Anda di halaman 1dari 4

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 3

Nama Mahasiswa : RICHA NAFIA JUWARIYAH

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 021826835

Kode/Nama Mata Kuliah : ADBI4211/ MANAJEMEN RISIKO DAN ASURANSI

Kode/Nama UPBJJ : 45/YOGYAKARTA

Masa Ujian : 2020/21.1(2020.2)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
Jawaban

1. Kontrak Asuransi

a. Kontrak Bersyarat (Voidable Contract)


Kontrak bersyarat memungkinkan satu pihak memilih memutuskan perjanjian karena
tindakan atau ketiadaan tindakan (wan prestasi) dari pihak lainnya. Pihka yang memiliki hak
untuk memutuskan kontrak dapat juga memilih agar kontrak ditegakkan. Sebagai contoh:
penanggung tidak lagi terikat memenuhi kewajibannya, jika diketahui bahwa tertanggung
melakukan penipuan (defrand) , tertanggung dapat menuntut penanggung ke pengadilan,
jika penanggung, secara melawan hokum, menolak pembayaran klaim.

b. Kontrak yang Cacat Hukum ( Void Contract)


Kontrak cacat hukum, jika dari semula kekurangan satu atau lebih persyaratan untuk
menjadi kontrak yang berlaku. Contoh : kontrak asuransi yang dibeli untuk maksud illegal
seperti maksud memperoleh uang pertanggungan dengan membakar rumah yang
dipertanggungkan, satu pihak tidak mampu secara hokum seperti seseorang dinyatakan tidak
waras membeli asuransi. Dalam hal-hal tersebut kontrak tersebut dianggap tidak pernah ada
(void ab inito).
Dalam asuransi property dikenal adanya ikatan (blinder) yaitu kontrak sementara yang sering
digunakan sebelum keluarnya polis asuransi formal. Ikatan harus memenuhi semua
persyaratan kontrak hokum. Maksud diadakannya ikatan adalah memberikan perlindungan
seketika selama waktu proses permintaan akan asuransi. Ikatan bisa lisan atau tertulis. Ikatan
lisan seperti lewat telepon, harus segera diikuti dengan dokumen tertulis. Ikatan tertulis
harus menyebut jumlah uang pertanggungan, jangka waktu keefektifan ikatan, dan pihak-
pihak dalam ikatan.
Dalam asuransi jiwa tidak menggunakan ikatan karena agen-agennya tidak memiliki
kewenangan mengikat perusahaannya. Perlindungan sementara diberikan dalam bentuk
penerimaan bersyarat (conditional receipt) yaitu tergantung pada dipenuhinya persyaratan
atau bukti dapat diasuransikannya (insurability) calon tertanggung, misalnya keadaan
kesehatan. JIka persyaratan atau bukti tersebut dipenuhi, perlindingan mulai berlaku setelah
pembayaran premi pertama.

Sumber : BMP-ADBI4211-Modul 7-Hal.7.4

2. Syarat-syarat kontrak asuransi :

a. Harus ada persetujuan dari pihak-pihak yang mengikatkan diri


Kontrak dimulai bila seseorang mengajukan usulan untuk mempertukarkan sesuatu
yang berharga dengan orang lain. Itu berarti bahwwa salah satu pihak menawarkan dan tawaran
diterima baik oleh pihak lain. Penawaran tersebut harus cukup terperinci dan dikomunikasikan
secara jelas. Semua pihak dalam suatu kontrak harus sepakat atas syarat-syarat yang tepat sama.
Harus terjadi kesamaan pikiran. Untuk membuat suatu kontrak satu pihka membri penwaran kepada
piak lainnya untuk melakukan atau mebuat konter penawaran. Jika terjadi kesepakatan, maka kedua
belah pihka terikat untuk melaksanakan kontrak tersebut.
b. Tujuannya harus Legal (Lawful Objective)
Pengadilan tidak akan mendukung jika maksud perjanjian tidak legal atau
bertentangan dengan politik pemerintah. Misalnya perjanjian menjadi tidak sah jika yang
diasuransikan adalah mobil curian. Contoh lain, perjanjian illegal jika misalnya orang
mengasuransikan rumahnya dengan niat ia akan membakar rumah itu dengan sengaja dengan
harapan akan mendapat santunan asuransi.

c. Kedua Belah Pihak Haru Kompeten (Capacity)


Tidak semua orang secara hokum memiliki kemampuan untuk melakukan kontrak.
Misalnya anak dibwah umur, orang sakit jiwa, dan pemabuk atau pecandu tidak kompeten untuk
melakukan perjanjian yang mengikat. Perusahaan asuransi yang belum mempunyai izin usaha
merupakan pihak yang tidak kompeten.

d. Harus Ada Imbalan yang Dipertukarkan ( Compencation)


