Anda di halaman 1dari 23

TUGAS KELOMPOK 3 – ASURANSI SYARIAH

PEMASARAN ASURANSI SYARIAH

DOSEN : Abdullah Amrin, SE., MM.

KELOMPOK 3 :

Ika Fitri Listianti (201594403006)

Nurseptiani (201594403030)

Ilmaniar Yuliani (201594403026)

Maya Meidias Putri (201594403033)

D3 ASURANSI

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN RISIKO DAN ASURANSI JAKARTA


2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat limpahan rahmatnya sehingga Kami
dapat menyelesaikan makalah Pemasaran Asuransi Syariah dengan baik dan tepat waktu.
Tak lupa shalawat beserta salam selalu tercurahkan kepada junjungan Kita Nabi akhir zaman
Nabi besar Muhammad SAW. Kepada keluarganya, para sahabatnya, para pengikutnya, dan
Kita umatnya hingga akhir zaman Aamiin yaa Rabbal’aalamiin.

Dalam kesempatan ini Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak – pihak
yang telah memberikan bantuan baik secara moriil maupun materiil sehingga penyusunan
makalah ini dapat terealisasi dengan baik.

Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna, baik dari
susunan kata maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka Kami
menerima segala kritik dan saran yang membangun untuk dijadikan pelajaran bagi Kami agar
dapat membuat makalah yang lebih baik di kemudian hari. Akhir kata, Kami berharap
makalah ini dapat bermanfaat dan berguna untuk menambah wawasan bagi semua pihak.

Jakarta, 27 Juli 2018

Kelompok 3

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN.........................................................................................................4

1.1 Latar Belakang.............................................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................5

1.3 Tujuan Penulisan.........................................................................................................5

BAB 2 PEMBAHASAN............................................................................................................6

2.1 Pengertian Pemasaran..............................................................................................6

2.2 Landasan Hukum Wakalah......................................................................................8

2.3 Prinsip Pemasaran Syariah.....................................................................................11

2.4 Kegiatan yang dilarang dalam mencari keuntungan..............................................16

2.5 Etika Pemasaran Berlandaskan Syariah.................................................................16

2.6 Bauran Pemasaran Asuransi Syariah.....................................................................20

BAB 3 PENUTUP....................................................................................................................22

3.1 Kesimpulan............................................................................................................22

3.2 Saran......................................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................23

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan bisnis lembaga keuanganan syariah di Indonesia menunjukan


peningkatan yang signifikan, salah satunya yaitu lembaga keuangan nonbank asuransi
syariah. Dilihat dari pangsa pasar asuransi syariah yang mana hingga semester I 2017
kenaikan pangsa pasar asuransi syariah dari sisi aset telah mencapai angka 6,5%.
Pencapaian ini lebih tinggi dari pada periode yang sama tahun lalu yakni sebesar
6,09%. Atas perkembangan tersebut menunjukan bahwa konsumen sudah mulai sadar
bahwasannya mereka tidak hanya membeli barang dengan pertimbangan emosi
(misalnya fungsi dan harga) tetapi juga konsumen mulai mempertimbangkan nilainya
(baik, buruk atau halal, haramnya). Terutama bagi masyarakat Indonesia yang
mayoritas beragama Islam.

Melihat prospek yang sangat cerah ini, tak heran sejak tahun 2003 banyak
perusahaan asuransi konvensional yang membuka cabang syariah. Meskipun begitu,
ternyata keberadaan perusahaan asuransi syariah tidak banyak diketahui oleh
masyarakat di Indonesia, dan masih banyak dari pada mereka yang menjadi nasabah di
perusahaan asuransi konvensional. Kalaupun ada yang mengetahui keberadaan asuransi
syariah, mereka masih menganggap asuransi syariah sama saja dengan asuransi
konvensional. Di benak masyarakat, asuransi konvensional merupakan lembaga
keuangan yang mudah merayu nasabah tetapi ketika terjadi klaim, mereka harus terbelit
dengan prosedur yang sangat rumit.

Oleh karena itu, inilah fungsi dari marketer asuransi syariah untuk melakukan
pendekatan kepada masyarakat Indonesia bahwasannya asuransi syariah tentu jelas
berbeda dengan asuransi konvensional. Asuransi syariah menjual produk yang sudah di
pastikan terbebas dari unsur – unsur riba, gharar, maisir dan dzulmun. Unsur – unsur
itulah yang harus ditekankan kepada nasabah sebagai daya tarik persaingan antara
asuransi syariah dan konvensional.

4
Dalam makalah ini, Kami akan membahas mengenai Pemasaran Asuransi
Syariah yang mana dirasa perlu karena untuk dapat kita bandingkan perbedaannya dari
segi pemasaran antara asuransi syariah dengan asuransi konvensional.

1.2 Rumusan Masalah

 Apa yang di maksud dengan pemasaran asuransi syariah?


 Bagaimana islam mengatur mengenai asuransi syariah dari segi pemasaran?
 Bagaimana prinsip pemasaran yang diterapkan dalam memasarkan produk
asuransi syariah?
 Apa saja kegiatan yang dilarang oleh hukum islam dalam memasarkan suatu
produk?
 Etika apa saja yang diterapkan di dalam memasarkan produk asuransi syariah?

