Anda di halaman 1dari 13

PRINSIP DASAR DALAM ASURANSI

MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Manajemen Risiko
yang dibina oleh Bapak Rachmad Hidayat, S.Pd.

oleh :
1.
2.
3.
4.
5.

Ratna Dewi Setyaningrum


Ratry Frestika Putri
Gustaf Hermawan
Widikka Ananto
Andri Bustomi

(140413603082)
(140413600311)
(130413604603)
(130413611553)
(110413423527)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
2016

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Prinsip
Dasar dalam Asuransi ini dengan baik. Dan juga kami berterima kasih pada Bapak Rachmad
Hidayat, S.Pd. selaku Dosen mata kuliah Manajemen Risiko yang telah memberikan tugas ini
kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna untuk menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai prinsip dasar dalam asuransi. Apabila di dalam makalah ini
ditemukan kesalahan atau kekurangan, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang.
Semoga makalah ini dapat dipahami dan berguna bagi siapapun yang membacanya.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan
dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Malang, 20 Oktober 2016

BAB I

PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Asuransi merupakan salah satu teknik untuk mengelola risiko, yang cukup banyak
digunakan. Asuransi bisa dipandang sebagai alat di mana individu bisa mentransfer
risiko ke pihak lainnya, di mana pihak asuransi mengakumulasi dana dari individu
individu untuk memenuhi kebutuhan keuangan yang berkaitan dengan kerugian yang
timbul. Pengertian semacam ini mengandung dua kata kunci, yaitu transfer risiko dan
sharing kerugian. Dari sisi individu (yang mengasuransikan), asuransi bisa dilihat
sebagai gantinya, perusahaan asuransi bersedia membayar sejumlah uang tertentu
sebagai kompensasi atas kerugian yang timbul. Isu-isu yang berkaitan dengan asuransi
mencakup ririko-risiko yang bisa diasuransikan, prinsip-prinsip asuransi, overview
bisnis asuransi, dan fungsi-fungsi yang dijalankan oleh perusahaan asuransi.
Secara rasional, para pelaku bisnis akan mempertimbangkan untuk mengurangi
risiko yang dihadapi. Pada tingkat kehidupan keluarga atau rumah tangga, asuransi juga
dibutuhkan untuk mengurangi permasalahan ekonomi yang akan dihadapi apabila ada
salah satu anggota keluarga yang menghadapi risiko cacat atau meninggal dunia. Salah
satu cara penanggulangan risiko melalui pembiayaan adalah dengan mengasuransikan
suatu risiko kepada perusahaan asuransi.
Perkembangan asuransi di Indonesia saat ini telah mengalami kemajuan yang
sangat pesat. Berbagai perusahaan asuransi berlomba menawarkan program asuransi
baik bagi masyarakat maupun perusahaan. Pilihannya ada ditangan kita sebagai
konsumen, asuransi apa yang paling baik dan bermanfaat bagi kepentingan kita sendiri.

1.2

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis mengidentefikasi masalah sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Apa definisi asuransi ?


Apa saja karakteristik asuransi ?
Apa saja risiko yang bisa diasuransikan ?
Apa saja prinsip-prinsip asuransi ?
Apa saja industri asuransi ?
Apa saja fungsi yang dilakukan oleh perusahaan asuransi ?
BAB II
PEMBAHASAN

Definisi Asuransi
Ada berbagai macam definisi asuransi menurut para ahli :
a. Menurut Prof. Mehr dan Cammack
Asuransi adalah alat sosial untuk mengurangi resiko dengan menggabungkan
sejumlah yang memadai unit-unit resiko sehingga kerugian individual mereka
secara kolektif dapat diramalkan.
b. Menurut Prof. Willet
Asuransi adalah alat sosial untuk mengumpulkan dana guna mengatasi kerugian
modal yang tidak tentu yang dilakukan melalui pemindahan resiko dari banyak
individu kepada seseorang atau sekelompok orang.
c. Menurut Prof. Mark R. Green
Asuransi adalah suatu lembaga ekonomi yang bertujuan mengurangi resiko dengan
jalan mengkombinasikan dalam suatu pengelolaan sejumlah obyek yang cukup
besar jumlahnya.
d. Menurut C. A. William Jr dan R.M Heins
Asuransi adalah suatu pengamanan trhadap kerugiab finansiil yang dilakukan oleh
seorang penanggung.

