Anda di halaman 1dari 12

MATERI KES TUMBANG ANAK

KELOMPOK 3
Gangguan Perkembangan Anak

Pengertian
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan interselular,
berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian atau keseluruhan , sehingga
dapt diukur dengan satuan panjang dan berat. Perkembangan adalah bertambahnya
kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang
teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil proses pematangan. Perkembangan menyangkut
adanya proses diferensiasi sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ, dan sistem organ yang
berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsi di dalamnya
termasuk pula perkembangan emosi, intelektual, dan tingkah laku sebagai hasil interaksi
dengan lingkungannya. Pertumbuhan berkaitan dengan perubahan dalam jumlah,ukuran dan
fungsi tingkat sel,organ,maupun individu (Kemenkes RI, 2012).
Pertumbuhan sendiri adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel maupun jaringan
pada tubuh. Sedangkan perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh.
Proses pertumbuhan dan perkembangan anak dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain
faktor dalam atau internal dan faktor dari luar atau eksternal. Proses pertumbuhan dan
perkembangan yang tidak berjalan dengan normal akan menimbulkan penyimpangan dan
gangguan.
Gangguan perkembangan merupakan gangguan keterampilan motorik yang terjadi
karena adanya keterlambatan dalam perkembangan gerakan dan koordinasi pada anak.
Akibatnya, anak tidak dapat atau kesulitan untuk melakukan tugas sehari-hari.

Etiologi
Penyebab dari gangguan tumbuh kembang menurut (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016)
yaitu: efek ketidakmampuan fisik, keterbatasan lingkungan, pengabaian, terpisah dari orang
tua atau orang terdekat.

Tanda dan Gejala Gangguan Perkembangan


Pada gangguan tumbuh kembang terdapat tanda dan gejala yaitu tidak mampu melakukan
keterampilan atau perilaku sesuai usia (fisik, bahasa, motorik, psikososial), pertumbuhan fisik
terganggu, tidak dapat melakukan perawatan diri sesuai usia, respon sosial lambat, nafsu
makan menurun, pola tidur terganggu dan lain-lain.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Tumbuh Kembang Anak