1.3 Tujuan Penulisan

Penulisan makalah ini bertujuan untuk :

 Mengetahui definisi pemasaran asuransi syariah


 Mengetahui landasan hukum yang mengatur tentang asuransi syariah
 Mengetahui prinsip – prinsip pemasaran berbasis syariah
 Mengetahui kegiatanya yang dilarang oleh islam dalam mencari keuntungan
 Mengetahui etika pemasaran berdasarkan hukum islam

5
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pemasaran

A. Pemasaran Umum

Pemasaran berasal dari kata dasar ‘Pasar’ yang di ikutin dengan imbuhan ‘Pe’ dan
diakhiri dengan imbuhan ‘an’ yang artinya suatu proses, cara, perbuatan memasarkan
suatu barang dagangan perihal menyebarluaskan produk ke tengah-tengah masyarakat
dengan cara penawaran dan penjualan produk atau jasa melalui teknologi siaran
televisi atau telepon (https://kbbi.web.id/pasar)

Ada beberapa definisi mengenai pemasaran menurut para ahli diantaranya adalah :

 Philip Kotler (Marketing)  pemasaran adalah kegiatan manusia yang diarahkan


untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan melalui proses pertukaran.
 Philip Kotler dan Amstrong pemasaran adalah sebagai suatu proses sosial dan
managerial yang membuat individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka
butuhkan dan inginkan lewat penciptaan dan pertukaran timbal balik produk dan
nilai dengan orang lain.
 W Stanton pemasaran adalah sistem keseluruhan dari kegiatan usaha yang
ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan
mendistribusikan barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan pembeli
maupun pembeli potensial.
 Peter F. Drucker, yang mana beliau sering disebut dengan guru manajemen,
mengatakan bahwa pemasaran bukan merupakan perluasan dari penjualan.
Pemasaran sama sekali bukan aktivitas yang khusus. Pemasaran merupakan
keseluruhan bisnis. Pemasaran adalah keseluruhan bisnis yang dilihat dari sudut
pandang hasil akhir yang dicapai, yaitu sudut pandang pelanggan. Ia juga
mengemukakan bahwa pemasaran adalah fungsi yang berbeda dan merupakan
fungsi yang unik dari suatu bisnis. Kemudian Dracker juga menyebutkan bahwa
dalam setiap bisnis, “Only marketing and innovation generate revenue, the rest

6
creates cost” (hanya pemasaran dan inovasi yang menghasilkan pendapatan, yang
lain hanya menciptakan biaya).
Salah satu definisi pemasaran yang cukup “formal” di kalangan pakar pemasaran
di Amerika, dari organisasi professional pemasaran, berbunyi; “Managemen
pemasaran adalah proses perencanaan dan pelaksanaan konsepsi, penentuan harga,
promosi, pendistribusian barang, jasa, dan ide untuki menciptakan pertukaran dengan
kelompok yang dituju, dimana proses ini dapat memuaskan pelanggan dan tujuan
perusahaan.” (American Marketing Association: AMA, 1985).

B. Pemasaran Syariah

Definisi pemasaran yang telah disepakati dewan World Marketing


Association (WMA) dalam World Marketing Conference di Tokyo pada April 1998,
maka dapat didefinisikan pemasaran dalam perspektif syariah sebagai berikut:
Pemasaran syariah adalah sebuah disiplin bisnis strategis yang mengarahkan proses
penciptaan, penawaran, dan perubahan values dari satu inisiator kepada stakeholders-
nya yang dalam keseluruhan prosesnya sesuai dengan akad dan prinsip - prinsip
muamalah dalam Islam (Marketing syariah is a strategic business discipline that
directs the process of creatiing, offering and changing value from one initiator to its
staheholders, and the whole process should be in accordance with muamalah
principles in Islam).

Pemasaran menurut perspektif syariah adalah segala aktivitas yang dijalankan


dalam kegiatan bisnis berbentuk kegiatan penciptaan nilai (value creating activities)
yang memungkinkan siapa pun melakukannya bertumbuh serta mendayagunakan
kemanfaatannya yang dilandasi atas kejujuran, keadilan, keterbukaan dan keikhlasan
sesuai dengan proses yang berprinsip pada akad bermuamalah islami atau perjanjian
transaksi bisnis dalam islam (Amrin, 2007:1).

Kata kunci dalam definisi pemasaran syari’ah ini adalah bahwa dalam seluruh
proses, baik proses penciptaan, proses penawaran maupun proses perubahan nilai
(value), tidak boleh ada yang bertentangan dengan akad dan prinsip-prinsip muamalah
dalam islam. Di dalam islam juga sudah dijelaskan yang terkait dengan muamalah yang
terdapat dalam kaidah fiqih yang paling basic yaitu “al-ashlu fil muaamalatil ibahah

7
illah ayyadulla daliilun `alaa tahriimihaa” (pada dasarnya bentuk muamalah
(business) boleh dilakukan kecuali ada dalil yang mengharamkannya)

Dari pengertian pemasaran syariah terdapat suatu kata yang berkaitan dengan
pemasaran. Yaitu perwakilan (simsar) atau wakalah dalam fiqih islam. Dengan
demikian, secara syar’i dalil-dalil tentang pemasaran dengan seluruh lingkup atau
elemen - elemen pemasaran yang ada di dalamnya dapat kita temukan dalam dalil-dalil
syar’i tentang wakalah, simsar atau perwakilan.

Wakalah atau wikalah berarti penyerahan, pendelegasian, atau pemberian


mandat. Contoh kaliamat, “aku serahkan urusanku kepada Allah SWT” mewakili
pengertian tersebut. Wahbah az-Zuhaili, dalam al-Fiqih al-Islami wa Adillatuhu al-Juz
‘ar-Rabi’, mengatakan bahwa wakil  dalam segi bahasa mengandung dua makna yaitu:
“penjagaan” atau “penyerahan kuasa”.

Namun yang dimaksud dengan wakalah dalam pembahasan bab ini adalah
pelimpahan wewenang dari seorang kepada orang lain dengan mengurusi tentang
pemasaran dalam suatu perusahaan yang meliputi sebagai berikut:

 Strategi pemasaran (yaitu segmentasi, targeting, dan positioning)


 Taktik pemasaran (yaitu differensiation, marketing mix, dan selling)
 Peningkatan value (yaitu brand, service, dan process).

