memanjatkan doa semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmatNya. Amin
Ya Rabbal „Alamin.

Marabuana, 27 November 2021

Penulis

i
BAB I

PENDAHULUAN

A. Kata Pengantar
Perkembangan ekonomi Islam di Indonesia cukup pesat, hal itu ditandai dengan
meningkatnya jumlah bank syariah dan lembaga keuangan non bank. Ekonomi Islam
bukan hanya sekedar membahas tentang perbankan Islam, tetapi semua hal yang
berkaitan dengan kehidupan ekonomi manusia, diantaranya Perusahaan Pembiayaan.
Pengaturan lembaga keuangan dalam syariah islam dilandasi pada kaidah dalam ushul
fiqih yang menyatakan bahwa “maa laa yatimm al-wajib illa bihi fa huwa wajib”, yakni
sesuatu yang harus ada untuk menyempurnakan yang wajib, maka ia wajib diadakan.
Mencari nafkah (yakni melakukan kegiatan ekonomi) adalah wajib diadakan untuk itu,
pada zaman modern ini kegiatan perekonomian tidak akan sempurna tanpa adanya
lembaga keuangan, maka lembaga keuangan ini pun wajib untuk diadakan.
Disini terlihat pentingnya eksistensi lembaga keuangan dalam hal pembiayaaan.
Dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 84/PMK.012/2006 tentang perusahaan
pembiayaan bahwa, perusahaan pembiayaan adalah badan usaha di luar Bank dan
Lembaga Keuangan Bukan Bank yang khusus didirikan untuk melakukan kegiatan yang
termasuk dalam bidang usaha lembaga pembiayaan. Kehadiran perusahaan pembiayaan,
menambah deretan berkembangnya industri jasa pembiayaan di Indonesia. Perusahaan
pembiayaan seperti ini memberikan kemudahaan kepada masyarakat untuk memenuhi
kebutuhannya, baik dalam bentuk investasi, modal kerja, atau semata-mata untuk barang
yang akan dipakai sendiri (konsumsi).
Hal ini juga terlihat dengan mulai menjamurnya perusahaan pembiayaan,
dikarenakan banyaknya permintaan pembiayaan dari masyarakat atau kredit untuk
barang-barang seperti motor dan alat elektronik. Perusahaan pembiayaan merupakan
salah satu aspek yang diatur dalam syariah islam, yakni bagian muamalah sebagai bagian
yang mengatur hubungan sesama manusia. Di Indonesia telah banyak bermunculan
perusahaan pembiayaan yang mengadopsi prinsip syariah. Dalam rangka merespons
kegiatan usaha perusahaan pembiayaan secara syariah, Bapepam telah mengeluarkan
Peraturan Nomor Per-03/BL/2007 tentang kegiatan perusahaan pembiayaan berdasarkan
prinsip syariah dalam rangka memberikan kerangka hukum terhadap segala kegiatan bagi
perusahaan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah. Pembiayaan syariah merupakan
bentuk pembiayaan berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara perusahaan
pembiayaan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar perusahaan pembiayaan syariah?
2. Apa yang dimaksud perusahaan leasing syariah?
3. Apa yang dimaksud anjak piutang syariah?

1
2

4. Bagaimana pembiayaan konsumen syariah?


C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep dasar perusahaan pembiayaan syariah.
2. Untuk mengetahui prosedur perusahaan leasing syariah.
3. Untuk mengetahui anjak piutang syariah.
4. Untuk mengetahui pembiayaan konsumen syariah.
5. Untuk mengetahui kartu kredit syariah.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Perusahaan Pembiayaan Syariah


