Anda di halaman 1dari 81

LEMBAGA KEUANGAN

SYARIAH NON BANK


Bentuk/Jenis
Lembaga Keuangan Syariah
Lembaga Keuangan Syariah Berbentuk
Bank
◦ Bank Umum Syariah/ Perbankan Syariah
◦ Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)
Lembaga Keuangan Syariah Non Bank
◦ BMT atau Baitul Mal Wa Tamwil
◦ Asuransi Syariah
◦ Pegadaian Syariah
◦ Reksa Dana Syariah
◦ Obligasi Syariah
◦ Koperasi Syariah
◦  Pasar Modal Syariah
◦ Modal Ventura Syariah
BMT
 Sejarah Pendirian BMT
 Setelah berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI)
timbul peluang untuk mendirikan bank-bank yang
berprinsip syariah. Operasionalisasi BMI kuramg
menjangkau usaha masyarakat kecil dan menengah,
maka muncul usaha untuk mendirikan bank dan
lembaga keuangan makro, seperti BPR syariah dan
BMT.
 Oleh karena itu, BMT diharapkan mampu berperan lebih aktif
dalam memperbiki kondisi ini. BMT setidaknya mempunyai
beberapa peran:
Menjauhkan masyarakat dari praktek ekonomi non-syariah.
Melakukan pembinaan dan pendanaan usaha kecil.
Melepaskan ketergantungan pada rentenir, masyarakat yang
masih tergantung rentenir disebabkan rentenir mampu
memenuhi keinginan masyarakat dalam memenuhi dana
dengan segera.
Menjaga keadilan ekonomi masyarakat dengan distribusi
yang merata.
 Tujuan BMT
 Sederhananya, BMT bertujuan mewujudkan kehidupan
keluarga dan masyarakat disekitar BMT yang selamat, damai
dan sejahtera. Selain itu Peran umum BMT yang dilakukan
adalah melakukan pembinaan dan pendanaan yang
berdasarkan sistem syariah. Peran ini menegaskan arti penting
prisip-prinsip syariah dalam kehidupan ekonomi masyarakat.
 Kegiatan BMT adalah mengembangkan usaha – usaha
ekonomi produktif
dengan mendorong kegiatan menabung dan membantu
pembiayaan kegiatan usaha ekonomi anggota dan masyarakat
lingkungannya. LKM BMT juga dapat berfungsi sosial dengan
menggalang titipan dana sosial untuk kepentingan masyarakat,
seperti dana zakat, infaq dan sodaqoh dan
mendistribusikannya dengan prinsip pemberdayaan
masyarakat sesuai dengan peraturan dan amanahnya.
 Ciri Utama LKM BMT?
 Berorientasi bisnis, mencari laba bersama, meningkatkan
pemanfaatan ekonomi paling bawah untuk anggota dan
lingkungannya.
 Bukan lembaga sosial tetapi dimanfaatkan untuk
mengaktifkan penggunaan dana sumbangan sosial, zakat,
infaq dan sadaqah bagi kesejahteraan orang banyak secara
berkelanjutan.
 Ditumbuhkan dari bawah berdasarkan peran partisipasi dari
masyarakat sekitar.
 Milik bersama masyarakat setempat dari lingkungan LKM
BMT itu sendiri, bukan miliki orang lain dari luar masyarakat
itu.
 LKM BMT mengadakan kajian rutin pendampingan usaha
anggota secara berkala yang waktu dan tempatnya ditentukan
(biasanya di balai RW/RT/desa, kantor LKM BMT, rumah
anggota, masjid, dsb), biasanya diisi dengan perbincangan
bisnis para nasabah LKM BMT, disamping pendampingan
mental spiritualnya terutama motive berusaha.
 Manajemen LKM BMT adalah professional :
Manajer minimal D3, dilatih pertama kali 2 minggu oleh
PINBUK
Administrasi pembukuan dan prosedur ditata dengan
system manajemen keuangan yang rapih dan ilmiah
Aktif “menjemput bola” beranjangsana dan berprakarsa.
 BAGAIMANA TAHAP PENDIRIAN LKM
BMT?
 Pemrakarsa membentuk Panitia Penyiapan
Pendirian LKM BMT (P3B) di lokasi komunitas
tertentu : Desa, Kelurahan, Kecamatan, Pasar,
Kawasan Transmigrasi, Pesisir, Lingkungan
Perusahaan, Pesantren atau lainnya
B. P3B mencari modal awal atau modal
perangsang sebesar Rp 50 juta atau minimal Rp 20
juta untuk segera memulai langkah operasional.
Modal ini dapat berasal dari perorangan, lembaga,
yayasan, BAZIS, Pemda atau sumber lainnya
 Atau langsung menarik pemodal – pemodal sendiri dari sekitar
20 – 40 orang di kawasan itu untuk mendapatkan dana urunan
hingga mencapai 20 – 50 juta (Simpanan Pokok Khusus atau
Saham yang nantinya akan diberikan kompensasi pembagian
SHU setiap akhir tahun)
 Jika calon pemodal telah ada maka dipilih calon pengurus yang
ramping (3 – 5 orang) yang akan mewakili pendiri dalam
mengarahkan kebijakan LKM BMT
 Merekrut calon pengelola dan mengikutkan pelatihan serta
magang dengan menghubungi PINBUK
 Melaksanakan persiapan sarana kantor dan perangkat
administrasi atau form – form yang diperlukan
 Menjalankan operasional bisnis LKM BMT
 MODAL AWAL PENDIRIAN LKM BMT?
 LKM BMT didirikan dengan modal awal sebesar 50 juta rupiah atau lebih.
Namun jika terdapat kesulitan dalam mengumpulkan modal awal, dapat
dimulai dengan modal 20 juta rupiah.
 Modal awal LKM BMT berasal dari beberapa tokoh masyarakat setempat,
yayasan, kas kelompok swadaya masyarakat, dana masjid, atau BAZIS
setempat. Namun sejak awal anggota pendiri LKM BMT/ harus terdiri
antara 20 – 44 yang mereka secara riil memberikan peran partisipasinya
sebagai pendiri dan menyerahkan uang Simpanan Pokok Khusus yang
besarnya tidak mesti sama antar orang per orangnya.
 Pembatasan jumlah 20 – 44 anggota pendiri, diperlukan agar LKM BMT
menjadi milik masyarakat setempat dan berkembang dengan berkelanjutan
mendukung kegiatan ekonomi masyarakat kecil bawah dan kecil.
Diperlukan sejumlah anggota inti yang layak, tidak terlalu sedikit sehingga
LKM BMT tidak dimiliki sekelompok kecil orang saja dan juga tidak
terlalu banyak, sehingga memudahkan dalam mengambil keputusan.
 Produk dan Mekanisme Operasional BMT
 Jenis-jenis usaha BMT sebenarnya dimodifikasi dari
produk perbankan Islam. Oleh karena itu, usaha BMT
dapat dibagi kepada dua bagian utama, yaitu
memobilisasi simpanan dari anggota dan usaha
pembiayaan. Bentuk dari usaha memobilisasi
simpanan dari anggota dan jamaah itu antara lain
berupa:
1. Simpanan Mudharabah Biasa
2. Simpanan Mudharabah Pendidikan
3. Simpanan Mudharabah Haji
4. Simpanan Mudharabah Umrah
5. Simpanan Mudharabah Qurban
6. Simpanan Mudharabah Idul Fitri
 7. Simpanan Mudharabah Walimah
8. Simpanan Mudharabah Akikah
9. Simpanan Mudharabah Perumahan
10. Simpanan Mudharabah Kunjungan Wisata
11. Titipan zakat, Infaq, shadaqah (ZIS)
12. Produk simpanan lainnya yang dikembangkan
sesuai dengan lingkungan dimana BMT itu berada.
