KELOMPOK 3 :
Nurseptiani (201594403030)
D3 ASURANSI
Dalam kesempatan ini Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak – pihak
yang telah memberikan bantuan baik secara moriil maupun materiil sehingga penyusunan
makalah ini dapat terealisasi dengan baik.
Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna, baik dari
susunan kata maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka Kami
menerima segala kritik dan saran yang membangun untuk dijadikan pelajaran bagi Kami agar
dapat membuat makalah yang lebih baik di kemudian hari. Akhir kata, Kami berharap
makalah ini dapat bermanfaat dan berguna untuk menambah wawasan bagi semua pihak.
Kelompok 3
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN.........................................................................................................4
BAB 2 PEMBAHASAN............................................................................................................6
BAB 3 PENUTUP....................................................................................................................22
3.1 Kesimpulan............................................................................................................22
3.2 Saran......................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................23
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
Melihat prospek yang sangat cerah ini, tak heran sejak tahun 2003 banyak
perusahaan asuransi konvensional yang membuka cabang syariah. Meskipun begitu,
ternyata keberadaan perusahaan asuransi syariah tidak banyak diketahui oleh
masyarakat di Indonesia, dan masih banyak dari pada mereka yang menjadi nasabah di
perusahaan asuransi konvensional. Kalaupun ada yang mengetahui keberadaan asuransi
syariah, mereka masih menganggap asuransi syariah sama saja dengan asuransi
konvensional. Di benak masyarakat, asuransi konvensional merupakan lembaga
keuangan yang mudah merayu nasabah tetapi ketika terjadi klaim, mereka harus terbelit
dengan prosedur yang sangat rumit.
Oleh karena itu, inilah fungsi dari marketer asuransi syariah untuk melakukan
pendekatan kepada masyarakat Indonesia bahwasannya asuransi syariah tentu jelas
berbeda dengan asuransi konvensional. Asuransi syariah menjual produk yang sudah di
pastikan terbebas dari unsur – unsur riba, gharar, maisir dan dzulmun. Unsur – unsur
itulah yang harus ditekankan kepada nasabah sebagai daya tarik persaingan antara
asuransi syariah dan konvensional.
4
Dalam makalah ini, Kami akan membahas mengenai Pemasaran Asuransi
Syariah yang mana dirasa perlu karena untuk dapat kita bandingkan perbedaannya dari
segi pemasaran antara asuransi syariah dengan asuransi konvensional.
5
BAB 2
PEMBAHASAN
A. Pemasaran Umum
Pemasaran berasal dari kata dasar ‘Pasar’ yang di ikutin dengan imbuhan ‘Pe’ dan
diakhiri dengan imbuhan ‘an’ yang artinya suatu proses, cara, perbuatan memasarkan
suatu barang dagangan perihal menyebarluaskan produk ke tengah-tengah masyarakat
dengan cara penawaran dan penjualan produk atau jasa melalui teknologi siaran
televisi atau telepon (https://kbbi.web.id/pasar)
Ada beberapa definisi mengenai pemasaran menurut para ahli diantaranya adalah :
6
creates cost” (hanya pemasaran dan inovasi yang menghasilkan pendapatan, yang
lain hanya menciptakan biaya).
Salah satu definisi pemasaran yang cukup “formal” di kalangan pakar pemasaran
di Amerika, dari organisasi professional pemasaran, berbunyi; “Managemen
pemasaran adalah proses perencanaan dan pelaksanaan konsepsi, penentuan harga,
promosi, pendistribusian barang, jasa, dan ide untuki menciptakan pertukaran dengan
kelompok yang dituju, dimana proses ini dapat memuaskan pelanggan dan tujuan
perusahaan.” (American Marketing Association: AMA, 1985).
B. Pemasaran Syariah
Kata kunci dalam definisi pemasaran syari’ah ini adalah bahwa dalam seluruh
proses, baik proses penciptaan, proses penawaran maupun proses perubahan nilai
(value), tidak boleh ada yang bertentangan dengan akad dan prinsip-prinsip muamalah
dalam islam. Di dalam islam juga sudah dijelaskan yang terkait dengan muamalah yang
terdapat dalam kaidah fiqih yang paling basic yaitu “al-ashlu fil muaamalatil ibahah
7
illah ayyadulla daliilun `alaa tahriimihaa” (pada dasarnya bentuk muamalah
(business) boleh dilakukan kecuali ada dalil yang mengharamkannya)
Dari pengertian pemasaran syariah terdapat suatu kata yang berkaitan dengan
pemasaran. Yaitu perwakilan (simsar) atau wakalah dalam fiqih islam. Dengan
demikian, secara syar’i dalil-dalil tentang pemasaran dengan seluruh lingkup atau
elemen - elemen pemasaran yang ada di dalamnya dapat kita temukan dalam dalil-dalil
syar’i tentang wakalah, simsar atau perwakilan.