Pada umumnya anak memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan normal yang merupakan
hasil interaksi banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak.
Adapun faktor-faktor tersebut antara lain (KemenkesRI,2012).
1. Faktor dalam (internal)
Faktor dalam (internal) yang berpengaruh pada tumbuh kembang anak :
(1) Ras atau etnik atau bangsa
Anak yang dilahirkan dari ras/bangsa Amerika, maka ia tidak memiliki faktor
herediter ras atau bangsa Indonesia atau sebaliknya.
(2) Keluarga. Ada kecenderungan keluarga yang memiliki postur tubuh tinggi, pendek,
gemuk atau kurus.
(3) Umur. Kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah pada masa prenatal, tahun pertama
kehidupan dan masa remaja.
(4) Jenis Kelamin. Faktor Reproduksi pada anak perempuan berkembang lebih cepat dari
pada laki-laki. Tetapi setelah melewati masa pubertas, pertumbuhan anak laki-laki
akan cepat.
(5) Genetik anak. Genetik (Heredokonstituional) adalah bawaan yaitu potensi anak yang
akan menjadi ciri khasnya. Ada beberapa kelainan genetik yang berpengaruh pada
tumbuh kembang anak seperti kerdil.
(6) Kelainan Kromosom. Kelainan kromosom pada umumnya disertai dengan kegagalan
pertumbuhan seperti pada sindrom down dan sindrom turner.
2. Faktor luar (Eksternal)
(1) Faktor Prenatal
 Gizi
Nutrisi ibu hamil terutama dalam trimester akhir kehamilan akan mempengaruhi
pertumbuhan janin.
 Mekanis
Trouma dan cairan ketuban yang kurang menyebabkan kelainan pada bayi yang
dilahirkan. Demikian pula dengan Posisi fetus yang abnormal bisa menyebabkan
kelainan kongenital seperti clubfoot, talipes, dislokasi panggul,palsi fasialis atau
kranio tabes.
 Toksin atau zat kimia
Beberapa obat-obatan seperti aminopterin, Thalidomid dapat menyebabkan kelainan
kongenital seperti palatoskisis. Demikian pula dengan ibu hamil yang perokok
berat/peminum alcohol kronis sering melahirkan berat badan lahir rendah, lahir mati,
cacat, atau retardasi mental. Keracunan logam berat pada ibu hamil, misalkan karena
makan ikan yang terkontaminasi merkuri dapat menyebabkan mikrosefal dan palsi
serevralis.
 Endokrin. Insulin mulai diproduksi oleh janin pada minggu ke-11 meningkat sampai
bulan ke-6 kemudian konstan. Berfungsi untuk pertumbuhan janin melalui pengaturan
keseimbangan glukosa darah, sintesis protein janin, dan pengaruhnya pada
pembesaran sel sesudah minggu ke-30 sedangkan fungsi IGFs (insulin-like growft
factors) pada janin belum diketahui jelas. Cacat bawaan sering terjadi pada ibu
Diabetes melitus dan meyebabkan makrosomia, kardiomegali, hiperplasia adrenal.
 Radiasi. Paparan radius dan sinar rontgen dapat mengakibatkan kelainan pada janin
seperti mikrosefali, spinabifida, retardasi mental dan deformitas anggota gerak,
kelainan kongenital mata, kelainan jantung.
 Infeksi. Infeksi pada trimester pertama dan kedua oleh TORCH (toxoplasmosis,
rubella, cytomegalovirus, herpessimplek) sedangkan infeksi lainnya yang juga dapat
menyebabkan penyakit pada janin adalah varisela, coxsackie, echovirus, malaria, lues,
HIV, polio, campak, listeriosis, lepteriosis, leptospira, mikoplasma, virusinfluensa,
dan virus hepatitis.
 Kelainan imunologi. Eritoblatosis fetalis timbul atas dasar perbedaan golongan darah
antara janin dan ibu sehingga ibu membentuk antibodi terhadap sel darah merah janin,
kemudian melalui plasenta masuk dalam peredaran darah janin dan akan
menyebabkan hemolisis yang selanjutnya mengakibatkan hiperbilirubinemia dan
kernicterus yang akan menyebabkan kerusakan jaringan otak.
 Anoksia embrio. Anoksia embrio yang disebabkan oleh gangguan fungsi plasenta
menyebabkan pertumbuhan terganggu.
 Stres. Stres yang dialami ibu pada waktu hamil dapat mempengaruhi tumbuh
kembang janin, antara lain cacat bawaan, kelainan kejiwaan, dan lainlain.
 Psikologi ibu. Kehamilan yang tidak diinginkan, perlakuan salah atau kekerasan
mental pada ibu hamil dan lain-lain.
(2) Faktor Persalinan
Komplikasi persalinan pada bayi seperti trauma kepala, asfiksia dapat menyebabkan
kerusakan jaringan otak.
(3) Faktor pasca persalinan
Seperti Gizi, Penyakit kronis atau kelainan congenital, Lingkungan fisik dan kimia,
Psikologis, Endokrin, Sosio-ekonomi, Lingkungan pengasuhan, Pendidikan orang tua,
Stimulasi, Motivasi belajar, Stres, dll.

