MANAJEMEN RISIKO
Tarif asuransi adalah suatu harga satuan dari suatu kontrak asuransi tertentu, untuk orang tertentu,
terhadap kerugian tertentu, dan digunakan untuk masa tertentu pula. Tarif asuransi terdiri dari
beberapa unsur yaitu harga satuan, digunakan terhadap orang tertentu, kerugian tertentu, dan masa
tertentu. Premi dalam asuransi atau pertanggungan adalah kewajiban tertanggung, dimana hasil dari
kewajiban tertanggung akan digunakan oleh penanggung untuk mengganti kerugian yang diderita
tertanggung. Fungsi dari premi merupakan harga pembelian dari tanggungan yang wajib diberikan
oleh penanggung atau sebagian imbalan risiko yang diperalihkan pertanggungan dibuat, kecuali
pertanggungan saling menanggung. Underwriting adalah sebuah proses identifikasi dan seleksi
resiko dari calon tertanggung yang mengasuransikan di sebuah perusahaan asuransi. Tujuan dari
underwriting adalah untuk melihat agar pemohon tidak mempunyai risiko atau tidak menghasilkan
kerugian yang menyimpang jauh dari yang diperkirakan oleh perusahaan asuransi. Underwriting
muncul karena adanya beberapa faktor, salah satunya adalah sebuah usaha agar calon tertanggung
mendapatkan beban premi yang sesuai dengan risiko yang dimilikinya, sehingga ada keadilan dalam
pembebanan premi tersebut. Apabila melihat premi asuransi BPJS dibandingkan dengan penjaminan
risiko yang diberikan sudah cukup baik meskipun apabila sakit harus memenuhi prosedur dari Faskes
tingkat pertama dahulu dan dilanjutkan ke faskes berikutnya apabila memang fakses pertama tidak
dapat menangani. Meskipun terkadang BPJS harus melalui prosedur yang cukup rumit, akan tetapi
untuk risiko yang dicover adalah semuanya, semua usia, dan berbagai kalangan. Untuk jenis penyakit
kritis seperti ginjal, jantung, dan kanker juga di cover oleh BPJS.
Terkait dengan premi, peserta kelas I harus mulai merogoh Rp150 ribu per bulan. Harga tersebut
berlaku bagi peserta mandiri kelas I. Untuk kelas II, Rp 100 ribu per bulan. Kemudian, kelas III Rp42
ribu per bulan. Apabila melihat iuran untuk peserta mandiri kelas I sudah mendekati tarif di
perusahaan asuransi swasta. Salah satu perusahaan asuransi swasta menawarkan premi sebesar
Rp3,6 juta per tahun untuk salah satu produk kesehatannya. Bila dibagi per bulan, maka nasabah
perlu membayar Rp300 ribu per bulan. Selisih dengan iuran BPJS peserta mandiri kelas I sekitar
Rp140 ribu, perusahaan asuransi swasta tersebut menawarkan layanan rawat inap dan rawat jalan,
santunan tunai harian, perlindungan jiwa, dan investasi.
Peserta yang ingin daftar minimal berusia 18 tahun dengan masa pertanggungan hingga usia 85
tahun. Selain itu, ada juga perusahaan asuransi yang menawarkan produk kesehatan dengan
minimal premi Rp100 ribu per bulan.
Tetapi, manfaat yang didapat tertulis hanya penggantian biaya rawat inap di rumah sakit dan
pengembalian 30 persen dari premi yang telah dibayarkan.
Perusahaan asuransi swasta biasanya menawarkan produk yang mengutamakan kenyamanan bagi
nasabah. Dengan harga yang lebih mahal dari BPJS Kesehatan, nasabah dipastikan tak perlu
menunggu lama untuk mendapatkan pelayanan. Apabil dari perusahaan keunggulannya nasabah
tidak perlu menunggu lama. Tidak perlu menunggu rujukan, langsung bisa memilih rumah sakit yang
diinginkan.
Berbeda dengan BPJS Kesehatan, di mana peserta tak bisa langsung mendapatkan pelayanan di
rumah sakit jika memang tidak darurat, karena harus melewati berbagai proses, misalnya ke klinik
sebagai fasilitas kesehatan (faskes) 1.