 Sedangkan jenis usaha pembiayaan BMT lebih
diarahkan pada pembiayaan usaha makro, kecil
bawah dan baawah. Diantara usaha pembiayaan
tersebut adalah:
1. Pembiayaan Mudharabah
2. Pembiayaan Musyarakah
3. Pembiayaan Murabahah
4. Pembiayaan Al Bai; Bithaman Ajil
5. Al-Qardhul Hasan
 Usaha-usaha diatas merupakan kegiatan-kegiatan
BMT yang berkaitan langsung dengan masalah
keuangan. Selain kegiatan-kegiatan keuangan
tersebut, BMT juga mengembangkan usaha dibidang
sector ril, seperti kios telepon, kios benda pos,
memperkenalkan teknologi maju untuk peningkatan
produktivitas hasil para nasabah, mendorong
tumbuhnya industri rumah tangga atau pengolahan
hasil, mempersiapkan jaringan perdagangan atau
pemasaran masukan dan hasil produksi, serta usaha
lainnya yang layak, menguntungkan dalam jangka
panjang dan tidak menganggu program jangka
pendek.
 Mekanisme Operasional BMT
 Beberapa pemrakarsa yang mengetahui mengenai BMT
menyampaikan dan menjelaskan ide atau gagasan itu kepada
rekan-rekannya termasuk apa itu BMT, visi, misi tujuan dan
usaha-usahanya. Sehingga para pemrakarsa dapat bertambah.
 Dengan berbekal modal awal, pengelola membuka kantor dan
menjalankan BMT, dengan giat menggalakkan simpanan
masyarakat dan memberikan pembiayaan pada usaha mikro
dan kecil disekitarnya.
 Pembiayaan dengan menggunakan bagi hasil sesuai dengan
akad. Dari bagi hasil ini, pengelola membayar honor
semampunya (bertahap dan membesar), sewa kantor, listrik
ATK, dll.
 Yang paling penting adalah bahwa, dari bagi hasil ini
pengelola membayar pula bagi hasil kepada
penyimpan dana, diusahakan lebih besar sedikit
dibandingan dengan bunga pada bank konvensional.
 Dengan memberikan bagi hasil kepada para
penabung dan penjelasan yang tepat tentang visi,
misi, tujuan dan usaha-usaha BMT, kekayaan BMT
akan semakin bertambah diimbangi dengan
pembiayaan pada usaha mikro dan kecil semakin
banyak dan lancar. BMT akan semakin maju dan
berkembang.
 Mekanisme Operasional Koperasi Syariah
 Pada prinsipnya, operasional Koperasi Syariah tidak
berbeda dengan BMT (Baitul Maal Wattamwil), Bank
Umum Syariah (BUS) atau Unit Usaha Syariah
(UUS), dan BPR Syariah, hanya sekalanya saja yang
berbeda. Di Koperasi Syariah ini justru dapat lebih
luas lagi pengembangannya terutama dalam
mempraktekan akad-akad muamalat yang sulit
dipraktekan di Perbankan Syariah karena adanya
keterbatasan PBI (Peraturan Bank Indonesia).
 Perkembangan Dan Pertumbuhan BMT di Indonesia
 Menurut Aries Mufti selaku ketua ABSINDO (Asosiasi BMT
Seluruh Indonesia) dan MES, “DI Indonesia walaupun belum
ada Undang-Undang tentang Lembaga Keuangan Mikro,
masyarakat telah mengembangkan sendiri lembaga keuangan
mikro yang berbentuk koperasi syariah, Baitul Maal Wa
Tamwil (BMT), dan dalam bentuk yang lain. Kehadiran BMT
sebagai Lembaga Keuangan Mikro Syariah merupakan
lembaga pelengkap dari beroperasinya system perbankan
syariah. Tumbuhnya BMT di Indonesia juga merupakan
tuntutan dari masyarakat muslim yang menginginkan
bermuamalah secara syariah untuk menghindari bermuamalah
secara ribawi.”
 Dariseluruh fase-fase pengembangan, BMT sangat
membutuhkan penguatan nilai-nilai ruhiyah sumber
daya insaninya. Sehingga BMT akan berkembang
secara berkelanjutan dan akan selalu berada dalam
pengawasan malaikat yang tertanam dalam setiap hati
pengelola dan pengurusnya. Jika mungkin, bahkan
dari dalam lubuk hati setiap anggotanya.
Dewasa ini telah tersebar lebih dari 3000 BMT
diseluruh Nusantara, memiliki asset lebih dari 1
triliun, dengan jumlah pengelola lebih dari
30.000 orang, hampir setengahnya S1 dan wanita.
Melayani lebih dari 2 juta penabung dan memberi
pinjaman lebih dari 1.5 juta pengusaha mikro dan
kecil. Terbukti bahwa BMT mampu berkembang
berlandaskan pada swadaya para pemerakarsa
pendiri dan masyarakat itu lokal sendiri, dengan
modal awal yang tidak begitu besar ketimbang
mendirikan BPR (Bank Perkreditan Rakyat).
 Dampak Perkembangan dan Pertumbuhan
BMT/Koperasi syariah Bagi Perekonomian Umat
 Pembiayaan kepada pengusaha mikro selama ini
selalu terkendala permasalahan outstanding
pembiayaan yang kecil yang karena itu biaya
operasional pembiayaan menjadi tinggi membuat
pihak perbankan enggan memberikan pembiayaan.
 Kendala lainnya persyaratan perbankan, bankable
atau yang secara teknis mengharuskan adanya
jaminan liquid dll yang tidak dimiliki oleh sector
UMK. Adanya keinginan yang kuat untuk mengatasi
kendala-kendala diatas itulah yang menginspirasi
kehadiran BMT.
 Bila dibandingkan dengan kekuatan lembaga
keuangan mikro lain dalam hal besaran pembiayaan
atau kredit, kekuatan BMT memang belum seberapa,
dari total pembiayaan yang disalurkan kepda UMK..
 Namun jika ditinjau dari segi jumlah penerima
manfaat, maka kita dapat melihat jumlah yang
dilayani oleh BMT jauh lebih banyak, dan yang lebih
menarik lagi jumlah pembiayaan tiap unit usahapun
lebih kecil, sehingga dapatlah disimpulkan bahwa
pembiayaan pada BMT lebih mampu untuk
menyentuh pengusaha mikro sebagai unit usaha
terkecil, akan tetapi memiliki jumlah unit usaha
paling besar di Indonesia.
 Prospek, Kendala dan Strtegi pengembangannya.
 Prospek BMT sangat bagus, meski sama-sama menjalankan
fungsi sebagai intermediasi dan masa pertumbuhan yang
berbarengan, produk yang ditawarkan BMT lebih inovatif dan
variatif disbanding Bank Syariah.
 Direktur KBC (Karim Business Consulting) Adiwarman
Karim pada Penguatan SDM pada praktisi BMT mengatakan.
Akad murabahah BMT jauh lebih rumit dibanding yang
dipraktikkan Bank Syariah. Karena di BMT banyak
membiayai pedagang kelontong dengan puluhan item barang.
Dari sisi asset, BMT memang masih kecil. Karena itu
pembiayaanyapun membidik usaha mikro dan kecil. Namun
dia yakin BMT akan memberikan kontribusi yang besar dalam
pengembangan perekonomian syariah karena jumlahnya besar
dan lokasinya pun tersebar hingga kedaerah terpencil.
