Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Pembuatan Makalah Mata Kuliah
Bank Dan Lembaga Keuangan Syariah
Dosen Pengampu : Faiqul Hazmi, S.E.I., M.E.Sy.

DISUSUN OLEH:
Kelompok 9
1. Ahmad Aukhia ulummudin
2. Eling Nor Muhammad
3. Veni Dwi Damayanti

PROGAM STUDI PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA JEPARA

2016

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa kami panjatkan kepada Allah


SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah bank dan lembaga keungan syariah ini.
Adapun maksud dan tujuan kami disini untuk menyajikan
bebrapa hal yang menjadi materi dari makalah kami.
Makalah ini membahas mengengenai Perusahaan
Pembiayaan Syariah, Pendiri Perusahaan Pembiayaan,
Pembinaan dan Pengawasan Lembaga Pembiayaan Syariah,
Strategi Pengelolaan dan Pengembangan Perusahaan
Pembiayaan, Perusahaan Pembiayaan Syariah di Indonesia.
Makalah ini juga menggunakan Bahasa yang mudah dipahami
untuk para pembacanya. Kami menyadari bahwa didalam
makalah ini banyak kekurangan, kami mengharapkan Kritik dan
Saran demi menyempurnakan makalah kami agar lebih baik dan
dapat berguna semaksimal mungkin.
Akhir kata kami mengucapkan terimakasih kepada semua
pihak yang telah membantu proses penyusunan dan
penyempurnaan makalah ini.
Jepara, 30 Desember 2016

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................1
A. LATAR BELAKANG..........................................................1
B. RUMUSAN MASALAH.....................................................2
C. TUJUAN..........................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...............................................................3
A. PERUSAHAAN PEMBIAYAAN SYARIAH............................3
B. PENDIRIAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN SYARIAH..........
C. PEMBINAAN DAN PENGAWASAN LEMBAGA PEMBIAYAAN
SYARIAH.........................................................................
D. STRATEGI PENGELOLAAN DAN PENGEMBANGAN
PERUSAHAAN PEMBIAYAAN SYARIAH.............................
E. PERUSAHAAN PEMBIAYAAN SYARIAH DI INDONESIA......
BAB III PENUTUP......................................................................
A. KESIMPULAN...................................................................
B. PENUTUP........................................................................
C. SARAN...................................................................................
..............

ii

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keberadaan lembaga keuangan yang menawarkan berbagai
bentuk fasilitas pembiayaan untuk lebih memperluas penyediaan
pembiayaan

alternatif

perekonomian

bagi

moderen

dunia

sangatlah

usaha

dalam

dibutuhkan.

sistem
Lembaga

pembiayaan diperlukan guna mendukung dan memperkuat


sistem keuangan nasional yang terdiversifikasi sehingga dapat
memberikan alternatif yang lebih banyak bagi pengembangan
sektor usaha.
Kebijakan bagi pengembangan dan perluasan berbagi jenis
lembaga keuangan melalui diservikasi kegiatan pembiayaan
landasan operasionalnya diatur lewat Keputusan Presiden No. 61
Tahun 1998 sebagai bagaian deregulasi 20 Desember 1988
(Paket Desember).
B. Rumusan Masalah
1. Perusahaan pembiayaan syariah.
2. Pendiri perusahaan pembiayaan syariah.
3. Pembinaan

dan

pengawasan

lembaga

pembiayaan

syariah.
4. Strategi

pengelolaan

dan

pembiayaan syariah.
1

pengembangan

perusahaan

5. Perusahaan pembiayaan syariah di indonesia.


C. Tujuan Penulisan
1. Memberikan

pengetahuan

tentang

perusahaan

pembiayaan syariah.
2. Mengajarkan bagaimana cara pembinaan dan pengawasan
lembaga pembiayaan syariah.
3. Memberikan pengetahuan tentang strategi pengelolaan
dan pengembangan perusahaan pembiayaan syariah.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Perusahaan Pembiayaan Syariah
Perusahaan pembiayaan adalah badan usaha diluar bank dan
lembaga keuangan bukan bank yang khusus didirikan untuk
melakukan

kegiatan

yang

termasuk

dalam

bidang

usaha

lembaga pembiayaan.
Kegiatan usaha lembaga pembiayaan adalah :
1.

Sewa Guna Usaha (leasing)

2.

Anjak piutang (factoring)

3.

Usaha kartu kredit (credit card)

4.

Pembiayaan konsumen (consumer finance).

