Anda di halaman 1dari 7

UJIAN TENGAH SEMESTER

KEBIJAKAN PUBLIK

Dosen:

Drs. H. Ahmad Syamsir, M.Si

27.Sanita Larassati-1158010282-V-G

JURUSAN ADMINISTRASI PUBLIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI

BANDUNG

2017
A. Definisi Kebijakan Publik

Secara konseptual kebijakan publik dapat dilihat dari Kamus Administrasi Publik
Chandler dan Plano (1988:107), mengatakan bahwa kebijakan publik adalah
pemamfaatan yang strategis terhadap sumber-sumber daya yang ada untuk memecahkan
masalah publik atau pemerintah. Bahkan Chandler dan Plano beranggapan bahwa
kebijakan publik merupakan suatu bentuk investasi yang kontinu oleh pemerintah demi
kepentingan orang-orang yang tidak berdaya dalam masyarakat agar mereka dapat hidup
dan ikut berpastisipasi dalam pemerintahan.

Wiliiam N. Dunn (1994), mengatakan bahwa kebijakan publik adalah suatu


rangkaian pilihan-pilihan yang saling berhubungan yang dibuat oleh lembaga atau
pejabat pemerintah pada bidang-bidang yang menyangkut tugas pemerintahan, seperti
pertahanan keamanan, energi, kesehatan, pendidikan, kesejahteraan masyarakat,
kriminalitas, perkotaan dan lain-lain.

Thomas R. Dye (1981), mengatakan bahwa kebijakan publik adalah “apapun yang
di pilih pemerintah untuk di lakukan atau tidak dilakukan”. Dye mengatakan bahwa bila
pemerintah memilih untuk melakukan sesuatu maka harus ada tujuannya (objektifnya)
dan kebijakan publik itu meliputi semua tindakan pemerintah, jadi bukan semata-mata
merupakan pernyataan keinginan pemerintah atau pejabat pemerintah saja.

Sfhritz & Russel (1997:47), mendefinisikan kebijakan publik dengan sederhana dan
menyebut “is whatever government dicides to do or no to do”. Chandler dan Plano
mengatakan bahwa apa yang dilakukan ini merupakan proses terhadap suatu isu politik.

Chaizi Nasucha (2004:37), mengatakan bahwa kebijakan publik adalah


kewenangan pemerintah dalam pembuatan suatu kebijakan yang digunakan ke dalam
perangkat peraturan hukum. Kebijakan tersebut bertujuan untuk menyerap dinamika
sosial dalam masyarakat, yang akan dijadikan acuan perumusan kebijakan agar tercipta
hubungan sosial yang harmonis.

Definisi kebijakan publik di atas dapat dikatakan bahwa: (1) Kebijakan publik dibuat
oleh pemerintah yang berupa tindakan-tindakan pemerintah, (2) Kebijakan publik harus
berorientasi kepada kepentingan publik, dan (3) Kebijakan publik adalah tindakan
pemilihan alternatif untuk dilaksanakan atau tidak dilaksanakan oleh pemerintah demi
kepentingan publik.
B. Konsep Kebijakan Publik

Tujuan pokok melakukan analisis kebijakan publik (public policy analysis) adalah
untuk meramu secara sistematik beragam gagasan yang berasal dari berbagai macam
disiplin misalnya sosiologi, politik, ekonomi, administrasi publik, psikologi sosial dan
antropologi. Kemudian digunakan untuk menginterprestasikan sebab-sebab dan akibat-
akibat dari tindakan pemerintah. Namun, apa yang dimaksudkan dengan istilah kebijakan
(policy) itu sendiri sejauh ini sebenarnya masih terjadi silang pendapat dan merupakan
ajang perdebatan diantara para ahli. Sebagai bukti, berikut akan diketengahkan beberapa
pendapat para ahli mengenai kebijakan tersebut.

H. Heclo (1972:84) mengatakan bahwa “policy is not....self evident term” (kebijakan


bukanlah sebuah istilah yang jelas dengan sendirinya), karena itu Heclo menyarankan,
dan sekaligus menunjukan, bahwa “kebijakan itu lebih baik jika dipandang sebagai
tindakan yang sengaja dilakukan atau ketidakmauan untuk bertindak secara sengaja
daripada di pandang sebagai keputusan-keputusan atau tindakan-tindakan tertentu.

Dalam alur pemikiran yang hampir sama David Easton menyatakan bahwa “a
policy....consists of a web of decisions and action that allocate....values” (1953:130)
(kebijakan terdiri dari serangkaian keputusan dan tindakan untuk mengalokasikan nilai-
nilai).

Pendapat lain dikemukakan oleh WI. Jenkins, yang memandang kebijakan sebagai
“a set of interrelated decision....concerning the section of goal and the means of
achieving them within a spesified situation” (Jenkins, 1978:15) (serangkaian keputusan-
keputusan yang saling terkait berkenaan dengan pemilihan tujuan-tujuan dan cara-cara
untuk mencapainya dalam situasi tertentu).