1. Pengertian Perusahaan Pembiayaan Syari’ah
Perusahaan pembiayaan adalah badan usaha di luar bank dan lembaga keuangan
bukan bank yang khusus didirikan untuk melakukan kegiatan yang termasuk dalam
bidang usaha lembaga pembiayaan. Kegiatan usaha lembaga pembiayaan adalah :
a. Sewa Guna Usaha (leasing)
b. Anjak piutang (factoring)
c. Usaha kartu kredit (credit card)
d. Pembiayaan konsumen (consumer finance).
Secara umum pembiayaan berfungsi menyediakan produk yang berkualitas dan
pelayanan profesional untuk menjamin kesetiaan pelanggan. Memanfaatkan sumber daya
yang ada secara maksimal untuk memperoleh revenue yang dapat memberikan
konstribusi bagi pemegang saham dan kesejahteraan bagi karyawan.
Perusahaan pembiayaan selain beroperasi mengunakan sistem konvensional juga
dapat melakukan pembiayaan berdasarkan prinsip syari’ah. Pembiayaan berdasarkan
prinsip syari’ah adalah pembiayaan berdasarkan persetujuan antara perusahaan
pembiayaan dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk
mengembalikan pembiayaan tersebut dengan jangka waktu tertentu dengan imbalan atau
bagi hasil.
2. Pendirian Perusahaan Pembiayaan
1. Prosedur tata cara pendirian
Untuk mendirikan perusahaan pembiayaan syari’ah ada beberapa tahapan yang d
apatdilakukan, antara lain:
a. Calon mengajukan permohonan izin usaha sebagai perusahaan pembiayaan
kepada Menteri Keuangan c.q Ketua Bapepam LK.
b. Selanjutnya dari ketua Bapepam LK, diteruskan ke Biro P3.Biro P3 memeriksa
kelengkapan dokumen persyaratan izin usaha PP sesuai PMK No.
84/PMK.o12/2006. Jika lengkap, maka diteliti informasi Daftar Kredit
Macet(DKM) dan Daftar Tidak Lulus (DTL) bagi direksi, komisaris, dan
pemegangsaham. Jika tidak termasuk DKM dan DTL maka Biro P3 memproses
permohonanizin usaha sebagai perusahaan pembiayaan sesuai ketentuan dalam
PMK No.84/PMK.012/2006 termasuk melakukan fit and proper test bagi
Direksi dan Komisaris.
c. Selanjutnya Biro P3 memberi pertimbangan menerima atau menolak
permohonanizin usaha PP.

3
4

d. Jika pengajuan diterima maka dikeluarkan KMK Izin Usaha sebagai PP.
PemberianIzin Usaha sebagai Perusahaan Pembiayaan dilakukan oleh Ketua
Bapepam LK.
e. Perusahaan yang telah memperoleh izin usaha sebagai PP wajib
melakukankegiatan usaha selambat-lambatnya 60 hari sejak tanggal izin usaha
ditetapkan.
f. Melaporkan kegiatan usaha kepada Menteri Keuangan c.q Ketua Bapepam
LK(Biro Perbankan, Pembiayaan, dan Penjaminan) selambat-lambatnya 10 hari
sejaktanggal dimulainya kegiatan usaha.
3. Persyaratan Izin Usaha
a. Akta pendirian badan hukum termasuk anggaran dasar yang telah disahkan
olehinstansi berwenang, yaitu Departemen Hukum dan HAM.
b. Data Direksi dan dewan komisaris atau pengurus dan Pengawas. Direksi dan
komisaris atau pengurus dan pengawas nantinya akan di uji fit propertest.
c. Data pemegang saham atau anggota.
d. Sistem dan prosedur kerja, struktur organisasi dan personalia.
e. Fotokopi bukti perlunasan modal disetor dalam bentuk deposito berjangka
padasalah satu bank umum di Indonesia dan dilegalisasi oleh bank penerima
setoranyang masih berlaku selama dalam proses pengajuan izin usaha.
f. Rencana kerja untuk 2 (dua) tahun pertama.
g. Bukti kesiapan operasional.
h. Perjanjian usaha patungan antara pihak asing dan pihak Indonesia bagi
perusahaan patungan.
i. Pedoman untuk Pelaksanaan Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah (P4MN).
4. Pembinaan dan Pengawasan Perusahaan Pembiayaan Syari’ah.
Pembinaan dan pengawasan kegiatan usaha perusahaan pembiayaan secara
kelembagaan dilakukan oleh Menteri Keuangan yang meliputi penarikan pinjaman
luar negri, penyaluran pinjaman yang bersumber dari perbankan, penerbit surat
sanggup bayar (promiss ory notes), kualitas aktiva produktif dan kebenaran serta
kelengkapan laporan. Sedangkan pembinaan dan pengawasan dari sisi pemenuhan
prinsip Syari’ah dilakukan oleh dewan Syari’ah Nasional-MUI yang menempatkan
dewan pengawas syari’ah (DPS) dimasing-masing perusahaan pembiayaan
syari’ah. Pada perusahaan pembiayaan syari’ah pengawasan dan pembinaan yang
dilakukan meliputi :

