Oleh :
ERNI JOHAN
NIM : 022825488
Email johanerni73@gmail.com
i
DAFTAR ISI
SAMPUL ........................................................................................................................... i
HALAMAN SAMPUL ..................................................................................................... ii
DAFTAR PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ...................................................... iii
PERSEMBAHAN ............................................................................................................. iv
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... v
ABSTRAK ......................................................................................................................... vi
ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIA TULISAN
Nim : 022825488
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang yang saya tulis ini benar- benar hasil
karya sendiri bukan merupakan pengambil alihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui
sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri. Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas
Akhir ini adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut
ERNI JOHAN
NIM .022825488
iii
PERSEMBAHAN
1. Allah SWT
2. Yang tercinta bapak H. Abdul Malik (Alm) dan Hj. Mas’ad (almarhumah) yang telah
melahirkan dan membesarkan aku dengan penuh kasih saying.
3. Suamiku tercinta Abdurahman dan anak-anakku ( Ajib, Agam Dan Syafi’i) yang dengan
penuh kasih sayang dan kesabaran memberi dukungan dari awal sampai akhir sehingga
dapat menyelesaikan tulisan ini.
4. Terima kasih buat Kakak tercinta ( Syarifudin Malik, H. Nasrullah Malik, Ajrun Malik,
dan Muhaimin Malik ) yang slalu memberikan saya Motivasi dan semangat yang tinggi
Baik Materi maupun pikirannya.
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya atas
berkat yang telah dilimpahkan kepada penulis, maka laporan studi kasus dengan judul; “Analisis
indeks kepuasan Masyarakat dipuskesmas Nangalili kecamatan lembor Selatan Kabupaten
Manggarai Barat .
Laporan studi kasus ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan untuk
melaksanakan penelitian guna mendapatkan gelar Sarjana Manajemen
Sebagai manusia yang lemah, penulis banyak menemukan kesulitan dan hambatan.
Namun berkat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, puji syukur kesulitan dan hambatan
tersebut dapat dilalui. Oleh karena itu sudah sepantasnya penulis mengucapkan rasa hormat dan
banyak terima kasih kepada :
1. Bapak Astohar,S.E.M,M Selaku Dosen pembimbing saya yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk membuat Studi kasus tersebut
2. Bapak Kepala Puskesmas Nangalili yang telah memberikan Kesempatan kepada penulis
untuk Melakukan Studi Kasus sesuai jadwal yang ditentukan
3. Saudara-saudariku serta teman-teman yang telah membantu secara langsung maupun tidak
langsung memberikan masukan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan studi kasus ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu segala kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun
sangat diharapkan penulis guna menyempurnakanlaporan studi kasus ini.
Ende, 26 Mei 2022
Penulis
Erni Johan
Nim .022825488
v
ANALISIS INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT DI PUSKESMAS NANGALILI
KECAMATAN LEMBOR SELATAN KABUPATEN
MANGGARAI BARAT
Email: johanerni73@gmail.com
ABSTRAK
Puskesmas Nangalili mempunyai tugas dan fungsi untuk memberikan pelayanan
kesehatan yang baik dan berkualitas kepada masyarakat sehingga nantinya dapat memberikan
kepuasan kepada masyarakat. Menindak lanjuti pernyataan diatas, maka dalam menciptakan IKM
sebagai tolak ukur untuk menilai tingkat kualitas pelayanan yang masih memerlukan perbaikan
dan menjadi pendorong bagi setiap unit penyelenggaraan pelayanan yang masih memerlukan
perbaikan dan menjadi pendorong bagi setiap unit penyelenggara pelayanan untuk meningkatkan
kualitas pelayananya.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menghitung Indeks Kepuasan Masyarakat dalam
rangka pemberian pelayanan kesehatan di Puskesmas Nangalili, dalam IKM terhadap 14 unsur
pelayanan yang dikaji, setiap unsur pelayanan memiliki penimbang yang sama yaitu 0,11 dan
untuk memudahkan interpretasi terhadap penilaian IKM yaitu 25-100 maka hasil penilaian
tersebut dapat dikonversikan dengan nilai dasar 25 untuk mengetahui kesesuaian antara tingkat
kinerja dengan tingkat kepentingan Puskesmas Nangalili.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa secara keseluruhan kualitas pelayanan kesehatan
dasar pada Puskesmas Nangalili sudah baik. Hal ini bisa dilihat dari Nilai IKM rata – rata per
unsur sebesar 29,38 (NRR) tertimbang perunsur 3,26 dan Nilai survey kepuasan Masyarakat
(SKM) ± 81,53 sehingga mutu pelayanan B dan Kinerja Unit Pelayanan Baik. Namun didalam
tabel dari 9 unsur pelayanan dalam Indeks Kepuasan Mayarakat, masih ada beberapa unsur yang
kinerjanya kurang baik yaitu Kecepatan Pelayanan dan Kualitas sarana dan Prasarana Pelayanan,
sehingga masih perlu dilakukan peningkatan kinerja pada bagian tersebut.
vi
ABSTRACT
The Nangalili Health Center has the duty and function to provide good and quality health services
to the community so that later it can provide satisfaction to the community. Following up on the
statement above, in creating IKM as a benchmark for assessing the level of service quality that
still requires improvement and becomes a driving force for each service delivery unit that still
requires improvement and becomes a driving force for each service provider unit to improve the
quality of its services.
The purpose of this study was to calculate the Community Satisfaction Index in the
context of providing health services at the Nangalili Health Center, in the IKM against 9 service
elements studied, each service element has the same weight, namely 0.11 and to facilitate
interpretation of the IKM assessment, which is 25-100 then The results of the assessment can be
converted to a basic value of 25 to determine the suitability between the level of performance and
the level of importance of the Nangalili Health Center.
The purpose of this study was to calculate the Community Satisfaction Index in the
context of providing health services at the Nangalili Health Center, in the IKM against 9 service
elements studied, each service element has the same weight, namely 0.11 and to facilitate
interpretation of the IKM assessment, which is 25-100 then The results of the assessment can be
converted to a basic value of 25 to determine the suitability between the level of performance and
the level of importance of the Nangalili Health Center.
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam rangka akuntabilitas pelayanan publik, pemerintah telah
mengeluarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Dan
Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2017 tentang
Pedoman Penyusunan Survei Kepuasan Masyarakat Unit Penyelenggara
Pelayanan Publik.
Kebijakan tersebut dibuat untuk merespon keluhan dan tuntutan
masyarakat terhadap kualitas pelayanan publik yang ada di semua unit
pelayanan milik pemerintah. Pelayanan publik oleh aparatur negara saat ini
telah menjadi isu strategis, karena tingkat kualitas kinerja pelayanan publik
akan menentukan baik buruknya pelayanan kepada masyarakat dan pada
gilirannya akan menentukan citra dari aparatur negara. Pelayanan publik
pada dasarnya menyangkut aspek kehidupan yang sangat luas, maka
pemerintah memiliki fungsi memberikan berbagai pelayanan publik yang
diperlukan oleh masyarakat, mulai dari pelayanan dalam bentuk pengaturan
atau pun pelayanan-pelayanan lain dalam rangka memenuhi kebutuhan
masyarakat.
Berbagai keluhan masyarakat atas rendahnya kinerja pelayanan yang
diberikan oleh pemerintah daerah baik pelayanan di bidang perizinan,
administrasi, pelayanan kesehatan di Puskesmas ataupun Rumah sakit
termasuk pelayanan oleh Badan Usaha Milik Daerah, perlu segera
diupayakan perbaikannya. Keluhan masyarakat yang tidak segera direspon
oleh pemerintah akan dapat menimbulkan citra yang kurang baik terhadap
aparatur pemerintah terutama di sektor kesehatan, yang pada akhirnya
dapat berpengaruh terhadap menurunnya tingkat kepercayaan masyarakat.
1
Oleh karena itu upaya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan kepada
masyarakat merupakan kegiatan yang harus dilaksanakan secara terus
menerus dan berkelanjutan oleh semua jajaran aparatur kesehatan di
daerah. Salah satu upaya yang harus dilakukan dalam perbaikan pelayanan
kesehatan adalah dengan melakukan survei kepuasan masyarakat kepada
pengguna layanan untuk mengukur tingkat kepuasan masyarakat terhadap
pelayanan kesehatan. Survei kepuasan masyarakat di masing-masing
Puskesmas khususnya di Puskesmas Nangalili diharapkan memberi hasil
yang baik untuk meningkatkan kualitas pelayanan kepada
masyarakat.Berdasarkan uraian di atas maka dalam penelitian ini diambil
judul ” ANALISIS INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT DI PUSKESMAS
NANGALILI KECAMATAN LEMBOR SELATAN KABUPATEN MANGGARAI
BARAT ”.
2
2. Sejauh mana tingkat kepuasan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan
di Puskesmas Nangalili?
3. Bagaimanakah tingkat kesesuaian antara kenerja pelayanan dengan
harapan atau kepentingan masyarakat pengguna jasa layanan di
Puskesmas Nangalili?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Menganalisis kualitas pelayanan yang diberikan Puskesmas Nangalili
kepada publik masyarakat.
2. Mengetahui dan menganalisis sejauh mana tingkat kepuasan
masyarakat terhadap pelayanan yang diberikan oleh Puskesmas
Nangalili.
3. Mengetahui kesesuaian antara kinerja pelayanan puskesmas dengan
harapan atau tingkat kepentingan masyarakat penggunan jasa
pelayanan Puskesmas Nangalili.
C. Manfaat Penelitian
1. Diketahui kinerja pelayanan instansi pemerintah, khususnya
Puskesmas Nangalili sehingga dapat diketahui kekurangan dan
kelebihan kinerja pelayanan publik bidang kesehatan.
2. Diketahuinya faktor-faktor atau dimensi-dimensi yang merupakan
3
3. Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberi kontribusi bagi kajian
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Kepuasan Masyarakat
5
pandang pelanggan. Menurut Dulka (1994, p.41), kepuasan masyarakat dapat
diukur melalui atribut-atribut pembentuk kepuasan yang terdiri atas :
1. Value to price relationship. Hubungan antara harga yang ditetapkan oleh
badan usaha untuk dibayar dengan nilai/manfaat yang diperoleh
masyarakat.
2. Product value adalah penilaian dari kualitas produk atau layanan yang
dihasilkan suatu badan usaha.
3. Product benefit adalah manfaat yang diperoleh masyarakat dari
mengkosumsi produk yang dihasilkan oleh badan usaha.
4. Product feature adalah ciri-ciri atau karakteristik tertentu yang mendukung
fungsi dasar dari suatu produk sehingga berbeda dengan produk yang
ditawarkan pesaing.
5. Product design adalah proses untuk merancang tampilan dan fungsi
produk.
6. Product reliability and consistency adalah kekakuratan dan keandalan
produk yang dihasilkan oleh suatu badan usaha.
7. Range of product ar services adalah macam dari produk atau layanan yang
ditawarkan oleh suatu badan usaha.
Kemudian attribute related to service meliputi :
1. Guarantee or waranty adalah jaminan atau garansi yang diberikan oleh
badan usaha dan diharapkan dapat memuaskan masyarakat.
2. Delivery communication adalah pesan atau informasi yang disampaikan
oleh badan usaha kepada masyarakatnya.
3. Ccomplain handling adalah sikap badan usaha dalam menangani
keluhankeluhan atau pengaduan.
6
4. Resolution of problem adalah tanggapan yang diberkan badan usaha
dalam membantu memecahkan masalah masyarakat yang berkaitan
dengan layanan yang diterimanya.
Selanjutnya attributes related to the purchase meliput:
1. Courtesy adalah kesopanan, perhatian dan keramahan pegawai
2. Communication adalah kemampuan pegawai dalam melakukan
komunikasi dengan masyarakat pelanggan.
3. Ease or convinience of acquisition adalah kemudahan yang diberikan oleh
badan usaha untuk mendapatkan produk atau layanan yang ditawarkan.
4. Ccompany reputation adalah baik tidaknya reputasi yang dimiliki oleh
badan usaha dalam melayani masyarakat.
5. Company competence adalah baik tidaknya kemampuan badan usaha
dalam melayani masyarakat.
2. Pelayanan Publik
Pelayanan publik dapat diartikan sebagai pemberian layanan
(melayani) keperluan orang atau masyarakat yang mempunyai kepentingan
pada organisasi itu sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang telah
ditetapkan.
Sebagaimana telah dikemukakan terdahulu bahwa pemerintahan pada
hakekatnya adalah pelayanan kepada masyarakat. Ia tidaklah diadakan untuk
melayani dirinya sendiri, tetapi untuk melayani masyarakat serta
menciptakan kondisi yang memungkinkan setiap anggota masyaraakat
mengembangkan kemampuan dan kreativitasnya demi mencapai tujuan
bersama (Rasyid, 1998). Karenanya birokrasi publik berkewajiban dan
bertanggung jawab untuk memberikan layanan baik dan profesional.
7
Pelayanan publik (public services) oleh birokrasi publik tadi adalah
merupakan salah satu perwujudan dari fungsi aparatur negara sebagai abdi
masyarakat di samping sebagai abdi negara. Pelayanan publik (public
services) oleh birokrasi publik dimaksudkan untuk mensejahterakan
masyarakat (warga negara) dari suatu negara kesejahteraan (welfare state).
Pelayanan umum oleh Lembaga Administrasi Negara (1998) diartikan
sebagai segala bentuk kegiatan pelayanan umum yang dilaksanakan oleh
Instansi Pemerintah di Pusat, di Daerah dan di lingkungan Badan Usaha
Milik Negara/Daerah dalam bentuk barang dan atau jasa baik dalam rangka
upaya kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Pelayanan publik dengan demikian dapat
diartikan sebagai pemberian layanan (melayani) keperluan orang atau
masyarakat yang mempunyai kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan
aturan pokok dan tata cara yang telah ditetapkan.
9
8. Adaptif, cepat menyesuaikan terhadap apa yang menjadi tuntutan,
keinginan dan aspirasi masyarakat yang dilayani yang senantiasa
mengalami tumbuh kembang.
Secara teoritis sedikitnya ada tiga fungsi utama yang harus dijalankan
oleh pemerintah tanpa memandang tingkatannya, yaitu fungsi pelayan
masyarakat (public service function), fungsi pembangunan (development
function) dan fungsi perlindungan (protection function).
12
5. Kenyamanan dalam memperoleh pelayanan, berkaitan dengan lokasi, ruang
tempat pelayanan, tempat parkir, ketersediaan informasi dan lain-lain;
6. Atribut pendukung pelayanan lainnya seperti ruang tunggu ber-AC,
kebersihan dan lain-lain.
15
langsung dengan pelayanan serta dicegah adanya pengulangan
pemenuhan persyaratan.
3. Kejelasan petugas pelayanan, yaitu keberadaan dan
kepastian petugas yang memberikan pelayanan (nama, jabatan, serta
kewenangan dan tanggung jawab). Sehubungan dengan hal di atas,
menurut Gaspersz (1997 : 2), atribut atau dimensi yang harus
diperhatikan dalam perbaikan kualitas pelayanan antara lain (1)
Kemudahan mendapatkan pelayanan yang berkaitan dengan
kejelasan dan kemudahan petugas yang melayani, (2) Tanggung
jawab yang berkaitan dengan penerimaan pelayanan dan penanganan
keluhan dari pelanggan eksternal. Kemudian Morgan dan
Murgatroyd (1994) mengemukakan beberapa kriteria persepsi
pelanggan terhadap kualitas pelayanan antara lain (1)
Responsiveness yaitu kesediaan untuk membantu pelanggan dengan
menyediakan pelayanan yang cocok seperti yang mereka inginkan,
(2) Access yaitu mudah melakukan kontak dengan penyedia jasa.
4. Kedisiplinan petugas pelayanan, yaitu kesungguhan
petugas dalam memberikan pelayanan terutama terhadap konsistensi
waktu kerja sesuai ketentuan yang berlaku. Sehubungan dengan hal
di atas, menurut Morgan dan Murgatroyd (1994), beberapa kriteria
persepsi pelanggan terhadap kualitas pelayanan antara lain (1)
Reliability yaitu kemampuan untuk melaksanakan pelayanan yang
telah dijanjikan dengan tepat waktu, (2) Credibility yaitu dapat
dipercaya, jujur dan mengutamakan kepentingan pelanggan.
Kemudian menurut Carlson dan Schwarz (dalam Denhardt, 2003 :
61) yang mengatakan bahwa ukuran yang komprehensif untuk
servqual sektor publik antara lain (1) Reliability (keandalan) yaitu
16
menilai tingkat dimana pelayanan pemerintah disediakan secara
benar dan tepat waktu, (2) Personal attention (perhatian kepada
orang) yaitu ukuran tingkat dimana aparat menyediakan informasi
kepada masyarakat dan bekerja sungguh-sungguh dengan mereka
untuk memenuhi kebutuhan mereka.
5. Tanggung jawab petugas pelayanan yaitu kejelasan
wewenang dan tanggung jawab dalam penyelenggaraan dan
penyelesaian pelayanan. Sehubungan dengan hal di atas, dalam
sendi-sendi pelayanan prima seperti yang dikutip Warella (1997 : 31)
menyebutkan bahwa untuk menilai pelayanan publik yang
berkualitas dapat digunakan kriteria-kriteria antara lain (1) Kejelasan
dan kepastian unit kerja atau pejabat yang berwenang dan
bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan, (2) Keterbukaan
mengenai satuan kerja/ pejabat penanggungjawab pemberi
pelayanan.
6. Kemampuan petugas pelayanan, yaitu tingkat keahlian dan
keterampilan yang dimiliki petugas dalam
memberikan/menyelesaikan pelayanan kepada masyarakat.
Sehubungan dengan hal di atas, menurut Tjiptono (2002 : 14)
mengemukakan beberapa unsur untuk menilai kualitas jasa yang
antara lain (1) Profesionalism and Skill; yang berkaitan dengan
pengetahuan dan keterampilan (intelektual, fisik, administrasi
maupun konseptual) yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah
pelanggan secara profesional. Kemudian Morgan dan Murgatroyd
(1994) mengemukakan beberapa kriteria persepsi pelanggan
terhadap kualitas pelayanan antara lain (1) Competence, yaitu
17
menyangkut pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk
melaksanakan pelayanan.
7. Kecepatan pelayanan, yaitu target waktu pelayanan dapat
diselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan oleh unit
penyelenggara pelayanan. Sehubungan dengan hal di atas, menurut
Gaspersz (1997 : 2 ), atribut atau dimensi yang harus diperhatikan
dalam perbaikan kualitas pelayanan antara lain (1) Ketepatan waktu
pelayanan, dimana hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan
waktu tunggu dan waktu proses. Kemudian dalam sendi-sendi
pelayanan prima seperti yang dikutip Warella (1997 : 31)
menyebutkan bahwa untuk menilai pelayanan publik yang
berkualitas dapat digunakan kriteriakriteria antara lain (1)
Keterbukaan waktu penyelesaian, (2) Ketepatan waktu yaitu bahwa
pelaksanaan pelayanan publik dapat diseleaikan dalam kurun waktu
yang telah ditentukan.
8. Keadilan mendapatkan pelayanan, yaitu pelaksanaan
pelayanan dengan tidak membedakan golongan/status masyarakat
yang dilayani. Sehubungan dengan hal di atas, menurut Carlson dan
Schwartz (dalam denhardt, 2003 : 61) menyatakan bahwa ukuran
komprehensif untuk servqual sektor publik antara lain (1) Fairness
(keadilan) yaitu ukuran tingkat dimana masyarakat percaya bahwa
pelayanan pemerintah disediakan sama untuk semua orang.
Selanjutnya dalam sendi-sendi pelayanan prima seperti yang dikutip
Warella (1997 : 31) menyebutkan bahwa untuk menilai pelayanan
publik yang berkualitas dapat digunakan kriteria-kriteria antara lain
(1) Keadilan yang merata yaitu bahwa cakupan/jangkauan pelayanan
18
harus diusahakan seluas mungkin dengan distribusi yang merata dan
diberlakukan.
9. Kesopanan dan keramahan petugas, yaitu sikap dan
perilaku petugas dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat
secara sopan dan ramah serta saling menghargai dan menghormati.
Sehubungan dengan hal di atas, menurut Gaspersz (1997 : 2 ), atribut
atau dimensi yang harus diperhatikan dalam perbaikan kualitas
pelayanan antara lain kesopanan dan keramahan dalam memberikan
khususnya interaksi langsung. Kemudian Morgan dan Murgatroyd
(1994) mengemukakan kriteria persepsi pelanggan terhadap kualitas
pelayanan yaitu Courtessy, yaitu sikap sopan, menghargai orang lain,
penuh pertimbangan dan persahabatan. Selain itu, menurut Zeithaml
dkk salah satu dimensi untuk mengukur kepuasan pelanggan antara
lain (1) Assurance yaitu kemampuan dan keramahan serta sopan
sanun pegawai dalam meyakinkan kepercayaan konsumen, (2)
Emphaty yaitu sikap tegas tetapi penuh perhatian dari pegawai
terhadap konsumen.
10. Kewajaran biaya pelayanan, yaitu keterjangkauan
masyarakat terhadap bsarnya biaya yang ditetapkan oleh unit
pelayanan. Sehubungan dengan hal di atas, dalam pelayanan prima
seperti yang dikutip Warella (1997 : 31) menyebutkan bahwa untuk
menilai pelayanan publik yang berkualitas dapat digunakan kriteria-
kriteria antara lain (1) Ekonomis yaitu biaya pelayanan harus
ditetapkan secara wajar dengan memperhatikan. Kemudian Tjiptono
(2002 : 14) mengemukakan beberapa unsur untuk menilai kualitas
jasa yang antara lain (1) Reputation and Credibility yaitu pelanggan
menyakini bahwa operasi dari penyedia jasa dapat dipercaya dan
19
memberikan nilai atau imbalan yang sesuai dengan pengorbanannya
atau biayanya.
11. Kepastian biaya pelayanan, yaitu kesesuaian antara biaya
yang dibayarkan dengan biaya yang telah ditetapkan. Sehubungan
dengan hal di atas, dalam pelayanan prima seperti yang dikutip
Warella (1997 : 31) menyebutkan bahwa untuk menilai pelayanan
publik yang berkualitas dapat digunakan kriteriakriteria antara lain
(1) Kejelasan dan kepastian mengenai rincian biaya/tariff pelayanan
dan tatacara pembayarannya, (2) Keterbukaan mengenai rincian
biaya/tariff pelayanan.
12. Kepastian jadwal pelayanan, yaitu pelaksanaan waktu
pelayanan, sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
Sehubungan dengan hal di atas, dalam pelayanan prima seperti yang
dikutip Warella (1997 : 31) menyebutkan bahwa untuk menilai
pelayanan publik yang berkualitas dapat digunakan kriteria-kriteria
antara lain (1) Kejelasan dan kepastian yaitu yang menyangkut
jadwal waktu penyelesaian pelayanan. Kemudian Carlson dan
Schwartz (dalam denhardt, 2003 : 61) menyatakan bahwa ukuran
komprehensif untuk servqual sektor publik antara lain (1) Reability
(keandalan) yaitu menilai tingkat dimana pelayanan pemerintah
disediakan secara benar dan tepat waktu.
13. Kenyamanan lingkungan, yaitu kondisi sarana dan
prasarana pelayanan yang bersih, rapi dan teratur sehingga dapat
memberikan rasa nyaman kepada penerima pelayanan. Sehubungan
dengan hal di atas, menurut Gaspersz (1997 : 2 ), atribut atau
dimensi yang harus diperhatikan dalam perbaikan kualitas pelayanan
antara lain (1) Kenyamanan dalam memperoleh pelayanan yang
20
berkaitan dengan lokasi, ruang tempat pelayanan, kemudahan
menjangkau, ketersediaan informasi dan lain-lain, (2) Atribut
pendukung pelayanan lainnya yang berkaitan dengan lingkungan,
kebersihan, ruang tunggu, fasilitas musik dan lain-lain. Kemudian
menurut Zeithaml dkk salah satu dimensi untuk mengukur kepuasan
pelanggan antara lain (1) Tangibles yaitu yang berupa sarana fisik
perkantoran, komputerisasi administrasi, ruang tunggu, tempat
informasi dan lain-lain. Selanjutnya di dalam pelayanan prima
seperti yang dikutip Warella (1997 : 31) menyebutkan bahwa untuk
menilai pelayanan publik yang berkualitas dapat digunakan kriteria-
kriteria antara lain (1) penilaian fisik lainnya antara lain kebersihan
dan kesejukan lingkungan.
14. Keamanan pelayanan, yaitu terjaminnnya tingkat
keamanan lingkungan unit penyelenggara pelayanan ataupun sarana
yang digunakan, sehingga masyarakat merasa tenang untuk
mendapatkan pelayanan terhadap resikoresiko yang diakibatkan dari
pelaksanaan pelayanan. Sehubungan dengan hal di atas, menurut
Morgan dan Murgatroyd (1994) mengemukakan beberapa kriteria
persepsi pelanggan terhadap kualitas pelayanan antara lain (1)
Security yaitu bebas dari resiko, bahaya dan keragu-raguan.
Kemudian Carlson dan Schwartz (dalam denhardt, 2003 : 61)
menyatakan bahwa ukuran komprehensif untuk servqual sektor
publik antara lain (1) Security yaitu ukuran tingkat dimana pelayanan
yang disediakan membuat masyarakat merasa aman dan yakin ketika
menerimanya. Selain itu, dalam pelayanan prima seperti yang dikutip
Warella (1997 : 31) menyebutkan bahwa untuk menilai pelayanan
publik yang berkualitas dapat digunakan kriteria-kriteria antara lain
21
(1) Keamanan yaitu proses serta hasil pelayanan dapat memberikan
keamanan, kenyamanan dan memberikan kepastian hukum bagi
masyarakat.
Kualitas Pelayanan
Kesehatan Di Puskesmas
Nangalili
Kepuasan Masyarakat
14 indikator Kep.MENPAN
22
No. 25 Tahun 20004
Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM)
23
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Perspektif Pendekatan Penelitian
Sesuai dengan tujuan penelitian yang telah dikemukakan di depan,
maka penelitian ini menggunakan rancangan atau desain penelitian
deskriptif kualitatif yaitu mixed antara kualitatif dengan kuantitatif untuk
mengetahui indeks kepuasan masyarakat dari pelayanan di Puskesmas
Nangalili, Kec. Lembor Selatan, Kabupaten Manggarai Barat.
2. Loksi dan Obyek Penelitian
Lokasi penelitian ini tepatnya di Puskesmas Nangalili, Kec. Lembor
Selatan, Kabupaten Manggarai Barat. Sebagai Instansi pelayan publik
dalam bidang kesehatan. Dan yang dijadikan sebagai obyek penelitian ini
adalah pasien yang berobat dan berkunjung ke Puskesmas Nangalili, Kec.
Lembor Selatan, Kabupaten Manggarai Barat.
3. Fenomena Penelitian
Penelitian ini ingin menganalisis kinerja pelayanan publik di
Puskesmas Nangalili, Kec. Lembor Selatan, Kabupaten Manggarai Barat
dengan cara mengukur indeks kepuasan masyarakat yang dilayani. Salah
satu tolok ukur penilaian kinerja pelayanan adalah dengan mendengarkan
atau mengumpulkan persepsi dari responden pasien yang berkunjung di
Puskesmas Ngesrep akan pelayanan yang telah diterimanya.
Salah satu tolok ukur penilaian kualitas layanan adalah dengan
mendengarkan atau mengumpulkan persepsi dari responden mengenai
kualitas pelayanan Puskesmas Ngesrep yang telah diterimanya.
Sedangkan indikatorindikator yang digunakan sebagai pengukuran
mengacu pada Kepmen PAN Nomor : KEP/25/M.PAN/2004, maka ada
24
14 indikator dan 33 sub indikator yang akan diukur dalam penelitian ini.
Berikut ini indikator dan sub indikator dalam penelitian ini
Pelaksanaan survei menggunakan pendekatan kualitatif dengan
pengukuran menggunakan Skala Likert. Skala Likert adalah suatu skala
psikometrik yang umum digunakan dalam kuesioner untuk mengukur
sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang terhadap
suatu jenis layanan publik.
2. Sumber Data
Sumber data yang mendukung jawaban permasalahan dalam
penelitian dengan cara sebagai berikut :
a. Sumber Data Primer
Yaitu sumber data yang diperoleh dari sumber primer, diperoleh
melalui responden yaitu pasien yang memberikan data berupa
katakata atau kalimat pernyataan atau memberikan jawaban
dalam kuesioner di Puskesmas Nangalili yang dijadikan sampel.
b. Sumber Data Sekunder
Yaitu data yang diperoleh dari catatan-catatan, buku, makalah,
monografi dan lain-lain terutama yang berkaitan dengan
permasalahan penelitian. Data yang lain juga didapat dari arsip,
25
sebagai sumber data dalam bentuk dokumen, data statistik dan
naskah-naskah yang telah tersedia dalam lembaga atau instansi
yang berhubungan dengan penelitian ini.
5. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang akan digunakan adalah kuesioner.
Kuesioner penelitian kemudian dibagi kepada 150 orang responden dibuat
dalam bentuk rating scale sesuai dengan skala pengukuran yang dipakai.
Jumlah responden ini adalah sesuai dengan jumlah responden yang
dipersyaratkan dalam kepmen PAN No. 25 tahun 2004.
6. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah pasien yang berobat ke
Puskesmas Nangalili. Sedangkan sampel diambil secara accidental
sampling, yaitu pasien yang datang untuk berobat ke Puskesmas saat
ditemui oleh peneliti. Sampel yang dijadikan responden dalam penelitian
ini sebanyak 150 responden.
7. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini teknik analisis datanya dilakukan dengan
menggunakan nilai Indeks Kepuasan Masyarakat yang dihitung dengan
menggunakan nilai rata-rata tertimbang masing-masing unsur pelayanan.
Nilal SKM dihitung dengan menggunakan "nilai rata-rata tertimbang"
26
Untuk memperoleh nilai SKM unit pelayanan Puskesmas Nangalili
digunakan pendekatan nilai rata-rata tertimbang dengan rumus sebagai
berikut :
Tabel 2.1 : Nilai Persepsi, Nilai Interval, Interval Konversi, Mutu Pelayanan dan
Kinerja Unit Pelayanan
NILAI
NILAI NILAI INTERVAL MUTU KINERJA UNIT
PERSEPSI INTERVAL KONVERSI PELAYANAN
PELAYANAN
IKM
1,00 – 25,00 –
1 2,5996 64,99 D Tidak baik
2,60 – 65,00 –
2 3,064 76,60 C Kurang baik
3,0644 – 76,61 –
3 3,532 88,30 B Baik
3,5324 – 88,31 –
4 4,00 100,00 A Sangat baik
27
Sementara itu, untuk menentukan kinerja setiap sub indikator adalah dengan
menetukan intervalnya terlebih dahulu. Rumus yang dipakai adalah :
I= Range
∑K
Keterangan :
I = Interval/Rentang Kelas.
Range = Skor Tertinggi - Skor Terendah
K = Banyaknya Kelas yang
Keterangan :
Tki = Tingkat kesesuaian responden
Xi = Skor penilaian kualitas pelayanan.
Yi = Skor penilaian kepentingan
X = ∑Xi Y = ∑Y
N n
Keterangan :
X = Skor rata-rata tingkat kepuasan
Y = Skor rata-rata tingkat kepentingan
28
n = Jumlah responden
Keterangan :
X = Rata-rata dari rata-rata skor tingkat kepuasan
Y = Rata-rata dari rata-rata skor tingkat kepentingan
K = Banyaknya indikator atau sub indikator
29
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Deskripsi Wilayah Penelitian
1. Deskripsi Lokasi
Puskesmas Nangalili terletak di kecamatan Lembor selatan dan
memiliki wilayah kerja di 7 Desa yang meliputi, Desa Nangalili, Bentemg
Dewa, Desa Waemose, Desa Kakor, Desa Lalong, Desa Modo, Desa
Nanga Bere. Puskesmas Nangalili merupakan kesatuan organisasi
kesehatan fungsional dan pusat pengembangan kesehatan masyarakat
yang juga berfungsi memberikan pelayanan secara menyeluruh dan
terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk beberapa
kegiatan pokok perawatan kesehatan.
2. Keadaan Demografis
7000
6000
5000
4000
3000
2000
1000
0
Nangali Benten Kakor Modo Lalong Wae Nangab Total
li g Dewa Mose ere
Laki-laki 1323 887 1137 256 1017 679 737 6036
Perempuan 1306 891 1099 231 1048 645 641 5861
Laki-laki Perempuan
31
Berikut ini adalah Rasio Kependudukan di Kecamatan Lembor Selatan
yang termasuk dalam wilayah kerja Puskesmas Nangalili.
Tabel 1 . Rasio Kependudukan di Wilayah Kerja Puskesmas Nangalili.
No Desa Pusat Desa Jumlah Jumlah Luas Tingkat
Penduduk KK wilayah Kepadat
(Km2) an
1 Nangalili Golojong 2629 673 26,5 99.21
2 Benteng Wae 1778 421 26,7
66.59
Dewa Tiong
3 Kakor Kakor 1 2236 586 15 149.07
4 Modo Langke 487 123 20,72
23.50
Siku
5 Lalong Lema 2065 557 12 172.08
6 Waemose Daleng 1324 337 4,1
322.93
Sampa
7 Nangabere Weko 1378 309 18,10 76.13
Jumlah 11.897 3.006 123 96.63
Sumber: BPS Kecamatan Lembor Selatan, 2021
Tabel di atas menunjukkan bahwa wilayah desa terluas wilayah kerja
Puskesmas Nangalili ialah Benteng dewa (26,7 km2), sedangkan wilayah
dengan tingkat kepadatan penduduk tertinggi ialah Wae Mose dengan
322.93 jiwa/km2 .
3. Sumber Daya Manusia
Sumber daya kesehatan merupakan salah satu faktor pendukung dalam
penyediaan pelayanan kesehatan yang berkualitas, yang diharapkan dapat
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Gambaran mengenai situasi
sumber daya kesehatan dikelompokkan dalam sajian data dan informasi
mengenai sarana kesehatandan tenaga kesehatan, pembiayaan kesehatan
dan manajemen kesehatan.
a. Tenaga Kesehatan
Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
mendefinisikan bahwa yang dimaksud dengan tenaga kesehatan adalah
setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta
32
memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di
bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan
untuk melakukan upaya kesehatan. Sedangkan sesuai dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan, maka
tenaga kesehatan terbagi atas 7 (tujuh) jenis tenaga yaitu tenaga medis,
tenaga kefarmasian, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga gizi, tenaga
keterapian fisik dan tenaga keteknisian medis.Menurut Permenkes 43
tahun 2019, jumlah tenaga kesehatan yang seharusnya untuk Puskesmas
ialah dokter atau dokter layanan primer, dokter gigi, tenaga kesehatan
lainnya, dan tenaga nonkesehatan. Adapun tenaga kesehatan lainnya yang
dimaksud adalah perawat, bidan, tenaga promosi kesehatan dan ilmu
perilaku, tenaga sanitasi lingkungan, nutrisionis, tenaga apoteker dan/atau
tenaga teknis kefarmasian dan ahli teknologi laboratorium medik.
Tabel 2.
Distribusi Tenaga Kesehatan Berdasarkan Status Kepegawaian di Wilayah
Kerja PuskesmasNangalili Tahun 2021.
Status Kepegawaian
33
6 Ahli Gizi 3 3
7 Sanitarian 1 1 2
8 Kes.Masyarakat 0
9 Apoteker 3 3
10 Asisten 1 1
Apoteker
11 Analis 1 1
Kesehatan
12 Rekam Medik 1 1
13 Lain - lain 1 4 1 6
Jumlah 2 27 1 1 16 72
7
Sumber : Tata Usaha Puskesmas Nangalili, 2021
Berdasarkan data tabel di atas, jenis tenaga terbanyak di Puskesmas Nangalili
dan jaringannya ialah perawat dengan 26 orang tenaga. Enam jenis tenaga
lainnya ada di Puskesmas Nangalili adalah sopir ambulans 1, tenaga
administrasi 1, tenaga gizi 1,STBM 1,Surveilance 1, dan cleaning servis 1.
Tabel 3.
Distribusi Tenaga Kesehatan Berdasarkan Status Kepegawaian
di Wilayah Kerja Puskesmas Nangalili Tahun 2021
(6) Laboratorium,
35
Untuk mendapatkan pelayanan, masyarakat diharuskan
Gambar 4. 2
Alur Mekanisme Pelayanan
Ruang
Pasien Loket Tunggu
Apotik Pulang
BP.Gigi
BP.Umum
KIA
KB
Rujukan Ke
Dalam
Laboratorium
Konsultasi Gizi,
Fisioterapi, Sanitasi, BP
Gigi / KIA / RS
Adapun penjelasan dari mekanisme pelayanan kesehatan
medis.
37
5. Hasil Penelitian
pertanyaan.
setiap item atau sub indikator yang ada dalam setiap indikator.
Nangalili.
39
Kemudian untuk menentukan kinerja setiap item adalah
Range
I =
K
Keterangan :
I : Interval/Rentang Kelas.
Range : Skor Tertinggi
Skor Terendah k : Banyaknya Kelas yang
ada.
40
Jadi untuk setiap item dalam indikator kinerjanya dapat diukur sebagai
berikut :
penelitian ini dilakukan dari bulan juli sampai dengan Desember 2021
dilihat dari pekerjaan responden didominasi oleh ibu rumah tangga yaitu
41
sosial ekonomi responden yang rata-rata adalah masyarakat menengah
kebawah. Namun dalam Tabel tersebut juga dapat dilihat bahwa ada 10
Tabel.
Kondisi Sosial Ekonomi Responden
42
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan
kesehatan.
1. Prosedur pelayanan
yang terdiri dari tiga indikator tersebut diatas sudah baik dimana
sudah baik, hal ini dikarenakan adanya informasi yang jelas dari
45
Tabel.
Tingkat Keterbukaan Mengenai Informasi Prosedur
Pelayanan
46
2. Persyaratan pelayanan
pertanyaan nomor 6.
Tabel.
Tingkat kemudahan Persyaratan Pelayanan
data hasil penelitian seperti yang terlihat dalam tabel 4.9 yang
teknisnya.
48
pelayanan untuk pertanyaan nomor 7 dan tingkat kemudahan
pertanyaan nomor 8.
Tabel.
Tingkat Kepastian Mengenai Identitas dan Tanggung Jawab
Petugas Pelayanan
Tabel.
Tingkat Ketepatan Waktu Petugas Menyelesaikan Pelayanan
50
Hal tersebut sudah sesuai dengan apa yang dituangkan
51
Tabel.
Tingkat Kejelasan Tanggung Jawab Petugas Pelayanan
52
Tabel 4.19
Tingkat Kemampuan Fisik petugas
7. Kecepatan pelayanan
pelayanan :
53
Tabel.
Tingkat Ketepatan Waktu Proses Pelayanan
20.
54
Tabel.
Tingkat Kesamaan Perlakuan dalam Mendapatkan Pelayanan
55
9. Kesopanan dan Keramahan Petugas.
56
Tabel.
Tingkat Kesopanan dan Keramahan Petugas
Pelayanan
57
10. Kewajaran Biaya Pelayanan
Tabel.
Tingkat Kewajaran Besarnya Biaya Pelayanan dengan Hasil
Pelayanan.
59
yang dibebaskan dari seluruh biaya pengobatan. Indikator
Tabel 4.
Tingkat Kejelasan Rincian biaya pelayanan
akan rincian biaya pelayanan dan sisanya yaitu sekitar 9,3 persen
60
11. Kepastian Jadwal pelayanan
Tabel
Tingkat Kejelasan Jadwal Pelayanan
jadwal pelayanan.
61
12. Kenyamanan Lingkungan
Tabel 4.35
Tingkat Kebersihan, Kerapian dan Keteraturan
Sarana/Prasarana Pelayanan
nomor 26.
keamanan pelayanan.
63
Tabel.
Tingkat Keamanan Lingkungan Tempat Pelayanan
64
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
berikut ini :
65
kedisiplinan petugas pelayanan, tanggung jawab petugas
adalah :
panjang.
68
2. Kemampuan fisik petugas
69
Ketersediaan sarana dan prasarana pendukung lebih
masyarakat sehingga
70
penilaian bahwa paradigma tersebut kurang berdasar dan tidak
seluruhnya benar.
Bryson, John M., 1995, Strategic Planning for Public and Non
Profit Organizations, A Guide to Strengthening and
Sustainin Organizational Achievement, Revisied Edition,
Josey-Bass Publisher, San-Francisco.