OLEH :
MELIANA KURNIAWATI CAHYADI
1315251106
29
individu bersedia membayar sejumlah uang tertentu sebagai kompensasi atas kerugian
yang timbul.
2. Karakteristik Asuransi
Perusahaan asuransi menggunakan the law of large numbers sebagai dasar operasi
mereka. Hukum tersebut, dalam konteks asuransi, mengatakan bahwa semakin banyak
eksposur atau risiko yang serupa, semakin kecil penyimpangan kerugian yang terjadi dari
kerugian yang diperkirakan. Dengan kata lain, risiko atau ketidakpastian menjadi semakin
kecil apabila jumlah eksposur meningkat.
Ada dua masalah yang inheren dalam kontrak asuransi, yaitu problem moral hazard dan
adverse selection. Moral hazard ialah perilaku yang tidak berhati-hati (ceroboh). Asuransi
cenderung mendorong terjadinya perilaku moral hazard. Sebagai contoh, misalkan saya
adalah seorang yang sangat berhati-hati dalam menjalankan mobil saya dijalanan.
Kemudian, saya membeli asuransi kecelakaan mobil. Setelah membeli asuransi, saya
akan merasa bahwa ada yang melindungi saya jika terjadi kecelakaan. Karena itu saya
menjadi tidak berhati-hati lagi. Perilaku saya menjadi lebih ceroboh. Setelah membeli
asuransi, saya akan merasa bahwa ada yang melindungi saya jika terjadi kecelakaan.
Perusahaan asuransi tentunya akan dirugikan karena perilaku saya yang berhati-hati pada
saat membeli asuransi, berubah menjadi ceroboh ketika asuransi tersebut sudah saya
peroleh.
Problem adverse selection bisa digambarkan sebagai berikut ini. Siapa yang cenderung
membeli asuransi, orang yang perilakunya ceroboh atau yang perilakunya berhati-hati?
Kecenderungannya adalah mereka yang perilakunya ceroboh akan membeli asuransi,
karena dia merasa membutuhkan perlindungan untuk perilakunya yang ceroboh. Orangorang yang berhati-hati akan lebih berhati-hati pula dalam membeli asuransi karena
kebutuhan akan perlindungan (asuransi) tidak sebesar kebutuhan dari orang yang tidak
berhati-hati. Sekali lagi perusahaan asuransi akan dirugikan karena nasabah asuransi akan
terisi oleh orang yang perilakunya ceroboh.
Jika kedua problem tersebut muncul, maka perusahaan asuransi akan dirugikan, karena
orang dulunya baik menjadi ceroboh (moral hazard), atau orang yang ceroboh yang
cenderung membeli asuransi (adverse selection). Kedua perilaku ini akan meningkatkan
kerugian perusahaan asuransi, yang pada giliran berikutnya akan meningkatkan premi
asuransi. Premi asuransi yang tinggi tersebut akan semakin memperparah kedua problem
tersebut. Orang yang berhati-hati menjadi semakin tidak tertarik dengan asuransi, karena
premi yang terlalu tinggi. Pada akhirnya perusahaan asuransi hanya diisi oleh orang
ceroboh, dan premi menjadi terlalu tinggi. Perusahaan asuransi pada akhirnya tidak
bertahan dalam hal tersebut. Perusahaan asuransi bisa mencegah atau mengurangi risiko
semacam itu melalui beberapa mekanisme, missal dengan membebani premi yang
berbeda. Nasabah yang risikonya tinggi harus membayar premi yang lebih tinggi
dibandingkan nasabah yang risikonya lebih rendah. Tetapi bagaimanapun juga kedua
problem tersebut merupakan problem yang inheren pada bisnis asuransi.
3. Risiko yang Bisa Diasuransikan
3.1 Kerugian Karena Risiko Bisa Ditentukan dan Diukur
Jika kerugian tidak bisa diukur, maka perusahaan asuransi tidak akan bisa
membuat kontrak asuransi. Secara teoritis sebagian besar risiko bisa ditentukan
dan diukur. Tetapi dalam praktik, penentuan dan pengukuran risiko tidak semudah
yang dibayangkan.