Namun yang dimaksud dengan wakalah dalam pembahasan bab ini adalah
pelimpahan wewenang dari seorang kepada orang lain dengan mengurusi tentang
pemasaran dalam suatu perusahaan yang meliputi sebagai berikut:
8
ekonomi yang dilakukan saling ridho, sebagaimana firman Allah Ta’ala, yang
artinya, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamu dengan jalan yang bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku
dengan suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu;
sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.” (QS. An-Nisaa: 29)
1. Al-Qur’an
Lٰ L َكLزLْ Lَ أL اLَ هLُّL يLَ أL ْرLُ ظL ْنLَ يL ْلLَ فLِ ةLَنL يL ِدL َمL ْلL اL ىLَ لLِ إLِ هL ِذLَهLٰ L ْمL ُكLِ قL ِرL َوLِ بL ْمL ُكL َدLحLَ Lَ أLاL وLُ ثL َعL ْبL اLَ فL ْمLُ تL ْثLِ بLَ لL اL َمLِ بLُ مLَ لL ْعLَ أL ْمL ُكLُّL بL َرLاL وLُلL اLَق
Lى
Lْ Lَّ طLَ لLَ تLَ يL ْلL َوLُ هL ْنL ِمLٍ قLزLْ L ِرLِ بL ْمL ُكLِ تLْ أLَ يL ْلLَ فL اL ًمL اL َعLط
L اL ًدLحLَ Lَ أL ْمL ُكLِ بL َّنLرLَ LعLِ L ْشLُ اَل يL َوLف َ
Ayat ini melukiskan perginya salah satu ashabul kahfi yang bertindak untuk dan
atas nama rekan – rekannya sebagai wakil mereka dalam memilih dan membeli
makanan.
9
2. Al-Hadits
Di samping Alquran, dasar hukum wakalah terdapat juga dalam hadis Nabi saw.
Di antara hadis tersebut adalah sebagai berikut.
Dalam hadis tersebut dijelaskan bahwa Nabi SAW memberi kuasa kepada dua
orang sahabat untuk melakukan transaksi. Dalam hadis pertama Nabi SAW memberi
kuasa kepada Urwah Al-Bariqi untuk membeli seekor kambing. Sedangkan dalam
hadits kedua Nabi member kuasa kepada Abu Rafi’ untuk membayar utang seekor unta
kepada seseorang. Dengan demikian, wakalah atau pemberian kuasa pernah
dilaksanakan oleh Nabi SAW dan ini menunjukkan bahwa wakalah hukumnya
dibolehkan. Disamping Alquran dan sunnah, semua ummat Islam sepakat tentang
dibolehkannya wakalah.
Nabi sendiri sebelum ditunjuk sebagai Rasul, berniaga ke negeri Syam (Syiria),
dengan membawa barang dagangan Khadijah (shareholders), seorang janda kaya,
bangsawan dan rupawan. Rasulullah mewakili kepentingan stakeholders dalam
menjual dan memasarkan produk bawaannya.
10
3. Ijma’
Dari sudut ijma’ para ulama’ pun bersepakat dengan ijma’ atas dibolehkannya
wakalah (perwakilan). Mereka bahkan ada yang cenderung mensunnahkannya dengan
alasan bahwa hal tersebut termasuk jenis ta’awun (tolong menolong) atas dasar
kebaikan dan takwa. Dalam firman Allah SWT, sebagai berikut:
“Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan
janganlah kamu tolong menolong dalam (mengerjakan) dosa dan permusuhan.”
4. Kaidah fiqih
“pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang
mengharamkannya.”
11
Islam menghalalkan umatnya berniaga. Bahkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam seorang saudagar – sangat terpandang pada zamannya. Sejak muda beliau
dikenal sebagai pedagang jujur. “Sepanjang perjalanan sejarah, kaum Muslimin
merupakan simbol sebuah amanah dan di bidang perdagangan, mereka berjalan di atas
adab islamiah,” ungkap Syekh Abdul Aziz bin Fathi as-Sayyid Nada dalam Ensiklopedi
Adab Islam Menurut Alquran dan Assunnah.