2.2 Landasan Hukum Wakalah

Islam menghalalkan umatnya berniaga. Bahkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa


sallam seorang saudagar – sangat terpandang pada zamannya. Sejak muda beliau
dikenal sebagai pedagang jujur. “Sepanjang perjalanan sejarah, kaum Muslimin
merupakan simbol sebuah amanah dan di bidang perdagangan, mereka berjalan di atas
adab islamiah,” ungkap Syekh Abdul Aziz bin Fathi as-Sayyid Nada dalam Ensiklopedi
Adab Islam Menurut Alquran dan Assunnah.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengajarkan pada umatnya untuk


berdagang dengan menjunjung tinggi etika keislaman. Dalam beraktivitas ekonomi,
umat Islam dilarang melakukan tindakan bathil. Namun harus melakukan kegiatan

8
ekonomi yang dilakukan saling ridho, sebagaimana firman Allah Ta’ala, yang
artinya, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamu dengan jalan yang bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku
dengan suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu;
sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.” (QS. An-Nisaa: 29)

Berdasarkan ayat tersebut, Islam sangat mendorong umatnya untuk menjadi


seorang pedagang. Berdagang penting dalam Islam. Begitu pentingnya, hingga
Allah Subhanahu wa ta’ala  menunjuk Muhammad sebagai seorang pedagang sangat
sukses sebelum beliau diangkat menjadi nabi. Ini menunjukkan Allah Subhanahu wa
ta’ala mengajarkan dengan kejujuran yang dilakukan oleh Muhammad bin Abdullah
saat beliau menjadi pedagang bahwa dagangnya tidak merugi, namun malah
menjadikan beliau pengusaha sukses. Oleh karena itu, umat Islam (khususnya
pedagang) hendaknya mencontoh beliau saat beliau berdagang.

1. Al-Qur’an

َ Lِ‫ ل‬L‫ َذ‬Lٰ L‫ َك‬L‫َو‬


َ L‫ ْع‬Lَ‫ ب‬L‫ ْو‬Lَ‫ أ‬L‫ ا‬L‫ ًم‬L‫و‬Lْ Lَ‫ ي‬L‫ ا‬Lَ‫ ن‬L‫ ْث‬Lِ‫ ب‬Lَ‫ ل‬L‫ا‬L‫ و‬Lُ‫ل‬L‫ ا‬Lَ‫ ق‬Lۖ L‫ ْم‬Lُ‫ ت‬L‫ ْث‬Lِ‫ ب‬Lَ‫ ل‬L‫ ْم‬L‫ َك‬L‫ ْم‬Lُ‫ ه‬L‫ ْن‬L‫ ِم‬L‫ ٌل‬Lِ‫ئ‬L‫ ا‬Lَ‫ ق‬L‫ َل‬L‫ ا‬Lَ‫ ق‬Lۚ L‫ ْم‬Lُ‫ ه‬Lَ‫ ن‬L‫ ْي‬Lَ‫ ب‬L‫ا‬L‫ و‬Lُ‫ ل‬L‫ َء‬L‫ ا‬L‫ َس‬Lَ‫ ت‬Lَ‫ ي‬Lِ‫ ل‬L‫ ْم‬Lُ‫ه‬L‫ ا‬Lَ‫ ن‬L‫ ْث‬L‫ َع‬Lَ‫ ب‬L‫ك‬
Lۚ L‫ ٍم‬L‫و‬Lْ Lَ‫ ي‬L‫ض‬

Lٰ L‫ َك‬L‫ز‬Lْ Lَ‫ أ‬L‫ ا‬Lَ‫ ه‬LُّL‫ ي‬Lَ‫ أ‬L‫ ْر‬Lُ‫ ظ‬L‫ ْن‬Lَ‫ ي‬L‫ ْل‬Lَ‫ ف‬Lِ‫ ة‬Lَ‫ن‬L‫ ي‬L‫ ِد‬L‫ َم‬L‫ ْل‬L‫ ا‬L‫ ى‬Lَ‫ ل‬Lِ‫ إ‬Lِ‫ ه‬L‫ ِذ‬Lَ‫ه‬Lٰ L‫ ْم‬L‫ ُك‬Lِ‫ ق‬L‫ ِر‬L‫ َو‬Lِ‫ ب‬L‫ ْم‬L‫ ُك‬L‫ َد‬L‫ح‬Lَ Lَ‫ أ‬L‫ا‬L‫ و‬Lُ‫ ث‬L‫ َع‬L‫ ْب‬L‫ ا‬Lَ‫ ف‬L‫ ْم‬Lُ‫ ت‬L‫ ْث‬Lِ‫ ب‬Lَ‫ ل‬L‫ ا‬L‫ َم‬Lِ‫ ب‬Lُ‫ م‬Lَ‫ ل‬L‫ ْع‬Lَ‫ أ‬L‫ ْم‬L‫ ُك‬LُّL‫ ب‬L‫ َر‬L‫ا‬L‫ و‬Lُ‫ل‬L‫ ا‬Lَ‫ق‬
L‫ى‬

Lْ Lَّ‫ ط‬Lَ‫ ل‬Lَ‫ ت‬Lَ‫ ي‬L‫ ْل‬L‫ َو‬Lُ‫ ه‬L‫ ْن‬L‫ ِم‬Lٍ‫ ق‬L‫ز‬Lْ L‫ ِر‬Lِ‫ ب‬L‫ ْم‬L‫ ُك‬Lِ‫ ت‬Lْ‫ أ‬Lَ‫ ي‬L‫ ْل‬Lَ‫ ف‬L‫ ا‬L‫ ًم‬L‫ ا‬L‫ َع‬L‫ط‬
L‫ ا‬L‫ ًد‬L‫ح‬Lَ Lَ‫ أ‬L‫ ْم‬L‫ ُك‬Lِ‫ ب‬L‫ َّن‬L‫ر‬Lَ L‫ع‬Lِ L‫ ْش‬Lُ‫ اَل ي‬L‫ َو‬L‫ف‬ َ

“Dan demikianlah Kami bangunkan mereka agar mereka saling bertanya di


antara mereka sendiri. Berkatalah salah seorang di antara mereka: Sudah berapa
lamakah kamu berada (disini?)". Mereka menjawab: "Kita berada (disini) sehari atau
setengah hari". Berkata (yang lain lagi): "Tuhan kamu lebih mengetahui berapa
lamanya kamu berada (di sini). Maka suruhlah salah seorang di antara kamu untuk
pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini, dan hendaklah dia lihat manakah
makanan yang lebih baik, maka hendaklah ia membawa makanan itu untukmu, dan
hendaklah ia berlaku lemah-lembut dan janganlah sekali-kali menceritakan halmu
kepada seorangpun”.