Bila kemampuan klinik terbatas untuk mengobati peserta, baru dokter merujuk peserta ke rumah
sakit untuk mendapatkan pelayanan lebih lanjut. Rujukan pun dengan catatan rumah sakit yang
bekerja sama dengan BPJS Kesehatan. Bukan berarti perusahaan asuransi swasta 100 persen
memberikan keuntungan lebih banyak ketimbang BPJS Kesehatan. Penjaminan yang diberikan
perusahaan swasta terbatas daripada BPJS Kesehatan, hanya penyakit tertentu yang bisa
mendapatkan penjaminan dari perusahaan asuransi, terdapat batasan yang di atur. Sementara, BPJS
Kesehatan hampir menjamin seluruh penyakit hingga kategori kritis, seperti jantung, ginjal, dan
kanker. Dengan kata lain, manfaat yang diterima dari BPJS Kesehatan lebih banyak dibandingkan
dengan perusahaan asuransi swasta. Sehingga tidak bisa dibandingkan premi. Apa yang dijaminkan
BPJS Kesehatan besar sekali, mungkin tidak ada asuransi di dunia yang bisa kalahkan BPJS Kesehatan
untuk luasan jaminannya. Kriteria yang dilakukan oleh perusahaan asuransi swasta pun lebih ketat.
Beberapa perusahaan asuransi memasang maksimal rentang usia yang bisa menjadi nasabah. Untuk
usia di atas 70 tahun sudah sulit menjadi nasabah di perusahaan asuransi swasta. Berbeda dengan
BPJS Kesehatan yang menerima seluruh masyarakat menjadi peserta, baik yang sudah lansia
sekalipun. Kemudian, perusahaan asuransi swasta juga akan melakukan cek kesehatan terlebih
dahulu kepada calon nasabah. Pasalnya, perusahaan tak bisa menjamin seluruh penyakit. nasabah
harus diseleksi, karena ada perusahaan yang tidak menerima mereka yang sakit ginjal. Namun, untuk
BPJS Kesehatan sampai kondisi kritis yang dapat dikatakan akan meninggal masih diterima.
Diketahui, seluruh peserta BPJS Kesehatan akan mendapatkan pelayanan yang sama dari segi
pelayanan medis, seperti obat hingga operasi. Perbedaan hanyalah pelayanan nonmedis berupa
kamar inap. Peserta mandiri kelas I akan mendapatkan hak untuk menempati rawat inap kelas I,
begitu juga dengan peserta mandiri kelas II dan III, kamar inap akan menyesuaikan sesuai kelas yang
dipilih. BPJS Kesehatan tetap lebih baik daripada perusahaan asuransi swasta karena tidak ada
plafon untuk penyakit dan hampir semua dijamin Pemilihan asuransi bagi masyarakat sejatinya
menjadi hak pribadi, pemerintah memang mewajibkan seluruh masyarakat untuk menjadi peserta
BPJS Kesehatan.
Namun, jika tak puas, maka masyarakat bisa menambahnya dengan membeli polis di perusahaan
asuransi swasta. Hal tersebut bergantung dari kondisi keuangan masyarakat. BPJS Kesehatan sudah
menjamin hampir semua penyakit, tapi kalau membutuhkan kenyamanan lebih yang tak didapatkan
dari BPJS Kesehatan, masyarakat bisa untuk memiliki polis asuransi di perusahaan swasta.
Diketahui, peserta BPJS Kesehatan memang harus sabar untuk mendapatkan pelayanan di rumah
sakit karena terkadang, peserta harus antre untuk operasi atau perawatan lain. Hal itu jelas berbeda
dengan jaminan yang diberikan oleh perusahaan swasta yang semuanya bisa dilakukan dengan
segera. Hanya saja, secara umum pelayanan yang diberikan oleh BPJS Kesehatan sudah cukup..