Gangguan Tumbuh Kembang yang Sering Ditemukan


1. Gangguan Berbicara dan Bahasa
Kemampuan berbahasa merupakan indikator seluruh perkembangan anak. Seorang anak
tidak akan mampu berbicara tanpa dukungan dari lingkungannya Karena kemampuan
berbahasa sensitif terhadap keterlambatan atau kerusakan pada sistem lainnya, sebab
melibatkan kemampuan kognitif, motor, psikologis, emosi dan lingkungan sekitar anak.
Kurang stimulasi akan dapat menyebabkan gangguan bicara dan berbahasa bahkan gangguan
ini dapat menetap (Kemenkes, 2012). Kemampuan bicara dan bahasa merupakan indikator
seluruh perkembangan anak. Karena kemampuan bicara dan bahasa sensitif terhadap
keterlambatan atau kerusakan pada sistem lainnya, sebab melibatkan kemampuan kognitif,
motor, psikologis, emosi dan lingkungan sekitar anak. Kurangnya stimulasi akan dapat
menyebabkan gangguan bicara dan berbahasa bahkan gangguan ini dapat menetap.
Gangguan perkembangan ini ditandai dengan minimnya kemampuan seorang anak untuk
menunjuk dan memperlihatkan ketertarikannya pada sesuatu atau seseorang, bahkan hingga
ia berusia 20 bulan. Ketika memasuki usia 30 bulan, orangtua masih sulit mengerti perkataan
anak. Ini karena anak tidak konsisten dalam respons suara atau bunyi. Misalnya, ia tidak
memberikan respons saat dipanggil
. Periode kritis bagi perkembangan kemampuan berbicara dan bahasa adalah periode
antara 9-24 bulan awal kehidupan. Periode 2-4 tahun pertama menunjukkan peningkatan
yang cepat dalam jumlah dan kompleksitas perkembangan berbicara, kekayaan
perbendaharaan kata, dan kontrol neuromotorik. Penyebab kelainan berbahasa bermacam –
macam yang melibatkan berbagai faktor yang dapat mempengaruhi, antara lain kemampuan
lingkungan, pendengaran, kognitif, fungsi saraf, emosi psikologis dan lain sebagainya.
Masing – masing faktor penyebab tersebut mengakibatkan efek pada perkembangan bicara
yang berbeda – beda. Terdapat banyak klasifikasi kelainan bahasa pada anak yang dapat
menjadikan pedoman. Penegakkan diagnosa gangguan bicara dan bahasa pada anak tidak
mudah dan memerlukan pemeriksaan yang komprehensif bahkan sampai dengan pengamatan
di lapangan pada saat anak bermain, serta tidak jarang memerlukan bantuan psikolog/
neuropsikiater anak. Deteksi dan penanganan dini pada problem bicara dan bahasa pada anak,
akan membantu anak – anak dan orang tua untuk menghindari atau memperkecil kelainan
pada masa sekolah. Prognosis atau kemungkinan kesembuhan gangguan bicara pada anak
tergantung pada penyebab dan penanganannya sejak dini. Oleh karena itu alangkah bijak
apabila orang tua dapat mengkonsultasikan gangguan bicara dan bahasa anaknya kepada
dokter atau dokter spesialis anak, apakah hal tersebut masih dalam tahap yang normal atau
sudah mengalami keterlambatan karena penyebab tertentu.
 Penyebab Keterlambatan Bicara
Keterlambatan bicara dapat disebabkan gangguan pendengaran, gangguan pada otak
(misalnya retardasi mental, gangguan bahasa spesifik reseptif dan/atau ekspresif), autisme,
atau gangguan pada organ mulut yang menyebabkan anak sulit melafalkan kata-kata (dikenal
sebagai gangguan artikulasi), gangguan perilaku, gangguan perkembangan umum, kurang
stimulasi, masalah psikososial, maupun penyebab lainnya. Beberapa gangguan dapat terjadi
bersamaan, misalnya anak dengan gangguan pendengaran juga memiliki gangguan perilaku.