Secara umum pembiayaan berfungsi menyediakan produk


yang berkualitas dan pelayanan profesional untuk menjamin
kesetiaan pelanggan. Memanfaatkan sumber daya yang ada
secara

maksimal

memberikan

untuk

memperoleh

konstribusi

bagi

revenue

pemegang

yang
saham

dapat
dan

kesejahteraan bagi karyawan.


Perusahaan pembiayaan selain beroperasi mengunakan
sistem

konvensional

juga

dapat

melakukan

pembiayaan

berdasarkan prinsip syariah. Pembiayaan berdasarkan prinsip


syariah adalah pembiayaan berdasarkan persetujuan antara
perusahaan pembiayaan dengan pihak lain yang mewajibkan
pihak yang dibiayai untuk mengembalikan pembiayaan tersebut
dengan jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. 1
[1]
1[1] Keputusan Menteri Keuangan Nomor. 448/KMK.017/2000 tentang
Perusahaan Pembiayaan yang diubah dengan Keputusan Menteri
Keungan No. 172/KMK.06/2002, dan PMK.012/2006 tentang Perusahaan
Pembiayaan

B. Pendirian Perusahaan Pembiayaan Syariah


1. Prosedur tata cara pendirian
Untuk mendirikan perusahaan pembiayaan syariah ada
beberapa tahapan yang dapat dilakukan, antara lain :
a. Calon

mengajukan

permohonan

izin

usaha

sebagai

perusahaan pembiayaan kepada Menteri Keuangan Ketua


Bapepam LK.
b. Selanjutnya dari ketua Bapepam LK, diteruskan ke Biro P3.
Biro P3 memriksa kelengakapan dokumen persyaratan izin
usaha PP sesuai PMK No. 84/PMK.o12/2006. Jika lengkap,
maka diteliti informasi Daftar Kredit Macet (DKM) dan
Daftar Tidak Lulus (DTL) bagi direksi, komisaris, dan
pemegang saham. Jika tidak termasuk DKM dan DTL maka
Biro

P3

memproses

permohonan izin

usaha

sebagai

perusahaan pembiayaan sesuai ketentuan dalam PMK No.


84/PMK.012/2006 termasuk melakukan fit and proper test
bagi Direksi dan Komisaris.
c. Selanjutnya Biro P3 memberi pertimbangan menerima atau
menolak permohonan izin usaha PP.
d. Jika pengajuan diterima maka dikeluarkan KMK Izin Usaha
sebagai PP. Pemberian Izin Usaha sebagai Perusahaan
Pembiayaan dilakukan oleh Ketua Bapepam LK.
e. Perusahaan yang telah memperoleh izin usaha sebagai PP
wajib melakukan kegiatan usaha selambat-lambatnya 60
hari sejak tanggal izin usaha ditetapkan.
f. Melaporkan kegiatan usaha kepada Menteri Keuangan
Ketua Bapepam LK (Biro Perbankan, Pembiayaan, dan
Penjaminan) selambat-lambatnya 10 hari sejak tanggal
dimulainya kegiatan usaha.

2. Persyaratan izin usaha


a. Akta pendirian badan hukum termasuk anggaran dasar
yang

telah

disahkan

oleh

instansi

berwenang,

yaitu

Departemen Hukum dan HAM.


b.

Data Direksi dan dewan komisaris atau pengurus dan


Pengawas. Direksi dan komisaris atau pengurus dan
pengawas nantinya akan di uji fit propertest.

c.
d.

Data pemegang saham atau anggota.


Sistem dan prosedur kerja, struktur organisasi dan
personalia.

e. Bukti perlunasan modal disetor dalam bentuk deposito


berjangka pada salah satu bank umum di Indonesia dan
dilegalisasi oleh bank penerima setoran yang masih
berlaku selama dalam proses pengajuan izin usaha.
f. Bukti kesiapan operasional.
g. Pedoman untuk Pelaksanaan Penerapan Prinsip Mengenal
Nasabah (P4MN).2[2]
C. Pembinaan dan Pengawasan Lembaga Pembiyaan
Syariah
Pada perusahaan pembiayaan syariah pengawasan dan
pembinaan yang dilakukan meliputi :
1. Sumber Pendanaan
Sumber pendanaan bagi perusahaan pembiayaan yang
melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah wajib
2 [2] http://auritsniyalfirdaus.blogspot.co.id/2014/05/perusahaan-pembiayaansyariah.html

diperoleh berdasarkan prinsip syariah. Sumber pendanaan


perusahaan pembiayaan syariah wajib diperhitungkan sebagai
komponen

dalam

pembiayaan.