Sumber:
- https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20191101190418-83-444960/untung-dan-rugi-bpjs-
kesehatan-vs-asuransi-swasta
- https://money.kompas.com/read/2020/07/01/133403926/rincian-iuran-bpjs-kesehatan-terbaru-
per-1-juli-2020?page=all
AUDIT SDM
Sebagai auditor dalam memeriksa biaya sektor jabatan/pekerjaan, maka harus waspada
terkait dengan:
Cost benefit analysis dengan menggunakan NPV sangat dipengaruhi perhitungan
biaya manfaat yang tepat dan cermat dengan demikian sangat tergantung pada
pengumpulan data dan analisa yang mendalam. Menurut Becker cs dalam The HR
Scorecard (2001), Auditor dapat menggunakan metode yang lebih canggih, dengan
mengembangkan perkiraan yang lebih rinci dan lebih akurat yaitu metode activity
based costing.
Tidak semua kebijakan dan program SDM harus didasari analisa NPV mendalam
namun tergantung pentingnya pengambilan keputusan yang akan diambil. Sebagai
contoh bila pimpinan suatu lembaga memutuskan akan mendirikan Assesment
Center sekalipun perkiraan keuntungan kurang lebih sama dengan biaya yang akan
dikeluarkan, dalam arti
NPV = 0 maka tidak perlu dilakukan ketepatan analisa. Sebab pada intinya ROI
assement center ini penting dan bernilai positif bagi lembaga. Tidak semua
organisasi/perusahaan melakukan evaluasi jabatan karena biaya yang mahal untuk
melakukan program tersebut. Untuk itu sebagai auditor, perlu memeriksa dasar apa
yang digunakan perusahaan dalam menentukan nilai suatu jabatan.
Perusahaan yang melakukan program evaluasi jabatan tidak semua menggunakan
metode pendekatan yang sama dan compensable factors yang diukur pun berbeda
sehingga bisa saja suatu jabatan/pekerjaan dengan posisi yang sama pada
perusahaan sejenis memiliki nilai yang berbeda dan penggolongan gaji yang
ditetapkan pun berbeda. Sebagai contoh bobot (nilai relatif) jabatan Manajer SDM
pada perusahaan X = 520 sedangkan pada perusahaan Y = 550 sehingga bila
menggunakan Tabel Golongan berdasarkan Nilai Jabatan, Manajer SDM X termasuk
golongan gaji 5 sedangkan Manajer SDM Y termasuk golongan gaji 4. Dengan
demikian Auditor perlu membandingkannya dengan nilai pasar untuk jabatan
Manajer SDM.
Perusahaan sering kali pula berbeda dalam menentukan kesetaraan golongan
pangkat dan tingkat/jenjang jabatan sehingga berdampak pada penentuan golongan
gaji. Dalam hal ini auditor perlu mengkaji lebih dalam, prinsip kesetaraan yang
digunakan perusahaan agar bisa menilai keadilan dan dampaknya terhadap biaya
gaji
Perusahaan dalam menentukan besaran gaji dasar/pokok yang berlaku tetap, juga
berbeda tergantung kondisi dan kemampuan keuangan perusahaan sehingga
auditor perlu waspada mencermati biaya jabatan/pekerjaan yang berbeda yang
ditemui selama pelaksanaan auditing di lapangan khususnya biaya
jabatan/pekerjaan profesional. Karena ada kalanya untuk bisa menarik dan
mempertahankan tenaga profesional yang dibutuhkannya, suatu perusahaan
menentukan gaji dasar di atas harga pasar agar dapat mengungguli perusahaan
PEMASARAN JASA
Meskipun yang dibeli/dibayar oleh konsumen jasa adalah sesuatu yang bersifat Intangible (tak
berwujud), namun bukti fisik yang dilihat oleh konsumen pada perusahaan jasa tersebut juga
merupakan faktor yang sangat penting bagi konsumen. Jelaskan mengapa demikian? Jawaban
disertai contoh konkrit ?
Keunikan jasa yang intangible dan tidak dapat disimpan serta tidak dapat distandarkan memberikan
tantangan tersendiri bagi pelaku jasa untuk dapat memahami konsumen khususnya terkait dengan
keputusan pembelian. Sehingga proses konsumsi menjadi penting untuk dipahami agar dapat
menawarkan value kepada konsumen. Konsumen membutuhkan tangible cues atau bukti fisik untuk
dapat mengevaluasi jasa sebelum membeli dan menilai kepuasan setelah menggunakan jasa karena
sifat jasa yang intangible. Konsumen membutuhkan tanda atau bukti fisik. Bagi penyedia jasa, tanda
atau bukti fisik tersebut memberikan kesempatan untuk mengirimkan pesan kuat dan konsisten
berkenaan dengan apa yang ditawarkan kepada konsumen. Bukti fisik pada jasa dapat
mengkomunikasikan sesuaitu mengenai jasa seperti: kinerja, kualitas, kredibilitas yang secara
keseluruhan akan menciptakan customer’s total experience.
