Anda di halaman 1dari 11

Materi Pert 2

Definissi Kebijakan Publik dan Kebijakan Kesehatan


Secara umum kebijakan atau disebut policy dipergunakan untuk menunjukkan perilaku
seseorang aktor misalnya seorang pejabat, suatu kelompok, maupun lembaga tertentu untuk
memecahkan masalah yang sedang dihadapi. Suatu kebijakan tidak bisa hanya dilihat dari
persepsi di atas saja, yaitu untuk memecahkan masalah. Akan tetapi, secara lebih luas setiap
hal-hal berupa keputusan-keputusan itu juga merupakan arti dari kebijakan.
Lebih dari itu, dapat dijelaskan bahwa kebijakan sebagai sesuatu yang dikerjakan atau
dilaksanakan oleh setiap lembaga atau organisasi termasuk peraturan-peraturan yang berlaku
dalam bernegara dan untuk menjalankan konstitusi. Di level mikro pun misalnya masyarakat
atau pemerintahan desa, dalam menjalankan pemerintahan berdasarkan kebijakan yang
ditetapkan baik pemerintah di atasnya maupun suatu kebijakan yang dibuat oleh level
pemerintahan yang bersangkutan Dalam menyamakan persepsi untuk memahami sebuah arti
dari kebijakan pada dasarnya terdapat banyak penjelasan dengan batasanbatasan atau
pengertian mengenai kebijakan tersebut.

1. Kebijakan Publik
Batasan tentang kebijakan publik diberikan oleh Thomas R. Dye dalam Ayuningtyas
(2014:8) yang mengatakan bahwa “kebijakan publlik adalah apa pun yang dipilih oleh
pemerintah untuk dilakukan atau tidak dilakukan (whatever governments choose to do or not
to do)”. Seorang ahli Jerman lainnya, Crinson dalam Ayuningtyas (2014: 8) menyatakan
kebijakan merupakan sebuah konsep, bukan fenomena spesifik maupun konkret, sehingga
pendefinisiannya akan menghadapi banyak kendala atau dengan kata lain tidak mudah.
Selanjutnya Crinson juga membenarkan bahwa kebijakan akan jauh lebih bermanfaat apabila
dilihat sebagai petunjuk untuk bertindak atau serangkaian keputusan atau keputusan yang
saling berhubungan satu sama lain
Sementara itu, Anderson dalam Agustino (2017: 17) mendefinisikan kebijakan publik
sebagai serangkaian kegiatan yang mempunyai tujuan tertentu yang diikuti dan dilaksanakan
oleh seorang atau sekelompok aktor yang berhubungan dengan permasalahan atau sesuatu hal
yang diperhatikan.

2. Kebijakan Kesehatan
Kebijakan kesehatan merupakan kebijakan publik. Definisi kebijakan kesehatan
bervariasi. Kebijakan kesehatan didefinisikan sebagai suatu cara atau tindakan yang
berpengaruh terhadap perangkat institusi, organisasi, pelayanan kesehatan dan pengaturan
keuangan dari sistem kesehatan (Walt, 1994). Kebijakan kesehatan merupakan bagian dari
sistem kesehatan (Bornemisza & Sondorp, 2002).
Secara umum dapat disebutkan bahwa kebijakan kesehatan itu adalah sesuatu yang
berhubungan dengan kesehatan; berupa aturan, program-program atau semua yang
berhubungan dengan kesehatan. Kebijakan kesehatan sifatnya mengatur dan mengikat
bagaimana semua yang berupa aturan atau program tersebut dilaksanakan oleh aktor atau
mereka yang bergerak dalam bidang kesehatan termasuk di dalamnya tenaga medis.
Kebijakan publik bersifat multidisipliner termasuk dalam bidang kesehatan sehingga
kebijakan kesehatan merupakan bagian dari kebijakan publik. Dari penjelasan tersebut maka
diuraikanlah tentang pengertian kebijakan kesehatan yaitu konsep dan garis besar rencana
suatu pemerintah untuk mengatur atau mengawasi pelaksanaan pembangunan kesehatan
dalam rangka mencapai derajat kesehatan yang optimal pada seluruh rakyatnya.
Kebijakan kesehatan merupakan pedoman yang menjadi acuan bagi semua pelaku
pembangunan kesehatan, baik pemerintah, swasta, dan masyarakat dalam penyelenggaraan
pembangunan kesehatan dengan memperhatikan kerangka desentralisasi dan otonomi daerah
(Depkes RI, 2009).