Dengan caranya sendiri J.K Friend mengatakan bahwa, “policy is essentially a


stance which, once articulated, contibutes to the context within which a succession of
future desicion will be made” (1974:40) (Kebijakan pada hakekatnya adalah suatu
bentuk penyikapan tertentu yang, sekali dinyatakan, akan mempengaruhi keberhasilan
keputusan-keputusan yang akan dibuat).

Cunningham (1963:229), Kebijakan itu agak mirip dengan seekor gajah, anda
hanya bisa menyadari kehadirannya kalau anda melihatnya, sekalipu anda tidak mudah
mendefinisikannya.
C. Jenis-Jenis Kebijakan Publik

Jenis-jenis kebijakan publik dapat ditelusuri melalui Undang-Undang Nomor 10


Tahun 2004 tentang pembentukan Peraturan Perundang-undangan Pasal 7 menjelaskan
jenis dan hirarki Peraturan Perundang-undangan sebagai berikut: (1) Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, (2) Undang-Undang/Peraturan,
Pemerintah Pengganti Undang-Undang, (3) Peraturan Pemerintah, (4) Peraturan
Presiden, (5) Peraturan Daerah.

Oleh karena itu, peraturan mempunyai hirarki mulai dari tingkat kelurahan/desa
sampai tingkat negara. Namun demikian menurut Nugroho (2006:31), kebijakan publik
dibaji menjadi tiga kelompok, yaitu: (1) Kebijakan yang bersifat makro, yaitu kebijakan
atau peraturan yang bersifat umum seperti yang telah di sebut di atas. (2) Kebijakan yang
bersifat meso, yaitu kebijakan yang bersifat menengah atau memperjelas pelaksanaan,
seperti kebijakan Menteri, Peraturan Gubernur, Bupati dan Peraturan Walikota. (3)
Kebijakan yang bersifat mikro, yaitu kebijakan yang bersifat mengatur pelaksanaan atau
implementasi dari kebijakan diatasnya, seperti kebijakan yang dikeluarkan oleh aparat
publik dibawah Menteri, Gubernur, Bupati dan Walikota.

Sedangkan menurut Anderson dalam Subarsono (2005:19), mengatakan bahwa


jenis-jenis kebijakan terbagi yaitu: (1) Kebijakan subtantif vs Kebijakan prosedural.
Kebijakan subtantif adalah kebijakan yang menyangkut apa yang dilakukan pemerintah,
seperti kebijakan subsidi BBM. Sedangkan Kebijakan prosedural adalah bagaimana
kebijakan subtantif tersebut dapat dilaksanakan. (2) Kebijakan distributif vs Kebijakan
regulatori vs Kebijakan re-distributif. Kebijakan distributif menyangkut distribusi
pelayanan atau kemamfaatan pada masyarakat atau individu. Kebijakan regulatoriadalah
kebijakan yang berupa pembatasan atau pelarangan terhadap perilaku individu atau
sekelompok orang. Kebijakan re-distributif adalah kebijakan yang mengatur alokasi
kekayaan pendapatan, pemilikan atau hak-hak diantara berbagai kelompok dalam
masyarakat. (3) Kebijakan material vs Kebijakan simbolis. Kebijakan material adalah
kebijakan yang memberikan keuntungan sumber daya konkrit pada kelompok sasaran.
Sedangkan kebijakan simbolis adalah kebijakan yang memberikan mamfaat simbolis
pada kelompok sasaran. (4) Kebijakan yang berhubungan dengan barang umum dan
barang privat. Kebijakan barang umum adalah kebijakan yang bertujuan untuk mengatur
pemberian barang atau pelayanan publik. Sedangkan kebijakan privat adalah kebijakan
yang mengatur penyediaan barang atau pelayanan untuk pasar bebas.

D. Proses Kebijakan Publik

Robert Presthus (1975) mengatakan bahwa kebijakan, dalam pengertiannya yang


paling fundamental, adalah satu pilihan yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok,
dengan maksud agar pilihan ini dapat menjelaskan, membenarkan, memedomani, atau
merangkakan seperangkat tindakan baik yang nyata maupun tidak. Pada umumnya,
kebijakan merupakan satu kerangka, yang darinya keputusan tertentu dibuat. Dalam
beberapa hal kebijakan merupakan kumpulan dari keputusan yang lebih kecil. Ia
merupakan akumulasi hasil dan kegiatan yang bersifat inkremental.

Mengenai tahap-tahap yang ada dalam proses kebijakan publik beberapa ahli
mengemukakan pendapat yang berbeda-beda. Anderson mengemukakan lima tahap,
yang terdiri atas formasi masalah, formulasi, adopsi, implementasi, dan evaluasi.
Sedangkan Jones mengajukan tahap-tahap; persepsi, definis, agresi (penggerakan),
organisasi, representasi (perwakilan), formulasi, legitimasi, apropisiasi (ketepatan,
implementasi, evaluasi), dan terminasi (penyelesaian).