Bagi penyedia jasa, service scape mempunyai peran strategis yaitu: package, facilitator, socializer
dan differentiator. Untuk memperkuat pesan tangibilitas, maka penyedia jasa dapat memperhatikan
tata letak fasilitas jasa, seperti: suara, tata cahaya, warna perabotan dan layout.
Contohnya:
1. Jasa penerbangan, bukti fisik yang penting bagi konsumen adalah: area ckeck in, pesawat,
interior, area pengecekan barang bawaan, tiket, makanan, seragam, website.
2. Rumah sakit, bukti fisik (service scape) adalah bangunan, tempat parkir, ruang tunggu, ruang
pendaftaran, peralatan medis, ruang pemulihan.
Sebuah perusahaan IT akan mengembangkan usahanya di daerah lain, untuk mendapatkan calon
manajer yang kompeten, HRD (Human Relation Departmen) akan melakukan penjaringan dan seleksi
calon manajer yang dibutuhkan oleh perusahaan. Namun, permasalahan timbul karena terjadi
perdebatan di manajemen perusahaan yaitu dalam menentukan calon manajer dari internal
perusahaan atau merekrut dari luar perusahaan (eksternal). Menurut Saudara sebaiknya manajemen
perusahaan memutuskan seorang manajer yang berasal dari internal atau eksternal perusahaan?
Jelaskan!
Keberhasilan dalam perencanaan SDM akan sangat berpengaruh terhadap keefektifan dalam
pengisian dan pengangkatan staf suatu organisasi. Menurut saya, untuk dapat mengembangkan
usahanya di daerah lain, perusaahan sebaiknya menentukan calon manajer dari internal perusahaan
karena manajemen perusaahan telah mengenal baik calon manajer tersebut. Calon manajer juga
telah mengetahui visi dan misi perusahaan sehingga dapat mengembangkan perusahaan sesuai
dengan yang diharapkan para manajemen perusahaan. Selain itu, menentukan calon manajer dari
internal perusahaan dapat menghemat waktu dan biaya.
Sumber: EKMA4478
Saudara mahasiswa setelah mempelajari materi pada inisiasi kelima, silahkan diskusikan soal berikut
ini:
Jelaskan pengertian CPFR dan proses dari CPFR menurut Coyle!
Jawaban:
Pengertian CPFR
CPFR (Collaborative Planning, Forecasting and Replenishment) merupakan suatu model di mana
pengecer, perusahaan jasa transportasi, distributor dan pabrik dapat mengadopsi suatu sistem
berbasis internet untuk berkolaborasi sejak tahap perencanaan hingga eksekusi. CPFR pada dasarnya
adalah proses peramalan yang berevolusi menjadi perangkat berbasis web yang bertujuan untuk
bertukar informasi secara internal dalam ‘shared web’ antar sesama partner di dalam suatu rantai
pasokan.
Ada tiga elemen penting dalam CPFR, yaitu collaborative demand planning, joint capacity planning,
and synchronized order fulfillment. Kolaborasi yang berlandaskan keterbukaan berbagi data
semacam ini akan meningkatkan kualitas peramalan permintaan di sepanjang rantai pasok dan
dengan demikian juga akurasi dalam order fulfillment (Coyle, et al., 2003).
Untuk memahami bagaimana kolaborasi antar bagian berjalan dan mekanisme perencanaan terjadi,
Coyle telah membuat business model CPFR. Proses dimulai dengan penetapan garis besar
kesepakatan antara seluruh pihak yang terkait, kemudian dilanjutkan dengan menyusun rencana
bisnis. Setelah itu membuat perkiraan penjualan dan mengenali kemungkinan adanya masalah dan
hal-hal khusus dalam perkiraan penjualan. Dari proses tersebut akan diperoleh data yang lebih pasti
mengenai ketersediaan produk. Perkiraan pesanan akan dibuat berdasarkan ketersediaan produk.