Ayat ini melukiskan perginya salah satu ashabul kahfi yang bertindak untuk dan
atas nama rekan – rekannya sebagai wakil mereka dalam memilih dan membeli
makanan.

9
2. Al-Hadits

Di samping Alquran, dasar hukum wakalah terdapat juga dalam hadis Nabi saw.
Di antara hadis tersebut adalah sebagai berikut.

a. Hadist Urwah Al-Bariqi:


Artinya:
Dari Urwah bin Abi Al-Ja’ad Al-Bariqi “bahwa Nabi saw. memberinya uang
satu dinar untuk membeli seekor kambing untuk Nabi. Urwah lalu membeli dua
ekor kambing untuk Nabi dengan uang satu dinar tersebut. Ia menjual salah
satunya dengan harga satu dinar, lalu ia datang menghadap Nabi dangan
membawa uang satu dinar dan satu ekor kambing. Nabi lalu mendoakannya
supaya diberi keberkahan dalam jual belinya. Andaikata ia membeli debu
(tanah) sekali pun, ia pasti akan beruntung”. (HR. Ahmad, Al-Bukhari, dan Abu
Dawud)

b. Hadist Abu Rafi’:


Artinya:
Berkata Abu Rafi’: “Nabi saw. berutang seekor unta perawan, kemudian
datanglah unta hasil zakat, Nabi kemudian memerintahkan saya untuk membayar
unta tersebut kepada laki-laki (pemiliknya). (HR. Jama’ah kecuali Al-Bukhari)

Dalam hadis tersebut dijelaskan bahwa Nabi SAW memberi kuasa kepada dua
orang sahabat untuk melakukan transaksi. Dalam hadis pertama Nabi SAW memberi
kuasa kepada Urwah Al-Bariqi untuk membeli seekor kambing. Sedangkan dalam
hadits kedua Nabi member kuasa kepada Abu Rafi’ untuk membayar utang seekor unta
kepada seseorang. Dengan demikian, wakalah atau pemberian kuasa pernah
dilaksanakan oleh Nabi SAW dan ini menunjukkan bahwa wakalah hukumnya
dibolehkan. Disamping Alquran dan sunnah, semua ummat Islam sepakat tentang
dibolehkannya wakalah.

Nabi sendiri sebelum ditunjuk sebagai Rasul, berniaga ke negeri Syam (Syiria),
dengan membawa barang dagangan Khadijah (shareholders), seorang janda kaya,
bangsawan dan rupawan. Rasulullah mewakili kepentingan stakeholders dalam
menjual dan memasarkan produk bawaannya.

10
3. Ijma’

Dari sudut ijma’ para ulama’ pun bersepakat dengan ijma’ atas dibolehkannya
wakalah (perwakilan). Mereka bahkan ada yang cenderung mensunnahkannya dengan
alasan bahwa hal tersebut termasuk jenis ta’awun (tolong menolong) atas dasar
kebaikan dan takwa. Dalam firman Allah SWT, sebagai berikut:

“Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan
janganlah kamu tolong menolong dalam (mengerjakan) dosa dan permusuhan.” 

4. Kaidah fiqih

Berdasarkan kaidah fiqih landasan hukum dalam asuransi syariah yaitu ;

“pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang
mengharamkannya.”

2.3 Prinsip Pemasaran Syariah

Menurut prinsip syariah, kegiatan pemasaran harus dilandasi semangat beribadah


kepada  Tuhan Sang Maha Pencipta, berusaha semaksimal mungkin untuk
kesejahteraan bersama, bukan untuk kepentingan golongan apalagi kepentingan sendiri.
Islam agama yang sangat luar biasa. Islam agama yang lengkap, yang berarti mengurusi
semua hal dalam hidup manusia. Islam agama yang mampu menyeimbangkan dunia
dan akhirat;  antara hablum minallah  (hubungan dengan Allah) dan hablum
minannas  (hubungan sesama manusia). Ajaran Islam lengkap karena Islam agama
terakhir sehingga harus mampu memecahkan berbagai masalah besar manusia.

Pemasaran dalam islam termasuk lingkup muamalah (hubungan manusia dengan


manusia lainnya) yang hukum asalnya adalah jaiz (boleh). Kata kunci dalam pemasaran
syariah ini adalah bahwa dalam seluruh proses, baik proses penciptaan, proses
penawaran maupun proses perubahan nilai (value), tidak boleh ada hal-hal yang
bertentangan dengan akad dan prinsip-prinsip muamalah. Maka segala bentuk transaksi
(muamalah) dapat diperbolehkan (al-ashlu fii al-muamalah al-ibadah) (Suma,
2006:79).

11
Islam menghalalkan umatnya berniaga. Bahkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam seorang saudagar – sangat terpandang pada zamannya. Sejak muda beliau
dikenal sebagai pedagang jujur. “Sepanjang perjalanan sejarah, kaum Muslimin
merupakan simbol sebuah amanah dan di bidang perdagangan, mereka berjalan di atas
adab islamiah,” ungkap Syekh Abdul Aziz bin Fathi as-Sayyid Nada dalam Ensiklopedi
Adab Islam Menurut Alquran dan Assunnah.