Sumber Pendanaan

Sumber pendanaan bagi perusahaan pembiayaan yang melakukan kegiatan


usaha berdasarkan prinsip syari’ah wajib diperoleh berdasarkan prinsip
syari’ah.Sumber pendanaan perusahaan pembiayaan syari’ah wajib diperhitungkan
sebagai komponen dalam menghitung Gearing Ratio perusahaan pembiayaan.
5

Sumber pendanaan tersebut dapat diperoleh melalui bank atau badan usaha yang
lainnya baikdari dalam maupun luar negeri dengan mengunakan akad yang sesuai
dengan prinsip syari’ah.

Adapun akad yang diterapkan pada sumber pendanaan ini meliputi :

a. Pendanaan Mudharabah Mutlaqah (Unrestricted Investmant), yaitu pendanaan


yangdiperoleh perusahaan pembiayaan melalui akad kerjasama dengan pihak
lain yang bertindak sebagai penyandang dana ( sahibul mal ), dimana sahibul
mal tersebut membiayai 100% (seratus per seratus) modal kegiatan pembiayaan
untuk proyek yang tidak ditentukan oleh perusahaan pembiayaan, dan
keuntungan usaha dibagi sesuai kesepakatan yang dituangkan dalam akad.
b. Pendanaan Mudharabah Musyarakah yang diperoleh perusahaan pembiayaan
melalui akad kerja sama dengan pihak lain yang bertindak sebagai penyandang
dana(shahibul mal), dimana shahibul mal tersebut membiayai 100% modal
kegiatan pembiayaan untuk proyek yang telah ditentukan oleh perusahaan
pembiayaan, dan keuntungan dibagi sesuai kesepakatan yang dituangkan dalam
akad.
c. Pendanaan Mudharabah Musyarakah yang diperoleh perusahaan pembiayaan
melaui akad kerjasama dengan pihak lain yang bertindak sebagai penyandang
dana(shahibul mal), dimana shahibul mal dan perusahaan pembiayaan selaku
pengelola (mudharib) turut menyertakan modalnya dalam kerjasma investasi
dan keuntunganusaha dibagi sesuai kesepakatan yang dituangkan dalam akad.
d. Pendanaan Musyarakah (equity participation) yang dipeoleh perusahaan
pembiayaan melaui akad kerja sama dengan pihak lain untuk usaha tertentu,
dimanamasing-masing pihak memberikan konstribusi dana dengan ketentuan
bahwakeuntungan dan resiko akan ditangung bersama sesuai dengan
kesepakatan yangdituangkan dalam akad.
e. Pendanaan lainnya yang sesuai dengan prinsip syari’ah.
B. Perusahaan Leasing Syariah
Sewa guna usaha (leasing) syari’ah adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk
penyediaan barang modal baik secara sewa guna usaha dengan hak opsi (finance lease)
maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating lease) untuk digunakan oleh penyewa
guna usaha (lessee) selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara
angsuran sesuai dengan prinsip syari’ah. Usaha leasing dilakukan berdasarkan akad
Ijarah dan Ijarah Muntahiyal Bitamlik. Akad Ijarah adalah akad penyaluran danauntuk
pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang dalam waktu tertentu dengan
pembayaran sewa (ujrah), antara perusahaan pembiayaan sebagai (mu’ajjir) dengan
penyewa (musta’jjir) tanpa dikuti pengalihan ke pemilikan barang itu sendiri.
SedangkanIjarah muntahiyal bi al-Tamlik adalah akad penyaluran dana untuk
pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang dalam waktu tertentu dengan
6

pembayaran sewa (mu’ajjir)dengan penyewa (musta’jir) disertai opsi pemindahan hak