Bila ternyata tidak ada masalah dalam pemenuhan pesanan, maka pesanan akan ditempatkan secara
resmi.
Sumber: EKMA4371
Jawaban:
1. Populasi merupakan keseluruhan elemen yang akan diteliti. Populasi dalam penelitian yang
saya ambil terkait dengan kasus kenakalan remaja adalah seluruh remaja dalam wilayah
tempat tinggal saya. Untuk memberikan batasan yang jelas, maka rumusan sebuah populasi
sebaiknya mencakup tiga unsur, yaitu isi, cakupan, dan waktu.
Isi : Seluruh remaja dalam wilayah tempat tinggal
Cakupan : Pelajar SMP hingga SMA dengan usia 13 – 18 tahun
Waktu : dalam 3 bulan terakhir
Dalam merumuskan definisi populasi penelitian, setidaknya ada dua tahapan yang harus
dilalui oleh peneliti, yaitu:
1. Menentukan batasan populasi target. Populasi target adalah batasan ideal tentang
populasi penelitian sesuai dengan tujuan penelitian. Dalam menentukan populasi target,
peneliti setidaknya harus memperhitungkan hal-hal berikut:
a) Sejauh mana generalisasi yang ingin dicapai oleh peneliti. Hal ini tidak terlepas dari
unit analisis dan unit observasi yang ditetapkan oleh peneliti.
b) Persyaratan teknis yang harus dipenuhi peneliti untuk dapat menarik sampel.
Dengan kata lain harus ada batasan yang mengatur masuk-tidaknya suatu elemen
menjadi objek penelitian. Untuk persyaratan ini kita bisa menggunakan pembatasan
populasi seperti yang sudah kita pelajari, yang mengandung 3 unsur utama, yaitu isi,
cakupan, dan waktu.
Setelah populasi target diketahui, tahap selanjutnya adalah membuat sebuah kerangka
sampel berdasarkan pada batasan populasi target dan populasi survei. Jika kita ketahui
bahwa populasi target merupakan populasi yang sudah kita rencanakan dalam
rancangan penelitian dengan membuat sebuah definisi populasi berdasarkan isi,
cakupan, dan waktu, maka populasi survei adalah seluruh elemen populasi yang terjaring
di lapangan. Kenyataan yang seringkali dialami peneliti di lapangan adalah tidak
sesuainya kondisi yang sudah direncanakan dengan kondisi yang ada di lapangan.
Kerangka sampel bisa didefinisikan sebagai operasionalisasi populasi dalam bentuk
daftar seluruh elemen populasi yang menggambarkan sedekat mungkin karakter
populasi. Dengan menggunakan kerangka sampel inilah, peneliti dapat melakukan
penarikan sampel. Perbedaan definisi operasional yang digunakan peneliti dengan
definisi yang berkembang di masyarakat juga dapat mengubah batasan populasi target
menjadi populasi survei. Dalam penyusunan kerangka sampel, ada dua konsep yang
muncul berkaitan dengan penarikan sampel, yaitu sampling unit dan sampling element.
2. Teknik penarikan sampel yangs saya gunakan adalah penarikan sampel dalam penelitian
kualitatif. Dalam penelitian kualitatif, kita juga mengenal konsep populasi dan sampel,
namun penggunaan konsep ini tidak sebaku dalam penelitian kuantitatif. Dalam
penelitian kualitatif, populasi penelitian disebut dengan subjek penelitian. Sampel
penelitian tidak bisa ditentukan secara pasti berapa jumlahnya, karena peneliti harus
terjun terlebih dahulu ke lapangan. Peneliti terus melakukan pencarian sampel hingga
data yang diperoleh bersifat jenuh. Jenuh dalam arti dari sampel yang dipilih ternyata
tidak ada variasi data yang bisa ditemukan, maka sampel dapat dinyatakan cukup,
sehingga peneliti bisa berhenti mengumpulkan sampel.