Persyaratan terakhir untuk sahnya sebuah kontrak adalah imbalan yang
dipertukarkan oleh kedua belah pihak untuk persetujuan itu, misalnya, adanya haka tau kewajiban.
Dalam kontrak asuransi, penanggung memberikan kompensasi berupa janji bersyarat
(contingent promise) untuk membayar tertanggung. Artinya, penanggung sepakat membayar habya
jika peristiwa tertentu terjadi. Jika peristiwa tersebut tidak terjadi, penanggung tidak perlu
melakukan pembayaran. Sebagai ganti untuk janji penanggung, tertanggung memberikan dua hal
yaitu : uang dan janji untuk menepati ketentuan dalam kontrak asuransi.
Sebagian besar kontrak asuransi berupa kontrak unilateral yaitu bahwa hanya
penanggung yang membuat janji yang dapat ditegakkan. Tertanggung tidak berjanji untuk
membayar premi, dan tidak dapat dituntut atas kegagalannya membayar. HAnya saja, tertanggung
tidak dapat mendapatkan klaim yang dijanjikan jika premi tidak membayar (pada waktunya).

Sumber : BMP-ADBI4211-Modul 7-Hal.7.6-7.7

3. Dilihat dari sudut pandang kepemilikannya, semua perusahaan yang bergerak dalam sector
asuransi dapat dibedakan dalam 3 kelompok, yang meliputi Badan Usaha Milik Negara, Badan
Usaha MIlik Swasta Nasional, dan Badan Usaha Milik Usaha Patungan

a. Badan Usaha Milik Negara


Badan Usaha Milik Negara, sesuai dengan Namanya semua saham atau sebagian
besar sahamnya dimiliki oleh pemerintah, yang dalam hal ini Departemen Keuangan RI. Badan
Usaha Milik Negara, secara hokum berbentuk Perseroan Terbatas yang diatur dalam UU Perseroan
Terbatas, namun dengan memperhatikan beberapa ketentuan khusus. Biasanya perseroan terbatas
diberi tambahan dibelakangnya dengan kata ‘Persero’.
Badan Usaha Milik Negara mempunyai visi dan misis yang disejalankan dengan
kepentingan Pemerintah dalam menjalankan kebijakannya, terutama yang terkait dengan keungan,
perbankan, perekonomian, perindustrian, perdagangan, perhubungan, dan sebagainya.
Adapun perusahaan-perusahaan milik negara dimaksud meliputi :
- PT Asuransi Jiwasraya, menjual produk suransi jiwa, baik secara individual maupun
kelompok
- PT Asuransi Jasa Indonesia, menjual produk asuransi umum atau asuransi kerugian.
- PT Asuransi Kredit Indonesia
- PT Asuransi Ekspor Indonesia
- PT Reasuransi Umum Indonesia
- PT Asuransi Jasa Raharja
- PT Tabungan dan Asuransi Pegawai negeri
- PT Jaminan Sosial Tenaga Kerja
- PT Asuransi Kesehatan

b. Badan Usaha Milik Swasta Nasional


Pengertian milik swasta di sini adalah swasta nasional. Demikian juga dengan bentuk
badan hukumnya, bisa berbentuk Perseroan Terbatas dan bisa juga dalam bentuk Koperasi.
Perusahaan swasta nasional sepenuhnya tunduk kepada UU No 40 Tahun 2007 tentang
perseroan terbatas. Apabila perseroan terbatas dimaksud telah mampu menjadi perusahaan
public maka juga harus tunduk kepada UU tentang Pasar Modal.
Pada perusahaan swasta nasional yang berbentuk koperasi, maka dengans
endirinyaharus tunduk keada UU Koperasi No 25 Tahun 1992, yang pada tanggal 30 Oktober
telah dikeluarkan UU Koperasi yang baru No 17 Tahun 2012.

c. Badan Usaha Milik Patungan


Sesudah orde baru memegang Pemerintahan pada tahun 1966, maka secara
berangsur masuklan para investor asing ke Indonesia, dalam bentuk Penanaman Modal
Asing. Bersamaan dengan itu mereka juga membawa mitra usahanya atau perusahaan-
perusahaan yang terkait dengan perusahaan yang menanamkan modalnya di Indonesia.
Salah satu mitra usaha mereka adalah perusahaan asuransinya.
Namun, sesuai dengan ketentuan yanga da di Indonesia tidak dibenarkan adanya
perusahaan asuransi yang pemiliknya adalah pemodal asing murni, maka jalan keluarnya
merka melakukan usah patungan (joint ventures), dengan mitra asuransi nasional baik
dengan badan usaha milik negara maupun dengan badan usaha milik swasta nasioanl.
Dewasa ini perusahaan asuransi dengan bentuk usaha patungan telah melakukan usaha baik
dalam usaha asuransi kerugian maupun usaha asuransi jiwa. Hingga buku ini diitulis belum
terlihat adanya usaha patungan yang membuka usaha dalam usaha reasuransi.

Sumber : BMP-ADBI4211-Modul 8-Hal.8.45-8.46

Anda mungkin juga menyukai