 Untuk itu Adi menghimbau sebuah komite pengembangan
BMT yang terdiri dari praktisi BMT. Tugasnya
mengembangkan produk BMT serta standar akuntansi dan
legal formal transaksi BMT.
 Menurut M. Burhan, pengurus BMT Safinah di Klaten, BMT
belum dikawal dengan DPS yang mumpuni. Tak heran
beberapa praktik BMT akhirnya tidak sesuai syariah akibat
ketidaktahuan pengurus dan lemahnya peran DPS.
 Dalam perkembangan BMT tentunya tidak lepas dari berbagai
kendala. Adapun kendala-kendala tersebut diantaranya:
 Akumulasi kebutuhan dana masyarakat belum bisa dipenuhi
BMT.
 Adanya rentenir yang memberikan dana yang memadai dan
pelayanan yang baik dibanding BMT.
 Nasabah bermasalah.
 Persaingan tidak Islami antar BMT.
 Pengarahan pengelola pada orientasi bisnis terlalu dominant
sehingga mengikis sedikit rasa idealis.
 Ketimpangan fungsi utama BMT, antara baitul mal dengan
baitutamwil.
 SDM kurang.
 Ada beberapa strategi yang dapat digunakan dalam
mengatasi problematika ekonomi yang ada di BMT
saat ini:
Optimalisasi SDM yang ada di BMT
 Strategi pemasaran yang lebih meluas
 Inovasi Produk sesuai kebutuhan masyaraka
 pengembangan asset paradigmatic
 Fungsi partner BMT harus digalakkan bukan
menjadi lawan
 Evaluasi Bersama BMT.
 Memajukan BMT
 Menurut Dr. M.Syafii Antonio MSc, permasalahan mendasar
BMT di antaranya adalah minimalnya modal, SDM yang tidak
memadahi, dan lemahnya sistem operasional.
 Menyikapi itu, komunitas intern BMT juga memiliki agenda
tersendiri untuk membenahi BMT. Seperti diungkapkan M.
Amin Aziz, Direktur Utama Pinbuk, bahwa mereka kini
sedang menyiapkan arsitektur BMT Indonesia, suatu
perangkat yang diharapkan dapat menjadi panduan
pengembangan BMT di masa mendatang. Arsitektur BMT
nantinya terdiri dari enam pilar utama, yaitu program
perkuatan struktur nasional BMT, program peningkatan
kualitas pengaturan BMT, program peningkatan fungsi
pengawasan BMT, program peninkgatan kualitas manajemen
dan operasional BMT, program pengembangan infrastruktur
BMT, serta program perlindungan nasabah BMT.
 Sedangankan Syafii Antonio sendiri mempunyai tujuh konsep
untuk memajukan BMT, pertama, capital structure (struktur
permodalan) yang memadai. Dalam arti, modal BMT harus
diupayakan mendekati angkat Rp. 500 juta – Rp. 1 milyar.
Kedua, human resources (sumber daya manusia) yang
kompeten. Tenaga pelaksana BMT diharapkan minimal
lulusan D3, mempunyai semangat mengembangkan dan kalau
bisa sudah berpengalaman. Ketiga, minimum IT requirement
(perlengkapan IT minimal). Suatu BMT diharapkan
mempunyai perangkat komputer dan software pendukung
akuntasinya. Keempat, minimum size business (terdiri dari
minimal beberapa bisnis).
 Jadi BMT harus mempunyai beberapa produk bisnis yang
dapat diandalkan, jangan hanya satu jenis saja. Kelima,
networking (jaringan). Jaringan BMT harus menjangkau pasar,
masjid, juga tokoh ulama dan masyarakat. Keenam, coaching
(pembinaan). Pembinaan terhadap nasabah harus rutin
dilakukan. Ketujuh, risk management (manajemen resiko).
Meskipun sederhana, BMT harus menerapkan manajemen
resiko, yang terdiri beberapa unsur, seperti, manajemen
strategi, operasional, kredit, pasar, likuiditas, legal, dan
manajemen reputasi.(sharing)
Pegadaian Syariah
Pengertian Pegadaian Syariah
Dalam istilah bahasa Arab, gadai diistilahkan
dengan rahn dan juga dapat dinamai al-
habsu (Pasaribu,1996). Secara etimologis,
arti rahn adalah tetap dan lama, sedangkan al-
hasbu berarti penahanan terhadap suatu barang
dengan hak sehingga dapat dijadikan sebagai
pembayaran dari barang tersebut (Syafi’i, 2000).
 Sedangkan menurut Sabiq (1987),  rahn adalah menjadikan
barang yang mempunyai nilai harta menurut pandangan syara’
sebagai jaminan hutang, hingga orang yang bersangkutan boleh
mengambil hutang atau ia bisa mengambil sebagian (manfaat)
barang itu. Pengertian ini didasarkan pada praktek bahwa
apabila sesesorang ingin berhutang kepada orang lain, ia
menjadikan barang miliknya baik berupa barang tak bergerak
atau berupa barang bergerak berada dalam penguasaan pemberi
pinjaman sampai penerima pinjaman melunasi hutangnya.
 Dari beberapa pengertian rahn tersebut, dapat disimpulkan
bahwa rahn merupakan suatu akad utang piutang dengan
menjadikan barang yang mempunyai nilai harta menurut
pandangan syara’ sebagai jaminan, hingga orang yang
bersangkutan boleh mengambil utang.
Sejarah Berdirinya Pegadaian
Pegadaian syariah pertama kali berdiri di Jakarta
dengan nama Unit Layanan Gadai Syariah (ULGS)
cabang Dewi Sartika pada bulan Januari 2003.
Menyusul kemudian pendirian ULGS di Surabaya,
Makasar, Semarang, Surakarta dan Yogyakarta pada
tahun yanng sama hingga September 2003. Masih
pada tahun  yang sama pula, empat kantor cabang
pegadaian di Aceh menjadi pegadaian syariah.
Dasar Hukum Gadai (Rahn)
Gadai hukumnya jaiz (boleh) menurut al-Kitab , as-
Sunah, dan ijma’ (Sabiq, 1996
Al- Qur’an
Ayat Al-Qur’an yang dapat dijadikan sebagai dasar
hukum perjanjian gadai adalah  Qs. Al- Baqarah 283 :
.......‫ض ٌة‬ ‫َو ِ ْإ>ن ُك> ْنتُ ْم> َعلَى َس َف> ٍر َولَ ْم> َ ت>>ِج ُدوا َك>اتِبًا َ ِر‬
َ ‫ف>>> َه ٌان َم ْقبُو‬
“Jika kamu dalam perjalanan (dan bermuamalah
tidak secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh
seorang penulis, maka hendaklah ada barang
tanggungan yang dipegang (oleh yang
berpiutang)....”(Qs. Albaqarah :283)
As- Sunnah
“Sesungguhnya Rasulullah s.a.w. pernah membeli makanan dengan
berutang dari seorang Yahudi, dan Nabi menggadaikan sebuah baju besi
kepadanya.”(Hadis Nabi riwayat al-Bukhari dan Muslim dari ‘Aisyah
r.a.,)
Selain dari hadis tersebut, Nabi Bersabda yaitu:
“ Tunggangan (kendaraan) yang digadaikan boleh dinaiki dengan
menanggung biayanya dan binatang ternak yang digadaikan dapat
diperah susunya dengan menanggung biayanya. Bagi yang
menggunakan kendaraan dan memerah susu wajib menyediakan biaya
perawatan dan pemeliharaan “.(HR Jamaah, kecuali muslim dan An-
Nasai).