Para penulis berpendapatan bahwa prinsip dalam pemasaran syariah harus


mengandung nilai - nilai Iman, yang merupakan kependekan dari :

1. Ikhtiar
2. Manfaat

3. Amanah

4. Nasiah / Nasehat

1. Ikhtiar

Ikhtiar secara bahasa artinya memilih. Secara istilah ikhtiar adalah usaha


seorang hamba untuk memperoleh apa yang di kehendakinya. Orang yang
berikhtiar berarti dia memilih suatu pekerjaan kemudian dia melakukan
pekerjaannya dengan sungguh-sungguh agar dapat berhasil dan sukses. Atau
Ikhtiar adalah suatu bentuk usaha untuk mengadakan perubahan yang
dilakukan seseorang secara maksimal dengan segenap kemampuan daya dan
upaya yang dimilikinya dengan harapan menghasilkan ridho Allah Swt. Kita
yakin bahwa semua makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT telah
ditetapkan rezekinya masing-masing.

Dan sebagai seorang muslim di wajibkan untuk senantiasa berikhtiar


sekuat tenaga dan kemampuanya. Setelah dia berikhtiar maka dia harus
menyerahkan segala usahanya kepada allah swt.

12
Berikut ini adalah dalil tentang ikhtiar dalam Alqur’an

11 ‫ َما بِأ َ ْنفُ ِس ِه ْم * سورة الرعد‬L‫إِ َّن هَّللا َ اَل يُ َغيِّ ُر َما بِقَوْ ٍم َحتَّى يُ َغيِّرُوا‬

Artinya : … Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum


sampai mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri … ( QS.
Ar-Ra’du 11 )

Contoh-contoh ikhtiar yang kita temui dalam kehidupan sehari-hari


banyak sekali karena Allah memberi kebebasan untuk manusia berikhtiar
dengan syarat tidak melanggar syariat Allah SWT, contoh ikhtiar seperti
belajar dengan tekun agar mendapat nilai yang baik, seorang ayah bekerja
untuk mencukupi kebutuhan keluarganya, dan lain sebagainya.

 Manfaat Ikhtiar

  Seorang muslim yang senantiasa berikhtiar akan memiliki dampak


positif, di antaranya sebagai berikut :
1. Merasakan kepuasan batin, karena telah berusaha dengan sekuat tenaga
dan kemampuanya yang di miliki.
2. Terhormat di hadapan allah dan sesama manusia.
3. Dapat berhemat karena merasakan susahnya bekerja.
4. Tidak mudah berputus asa.
5. Menghargai jerih payahnya dan jerih payah orang lain.
6. Tidak menggantungkan orang lain dalam hidupnya.
7. Menyelamatkan akidahnya, karena tidak ( bebas ) bertawakal kepada
makhluk.

2. Manfaat

Manfaat artinya berguna bagi si pemakai. Produk ataupun jasa


bermanfaat jika dirasakan mempunyai nilai guna yang dirasakan oleh
pemakai. Ingat bahwa Allah SWT melarang kepada kita untuk melakukan hal-
hal yang tidak bermanfaat karena ketidakmanfaatan akan membawa kepada
kita sifat boros atau kesia-siaan. Sifat boros Dan kesia-siaan merupakan
sahabat setan.

13
Tujuan berbisnis itu tidak semata-mata mengejar keuntungan materi
sebagai tolak ukur keberhasilannya. Dengan cara berbicara manis, pandai
merayu dengan janji-janji besar berupa iming-iming hadiah yang jauh lebih
mahal dari harga produk atau jasa yang dijual, hal ini menurut penulis
mengandung unsur Gharar dan Maisir. Namun produk atau jasa yang
ditawarkan tidak sesuai dengan apa janjinya. Tujuan berbisnis yang benar
adalah menghasilkan produk ataupun jasa yang dapat memberikan manfaat
sebesar-besarnya dengan kualitas terbaik harga terjangkau bagi masyarakat
sebagai konsumennya.

3. Amanah

Amanah yang artinya dapat dipercaya . Rasululloh SAW dikenal sebagai


seorang professional yang jujur dengan sebutan Al-Amin yg artinya dapat
dipercaya. Dimana Rasululloh SAW merintis bisnis dari modal kejujur yang
diakui tidak hanya oleh mitra kerja, relasi bahkan oleh para kompetitornya.
Dengan demikian kejujuran bukan saja merupakan tuntutan dalam berbisnis
tetapi juga mengnadung nilai ibadah.

Dalil- dalil Alqur`an Yang Menjelaskan Tentang Amanah

1. Surat an Nisaa/4 ayat 58 :

‫ت تُؤَ ُّدوا أَ ْن يَأْ ُم ُر ُك ْم هَّللا َ إِ َّن‬


ِ ‫أَ ْهلِهَا إِلَ ٰى اأْل َ َمانَا‬

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada


yang berhak menerimanya…”

14
2. Surat al Anfal/8 ayat 27 :

‫وا الَّ ِذينَ أَيُّهَا يَا‬


ْ ُ‫وا الَ آ َمن‬
ْ ُ‫ُول هللاَ تَ ُخون‬ َ ُ‫تَ ْعلَ ُمونَ َوأَنتُ ْم أَ َمانَاتِ ُك ْم ْا َوتَ ُخون‬
َ ‫ووال َّرس‬

“Hai orang-orang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul


(Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat
yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.”

3. Surat al Ahzab/33 ayat 72 :

“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi


dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu
dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu
oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zhalim dan amat bodoh”.

4. Surat al Mu’minun/23 ayat 8, atau surat al Ma’arij/70 ayat 32:

“Dan orang-orang yang memelihara amanat – amanat (yang dipikulnya)


dan janjinya”.

5. Surat al Baqarah/2 ayat 283:3

“…Maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya


(hutangnya) dan hendaklah dia bertakwa kepada Allah Tuhannya…”.