2.2

Karakteristik Asuransi
Perusahaan asuransi menggunakan the law of large numbers sebagai dasar operasi
mereka. Hukum tersebut. Semakin banyak eksposur atau risiko yang serupa, semakin
kecil penyimpangan kerugian yang terjadi dari kerugian yang diperkirakan. Sebagai
contoh, untuk individu, risiko atau ketidakpastian yang berkaitan dengan kematian
sangat tinggi. Tetapi jika eksposur atau risiko kematian tersebut dikumpulkan oleh
perusahaan asuransi, risiko kematian tersebut menjadi lebih mudah dan lebih akurat
untuk dihitung. Jika eksposur atau risiko kematian yang dikumpulkan mencapai
500.000, maka kematian yang sesungguhnya akan menyimpang dari yang diperkirakan
tidak lebih dari 1% akurasi meningkat
Ada dua masalah yang inheren dalam kontrak asuransi, yaitu problem moral hazard dan
adverse selection.
1. Moral hazard
Moral hazard adalah perilaku yang tidak berhati-hati (ceroboh). Asuransi cenderung
mendorong terjadinya perilaku moral hazard.
2. Problem adverse selection

Kecendurungan adalah mereka yang perilakunya ceroboh akan membeli asuransi,


karena dia merasa membutuhkan perlindungan untuk perilakunya yang ceroboh.
Orang yang berhati-hati akan lebih berhati-hati pula dalam membeli asuransi, karena
kebutuhan akan perlindungan (asuransi) tidak sebesar kebutuhan dari orang yang
tidak berhati-hati. Sekali perusahaan asuransi akan dirugikan karena nasabah
asuransi akan terisi oleh orang yang perilakunya ceroboh.
Jika kedua problem tersebut muncul, maka perusahaan asuransi akan dirugikan,
karena orang dulunya baik menjadi ceroboh (moral hazard), atau orang yang ceroboh
yang cenderung membeli asuransi (adverse selection). Kedua perilaku tersebut akan
meningkatkan kerugian perusahaan asuransi, yang pada giliran berikutnya akan
meningkatkan premi asuransi. Perusahaan asuransi bisa mencegah atau mengh=urangi
risiko semacam itu melalui beberapa mekanisme, misal dengan membebani premi yang
berbeda. Nasabah yang risikonya tinggi harus membayar premi yang lebih tinggi
dibandingkan nasabah yang risikonya lebih rendah.
2.3

Risiko yang Bisa Diasuransikan


Tipe-tipe risiko yang layak diasuransikan, dari sudut pandang perusahaan asuransi
(insurers) :
a. Kerugian Karena Risiko Bisa Ditentukan dan Diukur
Secara teoritis sebagian besar risiko bisa ditentukan dan diukur. Tetapi dalam
praktik, penentuan dan pengukuran risiko tidak semudah yang dibayangkan.
Seringkali perusahaan asuransi percaya saja dengan klaim nasabahnya. Nilai atau
kerugian akan sangan sulit ditentukan. Biasanya pengadilan yang akan memutuskan
seberapa besar ganti rugi yang pantas.
b. Risiko yang Mempunyai Kemiripan dan Banyak
Salah satu persyaratan penting dari sudut pandang perusahaan asuransi adalah
risiko yang diasuransikan bisa diperkirakan di muka. Perusahaan asuransi bisa
memperkirakan lebih baik jika risiko tersebut cukup banyak dan mirip satu sama
lain. Jika hanya satu risiko terjadi terjadi dalam waktu sekian lama, maka
perusahaan asuransi akan menghadapi ketidakpastian yang sama dengan pihak yang
mengasuransikan (insured). Contoh tipe risiko semacam itu adalah risiko kematian
manusia. Risioko kematian untuk individu merupakan sesuatu yang sangat tidak