Ijma’
Mengenai dalil ijma’ ummat Islam sepakat (ijma’) bahwa secara garis
besar akad rahn (gadai / penjaminan utang) diperbolehkan. Pemberi
gadai boleh memanfaatkan barang gadai secara penuh sepanjang tidak
mengakibatkan berkurangnya nilai barang gadai tersebut.
 Rukun dan Syarat Gadai (Rahn)
 Dalam perjanjian gadai akan sah apabila memenuhi rukun
serta syarat sahnya gadai, diantaranya yaitu:
 Orang yang bertransaksi (Akid )
 Syarat yang harus dipenuhi bagi orang yang akan melakukan
transaksi gadai yaitu rahin (pemberi gadai)
dan murtahin (penerima gadai) adalah orang yang telah
dewasa, berakal serta dalam melakukan gadai merupakan
keinginan sendiri.
 Ijab qabul (sigha )
 Ijab qabul ini dapat dilakukan dengan lisan ataupun tulisan,
asalkan didalamnya terkandung maksud adanya perjanjian
gadai diantara para pihak yang akan melakukan perjanjian.
Adanya barang yang digadaikan (Marhun)
Barang yang akan digadaikan harus memenuhi syarat
diantaranya yaitu dapat diserah terimakan,
merupakan barang yang bermanfaat, barang
merupakan milik penggadai, kepemilikan jelas, tidak
bersatu dengan orang lain, harta yang tetap ataupun
yang dapat dipindahkan, serta barang tersebut
dikuasai oleh penggadai.
Utang (Marhun bih)
Syarat dari utang ini yaitu harus jelas yang  diketahui
oleh rahinmaupun murtahin, utang harus lazim pada
waktu akad serta dapat dimanfaatkan.
  Ketentuan Umum Gadai (Rahn)
 Murtahin (penerima barang) mempunyai hak untuk menahan
barang sampai semua utang rahin (yang menyerakan barang)
dilunasi
 Marhun dan manfaatnya tetap menjadi milik rahin.pada
prisip marhun tidak boleh dimanfaatkan oleh murtahin kecuali
seizin rahin dengan tidak mengurangi nilai marhun dan
pemanfaatannya sekedar pengganti biaya pemeliharaan
perawatannya
 Pemeliharaan dan penyimpanan marhun pada dasarnya
menjadi kewajibanrahin namun dapat dilakukan juga
oleh murtahin, sedangkan biaya dan pemeliharaan
penyimpanan tetap menjadi kewajiban rahin
 Besar biaya administrasi dan penyimpanan marhun tidak boleh
ditentukan berdasarkan jumlah pinjaman
Penjualan marhun:
◦ Apabila jatuh tempo murtahin harus
memperingatkan rahin untuk segera melunasi
hutangnya
◦ Apabila rahin tetap tidak melunasi hutangnya
maka marhun tetap dijual paksa atau dieksekusi
◦ Hasil penjualan marhun digunakan untuk melunasi
hutang, biaya pemeliharaan dan penyimpanan yang
belum dibayar serta biaya penjualan
◦ Kelbihan hasil penjualan menjadi milik rahin dan
kekurangannya menjadi kewajiban rahin.
 Akad Perjanjian Gadai (Rahn)
 Akad Al-Qardhul Hasan
 Akad ini dilakukan pada kasus nasabah yang ingin
menggadaikan barangnya untuk kebutuhan konsumtif. Dengan
demikian nasabah (rahin)akan memberikan biaya upah
atau fee kepada pegadaian atau murtahin yang telah menjaga
atau merawat barang gadai (marhun)
 Akad Al-Mudharabah
 Akad dilakukan untuk nasabah yang menggadaikan
jaminannya untuk menambah modal usaha (pembiyaan
investasi dan modal kerja) dengan demikian rahin akan
memberikan bagi hasil berdasarkan keuntungan
kepadamurtahin sesuai kesepakatan, sampai modal yang
dipinjam terlunasi
Akad Bai Al-Muqayadah
Akad ini dapat dilakukan jika rahin yang menginginkan
menggadaikan barangnya untuk keperluan produkif,
artinya dalam menggadaikan, rahintersebut
menginginkan modal kerja berupa pembelian barang,
sedangkan barang jaminan yang dapat dijaminkan untuk
akad ini adalah barang-barang yang dapat dimanfaatkan
atau tidak dapat dimanfaatkan
oleh rahin ataumurtahin. Dengan
demikian, murtahin akan memberikan barang yang sesuai
denga keinginan rahin atau rahin akan memberikan mark
up kepada murtahinsesuai dengan kesepakatan pada saat
akad berlangsung sampai bats waktu yang telah
ditentukan.
  Aspek Pendirian Pegadaian Syariah
 Dalam mewujudkan sebuah pegadaian yang ideal dibutuhkan
beberapa aspek pegadaian. Adapun aspek-aspek pendirian
pegadaian syariah tersebut antara lain :
 1.      Aspek Legalitas
 Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No 10 Tahun 1990
tentang berdirinya lembaga gadai yang berubah dari bentuk
perusahaan jawatan menjadi perusahaan umum pegadaian
pasal 3 ayat (1a). Menyebutkan bahwa perum pegadaian
adalah badan usaha tunggal yang diberi wewenang untuk
menyalurkan uang pinjaman atas dasar hukum gadai.
Kemudian misi dari perum pegadaian disebutkan dalam pasal
5 ayat 2b, yaitu pencegahan praktek ijon, riba, pinjaman tidak
wajar lainnya.
2.  Aspek Permodalan
Modal yang dibutuhkan cukup besar, karena
selain untuk dipinjamkan ke nasabah juga
untuk investasi untuk penyimpanan barang
gadai. Permodalan diperoleh dengan sistim
bagi hasil seperti pengumpulan dana dari
beberapa orang (musyarakah) atau dengan
mencari sumber dana (shahibul maal), seperti
bank atau perorangan untuk mengelola
perusahaan gadai syariah(mudharabah)
3.      AspekSumber Daya Manusia
SDM pegadaian syariah harus memahami filosofi
gadai dan sistem operasionalisasi gadai syariah. SDM
selain mampu menangani masalah taksiran barang
gadai, penentuan instrumen pembagian rugi laba atau
jual beli, menangani masalah-masalah yang dihadapi
nasabah yang berhubungan penggunaan uang gadai,
juga berperan aktif dalam siar Islam dimana
pegadaian itu berada.
4. Aspek Kelembagaan
Sifat kelembagaan mempengaruhi keefektifan
sebuah perusahaan gadai dapat bertahan.
Sebagai lembaga yang relatif belum banyak
dikenal masyarakat, pegadaian syariah perlu
mensosialisasikan posisinya sebagai lembaga
yang berbeda dengan gadai konvensional. Hal
ini guna memperteguh guna keberadaannya
sebagai lembaga yang terdiri untuk
memberikan kemashlahatan bagi masyarakat.
 5.      Aspek Sistem dan Prosedur
 Sistem dan prosedur gadai syariah harus sesuai dengan
prinsip-prinsip syariah dimana keberadaannya menekankan
akan pentingnya gadai syariah. Oleh karena itu gadai syariah
merupakan representasi dari suatu masyarakat dimana gadai
itu berada, maka sistem dan prosedural gadai syariah berlaku
fleksibel asals sesuai dengan prinsip gadai syariah.
 6.      Aspek Pengawasan
 Yaitu harus diawasi dengan Dewan Pengawas Syariah agar
operasionalisasi gadai syariah sesuai dengan prinsip-prinsip
syariah.