Tujuan dari kebijakan kesehatan adalah untuk menyediakan pola pencegahan, pelayanan
yang terfokus pada pemeliharaan kesehatan, pengobatan penyakit dan perlindungan terhadap
kaum rentan (Gormley, 1999). Kebijakan kesehatan juga peduli terhadap dampak dari
lingkungan dan sosial ekonomi terhadap kesehatan (Poter, Ogden and Pronyk, 1999).
Kebijakan kesehatan merupakan aplikasi dari kebijakan publik ketika pedoman yang
ditetapkan bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Kebijakan kesehatan
nasional ditujukan untuk meningkatkan status kesehatan penduduk suatu negara,
(Ayuningtas, 2014).
Kebijakan kesehatan dapat bertujuan banyak terhadap masyarakat. Untuk kebanyakan orang
kebijakan kesehatan itu hanya peduli kepada konten saja. Contohnya, pembiayaan kesehatan
dari pemerintah dan swasta atau kebijakan dalam hal pemantapan pelayanan kesehatan ibu
dan anak (Walt, 1994).
Kebijakan kesehatan berpihak pada hal-hal yang dianggap penting dalam suatu institusi dan
masyarakat, bertujuan jangka panjang untuk mencapai sasaran, menyediakan rekomendasi
yang praktis untuk keputusan-keputusan penting (WHO, 2000).
Kebijakan kesehatan dapat bermanifestasi dalam berbagai hal dan tidak selalu dalam bentuk
dokumendokumen (Ritsatakis, 1987). Kebijakan kesehatan diexpresikan dalam bentuk suatu
konstitusi, undangundang dan peraturan-peraturan termasuk juga platform dari partai-partai
politik atau kertas-kertas kebijakan (Ritsatakis, 2000).
Kebijakan kesehatan tidak saja terdiri dari dokumen-dokumen strategi dalam suatu negara,
tetapi juga bagaimana kebijakan itu diimplementasi oleh pengambil keputusan dan pemegang
program kesehatan, dan bagaimana melakukannya secara praktis pada masing-masing
tingkatan pemerintahan.

Hubungan Komponen dalam Sistem Kebijakan


menurut Dunn dalam Ayuningtyas (2014: 15)

Segitiga sistem kebijakan menjelaskan adanya aktor kebijakan yang mempengaruhi dan
dipengaruhi oleh kebijakan publik. Kesemuanya juga tidak luput dari pengaruh lingkungan
kebijakan. Ketiga komponen tersebut selanjutnya dikenal sebagai sistem kebijakan, yaitu
tatanan kelembagaan yang berperan dalam penyelenggaraan kebijakan publik yang
mengakomodasi aspek teknis, sosiopolitik maupun interaksi antara unsur kebijakan.
Penjelasan lebih lanjut tentang sistem dan komponen kebijakan publik dikemukakan pula
oleh William Dunn dalam Ayuningtyas (2014:16) sebagai berikut.
a. Isi kebijakan (policy content)
Terdiri dari sejumlah daftar pilihan keputusan tentang urusan publik (termasuk keputusan
untuk tidak melakukan tindakan apa-apa) yang dibuat oleh lembaga dan pejabat pemerintah.
Isi sebuah kebijakan merespons berbagai masalah publik (public issues) yang mencakup
berbagai bidang kehidupan mulai dari pertahanan, keamanan, energi, kesehatan, pendidikan,
kesejahteraan, dan lain-lain.
b. Aktor atau pemangku kepentingan kebijakan (policy stakeholder)
Pemangku kepentingan kebijakan atau aktor kebijakan adalah individu atau kelompok yang
berkaitan langsung dengan sebuah kebijakan yang dapat memengaruhi atau dipengaruhi oleh
keputusan atau kebijakan tersebut. Aktor kebijakan tersebut bisa terdiri dari sekelompok
warga, organisasi buruh, pedagang kaki lima, komunitas wartawan, partai politik, lembaga
pemerintahan, dan semacamnya.
c. Lingkungan kebijakan (policy environment)
Lingkungan kebijakan merupakan latar khusus di mana sebuah kebijakan terjadi, yang
berpengaruh dan dipengaruhi oleh aktor kebijakan serta kebijakan publik itu sendiri.