milik atas barang tersebutkepada penyewa setelah selesai masa sewa. Adapun prosedur
transaksi leasing syari’ah secara umum adalah :
a. Lessee menghubungi supplier untuk pemilihan dan penentuan jenis barang,
spesifikasiharga, jangka waktu pengiriman, jaminan purna jual atas barang.
b. Pihak lessee mengajukan permohonan untuk memperoleh fasilitas suatu barang
modaldi mana lessee dapat meminta lessee quotation. Pihak lessor (perusahaan
pembiayaan) kemudian meneliti kelengkapan dokumen yang dipersyaratkan.
c. Jika permohonan lesse diterima maka pihak lessee dan lessor bertemu
untukmenandatangani perjanjian serta baiaya – biaya yang harus dibayar oleh lessee.
d. Selanjutnya pihak lessor melakukan pemesanan kepada supplier sesuai dengan
tipedan spesifikasi barang yang di inginkan oleh lessee dan membayar sesuai
pembayaran.
e. Pihak supplier mengirimkan barang sesuai dengan surat pesanan dan surat bukti
pembayaran kepada lessee.
f. Penyerahan dokumen atas supplier kepada lessor termasuk faktur dan bukti-
buktikepemilikan barang lainnya.
g. Pembayaran lessor kepada supplier.
h. Pembayaran angsuran secara berkala oleh lessee kepada lessor selama masa
selamamasa sewa guna usaha yang seluruhnya mencakup pengembalian jumlah yang
dimiliki.
C. Anjak Piutang Syariah (Factoring)

Factoring dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi Anjak piutang


maksudnya piutang yang dialihkan, sedangka pengertian anjak piutang berdasarkan surat
Keputusan Menteri Keuangan No. 448/KMK.017/2000 adalah “kegiatan pembiayaan
dalam bentuk pembelian dan atau pengalihan serta pengurusan piutang atau tagihan
jangka jangka pendek suatu perusahaan dari transaksi perdagangan dalam atau luar
negeri”. Selanjutnya pengertian anjak piutang tersebut diatas dipertegas dengan ketentuan
surat Keputusan Menteri Keuangan No. 172/KMK.06/2002 yang menyatakan bahwa
“kegiatan anjak piutang dilakukan dalam bentuk Pembelian dan atau pengalihan, dan
Pengurusan.

Sedangkan dalam peraturan OJK No. 29/POJK.05/2014 Tentang penyelenggaraan


usaha perusahaan pembiayaan menjelaskan anjak piutang (Fatoring) “adalah kegiatan
pembiayaan dalam bentuk pembelian piutang usaha suatu perusahaan berikut pengurus
atas piutang tersebut. ” Berkaitan dengan defenisi anjak piutang tersebut, dalam kegiatan
anjak piutang yang dilakukan di Indonesia terdapat beberapa hal yang perlu digaris
bawahi, yakni :

1. Transaksi anjak piutang daat dibedakan menjadi 2 (dua) jenis, yaitu anjak
piutang dengan pembiayaan (financing activity), yaitu dalam bentuk pembelian
7

dan atau penagalihan piutang dan anjak non-pembiayaan (non-financing


activity) yaitu dalam bentuk pengurusan piutang atau tagihan.
2. Transaksi anjak piutang dapagt dilakukan untuk transaksi perdagangan
domestic (anjak piutang domestik) dan transaksi perdagangan antar negara atau
ekspor/impor (anjak piutang internasional).
3. Objek anjak piutang adalah piutang atau tagihan jangka pendek suatu
perusahaan dari suatu perdagangan dalam atau luar negeri.
4. Pembiayaan anjak piutang hanya dapat dilakukan kepada perusahaan,
bukankepada individu atau orang-perorangan.
Fungsi dan manfaat factoring:
a. Factoring berkaitan dengan masalah piutang clien. Dalam hal ini, factor
berfunsimenangani masalah atau mangambil alih piutang tersebut, dan
menagih pembayarannya pada debitur setelah oiutang jatuh tempo.
b. Itu berarti factor bertanggung jawab atas piutang klien dan membebaskan
client danmembebaskan client dari resiko kerugian. Sementara itu, manfaat
factoring dapatdilihat dari beberapa segi, yaitu sebagai berikut :
1. Bagi perusahaan nasabaha
a) Factoring dapat menolong “cash flow” perusahaan yang melakukan
penjualan secara kredit sehingga dana yang diperoleh dari penjulan
piutang kepada perusahaan anjak piutang akan memperlancar
kegiatan produksi, dibandingkanapabila produsen tersebut menagih
sendiri kepada kreditor.
b) Bagi perusahaan yang berkembang sangat pesat dan belum dapat
diimbangidengan divisi kredit, dengan menggunakan jasa
perusahaan anjak piutang, perusahaan yang bersangkutandapat
berkonsentrasi dalam meningkatkanusahanya.
c) Factoring dapat memperlancar perputaran modal kerja perusahaan
sehinggadapat meningkatkan laba.
d) Factoring dapat mendorong dunia usaha untuk lebih kompetitif lagi
sebabnasabah perusahaan anjak piutang akan bebas melakukan
transaksi perdagangan atas dasar “open account”, baik didalam
maupun luar negeri.
e) Perusahaan anjak piutang merupakan usaha yang dapat melindungi
nilaiterhadap risiko yang mungkin terjadi karena pelanggan
mengalami kesulitanlikuiditas.
2. Secara Makro Perusahaan anjak piutang yang melakukan
pengambilalihan piutang secara pre payment (pembayaran di muka)
akan membawa efek money multiplersehingga dapat meningkatkan
percepatan uang beredar (velocity of money) yang pada gilirannya akan
mendorong pertumbuhan pertumbuhan ekonomi. Dengan demikian,
8

dapat disimpulkan bahwa pada prinsip-prinsipnya anjak piutang


(factoring) memberikan manfaat antara lain :
a. Pembayaran piutang lebih cepat dari jatuh tempo.
b. Menambah dana segar perusahaan.
c. Dapat membantu peningkatan keuntungan dan laba.
Dalam Islam Anjak Piutang biasa disebut juga dengan Hawalah adapun hadis yang
terkait dengan Hawalah tersebut yaitu :
Hadis Nabi riwayat Imam al-Tirmidzi dan Ibn.Majah dari „Amr bin „Auf al-Muzani,
Nabi Muhammad S.A.W bersabda :
“Perjanjian boleh dilakukan di antara kaum muslimin kecuali perjanjian yang
mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram; dan kaum muslimin terikat
dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau
menghalalkan yang haram.”
Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah
bersabda:
“Menunda pembayaran bagi orang yang mampu adalah satu kezaliman. Dan jika salah
seorang di antara kamu diikutkan (di-hawalah-kan) kepada orang yang mampu, terimalah
hawalah itu.”
Pada hadis ini Rasulullah memberitahukan kepada orang yang mengutangkan, jika
orang yang berutang menghawalahkan kepada orang yang mampu/kaya, hendaklah ia
menerima hawalah tersebut dan hendaklah ia menagih kepada orang yang dihawalahkan
(muhal‟alaih).”
Sedangkan Menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia
menjelaskan Anjak Piutang secara syariah adalah pengalihan penyelesaian piutang
atautagihan jangka pendek dari pihak yang berpiutang kepada pihak yang berutang atau
pihak yan ditunjuk oleh pihak yang berutang sesuai prinsip syariah. Dalam fatwa tersebut
juga dijelaskan mengenai ketentuan akad Anjak Piutang yaitu:
1. Akad yang dapat digunakan dalam Anjak Piutang secara Syariah adalah Wakalah
bilUjrah.
2. Pihak yang berpiutang mewakilkan kepada pihak lain untuk melakukan pengurusan
dokumen-dokumen penjualan kemudian menagih piutang kepada pihak berhutang
atau pihak lain yang ditunjuk oleh pihak yang berhutang.
3. Pihak yang ditunjuk menjadi wakil dari yang berpiutang untuk melakukan penagihan
(collection) kepada pihak yang berutang atau pihak lain yang ditunjuk oleh pihak
yang berutang untuk membayar.
4. Pihak yang ditunjuk menjadi wakil dapat memberikan dana talangan (Qardh) kepada
pihak yang berpiutang sebesar nilai piutang.
5. Atas jasanya untuk melakukan penagihan piutang tersebut, pihak yang ditunjuk
menjadi wakil dapat memperoleh ujah/fee.
9