 Operasional Pegadaian Syariah
 Implementasi operasi pegadaian syariah hampir sama dengan
pegadaian konvensional. Seperti halnya pegadaian
konvensional, pegadaian syariah juga menyalurkan uang
pinjaman dengan jaminan barang berrgerak. Prosedur untuk
memperoleh gadai syariah sangat sederhana yaitu, masyarakat
harus menunjukkan bukti identitas diri dan barang bergerak
seperti jaminan, lalu uang pinjaman dapat diperoleh dalam
waktu yang tidak relatif lama (kurang lebih 15 menit).
Begitupun untuk melunasi pinjaman, nasabah cukup dengan
menyerahkan sejumlah uang dan surat bukti rahn saja denggan
waktu proses yang jauh singkat.
Persamaan Perbedaan
Hak Gadai atas pinjaman uang Rahn dalam hukum islam dilakukan
secara suka rela atas dasar tolong
menolong sedangkan gadai menurut
hukum perdata, disamping berprinsip
tolong menolong juga menarik
keuntungan dengan cara menarik bunga
atau sewa modal
Adanya jaminan sebagai jaminan utang Dalam hukum perdata hak gadai hanya
berlaku pada benda yang bergerak,
sedangkan dalam hukum islam, rahn
berlaku pada seluruh benda baik yang
bergerak maupun yang tidak bergerak.
Tidak boleh mengambil manfaat barang Dalam rahn tidak ada istilah bunga
yang digadaikan
Biaya barang yang digadaikan ditanggung Gadai menurut hukum perdata
oleh para pemberi gadai dilaksanakan melalui suatu lembaga yang
diindonesia disebut perum pegadaian,
Rahn menurut islam dapat dilaksanakan
tanpa lembaga.
Apabila batas waktu pinjaman uang habis,
barang yang digadaikan boleh dijual atau
dilelang
Asuransi Syariah
Kata “asuransi” banyak berasal dari bahasa-
bahasa asing diantaranya adalah[1]:
 Bahasa Belanda ”assurantie”, yang berarti
pertangungan,
Bahasa Italia “insurensi”, yang berarti jaminan
Bahasa Inggris “assurance”, yang berarti
jaminan
Bahasa Arab “At-ta’min”, yang berarti
perlindungan, ketenangan, rasa aman dan
bebas dari rasa takut.
Pengertian asuransi syariah telah diungkapkan pada awal tulisan ini,
namun tidak ada salahnya untuk mengemukakan sepintas dalam hal
membandingkan dengan asuransi komvensional. Asuransi syariah,
mempunyai 3 pengertian seperti yang telah dikemukakan, diantaranya at-
ta’min. Mu’ammin adalah penangung dan mun-ta’min diartikan
tertanggung. Di dalam Al-Qur’an dikatakan dalam Surat Quraisy ayat :4
Ada kata aman dari rasa takut, memberi rasa aman. Jadi istilah at-ta’min,
yaitu antara menta’minkan sesuatu yang berarti seseorang membayar atau
menyerahkan uang cicilan agar ia atau ahli warisnya mendapatkan
sejumlah uang sebagaimana yang telah disepakati, atau untuk
mendapatkan ganti terhadap hartanya yang hilang, sehingga dapat
dikatakan bahwa seseorang mempertanggungkan atau mengasuransikan
hidupnya, rumahnya atau kendaraannya.
 Dewan Syari’ah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN MUI)
mengeluarkan fatwa tentang pedoman umum asuransi syariah.
Menurutnya, asuransi syariah adalah usaha saling melindungi dan tolong-
menolong diantara sejumlah orang atau pihak melalui investasi dalam
bentuk asset atau tabarru’ yang memberikan pengembalian untuk
menghadapi risiko tertentu melalui akad yang sesuai dengan syariah.
No Prinsip Auransi Konvensional Asuransi Syrai’ah
1. Konsep Perjanjian antara dua pihak atau Sekumpulan orang yang saling
lebih, dengan mana pihak membantu, saling menjamin dan
penanggung meningkatkan diri bekerja sama dengan cara-cara masing-
kepada tertanggung, dengan masing mengeluarkan akad tabarru’.
menerima premi asuransi, untuk
memberrikan pergantian kepada
tertanggung.
2. Visi dan Misi Secara garis besar misi utama dari Misi yang diemban dalam asuransi
asuransi konvensional adalah misi syariah adalah misi aqidah, misi ibadah
ekonomi dan misi social. (ta’awun ), misi ekonomi (iqtishod),
dan misi pemberdayaan umat (sosial).
Asuransi takaful di Indonesia
mempunyai visi sebagai lembaga
keuangan yang konsisten menjalankan
transaksi asuransi secara islami.
Operasional perusahaan dilaksanakan
atas dasar prinsip- prinsip syariah yang
bertujuan memberikan fasilitas dan
layanan terbaik bagi umat islam
khususnya dan masyarakat Indonesia
umumnya.
3. Sumber Bersumber dari pikiran manusia dan Bersumber dari hokum Allah sumber
Hukum kebudayaan. Berdasarkan hokum hokum dalam Syariah Islam adalah al –
positif, hokum alami, dan contoh Qur’an, sunnah, atau kebiasaan Rasul,
sebelumnya. Ijma’, Fatwa Sahabat, Qiyas, Istihsan,
Urf “tradisi”, dan Maslahah Mursalah.
4. Maghrib Tidak selaras dengan syariah islam Bersih dari adanya praktek gharar,
karena adanya maisir, gharar, dan maisir, dan Riba
Riba; hal yang di haramkan dalam
muamalah
5. DPS Tidak ada, segingga dalam banyak Ada, yang berfungsi untuk mengawasi
prakteknya bertentangan dengan pelaksanaan operasional perusahaan
kaidah- kaidah syara’ agar terbebas dari praktek- praktek
muamalah yang bertentangan dengan
prinsip- prinsip syariah
6. Akad Akad jual beli (akad Akad tabarru’ dan akad ijarah
mu’awadhah, akad idz’aan, akad (mudharabah, wakalah, wadiah,
gharar, dan akad mulzim) syirkah, dan sebagainya)
7. Jaminan / Risk Transfer of risk, dimana terjadi Sharing of risk, dimana terjadi
(Resiko) transfer resiko dari tertanggung proses saling menanggung antara
kepada penanggung. satu peserta dengan peserta
lainnya (ta’awun)
8. Pengolahan Dana Tidak ada pemisahan dana, yang Pada produk- produk saving (life) 
berakibat pada terjadinya dana terjadi pemisahan dana, yaitu dana
hangus (untuk produk saving - tabarru’ derma’ dan dana peserta
life) sehingga tidak mengenal istilah
dana hangus. Sedangkan untuk
untuk term insurance semuanya
bersifat tabarru’
9. Investasi Bebas melakukan investasi dalam Dapat melakukan investasi sesuai
batas- batas ketentuan perundang- ketentuan perundang- undangan,
undangan, dan tidak terbatasi sepanjang tidak bertentangan
pada halal dan haramnya obyek dengan prinsip- prinsip syariah
atau sistem investasi yang islam. Bebas dari riba dan tempat-
digunakan tempat investasi yang terlarang.
10. Kepemilikan Dana Dana yang terkumpul dari premi Dana yang terkumpul dari peserta
peserta seluruhnya menjadi milik dalam bentuk iuran atau
perusahaan dan menginvestasikan kontribusi, merupakan milik
kemana saja. peserta (shohibul mal), asuransi
syariah hanya sebagai pemegang
amanah (mudharib) dalam
mengelola dana tersebut.