4. Nasiah / Nasehat

Produk ataupun jasa yang kita keluarkan haruslah mengandung unsur


peringatan berupa nasehat yang terkandung didalamnya sehingga setiap
konsumen yang memanfaatkannya akan tersentuh hatinya terhadap tujuan
hakiki kemanfaatan produk / jasa yang dipergunakan.

2.4 Kegiatan yang dilarang dalam mencari keuntungan

15
a. Menipu dan menyembunyikan cacat segala bentuk kelemahan dari suatu produk
atau jasa yang akan dijual, sebagaimana sabda Rasulullah SAW, “Barang siapa
yang menipu ia bukan dari golongan-Ku (HR. Al-Bukhari)
b. Memanfaatkan keadaan dan kondisi orang yang nampak sangat membutuhkan,
misalnya memanfaatkan peluang supaya pembeli dengan terpaksa membeli
barang dengan harga yang sangat tidak wajar, sebagaimana sabda Rasulullah
SAW, “Allah merahmati orang yang bijaksana bila ia menjual, bijaksana bila
ia membeli, dan bijaksana bila ia membayar”. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
c. Tidak memenuhi syarat – syarat dari suatu perjanjian akad yang telah disepakati
bersama atau khianat, misalnya dalam bentuk perjanjian jual beli, sewa
menyewa ataupun pesanan sebagaimana Firman Allah SWT dalam QS. Al-
Maidah ayat 1 yang artinya “Wahai orang – orang yang beriman, penuhilah
(syarat) akad – akad itu.

Selain kegiatan – kegiatan yang disebutkan di atas, hal – hal di bawah ini juga
tidak diperbolehkan dalam memasarkan suatu produk diantaranya :
a. Usaha yang menggunakan sistem ribawi
b. Prostitusi, pornografi dan pornoaksi.
c. Usaha yang mengandung perjudian.
d. Usaha Peramalan nasib.
e. Usaha Pengangkutan Barang Haram
f. Usaha Penimbunan Dan Monopoli (Ihtikar)
g. Usaha yang menimbulkan Persaingan yang tidak sehat
h. Usaha yang mengandung unsur syubhat.
i. Usaha yang mengandung Risywah.

2.5 Etika Pemasaran Berlandaskan Syariah

Etika pemasar dalam hal ini termasuk tugas agen asuransi, yang akan menjadi
prinsip - prinsip bagi syariah marketer dalam menjalankan fungsi - fungsi pemasaran,
yaitu:

16
1. Memiliki kepribadian spiritual (Taqwa)

Dalam hal pemasaran, aktivitas dengan nilai-nilai seperti inilah yang


disebut dengan spiritual marketing. Nilai - nilai religius hadir di tengah - tengah
kita di kala sedang melakukan bisnis. Kita selalu mengingat kebesaran Allah, dan
karenanya kita terbebas dari sifat-sifat kecurangan, kebohongan, kelicikan, dan
penipuan dalam melakukan bisnis.

2. Berperilaku Baik dan Simpatik (Shidiq)

Dari Bukhori, yang Artinya : Rasulullah SAW, bersabda : “Allah SWT,


merahmati seseorang yang ramah ketika menjual, membeli dan membayar
hutang.”

Al-qur'an  mengajarkan untuk  senantiasa berwajah manis, berperilaku baik


dan simpatik. Allah SWT, berfirman dalam Qs.Al-Hajr ayat 15:88 yang
artinya "Dan berendah hatilah kamu terhadap orang-orang yang beriman". Al
-Qur’an juga mengajarkan untuk senantiasa rendah hati dan bertutur kata yang
manis. Jadi dalam pemasaranpun seseorang harus berperilaku baik dan simpati,
karena apabila seorang marketer itu baik dan simpati maka akan banyak disukai
orang banyak termasuk si konsumen.

3. Berperilaku Adil (al-‘adl)

Berbisnis secara adil adalah wajib hukumnya , bukan hanya imbauan dari
Allah SWT. Sikap adil termasuk  di antara nilai - nilai yang telah di tetapkan oleh
islam dalam semua aspek ekonomi islam. Dalam bisnis modern, sikap adil harus
tergambarkan bagi semua stakehorder, semuanya harus merasakan keadilan.
Tidak boleh ada satupun pihak yang hak - hak nya terzalimi, terutama bagi ketiga
stakehorder, yaitu pemegang saham, pelanggan dan karyawan.

4. Bersikap Melayani dan Rendah Hati 

Sikap melayani merupakan sikap utama dari seorang pemasar. Tanpa sikap
melayani, yang melekat ke dalam kepribadiannya dia bukanlah seorang yang
berjiwa pemasar. Melekat dalam sikap melayani ini adalah sikap sopan santun
dan rendah hati.

17
. ‫صا ِل ْال ُمتَّقِي * َوبِ ِه التَّقِ ُّي إِل َى ْال َم َعـالِي يَرْ تَقِي‬ ُ ‫إِ َّن التَّ َوا‬
َ ‫ض َع ِم ْن ِخ‬

Artinya : “Sesungguhnya rendah hati adalah salah satu ciri orang yang
bertakwa
Dengannya, orang yang bertakwa mencapai derajat kemuliaan.

5. Bersaing Secara Sehat (Fastabiqul Khoirot)

Al-Qur’an melukiskan tentang persaingan positive (fastabiqul khoirot)


dengan sangat gambling dalam Al-Qur’an , Alloh berfirman:

“dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya.
Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. di mana saja kamu
berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat).
Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (Al-Baqoroh : 148)

Ini konsep persaingan sehat dan berlomba-lomba dalam kebaikan, baik


dalam konteks lembaga dan dalam konteks individu atau karyawan dalam suatu
perusahaan.