pasti. Tetapi jika dikelompokkan dalam jumlah yang besar, risiko tersebut menjadi
bisa diperkirakan lebih akurat.
Di samping itu, risiko yang ideal untuk bisa diasuransikan adalah mirip satu
sama lain. Risiko kematian tidak akan bisa digabungkan dengan, misal, risiko
kebakaran, karena keduanya mempunyai karakteristik yang berbeda. Faktor lain,
misal sosial dan geografis, juga harus diperhitungkan untuk menentukan kemiripan
risiko tersebut.
c. Kerugian Harus Terjadi Karena Ketidaksengajaan atau Karena Kecelakaan
Risiko muncul karena adanya ketidakpastian. Jika ketidakpastian bisa
dihilangkan, maka tidak ada risiko, dan karenanya tidak akan ada asuransi.
Kesengajaan merupakan contoh lain dari kepastian.
Ketidaksengajaan merupakan persyaratan dari asuransi. Perusahaan asuransi
biasanya mengeluarkan kerugian yang disengaja dalam polis asuransi mereka. Dari
sudut pandang perusahaan asuransi, kesengajaan semacam itu akan mendotong
timbulnya moral hazard.
Premi yang terlalu tinggi menjadi tidak menarik bagi calon pembeli asuransi
yang berhati-hati, cenderung menaikkan moral hazard, yang kemudian menaikkan
kerugian, menaikkan premi, dan akhirnya perusahaan asuransi terlibat pasa
lingkaran setan (death spiral), yang bisa mengakibatkan kebangkrutan.
d. Kerugian Tidak Diakibatkan Oleh Bencana
Salah satu tujuan mengumpulkan (mem-pool-kan) eksposur risiko adalah agar
terjadi diversifikasi, yaitu kerugian yang muncul (tanggungan) bisa ditanggung
oleh premi dari nasabah lainnya yang tidak mengalami risiko tersebut. Perusahaan
asuransi menghadapi risiko membayar tanggungan yang sangat besar, yang bisa
mengakibatkan kebangkrutan perusahaan asuransi tersebut.
e. Kerugian yang Besar
Perusahaan atau

individu

seharusnya

mengasuransikan

risiko

yang

mempunyai potensi kerugian yang besar. Untuk risiko tersebut, perusahaan atau
individu bisa menanggung risiko tersebut dengan dana internal, misal menyiapkan
cadangan kerugian, atau individu menggunakan sebagian penghasilannya untuk
mendanai kerugian tersebut.
f. Probabilitas Terjadinya Kerugian Tidak Terlalu Tinggi
Jika probabilitas terjadi kerugian terlalu tinggi, maka premi yang dibebankan
oleh perusahaan asuransi menjadi sangat tinggi. Premi total tersebut menjadi sama
dengan kerugian yang akan ditanggung oleh perusahaan asuransi karena risiko
tersebut, ditambah dengan biaya overhead perusahaan asuransi dan target
keuntungan perusahaan asuransi tersebut.

Tabel 2. Contoh Risiko Yang Tidak Layak Diasuransikan Dengan Alasannya


RISIKO
ALASAN KETIDAKLAYAKAN UNTUK
DIASURANSIKAN
Bersifat cathastrophic. Jika terjadi depresi, semua bisnis akan
merugi. Perusahaan asuransi akan membayar pertanggungan
yang terlalu tinggi. Disamping itu, pada kondisi depresi semua
Risiko kerugian bisnis
membeli asuransi. Pada kondisi baik, tidak ada yang membeli
selama periode depresi
asuransi. Perusahaan asuransi tidak bisa menyeimbangkan rugi
pada depresi dan laba pada kondisi ekonomi baik. Perusahaan
asuransi akan selalu rugi.
Sulit ditentukan dan diukur besarnya kerugian karena peristiwa
Kerugian karena informasi tersebut. Karena sulit, problem moral hazard bisa muncul.
rahasia bocor ke pesaing
Perusahaan bisa mengaku-aku bahwa informasi penting bocor,
padahal tidak ada kejadian seperti itu.
Sulit ditentukan dan diukur karena kondisi bursa saham bisa
berubah dengan sangat cepat. Bersifat cathastophic, jika kondisi
Kerugian Perdagangan di
ekonomi jelek maka bursa saham semuanya mengalami
Bursa Saham
kerugian. Jika kondisi ekonomi baik, bursa baik, tidak ada yang
beli asuransi.
2.4