11. Keuntungan (proft) keuntungan yang diperoleh dari Profit yang diperoleh dari surplus
surplus underwriting, komisi underwriting, komisi reansuransi,
reansuransi, dan hasil investasi dan hasil investasi, bukan
seluruhnya adalah keuntungan seluruhnya menjadi milik
perusahaan. perusahaan, tetapi dilakukan       
bagi hasil (mudharabah)    dengan
peserta.         
Kelemahan dan Kelebihan Asuransi Syari’ah
Kelemahan Asuransi Syari’ah
Asuransi syari’ah tidak bisa menginvestasikan dana
yang terkumpul kedalam semua bentuk investasi
(semabarang bentuk) harus sesuai persetujuan
Dewan Pengawas Syari’ah pengawasan ini agaknya
kurang menguntungkan bagi perusahaan, karena
mempunyai kebebasan yang terbatas untuk
mengolah dana ke dalam bidang lain.
Masih banyak masyarkat yang kurang faham
dengan asuransi syari’ah, sehingga kebanyakan
masyarakat Indonesia lebih memilih asuransi
konvensional daripada asuransi syari’ah.
Keunggulan asuransi syari’ah
Asuransi Syariah memilihi tujuan utama untuk mencari keridhoan
Alloh sehingga memiliki filosofi ganda berupa tujuan dunia dan
akhirat, sedangkan asuransi konvensional tidak memiliki filosofi
akhirat karena hanya fokus pada kinerja dunia saja.
Dasar hukum Asuransi Syariah adalah al-Qur’an, hadits serta fatwa
para ulama terkemuka, sehingga kehati-hatian dalam muamalah serta
kinerjanya lebih besar karena dipertanggung jawabkan langsung
kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala, sedangkan asuransi konvensional
hanya menggunakan hukum positif yang berlaku dimana banyak
kekurangan disana-sini yang menyebabkan banyaknya celah untuk
melakukan tindakan yang tidak di benarkan.
Dalam Asuransi Syariah keterbukaan laporan menjadi keharusan
termasuk dalam hal sumber dana, penggunaan, serta zakat yang ada.
Sedangkan dalam asuransi konvensional tidak ada keharusan
keterbukaan dalam sistem pembukuannya dimana hal ini jelas lebih
membuka peluang besar untuk melakukan tindakan yang tidak di
benarkan.
Produk yang di  tawarkan terjaga dari unsur yang tidak jelas (gharar),
spekulatif (maisir) dan riba (bunga). Sedangkan dalam asuransi
konvensional tidak ada jaminan keterjagaan dari beberapa hal tersebut.
Dalam Asyuransi Syariah resiko di tanggung bersama oleh peserta
asuransi syariah, sedangkan untuk asuransi konvensional berlaku
konsep transfer of risk, yakni pemindahan resiko dari peserta ke
perusahaan. Ini memiliki konsekwensi dana yang diperoleh menjadi
berpindah dari peserta menjadi milik perusahaan.
Dalam asuransi Syariah investasi berbasis syariah, sedangkan dalam
asuransi konvensional bebas memilih instrument investasi.
Dalam Asuransi Syariah pembayaran klaim resiko bersumber dari dana
Tabbaru’ yang sudah diniatkan dan di ikhlaskan oleh peserta asuransi di
awal untuk kepentingan sosial atau tolong-menolong diantara peserta
asuransi. Sedangkan di asuransi konvensional dana tercermin dari rasio
Risk Based Capital yang berbanding dengan modal.
Asuransi Syariah dana yang kita investasikan di jamin keberkahannya,
sedangkan dalam asuransi konvensional masih terdapat subhat atau
keragu-raguan.
Pasar Modal Syariah
Sesuai dengan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang
Pasar Modal (UUPM) adalah kegiatan yang bersangkutan
dengan Penawaran Umum dan perdagangan Efek, Perusahaan
Publik yang berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya, serta
lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek.
Berdasarkan definisi tersebut, terminologi pasar modal syariah
dapat diartikan sebagai kegiatan dalam pasar modal sebagaimana
yang diatur dalam UUPM yang tidak bertentangan dengan
prinsip syariah. Oleh karena itu, pasar modal syariah bukanlah
suatu sistem yang terpisah dari sistem pasar modal secara
keseluruhan. Secara umum kegiatan Pasar Modal Syariah tidak
memiliki perbedaan dengan pasar modal konvensional, namun
terdapat beberapa karakteristik khusus Pasar Modal Syariah
yaitu bahwa produk dan mekanisme transaksi tidak bertentangan
dengan prinsip-prinsip syariah.
Pasar modal secara umum merupakan suatu tempat
bertemunya para penjual dan pembeli untuk
melakukan transaksi dalam rangka memperoleh
modal. Penjual dalam pasar modal merupakan
perusahaan untuk menjual efek-efek di pasar modal
yang disebut emiten, sedangkan pembeli
disebut investor.
Pasar modal Syari’ah secara sederhana dapat
diartikan sebagai pasar modal yang menerapkan
prinsip-prinsip Syari’ah dalam kegiatan transaksi
ekonomi dan terlepas dari hal-hal yang dilarang
seperti: riba, perjudian, spekulasi.
Pasar modal Syari’ah adalah pasar modal yang
seluruh mekanisme kegiatannya terutama
mengenai emiten, jenis efek yang diperdagangkannya
telah sesuai dengan prinsip-prinsip Syari’ah.
Sedangkan efek Syari’ah adalah efek yang
dimaksudkan dalam peraturan perundang-undangan
di bidang Pasar Modal yang akad, pengelolaan
perusahaan, maupun cara penerbitnya memenuhi
prinsip-prinsip Syari’ah yang didasarkan atas ajaran
Islam yang penetapannya dilakukan oleh DSN-MUI
(Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia)
dalam bentuk fatwa.
Perkembang Pasar Modal Di Indonesia
Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum
Indonesia merdeka. Pasar modal atau bursa efek telah hadir
sejak zaman kolonial Belanda dan tepatnya pada tahun 1912
di Batavia Pasar modal ketika itu didirikan oleh pemerintah
Hindia-Belanda untuk kepentingan pemerintahan kolonial
atau VOC. Secara singkat, tonggak perkembangan pasar
modal di Indonesia dapat dilihat sebagai berikut :[1]
14 Desember 1912 : Bursa efek pertama di Indonesia
dibentuk di Batavia oleh Pemerintahan Hindia-Belanda.
1914 – 1918 : Bursa efek di Batavia ditutup selama Perang
Dunia I.
1925 – 1942 : Bursa efek di Jakarta dibuka kembali bersama
dengan Bursa efek di Semarang dan Surabaya.
Awal tahun 1939 : Bursa efek di Semarang dan
Surabaya ditutup.
1942 – 1952 : Bursa efek di Jakarta ditutup.
1952 : Bursa efek di Jakarta diaktifkan kembali.
1956 : Bursa efek semakin tidak aktif.
1956 – 1977 : Perdagangan di bursa efek vakum.
3 Juli 1977 : lahir danareksa syariah oleh PT
Danareksa Investment Management.
10 Agustus 1977 : Bursa efek diresmikan kembali
oleh Presiden Soeharto. Pada tanggal ini pun
diperingati sebagai HUT Pasar Modal.
4 Maret 2003 : Pasar Modal Syari’ah
diresmikan oleh Menteri Keuangan Boediono
didampingi ketua Bapepam Herwidayatmo,
wakil dari MUI, wakil dari DSN pada direksi,
direksi perusahaan efek, pengurus organisasi
pelaku, dan asosiasi profesi di pasar modal.
Lalu bursa efek indonesia bekerja sama dengan
PT Danareksa Investment Management
meluncurkan Jakarta Islamic Index pada
tanggal 3 Juli 2000 yang bertujuan untuk
memandu investor yang ingin menanamkan
dananya secara syariah.