menghitung

Sumber

Gearing

pendanaan

Ratio

tersebut

perusahaan

dapat

diperoleh

melalui bank atau badan usaha yang lainnya baik dari dalam
maupun luar negeri dengan mengunakan akad yang sesuai
dengan prinsip syariah.
Adapun akad yang diterapkan pada sumber pendanaan ini
meliputi :
a. Pendanaan

Mudharabah

Mutlaqah

(Unrestricted

Investmant), yaitu pendanaan yang diperoleh perusahaan


pembiayaan melalui akad kerjasama dengan pihak lain
yang bertindak sebagai penyandang dana ( sahibul mal ),
dimana sahibul mal tersebut membiayai 100% (seratus per
seratus) modal kegiatan pembiayaan untuk proyek yang
tidak

ditentukan

keuntungan

oleh

usaha

perusahaan

dibagi

sesuai

pembiayaan,
kesepakatan

dan
yang

dituangkan dalam akad.


b. Pendanaan

Mudharabah

Musyarakah

yang

diperoleh

perusahaan pembiayaan melalui akad kerja sama dengan


pihak lain yang bertindak sebagai penyandang dana
(shahibul mal), dimana shahibul mal tersebut membiayai
100% modal kegiatan pembiayaan untuk proyek yang telah
ditentukan oleh perusahaan pembiayaan, dan keuntungan
dibagi sesuai kesepakatan yang dituangkan dalam akad.
c. Pendanaan

Mudharah

Musyarakah

yang

diperoleh

perusahaan pembiayaan melaui akad kerjasama dengan


pihak lain yang bertindak sebagai penyandang dana
(shahibul mal), dimana shahibul mal dan perusahaan
pembiayaan

selaku

pengelola

(mudharib)

turut

menyertakan modalnya dalam kerjasma investasi dan


keuntungan

usaha

dibagi

sesuai

kesepakatan

yang

participation)

yang

dituangkan dalam akad.


d. Pendanaan

Musyarakah

(equity

dipeoleh perusahaan pembiayaan melaui akad kerja sama


dengan pihak lain untuk usaha tertentu, dimana masingmasing

pihak

memberikan

konstribusi

dana

dengan

ketentuan bahwa keuntungan dan resiko akan ditangung


bersama sesuai dengan kesepakatan yang dituangkan
dalam akad.
2. Kegiatan Pendanaan
Kegiatan usaha perusahaan pembiayaan syariah terdiri dari :
a. Sewa

guna

usaha

(leasing)

syariah

adalah

kegiatan

pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal baik


secara sewa guna usaha dengan hak opsi (finance lease)
maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating lease)
untuk digunakan oleh penyewa guna usaha (lessee)
selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran
secara angsuran sesuai dengan prinsip syariah.
b. Anjak piutang (factoring) adalah kegiatan pengalihan
piutang dagang jangka pendek suatu perusahaan berikut
pengurusan akan piutang tersebut sesuai dengan prinsip
syariah. Anjak piutang (factoring) dilakukan berdasarkan
akad

wakalah

bil

Ujrah.

Wakalah

bil

Ujrah

adalah

pelimpahan kuasa oleh satu pihak (al muwakil) kepada


pihak lain (al wakil) dalam hal-hal yang boleh diwakilkan
dengan pemberian keuntungan (ujrah).
c. Pembiayaan konsumen (consumer finance) adalah kegiatan
pembiayaan

untuk

pengadaan

barang

berdasarkan

kebutuhan

konsumen

dengan

pembayaran

secara

angsuran sesuai dengan prinsip syariah. Pembiayaan


konsumen

dilakukan

berdasarkan

akad

mudharabah,

salam, istisna.
d. Usaha kartu kredit (credit card) yang dilakukan sesuai
dengan

prinsip

syariah

adalah

fasilitas

jaminan

pembayaran untuk pembelian barang dan jasa dengan


menggunakan kartu kredit sesuai dengan prinsip syariah.
Adapun akad yang digunakan dalam penggunaan kartu
tersebut adalah akad kafalah, qardh, dan ijarah.3[3]
3. Dewan Pengawas Syariah
Perusahaan pembiayaan yang melakukan kegiatan usaha
berdasarkan prinsip syariah wajib memliki Dewan Pengawas
Syariah (DPS) yang terdiri dari paling kurang 2 (dua) orang
anggota dan satu orang ketua. Anggota DPS diangkat dalam
rapat umum pemegang saham atas rekomendasi MUI. DPS
bertugas

memberikan

nasihat

dan

saran

kepada

direksi,

mengawasi aspek syariah kegiatan operasional perusahaan


pembiayaan

dan

sebagai

mediator

antara

Perusahaan

Pembiayaan dengan DSN-MUI.