MANAJEMEN RISIKO
Tarif asuransi merupakan pedoman untuk menetukan premi asuransi. Premi asuransi akan
ditawarkan kepada calon nasabah oleh para agen asuransi. Tidak semua risiko dapat ditanggung
perusahaan asuransi. Fungsi underwriting diperlukan agar perusahaan asuransi dapat memprediksi
risiko-risiko yang akan terjadi. Bagaimana tanggapan Saudara mengenai besaran tarif premi asuransi
dikaitkan dengan manfaat dari asuransi (contoh premi BPJS).
Selamat berdiskusi!
Jawaban:
Tarif asuransi adalah suatu harga satuan dari suatu kontrak asuransi tertentu, untuk orang tertentu,
terhadap kerugian tertentu, dan digunakan untuk masa tertentu pula. Tarif asuransi terdiri dari
beberapa unsur yaitu harga satuan, digunakan terhadap orang tertentu, kerugian tertentu, dan masa
tertentu. Premi dalam asuransi atau pertanggungan adalah kewajiban tertanggung, dimana hasil dari
kewajiban tertanggung akan digunakan oleh penanggung untuk mengganti kerugian yang diderita
tertanggung. Fungsi dari premi merupakan harga pembelian dari tanggungan yang wajib diberikan
oleh penanggung atau sebagian imbalan risiko yang diperalihkan pertanggungan dibuat, kecuali
pertanggungan saling menanggung. Underwriting adalah sebuah proses identifikasi dan seleksi
resiko dari calon tertanggung yang mengasuransikan di sebuah perusahaan asuransi. Tujuannya
adalah untuk melihat agar pemohon tidak mempunyai risiko atau tidak menghasilkan kerugian yang
menyimpang jauh dari yang diperkirakan oleh perusahaan asuransi. Salah satu faktor yang memicu
munculnya underwriting adalah sebuah usaha agar calon tertanggung mendapatkan beban premi
yang sesuai dengan risiko yang dimilikinya, sehingga ada keadilan dalam pembebanan premi
tersebut. Apabila melihat premi asuransi BPJS dibandingkan dengan penjaminan risiko yang
diberikan sudah cukup baik meskipun apabila sakit harus memenuhi prosedur dari Faskes tingkat
pertama dahulu dan dilanjutkan ke faskes berikutnya apabila memang fakses pertama tidak dapat
menangani. Meskipun terkadang BPJS harus melalui prosedur yang cukup rumit, akan tetapi untuk
risiko yang dicover adalah semuanya, semua usia, dan berbagai kalangan. Untuk jenis penyakit kritis
seperti ginjal, jantung, dan kanker juga di cover oleh BPJS.
Perusahaan asuransi swasta biasanya menawarkan produk yang mengutamakan kenyamanan bagi
nasabah. Dengan harga yang lebih mahal dari BPJS Kesehatan, nasabah dipastikan tak perlu
menunggu lama untuk mendapatkan pelayanan.
Berbeda dengan BPJS Kesehatan, di mana peserta tak bisa langsung mendapatkan pelayanan di
rumah sakit jika memang tidak darurat, karena harus melewati berbagai proses, misalnya ke klinik
sebagai fasilitas kesehatan (faskes) 1.
Penjaminan yang diberikan perusahaan swasta terbatas daripada BPJS Kesehatan, hanya penyakit
tertentu yang bisa mendapatkan penjaminan dari perusahaan asuransi, terdapat batasan yang di
atur. Sementara, BPJS Kesehatan hampir menjamin seluruh penyakit hingga kategori kritis, seperti
jantung, ginjal, dan kanker. Dengan kata lain, manfaat yang diterima dari BPJS Kesehatan lebih
banyak dibandingkan dengan perusahaan asuransi swasta. Apa yang dijaminkan BPJS Kesehatan
besar sekali, mungkin tidak ada asuransi di dunia yang bisa kalahkan BPJS Kesehatan untuk luasan
jaminannya. Kriteria yang dilakukan oleh perusahaan asuransi swasta pun lebih ketat. Beberapa
perusahaan asuransi memasang maksimal rentang usia yang bisa menjadi nasabah. Untuk usia di
atas 70 tahun sudah sulit menjadi nasabah di perusahaan asuransi swasta. Berbeda dengan BPJS
Kesehatan yang menerima seluruh masyarakat menjadi peserta, baik yang sudah lansia sekalipun.