Mengapa kebijakan kesehatan itu sangat penting?


Hal itu disebabkan antara lain sektor kesehatan merupakan bagian dari ekonomi. Jelasnya
sektor kesehatan ibarat suatu sponge yang mengabsorpsi banyak anggaran belanja negara
untuk membayar sumber daya kesehatan. Ada yang mengatakan bahwa kebijakan kesehatan
merupakan driver dari ekonomi, itu disebabkan karena adanya inovasi dan investasi dalam
bidang teknologi kesehatan, baik itu bio-medical maupun produksi, termasuk usaha dagang
yang ada pada bidang farmasi. Namun yang lebih penting lagi adalah keputusan kebijakan
kesehatan melibatkan persoalan hidup dan mati manusia (Buse, Mays & Walt, 2005).
Kebijakan kesehatan itu adalah tujuan dan sasaran, sebagai instrumen, proses dan gaya dari
suatu keputusan oleh pengambil keputusan, termasuk implementasi serta penilaian (Lee, Buse
& Fustukian, 2002). Kebijakan kesehatan adalah bagian dari institusi, kekuatan dari aspek
politik yang memengaruhi masyarakat pada tingkat lokal, nasional dan dunia (Leppo, 1997).

Pengertian Analisis Kebijakan Kesehatan


Suatu analisis kebijakan kesehatan, terdiri dari tiga kata yang mengandung arti atau
dimensi yang luas, yaitu analisis, kebijakan, dan kesehatan. Analisis adalah penyelidikan
terhadap suatu peristiwa (seperti karangan, perbuatan, kejadian atau peristiwa) untuk
mengetahui keadaan yang sebenarnya, sebab musabab atau duduk perkaranya (Balai Pustaka,
1991).
Kebijakan merupakan suatu rangkaian alternatif yang siap dipilih berdasarkan prinsip-
prinsip tertentu. Kebijakan merupakan suatu hasil analisis yang mendalam terhadap berbagai
alternatif yang bermuara kepada keputusan tentang alternatif terbaik. Kebijakan adalah
rangkaian dan asas yang menjadi garis besar dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu
pekerjaan kepemimpinan, dan cara bertindak (tentang organisasi, atau pemerintah);
pernyataan cita-cita, tujuan, prinsip, atau maksud sebagai garis pedoman untuk manajemen
dalam usaha mencapai sasaran tertentu. Contoh: Kebijakan Kebudayaan, adalah rangkaian
konsep dan asas yang menjadi garis besar rencana atau aktivitas suatu negara untuk
mengembangkan kebudayaan bangsanya. Kebijakan Kependudukan, adalah konsep dan garis
besar rencana suatu pemerintah untuk mengatur atau mengawasi pertumbuhan penduduk dan
dinamika penduduk dalam negaranya (Balai Pustaka, 1991).
Menurut UU RI No. 23 Tahun 1991, tentang Kesehatan. Kesehatan adalah keadaan
sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif
secara sosial dan ekonomi (RI, 1992). Pengertian ini cenderung tidak berbeda dengan yang
dikembangkan oleh WHO, yaitu: Kesehatan adalah suatu keadaan yang sempurna yang
mencakup fisik, mental, kesejahteraan dan bukan hanya terbebasnya dari penyakit atau
kecacatan.
Menurut UU No. 36 Tahun 2009 Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik,
mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif
secara sosial dan ekonomis. Jadi, konsep dari analisis kebijakan kesehatan adalah “what the
goverment do or not to do”, artinya segala keputusan yang pemerintah lakukan atau tidak
dilakukan dalam bidang kesehatan berdasarkan atas kemanfaatan masyarakat di bidang
kesehatan. Suatu hal yang sangat penting bagaimana kebijakan kesehatan ini hasilnya sesuai
dengan tuntutan Undang-Undang Kesehatan yang disebutkan di atas. Karena undang-undang
memberikan harapan dan garis besar yang sesungguhnya apa yang ingin dicapai dari amanat
konstitusi melalui kebijakan kesehatan.