 Hal yang dapat dilakukan orangtua


Orangtua dan lingkungan terdekat memegang peranan penting dalam perkembangan bicara
dan bahasa seorang anak. Kosakata anak berbanding lurus dengan jumlah kata yang
didengarnya pada masa kritikal perkembangan bicaranya. Hal-hal yang dapat dilakukan
orangtua untuk mengoptimalkan perkembangan bicara dan bahasa anak antara lain:
a) Rajin berbicara dan berkomunikasi dengan anak, dimulai pada masa bayi. Kapanpun,
di manapun Anda berada bersama anak Anda, katakanlah apa yang sedang terjadi, apa
yang sedang Anda lakukan, sebutkan nama benda-benda yang ditemui, mangajak bayi
dan anak bercakap-cakap, memberi respon terhadap ocehan bayi dengan kata-kata
sederhana, menjawab pertanyaan, atau bernyanyi. Walau bayi yang sangat muda
belum bisa berbicara, kata-kata yang didengarnya akan menjadi bekal dalam
perkembangan bicara dan bahasanya.
b) Membacakan cerita dengan suara yang jelas adalah cara yang baik untuk
meningkatkan kosakata anak. Bayi dan anak kecil biasanya tertarik pada cerita yang
bersajak. Sembari membaca, anak dapat diajak menunjuk gambar dan menyebut nama
benda yang ditunjuk. Gawai dan televisi bukan metode stimulasi yang baik.
c) Gunakan gerakan dan arahkan ke objek saat Anda mengucapkan kata yang sesuai.
Anda bisa melakukan ini dengan bagian tubuh, orang, mainan, warna, atau benda
yang Anda lihat saat berjalan-jalan di sekitar rumah
d) Berikan perhatian penuh Anda saat berbicara dengan mereka Bersabarlah saat anak
mencoba berbicara dengan Anda Ketika seseorang bertanya kepada anak, jangan
menjawabnya atau biarkan mereka menjelaskan Meskipun Anda dapat mengantisipasi
setiap kebutuhan anak, akan lebih baik jika beri mereka kesempatan untuk
mengatakannya sendiri
e) Ulangi kata-kata dengan benar daripada langsung mengkritik kesalahan
f) Biarkan anak Anda berinteraksi dengan anak yang memiliki kemampuan bahasa yang
baik dan ajukan pertanyaan dan berikan banyak waktu untuk menanggapi.

 Cara mengatasi terlambat bicara pada anak


Cara mengatasi terlambat bicara pada anak dapat berbeda pada masing-masing individu
karena perlu mengacu pada faktor penyebabnya. Untuk mendiagnosis penyebab terlambat
bicara ini, dokter anak pada mulanya mungkin akan menanyakan pertanyaan tentang
kemampuan berbicara dan bahasa anak serta tonggak perkembangan dan perilaku lainnya.
Dokter juga akan memeriksa mulut, langit-langit, dan lidah anak. Pada dasarnya, masalah
anak yang terlambat bicara bukanlah sebuah kondisi yang tidak dapat diatasi atau
disembuhkan. Ada beberapa jenis terapi yang mungkin akan dianjurkan oleh ahli. Bukan
hanya menggunakan bantuan dokter, terapis, psikiater, maupun psikolog, peran orangtua juga
diperlukan dalam mengatasi masalah anak terlambat bicara. Berikut ini adalah beberapa cara
mengatasi terlambat bicara pada anak yang bisa dilakukan:
a) Terapi wicara-bahasa Pengobatan lini pertama adalah terapi wicara-bahasa. Jika
bicara adalah satu-satunya keterlambatan perkembangan, ini mungkin satu-satunya
pengobatan yang diperlukan. Terapi ini menawarkan pandangan yang sangat baik.
Dengan intervensi dini, anak Anda mungkin memiliki kemampuan bicara yang
normal pada saat mereka masuk sekolah. Terapi wicara-bahasa juga bisa efektif
sebagai bagian dari keseluruhan rencana perawatan jika ada diagnosis lain. Terapis
wicara-bahasa akan bekerja secara langsung dengan anak Anda, serta
menginstruksikan Anda tentang cara membantunya.
b) Layanan intervensi dini Penelitian menunjukkan bahwa keterlambatan bicara dan
bahasa pada usia 2,5 sampai 5 tahun dapat menyebabkan kesulitan membaca di
sekolah dasar. Keterlambatan bicara juga dapat menyebabkan masalah dengan
perilaku dan sosialisasi. Dengan diagnosis dokter, anak Anda yang berusia 3 tahun
mungkin memenuhi syarat untuk layanan intervensi dini sebelum mereka mulai
sekolah.
c) Mengobati kondisi yang mendasarinya
Saat keterlambatan bicara terkait dengan kondisi yang mendasari, atau terjadi dengan
gangguan yang hidup berdampingan, penting juga untuk mengatasi masalah tersebut.
Ini mungkin termasuk: Bantuan untuk masalah pendengaran, Mengoreksi masalah
fisik dengan mulut atau lidah, Okupasi terapi, Terapi fisik, Terapi analisis perilaku
terapan (ABA), Manajemen gangguan neurologis.

