Anda di halaman 1dari 50

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA NY.

E DENGAN
HIPERTENSI

Disusun oleh :
Gita Natalia (30190121142)

PROGRAM PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTO BORROMEUS
2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Program Indonesia Sehat merupakan rencana strategis Kementrian Kesehatan


tahun 2015-2019 yang dilakukan melalui pendekatan keluarga, disingkat PIS-PK. Pa
da program PIS-PK, pendekatan keluarga menjadi salah satu cara puskesmas mening
katkan jangkauan dan sasaran dengan meningkatkan akses yankes di wilayahnya (me
ndatangi keluarga). Tujuan pendekatan keluarga salah satunya adalah untuk meningk
atkan akses keluarga pada pelayanan kesehatan yang komprehensif dan bermutu. PI
S-PK dilaksanakan dengan ciri sasaran utama adalah keluarga, mengutamakan upaya
promotif-preventif, disertai penguatan upaya kesehatan berbasis masyarakat, kunjung
an rumah dilakukan secara aktif dan melalui pendekatan siklus kehidupan. Pelayanan
kesehatan yang dilaksanakan terkait penanganan penyakit menular dan tidak menular
yang salah satunya adalah penyakit hipertensi (Sarkomo, 2016).

Hipertensi merupakan suatu keadaan yang menyebabkan tekanan darah tinggi


secara terus-menerus dimana tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg, tekanan diastolik
90 mmHg atau lebih. Hipertensi atau penyakit darah tinggi merupakan suatu keadaan
peredaran darah meningkat secara kronis. Hal ini terjadi karena jantung bekerja lebih
cepat memompa darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi di dalam tubu
h (Koes Irianto, 2014). Dewasa ini ada sekitar 422 juta orang penyandang hipertensi
yang berusia 18 tahun di seluruh dunia atau 8,5% dari penduduk dunia. Namun 1 dari
2 orang dengan penderita hipertensi tidak tahu bahwa dia penyandang hipertensi. Ole
h karena itu sering ditemukan penderita hipertensi pada tahap lanjut dengan komplik
asi seperti serangan jantung, stroke.

Di Indonesia data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menunjukkan bahwa ter


jadi peningkatan prevalensi hipertensi dari 5,7% tahun 2007 menjadi 6,9% atau sekit
ar 9,1 juta pada tahun 2013. Data Sample Registration Survey tahun 2014 menunjukk
an bahwa hipertensi merupakan penyebab kematian terbesar nomor 3 di Indonesia de
ngan prosentasi sebesar 6,7% setelah stroke dan penyakit jantung. Pelayanan kesehat
an pada penyakit hipertensi di tingkat keluarga dilaksanakan dengan menggunakan p
endekatan proses keperawatan. Asuhan keperawatan yang diberikan kepada keluarga
meliputi pengkajian, perumusan diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan sa
mpai evaluasi keperawatan yang bertujuan agar pelayanan kesehatan yang dilaksanak
an bisa efektif dan komprehensif. Semua pelayanan itu diterapkan pada semua tatana
n puskesmas (Koes Irianto, 2014).

Berdasarkan catatan dan laporan dari Sistem Informasi Kesehatan Puskesmas


Mergangsan Kota Yogyakarta yang pelayanannya mencakup beberapa kelurahan me
nunjukkan bahwa hipertensi masuk dalam daftar 10 besar penyakit terbanyak urutan
nomor satu tahun 2017. Pada tahun 2017 didapatkan data total penderita hipertensi se
jumlah 3.453 orang yang 3 semuanya adalah hipertensi dan pada tahun 2018 dari bul
an Januari sampai Juni terdapat 1.775 kunjungan dengan diagnosa hipertensi. Untuk i
tulah perlu dilakukan upaya pelayanan kesehatan keluarga dengan hipertensi yang sal
ah satunya adalah keluarga Ny. E

Dari latar belakang di atas, perlu dilakukan upaya pelayanan kesehatan denga
n asuhan keperawatan pada keluarga Ny. E

B. Rumusan Masalah

Bagaimanakah gambaran pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga dengan masalah


utama hipertensi pada keluarga Ny. E di kamp. Panggaragajian Lembang ?

C. Tujuan Studi Kasus

1. Tujuan Umum

Diperoleh pengalaman nyata dalam melaksanakan asuhan keperawatan keluar


ga dengan masalah utama hipertensi pada Ny. E di kamp. Panggaragajian Lembang

2. Tujuan Khusus

a. Menerapkan proses keperawatan meliputi pengkajian, diagnosa keperawata


n, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi kasus asuhan keperawatan keluarga
dengan masalah utama hipertensi pada Ny. E di Kamp. Panggaragajian Lemb
ang.
b. Mendokumentasikan asuhan keperawatan keluarga dengan masalah utama
hipertensi pada Ny. E di kamp. Panggaragajian Lembang.

D. Manfaat Studi

Kasus Studi kasus ini diharapkan memberi manfaat bagi :

1. Masyarakat

Membudayakan pengelolaan pasien hipertensi pada tatanan keluarga.

2. Tenaga Kesehatan

Sebagai wawasan dan masukan bagi tenaga kesehatan untuk meningkatkan pe


layanan kepada masyarakat khususnya tim program kunjungan rumah (home
care) atau Pelayanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas).
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Keluarga

Pengertian Keluarga

Keluarga merupakan perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh h
ubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu berinte
raksi satu dengan yang lain (Mubarak, 2011).

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarg
a dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu ata
p dalam keadaan saling ketergantungan (Setiadi, 2012). Sedangkan menurut Friedma
n keluarga adalah unit dari masyarakat dan merupakan lembaga yang mempengaruhi
kehidupan masyarakat. Dalam masyarakat, hubungan yang erat antara anggotanya de
ngan keluarga sangat menonjol sehingga keluarga sebagai lembaga atau unit layanan
perlu di perhitungkan

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa keluarga yaitu sebuah ikatan
(perkawinan atau kesepakatan), hubungan (darah ataupun adopsi), tinggal dalam satu
atap yang selalu berinteraksi serta saling ketergantungan.

Fungsi Keluarga

Keluarga mempunyai 5 fungsi yaitu :

a. Fungsi Afektif Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga ya
ng merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan ke
butuhan psikososial. Keberhasilan fungsi afektif tampak pada kebahagiaan dan kege
mbiraan dari seluruh anggota keluarga. Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarg
a dalam melaksanakan fungsi afektif adalah (Friedman, M.M et al., 2010) :

1) Saling mengasuh yaitu memberikan cinta kasih, kehangatan, saling


menerima, saling mendukung antar anggota keluarga.
2) Saling menghargai, bila anggota keluarga saling menghargai dan m
engakui keberadaan dan hak setiap anggota keluarga serta selalu mem
pertahankan iklim positif maka fungsi afektif akan tercapai.

3) Ikatan dan identifikasi ikatan keluarga di mulai sejak pasangan sep


akat memulai hidup baru.

b. Fungsi Sosialisasi Sosialisasi di mulai sejak manusia lahir. Keluarga merup


akan tempat individu untuk belajar bersosialisasi, misalnya anak yang baru la
hir dia akan menatap ayah, ibu dan orang-orang yang ada disekitarnya. Dalam
hal ini keluarga dapat Membina hubungan sosial pada anak, Membentuk nor
ma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak, dan Mena
ruh nilai-nilai budaya keluarga.

c. Fungsi Reproduksi Fungsi reproduksi untuk meneruskan keturunan dan me


nambah sumber daya manusia. Maka dengan ikatan suatu perkawinan yang sa
h, selain untuk memenuhi kebutuhan biologis pada pasangan tujuan untuk me
mbentuk keluarga adalah meneruskan keturunan.

d. Fungsi Ekonomi Merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan s


eluruh anggota keluarga seperti memenuhi kebutuhan makan, pakaian, dan te
mpat tinggal.

e. Fungsi Perawatan Kesehatan Keluarga juga berperan untuk melaksanakan


praktik asuhan keperawatan, yaitu untuk mencegah gangguan kesehatan atau
merawat anggota keluarga yang sakit. Keluarga yang dapat melaksanakan tug
as kesehatan berarti sanggup menyelesaikan masalah kesehatan.

3. Tahap-Tahap Perkembangan Keluarga Berdasarkan konsep Duvall dan Miller, tah


apan perkembangan keluarga dibagi menjadi :

a. Keluarga Baru (Berganning Family) Pasangan baru nikah yang belum mem
punyai anak. Tugas perkembangan keluarga dalam tahap ini antara lain yaitu
membina hubungan intim yang memuaskan, menetapkan tujuan bersama, me
mbina hubungan dengan keluarga lain, mendiskusikan rencana memiliki anak
atau KB, persiapan menjadi orangtua dan memahami prenatal care (pengertia
n kehamilan, persalinan dan menjadi orangtua).
b. Keluarga dengan anak pertama < 30bln (child bearing) Masa ini merupaka
n transisi menjadi orangtua yang akan menimbulkan krisis keluarga. Tugas pe
rkembangan keluarga pada tahap ini antara lain yaitu adaptasi perubahan ang
gota keluarga, mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasanga
n, membagi peran dan tanggung jawab, bimbingan orangtua tentang pertumb
uhan dan perkembangan anak, serta konseling KB post partum 6 minggu.

c. Keluarga dengan anak pra sekolah Tugas perkembangan dalam tahap ini ad
alah menyesuaikan kebutuhan pada anak pra sekolah (sesuai dengan tumbuh
kembang,proses belajar dan kontak sosial) dan merencanakan kelahiran berik
utnya.

d. Keluarga dengan anak sekolah (6-13 tahun) Keluarga dengan anak sekolah
mempunyai tugas perkembangan keluarga seperti membantu sosialisasi anak
terhadap lingkungan luar rumah, mendorong anak untuk mencapai pengemba
ngan daya intelektual, dan menyediakan aktifitas anak.

e. Keluarga dengan anak remaja (13-20 tahun) Tugas perkembangan keluarga


pada saat ini adalah pengembangan terhadap remaja, memelihara komunikasi
terbuka, mempersiapkan perubahan sistem peran dan peraturan anggota kelua
rga untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota keluarga.

f. Keluarga dengan anak dewasa Tugas perkembangan keluarga mempersiapk


an anak untuk hidup mandiri dan menerima kepergian anaknya, menata kemb
ali fasilitas dan sumber yang ada dalam keluarganya.

g. Keluarga usia pertengahan (middle age family) Tugas perkembangan kelua


rga pada saat ini yaitu mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam
mengolah minat sosial, dan waktu santai, memulihkan hubungan antara gener
asi muda-tua, serta persiapan masa tua.

h. Keluarga lanjut usia Dalam perkembangan ini keluarga memiliki tugas sep
erti penyesuaian tahap masa pensiun dengan cara merubah cara hidup, meneri
ma kematian pasangan, dan mempersiapkan kematian, serta melakukan life re
view masa lalu.

