E DENGAN
HIPERTENSI
Disusun oleh :
Gita Natalia (30190121142)
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dari latar belakang di atas, perlu dilakukan upaya pelayanan kesehatan denga
n asuhan keperawatan pada keluarga Ny. E
B. Rumusan Masalah
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat Studi
1. Masyarakat
2. Tenaga Kesehatan
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Keluarga
Pengertian Keluarga
Keluarga merupakan perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh h
ubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu berinte
raksi satu dengan yang lain (Mubarak, 2011).
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarg
a dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu ata
p dalam keadaan saling ketergantungan (Setiadi, 2012). Sedangkan menurut Friedma
n keluarga adalah unit dari masyarakat dan merupakan lembaga yang mempengaruhi
kehidupan masyarakat. Dalam masyarakat, hubungan yang erat antara anggotanya de
ngan keluarga sangat menonjol sehingga keluarga sebagai lembaga atau unit layanan
perlu di perhitungkan
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa keluarga yaitu sebuah ikatan
(perkawinan atau kesepakatan), hubungan (darah ataupun adopsi), tinggal dalam satu
atap yang selalu berinteraksi serta saling ketergantungan.
Fungsi Keluarga
a. Fungsi Afektif Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga ya
ng merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan ke
butuhan psikososial. Keberhasilan fungsi afektif tampak pada kebahagiaan dan kege
mbiraan dari seluruh anggota keluarga. Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarg
a dalam melaksanakan fungsi afektif adalah (Friedman, M.M et al., 2010) :
a. Keluarga Baru (Berganning Family) Pasangan baru nikah yang belum mem
punyai anak. Tugas perkembangan keluarga dalam tahap ini antara lain yaitu
membina hubungan intim yang memuaskan, menetapkan tujuan bersama, me
mbina hubungan dengan keluarga lain, mendiskusikan rencana memiliki anak
atau KB, persiapan menjadi orangtua dan memahami prenatal care (pengertia
n kehamilan, persalinan dan menjadi orangtua).
b. Keluarga dengan anak pertama < 30bln (child bearing) Masa ini merupaka
n transisi menjadi orangtua yang akan menimbulkan krisis keluarga. Tugas pe
rkembangan keluarga pada tahap ini antara lain yaitu adaptasi perubahan ang
gota keluarga, mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasanga
n, membagi peran dan tanggung jawab, bimbingan orangtua tentang pertumb
uhan dan perkembangan anak, serta konseling KB post partum 6 minggu.
c. Keluarga dengan anak pra sekolah Tugas perkembangan dalam tahap ini ad
alah menyesuaikan kebutuhan pada anak pra sekolah (sesuai dengan tumbuh
kembang,proses belajar dan kontak sosial) dan merencanakan kelahiran berik
utnya.
d. Keluarga dengan anak sekolah (6-13 tahun) Keluarga dengan anak sekolah
mempunyai tugas perkembangan keluarga seperti membantu sosialisasi anak
terhadap lingkungan luar rumah, mendorong anak untuk mencapai pengemba
ngan daya intelektual, dan menyediakan aktifitas anak.
h. Keluarga lanjut usia Dalam perkembangan ini keluarga memiliki tugas sep
erti penyesuaian tahap masa pensiun dengan cara merubah cara hidup, meneri
ma kematian pasangan, dan mempersiapkan kematian, serta melakukan life re
view masa lalu.
B. Hipertensi
Pengertian Hipertensi
Hipertensi merupakan gangguan pada sistem peredaran darah yang sering terj
adi pada lansia, dengan kenaikan tekanan darah sistolik lebih dari 150 mmHg dan tek
anan darah diastolik lebih dari 90 mmHg, tekanan sistolik 150-155 mmHg dianggap
masih normal pada lansia (Sudarta, 2013).
Klasifikasi
1) Hipertensi esensial atau primer Penyebab pasti dari hipertensi esensial belu
m dapat diketahui, sementara penyebab sekunder dari hipertensi esensial juga
tidak ditemukan. Pada hipertensi esensial tidak ditemukan penyakit renivasku
ler, gagal ginjal maupun penyakit lainnya, genetik serta ras menjadi bagian da
ri penyebab timbulnya hipertensi esensial termasuk stress, intake alkohol mod
erat, merokok, lingkungan dan gaya hidup (Triyanto, 2014)
b. Faktor resiko
a) Usia Faktor usia merupakan salah satu faktor resiko yang berpengar
uh terhadap hipertensi karena dengan bertambahnya usia maka semaki
n tinggi pula resiko mendapatkan hipertensi. Insiden hipertensi menin
gkat seiring dengan bertambahnya usia, hal ini disebabkan oleh perub
ahan alamiah dalam tubuh yang mempengaruhi pembuluh darah, hor
mon serta jantung(Triyanto, 2014).
b) Ras Orang berkulit hitam memiliki resiko yang lebih besar untuk m
enderita hipertensi primer ketika predisposisi kadar renin plasma yang
rendah mengurangi kemampuan ginjal untuk mengekskresikan kadar
natrium yang berlebih (Kowalak, Weish, & Mayer, 2011).
