1. Kebijakan Publik
Batasan tentang kebijakan publik diberikan oleh Thomas R. Dye dalam Ayuningtyas
(2014:8) yang mengatakan bahwa “kebijakan publlik adalah apa pun yang dipilih oleh
pemerintah untuk dilakukan atau tidak dilakukan (whatever governments choose to do or not
to do)”. Seorang ahli Jerman lainnya, Crinson dalam Ayuningtyas (2014: 8) menyatakan
kebijakan merupakan sebuah konsep, bukan fenomena spesifik maupun konkret, sehingga
pendefinisiannya akan menghadapi banyak kendala atau dengan kata lain tidak mudah.
Selanjutnya Crinson juga membenarkan bahwa kebijakan akan jauh lebih bermanfaat apabila
dilihat sebagai petunjuk untuk bertindak atau serangkaian keputusan atau keputusan yang
saling berhubungan satu sama lain
Sementara itu, Anderson dalam Agustino (2017: 17) mendefinisikan kebijakan publik
sebagai serangkaian kegiatan yang mempunyai tujuan tertentu yang diikuti dan dilaksanakan
oleh seorang atau sekelompok aktor yang berhubungan dengan permasalahan atau sesuatu hal
yang diperhatikan.
2. Kebijakan Kesehatan
Kebijakan kesehatan merupakan kebijakan publik. Definisi kebijakan kesehatan
bervariasi. Kebijakan kesehatan didefinisikan sebagai suatu cara atau tindakan yang
berpengaruh terhadap perangkat institusi, organisasi, pelayanan kesehatan dan pengaturan
keuangan dari sistem kesehatan (Walt, 1994). Kebijakan kesehatan merupakan bagian dari
sistem kesehatan (Bornemisza & Sondorp, 2002).
Secara umum dapat disebutkan bahwa kebijakan kesehatan itu adalah sesuatu yang
berhubungan dengan kesehatan; berupa aturan, program-program atau semua yang
berhubungan dengan kesehatan. Kebijakan kesehatan sifatnya mengatur dan mengikat
bagaimana semua yang berupa aturan atau program tersebut dilaksanakan oleh aktor atau
mereka yang bergerak dalam bidang kesehatan termasuk di dalamnya tenaga medis.
Kebijakan publik bersifat multidisipliner termasuk dalam bidang kesehatan sehingga
kebijakan kesehatan merupakan bagian dari kebijakan publik. Dari penjelasan tersebut maka
diuraikanlah tentang pengertian kebijakan kesehatan yaitu konsep dan garis besar rencana
suatu pemerintah untuk mengatur atau mengawasi pelaksanaan pembangunan kesehatan
dalam rangka mencapai derajat kesehatan yang optimal pada seluruh rakyatnya.
Kebijakan kesehatan merupakan pedoman yang menjadi acuan bagi semua pelaku
pembangunan kesehatan, baik pemerintah, swasta, dan masyarakat dalam penyelenggaraan
pembangunan kesehatan dengan memperhatikan kerangka desentralisasi dan otonomi daerah
(Depkes RI, 2009).
Tujuan dari kebijakan kesehatan adalah untuk menyediakan pola pencegahan, pelayanan
yang terfokus pada pemeliharaan kesehatan, pengobatan penyakit dan perlindungan terhadap
kaum rentan (Gormley, 1999). Kebijakan kesehatan juga peduli terhadap dampak dari
lingkungan dan sosial ekonomi terhadap kesehatan (Poter, Ogden and Pronyk, 1999).
Kebijakan kesehatan merupakan aplikasi dari kebijakan publik ketika pedoman yang
ditetapkan bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Kebijakan kesehatan
nasional ditujukan untuk meningkatkan status kesehatan penduduk suatu negara,
(Ayuningtas, 2014).
Kebijakan kesehatan dapat bertujuan banyak terhadap masyarakat. Untuk kebanyakan orang
kebijakan kesehatan itu hanya peduli kepada konten saja. Contohnya, pembiayaan kesehatan
dari pemerintah dan swasta atau kebijakan dalam hal pemantapan pelayanan kesehatan ibu
dan anak (Walt, 1994).