4. Tugas keluarga dalam bidang kesehatan adalah sebagai berikut :


a. Keluarga mampu mengenal masalah kesehatan

b. Keluarga mampu mengambil keputusan untuk melakukan tindakan

c. Keluarga mampu melakukan perawatan terhadap anggota keluarga yang sa


kit

d. Keluarga mampu menciptakan lingkungan yang dapat meningkatkan keseh


atan

e. Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat di lingku


ngan setempat

B. Hipertensi

Pengertian Hipertensi

Hipertensi adalah keadaan seseorang yang mengalami peningkatan tekanan d


arah diatas normal sehingga mengakibatkan peningkatan angka morbiditas maupun
mortalitas, tekanan darah fase sistolik 140 mmHg menunjukkan fase darah yang seda
ng dipompa oleh jantung dan fase diastolik 90 mmHg menunjukkan fase darah yang
kembali ke jantung (Triyanto, 2014).

Hipertensi merupakan gangguan pada sistem peredaran darah yang sering terj
adi pada lansia, dengan kenaikan tekanan darah sistolik lebih dari 150 mmHg dan tek
anan darah diastolik lebih dari 90 mmHg, tekanan sistolik 150-155 mmHg dianggap
masih normal pada lansia (Sudarta, 2013).

Hipertensi merupakan faktor resiko penyakit kardiovaskuler aterosklerosis, g


agal jantung, stroke dan gagal ginjal ditandai dengan tekanan darah sistolik lebih dari
140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg, berdasarkan pada dua k
ali pengukuran atau lebih (Smeltzer, Bare, Hinkle, & Cheever, 2012).

Berdasarkan pengertian oleh beberapa sumber tersebut, maka dapat ditarik ke


simpulan bahwa hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik, d
engan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan diastolik lebih dari 90 mmHg,
hipertensi juga merupakan faktor resiko utama bagi penyakit gagal ginjal, gagal jantu
ng dan stroke.

Klasifikasi

Klasifikasihipertensi berdasarkan tekanan darah sistolik dan tekanan darah di


astolik dibagi menjadi empat klasifikasi, klasifikasi tersebut dapat dilihat pada tabel
2.1

Kategori Tekanan darah sistolik (mmHg) Tekanan darah diastolik (mmHg)


Normal < 120 mmHg < 80 mmHg
Prahipertensi 120 – 139 mmHg 80 – 89 mmHg
Stadium 1 140 – 159 mmHg 90 – 99 mmHg
Stadium 2 >160 mmHg >100 mmHg
Sumber : (Smeltzer, et al, 2013)

Hipertensi juga dapat diklasifikasikan berdasarkan tekanan darah pada orang


dewasa menurut Triyanto (2014), adapun klasifikasi tersebut dapat dilihat pada tabel
2.2.

Tabel 2.2 Klasifikasi berdasarkan tekanan darah pada orang dewasa

Kategori Tekanan darah sistolik (mmHg) Tekanan darah diastolik (mmHg)


Normal < 130 mmHg < 85 mmHg
Normal Tinggi 130 – 139 mmHg 85 – 89 mmHg
Stadium 1 (Ringan) 140 – 159 mmHg 90 – 99 mmHg
Stadium 2 (Sedang) 160 – 179 mmHg 100 – 109 mmHg
Stadium 3 (Berat) 180 – 209 mmHg 110 – 119 mmHg
Stadium 4 (maligna) >210 mmHg .> 120 mmHg
Sumber : (Triyanto, 2014)

Etiologi dan faktor resiko

Penyebab hipertensi sesuai dengan tipe masing-masing hipertensi, yaitu :


a. Etiologi

1) Hipertensi esensial atau primer Penyebab pasti dari hipertensi esensial belu
m dapat diketahui, sementara penyebab sekunder dari hipertensi esensial juga
tidak ditemukan. Pada hipertensi esensial tidak ditemukan penyakit renivasku
ler, gagal ginjal maupun penyakit lainnya, genetik serta ras menjadi bagian da
ri penyebab timbulnya hipertensi esensial termasuk stress, intake alkohol mod
erat, merokok, lingkungan dan gaya hidup (Triyanto, 2014)

2) Hipertensi sekunder Hipertensi sekunder penyebabnya dapat diketahui sep


erti kelainan pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid (hipertiroid), hi
peraldosteronisme, penyakit parenkimal (Buss & Labus, 2013).

b. Faktor resiko

1) Faktor resiko yang bisa dirubah

a) Usia Faktor usia merupakan salah satu faktor resiko yang berpengar
uh terhadap hipertensi karena dengan bertambahnya usia maka semaki
n tinggi pula resiko mendapatkan hipertensi. Insiden hipertensi menin
gkat seiring dengan bertambahnya usia, hal ini disebabkan oleh perub
ahan alamiah dalam tubuh yang mempengaruhi pembuluh darah, hor
mon serta jantung(Triyanto, 2014).

b) Lingkungan (stres) Faktor lingkungan seperti stress juga memiliki


pengaruh terhadap hipertensi. Hubungan antara stress dengan hiperten
si melalui saraf simpatis, dengan adanya peningkatan aktivitas saraf si
mpatis akan meningkatkan tekanan darah secara intermitten (Triyanto,
2014).

c) Obesitas Faktor lain yang dapat menyebabkan hipertensi adalah keg


emukan atau obesitas. Perenderita obesitas dengan hipertensi memilik
i daya pompa jantung dan sirkulasi volume darah yang lebih tinggi jik
a dibandingkan dengan penderita yang memiliki berat badan normal
(Triyanto, 2014)
d) Rokok Kandungan rokok yaitu nikotin dapat menstimulus pelepasa
n katekolamin. Katekolamin yang mengalami peningkatan dapat men
yebabkan peningkatan denyut jantung, iritabilitas miokardial serta terj
adi vasokontriksi yang dapat meningkatkan tekanan darah (Ardiansya
h, 2012).

e) Kopi Substansi yang terkandung dalam kopi adalah kafein. Kafein s


ebagai anti-adenosine (adenosine berperan untuk mengurangi kontrak
si otot jantung dan relaksasi pembuluh darah sehingga menyebabkan t
ekanan darah turun dan memberikan efek rileks) menghambat resepto
r untuk berikatan dengan adenosine sehingga menstimulus sistem sara
f simpatis dan menyebabkan pembuluh darah mengalami konstriksi di
susul dengan terjadinya peningkatan tekanan darah(Blush, 2014).

2) Faktor resiko yang tidak bisa dirubah

a) Genetik Faktor genetik ternyata juga memiliki peran terhadap angk


a kejadian hipertensi. Penderita hipertensi esensial sekitar 70-80 % leb
ih banyak pada kembar monozigot (satu telur) dari pada heterozigot (b
eda telur). Riwayat keluarga yang menderita hipertensi juga menjadi p
emicu seseorang menderita hipertensi, oleh sebab itu hipertensi disebu
t penyakit turunan (Triyanto, 2014).

b) Ras Orang berkulit hitam memiliki resiko yang lebih besar untuk m
enderita hipertensi primer ketika predisposisi kadar renin plasma yang
rendah mengurangi kemampuan ginjal untuk mengekskresikan kadar
natrium yang berlebih (Kowalak, Weish, & Mayer, 2011).

Manifestasi klinik

Manisfestasi klinik menurut Ardiansyah (2012) muncul setelah penderita men


galami hipertensi selama bertahun-tahun, gejalanya antara lain :

a. Terjadi kerusakan susunan saraf pusat yang menyebabkan ayunan langkah t


idak mantap.
b. Nyeri kepala oksipital yang terjadi saat bangun dipagi hari karena peningka
tan tekanan intrakranial yang disertai mual dan muntah.

c. Epistaksis karena kelainan vaskuler akibat hipertensi yang diderita.

d. Sakit kepala, pusing dan keletihan disebabkan oleh penurunan perfusi dara
h akibat vasokonstriksi pembuluh darah.

e. Penglihatan kabur akibat kerusakan pada retina sebagai dampak hipertensi.

f. Nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari) akibat dari peningkatan ali
ran darah ke ginjal dan peningkatan filtrasi oleh glomerulus.

Hipertensi sering ditemukan tanpa gejala (asimptomatik), namun tanda-tanda


klinis seperti tekanan darah yang menunjukkan kenaikan pada dua kali pengukuran te
kanan darah secara berturutan dan bruits (bising pembuluh darah yang terdengar di d
aerah aorta abdominalis atau arteri karotis, arteri renalis dan femoralis disebabkan ol
eh stenosis atau aneurisma) dapat terjadi. Jika terjadi hipertensi sekunder, tanda mau
pun gejalanya dapat berhubungan dengan keadaan yang menyebabkannya. Salah satu
contoh penyebab adalah sindrom cushing yang menyebabkan obesitas batang tubuh d
an striae berwarna kebiruan, sedangkan pasien feokromositoma mengalami sakit kep
ala, mual, muntah, palpitasi, pucat dan perspirasi yang sangat banyak (Kowalak, Wei
sh, & Mayer, 2014).

Komplikasi

Komplikasi pada penderita hipertensi menurut Corwin (2014) menyerang org


an-organ vital antar lain :

a. Jantung Hipertensi kronis akan menyebabkan infark miokard, infar


k miokard menyebabkan kebutuhan oksigen pada miokardium tidak terpenuhi
kemudian menyebabkan iskemia jantung serta terjadilah infark.

b. Ginjal Tekanan tinggi kapiler glomerulus ginjal akan mengakibatka


n kerusakan progresif sehingga gagal ginjal. Kerusakan pada glomerulus men
yebabkan aliran darah ke unit fungsional juga ikut terganggu sehingga tekana
n osmotik menurun kemudian hilangnya kemampuan pemekatan urin yang m
enimbulkan nokturia.

c. Otak Tekanan tinggi di otak disebabkan oleh embolus yang terlepas


dari pembuluh darah di otak, sehingga terjadi stroke. Stroke dapat terjadi apa
bila terdapat penebalan pada arteri yang memperdarahi otak, hal ini menyeba
bkan aliran darah yang diperdarahi otak berkurang

Penatalaksanaan

Penatalaksanaan Nonfarmakologi Modifikasi gaya hidup dalam penatalaksanaan non


farmakologi sangat penting untuk mencegah tekanan darah tinggi. Penatalaksanaan nonfarm
akologis pada penderita hipertensi bertujuan untuk menurunkan tekanan darah tinggi dengan
cara memodifikasi faktor resiko yaitu

1) Mempertahankan berat badan ideal Mempertahankan berat badan yang ideal sesu
ai Body Mass Index dengan rentang 18,5 – 24,9 kg/m2 . BMI dapat diketahui dengan rumus
membagi berat badan dengan tinggi badan yang telah dikuadratkan dalam satuan meter. Obe
sitas yang terjadi dapat diatasi dengan melakukan diet rendah kolesterol kaya protein dan ser
at. Penurunan berat badan sebesar 2,5 – 5 kg dapat menurunkan tekanan darah diastolik sebe
sar 5 mmHg (Dalimartha, 2018).

2) Mengurangi asupan natrium (sodium) Mengurangi asupan sodium dilakukan deng


an melakukan diet rendah garam yaitu tidak lebih dari 100 mmol/hari (kira-kira 6 gr NaCl at
au 2,4 gr garam/hari), atau dengan mengurangi konsumsi garam sampai dengan 2300 mg set
ara dengan satu sendok teh setiap harinya. Penurunan tekanan darah sistolik sebesar 5 mmHg
dan tekanan darah diastolik sebesar 2,5 mmHg dapat dilakukan dengan cara mengurangi asu
pan garam menjadi ½ sendok teh/hari(Dalimartha, 2018).

3) Batasi konsumsi alkohol Mengonsumsi alkohol lebih dari 2 gelas per hari pada pri
a atau lebih dari 1 gelas per hari pada wanita dapat meningkatkan tekanan darah, sehingga m
embatasi atau menghentikan konsumsi alkohol dapat membantu dalam penurunan tekanan da
rah (PERKI, 2015).

4) Makan K dan Ca yang cukup dari diet Kalium menurunkan tekanan darah dengan
cara meningkatkan jumlah natrium yang terbuang bersamaan dengan urin. Konsumsi buah-b
uahan setidaknya sebanyak 3-5 kali dalam sehari dapat membuat asupan potassium menjadi
cukup. Cara mempertahankan asupan diet potasium (>90 mmol setara 3500 mg/hari) adalah
dengan konsumsi diet tinggi buah dan sayur.
5) Menghindari merokok Merokok meningkatkan resiko komplikasi pada penderita
hipertensi seperti penyakit jantung dan stroke. Kandungan utama rokok adalah tembakau, did
alam tembakau terdapat nikotin yang membuat jantung bekerja lebih keras karena memperse
mpit pembuluh darah dan meningkatkan frekuensi denyut jantung serta tekanan darah(Dalim
artha, 20018).

6) Penurunan stress Stress yang terlalu lama dapat menyebabkan kenaikan tekanan d
arah sementara. Menghindari stress pada penderita hipertensi dapat dilakukan dengan cara re
laksasi seperti relaksasi otot, yoga atau meditasi yang dapat mengontrol sistem saraf sehingg
a menurunkan tekanan darah yang tinggi (Hartono, 20017).

7) Aromaterapi (relaksasi) Aromaterapi adalah salah satu teknik penyembuhan altern


atif yang menggunakan minyak esensial untuk memberikan kesehatan dan kenyamanan emo
sional, setelah aromaterapi digunakan akan membantu kita untuk rileks sehingga menurunka
n aktifitas vasokonstriksi pembuluh darah, aliran darah menjadi lancar dan menurunkan teka
nan darah(Sharma, 20019).

8) Terapi masase (pijat) Masase atau pijat dilakukan untuk memperlancar aliran ener
gi dalam tubuh sehingga meminimalisir gangguan hipertensi beserta komplikasinya, saat sem
ua jalur energi terbuka dan aliran energi tidak terhalang oleh tegangnya otot maka resiko hip
ertensi dapat diminimalisir(Dalimartha, 20018).

Penatalaksanaan Farmakologi

Penatalaksanaan farmakologi menurut Saferi & Mariza (2013) merupakan penangan


an menggunakan obat-obatan, antara lain :

1) Diuretik (Hidroklorotiazid) Diuretik bekerja dengan cara mengelua


rkan cairan berlebih dalam tubuh sehingga daya pompa jantung menjadi lebih
ringan.

2) Penghambat simpatetik (Metildopa, Klonidin dan Reserpin) Obat-o


batan jenis penghambat simpatetik berfungsi untuk menghambat aktifitas sara
f simpatis.

3) Betabloker (Metoprolol, Propanolol dan Atenolol) Fungsi dari obat


jenis betabloker adalah untuk menurunkan daya pompa jantung, dengan kontr
aindikasi pada penderita yang mengalami gangguan pernafasan seperti asma
bronkial.
4) Vasodilator (Prasosin, Hidralasin) Vasodilator bekerja secara langs
ung pada pembuluh darah dengan relaksasi otot polos pembuluh darah.

5) Angiotensin Converting Enzyme (ACE) inhibitor (Captopril) Fungs


i utama adalah untuk menghambat pembentukan zat angiotensin II dengan efe
k samping penderita hipertensi akan mengalami batuk kering, pusing, sakit ke
pala dan lemas.

6) Penghambat Reseptor Angiotensin II (Valsartan) Daya pompa jantu


ng akan lebih ringan ketika obat-obatan jenis penghambat reseptor angiotensi
n II diberikan karena akan menghalangi penempelan zat angiotensin II pada r
eseptor.

7) Antagonis Kalsium (Diltiasem dan Verapamil) Kontraksi jantung


(kontraktilitas) akan terhambat.

BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA IBU E

I. DATA UMUM KELUARGA


A. PENGKAJIAN
1. Nama kepala keluarga: Bp. M
2. Umur : 63 tahun (tgl lahir : 30-06-1957)
3. Agama : Islam
4. Pendidikan : SD
5. Pekerjaan : Pedagang
6. Suku / Bangsa : Jawa / Indonesia
7. Alamat : Kp. Panggaragajian Kec. Lembang Kab. Bandung Ba
rat
8. Komposisi keluarga :
No Nama Umur Sex Tgl Lahir Pendidikan Pekerjaan Keterangan
1 Tn. M 63 th Laki - Laki 30-06-1957 SD Pedagang Sehat
2 Ny. E 57 th Perempuan 29-01-1963 SD IRT Hipertensi
3 Tn. W 32 th Laki - Laki 20-10-1988 SMP wiraswasta Sehat
4 Ny. E 65 th Perempuan 07-07-1955 - - Sehat

9. Tipe keluarga : keluarga dengan anak dewasa


10. Genogram :

Ny. E

Keterangan : : perempuan
: laki-laki
: garis keturunan
: perempuan penderita hipertensi
: laki-laki penderita hipertensi
: tinggal serumah

11. Sifat Keluarga


a. Pengambilan Keputusan
Ibu E mengatakan ketika ada masalah, pengambilan keputusan dilakukan
dengan cara musyawarah dan berdiskusi dan yang mengambil keputusan t
erakhir adalah kepala keluarga (Bp. M)
b. Kebiasaan Hidup Sehari-hari
1) Kebiasaan tidur / istirahat
Ibu E mengatakan anggota keluarganya tidak pernah tidur siang ka
rena bekerja. Sedangkan waktu tidur malam mulai pk 22.00 wib dan b
angun pagi pk 05.00 wib (6-7 jam).
2) Kebiasaan rekreasi
Ibu E mengatakan untuk rekreasi sehari-hari menonton TV di rum
ah dan bila ada libur panjang saat hari raya lebaran dan tahun baru, ke
luarga akan bepergian ke tempat wisata yang ada di kota Bandung.
3) Kebiasaan makan keluarga
Ibu E mengatakan untuk makan keluarga sehari-hari memasak sen
diri, keluarga jarang sarapan pagi bersama, sehari makan 3x, jenis ma
kanan bervariasi dengan menu nasi, lauk pauk dan buah-buahan. Kebi
asaan makan bersama kadang-kadang dilakukan saat makan malam.

12. Status Sosial Ekonomi Keluarga


Ibu E mengatakan saat ini keadaan ekonomi keluarga masih cukup untuk me
menuhi kebutuhan harian keluarga. Pekerjaan kepala keluarga sebagai
pedagang dengan penghasilan rata-rata lebih dari Rp 2.000.000/bulannya.

13. Suku (kebiasaan kesehatan terkait suku bangsa)


Keluarga Bp. M merupakan suku jawa. Ibu E mengatakan tidak memiliki keb
iasaan kesehatan terkait suku bangsa.
14. Agama (kebiasaan kesehatan terkait agama)
Keluarga memeluk agama muslim dan tidak memiliki kebiasaan kesehatan ter
kait agama.

II. RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA


a. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tahap perkembangan keluarga saat ini adalah kelurga denan anak usia
dewasa
b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Keluarga Bp. M telah memenuhi tugas perkembangan keluarga
c. Riwayat keluarga inti
Saat dilakukan pengkajian, Ibu E diketahui memiliki tekanan darah tinggi (hi
pertensi) pernah kontrol atau memeriksakan diri ke dokter atau petugas keseh
atan lainnya. Keadaan kesehatan Bp. M dan anggota keluarga yang lain saat i
ni tidak ada masalah.
d. Riwayat keluarga sebelumnya (pihak istri dan suami)
Ibu E mengatakan memiliki turunan Hipertensi

III. LINGKUNGAN
a. Karakteristik rumah (tipe, ukuran, jumlah ruangan)
Luas tanah : 72 m2 Luas Rumah : 70 m2 ( Panjang=..m dan Lebar
=..m)
Tipe rumah Bp. J adalah permanen, dengan status rumah milik sendiri.
Rumah Bpk M memiliki 4 kamar tidur, 1 kamar mandi, 1 dapur, dan 1 ruang
tamu sekaligus juga digunakan sebagai ruang makan dan menonton tv. Ventil
asi dan penerangan pada rumah keluarga Bp. M baik, ada jendela di dalam ka
mar.
b. Persediaan air bersih
Ibu E mengatakan persediaan air bersih untuk masak dan minum menggunak
an air mineral (gallon), sedangkan untuk mandi, toilet dan mencuci
menggunakan air dari sumur bor. Air yang berasal dari sumur bor bersih.
c. Pembuangan sampah
Ibu E mengatakan memiliki tempat pembuangan sampah sementara di dalam
rumah menggunakan kantong plastik, kondisi terbuka. Selanjutnya sampah ak
an diambil oleh petugas kebersihan satu kali seminggu.
d. Pembuangan air limbah
Ibu mengatakan pembuangan air limbah rumah tangga mengalir melalui selo
kan dengan kondisi tertutup.
e. Jamban / WC (tipe, jarak dari sumber air)
Keluarga memiliki WC sendiri, tipe jamban dengan jenis leher angsa. Jarak
dari sumber air (sumur bor) > 10 meter.
f. Denah rumah

Kamar mandi
Kamar tidur
Dapur

Tangga

Kamar tidur

Kamar tidur

Ruang tamu

Teras

g. Lingkungan sekitar rumah


Lingkungan sekitar rumah Bp. E di depan rumah terdapat lahan kecil untuk
parkir motor dan jalan umum, sebelah kanan terdapat gang kecil dan rumah te
tangga, bagian belakang terdapat rumah tetangga.
h. Sarana komunikasi dan transportasi
Ibu E mengatakan memiliki sarana komunikasi yaitu handphone dan
menggunakan 2 buah motor untuk transportasi.
i. Fasilitas hiburan (TV, radio, dll.)
Ibu E mengatakan fasilitas hiburan di rumah adalah TV.
j. Fasilitas pelayanan kesehatan
Ibu E mengatakan jika ada anggota keluarga yang sakit, dibawa ke
puskesmas ,klinik dokter praktek yang ada di lingkungan dekat rumah atau ke
rumah sakit.

IV. SOSIAL
a. Karakteristik tetangga dan komunitas
Tetangga sekitar rumah keluarga Bp. M ramah dan anggota keluarga dapat
bersosialisasi dengan baik.
b. Mobilitas geografis keluarga
Keluarga Bp. M berasal dari solo yang merantau ke Bandung sejak tahun 199
3, saat ini mobilitas yang dilakukan oleh anggota keluarga jualan, ibadah,
berkunjung rumah saudara dan tetangga sekitar rumah.
c. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Ibu E mengatakan keluarga mengikuti pengajian, berinteraksi baik dengan ma
syarakat sekitar rumah.
d. Sistem pendukung keluarga
Keluarga memiliki fasilitas pendukung seperti sumber air bersih milik
pribadi, fasilitas rekreasi di rumah seperti tv dan mempunyai 2 buah
kendaraan bermotor.

V. STRUKTUR KELUARGA
a. Pola Komunikasi Keluarga
Keluarga menggunakan bahasa Indonesia untuk berkomunikasi dalam
keluarga dan bahasa sunda untuk berkomunikasi di masyarakat.
b. Struktur Kekuatan Keluarga
Keluarga saling menguatkan di dalam hubungan berkeluarga, dan memegang
penuh nilai dan norma agama.
c. Struktur Peran (formal dan informal)
Bpk M
Peran Formal : menjadi ketua RW
Peran Informal : menjadi kepala keluarga dan ayah
Ibu L
Peran Formal : menjadi Ibu RW
Peran Informal : menjadi istri dan ibu
Anak M
Peran Formal : hanya menjadi anggota masyarakat
Peran Informal : menjadi seorang anak
Ibu. E
Peran Formal : hanya menjadi anggota masyarakat
Peran Informal : menjadi seorang nene
d. Nilai dan Norma Keluarga
Nilai dan norma yang dianut dalam keluarga Bp. J adalah yang sesuai dengan
ajaran agama dan tidak bertentangan dengan kesehatan.

VI. FUNGSI KELUARGA


a. Fungsi afektif
Hubungan keluarga berjalan baik, saling mendukung, bila ada yang sakit
biasanya di rawat dulu oleh keluarga, apabila tidak ada perbaikan maka akan
dibawa berobat ke dokter.
b. Fungsi sosialisasi
Dalam bersosialisasi terhadap anggota keluarga yaitu dengan berkumpul
didalam rumah serta bersosialisasi dengan warga disekitar lingkungan rumah.
c. Fungsi perawatan kesehatan
Dapat dilakukan sendiri oleh ibu E jika ada salah satu anggota keluarga yang
sedang sakit akan diobati dulu dirumah, tetapi jika tidak ada perubahan atau b
elum sembuh, maka yang sakit akan dibawa berobat ke klinik dokter praktek
yang dekat dengan rumah.
Penapisan masalah berdasarkan 5 tugas perawatan kesehatan:
1) Mengenal masalah kesehatan
Ibu E hanya ibu E saja yang Hipertensi, hasil pengukuran tekanan darah 1
60/100 mmHg, Ibu E mengetahui tentang penyakitnya.

2) Memutuskan untuk merawat


Ibu E mengatakan jika ada anggota keluarga yang sakit maka keluarga ak
an membawa kepuskesmas / klinik dokter praktek yang dekat dengan rum
ah atau ke RS.
3) Mampu merawat
Ibu E mengatakan ketika ada anggota keluarga yang sakit, diberikan
perawatan dalam rumah dengan di pijat, bila keluhan dirasa tidak
membaik, baru dibawa ke puskesmas / klinik atau RS terdekat.
4) Modifikasi lingkungan
Ibu E mengatakan berusaha untuk membersihkan rumah setiap hari.
5) Memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada
Ibu E mengatakan selalu menggunakan fasilitas kesehatan jika ada anggot
a keluarga yang sakit akan dibawa berobat ke puskesmas / klinik atau RS.

d. Fungsi reproduksi
Keluarga Bp. M meneruskan keturunannya dan memiliki 4 orang anak.
e. Fungsi ekonomi
Ibu E mengatakan keluarga dapat memenuhi kebutuhan makan 3 kali sehari,
biaya berobat jika ada anggota keluarga yang sakit.
VII. STRESS DAN KOPING KELUARGA
a. Stressor jangka pendek dan jangka panjang
1) Stresor jangka pendek
Ibu E mengatakan saat ini tidak ada masalah
2) Stresor jangka panjang
Ibu E mengatakan stress untuk jangka panjang adalah menyiapkan biaya
shari tua.
b. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi atau stressor
Ibu E mengatakan jika ada masalah yaitu berusaha untuk tetap sabar dan men
cari solusi bersama suaminya.
c. Strategi koping yang digunakan
Ibu E mengatakan strategi yang digunakan adalah dengan bercerita dan berdis
kusi kepada suaminya untuk mencari solusi dari masalah yang ada.
d. Strategi adaptasi disfungsional
Ibu E mengatakan tidak memiliki koping disfungsional apabila memiliki
masalah.

VIII. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA


a. Riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga
1) Ayah
Ibu E mengatakan bahwa saat ini suaminya tidak ada keluhan atau
mengalami masalah kesehatan. Biasanya bila Bp. M mengalami sakit yan
g dilakukan adalah tidur dan makan cukup, dan sakitnya pun berkurang.
Bp. M seorang perokok, dapat menghabiskan ±1 bungkus rokok/hari dan
senang minum kopi.
2) Ibu
Ibu E saat pengkajian mengatakan memepunyai hipertensi, hasil pengukur
an tekanan darah 160/100 mmHg.
3) Anak
Ibu E mengatakan saat ini anaknya dalam keadaan sehat.
b. Keluarga berencana
Bp M dan ibu E memiliki 4 orang anak yang berusia. Ibu E mengatakan saat
ini sudah disteril (tubektomie), karena sudah memiliki 4 orang anak.
c. Imunisasi
Ibu E mengatakan bahwa keempat anaknya sudah mendapatkan imunisasi das
ar lengkap saat masih bayi dan vaksin covid.
d. Tumbuh kembang
a). Pemeriksaan tumbuh kembang anak
Ibu E mengatakan dulu sering membawa anak-anaknya ke posyandu saat
masih kecil.
b). Pengetahuan orang tua terhadap tumbuh kembang anak
Ibu E mengatakan cukup mengerti mengenai tumbuh kembang keempat a
naknya, semuanya berjalan normal, anak-anaknya menurut Ibu E jarang s
akit.
IX. PEMERIKSAAN FISIK KELUARGA
a. Pemeriksaan fisik Bp. M
1). Keadaan umum : tampak baik
2). Kesadaran : compos mentis
3). Tanda-tanda vital :
a) TD : 130/90 mmHg
b) N : 80x/mnt
c) RR : 18x/mnt
d) Suhu : 36,00C/ axilla
4). Kepala
a) Rambut : pendek, berwarna hitam, distribusi rambut merata
b) Mata : bentuk mata simetris, tidak menggunakan kaca mata,
sklera tidak ikterik
c) Hidung : bentuk simetris, septum ditengah, tidak ada sekret
d) Telinga : bentuk simetris
e) Mulut : bentuk simetris, bibir tampak sedikit kering.
5). Dada / Thorax
- Inspeksi : pengembangan dinding dada tampak simetris, tidak ta
mpak sesak.
- Perkusi : Tidak dikaji
- Palpasi : Tidak dikaji
- Auskultasi : bunyi paru vesikular
6). Perut / Abdomen
- Inspeksi : Perut tampak datar, tidak tampak adanya pembesaran
massa.
- Auskultasi : tidak dikaji
- Perkusi : tidak dikaji
- Palpasi : tidak ada nyeri tekan
7). Genetalia / Anus : Bp M mengatakan tidak ada keluhan.
8). Ekstremitas : Bp M mengatakan tidak ada keluhan pada ekstremitas
atas dan bawah.
b. Pemeriksaan fisik Ibu E
1). Keadaan umum : tampak baik
2). Kesadaran : compos mentis
3). Tanda-tanda vital :
a) TD : 160/100 mmHg
b) N : 90x/mnt
c) RR : 22x/mnt
d) Suhu :36,20C/axilla

4). Kepala
a) Rambut :, warna hitam, ukuran rambut panjang
b) Mata : ukuran simetris, menggunakan kaca mata, sclera tidak
ikterik
c) Hidung : bentuk simetris, septum ditengah, tidak ada sekret
d) Telinga : bentuk simetris, tidak menggunakan alat bantu dengar
e) Mulut : bentuk simetris, bibir tampak agak kering, tidak ada s
ariawan/lesi
5). Dada / Thorax
- Inspeksi :pengembangan dinding dada tampak simetris, tidak ad
a retraksi dada dan tidak ada keluhan sesak
- Palpasi :taktil fremitus normal, tidak teraba adanya nyeri tekan
pada dinding dada
- Perkusi :terdengar sonor
- Auskultasi :suara napas terdengar vesikuler
6). Perut / Abdomen
- Inspeksi : terlihat simetris, tidak terlihat pembesaran seperti asit
es, tidak tampak adanya perlukaan.
- Auskultasi :saat auskultasi pada abdomen, terdengar bising usus 1
0x/mnt
- Palpasi :tidak ada nyeri tekan ataupun pembesaran abdomen.
- Perkusi :terdengar timpani
7). Genetalia / Anus : ibu E mengatakan tidak ada keluhan pada area genetal
ia dan anus
8). Ekstremitas : ibu E mengatakan tidak ada keluhan pada kedua ekstr
emitas (atas dan bawah), kekuatan otot=5 pada semua bagian ekstremitas.

X. HARAPAN KELUARGA
Ibu E mengatakan harapan keluarga saat ini, anggota keluarga diberikan kesehata
n.

ANALISA DATA
Data Etiologi Masalah
DS : Ketidakmampuan keluarga Kurang terpapar informasi
Ibu E mengatakan sedikit mengenal masalah kesehatan
cape .
DO :
 Keadaan umum tampak
baik
 TTV: TD: 160/100
mmHg, N: 90 x/menit,
RR: 22 x/menit
DS : Ketidakmampuan keluarga dala Ketidakefektifan
 Ibu E mengatakan m memodifikasi lingkungan pemeliharaan kesehatan
suaminya seorang
perokok, dapat
menghabiskan 1
bungkus rokok perhari
DO :
 Bp. M merokok, dan
dapat menghabiskan 1
bungkus/hari.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kurang terpapar informasi berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga da
lam mengenal masalah kesehatan.
2. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan ketidak mamp
uan keluarga dalam memodifikasi lingkungan.
SKALA PRIORITAS MASALAH
Masalah 1: Kurang terpapar informasi berhubungan dengan ketidakmampuan keluar
ga dalam mengenal masalah kesehatan.
KRITERIA BOBOT PERHITUNGAN PEMBENARAN
2. Kemungkinan 2 1x2 Tindakan untuk memecahkan
masalah dapat diubah = 1 masalah dapat dijangkau oleh k
Mudah: 2 2 eluarga/klien dengan pola mak
Sebagian: 1 an yang baik (tidak suka maka
Tidak dapat: 0 n daging dan makanan asin) da
n pola tidur yang cukup baik, t
etapi aktivitas fisik Ny. E lebi
h banyak berdiri (±10 jam) unt
uk keperluan sebagai RW

3. Kemungkinan 1 3x1 Ny E saat ini berusia 57 tahun,


masalah dapat = 1 hipertensi dapat di cegah denga
dicegah 3 n tetap menjaga pola makan, p
Tinggi: 3 ola tidur dan mengurangi stress
Cukup: 2 serta perbanyak minum air puti
Rendah: 1 h, diberikan edukasi tentang ta
nda gejala serta penanganan hi
pertensi dan rutin olah raga

4. Menonjolnya masalah 1 1x1 Keluarga menyadari adanya m


Segera: 2 = 0,5 asalah tetapi tidak didukung de
Tidak segera: 1 2 ngan pemahaman yang adekuat
Tidak dirasakan: 0 tentang tanda dan gejala penya
kit.
Skor 2,5

Masalah 3: Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan ketidakma


mpuan keluarga dalam memodifikasi lingkungan
KRITERIA BOBOT PERHITUNGAN PEMBENARAN
1. Sifat masalah 1 3x1 adanya anggota keluarga yang
Aktual: 3 = 1 merokok, dapat berpotensi tim
Resiko: 2 3 bulnya penyakit
Potensial: 1

2. Kemungkinan 2 1x2 Memberikan edukasi kepada B


masalah dapat = 1 p. M untuk mengurangi rokok.
diubah 2
Mudah: 2
Sebagian: 1
Tidak dapat: 0

3. Kemungkinan 1 Ny. E sudah rutin membersihk


masalah dapat 3x1 an rumah, agar kondisi rumah t
dicegah = 1 idak banyak debu yang dapat
Tinggi: 3 3 menimbulkan penyakit serta di
Cukup: 2 berikan edukasi pentingnya me
Rendah: 1 njaga kebersihan

Skor 3
C. INTERVENSI KEPERAWATAN BERDASARKAN PRIORITAS

DX. KEP KELUARG TUJUAN UMU


NO TUJUAN KHUSUS KRITERIA EVALUASI INTERVENSI
A M

1 Kurang terpapar informa Setelah dilakukan Setelah dilakukan kunju 1. Keluarga mampu memahami 1. Bina hubungan saling percaya d
si berhubungan dengan asuhan keperawat ngan rumah sebanyak 3 tentang proses penyakit dan engan keluarga
ketidakmampuan keluar an, diharapkan pe x diharapkan Ibu E dan pencegahannya 2. Kaji keadaan umum ibu E
ga dalam mengenal mas ngetahuan keluar keluarga mampu : 2. Keluarga mampu menjelaskan 3. Berikan penjelasan tentang pros
alah kesehatan ga bertambah Menjelaskan kembali te kembali materi yang telah es penyakit
ntang penyakit. disampaikan 4. Lakukan evaluasi bersama Ibu E
dan keluarga tentang materi yan
g telah disampaikan

2. Gangguan rasa nyaman : Setelah dilakukan Setelah dilakukan kunju 1. Ibu E mengatakan keluhan sakit 1. Bina hubungan saling percaya de
sakit kepala berhubunga asuhan keperawat ngan rumah sebanyak 3 kepala mulai berkurang. ngan keluarga
n dengan ketidakmampu an diharapkan ke x diharapkan keluarga 2. Ibu E tampak rileks 2. Kaji keluhan dan keadaan umum
an keluarga dalam dala luarga dapat mera mampu: 3. Keluarga mampu menyebutkan ibu E
m merawat anggota kelu wat anggota kelu a. Merawat anggota k cara merawat anggota keluarga 3. Observasi dan ukur TTV tiap har
arga yang mengalami m arga yang sakit, d eluarga yang sakit yang sakit i
asalah kesehatan. engan kriteria : b. Rasa nyaman terpe 4. Keluarga dapat menyebutkan 4. Lakukan diskusi bersama menge
Keluarga menget nuhi (sakit kepala b komplikasi yang mungkin terjadi ji nai penyakit yang dialami Ibu E
ahui bagaimana c erkurang sampai de ka tidak segera ditangani dan cara perawatannya.
ara merawat dan ngan hilang) 5. TTV dalam batas normal 5. Berikan motivasi kepada Ibu E d
c. Keluarga dapat me an keluarga untuk memeriksakan
mengatasi jika a modifikasi lingkun diri ke faskes terdekat dan mend
da anggota keluar gan apatkan pengobatan.
ga yang sakit d. Keluarga dapat me 6. Berikan penyuluhan kesehatan te
manfaatkan fasilita ntang hipertensi (misalnya : men
s kesehatan gatur jenis makanan yang dikons
umsi, olah raga)
3. Ketidakefektifan pemeli Setelah dilakukan Setelah dilakukan 1. Keluarga mampu memodifikasi lin 1. Bina hubungan saling percaya
haraan kesehatan berhub asuhan kunjungan rumah seba gkungan rumah untuk pencegahan 2. Berikan penjelasan mengenai pe
ungan dengan ketidakm keperawatan, nyak 3x diharapkan penyakit ntingnya menjaga kebersihan lin
ampuan keluarga dalam diharapkan keluar keluarga mampu : 2. Keluarga mampu menjelaskan gkungan
memodifikasi lingkunga ga dapat memodi Memahami pentingnya kembali mengenai pentingnya pem 3. Motivasi kepala keluarga untuk
n fikasi lingkungan memelihara kesehatan d eliharaan kebersihan rumah tidak merokok di dalam rumah
engan menjaga agar lin
gkungan sekitar kondusi
f
D. IMPLEMENTASI dan EVALUASI
Hari/Tgl Jam Implementasi Jam Evaluasi
Senin 5 09.00 Membina hubungan saling percaya, memperkenalkan 10.30 S:
desember diri dan menjelaskan maksud dan tujuan berkunjung - Ibu E mengatakan mengetahui jika dirinya
2022 ke rumah memiliki penyakit hipertensi,
Respon : keluarga (Ibu E) menerima dengan baik, an - Ibu E mengeluh sakit kepala di sebelah kan
ggota keluarga yang lain saat ini tidak ada dirumah. an

09.15 Melakukan anamnese , mengukur tanda-tanda vital d


an pemeriksaan fisik pada Ny. E
Respon : Ibu E bersedia dilakukan pengkajian dan pe
meriksaan fisik
09.45
Melakukan kontrak waktu untuk pertemuan dengan B
p. M
Respon : Ibu. E mengatakan bersedia
Memperkenalkan diri kepada Bp. M dan menjelaskan
10.15 maksud dan tujuan berkunjung ke rumah.
Respon : Bp. M dan menerima dengan baik
Mengukur tanda vital dan pemeriksaan fisik pada Bp.
M dan keempat anaknya. 13.00
Sabtu, 17 12.00 - NyE mengatakan cukup puas dengan materi
Respon : Bapak M dan pemeriksaan fisik
desember
dan teknik relaksasi yang diberikan
Melakukan anamnesa, pemeriksaan TTV hasil ttv
2022
- Ny E mengatakan sudah sering melakukan
180/120 teknik relaksasi buteyko sehari 2x
Respon : Ny E mengatakan sudah biasa dengan
12.05
tekanan darah yang tinggi

Memberikan edukasi kesehatan mengenai Hipertensi


Respon : Ny E mengatakan cukup paham dengan
12.10
materi yang diberikan

Memberikan teknik buteyko untuk menurunkan


tekanan darah
Respon : Ny E dapat melakukan teknik buteyko
dengan baik, setelah dilakukan teknik buteyko tekana
darah menurun 160/100
BAB IV

Pembahasan

Pada pembahasan ini penulis akan membahas kesenjangan data berdasarkan pengalam
an nyata studi kasus pada Ny.T dengan hipertensi. Penulis akan membandingkan antara dasar
teori dengan hasil yang ada dilapangan meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi
implementasi dan evaluasi yang akan diuraikan sebagai berikut.

A. Pengkajian

Pengkajian adalah langkah awal yang penulis lakukan dalam rangka mencari data atau
informasi dan mengidentifikasi masalah hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Effendi
(1995) bahwa pengkajian merupakan dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk me
ndapatkan informasi atau data tentang klien, supaya dapat mengidentifikasi, mengenali masal
ah-masalah kesehatan dan keperawatan klien. Pengkajian merupakan hal pertama penulis lak
ukan dalam proses keperawatan yang dilakukan untuk menentukan proses keperawatan berik
utnya sesuai dengan yang disampaikan oleh Tarwoto dan Wartonah (2015) yaitu pengkajian s
angat penting dalam menentukan tahap-tahap berikutnya. Data yang komprehensif akan mene
ntukan diagnosa keperawatan yang sesuai dan dalam perencanaan keperawatan. Tujuan dala
m pengkajian adalah untuk mendapatkan data yang komprehensif (Tarwoto dan Wartonah, 20
15).

Pengkajian pada pengelolaan keluarga yang penulis lakukan tidak hanya mengumpulk
an data tetapi juga mengkaji kondisi rumah, lingkungan dan pemeriksaan fisik keluarga. Men
urut Friedman (2010) pengkajian dalam asuhan keperawatan keluarga meliputi identitas kelua
rga, riwayat dan tahap perkembangan keluarga, data lingkungan, karakteristik keluarga, strukt
ur keluarga, fungsi keluarga, stress dan koping keluarga, harapan keluarga, serta pemeriksaan
fisik anggota keluarga. Pengkajian sangat penting dalam menentukan proses keperawatan ked
epannya. Data objektif dan data subjektif yang valid dapat membantu dalam menentukan diag
nosa keperawatan dan juga mengembangkan rencana keperawatan yang spesifik sesuai keada
an klien. Pada tahap pengkajian ini bertujuan untuk mengumpulkan data dari klien yang dapat
membantu penulis mengidentifikasi data yang penting mengenai keluarga klien. Pada pengka
jian yang telah dilakukan penulis terhadap keluarga Ny.E didapatkan data yang muncul saat
melakukan anamnesa (wawancara) yaitu nama Ny.E kondisi sehat, keluarga Ny.E terdiri dari
4 anggota keluarga di dalam keluarga Ny.E tidak ada yang menggalami masalah kesehatan ha
nya saja Ny.E yang sudah masuk di usia lanjut/lansia dan riwayat Hipertensi tetapi bergadang.
Ny.E belum memahami bagaimana cara manajemen kesehatan (penyebab, tanda dan gejala,
pencegahan serta komplikasi yang ditimbulkan oleh Hipertensi dan merokok) dibuktikan dari
data pengkajian yang mengarah pada hal tersebut. Yaitu Ny.E mengatakan sering pusing. De
ngan kriteria batasan karakteristik yang mengarah yaitu ketidakefektifan manajemen kesehata
n untuk memenuhi praktik kesehatan dasar, kurang dukungan sosial, kurang pengetahuan tent
ang praktik kesehatan dasar, pola perilaku kurang mencari bantuan kesehatan, tidak menunju
kan minat pada perbaikan perilaku sehat dan tidak menunjukan perilaku adaptif terhadap peru
bahan lingkungan. Pengamatan (observasi) data yang didapatkan yaitu, Ny.E dan keluarga be
lum tahu cara pencegahan tentang Hipertensi, merokok dibuktikan dengan beberapa pertanya
an yang mengarah pada batasan karakteristik Ny.E terlihat bingung/ belum mengerti bahaya
Hipertensi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia bingung adalah hilang akal (tidak tahu y
ang harus dilakukan), tidak tahu arah (mana timur mana barat), gugup tidak karuan dan meras
a kurang jelas.

B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah langkah kedua yang dilakukan penulis dalam melanjutk
an proses asuhan keperawatan untuk menentukan status kesehatan klien, hal ini sejalan denga
n pernyataan yang disampaikan oleh Asmadi (2015) yaitu diagnosa keperawatan adalah pern
yataan yang dibuat oleh perawat profesional yang memberi gambaran tentang status kesehata
n klien. Gambaran yang aktual dan potensial yang ditetapkan bedasarkan analisis dan intepret
asi data hasil pengkajian. Diagnosa keperawatan adalah langkah yang penulis lakukan sebaga
i awal untuk menentukan tindakan keperawatan selanjutnya hal ini sejalan dengan teori dari S
etiadi (2012) bahwa diagnosa keperawatan merupakan keputusan klinik mengenai respons in
dividu, keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan, sebagai dasar intervensi keperaw
atan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan sesuai dengan kewenangan perawat Diagnos
a keperawatan pada pengelolaan keluarga ini penulis lakukan untuk mengetahui masalah yan
g terjadi dalam keluarga baik itu masalah dalam tahap perkembangan keluarga maupun lingk
ungan keluarga, hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Riasmini (2014) yaitu diagnosa
keperawatan keluarga didapat dari hasil pengkajian terhadap adanya masalah dalam lingkung
an keluarga, tahap perkembangan keluarga, baik yang bersifat aktual, resiko maupun sejahter
a dimana perawat memiliki tugas dan tanggung jawab untuk melakukan tindakan keperawata
n bersama-sama dengan keluarga dan berdasarkan kemampuan keluarga. Bedasarkan proses
pengkajian dan analisa data maka diagnosa ditegakkan dari data anamnesa (wawancara) yaitu
masalah kesehatan dari data yang muncul pada saat pengkajian yang didapatkan adalah semu
a keluarga Ny.T dalam kondisi sehat, kecuali Ny.T ada riwayat Hipertensi,. Sehingga muncul
batasan karakteristik menurut NANDA (2015-2017) yang mengarah pada diagnosa yaitu gag
al melakukan tindakan mencegah masalah kesehatan, gagal mencapai pengendalian optimal,
meminimalkan perubahan. Setelah dirumuskan masalah maka didapatkan 2 diagnosa: Defisit
pengetahuan tentang hipertensi, Gangguan rasa nyaman

C. Rencana Tindakan keperawatan

Rencana tindakan keperawatan yaitu rencana pemberian asuhan keperawatan yang ak


an dilakukan penulis untuk mengelola klien sesuai dengan kebutuhan klien dan rencana yang
telah dirumuskan sejalan dengan yang disampaikan Widyanto (2014) bahwa perencanaan asu
han keperawatan komunitas dibuat atas hasil diagnosa keperawatan yang telah disusun melip
uti perumusan tujuan, rencana tindakan keperawatan serta spesifikasi yang akan dilakukan de
ngan kriteria hasil dan standar keperawatan untuk menilai pencapaian tujuan. Intervensi kepa
da keluarga Ny.E khususnya pada Ny.E yaitu dengan mengkaji perilaku kesehatan pada kelua
rga dengan riwayat Hipertensi. Untuk diagnosa pertama intervensi yang disusun adalah penga
jaran proses penyakit, pada intervensi pengajaran proses penyakit ini diharapkan keluarga ma
mpu meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan, keluarga mampu mengenal masalah tenta
ng Hipertensi, keluarga mampu memahami pencegahan dan penatalaksanaan tentang perilaku
kesehatan berhubungan dengan Hipertensi, keluarga mampu meningkatkan kesehatan keluarg
a (Moorhead, 2013) sehubungan dengan diagnosa pengajaran proses penyakit tersebut menur
ut penulis yaitu tindakan mengkaji tingkat pengetahuan keluarga dan memberikan edukasi ke
pada keluarga klien. Tindakan tersebut juga dapat menambah wawasan kepada klien baik kep
ada individu, keluarga maupun kelompok masyarakat. Pada diagnosa Kperawatan Ketidakma
mpuan koping keluarga, dari hasil pengkajian menunjukkan: Ny.E mengatakan: tekanan dara
h sering naik, sering pegal-pegal dan pusing, keluarga mengatakan: Ny.E sulit diingatkan min
um obat dan sulit membatasi aktivitasnya. Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 9
hari, antara lain: identifikasi kebutuhan dan keinginan terhadap dukungan social, identifikasi
metode penyelesaian masalah, motivasi mengidentifikasi sistem pendukung yang tersedia, me
ngajarkan cara memecahkan masalah secara konstruktif, melibatkan keluarga dalam perawata
n dan melatih relaksasi relaksasi nafas dalam. Keluarga mulai mampu meningkatkan koping.
Menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (2018) Ketidakmampuan koping keluarg
a adalah perilaku orang terdekat (anggota keluarga/orang berarti) yang membatasi kemampua
n dirinya dan klien untuk beradaptasi dengan masalah yang dihadapi klien. Menurut Junaidi
(2010) menyatakan bahwa tekanan darah tinggi dapat diturunkan melalui perubahan gaya hid
up diantaranya yaitu manajemen terhadap stres dimana stres dapat menimbulkan tekanan dara
h. Salah satu caranya adalah dengan belajar tehnik relaksasi napas dalam. Relaksasi merupak
an salah satu tehnik pengelolaan diri didasarkan pada cara kerja sistem saraf simpatis dan par
asimpatis. Relaksasi ini mampu menghambat stres atau ketegangan jiwa seseorang sehingga t
ekanan darah tidak meninggi atau turun. Dengan demikian, terapi relaksasi akan membuat ko
ndisi seseorang dalam keadaan rileks atau tenang. Dalam mekanisme autoregulasi, relaksasi d
apat menurunkan tekanan darah melalui penurunan denyut jantung dan Total Peripheral Resis
tance (TPR). Menurut Fitria Hanik (2014) menjelaskan bahwa tehnik relaksasi memiliki efek
yang sama dengan obat anti hipertensi dalam menurukan tekanan darah. Prosesnya yaitu dim
ulai dengan membuat otot-otot polos pembuluh darah arteri dan vena menjadi rileks bersama
dengan otot-otot lain dalam tubuh. Efek dari relaksasi otot-otot dalam tubuh ini akan menyeb
abkan kadar neropinefrin dalam darah menurun. Otototot yang rileks ini menyebarkan stimul
us ke hipotalamus sehingga jiwa dan organ dalam manusia benar-benar merasakan ketengan
dan kenyaman. Situasi itu akan menekan sistem saraf simpatik sehingga produksi hormaon ep
inefrin dan neroepinefrin dalamdarah menurun. Penurunan kadar neroepinefrin dan epinefrin
dalam darah akan menurun sehingga tekanan darah ikut menurun. Pada diagnosa keperawata
n Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif, dari hasil pengkajian menunjukkan: keluarga
Ny.E mengatakan merasa sehat, tidak mengetahui tentang cara mengendalikan hipertensi, Ny.
T mengatakan jika tekanan darah naik kepala terasa pusing dengan cara minum obat bodrex p
lus 4 tablet. Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 9 hari, antara lain: mengidentifi
kasi kepatuhan menjalani program pengobatan, membuat komitmen jalani program pengobat
an dengan baik, melibatkan keluarga untuk mendukung program pengobatan yang dijalani, m
emberikan informasikan program pengobatan yang harus dijalani, memberikan informasikan
manfaat yang akan diperoleh jika teratur menjalani program pengobatan, menganjurkan kelua
rga untuk mendampingi dan merawat pasien selama menjalani program pengobatan self medi
cation (terapi jus tomat, rendam kaki, relaksasi nafas dalam) didapatkan Ny.E dan keluarga m
ulai mampu merawat anggota keluarga yang sakit dan keluhan tentang hipertensi menurun. M
enurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (2018) manajemen kesehatan keluarga tida
k efektif adalah pola penanganan masalah kesehatan dalam keluarga tidak memuaskan untuk
memulihkan kondisi kesehatan anggota keluarga. Menurut Fitria Hanik (2014) menjelaskan b
ahwa tehnik relaksasi memiliki efek yang sama dengan obat anti hipertensi dalam menurukan
tekanan darah. Prosesnya yaitu dimulai dengan membuat otot-otot polos pembuluh darah arte
ri dan vena menjadi rileks bersama dengan otot-otot lain dalam tubuh. Efek dari relaksasi oto
t-otot dalam tubuh ini akan menyebabkan kadar neropinefrin dalam darah menurun. Otototot
yang rileks ini menyebarkan stimulus ke hipotalamus sehingga jiwa dan organ dalam manusia
benar-benar merasakan ketengan dan kenyaman. Situasi itu akan menekan sistem saraf simpa
tik sehingga produksi hormon epinefrin dan norepinefrin dalam darah menurun. Penurunan k
adar neroepinefrin dan epinefrin dalam darah akan menurun sehingga tekanan darah ikut men
urun. Menurut Destia, Umi & Priyanto (2014), prinsip kerja terapi rendam kaki air hangat de
ngan mempergunakan air hangat yaitu secara konduksi dimana terjadi perpindahan panas/han
gat dari air hangat ke dalam tubuh akan menyebabkan pelebaran pembuluh darah dan penuru
nan ketegangan otot sehingga dapat melancarkan peredaran darah yang akan mempengaruhi t
ekanan arteri oleh baroreseptor pada sinus kortikus dan arkus aorta yang akan menyampaikan
impuls yang dibawa serabut saraf yang membawa isyarat dari semua bagian tubuh untuk men
ginformasikan kepada otak perihal tekanan darah, volume darah dan kebutuhan khusus semua
organ ke pusat saraf simpatis ke medulla sehingga akan merangsang tekanan sistolik yaitu reg
angan otot ventrikel akan merangsang ventrikel untuk segera berkontraksi. Pada awal kontrak
si, katup aorta dan katup semilunar belum terbuka. Untuk membuka katup aorta, tekanan di d
alam ventrikel harus melebihi tekanan katup aorta. Keadaan dimana kontraksi ventrikel mulai
terjadi sehingga dengan adanya pelebaran pembuluh darah, aliran darah akan lancar sehingga
akan mudah mendorong darah masuk kejantung sehingga menurunkan tekanan sistoliknya. P
ada tekanan diastolik keadaan releksasi ventrikular isovolemik saat ventrikel berelaksasi, teka
nan di dalam ventrikel turun drastis, aliran darah lancar dengan adanya pelebaran pembuluh d
arah sehingga akan menurunkan tekanan diastolik. Maka dinyatakan ada hubungan yang signi
fikan antara terapi rendam kaki air hangat dengan penurunan tekanan darah sistolik dan diast
olik (Perry & Potter, (2006) dalam Destia, Umi & Priyanto (2014)).

D. Implementasi

Implementasi adalah langkah keperawatan yang dilakukan penulis setelah menentuka


n rencana keperawatan dibuktikan dengan tindakan-tindakan sesuai dengan perencaan sebelu
mnya sesuai dengan yang disampaikan oleh Tarwoto dan Wartonah (2015) bahwa implement
asi adalah tindakan yang sudah direncanakan dalam keperawatan, tindakan keperawatan ini m
encakup keperawatan mandiri dan kolaborasi, implementasi juga merupakan langkah selanjut
nya yang harus dilaksanakan setelah merencanakan suatu progam. Implementasi pada pengel
olaan keluarga adalah langkah yang dilakukan penulis untuk merubah dan memandirikan kel
uarga untuk menciptakan keluarga yang sehat sesuai dengan rencana-rencana sebelumnya sej
alan dengan teori oleh Achjar (2012) bahwa implementasi merupakan langkah selanjutnya ya
ng dilakukan setelah perencanaan suatu program. Program tersebut dibuat untuk menciptakan
keinginan berubah pada keluarga dan memndirikan keluarga. Tindakan keperawatan dilakuka
n selama 12 hari, dilakukan mulai 07 Desember 2022 sampai dengan 19 Desember 2022, den
gan kurun waktu 2 kali pertemuan dalam setiap pertemuan dibutuhkan waktu kurang lebih 3
0 sampai 60 menit menit. Pada hari Senin 14 Desember mulai pukul 10.00 WIB, tindakan kep
erawatan yang dilakukan oleh penulis yang pertama yaitu melakukan assesment tentang gaya
hidup sehat dan perilaku sehat. Pola hidup sehat menurut Kus Irianto (2004) praktek kebiasaa
n hidup bersih dan sehat dalam kehudapan sehari-hari baik saat klien berada di rumah maupu
n di lingkungan masyarakat dan tingkat pengetahuan sangat mempengaruhi pola hidup sehat i
ndividu, keluarga maupun lingkungan masyarakat. Sejalan dengan teori tersebut menurut pen
ulis untuk merubah perilaku hidup sehat seseorang lebih baiknya menentukan pengetahuan ag
ar klien dapat dengan mudah merubah perilaku kesehatannya. Implementasi keperawatan yan
g berikutnya adalah menjelaskan tentang bahaya merokok pada kesehatan lansia. Menurut (A
liansi pengendalian tembakau indonesia, 2013) menyatakan bahwa angka kematian akibat rok
ok di negara berkembang meningkat hampir 4 kali lipat pada tahun 2000 jumlah kematian aki
bat rokok sebesar 2,1 juta dan pada tahun 2030 diperkirakan menjadi 6,4 juta jiwa, sedangkan
di negara maju kematian akibat rokok justru mengalami penurunan yaitu dari 2,8 juta pada ta
hun 2000 menjadi 1,6 juta jiwa pada tahun 2030. Untuk menangani atau mengatasi perilaku y
ang sehat diantaranya dapat melalui pendidikan kesehatan. Sejalan dengan teori tersebut men
urut penulis dengan diberikannya edukasi perilaku bahaya merokok pada lansia merubah dari
yang sebelumnya kurang mengetahui tentang bahaya merokok pada kesehatan lansia.

E. Evaluasi

Evaluasi keperawatan adalah langkah terakhir yang penulis lakukan dalam rangka unt
uk mengukur keberhasilan dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan hal ini sesuai den
gan yang disampaikan oleh Friedman (2010) bahwa evaluasi berguna untuk mengetahui apak
ah tindakan yang telah dilakukan oleh perawat tercapai atau tidak. Keberhasilan lebih ditentu
kan oleh hasil pada sistem keluarga dan anggota keluarga serta bagaimana respon keluarga te
rhadap intervensi yang diimplemasikan. Evaluasi keperawatan pada pengelolaan keluarga pen
ulis lakukan dengan dua cara yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif, hal ini sejalan den
gan teori menurut Dion dan Betan (2015) evaluasi keperawatan terdiri dari dua jenis yaitu eva
luasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilakukan sesaat s
etelah pelaksanaan tindakan keperawatan atau evaluasi berjalan dimana evaluasi dilakukan sa
mpai tujuan tercapai. Evaluasi somatif yaitu evaluasi akhir dimana dalam metode evaluasi ini
menggunakan SOAP. Evaluasi keperawatan yang didapat setelah tindakan keperawatan sela
ma 2 hari pertemuan dalam durasi waktu kurang lebih 30 sampai 60 menit dalam setiap kali p
ertemuan didapatkan evaluasi terakhir, keluarga Ny.T mampu mengikuti arahan dari penulis,
keluarga Ny.E mengatakan sudah paham bagaimana manajemen kesehatan, penanganan dan
pencegahan. Klien akan menerapkan apa yang telah disampaikan dan diajarkan oleh penulis.
Dibuktikan dengan klien menjawab pertanyaan evaluasi dari penulis mengenai perilaku keseh
atan cenderung beresiko yang meliputi penyebab, tanda dan gejala, pencegahan serta komplik
asi yang disebabkan oleh merokok. Bila dibandingkan dengan outcome yang telah ditetapkan
sudah banyak yang telah mencapai kriteria hasil yang ditetapkan yaitu, perilaku yang mening
katkan kesehatan, pemeriksaan kesehatan yang direkomendasikan, pencegahan dan pengenda
lian penyakit. Beberapa yang belum berhasil diantaranya adalah sumber informasi kesehatan t
erkemuka yang belum memadai karena kurangnya sumber-sumber informasi yang terbaru me
nyebabkan klien dan keluarga susah untuk mengetahui informasiinformasi yang terbaru meng
enai kesehatan. Jadi dengan demikian masalah keperawatan perilaku kesehatan cenderung ber
esiko teratasi.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil studi kasus asuhan keperawatan keluarga dengan masalah utama hi
pertensi pada Ny.E, penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Hasil pengkajian didapatkan Ny.E mengalami riwayat hipertensi, tidak pernah kontrol, min
um obat bodrex extra 4 tablet (saat pusing saja), sedangkan obat Hipertensi tidak pernah, kare
na merasa sehat. Ny.E sulit diingatkan minum obat dan sulit membatasi aktivitasnya, Ny.T ti
dak mengetahui mengatasi hipertensi dengan obat dan diet.

2. Implementasi yang dilakukan pada Ny.E mulai pada tanggal 07 Desember s/d 19 Desembe
r 2022 sesuai dengan intervensi keperawatan yang telah ditentukan. Implementasi dilakukan
dengan metode tanya jawab, berdiskusi, edukasi (terapi jus tomat, terapi rendam kaki & relak
sasi nafas dalam) dan demonstrasi.

3. Pada tahap akhir penulis melakukan evaluasi pada Keluarga Tn. M dengan masalah utama
adanya riwayat hipertensi pada tanggal 07 Desember s/d 19 Desember 2022, mengenai tindak
an keperawatan yang telah dilakukan berdasarkan catatan perkembangan dengan metode SO
AP.

B. Saran

1. Masyarakat

a. Klien & keluarga rutin memeriksakan diri ke Pelayanan kesehatan dan mengontrol tekanan
darah melalui pendidikan kesehatan yang telah diberikan.

b. Keluarga dapat memberikan support sistem kepada anggota yang sakit

c. Keluarga seyogyanya dapat merawat anggota keluarga yang menderita Hipertensi.

d. Keluarga dapat mengambil keputusan atau tindakan untuk mengatasi masalah serta dapat
melanjutkan perawatan tehadap angota keluarga

2. Tenaga Kesehatan (terutama Puskesmas)

a. Melakukan screening secara rutin setiap bulan melalui posyandu lansia

b. Melakukan edukasi secara rutin setiap bulan melalui posyandu lansia

c. Melakukan kegiatan promotif secara rutin setiap bulan melalui posyandu lansia

d. Melakukan pengobatan secara rutin setiap bulan melalui posyandu lansia


3. Institusi Pendidikan

a. Menambah waktu studi kasus penulis sehingga pemberian asuhan keperawatan keluarga da
pat berjalan secara lebih optimal.

b. Hasil asuhan keperawatan diharapkan dapat menjadi bahan referensi pengembangan ilmu p
engetahuan khususnya yang berkaitan dengan topik Asuhan Keperawatan Keluarga dengan K
asus Hipertensi bagi mahasiswa di lingkungan STIKes Santo Borromeus

DAFTAR PUSTAKA

Andrian Patica N. (E-journal keperawatan volume 4 nomor 1 Mei 2016). Hubungan K


onsumsi Makanan dan Kejadian Hipertensi pada Lansia di Puskesmas Ranomut Kota Mana
do.
Anggara, F.H.D., & Prayitno, N. (2013). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan T
ekanan Darah di Puskesmas Telaga Murni, Cikarang Barat Tahun 2012. Program Studi S1 Ke
sehatan Masyarakat STIKES MH. Thamrin. Jakarta. Jurnal Ilmiah Kesehatan. 5 (1) : 20-25.

Armilawaty, Amalia H, Amirudin R. (2007). Hipertensi dan Faktor Resikonya Dalam


Kajian Epidemiologi. Bagian Epidemiologi Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas
Hasanudin Makasar.

Buckman. (2010). Apa yang Anda Ketahui Tentang Tekanan Darah Tinggi. Yogyakar
ta: Citra Aji Parama.

Dina Savitri, S.ST. (2017). Cegah Asam Urat Dan Hipertensi. Yogyakarta: Healthy

Friedman, M.M et al. (2010). Buku Ajar Keperawatan Keluarga Riset, Teori, dan Prak
tik. Ed 5. Jakarta: EGC.

Heniwati. (2008). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemanfaatan Pelayanan Posyan


du Lansia Usia Di Wilayah Kerja Puskesmas Kabupaten Aceh Timur. Tesis. Medan: Universi
tas Sumatera Utara.

H. Hadi Martono Kris Pranaka. (2014-2015). Geriatri Edisi ke-5. Jakarta: FKUI.

Irianto, Koes. (2014). Epidemiologi Penyakit Menular dan Tidak Menular, Panduan K
linis. Bandung: Alfa Beta.

Mubarak, Wahid Iqbal. (2009). Ilmu Pengantar Komunitas. Jakarta: Salemba Medika.

Sarkomo. (2016). Mencegah Stroke Berulang. Diakses dari http://www.scribd.com/do


c/1444261/ gambaran tingkat kecemasan keluarga pasien stroke yang dirawat di ruang mawar,
tanggal 06-09-2016 Jam 09.00 WIB.

Setiadi. (2008). Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Triyanto, Endang. (2014). Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita Hipertensi SecaraT


erpadu. Yogyakarta: Graha Ilmu.

WHO. (2014). Global Target 6:A 25% relative reduction in the prevalence of reise blo
od pressure or contain the according to national circumstances

Wolf, II. (2008). Hipertensi. Jakarta: Gramedia.


Brilianifah, Y. N., Isnaeni, F. N., & Gz, S. (2017). Hubungan Pengetahuan Dan Dukungan
Keluarga Terhadap Kepatuhan Diit Hipertensi Pada Pasien Hipertensi Rawat Jalan D
i Rsu Queen Latifa Sleman Yogyakarta (Doctoral dissertation, Universitas Muhamm
adiyah Surakarta).

Ermayani, M., Prabawati, D., & Susilo, W. H. (2020). The effect of progressive muscle relax
ation on anxiety and blood pressure among hypertension patients in east Kalimantan, Ind
onesia. Enfermeria Clinica, 30, 121–125. https://doi.org/10.1016/j.enfcli.2020.07.025

Fadlilah, S. (2021). Soak Feet with Warm Water and Progressive Muscle Relaxation Therapy
on Blood Pressure in Hypertension Elderly. P J M H S Vol. 14, NO. 3, JUL – SEP 2020.
Herawati, I., & Azizah, S. N. (2016). Effect of Progressive Muscle Relaxation Exercise To
Decrease Blood Pressure for. International Conference on Health and WellBeing (IC
HWB), 405–412.

Ignatavicius & Workman. 2013. Medical Surgical Nursing: Patient-Centered Collaborative


Care. Seventh Edition, Volume One. USA: Elsevier.
Izzat, dkk (2021). Jurnal Ilmu Keperawatan : Journal of Nursing Science Vol. 9, No. 2, Nove
mber 2021, hlm. 178-186 e-ISSN: 2598-8492 DOI : https://doi.org/10.21776/ub.jik.2021
009.02.5 p-ISSN: 2088-6012 Website : http://www.jik.ub.ac.id @2021. This is an open
access article under the CC BY-NC 4.0 license
Joyce M Black. 2009. Medical Surgical Nursing : Clinical management for positive Outcome
Novian, A. (2013). Kepatuhan diit pasien hipertensi. KEMAS: Jurnal Kesehatan Masyarakat,
9(1), 100-105.
Nurmaulina A, Hadiyanto H. (2021). Terapi Rendam Kaki Menggunakan Air Hangat pada La
nsia dalam Menurunkan Tekanan, Jurnal Lentera. Volume 4, Nomer 1, Universitas
Muhammadyah Sukabumi
Price A Sylvia. 2015. Patofisiologi Kondes Klinis Proses-proses Penyakit. Penerbit Buku
Kedokteran : EGC

Puteh, M. M., & Abi Muhlisin, H. M. (2015). Hubungan antara pengetahuan keluarga tent
ang diit hipertensi dengan kekambuhan hipertensi pada lansia di posyandu Setya Bu
di desa Reksosari kecamatan Suruh Kabupaten Semarang (Doctoral dissertation, Uni
versitas Muhammadiyah Surakarta).

Robbin. 2007. Buku Ajar Patofisiologi volume 2, Edisi 7. Penerbit Buku Kedokteran : EGC
Rahim, R., Mardiah, S. S., & Rismawati, S. (2017). Pengaruh Rendam Kaki Air Hangat Terh
adap Perubahan Tekanan Darah Ibu Hamil Hipertensi. Media Informasi, 13(2), 64-69.

SATUAN ACARA PENYULUHAN HIPERTENSI


 

Topik : Pengertian, tanda dan gejala hipertensi, penyebab hipertensi, penat


alaksanaan diit pada hipertensi dan discharge planning dalaam meng
atasi dan mencegah hipertensi 
Hari/Tanggal : Jumat, 16 Desember 2022
Waktu / Jam : 30 Menit / jam 10.00 WIB

1. Tujuan Umum
Setelah mendapatkan penyuluhan selama 30 menit, diharapkan sasaran dapat memah
ami pentingnya diit dan mengetahui cara mengatasi dan mencegah hipertensi.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan tentang hipertensi diharapkan peserta mamp
u:
a. Menyebutkan pengertian hipertensi
b. Menyebutkan tanda dan gejala hipertensi
c. Menyebutkan penyebab hipertensi
d. Menyebutkan cara mencegah komplikasi darah tinggi
e. Menyebutkan bahan makanan yang tidak diperbolehkan
f. Menyebutkan pengobatan nonfermakologi untuk menurunkan tekanan darah
3. Metode
Diskusi dan ceramah
4. Media
Leaflet 
5. Kegiatan Penyuluhan
No Waktu Kegiatan Pendidikan Kesehatan Kegiatan Peserta

1 5 menit Pembukaan:
a. Membuka/memulai kegiata Menjawab salam
n dengan mengucapkan sala
m
Mendengarkan
b. Memperkenalkan diri
c. Menjelaskan tujuan dari pen Mendengarkan dan
kes memperhatikan
d. Menyebutkan materi penkes
e. Apersepsi (misal bertanya k
epada pasien apakah sudah Menjawab pertanya
mengetahui tentang hiperten an
si dan diit hipertensi)
2 20 menit Pelaksanaan penyampaian materi:
Menjelaskan tentang : Mendengarkan dan
a. Pengertian hipertensi memperhatikan
b. Pembagian tekanan darah ti
nggi Menjawab pertanya
c. Tanda dan gejala darah ting an
gi
Peserta aktif
d. Penyebab tekanan darah tin
bertanya
ggi
e. Komplikasi darah tinggi
f. Cara mencegah komplikasi
darah tinggi
g. Bahan makanan yang tidak
diperbolehkan
h. Pengobatan nonfarmakologi
untukmenurunkan tekanan d
arah
3 5 menit Evaluasi :
Menanyakan kepada peserta tenta Menjawab pertanya
ng materi yang telah diberikan (m an
engacu pada tujuan khusus) dan r
einforcement jawaban peserta

4 5 menit Terminasi :
a. Menyimpulkan proses dan has Mendengarkan.
il penyuluhan
b. Mengucapkan terima kasih Menjawab salam
c. Mengucapkan salam penutup.

6. Materi Pendidikan Kesehatan


a. Pengertian
Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistol sedikitnya 14
0 mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg. Hipertensi tidak hanya ber
esiko tinggi menderita penyakit jantung, tetapi juga menderita penyakit lain sepe
rti penyakit saraf, ginjal, dan pembuluh darah dan makin tinggi tekanan darah, m
akin besar bersikonya. (Sylvia A.price, 2015)
Hipertensi adalah kenaiakan tekanan darah sistolik lebih dari 130 mmHg
yang intermiten atau terus-menerus atau tekanan darah diastolik lebih dari 89 m
mHg. (Lydia Djayasaputra, 2013).
Gangguan pada system pembuluh darah yang ditandai dengan
meningkatnya tekanan darah ≥ 140/90 mmHg.
b. Pembagian tekanan darah tinggi
1) Tekanan darah normal : 130/80 mm Hg
2) Tekanan darah tinggi ringan : 140-159/90-99 mm Hg
3) Tekanan darah tinggi sedang : 160-179/100-109 mm Hg
4) Tekanan darah tinggi berat : 180-209/110-119 mm Hg
c. Tanda dan gejala
1) Sakit kepala
2) Mudah marah
3) Telinga berdengung
4) Mata terasa berat atau pandangan kabur
5) Mudah Lelah
6) Susah tidur
7) Terasa sakit di tengkuk
8) tekanan darah lebih dari normal
d. Penyebab darah tinggi
1) Gaya hidup tidak sehat
2) Konsumsi garam berlebih
3) Minum-minuman beralkohol
4) Kurang olahraga
5) Kegemukan
6) Stress atau banyak pikiran
e. Komplikasi darah tinggi
1) Penebalan dan pengerasan dinding pembuluh darah
2) Penyakit jantung
3) Serangan otak /stroke
4) Penglihatan menurun
5) Gangguan gerak dan keseimbangan
6) Kerusakan ginjal
7) Kematian
f. Cara mencegah komplikasi darah tinggi
1) Berat badan ideal
2) Makan makanan yang bergizi
3) Olahraga teratur
4) Mengubah kebiasaan hidup (kurangi merokok, minum kopi)
5) Kurangi makan berlemak tinggi dan tinggi garam
6) Kontrol teratur ke puskesmas/ Fasilitas Kesehatan
7) Hindari stress
8) Dekatkan diri pada Tuhan
g. Bahan makanan yang tidak diperbolehkan
Semua makanan yang diberi garam natrium pada proses pengolahannya :
1) Roti, biskuit, crackers, cake dan kue lain yang dimasak dengan garam dapur
atau soda kue
2) Dendeng, abon, corned beef daging asap, ikan asin, pindang, sarden, ebi uda
ng kering, telur asin, dsb
3) Keju, margarin, mentega
4) Acar, asinan sayur, sayur dalam kaleng
5) Asinan buah, manisan buah, buah dalam kaleng
6) Garam dapur, vetsin, soda kue, kecap, terasi, petis, tauco, saos

h. Pengobatan Nonfarmakologi
1) Merendam kaki dengan air hangat
Tujuannya adalah untuk meningkatkan sirkulasi darah dengan cara memperle
bar pembuluh darah sehingga dapat banyak oksigen ke jaringan,dan memban
tu dalam penurunan tekanan darah
Langkah-langkah :
a) Persiapan Alat dan bahan yang harus disediakan adalah: air hangat,
Waskom, termometer air, timer/jam, handuk kecil, tensimeter spygmanomet
er dan stetoskop
b) ukur tekanan darah sebelum diberikan terapi
c) memberi posisi duduk nyaman bagi pasien
d) kedua kaki direndam pada waskom yang berisi air hangat suhu air 37℃-40
℃ hingga batas 10-15 cm di atas mata kaki selama 15-20 menit
e) setelah selesai hidroterapi keringkan kaki pasien menggunakan handuk
f) ukur tekanan darah pasien dengan menggunakan tensimeter
2) Melakukan relaksasi otot progresif untuk menurunkan tekanan darah
Pasien dianjurkan untuk melakukan latihan PMR sekali sehari selama 7 hari.
Gerakan relaksasi otot progresif:
a) Latih otot-otot tangan dengan menggenggam tangan kanan sambil menge
palkan tangan lebih kuat, rasakan ketegangannya, lalu lepaskan tinju. Set
elah selesai tangan kanan kemudian dilanjutkan ke tangan kiri.
b) Latih bagian belakang otot lengan dengan cara meluruskan lengan dan m
enggerakkan dorsi fleksi pergelangan tangan sehingga otot-otot pada tang
an dan lengan bawah kembali meregang, jari-jari menghadap ke langit-la
ngit.
c) Melatih otot bisep dengan cara menggenggam kedua tangan seperti kepal
an tangan kemudian di bawa ke bahu sehingga otot bisep akan tegang.
d) Latih otot bahu dengan mengangkat kedua bahu ke atas setinggi menyent
uh kedua telinga. Gerakan ini menghasilkan ketegangan pada bahu, pung
gung atas dan leher.
e) Melatih otot dahi untuk mengerutkan kening dan alis hingga kulit keriput.
f) Latihan otot-otot mata dengan mata tertutup rapat agar ketegangan di sek
itar mata dan otot-otot yang mengontrol gerakan mata dapat dirasakan.
g) Melatih otot rahang dengan mengatupkan rahang, dilanjutkan dengan me
nggigit gigi agar ketegangan di sekitar otot rahang dapat berkurang.
h) Latih otot-otot sekitar mulut dengan mengerucutkan bibir sekuat mungki
n sehingga akan terasa ketegangan di sekitar mulut.
i) Latih otot-otot leher untuk meletakkan kepala, kemudian diminta untuk
menekankan kepala pada punggung sepertiituresponden dapat merasakan
ketegangan pada bagian belakang leher dan punggung atas.
j) Melatih otot leher anterior sehingga responden dapat merasakan ketegang
an pada bagian anterior itu daerah leher.
k) Lengkungkan Anda kembali, regangkan dada Anda, dan rasakan ketegan
gan di punggung bagian atas…dan rileks. Lengkungkan punggung Anda,
regangkan dada Anda, dan rasakan ketegangan di punggung atas Anda. K
ondisi tegang dipertahankan selama 10 detik dan kemudian rileks.
l) Ambil napas dalam-dalam dan tahan, rasakan ketegangan pada otot-otot
di sekitar Anda dada. Tahan… dan kemudian rileks, bernapas dalam-dala
m dari perut.
m) Kencangkan otot-otot Andaperut, membuat perut sangat keras. Tahan…
dan santai.
n) Regangkan kedua kaki Anda, lurus ke depan, sampai Anda bisa merasaka
n ketegangan di punggung Andapaha. Tahan ... dan kemudian rileks.
o) Tegang keduanyaanak sapiotot dengan meregangkan kaki dan mengarahk
an jari-jari kaki ke atas ke arah kepala. Tahan ... dan kemudian rileks. Se
mua gerakan dilakukan masing-masing dua kali dan tahan posisi selama
10 detik dan tegang saat diregangkan berlangsung 15-20 detik (Herawati
& Azizah, 2016)

Anda mungkin juga menyukai