Prinsip-Prinsip Asuransi

Ada beberapa prinsip yang mendasari perjanjian kontrak asuransi. Berikut ini
pembicaraan mengenai prinsip-prinsip tersebut :
a. Principle of Indemnity
Prinsip tersebut mengatakan bahwa pihak yang mengasuransikan (insured)
tidak bisa memperoleh uang pertanggungan lebih dari kerugian yang sebenarnya
pada saat terjadi kejadian yang merugikan, berapapun asuransi yang dibeli.
Prinsip lainnya yang juga penting dan berkaitan dengan prinsip indemnity
adalah kehadiran asuransi lain. Dalam hal, pihak yang mengasuransikan (insured)
tidak bisa memperoleh uang pertanggungan dari lebih dari satu perusahaan
asuransi. Jika ada dua perusahaan asuransi yang terlibat, biasanya kedua
perusahaan tersebut akan berbagi pertanggungan tersebut.
b. Principle of Insurable Interest
Prinsip tersebut mengatakan bahwa asuransi didasarkan pada adanya
kepentingan yang diasuransikan. Pihak yang mengasuransikan harus bisa
menunjukkan hal tersebut pada waktu meminta uang pertanggungan. Bukti adanya
kepentingan yang diasuransinya bisa ditunjukkan melalui bukti kepemilikkan,
sewa atau lainnya.
Prinsip semacam itu cukup bermanfaat untuk mengurangi problem moral
hazard. Prinsip semacam itu secara efektif juga bisa menghalangi penggunaan
asuransi sebagai alat perjudian (gambling)
c. Principle of Subrogation
Prinsip subrogation mengatakan bahwa seseorang membeli asuransi, maka
perusahaan asuransi berhak atas kas yang akan diterima pihak yang
mengasuransikan dari pihak ketiga. Prinsip tersebut merupakan konsekuensi
lanjutan dari prinsip indemnity. Pihak yang mengasuransikan (insured) tidak b isa
memperoleh ganti rugi dari beberapa pihak sekaligus. Prinsip subrogasi juga
menghalangi moral hazard yang mungkin muncul.
Pada beberapa jenis asuransi (misal kecelakaan), kas yang diperoleh dari pihak
ketiga yang teledor (ceroboh, mengakibatkan kecelakaan) bisa cukup signifikan.
Kas masuk tersebut bisa dipakai oleh perusahaan asuransi untuk mengurangi
kerugiannya, yang mempunyai implikasi pada penurunan premi yang dibebankan
perusahaan asuransi tersebut. Alasan lain adalah prinsip semacam itu menaruh
orang yang teledor (ceroboh) sebagai pihak yang bertanggung jawab atas
kecerobohannya, dan karenanya harus menganggung akibat dari perbuatannya
tersebut.
d. Priciple of Utmost Good Faith

Kontrak asuransi didasarkan pada kepercayaan bersama. Standar kejujuran


yang tinggi dipegang untuk kontak asuransi. Jika terjadi pelanggaran terhadap
standar kejujuran tersebut, kontrak asuransi bisa dibatalkan. Berikut ini contoh
bagaimana standar kejujuran yang tinggi tersebut diaplikasikan ke kontrak
asuransi.
1. Representasi
Representasi dalam hal ini adalah pernyataan yang dibuat oleh
pemohon asuransi (pembeli) sebelum polis asuransi dikeluarkan. Jika
informasi yang disampaikan oleh pemohon tersebut ternyata tidak benar, dan
ketidakjujuran tersebat material, maka kontrak asuransi tersebut bisa
dibatalkan. Jika perusahaan asuransi tidak dengan cepat membatalkan kontrak
tersebut, bisa mengakibatkan hak perusahaan asuransi untuk membatalkan
kontrak tersebut menjadi hilang.
2. Warranties
Waranti adalah klausul dalam kontrak asuransi yang mengatakan
bahwa sebelum perusahaan asuransi mempunyai kewajiban, maka kondisi,
fakta, atau situasi tertentu yang mempengaruhi risiko harus ada. Jika waranti
dilanggar, perjanjian bisa dibatalkan meskipun waranti tersebut barangkali
tidak material.
3. Penyembunyian
Menyembunyikan informasi berarti diam (tidak memberitahu) ketia dia
harus memberitahukan. Karena asuransi didasarkan pada prinsip kepercayaan,
maka pemohon asuransi harus secara sukarela memberitahu informasi yang
material, meskipun barangkali akan berakibat ditolaknya asuransi atau
meningkatnya premi asuransi.
4. Kesalahan
Jika kesalahan terjadi dalam kontrak, perbaikan bisa dilakukan setelah
polis asuransi dikeluarkan. Kesalahan dalam hal ini adalah kesalahan yang
dilakukan bersama, atau kesalahan yang diketahui oleh pihak lain, meskipun
tidak disebutkan pada waktu perjanjian dibuat. Kesalahan dalam hal ini bukan
kesalahan karena salah keputusan, tetapi kesalahan yang bisa ditunjukkan
bahwa perjanjian asuransi yang terjadi bukan perjanjian yang seharusnya.
2.5

Industri Asuransi
Asuransi menanggung banyak tipe risiko. Berikut ini kategorisasi perusahaan
asuransi.