Tahap dan Proses Kebijakan Publik


Proses kebijakan adalah cara dari kebijakan itu diinisiasi, dikembangkan atau
diformulasikan, dinegosiasikan, dikomunikasikan, diimplementasi dan dievaluasi (Sutcliffe &
Court, 2006). Ada dua langkah dalam mengformulasikan proses kebijakan yaitu tentukan
pilihan dari kebijakan dan pilihlah yang diutamakan. Pada kedua tahapan ini pembuat
kebijakan idealnya harus memahami situasi yang spesifik dan membandingkan pilihan-
pilihan secara rinci, sehingga dapat membuat keputusan untuk diimplementasikan.
Proses kebijakan publik merupakan proses yg amat rumit dan kompleks. Oleh karenanya
untuk mengkajinya para ahli kemudian membagi proses kebijakan publik ke dalam beberapa
tahapan. Tujuannya untuk mempermudah pemahaman terhadap proses tersebut
(Charles Lindblom, 1986: 3) Pembagian tersebut amat bervariasi antara ahli yang satu dengan
ahli lainnya, sehingga dimungkinkan adanya perbedaan. Misalnya : ada yang menambahkan
perubahan atau penghentian kebijakan, setelah evaluasi kebijakan.
Model Proses Kebijakan Publik (Thomas R. Dey, 1992: 328)
1. Identifikasi masalah kebijakan melalui tuntutan publik untuk tindakan pemerintah.
2. Agenda setting, atau pemusatan perhatian media massa dan pejabat publik tentang
masalah publik tertentu memutuskan apa akan diputuskan.
3. Perumusan proposal kebijakan melalui inisiasi dan pengembangan proposal kebijakan
dengan perencanaan kebijakan organisasi, kelompok kepentingan, birokrasi
pemerintah, dan presiden dan Kongres.
4. Legitimasi kebijakan melalui tindakan politik dengan partai, kelompok kepentingan,
presiden, dan Kongres.
5. Implementasi kebijakan melalui pengorganisasian birokrasi, pengeluaran publik, dan
kegiatan lembaga eksekutif.
6. Evaluasi kebijakan oleh instansi pemerintah sendiri, konsultan luar, pers, dan publik.

 The Identification of policy problem through public demands for government action.
 Agenda-setting, or focusing the attention of the mass media and public officials on
specific public problems deciding what will be decided.
 The Formulation of policy proposals through the initiation and development of policy
proposals by policy-planning organizations, interest groups, government
bureaucracies, and the president and Congress.
 The Legitimation of policy through political actions by parties, interest groups, the
president, and Congress.
 The Implementation of policies through organized bureaucracies, public expenditures,
and the activities of executive agencies.
 The Evaluation of policies by government agencies themselves, outside consultants,
the press, and the public.

 Identifikasi masalah dan pembentukan agenda : Apa itu suatu masalah kebijakan?
Apa yang membuatnya menjadi masalah publik? Bagaimana caranya? dalam agenda
pemerintah? Mengapa beberapa masalah tidak tercapai status agenda?
 Formulasi : Bagaimana alternatif-alternatif untuk mengatasi masalah tersebut? maju?
Siapa yang berpartisipasi dalam perumusan kebijakan?
 Adopsi : Bagaimana alternatif kebijakan diadopsi atau diberlakukan? Apa persyaratan
harus dipenuhi? Siapa yang mengadopsi kebijakan? Proses apa itu? digunakan? Apa
isi dari kebijakan yang diambil?
 Implementasi: Siapa yang terlibat? Apa yang dilakukan, jika ada, untuk menjalankan
kebijakan? Apa dampaknya terhadap kebijakan? isi?
 Evaluasi : Bagaimana efektivitas atau dampak suatu kebijakan diukur? Siapa yang
menilai kebijakan? Apa akibat dari evaluasi kebijakan? Apakah ada tuntutan untuk
perubahan atau pencabutan?

Tahap-Tahap Kebijakan Publik William N. Dunn (2002)


1. Penyusunan Agenda
2. Formulasi Kebijakan
3. Adopsi Kebijakan
4. Imlementasi Kebijakan
5. Evaluasi Kebijakan

1. Agenda Setting
Agenda setting atau penyusunan agenda adalah tahap-tahap kebijakan publik pertama yang
dilakukan oleh pemerintah dalam menentukan dan menetapkan suatu kebijakan publik yang
berlaku di dalam kehidupan masyarakat. Penyusunan agenda merupakan suatu proses yang
sangat baik untuk memaknai apa sebetulnya yang menjadi kebutuhan prioritas masyarakat.
Kebutuhan masyarakat yang dipilih dan ditentukan adalah kebutuhan masyarakat yang sesuai
dengan prioritas masyarakat secara keseluruhan, bukan prioritas masyarakat secara kelompok
ataupun golongan tertentu. Dalam menentukan prioritas kebijakan, pemerintah dapat
menimbang dan melilih aspirasi rakyat yang disalurkan melalui DPR maupun DPRD sesuai
dengan tingkatan wilayahnya agar kedua lembaga tersebut dapat menjalankan tugas dan
fungsinya secara maksimal. Namun perlu kita ketahui, selain kebijakan publik dirumuskan
dan ditetapkan berdasarkan prioritas, penetapan kebijakan publik juga didasarkan pada
urgensi atau tingkat kepentingan kebijakan tersbut. Bisa saja beberapa kebijakan publik yang
dirumuskan masuk dalam prioritas tetapi tidak masuk ke dalam urgensi atau tingkat
kepentingan yang mendesak.
2. Policy Formulating
Tahapan kedua yang dilakukan pemerintah dalam merumuskan kebijakan publik adalah
policy formulating atau melakuka formulasi kebijakan. Pokok-pokok permasalahan yang
sudah ditentukan dan diramu sedemikian rupa oleh pemerintah kemudian dibahas secara
lebih lanjut di dalam forum khusus untuk menetapkan kebijakan yang akan berlangsung di
dalam negara atau daerah.
Di dalam peramuan atau formulasi kebijakan publik, tentunya akan terjadi dialog atau diskusi
diantara pemangku kebijakan. Oleh karena itu, setiap peserta dialog atau diskusi perlu
memperatikan cara mengemukakan pendapat di muka umum agar proses peramuan yang
dilakukan tidak menimbulkan konflik di antara anggota forum.
3. Policy Adoption
Policy adoption atau pengadopsian kebijakan merupakan tahapan ketiga yang dilakukan
pemerintah dalam menentukan kebijakan publik yang akan diberlakukan secara umum bagi
masyarakat. Adopsi kebijakan ini mempunyai tujuan secara legimitasi untuk memberikan
otorisasi atau kuasa pada jalannya proses dasar pemerintahan dalam menentapkan kebijakan
publik.
Otorisasi atau kuasa yang diberikan kepada pemerintah dimaksudkan agar hanya
pemerintahlah yang dapat melakukan perubahan atau perbaikan di dalam kebijakan publik.
Selain itu, dalam tahapan ini, pemerintah juga dimungkinkan untuk melakukan adopsi
kebijakan dari negara lain maupun daerah lain yang dirasa cocok untuk diterapkan di wilayah
negaranya semata-mata sebagai salah satu tindakan untuk cara merawat kemajemukan bangsa
Indonesia.
4. Policy Implementation
Tahapan keempat yang dilakukan oleh pemerintah dalam menentukan atau menetapkan
kebijakan publik adalah policy implementation. Policy implementation atau implementasi
kebijakan adalah suatu langkah yang dapat disebut sebagai langkah penerapan sekaligus
langkah uji coba yang dilakukan pemerintah dalam penerapan kebijakan publik yang perlaku
di masyarakat secara luas. Dalam tahapan ini, pemerintah melakukan perannya sebagai
pengawas untuk mengawasi jalannya kebijakan publik yang berlaku di lingkungan
masyarakat.
Sebagai negara yang memegang teguh prinsip-prinisp demokrasi Pancasila, pemerintah juga
melibatkan peran serta masyarakat untuk mengawasi penerapan kebijakan publik yang
berlaku di dalam masyarakat. Masyarakat dipersilahkan untuk memberikan kritik dan saran
terhadap kebijakan publik yang ditetapkan. Kritik dan saran dapat disampaikan oleh
masyarakat kepada pemerintah sesuai dengan prosedur yang sesuai dengan hukum dan
undang-undang yang berlaku. (baca juga: Tugas dan Fungsi Komnas HAM)
5. Policy Evaluation
Setelah keempat tahapan dalam menentukan dan memberlakukan kebijakan publik dilakukan,
pemerintah juga masih memiliki langkah terakhir yaitu policy evaluation atau evaluasi
kebijakan yang sudah diberlakukan dalam kurun waktu tertentu. Evaluasi kebijakan publik
yang dilakukan oleh pemerintah dapat disebut sebagai suatu kegiatan yang dilakukan untuk
menilai kebijakan publik yang telah dilaksanakan yang menyangkut pada subtansi,
penerapan, dan dampak yang ditimbulkan dari penerapan kebijakan publik itu sendiri.
Melalui tahapan evaluasi inilah pemerintah dapat melakukan perbaikan terhadap kebijakan
publik yang berlaku berdasarkan pengalaman yang telah dilalui selama kebijakan publik
tersebut terlaksana

Perbedaan Analisis Kebijakan Kesehatan dengan Studi Kebijakan Kesehatan


Perbedaan yang mudah dipahami antara analisis kebijakan kebijakan antara lain, sebagai
berikut:
1. Analisis Kebijakan menghasilkan rekomendasi kebijakan dari alternatif kebijakan yang
telah ditawarkan. Sedangkan untuk Penelitian Kebijakan dapat dilakukan dalam setiap
policy cycle (proses kebijakan: perumusan, implementasi, monitoring dan evaluasi).
2. Analisis Kebijakan dilakukan sebelum perumusan kebijakan, atau merupakan inisiasi
perumusan kebijakan. Sedangkan untuk Penelitian Kebijakan adalah analisis terhadap
kebijakan yang telah ada (Riant Nugroho, 2008)