Kebijakan kesehatan berpihak pada hal-hal yang dianggap penting dalam suatu institusi dan
masyarakat, bertujuan jangka panjang untuk mencapai sasaran, menyediakan rekomendasi
yang praktis untuk keputusan-keputusan penting (WHO, 2000).
Kebijakan kesehatan dapat bermanifestasi dalam berbagai hal dan tidak selalu dalam bentuk
dokumendokumen (Ritsatakis, 1987). Kebijakan kesehatan diexpresikan dalam bentuk suatu
konstitusi, undangundang dan peraturan-peraturan termasuk juga platform dari partai-partai
politik atau kertas-kertas kebijakan (Ritsatakis, 2000).
Kebijakan kesehatan tidak saja terdiri dari dokumen-dokumen strategi dalam suatu negara,
tetapi juga bagaimana kebijakan itu diimplementasi oleh pengambil keputusan dan pemegang
program kesehatan, dan bagaimana melakukannya secara praktis pada masing-masing
tingkatan pemerintahan.
Segitiga sistem kebijakan menjelaskan adanya aktor kebijakan yang mempengaruhi dan
dipengaruhi oleh kebijakan publik. Kesemuanya juga tidak luput dari pengaruh lingkungan
kebijakan. Ketiga komponen tersebut selanjutnya dikenal sebagai sistem kebijakan, yaitu
tatanan kelembagaan yang berperan dalam penyelenggaraan kebijakan publik yang
mengakomodasi aspek teknis, sosiopolitik maupun interaksi antara unsur kebijakan.
Penjelasan lebih lanjut tentang sistem dan komponen kebijakan publik dikemukakan pula
oleh William Dunn dalam Ayuningtyas (2014:16) sebagai berikut.
a. Isi kebijakan (policy content)
Terdiri dari sejumlah daftar pilihan keputusan tentang urusan publik (termasuk keputusan
untuk tidak melakukan tindakan apa-apa) yang dibuat oleh lembaga dan pejabat pemerintah.
Isi sebuah kebijakan merespons berbagai masalah publik (public issues) yang mencakup
berbagai bidang kehidupan mulai dari pertahanan, keamanan, energi, kesehatan, pendidikan,
kesejahteraan, dan lain-lain.
b. Aktor atau pemangku kepentingan kebijakan (policy stakeholder)
Pemangku kepentingan kebijakan atau aktor kebijakan adalah individu atau kelompok yang
berkaitan langsung dengan sebuah kebijakan yang dapat memengaruhi atau dipengaruhi oleh
keputusan atau kebijakan tersebut. Aktor kebijakan tersebut bisa terdiri dari sekelompok
warga, organisasi buruh, pedagang kaki lima, komunitas wartawan, partai politik, lembaga
pemerintahan, dan semacamnya.
c. Lingkungan kebijakan (policy environment)
Lingkungan kebijakan merupakan latar khusus di mana sebuah kebijakan terjadi, yang
berpengaruh dan dipengaruhi oleh aktor kebijakan serta kebijakan publik itu sendiri.
The Identification of policy problem through public demands for government action.
Agenda-setting, or focusing the attention of the mass media and public officials on
specific public problems deciding what will be decided.
The Formulation of policy proposals through the initiation and development of policy
proposals by policy-planning organizations, interest groups, government
bureaucracies, and the president and Congress.
The Legitimation of policy through political actions by parties, interest groups, the
president, and Congress.
The Implementation of policies through organized bureaucracies, public expenditures,
and the activities of executive agencies.
The Evaluation of policies by government agencies themselves, outside consultants,
the press, and the public.
Identifikasi masalah dan pembentukan agenda : Apa itu suatu masalah kebijakan?
Apa yang membuatnya menjadi masalah publik? Bagaimana caranya? dalam agenda
pemerintah? Mengapa beberapa masalah tidak tercapai status agenda?