1. Asuransi Personal dan Asuransi Properti dan Kecelakaan


Asuransi personal berkaitan langsung dengan individu. Risiko yang bisa
diasuransikan adalah risiko yang timbul dari kejadian yang bisa mengganggu
pendapatan dari seseorang. Seseorang yang mengalami kecelakaan sehingga
mengalami cacat permanen sehingga tidak bisa bekerja seperti semula akan
terganggu pendapatannya. Risiko semacam ini bisa diasuransikan.
Asuransi properti dan kecelaaan menanggung risiko yang bisa menghancurkan
properti (kekayaan) yang ada. Asuransi tersebut berbeda dengan asuransi personal.
Dalam asuransi personal, fokus kita adalah kemampuan untuk memperoleh
properti atau kekayaan di masa mendatang dari seseorang. Dalam asuransi
kecelakaan, fokus kita adalah pada kekayaan yang sudah ada.
2. Asuransi Sukarela dan Wajib
Nasabah bisa sukarela mengasuransikan eksposurnya. Jika perusahaan membeli
asuransi kebakaran, maka perusahaan tersebut secara sukarela mengasuransikan
bangunannya. Perusahaan punya pilihan untuk tidak mengasuransikan eksposur
tersebut.
3. Asuransi Publik dan Swasta
Perusahaan asuransi bisa merupakan perusahaan swasta dan bisa merupakan
perusahaan negara. Contoh perusahaan asuransi swasta adalah asuransi Tata
Wahana dan Asuransi Beringin. Contoh perusahaan asuransi milik negara adalah
Jamsostek dan Asuransi Kesehatan (Askes).
4. Reasuransi
Reasuransi merupakan bagian penting dari industri asuransi. Reasuransi berarti
mengasuransikan

asuransi.

Melalui

reasuransi,

perusahaan

asuransi

bisa

bekerjasama untuk menghadapi risiko sehingga risiko yang sangat besarbisa


dihadapi lebih mudah. Reasuransi bisa dilakukan melalui perjanjian kerjasama
antarperusahaan asuransi. Dalam hal ini perusahaan asuransi bergabung untuk
menanggung risiko bersama. Reasuransi juga bisa dilakukan dnegan membeli
asuransi dari perusahaan asuransi lain, atau dari perusahaan asuransi yang
memfokuskan pada risiko asuransi (reinsurance company). Perusahaan asuransi
yang mentransfer risiko (primary insurer) tersebut disebut sebagai ceding
company. Perusahaan lain yang menerima risiko tersebut dinamakan reinsurer.
Risiko yang dipertaankan oleh perusahaan asuransi dinamakan sebagai line atau
retention, dan bagian risiko yang diasuransikan dinamakan sebagai cession. Proses
mentransfer risiko tersebut dinamakan sebagai retrocession.
2.6

Fungsi yang Dilakukan oleh Perusahaan Asuransi

Perusahaan asuransi melakukan fungsi-fungsi sebagai berikut.


1. Produksi
Fungsi produksi dalam asuransi sama dengan fungsi penjualan atau pemasaran
dalam perusahaan biasa. Penjualan asuransi merupakan kunci utama kesuksesan
perusahaan asuransi karena perusahaan asuransi menggunakan prinsip law of the
large numbers.
2. Underwritting
Underwritting adalah fungsi yang dilakukan untuk memilih asuransi yang
akan ditanggung oleh perusahaan asuransi. Tujuan dari underwritting adalah untuk
melihat agar pemohon tidak mempunyai risiko atau tidak menghasilkan kerugian
yang menyimpang jauh dari yang diperkirakan perusahaan asuransi. Kadang
asosiasi