Kemudian, perusahaan asuransi swasta juga akan melakukan cek kesehatan terlebih dahulu kepada
calon nasabah. Pasalnya, perusahaan tak bisa menjamin seluruh penyakit. nasabah harus diseleksi,
karena ada perusahaan yang tidak menerima mereka yang sakit ginjal. Namun, untuk BPJS
Kesehatan sampai kondisi kritis yang dapat dikatakan akan meninggal masih diterima. Diketahui,
seluruh peserta BPJS Kesehatan akan mendapatkan pelayanan yang sama dari segi pelayanan medis,
seperti obat hingga operasi. Perbedaan hanyalah pelayanan nonmedis berupa kamar inap. Peserta
mandiri kelas I akan mendapatkan hak untuk menempati rawat inap kelas I, begitu juga dengan
peserta mandiri kelas II dan III, kamar inap akan menyesuaikan sesuai kelas yang dipilih. BPJS
Kesehatan tetap lebih baik daripada perusahaan asuransi swasta karena tidak ada plafon untuk
penyakit dan hampir semua dijamin Pemilihan asuransi bagi masyarakat sejatinya menjadi hak
pribadi, pemerintah memang mewajibkan seluruh masyarakat untuk menjadi peserta BPJS
Kesehatan.
Namun, jika tak puas, maka masyarakat bisa menambahnya dengan membeli polis di perusahaan
asuransi swasta. Hal tersebut bergantung dari kondisi keuangan masyarakat. BPJS Kesehatan sudah
menjamin hampir semua penyakit, tapi kalau membutuhkan kenyamanan lebih yang tak didapatkan
dari BPJS Kesehatan, masyarakat bisa untuk memiliki polis asuransi di perusahaan swasta.
Sumber:
- https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20191101190418-83-444960/untung-dan-rugi-bpjs-
kesehatan-vs-asuransi-swasta
- https://money.kompas.com/read/2020/07/01/133403926/rincian-iuran-bpjs-kesehatan-terbaru-
per-1-juli-2020?page=all
KEWIRAUSAHAAN
Seorang entrepreneur harus mampu membaca peluang. Coba Anda diskusikan mengenai
kemampuan seorang entrepreneur dalam membaca peluang di era pandemi.
Seorang entrepreneur merupakan inovator dan pengembang usaha yang mampu mengenali dan
memanfaatkan peluang, mengubah peluang menjadi sesuatu yang layak dilaksanakan maupun
dipasarkan. Kemampuan entrepreneur dalam membaca peluang di era pandemi ini banyak
memunculkan pengusaha kecil. Contohnya: banyak bermunculan pedagang masker. Seorang
entrepreneur mampu membaca peluang bahwa saat pandemi, masker merupakan barang wajib dan
dibutuhkan masyarakat.
Ada 2 ciri utama dari pegusaha kecil yang berhasil, yaitu:
1. Memiliki kemampuan melihat lebih dalam sehingga mampu menemukan peluang usaha.
Kemampuan ini terdari dari beberapa jenis kemampuan yang harus dimiliki seorang
entrepreneur yaitu:
a. Kemampuan membaca peluang usaha
b. Kemampuan membaca atau memahami hal mendasar dari produk atau jasa
c. Kemampuan membaca potensi ataupun keterbatasan diri
d. Kemampuan mengusahakan kesesuaian
2. Memiliki keuletan atau konsistensi untuk menjalankan peluang usaha tersebut
Pengusaha kecil yang berhasil pada umumnya sangat menghayati kegiatan yang mereka jalankan
dan juga situasi yang terjadi di sekeliling mereka sehingga mereka mampu menemukan peluang
usaha, yang kemudian terbukti berhasil. Peluang usaha bisa muncul dari kondisi berikut ini:
1. Kebutuhan menggantikan fungsi
2. Kebutuhan untuk menghubungkan
3. Kebutuhan akan jenis produk/jasa tertentu karena terjadi perubahan atau karena suatu
kondisi khusus
Kesimpulannya, pengusaha yang konsisten selalu mecoba melihat lebih dalam, akhirnya akan
menemukan bentuk dan cara menjalankan kegiatan usahanya secara tepat,sehingga memiliki
peluang lebih besar untuk berhasil.