Manifestasi klinik
d. Sakit kepala, pusing dan keletihan disebabkan oleh penurunan perfusi dara
h akibat vasokonstriksi pembuluh darah.
f. Nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari) akibat dari peningkatan ali
ran darah ke ginjal dan peningkatan filtrasi oleh glomerulus.
Komplikasi
Penatalaksanaan
1) Mempertahankan berat badan ideal Mempertahankan berat badan yang ideal sesu
ai Body Mass Index dengan rentang 18,5 – 24,9 kg/m2 . BMI dapat diketahui dengan rumus
membagi berat badan dengan tinggi badan yang telah dikuadratkan dalam satuan meter. Obe
sitas yang terjadi dapat diatasi dengan melakukan diet rendah kolesterol kaya protein dan ser
at. Penurunan berat badan sebesar 2,5 – 5 kg dapat menurunkan tekanan darah diastolik sebe
sar 5 mmHg (Dalimartha, 2018).
3) Batasi konsumsi alkohol Mengonsumsi alkohol lebih dari 2 gelas per hari pada pri
a atau lebih dari 1 gelas per hari pada wanita dapat meningkatkan tekanan darah, sehingga m
embatasi atau menghentikan konsumsi alkohol dapat membantu dalam penurunan tekanan da
rah (PERKI, 2015).
4) Makan K dan Ca yang cukup dari diet Kalium menurunkan tekanan darah dengan
cara meningkatkan jumlah natrium yang terbuang bersamaan dengan urin. Konsumsi buah-b
uahan setidaknya sebanyak 3-5 kali dalam sehari dapat membuat asupan potassium menjadi
cukup. Cara mempertahankan asupan diet potasium (>90 mmol setara 3500 mg/hari) adalah
dengan konsumsi diet tinggi buah dan sayur.
5) Menghindari merokok Merokok meningkatkan resiko komplikasi pada penderita
hipertensi seperti penyakit jantung dan stroke. Kandungan utama rokok adalah tembakau, did
alam tembakau terdapat nikotin yang membuat jantung bekerja lebih keras karena memperse
mpit pembuluh darah dan meningkatkan frekuensi denyut jantung serta tekanan darah(Dalim
artha, 20018).
6) Penurunan stress Stress yang terlalu lama dapat menyebabkan kenaikan tekanan d
arah sementara. Menghindari stress pada penderita hipertensi dapat dilakukan dengan cara re
laksasi seperti relaksasi otot, yoga atau meditasi yang dapat mengontrol sistem saraf sehingg
a menurunkan tekanan darah yang tinggi (Hartono, 20017).
8) Terapi masase (pijat) Masase atau pijat dilakukan untuk memperlancar aliran ener
gi dalam tubuh sehingga meminimalisir gangguan hipertensi beserta komplikasinya, saat sem
ua jalur energi terbuka dan aliran energi tidak terhalang oleh tegangnya otot maka resiko hip
ertensi dapat diminimalisir(Dalimartha, 20018).
Penatalaksanaan Farmakologi
BAB III
TINJAUAN KASUS
Ny. E
Keterangan : : perempuan
: laki-laki
: garis keturunan
: perempuan penderita hipertensi
: laki-laki penderita hipertensi
: tinggal serumah
III. LINGKUNGAN
a. Karakteristik rumah (tipe, ukuran, jumlah ruangan)
Luas tanah : 72 m2 Luas Rumah : 70 m2 ( Panjang=..m dan Lebar
=..m)
Tipe rumah Bp. J adalah permanen, dengan status rumah milik sendiri.
Rumah Bpk M memiliki 4 kamar tidur, 1 kamar mandi, 1 dapur, dan 1 ruang
tamu sekaligus juga digunakan sebagai ruang makan dan menonton tv. Ventil
asi dan penerangan pada rumah keluarga Bp. M baik, ada jendela di dalam ka
mar.
b. Persediaan air bersih
Ibu E mengatakan persediaan air bersih untuk masak dan minum menggunak
an air mineral (gallon), sedangkan untuk mandi, toilet dan mencuci
menggunakan air dari sumur bor. Air yang berasal dari sumur bor bersih.
c. Pembuangan sampah
Ibu E mengatakan memiliki tempat pembuangan sampah sementara di dalam
rumah menggunakan kantong plastik, kondisi terbuka. Selanjutnya sampah ak
an diambil oleh petugas kebersihan satu kali seminggu.
d. Pembuangan air limbah
Ibu mengatakan pembuangan air limbah rumah tangga mengalir melalui selo
kan dengan kondisi tertutup.
e. Jamban / WC (tipe, jarak dari sumber air)
Keluarga memiliki WC sendiri, tipe jamban dengan jenis leher angsa. Jarak
dari sumber air (sumur bor) > 10 meter.
f. Denah rumah
Kamar mandi
Kamar tidur
Dapur
Tangga
Kamar tidur
Kamar tidur
Ruang tamu
Teras
IV. SOSIAL
a. Karakteristik tetangga dan komunitas
Tetangga sekitar rumah keluarga Bp. M ramah dan anggota keluarga dapat
bersosialisasi dengan baik.
b. Mobilitas geografis keluarga
Keluarga Bp. M berasal dari solo yang merantau ke Bandung sejak tahun 199
3, saat ini mobilitas yang dilakukan oleh anggota keluarga jualan, ibadah,
berkunjung rumah saudara dan tetangga sekitar rumah.
c. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Ibu E mengatakan keluarga mengikuti pengajian, berinteraksi baik dengan ma
syarakat sekitar rumah.
d. Sistem pendukung keluarga
Keluarga memiliki fasilitas pendukung seperti sumber air bersih milik
pribadi, fasilitas rekreasi di rumah seperti tv dan mempunyai 2 buah
kendaraan bermotor.