4. Pelaporan
Perusahaan pembiayaan syariah wajib menyampaikan
laporan

kegiatan

setiap

tanggal

10

setiap

bulan

dan

mendapatkan pernyataan kesesuaian syariah oleh DPS yang


dengan

tembusan

kepada

DSN-MUI.

Bagi

perusahaan

pembiayaan laporan disamapaikam kepada menteri Biro dan


3 [3] Dahlan Siamat, Manajemen Lembaga Keuangan, Jakarta:
Lembaga Penarbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Edisi ketiga,
2001, hlm. 363.

Penjaminan dengan tebusan kepada Bank Indonesia, Direktorat


Statistik

Ekonomi

dan

Moneter-Bagaian

Statistik

Moneter.

Pelaporan perusahaan pembiayaan umumnya meliputi laporan


keuanganan tahunan yang telah diaudit oleh akuntan publik.4[4]
D. Strategi

Pengelolaan

dan

Pengembangan

Perusahaan Pembiayaan Syariah


1. Pemasaran antara lain membangun kerja sama dengan
dealer, sinergi bisnis dengan grup/induk perusahaan, untuk
membangun captive market.
2. Produk antara lain menciptakan produk yang sederhana
dimata konsumen

dan dari mitigasi resiko masih tetap

aman.
3. Keuangan antara lain bila tak memungkinkan funding
mayoritas dari bank, ada keterbatasan untuk menambah
jumlah funding yang diperoleh. Oleh karena itu, perlu
dipertimbangkan

untuk

memperoleh

pendanaan

dari

berbagai sumber.
4. Permodalan antara lain secara bertahap perusahaan perlu
melakukan pemupukan modal atau berusaha mendapatkan
penamabahan modal disetor dari para pemegang saham.
5. Sumber daya insani antara lain diperlukan sumber daya
manusia

yang

berkualitas

agar

dapat

melakukan

marketing, menganalisis resiko, dan melakukan perjanjian


jika terjadi resiko gagal bayar dari konsumen.5[5]

4 [4] http://auritsniyalfirdaus.blogspot.co.id/2014/05/perusahaan-pembiayaansyariah.html

5 [5] Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Jakarta:


Kencana, 2009, hlm.343.

E. Perusahaan Pembiayaan Syariah di Indonesia


Terdapat 11 perusahaan pembiayaan syariah di Indonesia,
yaitu PT Federal Intenasional Finance, PT Semesta Citra Dana, PT
Mandala Multi Finance, Tbk., PT Wahana Ottomitra Multiartha,
Tbk., PT Amanah Finance, PT Fortuna Multi Finance, Tbk., PT Trust
Finance Indonesia, Tbk., PT Capitalinc Finance, PT Al-Ijarah
Indonesia Finance, PT Trimamas Finance, dan PT Nusa Surya
Ciptadana.6[6]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perusahaan pembiayaan adalah badan usaha diluar bank dan
lembaga keuangan bukan bank yang khusus didirikan untuk
melakukan

kegiatan

yang

termasuk

dalam

bidang

usaha

lembaga pembiayaan. Pembinaan dan pengawasan kegiatan


usaha perusahaan pembiayaan secara kelembagaan dilakukan
oleh Menteri Keuangan. Sedangkan pembinaan dan pengawasan
dari sisi pemenuhan prinsip Syariah dilakukan oleh dewan
Syariah Nasional-MUI yang menempatkan dewan pengawas
syariah

(DPS)

dimasing-masing

perusahaan

pembiayaan

syariah.
B. Penutup
Demikianlah makalah yang dapat kami sajikan. Semoga
dapat bermanfaat bagi kita semua. Dan hanya Allah Swt. Yang
memiliki kesempurnaan dan kekurangan itu milik kami.
C. Saran

6 [6] http://auritsniyalfirdaus.blogspot.co.id/2014/05/perusahaan-pembiayaansyariah.html

Kami mengharapkan kritik dan saran konstruktif dari semua


pihak untuk perbaikan makalah kami.
DAFTAR PUSTAKA
Al Arif, M. Nur Riyanto, Lembaga Keuangan Syariah. Bandung: CV
Pustaka Setia, 2012

Anda mungkin juga menyukai