6. Mendahulukan Sikap Tolong Menolong

Al-Quran bahkan memerintahkan kaum muslimin untuk mementingkan


orang lain daripada dirinya ketika orang lain itu lebih membutuhkan, Alloh
berfirman :

“dan mereka mengutamakan (orang-orang muhajirin), atas diri mereka sendiri,


Sekalipun mereka dalam kesusahan. dan siapa yang dipelihara dari kekikiran
dirinya, mereka Itulah orang orang yang beruntung” (Al-Hasr : 9)

7. Menepati Janji dan Tidak Curang

Dari Hadits Bukhori, yang Artinya : Nabi Muhammad bersabda : “Jika


kalian sedang melakukan jual beli maka tidak boleh ada tipuan”.

Allah SWT, berfirman : “...Jika sebagian  kamu mempercayai sebagian


yang lain, hendaklah yang di percayai itu menunaikan amanatnya dan hendaklah
ia bertakwa kepada Allah tuhannya”.

18
Jadi dapat disimpulkan bahwa seseorang pemasar itu harus bisa menepati
janji dan apabila di kasih amanah dari dari perusahaan untuk memasarkan dan
mempromosikan produk ke pelanggan maka bisa menjaga amanah itu dan tidak
berkhianat ataupun curang.

8. Jujur dan terpecaya

Diantara akhlak yang harus menghiasi bisnis syariah dalam setiap gerak
geriknya adalah jujur.

‫ق فَإ ِ َّن‬ ِّ ‫ َعلَ ْي ُك ْم بِال‬: ‫ قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬: ‫عن عبد هللا بن مسعود رضي هللا عنه قال‬
ِ ‫ص ْد‬
َ ‫ى يُ ْكت‬
‫َب ِع ْن َد‬ َّ ‫ق َحت‬َ ‫ص ْد‬ ُ ‫الجنَّ ِة َو َما يَ َزا ُل ال َّر ُج ُل يَصْ ُد‬
ِّ ‫ق َويَت ََحرَّى ال‬ َ ‫ص ْد‬
َ ‫ق يَ ْه ِدي إِل َى البِ ِّر َوإِ َّن الب َّر يَ ْه ِديْ إِل َى‬ ِّ ‫ال‬
ُ‫ار َو َما يَزَ ا ُل ال َّر ُج ُل يَ ْك ِذب‬ َ ِ‫ب يَ ِه ِدى إِل َى الفُجُوْ ِر َوإِ َّن الفُجُوْ َر يَ ْه ِدي إ‬
ِ َّ‫لى الن‬ َ ‫ص ِديْقا ً َوإِيَّا ُك ْم َوال َك ِذ‬
َ ‫ب فَإ ِ َّن ال َك ِذ‬ ِ ِ‫هللا‬
‫ رواه مسلم‬ ً ‫َب ِع ْن َد هللاِ كذابا‬
َ ‫ب َحتَّى يُ ْكت‬
َ ‫ َويتَ َحرَّى ال َك ِذ‬.

 Abdullah bin Mas’ud berkata, Rasulullah SAW Bersabda : “Kalian harus jujur
karena sesungguhnya jujur itu menunjukan kepada kebaikan dan kebaikan itu
menunjukkan kepada jannah. Seseorang senantiasa jujur dan berusaha untuk
jujur sehingga ditulis di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Dan jauhilah oleh
kalian dusta karena sesungguhnya dusta itu menunjukkan kepada keburukan dan
keburukan itu menunjukkan kepada neraka. Seseorang senantiasa berdusta dan
berusaha untuk berdusta sehingga ditulis di sisi Allah sebagai seorang
pendusta”

9. Tidak suka berburuk sangka (su’uzh-zhann)

Saling menghormati satu sama lain merupakan ajaran Nabi Muhammad


saw, yang harus di implementasikan dalam perilaku bisnis modern. Tidak boleh
satu pengusaha menjelekan pengusaha yang lain, hanya bermotif pesaingan
bisnis.

19
10. Tidak suka Menjelek - jelekan (Ghibah)

Ghibah disebut juga suatu ejekan merusak,sebab sedikit sekali orang yang
lidahnya dapat selamat dari cela dan cerca. Oleh karena itu, tidak mengherankan
apabila al-quran melukiskan dalam bentuk tersendiri yang cukup meggetarkan
hati dan menggugah perasaan. Firman allah, “dan janganlah sebagian dari kamu
mengumpat sebagian yang lain, apakah salah seorang di antara kamu suka
makan daging bangkai saudaranya padahal mereka tidak menyukainya?”

11. Tidak melakukan sogok/suap (risywah)

Ahmad muhammad Al-Asal mengatakan bahwa Rasulullah sendiri pernah


melaknat orang yang memberikan uang sogok agar mencapai kedudukan yang
tidak semestinya atau mengambil bukan haknya. Beliaupun melaknat orang yang
menerima uang sogok,yaitu yang mau mengambilnya, dan juga perantaranya,
yaitu orang yang menjembatani diantara penyogok dan yang disogok.

2.6 Bauran Pemasaran Asuransi Syariah

Terdapat empat bauran pemasaran yang seringkali kita ketahui yakni;

a. Produk
Suatu perusahaan asuransi syariah harus mampu merancang suatu produk
asuransi yang memiliki keunggulan kompetitif dibanding dengan produk asuransi
sejenis baik yang ditawarkan oleh perusahaan asuransi syariah maupun
perusahaan asuransi konvensional. Apabila suatu produk asuransi tersebut
memiliki keunggulan kompetitif yang tidak dimiliki oleh produk asuransi sejenis
yang ditawarkan oleh perusahaan lain, maka konsumen akan membeli produk
asuransi syariah yang ditawarkan oleh para agen.
b. Harga
Harga yang dalam konteks industri asuransi syariah maupun asuransi
konvensional mungkin dapat tercermin dari nilai premi maupun nilai
pertanggungan yang ditawarkan dari nilai premi maupun nilai pertanggungan
yang ditawarkan. Seorang agen asuransi harus mampu memahami seberapa besar
kemampuan membayar premi dari seorang konsumen, agen jangan memaksa
konsumen untuk membayar premi di luar kemampuan yang sanggup ditawarkan.