V. STRUKTUR KELUARGA
a. Pola Komunikasi Keluarga
Keluarga menggunakan bahasa Indonesia untuk berkomunikasi dalam
keluarga dan bahasa sunda untuk berkomunikasi di masyarakat.
b. Struktur Kekuatan Keluarga
Keluarga saling menguatkan di dalam hubungan berkeluarga, dan memegang
penuh nilai dan norma agama.
c. Struktur Peran (formal dan informal)
Bpk M
Peran Formal : menjadi ketua RW
Peran Informal : menjadi kepala keluarga dan ayah
Ibu L
Peran Formal : menjadi Ibu RW
Peran Informal : menjadi istri dan ibu
Anak M
Peran Formal : hanya menjadi anggota masyarakat
Peran Informal : menjadi seorang anak
Ibu. E
Peran Formal : hanya menjadi anggota masyarakat
Peran Informal : menjadi seorang nene
d. Nilai dan Norma Keluarga
Nilai dan norma yang dianut dalam keluarga Bp. J adalah yang sesuai dengan
ajaran agama dan tidak bertentangan dengan kesehatan.
d. Fungsi reproduksi
Keluarga Bp. M meneruskan keturunannya dan memiliki 4 orang anak.
e. Fungsi ekonomi
Ibu E mengatakan keluarga dapat memenuhi kebutuhan makan 3 kali sehari,
biaya berobat jika ada anggota keluarga yang sakit.
VII. STRESS DAN KOPING KELUARGA
a. Stressor jangka pendek dan jangka panjang
1) Stresor jangka pendek
Ibu E mengatakan saat ini tidak ada masalah
2) Stresor jangka panjang
Ibu E mengatakan stress untuk jangka panjang adalah menyiapkan biaya
shari tua.
b. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi atau stressor
Ibu E mengatakan jika ada masalah yaitu berusaha untuk tetap sabar dan men
cari solusi bersama suaminya.
c. Strategi koping yang digunakan
Ibu E mengatakan strategi yang digunakan adalah dengan bercerita dan berdis
kusi kepada suaminya untuk mencari solusi dari masalah yang ada.
d. Strategi adaptasi disfungsional
Ibu E mengatakan tidak memiliki koping disfungsional apabila memiliki
masalah.
4). Kepala
a) Rambut :, warna hitam, ukuran rambut panjang
b) Mata : ukuran simetris, menggunakan kaca mata, sclera tidak
ikterik
c) Hidung : bentuk simetris, septum ditengah, tidak ada sekret
d) Telinga : bentuk simetris, tidak menggunakan alat bantu dengar
e) Mulut : bentuk simetris, bibir tampak agak kering, tidak ada s
ariawan/lesi
5). Dada / Thorax
- Inspeksi :pengembangan dinding dada tampak simetris, tidak ad
a retraksi dada dan tidak ada keluhan sesak
- Palpasi :taktil fremitus normal, tidak teraba adanya nyeri tekan
pada dinding dada
- Perkusi :terdengar sonor
- Auskultasi :suara napas terdengar vesikuler
6). Perut / Abdomen
- Inspeksi : terlihat simetris, tidak terlihat pembesaran seperti asit
es, tidak tampak adanya perlukaan.
- Auskultasi :saat auskultasi pada abdomen, terdengar bising usus 1
0x/mnt
- Palpasi :tidak ada nyeri tekan ataupun pembesaran abdomen.
- Perkusi :terdengar timpani
7). Genetalia / Anus : ibu E mengatakan tidak ada keluhan pada area genetal
ia dan anus
8). Ekstremitas : ibu E mengatakan tidak ada keluhan pada kedua ekstr
emitas (atas dan bawah), kekuatan otot=5 pada semua bagian ekstremitas.
X. HARAPAN KELUARGA
Ibu E mengatakan harapan keluarga saat ini, anggota keluarga diberikan kesehata
n.
ANALISA DATA
Data Etiologi Masalah
DS : Ketidakmampuan keluarga Kurang terpapar informasi
Ibu E mengatakan sedikit mengenal masalah kesehatan
cape .
DO :
Keadaan umum tampak
baik
TTV: TD: 160/100
mmHg, N: 90 x/menit,
RR: 22 x/menit
DS : Ketidakmampuan keluarga dala Ketidakefektifan
Ibu E mengatakan m memodifikasi lingkungan pemeliharaan kesehatan
suaminya seorang
perokok, dapat
menghabiskan 1
bungkus rokok perhari
DO :
Bp. M merokok, dan
dapat menghabiskan 1
bungkus/hari.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kurang terpapar informasi berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga da
lam mengenal masalah kesehatan.
2. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan ketidak mamp
uan keluarga dalam memodifikasi lingkungan.
SKALA PRIORITAS MASALAH
Masalah 1: Kurang terpapar informasi berhubungan dengan ketidakmampuan keluar
ga dalam mengenal masalah kesehatan.
KRITERIA BOBOT PERHITUNGAN PEMBENARAN
2. Kemungkinan 2 1x2 Tindakan untuk memecahkan
masalah dapat diubah = 1 masalah dapat dijangkau oleh k
Mudah: 2 2 eluarga/klien dengan pola mak
Sebagian: 1 an yang baik (tidak suka maka
Tidak dapat: 0 n daging dan makanan asin) da
n pola tidur yang cukup baik, t
etapi aktivitas fisik Ny. E lebi
h banyak berdiri (±10 jam) unt
uk keperluan sebagai RW
Skor 3
C. INTERVENSI KEPERAWATAN BERDASARKAN PRIORITAS
1 Kurang terpapar informa Setelah dilakukan Setelah dilakukan kunju 1. Keluarga mampu memahami 1. Bina hubungan saling percaya d
si berhubungan dengan asuhan keperawat ngan rumah sebanyak 3 tentang proses penyakit dan engan keluarga
ketidakmampuan keluar an, diharapkan pe x diharapkan Ibu E dan pencegahannya 2. Kaji keadaan umum ibu E
ga dalam mengenal mas ngetahuan keluar keluarga mampu : 2. Keluarga mampu menjelaskan 3. Berikan penjelasan tentang pros
alah kesehatan ga bertambah Menjelaskan kembali te kembali materi yang telah es penyakit
ntang penyakit. disampaikan 4. Lakukan evaluasi bersama Ibu E
dan keluarga tentang materi yan
g telah disampaikan
2. Gangguan rasa nyaman : Setelah dilakukan Setelah dilakukan kunju 1. Ibu E mengatakan keluhan sakit 1. Bina hubungan saling percaya de
sakit kepala berhubunga asuhan keperawat ngan rumah sebanyak 3 kepala mulai berkurang. ngan keluarga
n dengan ketidakmampu an diharapkan ke x diharapkan keluarga 2. Ibu E tampak rileks 2. Kaji keluhan dan keadaan umum
an keluarga dalam dala luarga dapat mera mampu: 3. Keluarga mampu menyebutkan ibu E
m merawat anggota kelu wat anggota kelu a. Merawat anggota k cara merawat anggota keluarga 3. Observasi dan ukur TTV tiap har
arga yang mengalami m arga yang sakit, d eluarga yang sakit yang sakit i
asalah kesehatan. engan kriteria : b. Rasa nyaman terpe 4. Keluarga dapat menyebutkan 4. Lakukan diskusi bersama menge
Keluarga menget nuhi (sakit kepala b komplikasi yang mungkin terjadi ji nai penyakit yang dialami Ibu E
ahui bagaimana c erkurang sampai de ka tidak segera ditangani dan cara perawatannya.
ara merawat dan ngan hilang) 5. TTV dalam batas normal 5. Berikan motivasi kepada Ibu E d
c. Keluarga dapat me an keluarga untuk memeriksakan
mengatasi jika a modifikasi lingkun diri ke faskes terdekat dan mend
da anggota keluar gan apatkan pengobatan.
ga yang sakit d. Keluarga dapat me 6. Berikan penyuluhan kesehatan te
manfaatkan fasilita ntang hipertensi (misalnya : men
s kesehatan gatur jenis makanan yang dikons
umsi, olah raga)
3. Ketidakefektifan pemeli Setelah dilakukan Setelah dilakukan 1. Keluarga mampu memodifikasi lin 1. Bina hubungan saling percaya
haraan kesehatan berhub asuhan kunjungan rumah seba gkungan rumah untuk pencegahan 2. Berikan penjelasan mengenai pe
ungan dengan ketidakm keperawatan, nyak 3x diharapkan penyakit ntingnya menjaga kebersihan lin
ampuan keluarga dalam diharapkan keluar keluarga mampu : 2. Keluarga mampu menjelaskan gkungan
memodifikasi lingkunga ga dapat memodi Memahami pentingnya kembali mengenai pentingnya pem 3. Motivasi kepala keluarga untuk
n fikasi lingkungan memelihara kesehatan d eliharaan kebersihan rumah tidak merokok di dalam rumah
engan menjaga agar lin
gkungan sekitar kondusi
f
D. IMPLEMENTASI dan EVALUASI
Hari/Tgl Jam Implementasi Jam Evaluasi
Senin 5 09.00 Membina hubungan saling percaya, memperkenalkan 10.30 S:
desember diri dan menjelaskan maksud dan tujuan berkunjung - Ibu E mengatakan mengetahui jika dirinya
2022 ke rumah memiliki penyakit hipertensi,
Respon : keluarga (Ibu E) menerima dengan baik, an - Ibu E mengeluh sakit kepala di sebelah kan
ggota keluarga yang lain saat ini tidak ada dirumah. an
Pembahasan
Pada pembahasan ini penulis akan membahas kesenjangan data berdasarkan pengalam
an nyata studi kasus pada Ny.T dengan hipertensi. Penulis akan membandingkan antara dasar
teori dengan hasil yang ada dilapangan meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi
implementasi dan evaluasi yang akan diuraikan sebagai berikut.
A. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal yang penulis lakukan dalam rangka mencari data atau
informasi dan mengidentifikasi masalah hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Effendi
(1995) bahwa pengkajian merupakan dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk me
ndapatkan informasi atau data tentang klien, supaya dapat mengidentifikasi, mengenali masal
ah-masalah kesehatan dan keperawatan klien. Pengkajian merupakan hal pertama penulis lak
ukan dalam proses keperawatan yang dilakukan untuk menentukan proses keperawatan berik
utnya sesuai dengan yang disampaikan oleh Tarwoto dan Wartonah (2015) yaitu pengkajian s
angat penting dalam menentukan tahap-tahap berikutnya. Data yang komprehensif akan mene
ntukan diagnosa keperawatan yang sesuai dan dalam perencanaan keperawatan. Tujuan dala
m pengkajian adalah untuk mendapatkan data yang komprehensif (Tarwoto dan Wartonah, 20
15).
Pengkajian pada pengelolaan keluarga yang penulis lakukan tidak hanya mengumpulk
an data tetapi juga mengkaji kondisi rumah, lingkungan dan pemeriksaan fisik keluarga. Men
urut Friedman (2010) pengkajian dalam asuhan keperawatan keluarga meliputi identitas kelua
rga, riwayat dan tahap perkembangan keluarga, data lingkungan, karakteristik keluarga, strukt
ur keluarga, fungsi keluarga, stress dan koping keluarga, harapan keluarga, serta pemeriksaan
fisik anggota keluarga. Pengkajian sangat penting dalam menentukan proses keperawatan ked
epannya. Data objektif dan data subjektif yang valid dapat membantu dalam menentukan diag
nosa keperawatan dan juga mengembangkan rencana keperawatan yang spesifik sesuai keada
an klien. Pada tahap pengkajian ini bertujuan untuk mengumpulkan data dari klien yang dapat
membantu penulis mengidentifikasi data yang penting mengenai keluarga klien. Pada pengka
jian yang telah dilakukan penulis terhadap keluarga Ny.E didapatkan data yang muncul saat
melakukan anamnesa (wawancara) yaitu nama Ny.E kondisi sehat, keluarga Ny.E terdiri dari
4 anggota keluarga di dalam keluarga Ny.E tidak ada yang menggalami masalah kesehatan ha
nya saja Ny.E yang sudah masuk di usia lanjut/lansia dan riwayat Hipertensi tetapi bergadang.
Ny.E belum memahami bagaimana cara manajemen kesehatan (penyebab, tanda dan gejala,
pencegahan serta komplikasi yang ditimbulkan oleh Hipertensi dan merokok) dibuktikan dari
data pengkajian yang mengarah pada hal tersebut. Yaitu Ny.E mengatakan sering pusing. De
ngan kriteria batasan karakteristik yang mengarah yaitu ketidakefektifan manajemen kesehata
n untuk memenuhi praktik kesehatan dasar, kurang dukungan sosial, kurang pengetahuan tent
ang praktik kesehatan dasar, pola perilaku kurang mencari bantuan kesehatan, tidak menunju
kan minat pada perbaikan perilaku sehat dan tidak menunjukan perilaku adaptif terhadap peru
bahan lingkungan. Pengamatan (observasi) data yang didapatkan yaitu, Ny.E dan keluarga be
lum tahu cara pencegahan tentang Hipertensi, merokok dibuktikan dengan beberapa pertanya
an yang mengarah pada batasan karakteristik Ny.E terlihat bingung/ belum mengerti bahaya
Hipertensi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia bingung adalah hilang akal (tidak tahu y
ang harus dilakukan), tidak tahu arah (mana timur mana barat), gugup tidak karuan dan meras
a kurang jelas.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah langkah kedua yang dilakukan penulis dalam melanjutk
an proses asuhan keperawatan untuk menentukan status kesehatan klien, hal ini sejalan denga
n pernyataan yang disampaikan oleh Asmadi (2015) yaitu diagnosa keperawatan adalah pern
yataan yang dibuat oleh perawat profesional yang memberi gambaran tentang status kesehata
n klien. Gambaran yang aktual dan potensial yang ditetapkan bedasarkan analisis dan intepret
asi data hasil pengkajian. Diagnosa keperawatan adalah langkah yang penulis lakukan sebaga
i awal untuk menentukan tindakan keperawatan selanjutnya hal ini sejalan dengan teori dari S
etiadi (2012) bahwa diagnosa keperawatan merupakan keputusan klinik mengenai respons in
dividu, keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan, sebagai dasar intervensi keperaw
atan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan sesuai dengan kewenangan perawat Diagnos
a keperawatan pada pengelolaan keluarga ini penulis lakukan untuk mengetahui masalah yan
g terjadi dalam keluarga baik itu masalah dalam tahap perkembangan keluarga maupun lingk
ungan keluarga, hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Riasmini (2014) yaitu diagnosa
keperawatan keluarga didapat dari hasil pengkajian terhadap adanya masalah dalam lingkung
an keluarga, tahap perkembangan keluarga, baik yang bersifat aktual, resiko maupun sejahter
a dimana perawat memiliki tugas dan tanggung jawab untuk melakukan tindakan keperawata
n bersama-sama dengan keluarga dan berdasarkan kemampuan keluarga. Bedasarkan proses
pengkajian dan analisa data maka diagnosa ditegakkan dari data anamnesa (wawancara) yaitu
masalah kesehatan dari data yang muncul pada saat pengkajian yang didapatkan adalah semu
a keluarga Ny.T dalam kondisi sehat, kecuali Ny.T ada riwayat Hipertensi,. Sehingga muncul
batasan karakteristik menurut NANDA (2015-2017) yang mengarah pada diagnosa yaitu gag
al melakukan tindakan mencegah masalah kesehatan, gagal mencapai pengendalian optimal,
meminimalkan perubahan. Setelah dirumuskan masalah maka didapatkan 2 diagnosa: Defisit
pengetahuan tentang hipertensi, Gangguan rasa nyaman
D. Implementasi
E. Evaluasi
Evaluasi keperawatan adalah langkah terakhir yang penulis lakukan dalam rangka unt
uk mengukur keberhasilan dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan hal ini sesuai den
gan yang disampaikan oleh Friedman (2010) bahwa evaluasi berguna untuk mengetahui apak
ah tindakan yang telah dilakukan oleh perawat tercapai atau tidak. Keberhasilan lebih ditentu
kan oleh hasil pada sistem keluarga dan anggota keluarga serta bagaimana respon keluarga te
rhadap intervensi yang diimplemasikan. Evaluasi keperawatan pada pengelolaan keluarga pen
ulis lakukan dengan dua cara yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif, hal ini sejalan den
gan teori menurut Dion dan Betan (2015) evaluasi keperawatan terdiri dari dua jenis yaitu eva
luasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilakukan sesaat s
etelah pelaksanaan tindakan keperawatan atau evaluasi berjalan dimana evaluasi dilakukan sa
mpai tujuan tercapai. Evaluasi somatif yaitu evaluasi akhir dimana dalam metode evaluasi ini
menggunakan SOAP. Evaluasi keperawatan yang didapat setelah tindakan keperawatan sela
ma 2 hari pertemuan dalam durasi waktu kurang lebih 30 sampai 60 menit dalam setiap kali p
ertemuan didapatkan evaluasi terakhir, keluarga Ny.T mampu mengikuti arahan dari penulis,
keluarga Ny.E mengatakan sudah paham bagaimana manajemen kesehatan, penanganan dan
pencegahan. Klien akan menerapkan apa yang telah disampaikan dan diajarkan oleh penulis.
Dibuktikan dengan klien menjawab pertanyaan evaluasi dari penulis mengenai perilaku keseh
atan cenderung beresiko yang meliputi penyebab, tanda dan gejala, pencegahan serta komplik
asi yang disebabkan oleh merokok. Bila dibandingkan dengan outcome yang telah ditetapkan
sudah banyak yang telah mencapai kriteria hasil yang ditetapkan yaitu, perilaku yang mening
katkan kesehatan, pemeriksaan kesehatan yang direkomendasikan, pencegahan dan pengenda
lian penyakit. Beberapa yang belum berhasil diantaranya adalah sumber informasi kesehatan t
erkemuka yang belum memadai karena kurangnya sumber-sumber informasi yang terbaru me
nyebabkan klien dan keluarga susah untuk mengetahui informasiinformasi yang terbaru meng
enai kesehatan. Jadi dengan demikian masalah keperawatan perilaku kesehatan cenderung ber
esiko teratasi.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil studi kasus asuhan keperawatan keluarga dengan masalah utama hi
pertensi pada Ny.E, penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Hasil pengkajian didapatkan Ny.E mengalami riwayat hipertensi, tidak pernah kontrol, min
um obat bodrex extra 4 tablet (saat pusing saja), sedangkan obat Hipertensi tidak pernah, kare
na merasa sehat. Ny.E sulit diingatkan minum obat dan sulit membatasi aktivitasnya, Ny.T ti
dak mengetahui mengatasi hipertensi dengan obat dan diet.
2. Implementasi yang dilakukan pada Ny.E mulai pada tanggal 07 Desember s/d 19 Desembe
r 2022 sesuai dengan intervensi keperawatan yang telah ditentukan. Implementasi dilakukan
dengan metode tanya jawab, berdiskusi, edukasi (terapi jus tomat, terapi rendam kaki & relak
sasi nafas dalam) dan demonstrasi.
3. Pada tahap akhir penulis melakukan evaluasi pada Keluarga Tn. M dengan masalah utama
adanya riwayat hipertensi pada tanggal 07 Desember s/d 19 Desember 2022, mengenai tindak
an keperawatan yang telah dilakukan berdasarkan catatan perkembangan dengan metode SO
AP.
B. Saran
1. Masyarakat
a. Klien & keluarga rutin memeriksakan diri ke Pelayanan kesehatan dan mengontrol tekanan
darah melalui pendidikan kesehatan yang telah diberikan.
d. Keluarga dapat mengambil keputusan atau tindakan untuk mengatasi masalah serta dapat
melanjutkan perawatan tehadap angota keluarga
c. Melakukan kegiatan promotif secara rutin setiap bulan melalui posyandu lansia
a. Menambah waktu studi kasus penulis sehingga pemberian asuhan keperawatan keluarga da
pat berjalan secara lebih optimal.
b. Hasil asuhan keperawatan diharapkan dapat menjadi bahan referensi pengembangan ilmu p
engetahuan khususnya yang berkaitan dengan topik Asuhan Keperawatan Keluarga dengan K
asus Hipertensi bagi mahasiswa di lingkungan STIKes Santo Borromeus
DAFTAR PUSTAKA
Buckman. (2010). Apa yang Anda Ketahui Tentang Tekanan Darah Tinggi. Yogyakar
ta: Citra Aji Parama.
Dina Savitri, S.ST. (2017). Cegah Asam Urat Dan Hipertensi. Yogyakarta: Healthy
Friedman, M.M et al. (2010). Buku Ajar Keperawatan Keluarga Riset, Teori, dan Prak
tik. Ed 5. Jakarta: EGC.
H. Hadi Martono Kris Pranaka. (2014-2015). Geriatri Edisi ke-5. Jakarta: FKUI.
Irianto, Koes. (2014). Epidemiologi Penyakit Menular dan Tidak Menular, Panduan K
linis. Bandung: Alfa Beta.
Mubarak, Wahid Iqbal. (2009). Ilmu Pengantar Komunitas. Jakarta: Salemba Medika.
Setiadi. (2008). Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Graha Ilmu.
WHO. (2014). Global Target 6:A 25% relative reduction in the prevalence of reise blo
od pressure or contain the according to national circumstances
Ermayani, M., Prabawati, D., & Susilo, W. H. (2020). The effect of progressive muscle relax
ation on anxiety and blood pressure among hypertension patients in east Kalimantan, Ind
onesia. Enfermeria Clinica, 30, 121–125. https://doi.org/10.1016/j.enfcli.2020.07.025
Fadlilah, S. (2021). Soak Feet with Warm Water and Progressive Muscle Relaxation Therapy
on Blood Pressure in Hypertension Elderly. P J M H S Vol. 14, NO. 3, JUL – SEP 2020.
Herawati, I., & Azizah, S. N. (2016). Effect of Progressive Muscle Relaxation Exercise To
Decrease Blood Pressure for. International Conference on Health and WellBeing (IC
HWB), 405–412.
Puteh, M. M., & Abi Muhlisin, H. M. (2015). Hubungan antara pengetahuan keluarga tent
ang diit hipertensi dengan kekambuhan hipertensi pada lansia di posyandu Setya Bu
di desa Reksosari kecamatan Suruh Kabupaten Semarang (Doctoral dissertation, Uni
versitas Muhammadiyah Surakarta).
Robbin. 2007. Buku Ajar Patofisiologi volume 2, Edisi 7. Penerbit Buku Kedokteran : EGC
Rahim, R., Mardiah, S. S., & Rismawati, S. (2017). Pengaruh Rendam Kaki Air Hangat Terh
adap Perubahan Tekanan Darah Ibu Hamil Hipertensi. Media Informasi, 13(2), 64-69.
1. Tujuan Umum
Setelah mendapatkan penyuluhan selama 30 menit, diharapkan sasaran dapat memah
ami pentingnya diit dan mengetahui cara mengatasi dan mencegah hipertensi.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan tentang hipertensi diharapkan peserta mamp
u:
a. Menyebutkan pengertian hipertensi
b. Menyebutkan tanda dan gejala hipertensi
c. Menyebutkan penyebab hipertensi
d. Menyebutkan cara mencegah komplikasi darah tinggi
e. Menyebutkan bahan makanan yang tidak diperbolehkan
f. Menyebutkan pengobatan nonfermakologi untuk menurunkan tekanan darah
3. Metode
Diskusi dan ceramah
4. Media
Leaflet
5. Kegiatan Penyuluhan
No Waktu Kegiatan Pendidikan Kesehatan Kegiatan Peserta
1 5 menit Pembukaan:
a. Membuka/memulai kegiata Menjawab salam
n dengan mengucapkan sala
m
Mendengarkan
b. Memperkenalkan diri
c. Menjelaskan tujuan dari pen Mendengarkan dan
kes memperhatikan
d. Menyebutkan materi penkes
e. Apersepsi (misal bertanya k
epada pasien apakah sudah Menjawab pertanya
mengetahui tentang hiperten an
si dan diit hipertensi)
2 20 menit Pelaksanaan penyampaian materi:
Menjelaskan tentang : Mendengarkan dan
a. Pengertian hipertensi memperhatikan
b. Pembagian tekanan darah ti
nggi Menjawab pertanya
c. Tanda dan gejala darah ting an
gi
Peserta aktif
d. Penyebab tekanan darah tin
bertanya
ggi
e. Komplikasi darah tinggi
f. Cara mencegah komplikasi
darah tinggi
g. Bahan makanan yang tidak
diperbolehkan
h. Pengobatan nonfarmakologi
untukmenurunkan tekanan d
arah
3 5 menit Evaluasi :
Menanyakan kepada peserta tenta Menjawab pertanya
ng materi yang telah diberikan (m an
engacu pada tujuan khusus) dan r
einforcement jawaban peserta
4 5 menit Terminasi :
a. Menyimpulkan proses dan has Mendengarkan.
il penyuluhan
b. Mengucapkan terima kasih Menjawab salam
c. Mengucapkan salam penutup.
h. Pengobatan Nonfarmakologi
1) Merendam kaki dengan air hangat
Tujuannya adalah untuk meningkatkan sirkulasi darah dengan cara memperle
bar pembuluh darah sehingga dapat banyak oksigen ke jaringan,dan memban
tu dalam penurunan tekanan darah
Langkah-langkah :
a) Persiapan Alat dan bahan yang harus disediakan adalah: air hangat,
Waskom, termometer air, timer/jam, handuk kecil, tensimeter spygmanomet
er dan stetoskop
b) ukur tekanan darah sebelum diberikan terapi
c) memberi posisi duduk nyaman bagi pasien
d) kedua kaki direndam pada waskom yang berisi air hangat suhu air 37℃-40
℃ hingga batas 10-15 cm di atas mata kaki selama 15-20 menit
e) setelah selesai hidroterapi keringkan kaki pasien menggunakan handuk
f) ukur tekanan darah pasien dengan menggunakan tensimeter
2) Melakukan relaksasi otot progresif untuk menurunkan tekanan darah
Pasien dianjurkan untuk melakukan latihan PMR sekali sehari selama 7 hari.
Gerakan relaksasi otot progresif:
a) Latih otot-otot tangan dengan menggenggam tangan kanan sambil menge
palkan tangan lebih kuat, rasakan ketegangannya, lalu lepaskan tinju. Set
elah selesai tangan kanan kemudian dilanjutkan ke tangan kiri.
b) Latih bagian belakang otot lengan dengan cara meluruskan lengan dan m
enggerakkan dorsi fleksi pergelangan tangan sehingga otot-otot pada tang
an dan lengan bawah kembali meregang, jari-jari menghadap ke langit-la
ngit.
c) Melatih otot bisep dengan cara menggenggam kedua tangan seperti kepal
an tangan kemudian di bawa ke bahu sehingga otot bisep akan tegang.
d) Latih otot bahu dengan mengangkat kedua bahu ke atas setinggi menyent
uh kedua telinga. Gerakan ini menghasilkan ketegangan pada bahu, pung
gung atas dan leher.
e) Melatih otot dahi untuk mengerutkan kening dan alis hingga kulit keriput.
f) Latihan otot-otot mata dengan mata tertutup rapat agar ketegangan di sek
itar mata dan otot-otot yang mengontrol gerakan mata dapat dirasakan.
g) Melatih otot rahang dengan mengatupkan rahang, dilanjutkan dengan me
nggigit gigi agar ketegangan di sekitar otot rahang dapat berkurang.
h) Latih otot-otot sekitar mulut dengan mengerucutkan bibir sekuat mungki
n sehingga akan terasa ketegangan di sekitar mulut.
i) Latih otot-otot leher untuk meletakkan kepala, kemudian diminta untuk
menekankan kepala pada punggung sepertiituresponden dapat merasakan
ketegangan pada bagian belakang leher dan punggung atas.
j) Melatih otot leher anterior sehingga responden dapat merasakan ketegang
an pada bagian anterior itu daerah leher.
k) Lengkungkan Anda kembali, regangkan dada Anda, dan rasakan ketegan
gan di punggung bagian atas…dan rileks. Lengkungkan punggung Anda,
regangkan dada Anda, dan rasakan ketegangan di punggung atas Anda. K
ondisi tegang dipertahankan selama 10 detik dan kemudian rileks.
l) Ambil napas dalam-dalam dan tahan, rasakan ketegangan pada otot-otot
di sekitar Anda dada. Tahan… dan kemudian rileks, bernapas dalam-dala
m dari perut.
m) Kencangkan otot-otot Andaperut, membuat perut sangat keras. Tahan…
dan santai.
n) Regangkan kedua kaki Anda, lurus ke depan, sampai Anda bisa merasaka
n ketegangan di punggung Andapaha. Tahan ... dan kemudian rileks.
o) Tegang keduanyaanak sapiotot dengan meregangkan kaki dan mengarahk
an jari-jari kaki ke atas ke arah kepala. Tahan ... dan kemudian rileks. Se
mua gerakan dilakukan masing-masing dua kali dan tahan posisi selama
10 detik dan tegang saat diregangkan berlangsung 15-20 detik (Herawati
& Azizah, 2016)