3.2 Risiko yang Mempunyai Kemiripan dan Banyak
Salah satu persyaratan penting dari sudut pandang perusahaan asuransi adalah
risiko yang diasuransikan bisa diperkirakan di muka. Perusahaan asuransi bisa
memperkirakan lebih baik jika risiko tersebut cukup banyak dan mirip satu sama
lain. Jika hanya satu risiko terjadi dalam waktu sekian lama, maka perusahaan
asuransi akan menghadapi ketidakpastian yangs sama dengan pihak yang
menasuransikan. Disamping itu, risiko yang ideal untuk bisa diasuransikan adalah
mirip satu sama lain. Risiko kematian merupakan contoh risiko yang seperti itu,
sehingga bisa dikelompokkan ke dalam satu jenis risiko yang akan dikelola.
3.3 Kerugian Harus Terjadi Karena Ketidaksengajaan atau Karena Kecelakaan
Risiko muncul karena adanya ketidakpastian. Jika ketidakpastian bisa dihilangkan,
maka tidak ada risiko, dan karenanya tidak akan ada asuransi . jika seseorang
sudah bisa memperkirakan besarnya risiko, maka dia tidak akan membutuhkan
asuransi. Kesengajaan merupakan contoh lain dari kepastian. Jika seseorang
sengaja membakar pabriknya untuk memperoleh tanggungan asuransi, maka
orang tersebut tidak menghadapi risiko, karena dia sudah merencanakan
tindakannya. Ketidaksengajaan merupakan persyaratan asuransi. Perusahaan
asuransi biasanya mengeluarkan kerugian yang disengaja dalam polis asuransi
mereka. Kerugian semacam itu tidak akan ditanggung oleh perusahaan asuransi.
Dari sudut pandang asuransi, kesengajaan semacam itu akan mendorong
timbulnya hazard moral.
3.4 Kerugian Tidak diakibatkan Oleh Bencana
Salah satu tujuan mengumpulkan eksposur risiko adalah agar terjadi diversifkasi,
yaitu kerugian yang muncul (tanggungan) yang ditanggung oleh premi dari
nasabah lainnya yang tidak mengalami risiko tersebut. Jika sebagian risiko
ternyata muncul pada saat yang bersamaan, maka prinsip diversifikasi atau
pengumpulan eksposur semacam itu tidak terjadi. Perusahaan asuransi
menghaadapi risiko membayar tanggungan yang sangat besar, yang bisa
mengakibatkan kebangkrutan perusahaan asuransi tersebut.
3.5 Kerugian yang Besar
Perusahaan atau individu seharusnya mengasuransikan risiko yang mempunyai
potensi kerugian yang besar. Tidak akan ekonomis jika perusahaan atau individu
mengasuransikan risiko yang potensi kerugiannya kecil. Untuk risiko tersebut,
perusahaan atau individu bisa menggugat risiko tersebut dengan dana internal,
missal menyiapkan cadangan kerugian, atau individu menggnakan sebagian
penghasilannya untuk mendanai kerugian tersebut.
3.6 Probabilitas Terjadinya Kerugian Tidak Terlalu Tinggi
Jika probabilitas terjadinya kerugian terlalu tinggi, maka premi yang dibebankan
oleh perusahaan asuransi menjadi sangat tinggi. Premi total tersebut menjadi sama
dengan kerugian yang akan ditanggung oleh perusahaan asuransi karena risiko
tersebut, ditambah dengan biaya overhead perusahaan asuransi dan target
keuntungan perusahaan tersebut. Dalam situasi semacam itu, pihak yang
mengasuransikan akan lebih baik jika tidak usah membeli asuransi, dan
menanggung sendiri kerugian tersebut, kerugian yang akan ditanggung tersebut
akan lebih kecil dibandingkan dengan total premi yang dibayarkan perusahaan
asuransi. Dengan demikian kontrak asuransi tidak akan terjadi.
4. Prinisip-prinsip Asuransi
Ada beberapa prinsip yang mendasari perjanjian kontrak asuransi. Secara umum,
prinsip-prinsip tersebut mendasari kontrak asuransi yang dibuat, meskipun dalam
beberapa kasus tertentu, ada pengecualian-pengecualian dalam pelaksanaan prinsip
tersebut.