Dalam kalangan dunia niaga, Thomas J. McNichols misalnya menunjukkan bahwa


tahapan kebijakan itu terdiri atas lima fase yaitu formulasi, implementasi, organisasi,
interpretasi, dan refomulasi. Berbagai macam langkah dalam proses kebijakan amat
dipengaruhi oleh pendekatan yang dipergunakan dalam analisis kebijakan publik.

Proses dalam rangka memecahkan suatu masalah-masalah publik menurut Dunn


(1994), antara lain (1) Penetapan agenda kebijakan, (2) Adopsi kebijakan, (3)
Implementasi kebijakan, (4) Evaluasi Kebijakan. James Anderson (1979:23-24),
sebagai pakar kebijakan publik menetapkan proses kebijakan publik sebagai berikut: (1)
Formulasi masalah, (2) Formulasi kebijakan, (3) Penentuan kebijakan, (4) Implementasi
kebijakan, (5) Evaluasi kebijakan. Sedangkan AG. Subarsono (2004:8), mengatakan
bahwa proses kebijakan publik adlah serangkaian intelekpolitis tersebut mulai dari (1)
penyusunan agenda, (2) Formulasi kebijakan, (3) Adopsi kebijakan, (4) Implementasi
kebijakan, dan (5) Evaluasi kebijakan.

Komponen proses kebijakan dijelaskan secara rinci oleh Dunn (1994:48) sebagai
suatu proses perubahan yang dinamis dan melibatkan transformasi informasi kebijakan.
E. Implementasi Kebijakan

Implementasi kebijakan merupakan suatu hal yang krusial dalam studi kebijakan
publik. Menurut Edward III (1980:1) bahwa implementasi kebijakan adalah “Is the
stage of policy making between the establishment of a policy”. Pentingnya implementasi
kebijakan dalam proses kebijakan ditegaskan oleh Udoji (1981:32) “The execution of
policies is importany if not more important than policy making.” Dalam kaitannya
dengan pengelolaan kepentingan publik menurut pandangan Shafritz dan Russel
(2005:55) mengemukakan bahwa “Implementation is the process of putting a
government program into effects; it is the total process of translating a legal mandate,
whether an executive order or an enacted statute into appropriate program directives
and structures that provide services or creative goods.”

Implementasi kebijakan selalu menarik untuk dikaji, baik oleh pihak yang terlibat
dalam proses perumusan dan pelaksanaan kebijakan maupun pihak-pihak yang berada di
luar lingkungan kebijakan. Perhatian yang meningkat terhadap pelaksanaan kebijakan
pemerintah berhubungan erat dengan tumbuhnya kesadaran bahwa kebijakan pemerintah
di banyak bidang kurang atau bahkan tidak efektif, khususnya disebabkan oleh masalah-
masalah yang timbul pada pelaksanaannya. Sebagai alat administrasi hukum fokus
perhatian dalam implementasi kebijakan adalah memahami apa yang senyatanya terjadi
sesudah suatu program dinyatakan berlaku agar memberikan dampak dan mencapai
tujuan yang di inginkan.

Implementasi kebijakan sebagai pelaksanaan kebijakan dasar (undang-undang) atau


dapat pula berbentuk perintah-perintah atau keputusan eksekutif yang penting keputusan
badan peradilan. Dalam keputusan tersebut teridentifikasi masalah yang ingin di atasi,
tujuan dan sasaran yang ingin dicapai dan berbagai cara untuk menstrukturkan/mengatur
proses implementasi. Proses ini berlangsung setelah melalui tahap tertentu, biasanya
diawali perumusan kebijakan, output kebijakan, penetapan dan pengesahan kebijakan,
kemudian pelaksanaan kebijakan oleh badan (instansi) pelaksana. Kesediaan
dilaksanakannya keputusan-keputusan tersebut oleh kelompok-kelompok sasaran,
dampak nyata-baik yang dikehendaki atau tidak dari output tersebut, dampak keputusan
sebagaimana di persepsikan oleh badan-badan yang mengambil keputusan dan akhirnya
perbaikan-perbaikan penting (atau upaya untuk melakukan perbaikan-perbaikan terhadap
kebijakan atau undang-undang/peraturan yang bersangkutan.
DAFTAR PUSTAKA

Indiahono, Dwiyanto. 2009. Perbandingan Administrasi Publik. Yogyakarta:


Penerbit Gaya Media.

Nasucha, Chaizi. 2004. Reformasi Administrasi Publik. Jakarta: PT. Grasindo


Anggota Ikapi.

Pasolong, Harbani. 2016. Teori Admnistrasi Publik. Bandung: ALFABETA, cv.

Santosa, Panji. 2012. Administrasi Publik. Bandung: PT. Refika Aditama.

Suharto, Edi. 2015. Analisis Kebijakan Publik. Bandung: ALFABETA, cv.

Anda mungkin juga menyukai