1. Ikhtiar
2. Manfaat
3. Amanah
4. Nasiah / Nasehat
1. Ikhtiar
12
Berikut ini adalah dalil tentang ikhtiar dalam Alqur’an
11 َما بِأ َ ْنفُ ِس ِه ْم * سورة الرعدLإِ َّن هَّللا َ اَل يُ َغيِّ ُر َما بِقَوْ ٍم َحتَّى يُ َغيِّرُوا
Manfaat Ikhtiar
2. Manfaat
13
Tujuan berbisnis itu tidak semata-mata mengejar keuntungan materi
sebagai tolak ukur keberhasilannya. Dengan cara berbicara manis, pandai
merayu dengan janji-janji besar berupa iming-iming hadiah yang jauh lebih
mahal dari harga produk atau jasa yang dijual, hal ini menurut penulis
mengandung unsur Gharar dan Maisir. Namun produk atau jasa yang
ditawarkan tidak sesuai dengan apa janjinya. Tujuan berbisnis yang benar
adalah menghasilkan produk ataupun jasa yang dapat memberikan manfaat
sebesar-besarnya dengan kualitas terbaik harga terjangkau bagi masyarakat
sebagai konsumennya.
3. Amanah
14
2. Surat al Anfal/8 ayat 27 :
4. Nasiah / Nasehat
15
a. Menipu dan menyembunyikan cacat segala bentuk kelemahan dari suatu produk
atau jasa yang akan dijual, sebagaimana sabda Rasulullah SAW, “Barang siapa
yang menipu ia bukan dari golongan-Ku (HR. Al-Bukhari)
b. Memanfaatkan keadaan dan kondisi orang yang nampak sangat membutuhkan,
misalnya memanfaatkan peluang supaya pembeli dengan terpaksa membeli
barang dengan harga yang sangat tidak wajar, sebagaimana sabda Rasulullah
SAW, “Allah merahmati orang yang bijaksana bila ia menjual, bijaksana bila
ia membeli, dan bijaksana bila ia membayar”. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
c. Tidak memenuhi syarat – syarat dari suatu perjanjian akad yang telah disepakati
bersama atau khianat, misalnya dalam bentuk perjanjian jual beli, sewa
menyewa ataupun pesanan sebagaimana Firman Allah SWT dalam QS. Al-
Maidah ayat 1 yang artinya “Wahai orang – orang yang beriman, penuhilah
(syarat) akad – akad itu.
Selain kegiatan – kegiatan yang disebutkan di atas, hal – hal di bawah ini juga
tidak diperbolehkan dalam memasarkan suatu produk diantaranya :
a. Usaha yang menggunakan sistem ribawi
b. Prostitusi, pornografi dan pornoaksi.
c. Usaha yang mengandung perjudian.
d. Usaha Peramalan nasib.
e. Usaha Pengangkutan Barang Haram
f. Usaha Penimbunan Dan Monopoli (Ihtikar)
g. Usaha yang menimbulkan Persaingan yang tidak sehat
h. Usaha yang mengandung unsur syubhat.
i. Usaha yang mengandung Risywah.
Etika pemasar dalam hal ini termasuk tugas agen asuransi, yang akan menjadi
prinsip - prinsip bagi syariah marketer dalam menjalankan fungsi - fungsi pemasaran,
yaitu:
16
1. Memiliki kepribadian spiritual (Taqwa)
Berbisnis secara adil adalah wajib hukumnya , bukan hanya imbauan dari
Allah SWT. Sikap adil termasuk di antara nilai - nilai yang telah di tetapkan oleh
islam dalam semua aspek ekonomi islam. Dalam bisnis modern, sikap adil harus
tergambarkan bagi semua stakehorder, semuanya harus merasakan keadilan.
Tidak boleh ada satupun pihak yang hak - hak nya terzalimi, terutama bagi ketiga
stakehorder, yaitu pemegang saham, pelanggan dan karyawan.
Sikap melayani merupakan sikap utama dari seorang pemasar. Tanpa sikap
melayani, yang melekat ke dalam kepribadiannya dia bukanlah seorang yang
berjiwa pemasar. Melekat dalam sikap melayani ini adalah sikap sopan santun
dan rendah hati.
17
. صا ِل ْال ُمتَّقِي * َوبِ ِه التَّقِ ُّي إِل َى ْال َم َعـالِي يَرْ تَقِي ُ إِ َّن التَّ َوا
َ ض َع ِم ْن ِخ
Artinya : “Sesungguhnya rendah hati adalah salah satu ciri orang yang
bertakwa
Dengannya, orang yang bertakwa mencapai derajat kemuliaan.
“dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya.
Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. di mana saja kamu
berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat).
Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (Al-Baqoroh : 148)
18
Jadi dapat disimpulkan bahwa seseorang pemasar itu harus bisa menepati
janji dan apabila di kasih amanah dari dari perusahaan untuk memasarkan dan
mempromosikan produk ke pelanggan maka bisa menjaga amanah itu dan tidak
berkhianat ataupun curang.
Diantara akhlak yang harus menghiasi bisnis syariah dalam setiap gerak
geriknya adalah jujur.
ق فَإ ِ َّن ِّ َعلَ ْي ُك ْم بِال: قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم: عن عبد هللا بن مسعود رضي هللا عنه قال
ِ ص ْد
َ ى يُ ْكت
َب ِع ْن َد َّ ق َحتَ ص ْد ُ الجنَّ ِة َو َما يَ َزا ُل ال َّر ُج ُل يَصْ ُد
ِّ ق َويَت ََحرَّى ال َ ص ْد
َ ق يَ ْه ِدي إِل َى البِ ِّر َوإِ َّن الب َّر يَ ْه ِديْ إِل َى ِّ ال
ُار َو َما يَزَ ا ُل ال َّر ُج ُل يَ ْك ِذب َ ِب يَ ِه ِدى إِل َى الفُجُوْ ِر َوإِ َّن الفُجُوْ َر يَ ْه ِدي إ
ِ َّلى الن َ ص ِديْقا ً َوإِيَّا ُك ْم َوال َك ِذ
َ ب فَإ ِ َّن ال َك ِذ ِ ِهللا
رواه مسلم ً َب ِع ْن َد هللاِ كذابا
َ ب َحتَّى يُ ْكت
َ َويتَ َحرَّى ال َك ِذ.
Abdullah bin Mas’ud berkata, Rasulullah SAW Bersabda : “Kalian harus jujur
karena sesungguhnya jujur itu menunjukan kepada kebaikan dan kebaikan itu
menunjukkan kepada jannah. Seseorang senantiasa jujur dan berusaha untuk
jujur sehingga ditulis di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Dan jauhilah oleh
kalian dusta karena sesungguhnya dusta itu menunjukkan kepada keburukan dan
keburukan itu menunjukkan kepada neraka. Seseorang senantiasa berdusta dan
berusaha untuk berdusta sehingga ditulis di sisi Allah sebagai seorang
pendusta”
19
10. Tidak suka Menjelek - jelekan (Ghibah)
Ghibah disebut juga suatu ejekan merusak,sebab sedikit sekali orang yang
lidahnya dapat selamat dari cela dan cerca. Oleh karena itu, tidak mengherankan
apabila al-quran melukiskan dalam bentuk tersendiri yang cukup meggetarkan
hati dan menggugah perasaan. Firman allah, “dan janganlah sebagian dari kamu
mengumpat sebagian yang lain, apakah salah seorang di antara kamu suka
makan daging bangkai saudaranya padahal mereka tidak menyukainya?”
a. Produk
Suatu perusahaan asuransi syariah harus mampu merancang suatu produk
asuransi yang memiliki keunggulan kompetitif dibanding dengan produk asuransi
sejenis baik yang ditawarkan oleh perusahaan asuransi syariah maupun
perusahaan asuransi konvensional. Apabila suatu produk asuransi tersebut
memiliki keunggulan kompetitif yang tidak dimiliki oleh produk asuransi sejenis
yang ditawarkan oleh perusahaan lain, maka konsumen akan membeli produk
asuransi syariah yang ditawarkan oleh para agen.
b. Harga
Harga yang dalam konteks industri asuransi syariah maupun asuransi
konvensional mungkin dapat tercermin dari nilai premi maupun nilai
pertanggungan yang ditawarkan dari nilai premi maupun nilai pertanggungan
yang ditawarkan. Seorang agen asuransi harus mampu memahami seberapa besar
kemampuan membayar premi dari seorang konsumen, agen jangan memaksa
konsumen untuk membayar premi di luar kemampuan yang sanggup ditawarkan.
20
Hal ini mampu menjadi daya tarik tersendiri bagi konsumen semakin terjangkau
ataupun menarik harga yang ditawarkan maka potensi calon konsumen tersebut
untuk membeli produk asuransi yang ditawarkan oleh agen akan semakin terbuka
lebar (Al Arif, 2015: 61).
c. Promosi
Meskipun dalam industri asuransi yang menjadi ujung tombak penjual adalah
seorang agen asuransi, perusaan asuransi secara korporasi haruslah tetap
melakukan promosi.kegiatan promosi yang dilakukan perusaan asuransi secara
korporat akan dapat lebih mempermudah seorang agen asuransi dalam
memasarkan produk asuransi yang dimiliki.
d. Tempat/lokasi
Tempat/lokasi kantor menjadi salah satu pertimbangan yang perlu dilakukan oleh
suatu perusahaan asuransi syariah. Meskipun agen asuransi syariah dapat menjual
produk asuransinya lintas batas atnar daerah, namun seringkali konsumen
membutuhkan kepastian kemana mereka harus bertanya jika mereka mau
mengajukan klaim atau hal-hal terkait produk asuransi yang mereka beli. Seorang
calon konsumen mungkin akan enggan membeli suatu produk asuransi syariah
jika tidak ada kantor perwakilan di daerah tempat tinggalnya (Al Arif, 2015: 62).
21
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sumber atau referensi dalam menjalankan pemasaran Asuransi Syariah berasal dari
Al-qur’an, Al-Hadits, Ijma, dan kaidah-kaidah Fiqih. Meskipun dari referensi-referensi
tersebut lebih mengutamakan untuk memberi manfaat di banding mencari keuntungan namun
pengusaha yang menjalankan prinsip Syariah tersebut tetap dapat mencapai kesuksesan di
dunia maupun di akhirat kelak.
3.2 Saran
22
DAFTAR PUSTAKA
Al – Quránul Karim
Al-Husair, Faiz. 2013, Pemasaran, Agen dan Kompensasi dalam Asuransi Syariah. Diakses
pada tanggal 26 Juli 2018 http://belajarekonomisyariah-
faizlife.blogspot.com/2013/05/pemasaranagen-dan-kompensasi-dalam.html
Amin Suma. 2006. Asuransi Syariah dan Asuransi Konvensional. Ciputat.
Amrin, Abdul. 2007. Strategi Pemasaran Asuransi Syariah. Jakarta : Grasindo
Amroh, N. 2003. Analisis Penerapan Syariah Marketing dalam Meningkatkan Pangsa Pasar
pada PT. Asuransi Takaful Umum Kantor Perwakilan Purwokerto. Fakultas Syari’ah
Dan Ekonomi Islam Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang
Badry Nasful. 2013. Konsep Marketing asuransi Syariah. Diakses pada 29 Juli 2018
http://badry7.blogspot.com/2013/10/makalah-konsep-marketing-asuransi.html
Febriani, Mila. 2016. Asuransi Syariah. Diakses pada 29 Juli 2018
http://febrianimila98.blogspot.com/2016/11/makalah-asuransi-syariah.html
Iskandar, Dedi. 2016. Strategi Pemasaran Asuransi Syariah. Jakarta : Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Kartajaya, Hermawan dan Muhammad Syakir Sula. 2006. Syariah Marketing.Bandung : PT
Mizan Pustaka
Mahadi, Tedi. 2017. Pangsa Pasar Asuransi Syariah Merangkak Naik. Diakses pada tanggal
29 Juli 2018 di https://keuangan.kontan.co.id/news/pangsa-pasar-asuransi-syariah-
merangkak-naik
Michael J. Baker. 1997. Marketing, an Introductory Tex-6th. Edition. Palgrave.
Peter F. Drucker. Manajement: Tasks, Responsibilities, Practics, Harper & Row, New
York.
Nurjamah, Enur. 2007. Konsep dan aplikasi marketing asuransi syariah pada PT. asuransi
bringin life syariah. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta : Fakultas Syariah dan Hukum
Philip Kotler dan Gary Armstrong. Principles of Marketing, fifth edition. Prentice-Hall, Inc.
1980
_______.1991 Marketing Management 7th, Edition Addison, Wesley Publishing
Rahayu, Sri. 2015. Manajemen Pemasaran ditinjau dari Perspektif Islam dan Al – Qur’an.
Fakultas Ekonomi Universitas Nahdatul Ulama al Ghazali Cilacap.
23