Perbandingan Karakteristik Analisis dan Penelitian Kebijakan


Aspek Penelitian Kebijakan Analisis Kebijakan

Obyek Kebijakan publik Kebijakan public

Motivasi Paduan kebutuhan klien Kebutuhan spesifik klien


dan peneliti

Tujuan Deskripsi kebijakan Preskripsi kebbijakan


utama/output Tahap deskripsi (Informasi ttg nilai dari konsekuensi
menjelaskan informasi alternative kebijakan dimasa
tentang konsekuensi mendatang)
sekarang dan masa lalu dari Tahap preskripsi menjelaskan
diterapkannya alternatif informasi tentang nilai dari
kebijakan. konsekuensi alternatif kebij masa
mendatang.
Klien Semua peminat kebijakan Peminat kebijakan spesifik
dan disiplin ilmu terkait individu/kelompok

Metode/prosedur Metode ilmiah formal Sintesa teori, hasil penelitian dan


informasi terkait

Bahan Data asli (mentah) Data olahan dan data mentah

Waktu Deadline longgar, Deadline ketat, tergantung titik


tergantung munculnya waktu keputusan spesifik
isu

Penyajian Menurut standar teknis Praktis, mudah dipahami klien


publikasi ilmiah dengan cepat dan tuntas

Diseminasi Publikasi terbuka bagi Disampaikan langsung kepada


semua pihak, tidak klien
langsung kepada klien

Kelemahan Seringkali hasilnya sulit Ada hubungan langsung peneliti-


umum untuk diterjemahkan pengambil kebijakan, hasilnya
kedalam “Bahasa” sesuai keputusan pengguna
pengambil kebijakan dan
tidak ada hubungan
langsung peneliti-
pengguna

Diseminasi, dalam bahasa Inggris disebut sebagai dissemination, adalah suatu kegiatan yang
ditujukan kepada kelompok target atau individu agar mereka memperoleh informasi, timbul
kesadaran, menerima, dan akhirnya memanfaatkan informasi tersebut

Dengan menggunakan dikotomi, penelitian kebijakan berorientasi pada pengetahuan


mengenai perumusan kebijakan (knowledge of policy making) sedangkan analisis kebijakan
berorientasi pada pengetahuan dalam perumusan kebijakan (knowledge in policy making).
Atau dengan klasifikasi Johnson (1986) output penelitian kebijakan ialah pengetahuan
deskriptif (descriptive knowledge) yang bersifat obyektif, sedangkan output analisis
kebijakan ialah pengetahuan perskriptif (prescriptive knowledge) yang bersifat normatif
tentang kebijakan publik. Gabungan dari ilmu pengetahuan "tentang" dan "dalam" perumusan
kebijakan ini disebut ilmu kebijakan (policy science).

Daftar Pustaka
Massie, Roy G.A. 2009. Kebijakan Kesehatan: Proses, Implementasi, Analisis dan Penelitian.
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan – Vol. 12 No. 4. Diakses melalui
https://media.neliti.com/media/publications/21293-ID-kebijakan-kesehatan-proses-
implementasi-analisis-dan-penelitian.pdf pada 20 Februari 2022.
Agustian, Maulani. 2019. Implementasi Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok di Rumah Sakit
Umum Daerah Dr. Soekardjo Tasikmalaya Tahun 2019. Universitas Siliwangi
Tasikmalaya. Diakses melalui http://repositori.unsil.ac.id/770/3/3.%20BAB%20II.pdf
pada 20 Februari 2022.
Marniati. 2021. Pengantar Analisis Kebijakan Kesehatan. Depo; Rajawali Pers.
Nugraha, R. Gita Ardhy. 2017. “5 Tahap-Tahap Kebijakan Publik dan Pelaksanaannya”
Diakses melalui https://guruppkn.com/tahap-tahap-kebijakan-publik pada 20 Februari
2022.
Simatung, Pantjar. 2003. Analisis Kebijakan : Konsep Dasar Dan Prosedur Pelaksanaan.
Analisis Kebijakan Pertanian Volume 1, No. 1. Daikses melalui
https://media.neliti.com/media/publications/54473-ID-analisis-kebijakan-konsep-dasar-
dan-pros.pdf pada 20 Februari 2022.

Anda mungkin juga menyukai