Formulasi : Bagaimana alternatif-alternatif untuk mengatasi masalah tersebut? maju?
Siapa yang berpartisipasi dalam perumusan kebijakan?
Adopsi : Bagaimana alternatif kebijakan diadopsi atau diberlakukan? Apa persyaratan
harus dipenuhi? Siapa yang mengadopsi kebijakan? Proses apa itu? digunakan? Apa
isi dari kebijakan yang diambil?
Implementasi: Siapa yang terlibat? Apa yang dilakukan, jika ada, untuk menjalankan
kebijakan? Apa dampaknya terhadap kebijakan? isi?
Evaluasi : Bagaimana efektivitas atau dampak suatu kebijakan diukur? Siapa yang
menilai kebijakan? Apa akibat dari evaluasi kebijakan? Apakah ada tuntutan untuk
perubahan atau pencabutan?
1. Agenda Setting
Agenda setting atau penyusunan agenda adalah tahap-tahap kebijakan publik pertama yang
dilakukan oleh pemerintah dalam menentukan dan menetapkan suatu kebijakan publik yang
berlaku di dalam kehidupan masyarakat. Penyusunan agenda merupakan suatu proses yang
sangat baik untuk memaknai apa sebetulnya yang menjadi kebutuhan prioritas masyarakat.
Kebutuhan masyarakat yang dipilih dan ditentukan adalah kebutuhan masyarakat yang sesuai
dengan prioritas masyarakat secara keseluruhan, bukan prioritas masyarakat secara kelompok
ataupun golongan tertentu. Dalam menentukan prioritas kebijakan, pemerintah dapat
menimbang dan melilih aspirasi rakyat yang disalurkan melalui DPR maupun DPRD sesuai
dengan tingkatan wilayahnya agar kedua lembaga tersebut dapat menjalankan tugas dan
fungsinya secara maksimal. Namun perlu kita ketahui, selain kebijakan publik dirumuskan
dan ditetapkan berdasarkan prioritas, penetapan kebijakan publik juga didasarkan pada
urgensi atau tingkat kepentingan kebijakan tersbut. Bisa saja beberapa kebijakan publik yang
dirumuskan masuk dalam prioritas tetapi tidak masuk ke dalam urgensi atau tingkat
kepentingan yang mendesak.
2. Policy Formulating
Tahapan kedua yang dilakukan pemerintah dalam merumuskan kebijakan publik adalah
policy formulating atau melakuka formulasi kebijakan. Pokok-pokok permasalahan yang
sudah ditentukan dan diramu sedemikian rupa oleh pemerintah kemudian dibahas secara
lebih lanjut di dalam forum khusus untuk menetapkan kebijakan yang akan berlangsung di
dalam negara atau daerah.
Di dalam peramuan atau formulasi kebijakan publik, tentunya akan terjadi dialog atau diskusi
diantara pemangku kebijakan. Oleh karena itu, setiap peserta dialog atau diskusi perlu
memperatikan cara mengemukakan pendapat di muka umum agar proses peramuan yang
dilakukan tidak menimbulkan konflik di antara anggota forum.
3. Policy Adoption
Policy adoption atau pengadopsian kebijakan merupakan tahapan ketiga yang dilakukan
pemerintah dalam menentukan kebijakan publik yang akan diberlakukan secara umum bagi
masyarakat. Adopsi kebijakan ini mempunyai tujuan secara legimitasi untuk memberikan
otorisasi atau kuasa pada jalannya proses dasar pemerintahan dalam menentapkan kebijakan
publik.
Otorisasi atau kuasa yang diberikan kepada pemerintah dimaksudkan agar hanya
pemerintahlah yang dapat melakukan perubahan atau perbaikan di dalam kebijakan publik.
Selain itu, dalam tahapan ini, pemerintah juga dimungkinkan untuk melakukan adopsi
kebijakan dari negara lain maupun daerah lain yang dirasa cocok untuk diterapkan di wilayah
negaranya semata-mata sebagai salah satu tindakan untuk cara merawat kemajemukan bangsa
Indonesia.