Prinsip-Prinsip Pasar Modal Syari’ah
Pembiayaan atau investasi hanya bisa dilakukan pada aset
atau kegiatan usaha yang halal, spesifik, dan bermanfaat.
Karena uang merupakan alat bantu pertukaran nilai, dimana
pemilik harta akan memperoleh bagi hasil dari kegiatan
usaha tersebut, maka pembiayaan dan investasi harus pada
mata uang yang sama dengan pembukuan kegiatan.
Akad yang terjadi antara pemilik harta dengan emiten harus
jelas.
Baik pemilik harta maupun emiten tidak boleh mengambil
resiko yang melebihi kemampuannya dan dapat
menimbulkan kerugian.
Adanya penekanan pada mekanisme yang wajar dan prinsip
kehati-hatian baik pada investor maupun emiten.
Fungsi Pasar Modal Syari’ah
Menurut MM. Metwally keberadaan pasar modal syari’ah
secara umum berfungsi :
Memungkinkan bagi masyarakat berpartisipasi dalam kegiatan
bisnis dengan memperoleh bagian dari keuntungan dan
risikonya.
Memungkinkan para pemegang saham menjual sahamnya
guna mendapatkan likuiditas.
Memungkinkan perusahaan meningkatkan modal dari luar
untuk membangun dan mengembangkan lini produksinya.
Memisahkan operasi kegiatan bisnis dari fluktuasi jangka
pendek pada harga saham yang merupakan ciri umum pada
pasar modal konvensional.
Memungkinkan investasi pada ekonomi itu ditentukan oleh
kinerja bisnis sebagaimana tercermin pada harga saham.
 Dasar Hukum Pasar Modal Syari’ah
Al- Quran
Artinya : “Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri
melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan)
penyakit gila . Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka
berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal
Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang
telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari
mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum
datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali
(mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka
kekal di dalamnya.” (Q.S. Al- Baqarah : 275).
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan
tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang
beriman.” (Q.S. Al- Baqarah : 278).
Artinya : “Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka
ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu
bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak
menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.” (Q.S. Al- Baqarah : 279).
Artinya : “Hai orang-orang yang ecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku
dengan suka sama-suka di antberiman, janganlah kami saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kara kamu. Dan janganlah kamu
membunuh dirimu ; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang
kepadamu.” (Q.S. An-Nisa’ : 29).
Artinya : “Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka
bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya
kamu beruntung.” (Q.S. Al-Jumu’ah : 10).
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu .
Dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu.
(Yang demikian itu) dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang
mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-hukum menurut
yang dikehendaki-Nya.” (Q.S. Al-Maidah : 1).
Al-Hadis
Dalam sebuah hadits, Nabi Muhammad Saw. Bersabda, “Ketahuilah, siapa
yang memelihara anak yatim, Sedangkan anak yatim itu memiliki harta, maka
hendaklah ia menginvestasikannya (membisniskankannya), janganlah ia
membiarakan harta itu idle, sehingga harga itu terus berkurang lantara zakat”.
 Fatwa dan Peraturan Lainnya
 Berbeda dengan efek lainnya, selain landasan hukum, baik
berupa peraturan maupun Undang-Undang, perlu terdapat
landasan fatwa yang dapat dijadikan sebagai rujukan
ditetapkannya efek syariah dalam pasar modal syariah.
Landasan fatwa diperlukan sebagai dasar untuk menetapkan
prinsip-prinsip syariah yang dapat diterapkan di pasar modal. 
[2]
 Sampai dengan saat ini, pasar modal syariah di Indonesia telah
memiliki landasan fatwa dan landasan hukum sebagai
berikut :
 Terdapat 14 fatwa yang telah dikeluarkan oleh Dewan Syariah
Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) yang
berhubungan dengan pasar modal syariah Indonesia sejak
tahun 2001, yang meliputi antara lain :
 Fatwa No. 20/DSN-MUI/IX/2001 tentang Pedoman
Pelaksanaan Investasi Untuk Reksadana Syariah.
 Fatwa No. 32/DSN-MUI/IX/2002 tentang Obligasi Syariah.
 Fatwa No. 33/DSN-MUI/IX/2002 tentang Obligasi Syariah
Mudharabah.
 Fatwa No. 40/DSN-MUI/X/2003 tentang Pasar Modal dan
Pedoman Umum Penerapan Prinsip Syariah di Bidang Pasar
Modal.
 Fatwa No. 41/DSN-MUI/III/2004 tentang Obligasi Syariah
Ijarah.
 Fatwa No. 59/DSN-MUI/V/2007 tentang Obligasi Syariah
Mudharabah Konversi.
 Fatwa No. 65/DSN-MUI/III/2008 tentang Hak Memesan Efek
Terlebih Dahulu (HMETD) Syariah.
 Fatwa No. 66/DSN-MUI/III/2008 tentang Waran Syariah.
 Fatwa No. 69/DSN-MUI/VI/2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara
(SBSN).
 Fatwa No. 70/DSN-MUI/VI/2008 tentang Metode Penerbitan SBSN.
 Fatwa No. 71/DSN-MUI/VI/2008 tentang Sale and Lease Back.
 Fatwa No. 72/DSN-MUI/VI/2008 tentang SBSN Ijarah Sale and Lease Back.
 Fatwa No. 76/DSN-MUI/VI/2010 tentang SBSN Ijarah Asset To Be Leased.
 Fatwa No. 80/DSN-MUI/III/2011 tentang Penerapan Prinsip Syariah dalam
Mekanisme Perdagangan Efek Bersifat Ekuitas di Pasar Reguler Bursa Efek.

Juga terdapat 3 (tiga) Peraturan Bapepam & LK yang mengatur tentang efek
syariah sejak tahun 2006, yaitu:
 Peraturan Bapepam & LK No IX.A.13 tentang Penerbitan Efek Syariah.
 Peraturan Bapepam & LK No IX.A.14 tentang Akad-akad Yang Digunakan
Dalam Penerbitan Efek Syariah di Pasar Modal.
 Peraturan Bapepam & LK No II.K.1 tentang Kriteria dan Penerbitan Daftar
Efek Syariah.
Perbedaan Pasar Modal & Pasar Modal Syariah

Secara umum kegiatan Pasar Modal Syariah tidak


memiliki perbedaan dengan pasar modal konvensional,
namun terdapat beberapa karakteristik khusus Pasar
Modal Syariah yaitu bahwa produk dan mekanisme
transaksi tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip
syariah.
Pasar modal syariah merupakan kegiatan yang
bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan
efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek
yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang
berkaitan dengan efek yang dijalankan berdasarkan
prinsip syariah.
Sukuk
Terdapat beberapa definisi mengenai obligasi. Obligasi
atau bond, adalah surat utang jangka panjang yang
dikeluarkan oleh peminjam, dengan kewajiban untuk
membayar kepada bond holder (pemegang obligasi)
sejumlah bunga tetap yang telah ditetapkan sebelumnya.
Obligasi syariah adalah suatu surat berharga jangka
panjang berdasarka prinsip syariah yang di keluarkan
oleh emiten untuk membayar pendapatan pada investor
beupa bagi hasil / margin / fee serta membayar kembali
dana investasi pada saat jatuh tempo. ( Ketentuan umum
fatwa dewan syariah nasional nomor 59/dsn-mui/v/2007
tentang obligasi syariah mudharobah konversi)
Sukuk berasal dari bahasa Arab yaitu sak (tunggal)
dan sukuk (jamak) yang memiliki arti mirip dengan sertifikat
atau note. Dalam pemahaman praktisnya, sukuk merupakan bukti
(claim) kepemilikan. Sementara itu, menurut fatwa Majelis Ulama
Indonesia No 32/DSN-MUI/IX/2002 sukuk adalah suatu surat
berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang
dikeluarkan emiten kepada pemegang obligasi syariah.
