Anda di halaman 1dari 3

Moral Hazard

Moral Hazard adalah hazard yang berkaitan dengan moral atau karakter atau sifat
dari calon tertanggung yang mentransfer risikonya ke perusahaan asuransi.
Bahaya moral terjadi ketika salah satu pihak dalam transaksi memiliki peluang
untuk menanggung risiko tambahan yang berdampak negatif pada pihak lainnya.
Keputusan ini didasarkan bukan pada apa yang dianggap benar, tetapi apa yang
memberikan tingkat manfaat tertinggi, karenanya merujuk pada moralitas. Ini
dapat berlaku untuk kegiatan dalam industri keuangan, seperti dengan kontrak
antara peminjam atau pemberi pinjaman, serta industri asuransi.

Bentuk Moral Hazard di Asuransi Kesehatan


Ada dua tipe Moral hazard di asuransi pelayanan kesehatan yang diakibatkan dari
perbuatan dan tingkah laku peserta asuransi, pertama pihak asuransi mungkin saja
tidak mendorong sepenuhnya peserta asuransi melakukan pencegahan (preventif)
sehingga peserta asuransi memiliki sedikit motivasi untuk menjaga dirinya untuk
berperilaku hidup sehat, pada kasus ini telah terjadi Moral hazard karena
pelayanan kesehatan diberikan pada peserta asuransi yang tidak melakukan
tindakan preventif untuk menghindari pengobatan. Kedua pihak asuransi
mungkin saja mendorong peserta asuransi untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan yang tidak diperlukan atau tidak krusial (mendesak) seperti meminta
tambahan hari untuk berobat atau meminta tambahan tindakan yang seharusnya
tidak diperlukan pada kasus pihak asuransi mendapatkan permasalahan moral
hazard karena peserta asuransi menggunakan pelayanan yang berlebihan, dari
kedua kasus di atas pihak asuransi baik pemerintah ataupun swasta mengalami
kerugian karena mereka harus membayar lebih banyak dari pada premi yang
mereka terima (Culter 1998).

Ciri-ciri Moral Hazard


Ciri-ciri moral hazard adalah sulit diidentifikaskan, namun kadang- kadang
tercermin dari keadaan keadaan tertentu seperti: tidak rapi, tidak bersih keadaan
dimana peraturan keamanan/kerja tidak dilaksanakan sebagaimana mestinya
(tidak disiplin).
Ciri lain dari moral hazard ialah sulit diperbaiki/dirubah, karena menyangkut
sifat, pembawa ataupun karakter manusia. Apabila moral hazard yang buruk
menjurus pada bentuk penipuan atau kecurangan, permohonan pertanggungan
sebaiknya ditolak. Apabila masih dalam bentuk kecerobohan, kurang hati-hati,
masih dapat diatasi misalnya dengan membatasi luas jaminan mengenakan
excess/risiko sendiri, memberlakukan warranty tertentu dan sebagainya. Para
ekonom menjelaskan moral hazard sebagai kasus khusus dari asimetri informasi,
sebuah situasi di mana salah satu pihak dalam suatu transaksi memiliki informasi
lebih dari yang lain. Secara khusus, moral hazard dapat terjadi jika pihak yang
terisolasi dari risiko informasi lebih tentang tindakan dan niat dari pihak
membayar atas konsekuensi negatif dari risiko.
Secara lebih luas, moral hazard terjadi ketika pihak dengan informasi lebih
tentang tindakan atau niat memiliki kecenderungan atau dorongan untuk
berperilaku tidak tepat dari perspektif karena kurangnya informasi (Mitnick
1996). Dalam teori ilmu ekonomi dasar dikatakan bahwa asuransi kesehatan dapat
mengurangi semua penyebab-penyebab yang dapat menimbulkan penyakit,
namun kenyataannya belum ada penelitian yang mendukung prediksi ini, bahkan
asuransi kesehatan cendrung menimbulkan moral hazard pada penggunanya
(Dhavel Daveand Robert Kaesner, 2009). Pada asuransi kesehatan umumnya tidak
ada yang melakukan usaha preventif kesehatan, seperti mengurangi perilaku
merokok, minum beralkhohol, dan malas berolah raga namun hanya tindakan
kuratif saja (Courbageand Couland, 2004). Namun ada juga asuransi yang
melakukan usaha menangani penyakit seperti diabetes sekaligus melakukan usaha
preventif mengontrol obesitas yang berkaitan dengan penyakit tersebut (Klick and
Stratman, 2004).

Cara Mengatasi Moral Hazard


1. Membangun motivasi atau insentif. Contohnya dalam asuransi, untuk
menghindari bahaya moral, perusahaan asuransi akan merancang kontrak
untuk memberi insentif agar nasabah mengasuransikan suatu produk.
2. Mereka juga tidak akan mengasuransikan dalam jumlah penuh, dimana
terdapat proses pembayaran uang muka pertama dari klaim asuransi.
Perusahaan asuransi juga akan mempersulit proses mendapatkan uang,
sehingga akan lebih enggan untuk mengajukan klaim.
3. Menghukum perilaku buruk. Pemerintah dapat memberikan jaminan bank,
tetapi menghukum mereka yang bertanggung jawab untuk membuat
keputusan yang sembrono.
4. Pembayaran terkait kinerja. Untuk menghindari bahaya moral di pasar
tenaga kerja, mungkin ada beberapa bentuk evaluasi kinerja dan tidak ada
jaminan pekerjaan seumur hidup.
5. Membagi-bagi bank sehingga mereka tidak terlalu besar untuk gagal.
Masalahnya terjadi ketika bank dengan tabungan konsumen juga
melakukan investasi berisiko. Ini adalah investasi berisiko yang
memerlukan bailout.

Anda mungkin juga menyukai