2. Paralisis serebral (Cerebral palsy)


 Pengertian
Cerebral palsy adalah kelainan gerakan, tonus otot, ataupun postur yang disebabkan oleh
kerusakan yang terjadi pada otak yang belum matang dan berkembang, paling sering sebelum
kelahiran. Cerebral palsy atau lumpuh otak adalah penyakit yang menyebabkan gangguan
pada gerakan dan koordinasi tubuh. Penyakit ini disebabkan oleh gangguan perkembangan
otak, yang biasanya terjadi saat anak masih di dalam kandungan. Gangguan perkembangan
otak ini juga dapat terjadi ketika proses persalinan atau dua tahun pertama setelah kelahiran.
Merupakan suatu kelainan gerakan dan postur tubuh yang tidak progresif, yang disebabkan
karena kerusakan/gangguan pada sel-sel motorik pada susunan saraf pusat yang sedang
tumbuh/belum selesai pertumbuhannya. Gerakan motorik adalah istilah untuk
menggambarkan perilaku gerakan yang dilakukan oleh tubuh manusia. Gerakan ini dibagi
menjadi dua, yakni motorik kasar dan motorik halus.
 Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar yang
dipengaruhi oleh usia, berat badan, dan perkembangan anak secara fisik. Pada anak-
anak, gangguan perkembangan motorik kasar bisa dilihat dari gerakan yang tidak
terkontrol atau tidak seimbang. Misalnya, gerakan tidak seimbang antara anggota
tubuh bagian kanan dan kiri, gangguan refleks tubuh, serta gangguan tonus otot.
 Motorik halus berkaitan dengan kemampuan fisik yang melibatkan otot-otot kecil
serta koordinasi mata dan tangan. Pada anak-anak, gangguan motorik halus bisa
Dilihat ketika seorang anak masih sering menggenggam saat usianya lebih dari empat
bulan dan lebih dominan menggunakan satu tangan (handedness) hingga ia berusia 1
tahun. Setelah melewati usia 14 bulan, ia juga masih melakukan eksplorasi oral,
seperti memasukkan mainan ke dalam mulut.
Celebral palsy adalah suatu kelainan dari postur dan gerakan yang tidak progresif. Gangguan
atau kondisi ini disebabkan karena kerusakan sel motorik pada saraf pusat saat proses
perkembangannya. Karena kerusakan sel motorik di saraf pusat, anak-anak yang
mengalaminya kerap mengalami kesulitan dalam kordinasi alat gerak seperti sulit berjalan
dan sulit menelan karena diiringi menurunnya kordinasi otot.

 Gejala Cerebral Palsy
Pada anak atau bayi yang terkena cerebral palsy, dapat timbul sejumlah gejala berikut ini:
1. Kecenderungan menggunakan satu sisi tubuh. Misalnya menyeret salah satu tungkai
saat merangkak, atau menggapai sesuatu hanya dengan satu tangan.
2. Terlambatnya perkembangan kemampuan gerak (motorik), seperti merangkak atau
duduk.
3. Kesulitan melakukan gerakan yang tepat, misalnya saat mengambil suatu benda.
4. Gaya berjalan yang tidak normal, seperti berjinjit, menyilang seperti gunting, atau
dengan tungkai terbuka lebar.
5. Otot kaku atau malah sangat lunglai.
6. Tremor.
7. Gerakan menggeliat yang tidak terkontrol (athetosis).
8. Kurang merespons terhadap sentuhan atau rasa nyeri.
9. Masih mengompol walaupun usianya sudah lebih besar, akibat tidak bisa menahan
kencing (inkontinensia urine).
10. Gangguan kecerdasan.
11. Gangguan penglihatan dan pendengaran.
12. Gangguan berbicara (disartria).
13. Kesulitan dalam menelan (disfagia).
14. Terus-menerus mengeluarkan air liur atau ngiler.
15. Kejang.