Sedangkan menurut Accounting and Auditing Organization for
Islamic Financial Institutions (AAOIFI) berpendapat lain mengenai
arti sukuk. Menurut organisasi tersebut, sukuk adalah sebagai
sertifikat dari suatu nilai yang direpresentasikan setelah penutupan
pendaftaran, bukti terima nilai sertifikat, dan menggunakannya
sesuai rencana. Sama halnya dengan bagian dan kepemilikan atas
aset yang jelas, barang, atau jasa, atau modal dari suatu proyek
tertentu atau modal dari suatu aktivitas inventasi tertentu.
Perbedaan Sukuk Dengan Obligasi

Pada prinsipnya sukuk mirip seperti obligasi konvensional dengan


perbedaan pokok antara lain berupa penggunaan konsep imbalan
dan bagi hasil sebagai pengganti bunga, adanya suatu transaksi
pendukung (underlying transaction) berupa sejumlah tertentu asset
yang menjadi dasar penerbitan sukuk dan adanya akad atau
perjanjian antara para pihak yang disusun berdasarkan prinsip-
prinsip syariah. Selain itu, sukuk juga harus distruktur secara
syariah agara instrument keuangan ini aman dan terbebas dari riba,
gharar dan maysir.
Sukuk bukan merupakan utang berbunga tetap, tetapi lebih
merupakan penertaan dana (investasi) yang didasarkan pada prinsip
bagi hasil jika menggunakan akad mudharabah dan musyarakah.
Transaksinya bukan akad hutang piutang melainkan penyertaan.
 Dasar Hukum Sukuk (Obligasi Syariah)
 Al-Qur’an
 Adapun dalil yang berkenaan dengan kebolehan Sukuk
(obligasi syariah) penyusun sarikan dari Himpunan Fatwa
Dewan Syariah Nasional. Berikut dalil-dalilnya:
 Firman Allah SWT, QS. Al-Ma’idah [5]:1:
‫يَاْاَيُّهَااَّلَّ ِذي َْن َءا َمنُ ْوا اَ ْوفُ ْوا ِباْل ُعقُ ْو ِد‬
Artinya : “Hai orang – orang yang beriman, penuhilah akad-
”akad itu
 Firman Allah SWT, QS. Al-Isra’ [17]: 34:

َ ‫َواَ ْوفُ ْوا بِاْل َع ْه ِد اِ َّن ْال َع ْه َد َك‬


ً‫ان َم ْسئُ ْوال‬
Artinya: “......dan penuhilah4 janji; Sesungguhnya janji itu 
                  ”.pasti diminta pertanggungan jawabnya
 Firman Q.S. al-Baqarah [2]: 275 :
 Artinya : “orang-orang yang Makan (mengambil) riba tidak
dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang
kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan
mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata
(berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba,
Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba. orang-orang yang telah sampai
kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari
mengambil riba), Maka baginya apa yang telah diambilnya
dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah)
kepada Allah. orang yang kembali (mengambil riba), Maka
orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di
dalamnya.
 Hadits
 Hadis Nabi SAW yang digunakan sebagai dalil dasar sukuk ini
ialah hadits yang diriwayatkan oleh ‘Amar bin ‘Auf,
‫ الص ّْلح جائز بين ْالمسلمين اال‬: ‫ عن عمرو بن عوف المزاني قال رسول هللا ص م‬
‫والمسلمون علَى شروط ِهم إال شرطا حرّم حالال‬ ْ ‫صلحا حرّم حالال أَو أَح ّل حراما‬
ْ
)‫(رواه امام الترمذى‬ ‫أو أحلّ حراما‬
 Artinya : “Perjanjian boleh dilakukan di antara kaum
muslimin kecuali perjanjian yang mengharamkan yang halal
atau menghalalkan yang haram; dan kaum muslimin terikat
dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat yang
mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram.”
Qaidah Fikih:
Terdapat tiga kaidah yang digunakan, yaitu :
Pada dasarnya semua bentuk muamalah boleh
dilakukan kecuali ada dalil yang
mengharamkannya.”;
“Kesulitan dapat menarik kemudahan”;
 ‫األصل فى العادات العفو فال يحظر منه اال ما حرم هللا‬
“Sesuatu yang berlaku berdasarkan adat/
kebiasaan sama dengan sesuatu yang berlaku
berdasarkan syara (selama tidak bertentangan
dengan syariah).
 Pendapat Ulama’
 Dengan mempertimbangkan beberapa dalil diatas, akhirnya
dikeluarkanlah Fatwa dewan syari`ah Nasional No. 32/DSN-
MUI/IX/2002, tentang Sukuk (Obligasi syari`ah) adalah surat
berharga berjangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang
dikelurkan emitten kepada pemegang obligasi syariah,
tersebut berupa bagi hasil/margin/fee, serta membayar
kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo.”
Karakteristik dan istilah sukuk merupakan
pengganti dari istilah sebelumnya yang
memggunakan istilah bond, dimana istilah bond
mempunyai makna loan (hutang), dengan
menambahkan Islamic maka kontradiktif maknanya
karena biasanya yang mendasari mekanisme hutang
(loan) adalah interest, sedangkan dalan Islam
interest tersebut termasuk riba yang diharamkan.
Untuk itu sejak tahun 2007 istilah bond ditukar
dengan istilah Sukuk sebagaimana disebutkan
dalam peraturanm di Bapepam LK
Reksadana
 Istilah reksadana berasal dari kata ‘reksa’ yang berarti jaga atau pelihara
dan kata dana berarti (kumpulan) uang sehingga dapat diartikan reksadana
sebagai “kumpulan uang yang di pelihara (bersama untuk suatu
kepentingan)”
 Secara umum, reksadana diartikan sebagai wadah yang dipergunakan untuk
menghimpun dana dari masyarakat muestor untuk selanjutnya
diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi.
Yang dimaksud dengan portofolio efek
adalah kumpulan (kombinasi) sekuritas atau
surat berharga, atau efek, atau instrumen
yang dikelola. Di indonesia sekuritas,
sekuritas yang diperkenanakan untuk dibeli
adalah yang mendapat pengesahan Bapepam
(badan pengawas pasar modal) kegiatan
reksadana tersebut dapat ditempatkan pada
berbagai instrumen efek, baik pasar uang,
pasar modal, ataupun gabungan keduannya.
Reksadana Syariah
Reksadana Syari’ah (Islamic Investment Fund) Reksadana
Syariah pada dasarnya adalah Islamisasi reksadana konvensional.
Reksadana Syariah adalah wadah yang dipergunakan untuk
menghimpun dana dari masyarakat pemodal sebagai pemilik
dana (shabul mal) untuk selanjutnya diinvestasikan dalam
Portofolio Efek oleh Manajer Investasi sebagai wakil shahibul
mal menurut ketentuan dan prinsip syariah Islam. Sebenarnya
panduan bagi masyarkat muslim untuk berinvestasi pada produk
ini sudah diberikan melalui fatwa DSN-MUI No.20 tahun 2000
tentang Pedoman Pelaksanaan Investasi Untuk Reksa Dana
Syariah. Sayangnya produk investasi syariah yang lebih
menguntungkan dari produk tabungan atau deposito perbankan
syariah ini kurang tersosialisasi.

Anda mungkin juga menyukai