6. Besar ujah harus disepakati pada saat akad dan dinyatakandalam bentuk nominal,
bukan dalam bentuk persentase yang dihitung dari pokok piutang.
7. Pembayaran ujarah dapat diambil dari dana talangan atau sesuai kesepakatan dalam
akad.
8. Antara akad Wakalah bil Ujarah dan akad Qardh, tidak dibolehkan adanya
keterkaitan.
Kemudian Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI tesebut menjelaskan jika salah satu
pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi perselisihan di antara para
pihak,maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrase Nasional Syariah
atauPengadilan Agama setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.
D. Pembiayaan Konsumen Syariah
Pembiayaan konsumen syariah adalah kegiatan pembiayaan untuk mengadakan
barang berdasarkan kebutuhan konsumen dengan pembayaran secara angsuran sesuai
dengan prinsip syariah. Pembiayaan konsumen diperlukan oleh pengguna dana untuk
memenuhi kebutuhan konsumsi dan akan habis dipakai untuk memenuhi kebutuhan
tersebut. Kebutuhan konsumsi terdiri dari kebutuhan primer dan kebutuhan sekunder.
Konsumsi dalam ekonomi Islam dapat didefinisikan dengan mengonsumsi sesuatu yang
baik, halal dan bermanfaat bagi manusia, pemanfaatan segala anugrah Allah SWT.
dimuka bumi atau sebagai sebuag kebajikan karena kenikmatan yang diciptakan Allah
untuk manusia adalah wujud ketaatan kepada Allah SWT. Akan tetapi, tidak berarti
seorang konsumen daat mengonsumsi segala barang yang dikehendaki, tanpa
memperhatikan kualitas dan kemurniannya, atau mengonsumsi sebanyak-banyaknya
tanpa memperhatikan hak-hak orang lain yang ada di dalamnya. Oleh karena itu, dalam
konsumsi, prinsip dasar yang harus dijadikan acuan adalah kebenaran, kesucian,
kesederhanaan, kemaslahatan dan akhlak. Pembiayaan konsumen adalah kegiatan
pembiayaan untuk pengadaan barang berdasarkan kebutuhan konsumen dengan
pembayaran secara angsuran sesuai dengan prinsip syariah. Perusahaan pembiayaan
syarah dapat melakukan pmbiayaan untuk memenuhi kebutuhan konsumen dengan
pembayaran secara angsuran dengan menggunakan akad yang ditetapkan oleh syariat.
Pada prinsipnya, pembiayaan konsumen dilakukan berdasarkan akad
murabahah,salam dan istisna. Secara umum prosedur pembiayaan konsumen syariah
dilakukan sebagai berikut.
1. Pihak konsumen menghubungi perusahaan pmbiayaan untuk mengajukan
permohonan pembiayaan yang bersifat konsumtif.
2. Perusahaan pembiayaan dan konsumen menyepakati kontrak sesuai dengan akad
yangsesuai dengan kebutuhan konsumen dalam dokumen tertulis yang secara jelas
menerangkan syarat dan ketentuan yang disepakati.
3. Penyerahan barang kepada konsumen sesuai dengen permohonan konsumen4.
Konsumen membayar kepada perusahaan pembiayaan sesuai dengan kesepakatan
kontrak.
10

E. Kartu Kredit Syariah


Kartu kredit syariah atau yang lazim disebut bithaqah al-l’timan adalah kartu kredit
yang pada dasarnya berfungsi sebagaimana kartu kredit lainnya serta terikat dengan
peraturan yang berlaku dan dijalankan dengan prinsip serta kebijakan yang bersifat
syariah. Hal ini diatur dalam ketentuan Umum fatwa Dewan Syariah Nasional – Majelis
Ulama Indonesia (DSN-MUI) No. 54/DSN-MUI/X/2006, tentang kartu kredit syariah.
Dengan demikian, bisa dipastikan bahwa semua aturan dan juga kebijakan yang
diterapkan di dalam kartu kredit syariah merupakan ketentuan yang dikeluarkan oleh
Dewan Syariah Nasional dan juga MUI. Kebijakan-kebijakan inilah yang menjadi
perbedaan antara kartu kredit syariah dengan kartu kredit konvensional lainnya, meskipun
dari sisi hukum dan aturan pemerintah keduanya tetap menjalankan aturan yang sama.
Kartu kredit syariah juga memiliki fungsi yang sama dengan kartu kreditkonvensional, di
mana kita bisa memanfaatkannya untuk berbagai kepentingan transaksi pembelanjaan dan
juga penarikan tunai di mesin ATM.