4. Policy Implementation
Tahapan keempat yang dilakukan oleh pemerintah dalam menentukan atau menetapkan
kebijakan publik adalah policy implementation. Policy implementation atau implementasi
kebijakan adalah suatu langkah yang dapat disebut sebagai langkah penerapan sekaligus
langkah uji coba yang dilakukan pemerintah dalam penerapan kebijakan publik yang perlaku
di masyarakat secara luas. Dalam tahapan ini, pemerintah melakukan perannya sebagai
pengawas untuk mengawasi jalannya kebijakan publik yang berlaku di lingkungan
masyarakat.
Sebagai negara yang memegang teguh prinsip-prinisp demokrasi Pancasila, pemerintah juga
melibatkan peran serta masyarakat untuk mengawasi penerapan kebijakan publik yang
berlaku di dalam masyarakat. Masyarakat dipersilahkan untuk memberikan kritik dan saran
terhadap kebijakan publik yang ditetapkan. Kritik dan saran dapat disampaikan oleh
masyarakat kepada pemerintah sesuai dengan prosedur yang sesuai dengan hukum dan
undang-undang yang berlaku. (baca juga: Tugas dan Fungsi Komnas HAM)
5. Policy Evaluation
Setelah keempat tahapan dalam menentukan dan memberlakukan kebijakan publik dilakukan,
pemerintah juga masih memiliki langkah terakhir yaitu policy evaluation atau evaluasi
kebijakan yang sudah diberlakukan dalam kurun waktu tertentu. Evaluasi kebijakan publik
yang dilakukan oleh pemerintah dapat disebut sebagai suatu kegiatan yang dilakukan untuk
menilai kebijakan publik yang telah dilaksanakan yang menyangkut pada subtansi,
penerapan, dan dampak yang ditimbulkan dari penerapan kebijakan publik itu sendiri.
Melalui tahapan evaluasi inilah pemerintah dapat melakukan perbaikan terhadap kebijakan
publik yang berlaku berdasarkan pengalaman yang telah dilalui selama kebijakan publik
tersebut terlaksana
Diseminasi, dalam bahasa Inggris disebut sebagai dissemination, adalah suatu kegiatan yang
ditujukan kepada kelompok target atau individu agar mereka memperoleh informasi, timbul
kesadaran, menerima, dan akhirnya memanfaatkan informasi tersebut
Daftar Pustaka
Massie, Roy G.A. 2009. Kebijakan Kesehatan: Proses, Implementasi, Analisis dan Penelitian.
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan – Vol. 12 No. 4. Diakses melalui
https://media.neliti.com/media/publications/21293-ID-kebijakan-kesehatan-proses-
implementasi-analisis-dan-penelitian.pdf pada 20 Februari 2022.
Agustian, Maulani. 2019. Implementasi Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok di Rumah Sakit
Umum Daerah Dr. Soekardjo Tasikmalaya Tahun 2019. Universitas Siliwangi
Tasikmalaya. Diakses melalui http://repositori.unsil.ac.id/770/3/3.%20BAB%20II.pdf
pada 20 Februari 2022.
Marniati. 2021. Pengantar Analisis Kebijakan Kesehatan. Depo; Rajawali Pers.
Nugraha, R. Gita Ardhy. 2017. “5 Tahap-Tahap Kebijakan Publik dan Pelaksanaannya”
Diakses melalui https://guruppkn.com/tahap-tahap-kebijakan-publik pada 20 Februari
2022.
Simatung, Pantjar. 2003. Analisis Kebijakan : Konsep Dasar Dan Prosedur Pelaksanaan.
Analisis Kebijakan Pertanian Volume 1, No. 1. Daikses melalui
https://media.neliti.com/media/publications/54473-ID-analisis-kebijakan-konsep-dasar-
dan-pros.pdf pada 20 Februari 2022.