4.1 Principle of Indemnitity
Prinsip tersebut mengatakan bahwa pihak yang mengasuransikan tidak bisa
memperoleh uang pertanggungan lebih dari kerugian yang sebenarnya pada saat
terjadi kejadian yang merugikan, berapapun asuransi yang dibeli. Prinsip
semacam itu bisa mengendalikan problem moral hazard. Asuransi dalam hal ini
dirancang untuk mengembalikan kondisi ke situasi sebelum terjadinya kerugian.
Dengan prinsip semacam itu, kemungkinan seseorang melakukan moral hazard,
bisa dikurangi secara signifikan. Prinsip lainnya yang juga penting dan berkaitan
dengan prinsi indemnity adalah kehadiran asuransi lain. Dalam hal, pihak yang
asuransi
tidak
berkewajiban
untuk
membayarkan
uang
hilang.
Warranties
Waranti adalah klausul dalam kontrak asuransi yang mengatakan bahwa
sebelum perusahaan asuransi mempunyai kewajiban, maka kondisi, fakta, atau
situasi tertentu yang mempengaruhi risiko harus ada.
Penyembunyian
Menyembunyikan informasi berarti diam (tidak memberitahu) ketika dia harus
memberitahukan. Karena asuransi didasarkan pada prinsip kepercayaan, maka
pemohon asuransi harus secara sukarela memberitahu informasi yang material,
meskipun tidak ditanyakan. Informasi penting harus disampaikan meskipun
barangkali akan berakibat ditolaknya asuransi atau meningkatnya premi
asuransi.
Kesalahan
Jika kesalahan terjadi dalam kontrak, perbaikan bisa dilakukan setelah polis
asuransi dikeluarkan. Kesalahan dalam hal ini adalah kesalahan yang
dilakukan bersama, atau kesalahan yang diketahui oelh pihak lai, meskipun
tidak disebutkan pada waktu perjanjian dibuat. Kesalahan dalam hal ini bukan
kesalahan karena salah keputusan, tetapi kesalahan yang bisa ditunjukkan
Asuransi Tata Wahana, Asuransi Beringin, dan lain-lain. Perusahaan asuransi yang
dimiliki oleh Negara adalah Jamsostek dan Asuransi Kesehatan.
4. Reasuransi
Merupakan bagian penting dari asuransi. Reasuransi berarti mengasuransikan
asuransi. Reasuransi bisa dilakukan melalui perjanjian kerjasama antar perusahan
asuransi. Dalam hal ini, perusahaan asuransi bergabung untuk menanggung risiko
bersama. Reasuransi juga bisa dilakukan dengan membeli asuransi dari
perusahaan asuransi lain atau dari perushaan asuransi yang memfokuskan pada
risiko asuransi. Perushaan asuransi yang mentransfer risiko disebut sebagai
cading company. Perushaan lain yang menerima perusahaan asuransi dinamakan
sebagai line atau retention. Dan sebagai risiko yang diasuransikan dinamakan
sebagai cession. Proses pentransferan risiko tersebut dinamakan sebagai
retrocession.
Tabel berikut ini menyajikan perkembangan perusahaan asuransi di indonesia, dari
tahun 1996-2000:
Market Structure
Number
of
1996
registerd 164
indurers
Life insurers
General insurers
Professional reinsurers
Sosial
insurer
and
56
98
5
2
jamsostek
3
Civil servant and armed
78
forces
Insurance
and
21
reinsurance brokers
18
Loss adjuster
Actuarial consultants
44,564
Insurance development :
Per capita expenditure 22,263,60
(Rp
Total asset (million)
1997
1998
1999
2000
178
180
178
175
62
106
5
2
62
108
5
2
62
107
4
2
61
105
4
2
75
77
83
96
22
18
22
18
23
18
23
18
53,247
74,114
69,099
81,914
32,009,300
25,346,40
38,160,70
41,611,660
Namun pada risiko lain seperti kebakaran penentuan risiko menjadi sangat sulit.
Berikut inii ilustrasi pembuatan premi risiko. Misalnya disuatu daerah
diperkirakan perusahaan asuransi akan membayarkan kerugian karena kecelakaan
mobil yang mencapai Rp 1 miliar