KEBIJAKAN PUBLIK
Dosen:
27.Sanita Larassati-1158010282-V-G
BANDUNG
2017
A. Definisi Kebijakan Publik
Secara konseptual kebijakan publik dapat dilihat dari Kamus Administrasi Publik
Chandler dan Plano (1988:107), mengatakan bahwa kebijakan publik adalah
pemamfaatan yang strategis terhadap sumber-sumber daya yang ada untuk memecahkan
masalah publik atau pemerintah. Bahkan Chandler dan Plano beranggapan bahwa
kebijakan publik merupakan suatu bentuk investasi yang kontinu oleh pemerintah demi
kepentingan orang-orang yang tidak berdaya dalam masyarakat agar mereka dapat hidup
dan ikut berpastisipasi dalam pemerintahan.
Thomas R. Dye (1981), mengatakan bahwa kebijakan publik adalah “apapun yang
di pilih pemerintah untuk di lakukan atau tidak dilakukan”. Dye mengatakan bahwa bila
pemerintah memilih untuk melakukan sesuatu maka harus ada tujuannya (objektifnya)
dan kebijakan publik itu meliputi semua tindakan pemerintah, jadi bukan semata-mata
merupakan pernyataan keinginan pemerintah atau pejabat pemerintah saja.
Sfhritz & Russel (1997:47), mendefinisikan kebijakan publik dengan sederhana dan
menyebut “is whatever government dicides to do or no to do”. Chandler dan Plano
mengatakan bahwa apa yang dilakukan ini merupakan proses terhadap suatu isu politik.
Definisi kebijakan publik di atas dapat dikatakan bahwa: (1) Kebijakan publik dibuat
oleh pemerintah yang berupa tindakan-tindakan pemerintah, (2) Kebijakan publik harus
berorientasi kepada kepentingan publik, dan (3) Kebijakan publik adalah tindakan
pemilihan alternatif untuk dilaksanakan atau tidak dilaksanakan oleh pemerintah demi
kepentingan publik.
B. Konsep Kebijakan Publik
Tujuan pokok melakukan analisis kebijakan publik (public policy analysis) adalah
untuk meramu secara sistematik beragam gagasan yang berasal dari berbagai macam
disiplin misalnya sosiologi, politik, ekonomi, administrasi publik, psikologi sosial dan
antropologi. Kemudian digunakan untuk menginterprestasikan sebab-sebab dan akibat-
akibat dari tindakan pemerintah. Namun, apa yang dimaksudkan dengan istilah kebijakan
(policy) itu sendiri sejauh ini sebenarnya masih terjadi silang pendapat dan merupakan
ajang perdebatan diantara para ahli. Sebagai bukti, berikut akan diketengahkan beberapa
pendapat para ahli mengenai kebijakan tersebut.
Dalam alur pemikiran yang hampir sama David Easton menyatakan bahwa “a
policy....consists of a web of decisions and action that allocate....values” (1953:130)
(kebijakan terdiri dari serangkaian keputusan dan tindakan untuk mengalokasikan nilai-
nilai).
Pendapat lain dikemukakan oleh WI. Jenkins, yang memandang kebijakan sebagai
“a set of interrelated decision....concerning the section of goal and the means of
achieving them within a spesified situation” (Jenkins, 1978:15) (serangkaian keputusan-
keputusan yang saling terkait berkenaan dengan pemilihan tujuan-tujuan dan cara-cara
untuk mencapainya dalam situasi tertentu).
Cunningham (1963:229), Kebijakan itu agak mirip dengan seekor gajah, anda
hanya bisa menyadari kehadirannya kalau anda melihatnya, sekalipu anda tidak mudah
mendefinisikannya.
C. Jenis-Jenis Kebijakan Publik
Oleh karena itu, peraturan mempunyai hirarki mulai dari tingkat kelurahan/desa
sampai tingkat negara. Namun demikian menurut Nugroho (2006:31), kebijakan publik
dibaji menjadi tiga kelompok, yaitu: (1) Kebijakan yang bersifat makro, yaitu kebijakan
atau peraturan yang bersifat umum seperti yang telah di sebut di atas. (2) Kebijakan yang
bersifat meso, yaitu kebijakan yang bersifat menengah atau memperjelas pelaksanaan,
seperti kebijakan Menteri, Peraturan Gubernur, Bupati dan Peraturan Walikota. (3)
Kebijakan yang bersifat mikro, yaitu kebijakan yang bersifat mengatur pelaksanaan atau
implementasi dari kebijakan diatasnya, seperti kebijakan yang dikeluarkan oleh aparat
publik dibawah Menteri, Gubernur, Bupati dan Walikota.
Mengenai tahap-tahap yang ada dalam proses kebijakan publik beberapa ahli
mengemukakan pendapat yang berbeda-beda. Anderson mengemukakan lima tahap,
yang terdiri atas formasi masalah, formulasi, adopsi, implementasi, dan evaluasi.
Sedangkan Jones mengajukan tahap-tahap; persepsi, definis, agresi (penggerakan),
organisasi, representasi (perwakilan), formulasi, legitimasi, apropisiasi (ketepatan,
implementasi, evaluasi), dan terminasi (penyelesaian).
Komponen proses kebijakan dijelaskan secara rinci oleh Dunn (1994:48) sebagai
suatu proses perubahan yang dinamis dan melibatkan transformasi informasi kebijakan.
E. Implementasi Kebijakan
Implementasi kebijakan merupakan suatu hal yang krusial dalam studi kebijakan
publik. Menurut Edward III (1980:1) bahwa implementasi kebijakan adalah “Is the
stage of policy making between the establishment of a policy”. Pentingnya implementasi
kebijakan dalam proses kebijakan ditegaskan oleh Udoji (1981:32) “The execution of
policies is importany if not more important than policy making.” Dalam kaitannya
dengan pengelolaan kepentingan publik menurut pandangan Shafritz dan Russel
(2005:55) mengemukakan bahwa “Implementation is the process of putting a
government program into effects; it is the total process of translating a legal mandate,
whether an executive order or an enacted statute into appropriate program directives
and structures that provide services or creative goods.”
Implementasi kebijakan selalu menarik untuk dikaji, baik oleh pihak yang terlibat
dalam proses perumusan dan pelaksanaan kebijakan maupun pihak-pihak yang berada di
luar lingkungan kebijakan. Perhatian yang meningkat terhadap pelaksanaan kebijakan
pemerintah berhubungan erat dengan tumbuhnya kesadaran bahwa kebijakan pemerintah
di banyak bidang kurang atau bahkan tidak efektif, khususnya disebabkan oleh masalah-
masalah yang timbul pada pelaksanaannya. Sebagai alat administrasi hukum fokus
perhatian dalam implementasi kebijakan adalah memahami apa yang senyatanya terjadi
sesudah suatu program dinyatakan berlaku agar memberikan dampak dan mencapai
tujuan yang di inginkan.