 Penyebab Cerebral Palsy


Telah dijelaskan di atas bahwa cerebral palsy adalah salah satu penyebab paling umum dari
kecacatan yang terjadi pada anak-anak. Biasanya, adanya kelainan ini pada anak dapat
terdeteksi saat anak mulai berusia 3 tahun. Penyebab cerebral palsy adalah cedera otak atau
masalah yang terjadi selama kehamilan, kelahiran atau dalam usia 2–3 tahun kehidupan
seorang anak.
Berikut penyebab cerebral palsy lainnya:
 Masalah kelahiran prematur
 Tidak cukup darah, oksigen, atau nutrisi lain sebelum atau selama kelahiran
 Cedera kepala yang serius
 Infeksi serius yang dapat memengaruhi otak, seperti meningitis
 Beberapa masalah menurun dari orangtua ke anak (kondisi genetik) yang
memengaruhi perkembangan otak.
 
 Faktor Risiko Cerebral Palsy
Ada banyak faktor risiko yang meningkatkan risiko cerebral palsy, seperti:
1. Ibu mengalami cedera atau infeksi selama kehamilan.
2. Anak tidak mendapatkan cukup oksigen di dalam kandungan.
3. Cedera atau infeksi pada masa awal kanak-kanak.
 
 Diagnosis Cerebral Palsy
Dokter akan menduga seorang anak mengalami cerebral palsy, apabila terdapat sejumlah
gejala yang telah dijelaskan sebelumnya. Namun untuk memastikannya, dokter akan
menyarankan pemeriksaan lanjutan, seperti:

 Elektroensefalografi (EEG). EEG bertujuan untuk melihat aktivitas listrik otak,


dengan menggunakan bantuan alat khusus yang disambungkan ke kulit kepala.
 Uji pencitraan. Uji pencitraan dilakukan untuk melihat area otak yang rusak atau
berkembang tidak normal. Sejumlah uji pencitraan yang dapat dilakukan adalah MRI,
CT scan, dan USG.
Dokter saraf juga dapat menjalankan pemeriksaan fungsi luhur untuk menemukan adanya
gangguan kecerdasan, serta gangguan dalam bicara, mendengar, melihat, dan bergerak.
 
 Pencegahan Cerebral Palsy
Berikut beberapa langkah yang dapat membantu pencegahan cerebral palsy atau terjadinya
kelainan perkembangan otak ini pada anak-anak untuk meminimalkan risiko mendapatkan
cedera otak, yaitu :
1. Mengambil langkah-langkah untuk mencegah kecelakaan.
2. Pastikan orang tua sudah familiar dengan tanda-tanda penyakit kuning pada bayi baru
lahir.
3. Tahu bagaimana mencegah keracunan timah.
4. Jauhkan anak dari orang-orang yang memiliki penyakit menular yang serius, seperti
meningitis.
5. Pastikan imunisasi anak lengkap dan tepat waktu.
 
 Pengobatan Cerebral Palsy
Cerebral palsy adalah kondisi yang tidak dapat disembuhkan, tapi gejala dan cacat dapat
dibantu dengan terapi fisik, terapi okupasi, konseling psikologi, dan operasi. Terapi fisik
membantu anak mengembangkan otot yang lebih kuat dan bekerja dengan keahlian, seperti
berjalan, duduk, dan keseimbangan. Alat tertentu, misalnya penyangga logam untuk kaki,
atau pembebat, mungkin juga bermanfaat bagi anak. Dengan terapi okupasi, anak
mengembangkan kemampuan motorik yang baik, misalnya untuk memakai baju, makan, dan
menulis. Terapi bicara dan bahasa membantu anak dengan kemampuan berbicara. Anak dan
keluarga dibantu dengan pendukung, pendidikan khusus, dan servis yang terkait.