Akad dalam Kartu Kredit Syariah


Kartu kredit syariah dijalankan dengan menggunakan prinsip yang Islami, maka hal
tersebut tentu akan membuatnya berbeda dengan kartu kredit konvensional yang
dijalankan dengan menggunakan berbagai macam ketentuan yang ditetapkan oleh pihak
perusahaan dan juga bank penerbit kartu kredit. Hal ini tentu saja menjadi sebuah nilai
lebih bagi nasabah yang menggunakannya, karena mereka bisa menggunakan fasilitas
kartu kredit yang memang benar-benar sesuai dengan prinsip dan ketentuan syariah.
Salah satu hal yang membedakan kartu kredit syariah dengan kartu kredit
konvensional adalah tidak adanya bunga di dalam kartu kredit syariah, namun terdapat
penerapan akad yang di dalam kartu kredit syariah. Terdapat beberapa akad
yangditerapkan di dalam kartu kredit syariah, antara lain:
1. Kafalah
Akad kafalah atau yang dalam bahasa Indonesia bisa diartikan sebagai
penjamintransaksi, artinya bank selaku penerbit kartu kredit akan bertindak
sebagai pihak penjamin di dalam berbagai macam transaksi yang dilakukan oleh
nasabah selaku pemegang kartu terhadap merchant dan/atau atas kegiatan
penarikan tunai yangdilakukan di mesin ATM selain milik bank penerbit kartu
kredit tersebut. Dengan katalain dapat dijelaskan bahwa, dalam hal ini bank
bertindak sebagai penjamin nasabahyang artinya bank memberikan jaminan
tersebut kepada pihak merchant.
2. Qardh
Akad qardh adalah pemberian pinjaman yang dilakukan oleh pihak bank kepada
pihak nasabah selaku pengguna kartu kredit, untuk mengambil sejumlah uang
tunaimelalui kartu kredit syariah yang dimilikinya pada mesin ATM.
3. Ijarah
11

Akad Ijarah merupakan sejumlah biaya keanggotaan (iuran tahunan)


yangdikenakan oleh bank kepada nasabah selaku pemegang kartu kredit
syariah. Hal inidipungut sebagai bentuk imbal jasa atas layanan yang telah
diberikan oleh bank dalam bentuk kartu kredit syariah.
4. Sharf
Akad sharf merupakan fasilitas yang diberikan oleh bank untuk nasabahnya
melakukan transaksi keuangan dalam mata uang asing. Hal ini akan
digunakan,terutama jika nasabah yang bersangkutan bepergian ke luar negeri.
Keunggulan kartu kredit syariah:
a. Didukung MasterCard, Jadi Bisa Dipakai Di Seluruh Dunia.
b. Biaya Administrasi di Merchant Lebih Rendah.
c. Denda Dialihkan Ke Sektor Sosial.
d. Sudah Difatwakan, Tidak Perlu Takut Melanggar Aturan Agama
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan1.
1. Perusahaan pembiayaan adalah badan usaha diluar bank dan lembaga keuangan bukan
bank yang khusus didirikan untuk melakukan kegiatan yang termasuk dalam
bidangusaha lembaga pembiayaan. Kegiatan usaha lembaga pembiayaan adalah :
2. Sewa Guna Usaha (leasing)
3. Anjak piutang (factoring)
4. Usaha kartu kredit (credit card)
5. Pembiayaan konsumen (consumer finance)
2. Sewa guna usaha (leasing) syari’ah adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk
penyediaan barang modal baik secara sewa guna usaha dengan hak opsi (financelease)
maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating lease) untuk digunakan oleh
penyewa guna usaha (lessee) selama jangka waktu tertentu berdasarkan
pembayaransecara angsuran sesuai dengan prinsip syari’ah
3. Anjak piutang berdasarkan surat Keputusan Menteri Keuangan No./KMK.017/2000
adalah “kegiatan pembiayaan dalam bentuk pembelian dan atau pengalihan serta
pengurusan piutang atau tagihan angka jangka pendek suatu perusahaan dari transaksi
perdagangan dalam atau luar negeri
4. Pembiayaan konsumen syariah adalah kegiatan pembiayaan untuk mengadakan barang
berdasarkan kebutuhan konsumen dengan pembayaran secara angsuran sesuaidengan
prinsip syariah. Pembiayaan konsumen diperlukan oleh pengguna dana
untukmemenuhi kebutuhan konsumsi dan akan habis dipakai untuk memenuhi
kebutuhantersebut.
5. Kartu kredit syariah atau yang lazim disebut bithaqah al-l’timan adalah kartu
kredityang pada dasarnya berfungsi sebagaimana kartu kredit lainnya serta terikat
dengan peraturan yang berlaku dan dijalankan dengan prinsip serta kebijakan yang
bersifatsyariah.

12

Anda mungkin juga menyukai