(Pembiayaan syariah)
DISTRIBUSI
(PEMBIAYAAN SYARIAH)
• Pengertian Distribusi LKS
• Landasan
• Prinsip Distribusi
• Jenis jenis Pembiayaan Syariah
Pengertian Distribusi LKS
• Dalam arti sempit, pembiayaan dipakai untuk
mendefinisikan pendanaan yang dilakukan oleh
lembaga pembiayaan seperti bank syariah kepada
nasabah. Pembiayaan secara luas berarti financing atau
pembelanjaan yaitu pendanaan yang dikeluarkan untuk
mendukung investasi yang telah direncanakan, baik
dilakukan sendiri maupun dikerjakan oleh orang lain.
[1]
• Menurut M. Syafi’I Antonio menjelaskan bahwa
pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank
yaitu pemberian fasilitas dana untuk memenuhi
kebutuhan pihak-pihak yang merupakan deficit unit.[2]
• Sedangkan menurut UU No. 10 tahun 1998 tentang
Perbankan menyatakan
• Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah
penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan
dengan itu berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang
mewajibkan pihak yang dibiayai untuk
mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah
jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi
hasil
LANDASAN
• Artinya : ”Maka mereka bersekutu dalam yang
sepertiga itu,” (QS. An-Nisa : 12)
• ”Dan Sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang
yang berserikat itu sebahagian mereka berbuat zalim
kepada sebahagian yang lain, kecuali orang-orang
yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh; dan
amat sedikitlah mereka ini.” (Q.S. Shad : 24)
• Dari Abu Hurairah, rasulullah SAW bersabda:
” Sesungguhnya Allah SWT berfirman : ’ Aku
pihak ketiga dari dua orang yang bersyarikat
selama salah satunya tidak menghianati
temannya,” (H.R. Abu Dawud No. 2936,
dalam kitab Al Buyu dan Hakim).
Prinsip
• Peranan perbankan syariah dalam aktivitas ekonomi Indonesia
tidak jauh berbeda dengan perbankan konvensional.
• Perbedaan mendasar antara keduanya adalah prinsip-prinsip dalam
transaksi keuangan/operasional.
• Salah satu prinsip dalam operasional perbankan syariah adalah
penerapan bagi hasil keuntungan dan risiko (profit and loss
sharing).
• Prinsip ini tidak berlaku di perbankan konvensional yang
menerapkan sistem bunga atau adanya fungsi time value of money,
artinya nilai uang saat ini belum tentu sama dengan nilai uang di
masa mendatang.
• Perbedaan antara prinsip bank syariah dengan bank
umum (konvensional) adalah terletak pada pola
pembiayaan dan pemberian balas jasa, baik yang
diterima oleh bank maupun investor.
• Jika dilihat pada bank umum, pembiayaan disebut loan
atau pinjaman, sementara di bank syariah disebut
financing atau pembiayaan
• Artinya pada bank umum pemberian pembiayaan lebih
didasarkan pada kerjasama transaksi (untung-rugi).
• Pada bank syariah lebih didasarkan pada kerjasama
kemitraan.
• Balas jasa yang diberikan atau diterima pada bank
umum berupa bunga (interest loan atau deposit) dalam
prosentase pasti.
• Sementara pada bank syariah dengan sistem syariah,
hanya memberi dan menerima balas jasa berdasarkan
perjanjian (akad) bagi hasil.
Prinsip-Prinsip Pemberian Pembiayaan
• a. Character
• Yaitu penilaian terhadap karakter atau
kepribadian calon penerima pembiayaan
dengan tujuan untuk memperkirakan
kemungkinan bahwa penerima pembiayaan
dapat memenuhi kewajibannya.
• b. Capacity
• Yaitu penilaian secara subyektif tentang
kemampuan penerima pembiayaan untuk
melakukan pembayaran. Kemampuan diukur
dengan catatan prestasi penerima pembiayaan
di masa lalu yang didukung dengan
pengamatan di lapangan atas sarana usahanya
seperti toko, karyawan, alat-alat, pabrik serta
metode kegiatan.
• c. Capital
• Yaitu penilaian terhadap kemampuan modal
yang dimiliki oleh calon penerima pembiayaan
yang diukur dengan posisi perusahaan secara
keseluruhan yang ditujukan oleh rasio
finansial dan penekanan pada komposisi
modalnya.
• d. Collateral
• Yaitu jaminan yang dimiliki calon penerima
pembiayaan. Penilaian ini bertujuan untuk lebih
meyakinkan bahwa jika suatu resiko kegagalan
pembayaran tercapai terjadi , maka jaminan dapat
dipakai sebagai pengganti dari kewajiban.
• e. Condition
• Bank syariah harus melihat kondisi ekonomi
yang terjadi di masyarakat secara spesifik
melihat adanya keterkaitan dengan jenis usaha
yang dilakukan oleh calon penerima
pembiayaan. Hal tersebut karena kondisi
eksternal berperan besar dalam proses
berjalannya usaha calon penerima
pembiayaan.
• f. Syariah
• Penilaian ini dilakukan untuk menegaskan
bahwa usaha yang akan dibiayaai benar-benar
usaha yang tidak melanggar syariah sesuai
dengan fatwa DSN “Pengelola tidak boleh
menyalahi hukum syariah Islam dalam
tindakannya yang berhubungan dengan
mudharabah.”
RISIKO KREDIT
• Resiko Kredit (Credit Risk)
• Pada umumnya resiko ini timbul dari akibat kegagalan
suatu pembiayaan bank, dimana pihak yang
mendapatkan fasilitas pembiayaan/kredit tersebut gagal
memenuhi kewajibannya (default). Faktor kunci
pengendalian resiko kredit ini adalah dengan
diversifikasi dari tipe-tipe kredit baik dalamwilayah
geografis dan jenis-jenis industri yang dibiayai,
kebijakanjaminan/agunan, analisa pembiayaan dan
sebagainya. Dalam mengurangi resiko ini, penting untuk
melakukan standar pengendalian kredit yang diterapkan.
• Resiko Pasar (Market Risk)
• Resiko yang timbul karena adanyapergerakan
variabel pasar (adverse movement) dari portofolio
yang dimiliki suatu bank sehingga dapat
menimbulkan kerugian. Termasuk dalam variabel
pasar ini adalah suku bunga dan nilai tukar. Namun
demikian bank syariah tidak akan menghadapi
resiko fluktuasi suku bunga, sekalipun bank
mengalami resiko likuiditas sebagai akibat adanya
nasabah yang menarik dana daribank syariah dan
berpindah ke bank kovensional.
• Resiko Likuiditas (Liquidity Risk)
• Resiko ini dapat terjadi manakala bank syariah tidak
dapat memaksimumkan pendapatan, sehingga
pergerakan berjalan tidak maksimal karena adanya
desakan kebutuhan likuiditas. oleh karenanya,
selayaknya bank syariah dapat mengukur jumlah
likuiditas yang tepat. Likuiditas yang terlalu tinggi
dapat mengakibatkan berkurangnya tingkat
pendapatan, sementara likuiditas yang rendah
berpotensi bagi bank untuk meminjam dana dengan
harga yang tidak pasti, sehingga berakibat pada
meningkatnya biaya dan penurunan profitabilitas
bank.
• Resiko Operasional (Operational Risk)
• Faktor internal bank syariah dalam kegiatan
operasional dapat menjadi penyebab utama
munculnya resiko ini yang berdampak pada
kinerja bank syariah itu sendiri. Faktor -
faktor tersebut antara laintidak berfungsinya
proses internal bank, kesalahan manusia
(human error), kegagalan sistem atau
adanya masalah eksternal yang
mempengaruhi kinerja operasional bank.
• Resiko Hukum (Legal Risk)
• Resiko ini timbul akibat kelemahan
perundang-undangan beserta kelemahan aspek
yuridis atau kelemahan perikatan seperti tidak
dipenuhinya syarat sah kontrak dan pengikatan
agunan yang tidak sempurna.
•
• Resiko Reputasi (Reputation Risk)
• Resiko yang antara lain disebabkan dariadanya
publikasi negatif terkait atas kegiatan usaha
bank atau persepsi negatif terhadap bank yang
muncul dari kalangan internal maupun
eksternal.
• Resiko Strategis (Strategic Risk)
• Resiko yang antara lain disebabkan dari adanya
penetapan dan pelaksanaan strategi bank yang tidak
tepat. Pengelolaan resiko strategis dapat dilakukan
bank syariah untuk melakukan penetapan,
mengidentififikasi, melaksanakan resiko strategis dan
mengelola resiko yang terkait pada pengambilan
keputusan bisnis.
• Resiko Kepatuhan (Compliance Risk)
• Resiko yang timbul akibat adanya
penyimpangan terhadap peraturan perundang-
undangan di Indonesia. Untuk meminimalisir
adanya risiko kepatuhan, dapat dilakukan
dengan pengendalian internal secara konsisten
suatu bank syariah
Prinsip Distribusi
BANK
BANK NASABAH
NASABAH
6. Bayar
5. Terima
barang &
SUPPLIER
SUPPLIER dokumen
PENJUAL
PENJUAL
3. Beli
4. Kirim
SALAM
Pembelian barang untuk penghantaran (delivery) yang
ditangguhkan dengan pembayaran di muka
Diaplikasikan pada pembiayaan berjangka pendek untuk
produksi agribisnis atau industri sejenis lainnya
Rukun salam adalah (1) pembeli, (2) penjual, (3) hasil produksi,
(4) harga dan (5) shighat ijab qabul
PROSES SALAM
4. Kirim pesanan
NASABAH
NASABAH PEMBELI
PENJUAL PEMBELI
PENJUAL
3. Kirim 5. Bayar
dokumen
2. Negoisasi
1. Pemesanan BANK pesanan dengan
BANK kriteria
Barang Nasabah &
Bayar Tunai
SYIRKAH
Transaksi dua orang atau lebih yang keduanya sepakat untuk melakukan
kerja yang bersifat finansial untuk mendapatkan keuntungan
Rukun syirkah ada tiga yaitu (1) shighat / aqad (ijab dan qabul), (2) pihak
yang berakad (shahibul mam) dan pengelola, (3) usaha.
Jenis syirkah uqud yaitu (1) syirkah inan, (2) syirkah abdan, (3) syirkah
mudlarabah, (4) syirkah wujuh dan (5) syirkah mufawadlah
PROSES SYIRKAH
NASABAH
NASABAHPARSIAL:
PARSIAL: BANK
BANKSYARIAH
SYARIAHPARSIAL:
PARSIAL:
ASSET
ASSETVALUE
VALUE PEMBIAYAAN
PEMBIAYAAN
PROYEK /
USAHA
KEUNTUNGAN
KEUNTUNGAN
Bagi
BagiHasil
HasilKeuntungan
Keuntungan
sesuai
sesuaikesepakatan
kesepakatan
JENIS SYIRKAH
Syirkah Inan adalah perseroan dua orang atau lebih yang
masing-masing mengikutkan modal dan pengelolaan
Syirkah Abdan perseroan antara dua orang atau lebih yang
mengandilkan tenaga atau keahliannya tanpa harta mereka
untuk menerima pekerjaan.
Syirkah Wujuh adalah perseroan antara dua orang karena
adanya kepercayaan dari pihak lain untuk membeli secara
kredit kemudian menjualnya secara kontan.
Syirkah Mufawadhah adalah gabungan berbagai jenis
perseroan.
SYIRKAH MUDHARABAH
Mudharabah atau muqaradhah berarti pemilik modal
(shahibul mal) menyerahkan modalnya kepada pengelola
(mudlorib) untuk dikelola atau diusahakan sedangkan
keuntungannya dibagi menurut kesepakatan bersama.
Bank menyediakan modal dan nasabah sebagai Mudharib
Hasil keuntungan dari penggunaan dana tersebut dibagi
bersama berdasarkan nisbah yang disepakati
Jika terdapat kerugian akan ditanggung oleh shahibul mal
sesuai proporsi modal yang dimudlarabahkan
SYIRKAH MUDHARABAH
PERJANJIAN
BAGI HASIL
MUDHARIB
MUDHARIB BANK
BANK
Keahlian Modal
100%
PROYEK /
USAHA
Nisbah Nisbah
x% Y%
PEMBAGIAN
PEMBAGIAN
KEUNTUNGAN
KEUNTUNGAN Pembayaran
kewajiban
MODAL
MODAL
JASA PERBANKAN
Studi Kasus
1
Sebuah perusahaan konveksi meminta
pembiyaan untuk pembuatan pesanan 1000
stel seragam sekolah. Seragam akan dibayar
oleh pemesan pada saat barang dikirim (2
bulan setelah pesanan). Harga satu stel
seragam Rp 50.000,00. Permasalahannya,
perusahaan konveksi tidak memiliki modal.
Model pembiayaan seperti apa yang cocok
dan bagaimana mekanisme yang dapat
dilakukan.
Studi Kasus
2
Seorang pengusaha berencana
meningkatkan skala usaha warung
sembakonya. Saat ini, ia memiliki asset
sebesar Rp 1.000.000,- dan barang
dagangan senilai 3.000.000,-. Omzet
penjualan sehari rata-rata sebesar Rp.
400.000,- dengan margin keuntungan 5%
dari nilai jual. Jika ia menginginkan skala
usahanya menjadi Rp. 7.000.000,- dengan
perkiraan omzet Rp 800.000,-per hari serta
ingin memperluas warungnya (butuh dana
Rp 2.000.000,00) model pembiayaan apa
yang dapat dilakukan? Bagaimana
perhitungannya?
Studi Kasus
3