Pengobatan dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan penderita dalam beraktivitas


secara mandiri. Namun, sampai saat ini belum ada pengobatan yang dapat
menyembuhkan cerebral palsy. Metode pengobatan yang umumnya diberikan pada penderita
lumpuh otak adalah:
1. Obat-obatan
Obat-obatan digunakan untuk meredakan nyeri atau melemaskan otot yang kaku, agar pasien
lebih mudah untuk bergerak. Jenis obat yang digunakan dapat berbeda, tergantung luasnya
otot yang kaku.. Pada kaku otot yang hanya terjadi di area setempat, dokter akan memberikan
suntik botox (botulinum toxin) setiap 3 bulan. Botox juga dapat digunakan untuk mengatasi
ngiler. Sedangkan untuk kaku otot yang terjadi di seluruh tubuh, dokter mungkin akan
meresepkan diazepam dan baclofen.
2. Terapi
Selain obat-obatan, berbagai jenis terapi juga diperlukan untuk mengatasi gejala cerebral
palsy, di antaranya:
 Fisioterapi. Fisioterapi anak bertujuan untuk meningkatkan kemampuan gerak dan
kekuatan otot, serta mencegah kontraktur (pemendekan otot yang membuat gerakan
menjadi terbatas).
 Terapi okupasi. Terapi okupasi bertujuan untuk membantu pasien menangani
kesulitan dalam beraktivitas, misalnya mandi atau berpakaian. Terapi ini akan sangat
membantu meningkatkan kepercayaan diri dan kemandirian pasien.
 Terapi bicara. Sesuai dengan namanya, terapi ini diperuntukkan bagi pasien cerebral
palsy yang mengalami gangguan bicara.
3. Operasi
Operasi diperlukan bila kaku otot mengakibatkan kelainan pada tulang. Contohnya adalah:
 Bedah ortopedi. Prosedur ini dilakukan untuk mengembalikan tulang dan sendi ke
posisi yang benar. Bedah ortopedi juga dapat memanjangkan otot dan tendon yang
terlalu pendek akibat kontraktur, agar kemampuan gerak pasien meningkat.
 Selective dorsal rhizotomy (SDR). SDR akan dilakukan bila prosedur lain tidak
mampu mengatasi nyeri dan kaku otot. Prosedur ini dilakukan dengan memotong
salah satu saraf tulang belakang.
Pada pasien dengan gejala sulit menelan (disfagia), dokter akan menyarankan pemberian
makanan lunak dan lembut, sambil melatih otot-otot menelannya dengan fisioterapi.
Sedangkan pada disfagia yang sudah parah, dokter akan menyarankan pemasangan selang
makan, baik yang dipasang melalui hidung atau langsung dari kulit perut ke lambung melalui
operasi. Sedangkan pada pasien yang ngiler, akan dilakukan operasi untuk mengarahkan
aliran air liur ke belakang mulut, agar tidak menetes ke luar terus.
Daftar Pustaka
Pratiwi, HO. (2020). Bab II Tinjauan Pustaka. Diakses melalui http://repository.poltekkes-
tjk.ac.id/2293/6/BAB%20II.pdf pada 13 September 2021.
Putri, YH. (2018). Bab II Tinjauan Pustaka. Diakses melalui
http://repository.unimus.ac.id/1787/3/BAB%20II.pdf pada 13 September 2021.
Putranto, Ega Dwi. “Gangguan Bicara dan Bahasa Pada Anak, Bagaimana Menyikapinya?”
Diakses melalui https://www.rsuharapanibu.co.id/gangguan-bicara-dan-bahasa-
pada-anak-bagaimana-menyikapinya/ pada 13 September 2021.
Irawan Sapto Adhi. "7 Penyebab Anak Terlambat Bicara dan Cara Mengatasinya",
https://health.kompas.com/read/2020/10/04/180200568/7-penyebab-anak-terlambat-
bicara-dan-cara-mengatasinya?page=all.
Cerebral Palsy. Diakses di https://www.alodokter.com/lumpuh-otak pada 13 September 2021.
Cerebral Palsy. Diakses di https://www.halodoc.com/kesehatan/cerebral-palsy pada 13
September 2021.

Anda mungkin juga menyukai