20
Hal ini mampu menjadi daya tarik tersendiri bagi konsumen semakin terjangkau
ataupun menarik harga yang ditawarkan maka potensi calon konsumen tersebut
untuk membeli produk asuransi yang ditawarkan oleh agen akan semakin terbuka
lebar (Al Arif, 2015: 61).
c. Promosi
Meskipun dalam industri asuransi yang menjadi ujung tombak penjual adalah
seorang agen asuransi, perusaan asuransi secara korporasi haruslah tetap
melakukan promosi.kegiatan promosi yang dilakukan perusaan asuransi secara
korporat akan dapat lebih mempermudah seorang agen asuransi dalam
memasarkan produk asuransi yang dimiliki.
d. Tempat/lokasi
Tempat/lokasi kantor menjadi salah satu pertimbangan yang perlu dilakukan oleh
suatu perusahaan asuransi syariah. Meskipun agen asuransi syariah dapat menjual
produk asuransinya lintas batas atnar daerah, namun seringkali konsumen
membutuhkan kepastian kemana mereka harus bertanya jika mereka mau
mengajukan klaim atau hal-hal terkait produk asuransi yang mereka beli. Seorang
calon konsumen mungkin akan enggan membeli suatu produk asuransi syariah
jika tidak ada kantor perwakilan di daerah tempat tinggalnya (Al Arif, 2015: 62).

21
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pemasaran Asuransi Syariah adalah sebuah proses untuk menciptakan dan


menyampaikan nilai-nilai yang terkandung dalam produk asuransi Syariah kepada pada
stakeholders dengan berprinsipkan Syariah atau tidak melanggar syariat islam. Pada
dasarnya, proses pemasaran asuransi Syariah dan Konvensional memiliki dasar yang sama,
yaitu strategi pemasaran, taktik pemasaran, dan peningkatan value. Bahkan bauran pemasaran
(marketing mix) juga dapat digunakan dalam rencana pemasarannya. Hanya saja terdapat
perbedaan yaitu pada nilai-nilai islami dalam setiap prosesnya, dan tidak bertentangan dengan
prinsip-prinsip muamalah.

Sumber atau referensi dalam menjalankan pemasaran Asuransi Syariah berasal dari
Al-qur’an, Al-Hadits, Ijma, dan kaidah-kaidah Fiqih. Meskipun dari referensi-referensi
tersebut lebih mengutamakan untuk memberi manfaat di banding mencari keuntungan namun
pengusaha yang menjalankan prinsip Syariah tersebut tetap dapat mencapai kesuksesan di
dunia maupun di akhirat kelak.

3.2 Saran

Masyarakat masih menganggap asuransi syariah sama saja dengan asuransi


konvensional. Maka dari itu, hal ini menjadi tugas marketer untuk lebih giat memberikan
pemahaman mengenai perbedaan antara asuransi syariah dengan konvensional, supaya
masyarakat umum lebih tertarik untuk mengikuti program asuransi syariah.

22
DAFTAR PUSTAKA
Al – Quránul Karim

Al-Husair, Faiz. 2013, Pemasaran, Agen dan Kompensasi dalam Asuransi Syariah. Diakses
pada tanggal 26 Juli 2018 http://belajarekonomisyariah-
faizlife.blogspot.com/2013/05/pemasaranagen-dan-kompensasi-dalam.html
Amin Suma. 2006. Asuransi Syariah dan Asuransi Konvensional. Ciputat.
Amrin, Abdul. 2007. Strategi Pemasaran Asuransi Syariah. Jakarta : Grasindo
Amroh, N. 2003. Analisis Penerapan Syariah Marketing dalam Meningkatkan Pangsa Pasar
pada PT. Asuransi Takaful Umum Kantor Perwakilan Purwokerto. Fakultas Syari’ah
Dan Ekonomi Islam Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang
Badry Nasful. 2013. Konsep Marketing asuransi Syariah. Diakses pada 29 Juli 2018
http://badry7.blogspot.com/2013/10/makalah-konsep-marketing-asuransi.html
Febriani, Mila. 2016. Asuransi Syariah. Diakses pada 29 Juli 2018
http://febrianimila98.blogspot.com/2016/11/makalah-asuransi-syariah.html
Iskandar, Dedi. 2016. Strategi Pemasaran Asuransi Syariah. Jakarta : Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Kartajaya, Hermawan dan Muhammad Syakir Sula. 2006. Syariah Marketing.Bandung : PT
Mizan Pustaka
Mahadi, Tedi. 2017. Pangsa Pasar Asuransi Syariah Merangkak Naik. Diakses pada tanggal
29 Juli 2018 di https://keuangan.kontan.co.id/news/pangsa-pasar-asuransi-syariah-
merangkak-naik
Michael J. Baker. 1997. Marketing, an Introductory Tex-6th. Edition. Palgrave.
Peter F. Drucker. Manajement: Tasks, Responsibilities, Practics, Harper & Row, New
York.
Nurjamah, Enur. 2007. Konsep dan aplikasi marketing asuransi syariah pada PT. asuransi
bringin life syariah. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta : Fakultas Syariah dan Hukum
Philip Kotler dan Gary Armstrong. Principles of Marketing, fifth edition. Prentice-Hall, Inc.
1980
_______.1991 Marketing Management 7th,  Edition Addison, Wesley Publishing
Rahayu, Sri. 2015. Manajemen Pemasaran ditinjau dari Perspektif Islam dan Al – Qur’an.
Fakultas Ekonomi Universitas Nahdatul Ulama al Ghazali Cilacap.

23

Anda mungkin juga menyukai