untuk

underwritter

dibentuk

untuk

mengefektifkan

pekeraan

underwritting. Risiko tertentu akan sangat sulit dan tidak efisien untuk ditanggung
oleh satu perusahaan asuransi. Asosiasi yang terdiri dari perusahaan asuransi bisa
dibentuk untuk tujuan bisa melakukan underwritting untuk risiko-risiko tersebut.
3. Penentuan Premi
Penentuan premi biasanya merupakan hal yang cukup teknis dan kompleks.
Pada asuransi jiwa, penentuan premi bisa dilakukan dengan lebih mudah. Tetapi
pada jenis asuransi lain, misal kecelakaan, penentuan premi lebih sulit dan lebih
kompleks. Pada prinsipnya, penentuan premi dilakukan dengan menghitung
kerugian yang diperkirakan untuk kelas risiko tertentu, ditambah target
keuntungan, kemudian menghitung jumlah eksposur atau kontrak yang diperoleh,
kemudian membagi kerugian yang diharapkan tersebut dengan jumlah kontrak.
Secara umum, premi yang ideal adalah tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu
rendah. Premi yang tidak terlalu tinggi atau rendah bisa menutup biaya dan target
keuntungan perusahaan asuransi dan tidak bisa mengundang kontroversi dan
campur tangan pihak yang berwenang bisa masuk. Penentuan premi juga menjadi
sulit karena data historis sering digunakan untuk memperkirakan kerugian di masa
mendatang. Premi juga harus adil terhadap nasabah individual, dalam arti esar
kecilnya seharusnya memperhitungkan tingkat risiko atau perilaku tidak hati-hati
(moral hazard) dari nasabah. Nasabah yang moral hazard-nya lebih tinggi
mestinya membayar premi asuransi yang lebih tinggi dibandingkan dnegan
nasabah yang lebih berhati-hati.
4. Manajemen Klaim
Jika kejadian yang merugikan terjadi, maka nasabah akan mengajukan klaim
pertanggungjawaban atas kerugian yang mereka alami. Perusahaan asuransi harus
bisa mengelola klaim tersebut dengan baik dengan cara inspeksi lapangan untuk

membuktikan benar tidaknya klaim, menentukan besar kecilnya kerugian, dan


apakah perusahaan asuransi akan menyetujui klaim tersebut. Petugas lapangan
yang melakukan inspeksi macam itu dinamakan adjusters. Penyelesaian klaim
yang cepat dan berhati-hati sangat diperlukan karena apabila penyelesaian secara
lamban akan membuat nasabah menjadi tidak puas. Penyelesaian yang tidak hatihati bisa memunculkan kecurangan atau penipuan yang dilakukan nasabah dan
berdampak merugikan perusahaan asuransi.
5. Investasi oleh Perusahaan Asuransi
Pendapatan perusahaan asuransi sebagian diperoleh dari pendapatan investasi.
Premi yang diterima oleh perusahaan asuransi akan diputar dulu atau
diinvestasikan sebelum dibayarkan kepada pemegang polis asuransi. Pendapatan
perusahaan asuransi dari investasi bisa cukup signifikan. Perusahaan asuransi jiwa
banyak menginvestasikan dananya pada obligasi dan hipotik, sedangkan
perusahaan asuransi properti dan kecelakaan lebih banyak melakukan investasi
pada saham biasa dan saham preferen. Pendapatan dari investasi tersebut bisa
digunakan untuk mengurangi premi yang dibebankan kepada nasabah. Premi yang
lebih kecil menjadikan daya saing perusahaan asuransi lebih baik, sehingga
semakin banyak polis atau kontrak asuransi yang bisa diterbitkan dan semakin
mempermudah dan mengefektifkan bisnis asuransi tersebut.
BAB III
PENUTUP
3.1

Kesimpulan
Dalam dunia asuransi, baik asuransi kerugian maupun asuransi jiwa memiliki prinsipprinsip dasar yang menjadi pedoman bagi seluruh penyelenggaraan kegiatan
perasuransian, yaitu:
1. Insurable interest, adalah hak untuk mengasuransikan, yang timbul dari suatu
hubungan keuangan antara tertanggung dengan yang diasuransikan dan diakui
secara hukum
2. Utmost good faith, adalah suatu tindakan untuk mengungkapkan secara akurat dan
lengkap, semua fakta yang material mengenai sesuatu yang akan diasuransikan
baik diminta maupun tidak
3. Indemnity, adalah suatu mekanisme dimana penanggung menyediakan kompensasi
finansial dalam upayanya menempatkan tertanggung dalam posisi keuangan yang
ia miliki sesaat sebelum terjadinya kerugian
4. Proximate cause, adalah suatu penyebab aktif, efisien yang mengakibatkan
terjadinya suatu peristiwa secara berantai atau berurutan tanpa intervensi suatu

ketentuan lain, diawali dan bekerja dengan aktif dari suatu sumber baru dan
independen.
5. Subrogation, merupakan hak penanggung yang telah memberikan ganti rugi
kepada tertanggung untuk menuntut pihak lain yang mengakibatkan kepentingan
asuransinya mengalami suatu peristiwa kerugian
6. Contribution, adalah hak penanggung untuk mengajak penanggung lainnya yang
sama-sama menanggung, tetapi tidak harus sama kewajibannya terhadap
tertanggung untuk ikut memberikan indemnity
Demikian makalah yang dapat kami sajikan. Kritik dan saran yang konstruktif sangat
kami harapkan demi perbaikan selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai