Anda di halaman 1dari 31

Departemen Keperawatan Keluarga

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN TAHAP


PERKEMBANGAN KELUARGA REMAJA

Oleh:
Rohimin Muhamad Ikram, S.KEP
70900120015

DOSEN PEMBIMBING:

PRESEPTOR LAHAN PRESEPTOR INSTITUSI

(...........................................) (...........................................)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Praktek Keperawatan komunitas bertujuan untuk meningkatkan dan memelihara
kesehatan masyarakat dengan menekankan pada peningkatan peran serta masyarakat
dalam melakukan upaya pencegahan, peningkatkan dan mempertahankan kesehatan.
Salah satu sasaran Praktek Keperawatan Komunitas adalah keluarga sehingga dikenal
dengan sebutan asuhan Keperawatan Kesehatan Keluarga. Hal ini karena keluarga
merupakan unit terkecil dari masyarakat itu sendiri. Namun kenyataan menunjukkan
bahwa penerapan konsep asuhan Keperawatan Kesehatan Keluarga sampai dengan
saat ini belum dilaksanakan dengan baik oleh perawat Puskesmas.
Menurut Salvicion G. Bailon & Arracelis Maglaya, Perawat Kesehatan
Keluarga, 2010), selama ini perawat kesehatan diakui dan dihormati sebagai anggota
tim Kesehatan karena sifat-sifat pribadi dan kemampuannya sebagai individu bukan
karena kemampuan profesionalitasnya sebagai perawat. Hal ini disebabkan karena
kurang pengetahuan atau ketidakmampuan perawat untuk menegaskan perannya, tidak
ada polahan yang sama dalam keperawatan dan tidak ada kesepakatan perawat tentang
peranan sebenarnya dari perawat. Tentu dalam hal ini termasuk juga perawat
kesehatan masyarakat dalam kondisi seperti ini, praktek keperawatan kesehatan
masyarakat seperti tidak nampak untuk dinikmati oleh masyarakat dari perawat
sebagai sebuah profesi, oleh karena itu kehadiran perawat dalam tim kesehatan
hanyalah sebagai pelengkap belaka terutama sebagai pembantunya dokter.
Jenjang pendidikan keperawatan di Indonesia yang beraneka ragam tanpa
adanya batasan yang jelas akan peran dan fungsi masing-masing semakin mempersulit
praktek Keperawatan Komunitas. Belum adanya standart praktek Keperawatan
Komunitas yang diakui berdasarkan kesepakatan masyarakat Keperawatan Indonesia
mengakibatkan praktek Keperawatan Komunitas menjadi kabur. Termasuk belum
adanya jenjang spesialisasi perawat Komunitas mengakibatkan persepsi konsep
Keperawatan Komunitas ditafsir secara sendiri-sendiri oleh perawat dan tidak adanya
figur narasumber yang bisa didengar dan dipanuti berdasarkan tingkat kepahaman.
Konsep Keperawatn Komunitas yang ada saat ini masih merupakan adopsi dari
konsep-konsep luar negeri yang belum tentu cocok dengan karakteristik masyarakat
Indonesia.
Berdasarkan berbagai uraian yang telah dipaparkan di atas maka tantangan
perawat kesehatan masyarakat begitu berat untuk dipecahkan. Namun Keperawatan
Nasioanal Indonesia sebagai sebuah profesi yang diakui berdasarkan hasil Lokakarya
Keperawatan Nasional tahun 1985 dituntut mampu memecahkan berbagai persoalan
tersebut sebagai konsekwensi profesi masyarakat Keperawatan yang tergabung dalam
wadah PPNI harus mampu merumuskan bersama akan peran, fungsi dan standart
praktek Keperawatan Komunitas. Perlu dirujuk kembali berdasarkan ketentuan WHO
(Salvicion G. Bailon & Arracelis Maglaya, 2010) dimana untuk mencapai sasaran
kesehatan masyarakat Perawat Kesehatan harus mendapat tanggungjawab yang lebih
luas dalam hal diagnostik dan penggobatan.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum :
Untuk menerapkan asuhan keperawatan keluarga pada Ny ‘T” dengan salah satu
anggota keluarga menderita Epilepsi.
2. Tujuan Khusus :
a. Mampu menerapkan pengkajian keperawatan keluarga pada Ny “T” dengan
salah satu anggota keluarga menderita Epilepsi.
b. Mampu menegakkan diagnosa keperawatan keluarga pada Ny “T” dengan salah
satu anggota keluarga menderita Epilepsi.
c. Mampu membuat perencanaan keperawatan keluarga pada Ny “T” dengan salah
satu anggota keluarga menderita Epilepsi.
d. Mampu menginplementasikan keperawatan keluarga pada Ny “T” dengan salah
satu anggota keluarga menderita Epilepsi.
e. Mampu melakukan evaluasi keperawatan keluarga pada Ny “T” dengan salah
satu anggota keluarga menderita Epilepsi.
f. Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan keluarga pada Ny “T” dengan
salah satu anggota keluarga menderita Epilepsi.
BAB II
KONSEP TEORI

A. Konsep Keluarga
1. Definisi Keluarga
Keluarga merupakan perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh
hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu
berinteraksi satu dengan yang lain (Mubarak, 2011). Keluarga adalah unit terkecil
dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang
berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling
ketergantungan (Setiadi, 2012).
Sedangkan menurut Friedman keluarga adalah unit dari masyarakat dan
merupakan lembaga yang mempengaruhi kehidupan masyarakat. Dalam
masyarakat, hubungan yang erat antara anggotanya dengan keluarga sangat
menonjol sehingga keluarga sebagai lembaga atau unit layanan perlu di
perhitungkan. Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa keluarga
yaitu sebuah ikatan (perkawinan atau kesepakatan), hubungan (darah ataupun
adopsi), tinggal dalam satu atap yang selalu berinteraksi serta saling
ketergantungan.
2. Fungsi Keluarga
Keluarga mempunyai 5 fungsi yaitu :
a. Fungsi Afektif
Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga yang
merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan
kebutuhan psikososial. Keberhasilan fungsi afektif tampak pada kebahagiaan
dan kegembiraan dari seluruh anggota keluarga. Komponen yang perlu dipenuhi
oleh keluarga dalam melaksanakan fungsi afektif adalah (Friedman, M.M et al.,
2010) :
1) Saling mengasuh yaitu memberikan cinta kasih, kehangatan, saling
menerima, saling mendukung antar anggota keluarga.
2) Saling menghargai, bila anggota keluarga saling menghargai dan mengakui
keberadaan dan hak setiap anggota keluarga serta selalu mempertahankan
iklim positif maka fungsi afektif akan tercapai.
3) Ikatan dan identifikasi ikatan keluarga di mulai sejak pasangan sepakat
memulai hidup baru.
b. Fungsi Sosialisasi Sosialisasi di mulai sejak manusia lahir. Keluarga merupakan
tempat individu untuk belajar bersosialisasi, misalnya anak yang baru lahir dia
akan menatap ayah, ibu dan orang-orang yang ada disekitarnya. Dalam hal ini
keluarga dapat Membina hubungan sosial pada anak, Membentuk norma-norma
tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak, dan Menaruh nilai-nilai
budaya keluarga.
c. Fungsi Reproduksi Fungsi reproduksi untuk meneruskan keturunan dan
menambah sumber daya manusia. Maka dengan ikatan suatu perkawinan yang
sah, selain untuk memenuhi kebutuhan biologis pada pasangan tujuan untuk
membentuk keluarga adalah meneruskan keturunan.
d. Fungsi Ekonomi Merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan
seluruh anggota keluarga seperti memenuhi kebutuhan makan, pakaian, dan
tempat tinggal.
e. Fungsi Perawatan Kesehatan Keluarga juga berperan untuk melaksanakan
praktik asuhan keperawatan, yaitu untuk mencegah gangguan kesehatan atau
merawat anggota keluarga yang sakit. Keluarga yang dapat melaksanakan tugas
kesehatan berarti sanggup menyelesaikan masalah kesehatan.
3. Tahap-Tahap Perkembangan Keluarga Berdasarkan konsep Duvall dan Miller,
tahapan perkembangan keluarga dibagi menjadi 8 :
a. Keluarga Baru (Berganning Family) Pasangan baru nikah yang belum
mempunyai anak. Tugas perkembangan keluarga dalam tahap ini antara lain
yaitu membina hubungan intim yang memuaskan, menetapkan tujuan bersama,
membina hubungan dengan keluarga lain, mendiskusikan rencana memiliki
anak atau KB, persiapan menjadi orangtua dan memahami prenatal care
(pengertian kehamilan, persalinan dan menjadi orangtua).
b. Keluarga dengan anak pertama < 30bln (child bearing) Masa ini merupakan
transisi menjadi orangtua yang akan menimbulkan krisis keluarga. Tugas
perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain yaitu adaptasi perubahan
anggota keluarga, mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan
pasangan, membagi peran dan tanggung jawab, bimbingan orangtua tentang
pertumbuhan dan perkembangan anak, serta konseling KB post partum 6
minggu.
c. Keluarga dengan anak pra sekolah Tugas perkembangan dalam tahap ini adalah
menyesuaikan kebutuhan pada anak pra sekolah (sesuai dengan tumbuh
kembang, 8 proses belajar dan kontak sosial) dan merencanakan kelahiran
berikutnya.
d. Keluarga dengan anak sekolah (6-13 tahun) Keluarga dengan anak sekolah
mempunyai tugas perkembangan keluarga seperti membantu sosialisasi anak
terhadap lingkungan luar rumah, mendorong anak untuk mencapai
pengembangan daya intelektual, dan menyediakan aktifitas anak.
e. Keluarga dengan anak remaja (13-20 tahun) Tugas perkembangan keluarga
pada saat ini adalah pengembangan terhadap remaja, memelihara komunikasi
terbuka, mempersiapkan perubahan sistem peran dan peraturan anggota
keluarga untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota keluarga.
f. Keluarga dengan anak dewasa Tugas perkembangan keluarga mempersiapkan
anak untuk hidup mandiri dan menerima kepergian anaknya, menata kembali
fasilitas dan sumber yang ada dalam keluarganya.
g. Keluarga usia pertengahan (middle age family) Tugas perkembangan keluarga
pada saat ini yaitu mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam
mengolah minat sosial, dan waktu santai, memulihkan hubungan antara generasi
muda-tua, serta persiapan masa tua. 9 h. Keluarga lanjut usia Dalam
perkembangan ini keluarga memiliki tugas seperti penyesuaian tahap masa
pensiun dengan cara merubah cara hidup, menerima kematian pasangan, dan
mempersiapkan kematian, serta melakukan life review masa lalu.
4. Tugas keluarga dalam bidang kesehatan adalah sebagai berikut :
a. Keluarga mampu mengenal masalah kesehatan
b. Keluarga mampu mengambil keputusan untuk melakukan tindakan
c. Keluarga mampu melakukan perawatan terhadap anggota keluarga yang sakit
d. Keluarga mampu menciptakan lingkungan yang dapat meningkatkan kesehatan
e. Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat di lingkungan
setempat
Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Keluarga Tahap Perkembangan Remaja
Diwilayah Kerja Puskesmas Bajeng Kab Gowa
Pengkajian Keluarga
A. Data Umum
1. Nama Keluarga (KK)
a. Inisial pengambil keputusan : Ny. T
b. Usia : 76 Tahun
c. Pendidikan : Tidak sekolah
d. pekerjaan KK : Tidak Bekerja
2. Alamat dan Telpon
a. Tempat tinggal klien : Dusun Tamalalang
b. telpon yang dapat dihubungi :-
3. Komposisi Keluarga : KK dan anggota keluarga
P/ Hub dgn TTl/ Status Status
No Nama L KK Umur Pendidikan Pekerjaan Imunisasi Kesehatan

1 Ny. T P Nenek 76 Thn Tdk sekolah Tidak Tidak Hipertensi


bekerja lengkap

2 An. I L Cucu 18 SD Buruh Tidak Tidak ada


bangunan lengkap keluhan

3 An. R L Cucu 17 SMP Buruh Tidak Epilepsi


bangunan lengkap

4. An. H L Cucu 8 SD Pelajar Tidak Tidak ada


lengkap keluhan
Genogram

? ? x ?

x 40 36

42
2

Keterangan :
: Laki-laki

: Perempuan
: Garis Pernikahan
: Garis keturunan
: Klien

? : Tidak diketahui

x : Meninggal

-------- : Garis serumah

G1 : pada generasi pertama adalah orang tua dari ibu dan ayah klien yang
kakek dari ibuh sudah meninggal
G2 : Generasi kedua adalah saudara ibu dan ayah klien yang saudara ayah
klien berjumlah 7 orang dan saudara ibu klien berjumlah 5 orang yang
masing tidak mempunyai penyakit seperti yang diderita An. R
sedangkan ayah klien menderita penyakit gangguan mental sejak klien
dikandungan
G3 : Generasi ketiga adalah klien dan saudarah perempuannya yang sudah
menikah dan punya anak
4. Tipe keluarga :
Tipe keluarga Ny. T adalah keluarga (singgel family) yang terdiri dari
nenek yang sudah meninggal suaminya dan ke 3 cucunya yang sudah
bercerai orang tuanya
5. Suku :
Keluarga klien berasal dari suku Makassar atau Indonesia kebudayaan
yang dianut tidak bertentangan dengan masalah kesehatan, Bahasa sehari-
hari yang digunakan yaitu Bahasa makassar
6. Agama :
Seluruh anggota keluarga Ny. T menganut agama Islam
7. Status sosial ekonomi :
Menengah ke Bawah, yang sumber pendapatannya dengan hasil kerja
buruh bangunan sejumlah Rp 2.000.000
Makan : Rp 1.500.000
Listrik : Rp 200.000
Beli Bensin : Rp 200.000
8. Aktivitas rekreasi :
Keluarga Ny. T melakukan rekreasi dalam rumah dengan menonton televise dan
rekreasi luar rumah jarang melakukan rekreasi karena waktu kosong dimanfaatkan
untuk bekerja bangunan
B. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
1. Tahap perkembangan keluarga saat ini :
Tahap perkembangan perkembangan keluarga Ny. T merupakan tahap perkembangan
keluarga dengan usia remaja
2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi :
Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenhi adalah tahap merupakan
tahap perkebangan keluarga remaja
3. Riwayat keluarga inti :
a) Ny. T sebagai kepala keluarga mempunyai riwayat penyakit hipertensi yang
diderita sejak 8 tahun yang lalu, Ny. T jarang melakukan kontrol di puskesmas
karena terhalan kendala biaya, klien hanya melakukan pemeriksaan saat
posyandu lansia, klien sering mengalami sakit kepala dan pusing, klien
mengatakan tidak ada masalah dengan istirahat maupun kebutuhan dasar
lainnya mempunyai penyakit hipertensi pada saat pengkajian: TD: 170/90
mmHg, Suhu: 36.5 celcius, BB: 59 Kg, Nadi: 80x/m, Pernapasan: 20x/m
b) An. I Sebagai cucu pertama dan tulang punggung keluarga yang bekerja
sebagai buruh bagunan tidak memiliki keluhan apapun terhadap kesehatannya
c) An. R sebagai cucu kedua yang bekerja sebagai buruh bangunan mempunyai
penyakit epilepsi yang diderita sejak umur 6 bulan dan tambah parah di usia
kelas 2 SMP dan sering mengalami kejang dan terjatuh sampai luka-luka,
klien mengomsumsi obat epilepsi sampai sekarang
d) An. H sebagai cucu ketiga yang masih duduk di kelas 3 SD tidak mempunyai
keluhan apapun
4. Riwayat keluarga sebelumnya :
Dari riwayat keluarga Ny. T tidak ada yang menderita penyakit seperti yang
diderita Ny. T dan An. Riswan baik hipertensi maupun epilepsi
C. Lingkungan
1. Karakteristik rumah :
Rumah Ny. T adalah semi permanen memiliki sirkulasi udara yang baik, memiliki
system sanitasi yang baik, system penerangan yang baik
2. Karakteristik tetangga dan komunitas (RW) :
Hubungan antar tetangga baik terjalin komunikasi, namun tidak saling membantu
dalam hal ekomomi
3. Mobilitas geografis keluarga : proses perpindahan keluarga binaan
Sebagai penduduk desa lempangan kec bajeng kab gowa, tidak pernah
transmigrasi maupun imigrasi
4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Kebiasaan An. R berinteraksi dengan tetangga sekitarnya adalah berkomunikasi
dengan baik setiap hari dan pergi kehalaman rumah tetangga atau tempat keramaian
untuk bersilahturahmi
5. Sistem pendukung keluarga
Jumlah anggota dalam keluarga adalah 4 orang, sepupu An. R yang
selalu menemani klien membeeli obat dan sekaligus menemani Ny. T
memeriksakan kesehatannya ke fasilitas kesehatan
D. Struktur keluarga
1. Pola kemunikasi keluarga
Anggota keluarga menggunakan Bahasa makassar dalam berkomunikasi sehari-
hari dan mendapatkan informasi kesehatan dari petugas kesehatan dan televisi
2. Struktur kekuatan keluarga
An. R menderita penyakit epilepsi dan Ny. T hipertensi, anggota keluarga
pendukung adalah An. I
3. Struktur peran
Formal : Ny. T sebagai kepala keluarga sekaligus sebagai ibu dan
nenek
Informal : An. I cucu pertama yang menafkahi keluarga
4. Nilai dan norma budaya
Keluarga mengatakan bahwa pendidikan hanya untuk orang kaya, demikian
dengan kesehatan itu hanya orang kaya, klien hanya menganggap penyakitnya itu
mahal obatnya, dan klien jarang memeriksakan kesehatannya karena untuk
kefasilitas membutuhkan biaya, Ny. T mengatakan ia sudah membawa An. R ke
dukung dan fasilitas kesehatan tetapi tidak ada perubahan sampai sekarang
E. Fungsi keluarga
1. Fungsi Afektif
Hubungan antara keluarga baik, dan mendukung ketika ada keluarga yang sakit,
dan membawa ke fasilitas kesehatan jika ada yang sakit
2. Fungsi sosialisasi
Setiap malam baru keluarga berkumpul setelah cucu dari Ny. T pulang kerja
3. Fungsi perawatan keluarga
Menurut Ny. T mengatakan keluarganya sangat peduli dan sangat memperhatikan
An. R selalu mendukung untuk selalu berobat ke fasilitas kesehatan misalnya
membeli obat ke apotik namun klien tidak mengetahui memberikan pertolongan
pertama pada An. R jika kejangnya datang
F. Pengkajian Penjajakan II : Fungsi dan tugas keluarga.
1. Bagaimana keluarga mengenal masalah kesehatan anggota keluarga?
Ny. T mengatakan penyakit An. R adalah penyakit mati-mati ayam
2. Bagaimana keluarga mengambil keputusan terkait masalah kesehatan anggota
keluarga?
Ny. T mengatakan ketika ada keluarganya sakit ia hanya membelikan obat diapotik
karna kalau kefasilitas kesehatan klien hanya diberikan obat yang sama
3. Bagaimana keluarga merawat anggota keluarga yang sakit?
Ny. T mengatakan ia mengobati An. R dengan memberikan obat yang telah dibeli
diapotik dengan teratur
4. Bagaimnana keluarga memodifikasi lingkungan rumah?
Klien mengatakan tidak tau bagaimana caranya melindungi klien dari luka ketika tiba-
tiba kejang
5. Bagaimana keluarga memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada di
lingkungan tempat tinggal?
Ny. T mengatakan pergi memeriksakan kesehatan ketika ada posyandu
G. Stress dan koping keluarga
1. Stressor jangka pendek
Ny. T mengatakan ia takut cucunya tidak mempunyai umur panjang
2. Stressor jangka panjang
Ny. T mengatakan ia takut terhadap masa depan cucunya An. R yang mengalami
epilepsi seumur hidupnya sampai ia beruma tangga dan tua
3. Kemampuan keluarga berespon (persepsi keluarga) terhadap masalah :
Ny. T mengatakan cucunya mengalami penyakit mati-mati ayam yang tidak bisa
disembuhkan dan tidak ada obatnya serta nenek T dan keluarga lainnya
memandang penyakit epilepsi adalah penyakit kutukan dan menular
4. Strategi koping yang digunakan
Reaksi terhadap stressor :
Ny. T mengatakan hanya bisa pasrah dengan penyakit yang diderita cucunya An. R
karena ia sudah membawanya kedukun dan tidak ada perubahan An. R tetap
menderita penyakit mati-mati ayam
Strategi koping internal :
Ny. T mengatakan ia mengatasi masalah cucunya dengan cara memberikan
cucunya obat secara rutin namun ketika obatnya habis ia hanya bisa tunggu
uang dari cucunya yang kerja bagunan
Strategi koping eksternal :
Klien mengatakan tidak pernah membicarakan ke keluarga lain ketika ada
masalah
5. Strategi adaptasi disfungsional :
Ny. T mengatakan kadang menyerah atas masalah yang dihadapi keluarganya dan
hanya bisa pasrah
H. Harapan Keluarga :
Ny. T berharap cucunya An. R bisa sembuh seperti anak remaja
sebayanya dengan hanya mengomsumsi obat
I. Pemeriksaan fisik
No. Pemeriksaan Ny. T An. I An. R An. H
1. Keadaan umum Ny. T menderita hipertensi An. I tidak pernah An. R (17 tahun) cucu kedua An. H tidak mengalami
dari semenjak beberapa tahun menderita penyakit mengalami epilepsi dari umur 6 gangguan kesehatan
yang lalu klien sering pusing apapun keadaanya bulan sampai sekarang, sering keadaan sekarang sehat
dan sakit kepala sekarang sehat mengalami kejang dan terjatuh
2. Tanda – tanda vital :
• TD (mmHg) 170/90 mmHg
100/70 mmHg 110/70 mmHg -
• Nadi (x/menit) 85x/m
76x/m 80x/m 86x/m
• Suhu (celcius) 36,5 celcius
36,2 celcius 36,6 celcius 36,3 celcius
• RR (x/menit) 20x/m
3. TB (cm) & BB (kg) 156 cm & 57 kg 170 cm & 67 kgf 160 cm & 55 Kg 18x/m
136 cm & 40 kg
4. Kepala Simetris, berambut bersih , Simetris, berambut Simetris, berambut bersih dan Simetris, berambut bersih
muka tidak pucat dan tidak bersih dan berwarna berwarna hitam , muka tidak dan berwarna hitam
adanya luka dikepala hitam, muka simetris pucat, adanya luka dikepala
dan tidak pucat bekas jatuh pada saat mengalmi
5. Mata Simetris, dan tidak ada Simetris, dan tidak ada Simetris,
kejang dan tidak ada keluhan Simetris, dan tidak ada
keluhan keluhan keluhan
6. Mulut dan Hidung Mulut tidak kering dan bersih Mulut tidak kering dan Mulut tidak kering dan bersih Mulut tidak kering dan
tidak ada stomatitis, hidung bersih tidak ada tidak ada stomatitis, hidung bersih tidak ada stomatitis,
simetris dan tidak ada stomatitis, hidung simetris dan tidak ada hidung simetris dan tidak
penghambat pernapasan simetris dan tidak ada penghambat pernapasan ada penghambat
7. Telinga Pendengaran normal, telinga Pendengaran normal, Pendengaran normal tidak ada Pendengaran normal,
bersih dan tidak ada serumen telinga bersih dan tidak keluhan telinga bersih dan tidak
ada serumen ada serumen
8. Leher Tidak ada pembesaran Tidak ada pebesaran Tidak ada pebesaran kelenjar Tidak ada pebesaran
kelenjar tiroid kelenjar tiroid tiroid kelenjar tiroid
9. Dada Dada kiri dan kanan simetris, Dada kiri dan kanan Dada kiri dan kanan simetris, Dada kiri dan kanan
ekspansi dada bersamaan simetris, ekspansi dada ekspansi dada bersamaan serta simetris, ekspansi dada
serta tidak ada keluhan bersamaan serta tidak tidak ada keluhan bersamaan serta tidak ada
ada keluhan keluhan
10. Abdomen Tidak ada nyeri tekan dan Tidak ada nyeri tekan Tidak ada nyeri tekan dan Tidak ada nyeri tekan dan
simetris dan simetris simetris simetris
11. Eliminasi BAB 1 kali dalam sehari pagi BAB tidk menentu BAB 1 kali dalam sehari pagi BAB tidk menentu dalam
dan BAK10 kali perhari dalam sehari pagi dan dan BAK 10-18 kali perhari sehari pagi dan BAK 10
BAK 10 kali perhari kali perhari
12. Integumen Kulit bersih dan tidak kering, Kulit bersih dan tidak Kulit bersih dan tidak kering Kulit bersih dan tidak
keriput akibat penuaan kering kering
13. Muskuloskeletal Kekuatan otot lemah pada Kekuatan otot kuat Kekuatan otot kuat baik Kekuatan otot kuat baik
ekstremitas bawah baik ekstremitas ekstremitas maupun anggota ekstremitas maupun
maupun anggota tubuh tubuh lainnya anggota tubuh lainnya
14 Capillaryrefill <2 detik <2 detik
lainnya <2 detik <2 detik
15. Pemeriksaan darah Tidak pernah Tidak pernah Tidak pernah Tidak pernah
J. Pengkajian Fisik Keluarga yang sakit
Nama Individu : An. R
Diagnosa Medik : Epilepsi
Kesadaran : Composmentis
Gcs : E: 5 V: 4 M: 6
TD : 110/70 mmHg
Pernapasan : 20x/m
Suhu : 36.6 oc
Nadi : 80x/m
1. Sirkulasi/cairan
Edema : tidak ada
Bunyi jantung : normal
Asites : tidak ada
Akral dingin : tidak ada
Pendarahan : tidak ada
Anemia : tidak ada
Kunjungtiva : tidak anemis
Tanda dehidrasi : tidak ada
Pusing : klien mengatakan pusing sembelum pingsang dan kejang
Kesemutan : ya sesudah kejang
Berkeringat : ya sesudah kejang
Pengisian kapiler : <2 detik
2. Perkemihan
Pola BAK : 18x/hari
Hematuri : tidak ada
Polyuria : tidak ada
Oliguria : tidak ada
Dysuria : tidak ada
Inkontenensia : tidak ada
Nyeri saat BAK : tidak ada
Kemampuan BAB : 1-2x/hari
3. Pernapasan
Sianosis : tidak ada
Secret : tidak ada
Irama ireguler : tidak ada
Wheezing : tidak ada
Ronkhi : tidak ada
Otot bantu pernapasa : tidak ada
Alat bantu nafas : tidak ada
Dyspnea : tidak ada
Sridor : tidak ada
Krepitasi : tidak ada
4. Pencernaan
Mual, muntah, kembung : tidak
Nafsu makan : baik klien makan 3-4 kali/hari
Bau nafas : tidak ada
Distensi abdomen : tidak ada
Bising usus : 35x/m
Diare : tidak ada
Kebiasaan makan, minum : 1500-2000 ml/hari
Alergi : tidak ada
5. Musculoskeletal
Tonus otot : kuat
Kontraktur : tidak ada
Fraktur : tidak ada
Nyeri otot : tidak ada
Atropi : tidak ada
Berdiri : mandiri
Berjalan : mandiri
6. Neurosensori
Fungsi penlihatan: baik penglihatan klien masih sangat jelas
Fungsi pendengaran : jelas tidak ada masalah pendengaran
Fungsi perasa : baik tidak ada masalah
Fungsi perabaan : baik tidak ada masalah
Fungsi penciuman : berfungsi dengan baik tidak ada masalah
7. Kulit
Warna : hitam sawo matang
Luka bakar : tidak ada
8. Tidur dan istirahat
Susah tidur : tidak
Waktu tidur : jam 22:00 malam / 5-7 jam/hari
Bantuan obat : tidak ada bantuan obat untuk kwalitas tidur
9. Mental
Cemas : klien mengatakan cemas dengan penyakitnya
Marah : tidak
Takut : takut tidak ada yang mau bergaul dengannya
Putus asa : tidak
Menarik diri : tidak
10.Komunikasi dan budaya
Interaksi dengan keluarga : klien dan keluarga mengatakan interaksi klien
dan keluarga sangatlah terjalin
Berkomunikasi : berkomunikasi dengan baik baik keluarga maupun orang
disekitar lingkungannya
Kegiatan sosial : bersilaturahmi dan bermain dengan teman sebayanya setiap hari
11.Kebersihan diri
Gigi dan mulut : bersih
Hidung : bersih
Telinga : bersih
Rambut : bersih
12.Perawatan diri sehari-hari
Mandi : 2 kali sehari
Berpakaian : rapi
Menyisir rambut : menyisir
ANALISA DATA

No Data Malalah
1 Data subjektif: Manajemen kesehatan keluarga tidak
 Nenek T mengatakan bahwa efektif
cucunya menderita penyakit
mati-mati ayam
 Nenek T juga mentakan penyakit
mati-mati ayam atau epilepsi
adalah penyakit kutukan
 Klien mengatakan cucunya
mengomsumsi obat setiap hari
dan berobat 2 bulan namun ia
terkadang susah membeli obat
ketika habis karena tidak punya
uang dan ia hanya menunggu
sampai cucu pertamanya habis
gajian
Data Objektif
 Nenek T tampak tidak menjaga
lingkungannya termasuk
menjauhkan benda benda mudah
pecah dari sekitar cucunya yang
menderita
 Nenek T tampak memberikan
An. R baju yang ketat dan
mempunyai resiko ketika An. R
kejang akan menyekek lehernya

2 Faktor resiko Risiko jatuh


 Riwayat jatuh
 Penurunan tingkat kesadaran
 Lingkungan tidak aman (mis.
Licing, gelap)
Kondisi klinik terkait
 Kejang

SKORING MASALAH
Kriteria Dan Skor Bobot Total Pembenaran
Sifat masalah 1 2/3x1= An. R mengatakan
1. keadaan sejahtera (3) 0,6 ingin sembuh dari
2. defenisi kesehatan/ actual (3) penyakitnya dan
3. ancaman kesehatan/risiko (2) merasakan hidup
4. krisis yang dialami/potensial (1) seperti teman
sebayanya tampa
adanya penyakit
Kemungkinan masalah dapat 2 1/2x2= Pengetahuan dari
diubah: 1 keluarga kurang
1. mudah (2) tentang penyakit
2. sebagian (1) epilepsi
3. tidak dapat (0)
Potensial masalah untuk dicegah: 1 2/3x1= Mengatasi masaalah
1. tinggi (3) 0,6 diperlukan waktu yang
2. cukup (2) cukup, supaya keluarga
3. rendah (1) dapat mengenal
penyakit epilepsi dan
bagaimana cara
melakukan pertolongan
pertama pada epilepsi
dan pencegahanya
Menonjolnya masalah : 1 2/2x1= Keluarga merasa ingin
1. membutuhkan perhatian dan 1 segera mengatasi
segerah diatasi (2) masalah pe nyakit yang
2. tidak membutuhkan perhatian dan diderita keluarganya
tidak segera diatasi (1)
3. tidak dirasakan sebagai masalah
atau kondisi yang membutuhkan
perubahan (0)
Total 3,2

DIAGNOSIS KEPERAWATAN

N Diagnosis Keperawatan Skor


o
1. Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif 3,2
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
dan tingkat pendidikan keluarga di buktikan
dengan Ny. T selalu memakaikan pakaian ketat
pada An R yang menderita epilepsi
2. Risiko jatuh dibuktikan dengan lingkungan 3,2
yang kurang aman seperti lantai licin dan
banyaknya bendah benda yang dapat mencedai
diri diletakkan sembaran tempat
INTERVENSI KEPERAWATAN

N Data Diagnosis keperawatan Kriteria hasil Intervensi


o
1. Data subjektif: Manajemen kesehatan Manajemen kesehatan Dukungan koping keluarga
 Nenek T mengatakan keluarga tidak efektif keluarga Observasi
bahwa cucunya berhubungan dengan Setelah dilakukan  indentifikasi respon emosional
menderita penyakit mati- kurangnya pengetahuan tindakan intervensi terhadap kondisi saat ini
mati ayam dan tingkat pendidikan keperawatan dukungan  indentifikasi beban prognosis secara
 Nenek T juga mentakan keluarga di buktikan koping keluarga maka psikologis
penyakit mati-mati ayam dengan Ny. T selalu manajemen kesehatan  indentifikasi pemahaman tentang
atau epilepsi adalah memakaikan pakaian kelaurga meningkat keputusan perawatan setelah pulang
penyakit kutukan ketat pada An R yang dengan kriteria hasil:  indentifikasi kesesuaian antara
 Klien mengatakan menderita epilepsi  kemampuan harapan pasien, keluarga, dan tenaga
cucunya mengomsumsi menjelaskan masalah kesehatan
obat setiap hari dan kesehatan yang Terapeutik
berobat 2 bulan namun ia dialami meningkat  dengarkan masalah, persaaan, dan
terkadang susah membeli  aktivitas keluarga pernyataan keluarga
obat ketika habis karena mengatasi masalah  terima nilai-nilai keluarga dengan cara
tidak punya uang dan ia kesehatan tepat tidak menghakimi
hanya menunggu sampai  fasilitasi pengungkapan persaan antara
cucu pertamanya habis pasien dan keluarga atau dengan
gajian anggota keluarganya
Data Objektif  fasilitasi memperoleh pengetahuan,
 Nenek T tampak tidak keterampilan, dan peralatan yang
menjaga lingkungannya digunakan untuk melindungu pasien
termasuk menjauhkan dan mencegah terjadinya hal hal yang
benda benda mudah tidak di inginkan
pecah dari sekitar Edukasi
cucunya yang menderita  edukasi keluarga terkait penyakit yang
 Nenek T tampak diderita klien tentang pengertian dan
memberikan An. R baju cara pencegahan dan perawatannya
yang ketat dan
mempunyai resiko ketika
An. R kejang akan
menyekek lehernya
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

N Diagnosis keperawatan Hari, Implementasi Evaluasi


o tanggal (soap)
dan waktu
1 Manajemen kesehatan Senin, 7 - Dukungan koping keluarga S : Keluarga dan klien mengatakan
keluarga tidak efektif 10 juli Mengobservasi mengerti dengan penyakit epilepsi
berhubungan dengan 2021  mengindentifikasi respon emosional O : Keluarga dank lien tampak mengerti
kurangnya pengetahuan Jam 16:00 terhadap kondisi saat ini tentang penyakit epilepsi dan
dan tingkat pendidikan wita hasil: keluarga klien mengatakan menyebutkan cara atau penanganan
keluarga di buktikan merasa khawatir karna penyakit epilepsi kejang
dengan Ny. T selalu itu adalah kutukan A : Masalah teratasi sepenuhnya
memakaikan pakaian  mengindentifikasi beban prognosis P : lanjutkan intervensi
ketat pada An R yang secara psikologis 1. pelaksanaan rollplay penanganan
menderita epilepsi hasil: menjelaskan tentang pengertian pada klien kejang dan tat acara
dan prognosis kepada keluarga dan menghindarkan klien kejang dari
klien bendah tajam
Terapeutik
 mendengarkan masalah, persaaan, dan
pernyataan keluarga
hasil: mendengarkan masalah klien
 meneterima nilai-nilai keluarga dengan
cara tidak menghakimi
hasil: menerima nilai-nilai yang di
yakini klien
 memfasilitasi memperoleh pengetahuan,
keterampilan, dan peralatan yang
digunakan untuk melindungu pasien dan
mencegah terjadinya hal hal yang tidak
di inginkan
hasil: memberikan edukasi terkait
penyakit klien
Edukasi
 mengedukasi keluarga terkait penyakit
yang diderita klien tentang pengertian
dan cara pencegahan dan perawatannya
hasil: mengedukasi klien terkait dengan
proses penyakit dan pencegahan
penyakit
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Pembahasan kasus
Studi kasus ini memperoleh gambaran asuhan keperawatan keluarga dengan masalah
utama Epilepsi pada An. R di Dusun tamalalang desa lempangan kecamatan bajeng
Kabupaten Gowa. Pada data awal didapat dari informasi kader dusun tamalalang yang
mengatakan ada keluarga dengan masalah kesehatan anak usia remaja. Penulis datang
ke rumah pasien untuk bertemu dengan pasien dan keluarganya untuk mendapatkan
data yang diperlukan sesuai format asuhan keperawatan keluarga yang telah disiapkan.
Proses pengkajian tidak mengalami hambatan dan semua item bisa diperolah
informasi dengan jelas karena keluarga kooperatif. Data keluarga yang diperoleh
meliputi data demografi, sosiokuktural, data lingkungan, struktur dan fungsi keluarga,
stress dan koping keluarga yang digunakan keluarga serta perkembangan keluarga.
Data yang berkaitan engan individu sebagai anggota keluarga meliputi pemeriksaan
fisik, mental, emosi, sosio dan spiritual didapatkan tanpa kesulitan. Berdasarkan hasil
pengkajian dan dilakukan analisa data maka didapatkan diagnosa keperawatan
Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif.
Proses asuhan keperawatan keluarga mampu dilakukan sesuai dengan
intervensi yang disusun dengan hasil evaluasi keluarga mampu memahami penjelasan
yang diberikan dan berjanji akan melakukan anjuran yang diberikan. Sedangkan
penyebab yang muncul pada asuhan keperawatan keluarga pada An. R adalah
Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif.
Pada penentuan diagnosa keperawatan dan penyebabnya tidak mengalami
hambatan dikarenakan adanya faktor pendukung yaitu data wawancara dan
pemeriksaan fisik lengkap sesuai kebutuhan. Pada tahap perencanaan keperawatan
masalah diagnosa kesiapan peningkatan manajemen kesehatan pada kasus keluarga
An. R dengan masalah utama epilepsi tidak mengalami kesulitan, dengan membaca
tinjauan pustaka sebagai landasan teori penyusunan dengan memperhatikaan data
obyektif dan subyektif yang ditemukan. Faktor pendukungnya adalah keluarga
memahami masalah yang ditegakkan dan mau menvikuti perencanaan keperawatan
yang disusun. Keluarga menyatakan paham tentang perencanaan yang disusun untuk
mengatasi masalah keperawatan yaang muncul, ditunjukkan dengan menyatakan
paham penjelasan yang diberikan. Pada tanap implementasi keperawatan mampu
dilaksanakan sesuai perencanaan yamg sudah disusun, pendidikan kesehatan kepada
keluarga dank lien dengan cara penanganan saat klien mengalami kejang dengan cara
memakai pakaian longgar dan menyimpan peralatan rumah yang tajam dan
mengedukasi terkait pentingnya mengomsumsi obat pada klien secara rutin yang
diikuti oleh An. R dan anggota keluarga lain bekerjasama yaitu mau menerima
pendidikan kesehatan dan membantu menfasilitasi tindakan yang dilakukan.
Keluarga kooperatif merupakan faktor pendukung sehingga implementasi bisa
dilakukan sesuai perencanaan yaitu 3 kali kunjungan. Pada tahap evaluasi, didapatkan
data bahwa masalah bisa teratasi sebagian dan masih perlu tindakan keperawatan.
Keluarga kooperatif dengan menyatakan bahwa klein dan keluargacmengerti apa itu
epilepsi dan mengerti cara melakukan pertolongan pertama dan apa yang harus
dilakukan ketika klien mengalami keseringan kejang. Proses asuhan keperawatan
mampu dilakukan tanpa mengalami hambatan berat dengan adanya faktor pendukung
yaitu pihak keluarga kooperatif dan mampu bekerjasama mulai dari saat pengkajian
sampai evaluasi.
B. Hambatan
Hambatan yang ditemukan tidak sampai mengganggu jalanya asuhan keperawatan.
Keterbatasan Studi Kasus Proses asuhan keperawatan keluarga tidak sesuai dengan
kontrak waktu yang telah disepakati disebabkan kesibukan Tn. A, namun hal tersebut
tidak menjadi hambatan dalam proses asuhan keperawatan
BAB V
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga dengan masalah
utama epilepsi pada Tn. A di dusun tamalalang desa lempangan kec. Bajeng kab
gowa wilayah kerja Puskesmas bajeng, penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai
berikut :
1. Hasil pengkajian didapatkan An. R mengalami epilepsi, tidak perna kontrol rutin
di Puskesmas hanya membeli obat diapotik
2. Setelah dirumuskan masalah maka didapatkan 1 diagnosa yaitu manajemen
kesehatan keluarga tidak efektif
3. Implementasi yang dilakukan pada An. R mulai pada tanggal 22 mei s/d 28 mei
2021 sesuai dengan intervensi keperawatan yang telah dibuat. Implementasi
dilakukan dengan metode tanya jawab, berdiskusi dan penyuluhanpenaganan atau
pertolongan pertama pada pasien epilepsi. Pada tahap akhir asuhan keperawatan ini
melakukan evaluasi pada Keluarga Ny. T nenek dari klien An. R dengan masalah
utama adanya epilepsi pada tanggal 22 Mei s/d 28 Mei 2021, mengenai tindakan
keperawatan yang telah dilakukan berdasarkan catatan perkembangan dengan
metode SOAP.
DAFTAR PUSTAKA
Bailon G. Salvicion & Maglaya Arracelis. Perawatan Kesehatan Keluarga. Copyriche
2010. UP Coleege of Nursing. Dillman. Quezon City. Philippines. Jakarta

Fakultas Keperawatan Universitas Indonesia. Kumpulan Makalah Pelatihan Asuhan


Keperawatan Keluarga. Jakarta. 2000.
Mansjoer, A,.Suprohaita, Wardhani WI,.& Setiowulan, (2000). Kapita Selekta
Kedokteran edisi ketiga jilid 2. Jakarta:Media Aesculapius.
Potter & Perry. (2012). Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses dan Praktik Edisi 4
vol 1. Jakarta: EGC
Resa B. (2010). Epilepsi http://www.scribd.com diakses pada tanggal 17 juni 2021
Smeltzer, S.C & Bare, B.G. (2011). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8
vol 3. Jakarta: EGC
Tambayong jan dr. (2010). Patofifiologi Untuk Keperawatan. EGC. Jakarta
Anggara, F.H.D., & Prayitno, N. (2013). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Tekanan Darah di Puskesmas Telaga Murni, Cikarang Barat Tahun 2012. Program Studi
S1 Kesehatan Masyarakat STIKES MH. Thamrin. Jakarta. Jurnal Ilmiah Kesehatan. 5
(1) : 20-25.
Armilawaty, Amalia H, Amirudin R. (2007). Hipertensi dan Faktor Resikonya Dalam
Kajian Epidemiologi. Bagian Epidemiologi Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat
Universitas Hasanudin Makasar.
Friedman, M.M et al. (2010). Buku Ajar Keperawatan Keluarga Riset, Teori, dan
Praktik. Ed 5. Jakarta: EGC
Irianto, Koes. (2014). Epidemiologi Penyakit Menular dan Tidak Menular, Panduan
Klinis. Bandung: Alfa Beta.
Mubarak, Wahid Iqbal. (2010). Ilmu Pengantar Komunitas. Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai