Anda di halaman 1dari 31

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA LANSIA NY.

K DENGAN MASALAH
UTAMA HIPERTENSI DI DESA BAPANGAN BAKALAN KRAPYAK

KOTA KUDUS

Disusun untuk memenuhi tugas profesi NERS keperawatan keluarga

Disusun oleh

Ima kurniawati S.Kep

Nim 2020003021

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

CENDEKIA UTAMA KUDUS

2020

BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Program Indonesia Sehat merupakan rencana strategis Kementrian Kesehatan
tahun 2015-2019 yang dilakukan melalui pendekatan keluarga, pendekatan keluarga
menjadi salah satu cara puskesmas meningkatkan jangkauan dan sasaran dengan
meningkatkan akses pelayanan kesehatan di wilayahnya ( mendatangi keluarga) .
Tujuan pendekatan keluarga salah satunya adalah untuk meningkatkan akses keluarga
pada pelayanan kesehatan yang komprehensif dan bermutu. PIS-PK dilaksanakan
dengan ciri sasaran utama adlah keluarga, mengutamakan upaya promotif preventif,
disertai penguatan upaya kesehatan berbasis masyarakat,kunjungan rumah dilakukan
secara aktif melalui pendekatan siklus kehidupan. Pelayanan kesehatan yang
dilaksanakan terkait penanganan penyakit menular dan tidak menular yang salah
satunya adalah penyakit hipertensi ( (Sarkomo,2016).
Hipertensi (hypertension) adalah suatu keadaan dimana seseorang
mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal yang ditunjukkan oleh angka
systolic (bagian atas) dan angka bawah (diastolik) pada pemeriksaan tensi darah
menggunakan alat pengukur tekanan darah baik yang berupa cuff air raksa
(sphygmomanometer) ataupun alat digital lainnya. Hipertensi adalah peningkatan
tekanan darah yang menetap diatas normal, sistolic diatas 140 mmHg dan diastolic
diatas 90 mmHg (Smelzer dan Bare, 2010).Hipertensi merupakan suatu keadaan
peredaran darah meningkat secara kronis. Hal ini terjadi karena jantung bekerja lebih
cepat memompa darah untuk memenuhi kebutuha oksigen dan nutrisi di dalam tubuh
(koes Irianto,2014)
Data Sample Registration Survey tahun 2014 menunjukan bahwa hipertensi
merupakan penyebab kematian terbesar nomor 3 di Indonesia dengan prosentase
sebesar 6,7 % setelah stroke dan penyakit jantung. Pelayanan kesehatan pada penyakit
hipertensi ditingkat keluarga meliputi pengkajian, perumusan masalah, diagnosa
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi yang bertujuan agar pelayanan
kesehatan yang dilakukan bisa efektif.
Di Indonesia data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukan
bahwa prevalensi hipertensi berdasarkan hasil pengukuran pada penduduk usia 18
tahun sebesar 34,1%, tertinggi di Kalimantan Selatan (44.1%), sedangkan terendah di
Papua sebesar (22,2%). Hipertensi terjadi pada kelompok umur 31-44 tahun (31,6%),
umur 45-54 tahun (45,3%), umur 55-64 tahun (55,2%). Untuk itulah perlu dilakukan
upaya pelayanan kesehatan keluarga lansia dengan hipertensi yang salah satunya
adalah keluarga Ny.K.
Dari latar belakang diatas, perlu dilakukan upaya pelayanan kesehatan
dengan asuhan keperawatan keluarga pada keluarga lansia Ny.K

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, merumuskan masalah “ Bagaimanakah
gambaran asuhan keperawatan keluarga lansia pada Ny.K di rw 3 Desa Bapangan
Bakalan Krapyak Kudus?

C. Tujuan studi kasus


1. Tujuan Umum
Diperoleh pengalaman nyata dalam melaksanakan asuhan keperawatan keluarga lansia
dengan masalah utama hipertensi pada Ny.K di rw 3 Desa Bapangan Bakalan Krapyak
Kudus
2. Tujuan Khusus
a. Menerapkan proses keperawatan meliputi pengkajian,diagnosa
keperawatan,perencanaan, implementasi dan evaluasi kasus asuhan
keperawatan keperawatan keluarga lansia dengan masalah utama hipertensi
pada Ny.K di rw 3 Desa Bapangan Bakalan Krapyak Kudus
b. Mengidentifikasi faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan keperawatan keluarga lansia dengan masalah utama hipertensi
pada Ny.K di rw 3 Desa Bapangan Bakalan Krapyak Kudus
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Keluarga
1. Definisi Keluarga
Keluarga merupakan perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh
hubugan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu
berinteraksi satu dengan yang lain (Mubarak, 2011)
Keluarga adalah unit terkecil dari maasyrakat yang terdiri atas kepala keluaarga
dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap
dalam keadaann saling ketergantungan (Setiadi, 2012). Sedangkan menurut Friedman
keluarga dalah unit dari masyarakat dan merupakan lembaga yang mempengaruhi
kehidupan masyarakat. dalam masyarakat, hungn yang erat antara anggotanya dengaan
keluarga sangat menonjol sehingga keluarga sebagai lembaga atau unit layanan perlu
di perhitungkan.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa keluarga yaitu sebuah ikatan
(perkawinan atau kesepakatan), hubungan (darah ataupun adopsi), tinggal dalam satu
atap yang selalu berinteraksi serta saling ketergantungan.
2. Fungsi Keluarga
Keluarga mempunyai 5 fungsi yaitu :
a. Fungsi Afektif
Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga yang
merupakan basis kekuataan keluarga Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan
kebutuhan psikososial. Keberhasilan fungsi afektif tampak pada kebhagiaan
dan kegembiraan dari seluruh anggota keluarga. Komponen yang perlu
dipenuhi oleh keluarga dalam melaksanakan fungsi afektif adalah (Friedman,
M.M et al, 2010) :
1) Saling engasuh yaitu memberikan cinta kasih, kehangatan, saling
menerima, saling mendukung antar anggota keluarga.
2) Saling menghargai, bila anggota keluarga saling menghargai dan
mengakui keberadaan dan hak setiap anggota keluarga serta selalu
mempertahankan iklim positif maka fungsi akan tercapai.
3) Ikatan dan identifikasi ikatan keluarga di mualai sejak pasangan sepakat
memulai hidup baru.
b. Fungsi Sosialisasi
Sosialaisasi dimulai sejak manusia lahir. Keluarga merupakan tempat individu
untu belajar bersosialisasi, misalnya anak yng baru lahir dia aakan menatap
ayah, ibu dan orang-orang yang ada di sekitarnya. Dalam hal ini keluarga
dapan Membina hubungan social pada anak. membentuk norma-norma tingkah
laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak, dan menaruh nilai-nilai buday
keluarga.
c. Fungsi Reproduksi
Fungsi reproduksi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber daya
manusia. Maka dengan ikatan suatu perkawinan yang sah, selain untuk
memenuhi kebutuhan biologis pada pasangan tujuan untuk membentuk
keluarga dalah meneruskan keturunan.
d. Fungsi Ekonomi
Merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota
keluarga seperti memenuhi kebutuhanmakan, pakaian, dan tempat tinggal.
e. Fungsi Perawatan Kesehatan
Keluarga juga berperan untuk melaksanakan praktik asuhan keperawatan, yaitu
untuk mencegah gangguan kesehatan atau merawat anggota keluarga yang
sakit. Keluarga yang dapat melaksanakan tugas kesehatan berarti sanggup
menyelesaikan maslah kesehatan.
3. Tahap-Tahap Perkembangan Keluarga
Berdasarkan konsep Duvall dan Miller, tahapan perkembangaan keluarga dibagi
menjadi 8 :
a. Tahap I, Keluarga Baru (Berganning Family)
Pasangan baru nikah yang belum mempunyai anak. Tugas perkembangan
keluarga dalam tahap ini antara lain yaitu membina hubungan intim yang
memuaskan, menetapkan tujuan bersama, membina hubungan dengan keluarga
lain, mendiskusikan rencana memiliki anak atau KB, persiapan menjadi orang
tua dan memahami prenatal care (pengertian kehamilan, persalinan, dan
menjadi orangtua).
b. Tahap II, Keluarga dengan anak pertama < 30bln (chil bearing)
Masa ini merupakan transisi menjadi orangtua yang akan menimbulkan krisis
keluarga. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain yaitu
perubahan anggota keluarga, mempertahankan hubungan yang memuaskan
dengan pasangan, membagi peran dan tanggung jawab, bimbingan orangtua
tentang pertumbuhan dan perkembangan anak, serta konseling KB post partum
6 minggu.
c. Tahap III, Keluarga dengan anak pra sekolah
Tugas perkembangan dalam tahap ini adalah menyesuaikan kebutuhan pada
anak pra sekolah (sesuai dengan tumbuh kembang, proses belajar dan kontak
social) dan merencanakan kelahiran berikutnya.
d. Tahap IV, Keluarga dengan anak sekolah (6-13 tahun)
Keluarga dengan anak sekolah mempunyai tugas perkembangan keluarga
seperti membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah, mendorong
anak untuk mencapai pengembangan daya intektual, dan menyediakan aktifitas
anak.
e. Tahap V, Keluarga dengan anak remaja (13 – 20 tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah pengembangan terhadap
remaja, memelihara komunikasi terbuka, mempersiapkan perubahan sistem
peran dan peraturan penegtahuan anggota keluarga untuk memenuhi kebutuhan
tumbuh kembang anggota keluarga.
f. Tahap VI, Keluarga dengan anak dewasa
Tugas perkembangan keluarga mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan
menerima kepergian anaknya, menata kembali fasilitas dan sumber yanga da
dalam keluarganya.
g. Tahap VII, Keluarga usia pertengahan dimana tahap ini dimulai pada saat anak
yang terakhir meninggalkan rumah dan berakhir saat pensiun atau salah satu
pasangan meninggal. Tugas perkembangan tahap ini yaitu mempertahankan
kesehatan. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya
dan anak-anaknya, meningkatkan keakraban pasangan, fokus mempertahankan
kesehatan pada pola hidup sehat, diet seimbang, olahraga rutin, menikmati
hidup, pekerjaan dan lain sebagainya.
h. Tahap VIII, Keluarga usia lanjut, dimulai saat pensiun sampai dengan salah
satu pasangan meninggal. Tugas perkembangan di tahap ini antara lain
mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan, Adaptasi dengan
perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik, dan pendapatan,
mempertahankan keakraban suami/istri dan salin merawat, mempertahankan
hubungan dengan anak dan sosial masyarakat, melakukan life review,
Mempertahankan penataan yang memuaskan merupakan tugas utama keluarga
pada tahap ini Tugas keluarga.
Sesuai dengan fungsi kesehatan, keluarga mempunayi tugas disbanding kesehatan
yang perlu dipahami dan dilakukan. Komang (2012) menerapkan lima tugas keluarga adalah :
a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan, termasuk bagaimana
persepsi keluarga terhadap tingkat keparahan penyakit, pengertian, tanda
gejala, faktor penyebab dan persepsi keluarga terhadap masalah yang dialami
keluarga.
b. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan, termasuk sejauh mana
mengerti mengenai suifat dan luasnya masalah, bagaimana masalah dirasakan
oleh keluarga, keluarga menyerah atau tidak terhadap masalah yang dilakukan
keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit.
c. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit, seperti
bagaimana keluarga mengetahui keadaan sakitnya, sifat dan perkembangan
perawatan yang diperlukan sumber-sumber yang ada salam ekluarga serta sikap
keluarga terhadap yang sakit.
d. Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan, seperti pentingnya
hygine santasi bagi keluarga, upaya penceaghan penyakit yang dilakukan
keluarga, upaya memelihara lingkungan yang dilakukan keluarga, kekompakan
anggota keluarga dalam menata lingkungan dalam dan luar rumah yang
berdampak terhadap yang sakit.
e. Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan separti
keparcayaan keluarga terhadap petugas kesehatan dan fasilitas pelayanan
kesehatan, keberadaan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada keuntungan
keluarga terhadap penggunaan fasilitas kesehatan, apakah pelayanan kesehatan
terjangkau oleh keluarga, adakah pengalaman yang kurang baik yang
dipersepsikan keluarga.
B. Lansia
1. Definisi Lansia
Usia lanjut adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang,
yaitu suatu periode di mana seseorang telah “beranjak jauh” dari periode
terdahulu yang lebih menyenangkan, atau beranjak dari waktu yang penuh
manfaat.
Secara biologis lansia adalah proses penuaan secara terus menerus,
yang ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu semaikn rentannya
terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian (Wulansari,
2011).
2. Batasan Lansia
Batasan usia lansia menurut WHO meliputi (Santi, 2009)
a. Usia pertengahan (middle age), ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun
b. Lanjut usia (elderly) : antara 60 dan 74 tahun
c. Lanjut usia tua (old) : antara 75 dan 90 tahun
d. Usia sangat tua (very old) : diatas 90 tahun
Batasan Lansia menurut Depkes RI (2009) meliputi :
a. Menjelang usia lanjut (45- 54 tahun) : masa viberlitas
b. Kelompok usia lanjut (55 – 64 tahun) : masa persenium
c. Kelompok usia lanjut (>65 tahun) : masa senium
Pemerintah Indonesia dalam hal ini Departemen Sosial mambagi lansia ke dalam 2
kategori yaitu usia lanjut potensial dan usia lanjut non potensial. Usia lanjut potensial adalah
usia lanjut yang memiliki potensi dan dapat membantu dirinya sendiri bahkan mambantu
sesamanya.
Sedangkan usia lanjut non potensial adalah usia lanjut yang tidak memperoleh penghasilan
dan tidak dapat mencari nafkah untuk mencukupi kebutuhannya sendiri (Hayati, 2010).

3. Proses Menua
Proses menua menurut (Santi, 2009) , (aging) adalah suatu keadaan alami selalu
berjalan dengan disertai adanya penurunan kondisi fisik, psikologis maupun social yang saling
berinteraksi. Hal tersebut berpotensi menimbulkan masalah kesehatan secara umum maupun
kesehatan jiwa. Secara individu pada usia di atas 55 tahun terjadi proses menua secara
alamiah.
Menua didefinisikan sebagai pembahan progresif pada organisme yang telah mencapai
kematangan intrinsic dan bersifat irreversible serta menunjukkan adanya kemunduran sejalan
dengan waktu. Proses alami yang disertai dengan adanya penurunan kondisi fisik, psikologis
maupun social akan saling berinteraksi satu sama lain. Proses menua yang terjadi pada lansia
secara linier dapat digambarkan melalui tiga tahap yaitu, kelemahan (impairment),
keterbatasan fungsional (functional limitations), ketidakmampuan (disability) dan
keterhambatan (handcap) yang akan dialami bersamaan dengan proses kemunduran.
Proses menua dapat terjadi secara fisiologis maupun patologis. Apabila seseorang
mengalami proses menua secara fisiologis maka proses menua terjadi secara alamiah atau
sesuai dengan kronologis usianya (penuaan primer). Proses menua seseorang yang lebih
banyak dipengaruhi factor eksogen, misalnya lingkungan, social budaya dan gaya hidup
disebut mengalami proses menua secara patologis (penuaan sekunder).
Teori-teori yang menjelaskan bagaimana dan mengapa penuaan terjadi biasanya
dikelompokkan ke dalam dua kelompok besar, yaitu teori biologis dan psikososial. Secara
umum teori biologi dan psikososiologis dijelaskan sebagai berikut (Stanley, 2008) :
a. Teori Biologi
1) Teori Genetika
Teori sebab-akibat menjelaskan bahwa penuaan terutama dipengaruhi oleh pembentukan gen
dan dampak lingkungan pada pembentukan kode genetic. Menurut teori genetic, penuaan
adalah suatu proses yang secara tidak sadar diwariskan yang berjalan dari waktu ke waktu
untuk mengubah sel atau struktur jaringan. Dengan kata lain, perubahan rentang hidup dan
panjang usia telah ditentukan sebelumnya.
2) Teori Wear and Tear
Teori Wear and Tear (dipakai dan rusak) mengusulkan bahwa akumulasi sampah metebolik
atau zat nutrisi dapat merusak sintesis DNA, sehingga mendorong malfungsi molecular dan
akhirnya malfungsi organ tubuh. Pendukung teori ini percaya bahwa akhirnya malfungsi
organ tubuh. Pendukung teori ini percaya bahwa tubuh akan mengalami kerusakan
berdasarkan suatu jadwal.
3. Riwayat Lingkungan
Menurut teori ini, factor-faktor di dalam lingkungan (misalnya karsinogen dari industry,
cahaya matahari, trauma dan infeksi) dapat membawa perubahan dalam proses penuaan.
Walaupun factor-faktor ini diketahui dapat mempercepat penuaan, dmapak dari lingkungan
lebih merupakan dampak sekunder dan bukan merupakan factor utama dalam penuaan.
4. Teori Imunitas
Teori Imunitas menggambarkan suatu kemunduran dalam sistem imun yang berhubungan
dengan penuaan. Ketika orang bertambah tua, pertahanan mereka terhadap orgenisme sering
mengalami penurunan, sehingga mereka lebih rentan untuk menderita berbagai penyakit
seperti kanker dan infeksi. Seiring dengan kekurangannya fungsi sistem imun, terjadilah
peningkatan dalam respons autoimun tubuh.
5. Teori Neuroendokrim
Para ahli menyatakan bahwa penuaan terjadi karena suatu perlambatan dalam suatu sekresi
hormone tertentu yang mempunyai suatu dampak pada reaksi yang diatur oleh suatu sistem
saraf. hal ini lebih kelas ditunjukkan dalam kelenjar hipofisis, tiroid, andrenal dan reproduksi.
b. Teori Psikososiologis
1. Teori Kepribadian
Kepribadian manusia adalah suatu wilayah pertumbuhan yang subur dalam tahun-tahun akhir
kehidupannya. Teori kepribadian menyebutkan aspek-aspek pertumbuhan psikologis tanpa
menggambarkan harapan atau tugas spesifik lansia.
2. Teori Tugas Perkembangan
Tugas perkembangan adalah aktivitas dan tantangan harus dipenuhi oleh seseorang
pada tahap-tahap spesifik dalam hidupnya untuk mencapai penuaan yang sukses. Pada kondisi
tidak adanya pencapaian perasaan bahwa ia telah menikmati kehidupan yang baik, maka
lansia tersebut berisiko untuk mengalami penyesalan atau putus asa.
3. Teori Disengagement
Teori Disengagement (teori pemutusan hubungan) menggambarkan proses penarikan
diri oleh lansia dari peran bermasyarakat dan tanggung jawabnya. Menurut ahli teori ini.
bagaimana seseorang akan dapat menyesuaikan diri terhadap perubahan akibat penuaan. Ciri
kepribadian dasar dikatakan tetap tidak berubah walaupun usianya telah lanjut. Selanjutnya,
ciri kepribadian secara khas menjadi lebih jelas saat orang tersebut bertambah tua.

Kebutuhan hidup Lansia.


Secara lebih detail, kebutuhan lansia terbagi atas (Subijanto et al, 2011)
a. Kebutuhan fisik meliputi sandang, pangan, papan, kesehatan.
b. Kebutuhan psikis yaitu kebutuhan untuk dihargai, dihormati den mendapatkan
perintah lebih dari sekelilingnya.
c. Kebutuhan sodial, yaitu kebutuhan untuk berinteraksi dengan masyarakat
sekitar.
d. Kebutuhan ekonomi, meskipun tidak potensial lansia juga mempunyai
kebutuhan secara ekonomi sehingga harus terdapat sumber pendanaan dari
luar, sementara untuk lansia yang potensial membutuhkan adanya yambahan
keterampilan, bantuan modal dan penguatan kelembagaan.
e. Kebutuhan spiritual, spiritual adalah kebutuhan dasar dari pencapaian tertinggi
seorang manusia dalam kehidupannya tanpa memandang suku adau asal-usul.
Kebutuhan spiriyual diidentifikasikan sebagai kebutuhan dasar segala usia.
Fish dan Shelly mengidentifikasi kebutuhan spiritual sebagai kebutuhan akan
makna dan tujuan, akan cinta dan keterikatan dan akan pengampunan (Syaneiy,
2008)
Proses penarikan diri ini dapat diprediksi, sistematis, tidak dapat dihindari, dan
penting untuk fungsi yang tepat dari masyarakat yang sedang tumbuh. Manfaat
pengurangan kontak social untuk lansia adalah agar ia dapat menyediakan
waktu untuk merefleksikan pencapaian hidupnya dan untuk menghadapi
harapan yang tidak terpenuhi.
4) Teori Aktivitas
Menurut teori ini, jalan menuju penuaan yang suskses adalah dengan cara tetap aktif.
berbagai penelitian telah memvalidasi hubungan positif antar mempertahankan interaksi yang
penuh arti ydengan orang lain dan kesejahteraan fisik dan mental orang tersebut. Penelitian
terbaru menunjukkan bahwa pentingnya aktivitas mental dan fisik yang berkesinambungan
untuk mencegah kehilangan dan penalaran kesehatan sepanjang masa kehidupan manusia.
5) Teori Kontinuitas
Teori kunituitas, juga dikenal sebagai tori perkembangan, merupakan suatu kelanjutan
dari kedua teori sebelumnya dan mencoba untuk menjelaskan dampak kepribadian pada
kebutuhan untuk tetap aktif atau memisahkan diri agar mencapai kebahagiaan dan
terpenuhinya kebutuhan di usia tua. Teori ini menekankan pada kemampuan koping individu
sebelumnya dan kepribadian sebagai dasar untuk memprediksi perubahan-perubahan yang
terjadi pada lansia.
Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia adalah sebagai berikut (Stanley, 2008).
a. Perubahan Fisik
1. Perubahan penampilan
Saat orang memasuki usia lanjut, penampilan secara fisik akan ebrubah. Misal sudah
mulai terlihat kulit kriput, bentuk tubuh berubah, rambut mulai menipis.

1) Perubahan fisik fisiologi


Perubahan pada fungsi organ juga terjadi pada lansia. Perubahan fungsi organ ini yang
menyebabkan lannsia tidak tahan terhadap temperature yang terlalu panas atau terlalu
dingin, tekanan darah emningkat, berkurangnya jumlah waktu tidur.
2) Perubahan panca indera
Perubahan pada panca indera berlangsung secara lambat dna bertahap, sehingga setiap
individu mempunyai kesempatan untuk melakukan penyesuaian dengan perubahan
tersebut. Misal, kacamata dan alat bantu dengar hampir sempurna untuk mengatasi
penurunan kemampuan melihat atau kerusakan pengengaran.
3) Perubahan seksual
Pada lansia, terjadi penurunan kemampuan seksual karena pada fase ini klimakterik
pad alansia laki-laki dan menopause pada wanita. Tapi, hal itu juga membuat potensi
seksual benar-benar menurun. Ini disebabkan penurunan atau peningkatan seksual juga
dipengaruhi oleh kebudayaan, kesehatan, dan penyesuaian seksual yang dilakukan di
awal.
4) Perubahan Kemampuan Motorik
a. Kekuatan
Terjadi penurunan kekuatan otot. Hal ini menyebabkan lansia lebih cepat capai dan
memerlukan waktu yang lebih lama untuk memulihkan diri dari keletihan
dibandingkan orang yang lebih muda.
b. Kecepatan
Kecepatan dalam bergerak Nampak sangan menurun setelah usia enam puluhan.
c. Belajar keterampilan baru
Lansia yang belajar keterampilan baru cenderung lebih lambat dlaam belajar
dibandingkan dnegan yang lebih muda dan hasil akhirnya juga cenderung kurang
memuaskan.
d. Kekakuan
Lansia cenderung canggung dan kagok, yang menyebabkan sesuatu yang dibawa dan
dipegangnya tertumpah dan jatuh. Selain itu, lansia juga melakukan sesuatu dengan
tidak ahti-hati dan dikerjakan secara tidak teratur.
5) Perubahan Kemampuan Mental
a) Belajar
Lansia lebih berhati-hati dalam belajar memerlukan waktu yang lebih banyak untuk
dapat menginteraksikan jawaban mereka dan kurang mampu mempelajari hal-hal baru
yang tidak mudah diinteraksi dengan pengalaman masa lalu.
a. Berpikir dalam memberi argument
Secara umum terdapat penurunan kecepatan dalam mencapi kesimpulan, baik
dalam alasan induktif maupun deduktif.
b. Kreativitas
Kapasitas atau ekinginan yang diperlukan berpikir kreatif bagi lansia cenderung
berkurang.
c. Ingatan
Lansia pada umumnya cenderung lemah dalam mengingat hal-hal yang baru
dipelajari dan sebaliknya baik terhadap hal-hal yang telah lama dipelajari
d. Mengingat kembali
Kemampuan dalam mengingat ulang banyak dipengaruhi oleh factor usia
dibandingkan pemahaman terhadap objek yang ingin diungkapkan kembali.
Banyak lansia yang menggunakan tanda-tanda, terutama simbol visual, suara, dan
gerakan, untuk membantu kemampuan mareka dalam mengingat kembali.
e. Mengenang
Kecenderungan untuk mengenang sesuatu yang terjadi pada masa lalu meningkat
semakin tajam sejalan dengan bertambahnya usia.
f. Rasa humor
Kemampuan lansiadalam hal membaca komik berkurang dan perhatian terhadap
komik yang dapat mereka baca bertambah denagn berambahnya usia.
g. Perbendaharaan kata
Menurutnya perbendaharaan kata yang dimiliki lansia menurun dnegan sangat
kecil, karena mereka secara konstan menggunakan sebagian besar kata yang
pernah dipelajari pada masa anak-anak dan remajanya.
h. Kekerasan mental
Kekerasan mental tidak bersifat universal bagi usia lanjut.
i. Perubahan Minat
1. Minat Pribadi
Minat pribadi meliputi minat terhadap diri sendiri, minat terhadap penampilan,
minat pada pakaian dan minat pada uang. Minat terhadap diri sendiri pada
lansia cenderung meningkat, sedangkan minat terhadap uang dan penampilan
cenderung menurun. Untuk minat terhadap pakaian, disesuaikan dengan
kegiatan social lansia.
2. Minat Kegiatan social
Dalam bertambahnya usia mengakibatkan banyak orang yang merasa menderita
karena jumlah ekgiatan social yang dilakukannya semakin berkurang. Hal ini
lazim diistilahkan sebagai lepas dari kegiatan kemasyarakatan (social
disengagement).
2. Minat berkreasi
Lansia cenderung untuk tetap tertarik pad akegiatan rekreasi yang bisa dinikmati
pada masa mudanya, dan mereka hanya akan mengubah minat tersebut kalau
betul-betul diperlukan.
4. Minat kegiatan keagamaan
Sikap sebagian beasr lansia terhadap agama mungkin lebih sering dipenagruhi
oleh bagaimana mereka dibesarkan atau apa yang telah diterima pada saat
mencapai kematangan intelektualnya. Bagaimanapun juga, perubahan minat dan
sikap terhadap kegiatan keagamaan marupakan crie orang berusia lanjur dalam
beberapa kebudayaan dewasa ini. Beberapa perubahan keagamaan selam usia
lanjut memberi pengaruh pada usai lanjut, antara lain dalam hal toleransi
keagamaan dan ibadat keagamaan.
Terdapat bukti-bukti bahwa kualitas keanggotaan dalam tempat
peribadatan memainkan peran yang lebih penting bagi penyelesaian individual
pada usia lanjut diabandingkan keanggotaan itu sendiri. Mereka yang aktif di
tempat peribadatan secara kukarela di waktu masa muda cenderung dapat
menyesuailakn diri dengan pada masa tuanya dibandingkan mereka yang minat
dna kegiatannya dalam perkumpulan keagamaan terbatas
5. Minat mengenal kematian
Semakin lanjut usia seseorang, biasanya mereka menjadi semakin kurang tertarik
terhadap kehidupan akherat dan lebih mementingkan tentang kematian itu snediri
serta kematinnya sendiri.

A. Hipertensi
1. Definisi Hipertensi
Hipertensi merupakan suatu keadaan yang menyebabkan tekanan darah tinggi
secara terus – menerus dimana tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg, tekanan diastolic
90 mmHg, atau lebih. Hipertensi atau penyakit darah tinggi merupakan suatu keadaan
peredaran darah meningkat secara kronis. Hal ini terjadi karena jantung bekerja lebih
cepat memompa darah untuk memenuhi ekbutuhan oksigen dan nutrisi di dalam tubuh
(Koes Irianto, 2014).
Hipertensi juga merupakan faktor utama terjadinya gangguan kardivaskular.
Apabila tidak ditangani dengan baik dapat mengakibatkan gagal ginjal, stroke.
dimensia, gagal jantung, infark miokard. gangguan penglihatan dan hpertensi (Andrian
Patica N E-journal keperawatan volume 4 nomor 1, Mei 2006)
2. Jenis Hipertensi
Hipertensi dapat didiagnosa sebagai penyakit yang berdiri sendiri tetapi sering
dijumpai dengan penyakit lain, misalnya arterioskeloris, obesitas, dan diabetes militus.
Berdasarkan peneybabnya, hipertensi dapat dikelompokkan menjadi dua golongan
yaitu (WHO, 2014) :
1. Hipertensi esensial atau hipertensi primer
Sebanyak 90 – 95 persen kasus hipertensi yang terjadi tidak diketahui dengan
pasti apa penyebabnya. para pakar menemukan hubungan antara riwayat
keluarga penderita hipertensi (genetic) dengan resiko menderita penyakit ini.
Selain itu juga para pakar menunjukan stres sebagai tertuduh utama, dan faktor
lain yang mempengaruhinya. Faktor-faktor lain yang dapat dimasukkan dalam
penyebab hipertensi jenis ini adalah lingkungan. kelainan metabolism, intra
seluler, dan factor-faktor yang meningkatkan resiko seperti obesitas, merokok,
konsumsi alkohol, dan kelainan darah.
2. Hipertensi renal atau hipertensi sekunder
Pada 5 – 10 persen kasus sisanya, peneybab khususnya sudah diketahui, yaitu
gangguan hormonal, penaykit diabetes, jantung, ginjal, penyakit pembuluh
darah atau berhubunagn dengan kehamilan. Kasus yang sering terjadi adalah
karena tumor kelenjar adrenal. Garam dapur akan memperburuk resiko
hipertensi tetapi bukan faktor penyebab.
Tabel 1. Klasifikasi Tekanan Darah Pada Orang Dewasa
Kategori Sistolik mmHg Diastolik mmHg
Normal < 130 mmHg < 85 mmHg
Normal Tinggi 130 – 139 mmHg 85 – 89 mmHg
Studium 1 (Hipertensi ringan) 140 – 159 mmHg 90 – 99 mmHg
Stadium 2 (Hipertensi sedang) 160 – 179 mmHg 100 – 109 mmHg
Stadium 3 (Hipertensi berat) 180 – 209 mmHg 110 – 119 mmHg
Stadium 4 (Hipertensi sangat 201 mmHg atau lebih 120 mmHg atau
berat atau maligna) lebih
Sumber : Heniwati, 2008
3. Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Hipertensi
a. Faktor resiko yang tidak dapat dikontrol
1. Jenis Kelamin
Prevalensi terjadi hipertensi pada pria dengan wanita. Wanita diketahui
mempunyai tekanan darah lebih rendah dibandingkan pria ketika usia 20-30
tahun. Tetapi akan mudah menyerang pada wanita ketika berumur 55 tahun,
sekitar 60% menderita hipertensi berpengaruh pada wanita. Hal ini dikaitkan
dengan perubahan hormone pada wanita setelah menopause ( Endang Triyanto,
2014)
2. Umur
Perubahan tekanan pada seseorang secara stabil berubah di usia 20 – 40 tahun
Setelah itu akan cederung lebih meningkat secara cepat. Sehingga, semakin
bertambah usia seseorang maka tekanan darah semaikn meningkat. Jadi
seorang lansia cenderung mempunayi tekanan darah lebih tinggi diabndingkan
diusia muda (Endnag Triyanto, 2014)
3. Keturunan (genetik)
Ada faktor genetic tentu akan berpengaruh terhadap keluarga yang telah
menderita hipertensi sebelumnya. Hal ini terjadi adanya peningkatan kadar
sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara polasium terhadap sodium
individu sehingga pad aorang tua cenderung lebih beresiko tinggi dengan orang
yang tidak mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi (Buckman, 2010)
4. Pendidikan
Tingkat pendidikan secara tidak langsung mempengaruhi tekanan darah.
Tingginya resiko hipertensi pada pendidikan yang rendah, kemungkinan
kurangnya pengetahuan dalammenerima informasi oleh petugas kesehatan
sehingga berdampak pada perilaku atau pola hidup sehat (Amrmilawaty,
Amalia H, Amirudin R., 2017)
b. Faktor resiko hipertensi yang dapat dikontrol
1) Obesitas
Pada usia pertengahan dan usia lanjut, cenderung kurangnya melakukan
aktivitas sehingga asupan kalori mengimbangi kebutuhan energy,
sehingga akan terjadi peningkatan berat badan atau obesitas dan akan
membentuk kondisi (Anggara, F.H.D., & N. Priyitno, 2013)
2) Kurang olahraga
Jika melakukan olahraga dengan teratur akan mudah mengurangi
peningkatan tekanan darah tinggi yang akan menurunkan tahanan
perifer, sehingga melatih otot jantung untuk terbiasa melakukan
pekerjaan yang lebih berat karena adanya kondisi tertentu.
3) Kebiasaan merokok
Merokok dapat meningkatkan tekanan darah. Hal ini dikarenakan di
dalam kandungan nikotin yangd apat menyebabkan penyempitan
pembuluh darah.
4) Konsumsi garam berlebih
WHO merekomendasikan konsumsi garam rendah sodium yang dapat
mengurangi peningkatan hipertensi.
BAB 11

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA LANSIA NY.K DENGAN MASALAH


UTAMA HIPERTENSI

A. PENGKAJIAN

Tanggal : 12 November 2020

Tempat : Desa Bapangan rw 3 Bakalan Krapyak

Pengkaji : Ima Kurniawati

Anggota yang hadir :2

Nama Lansia : Ny.K

Masalah Kesehatan : Hipertensi

A. DATA UMUM
1. Identitas Keluarga

Nama Kepala Keluarga : Tn.N

Umur : 41

Pendidikan : STM

Agama : Islam

Suku : Indonesia

Pekerjaan : Swasta

Alamat : Rw 3 Desa Bapangan Bakalan Krapyak Kudus

2. Komposisi Keluarga
a. Susunan Anggota Keluarga :

No Nama Umur Sex Agama Pendidikan Pekerjaan Hub KK Ket

(L/P)
1. Ny. K 73 thn p Islam - - Ibu Hidup

2. Tn. N 41 thn l Islam STM Swasta Anak Hidup

3 Ny.F 41 thn P Islam SMP Swasta Menantu Hidup


4 An.B 14 thn L Islam SMP - Cucu Hidup

5 An.O 8 thn p Islam SD - cucu Hidup

b. Tipe keluarga : Keluarga inti


c. Genogram :
73
thn

41 41
th th

14 th 8 th

Ket:
: klien
73thn
73

: anak
41th
n
: menantu
41th : cucu
n
14th
n : cucu
8thn

Ny.K tinggal serumah dengan anak bungsunya dan menantu beserta dua cucu nya. Ny.K
memiliki riwayat hipertensi, sedangkan suaminya Ny.K sudah meninggal 10 tahun yang lalu.
d. Latar Belakang Budaya
Suku Bangsa : Jawa
Bahasa yang digunakan khususnya kepada lansia Ny.K adalah Bahasa jawa ngoko dan
halus, budaya yang mempengaruhi kehiduan sehari-hari keluarga lansia Ny.K adalah
budaya ke masjid jenggolo jika ada acara tasyakuran dirumah misalnya anaknya naik
jabatan,bangun rumah baru atau renovasi rumah.
e. Agama
Agama yang dianut: Islam
Aktivitas Keagamaan yang dilakukan lansia Ny.K rutin mengikuti sholat berjamaah di
waktu magrib,isya dan subuh, serta mengikuti jamiiah hari minggu malam dan senin
malam.
f. Sosial dan ekonomi
Keadaan sosial ekonomi keluarga lansia ny.K di cukupi oleh anak bungsunya yang bekerja
sebagai karyawan swata yang berpenghasilan kurang lebih 4.000.000,- perbulan..

B. TAHAP PERKEMBANGAN DAN RIWAYAT KELUARGA


1. Tahap Perkembangan Keluarga saat ini: tahap perkembangan keluarga lansia ny.K
masuk pada Tahap VIII yaitu Keluarga usia lanjut, dan salah satu pasangan meninggal.
Tugas perkembangan di tahap ini antara lain mempertahankan suasana rumah yang
menyenangkan, Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan
fisik, dan pendapatan, mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat.
2. Tugas perkembangan keluarga saat ini yang belum terselesaikan:
Menyiapkan diri terhadap kondisi yang semakin menurun (degeratif). Kurang
pengetahuan terhadap pencegahan timbulnya penyakit-penyakit degenerative.

C. DATA LINGKUNGAN
1. Karakteristik Pemukiman
a. Gambaran Struktur Lingkungan
Rumah yang dihuni oleh Ny.T milik sendiri. Rumah dalam kondisi bersih dan rapi,
tatanan ruangan sesuai, dimana terdapat 4 kamar tidur, ruang tamu, dapur dan kamar
mandi semuanya dimanfaatkan sesuai dengan fungsinya. Pencahayaan cukup setiap
ruangan terdapat lampu yang terang. Model bangunan permanen, lantai memakai keramik

Denah:

Ruang tamu

kamar tidur
Ruang keluarga

Kamar
Kamartidur
tidur Kamar tidur

Dapur Ka mandi
dan

Pembuangan limbah: limbah rumah tangga disalurkan ke septi tank melalui pipa.

Penyediaan air bersih: keluarga lansia Ny.K menggunakan air minum kemasan dan air
subsidi Djarum

b. Keamanan:
Dari segi keamanan tidak ada yang sesuatu yang berbahaya yang dapat menimbulkan jatuh
dll. Lantai bersih tidak licin, tidak ada barang yang berserakan, tapi di dalam kamar mandi
tidak terdapat pengamanan khusus seperti pegangan dll, yang membersihkan kamar mandi
adalah menantu Ny.K dibersihkan kalau kondisi kamar mandi sudah sedikit kotor.

2. Karakteristik Lingkungan Sekitar


a. Tipe lingkungan
Kepadatan Penduduk:

Jarak antara rumah satu dengan yang lain sangat berdekatan.

Rumah keluarga lansia Ny.K sebelah kanan dan kiri adalah tetangga dan rumah anak-
anaknya.

b. Demografi Lingkungan
Karakteristik kelas social:

Rata-rata tetangga/lingkungan social Ny.K memiliki tingkat kesejahteraan yang cukup


baik

Pekerjaan mayoritas penduduk:

Mayoritas penduduk bekerja sebagai buruh pabrik djarum

c. Lembaga Pelayanan
Fasilitas yang tersedia di sekitar rumah Ny.K yaitu terdapat kegiatan posbindu yang
dilaksanakan sebulan sekali, Ny.K aktif mengunjungi kegiatan posbindu untuk mengecek
ksehatan.

Terdapat satu puskesmas dan beberapa pelayanan dokter swasta

3. Mobilitas Geografis Keluarga


a. Lama Tinggal
Ny.K sudah lama bertempat tinggal di daerah tersebut sejak masih kecil.

b. Riwayat Mobilitas
Ny.K merupakan penduduk asli daerah setempat sehingga tidak pernah melakukan
mobilisasi atau berpindah daerah.

c. Transaksi keluarga dengan komunitas


Sikap Ny.K terhadap tetangga sangat baik, sering duduk-duduk ngobrol-ngobrol bersama
tetangga sekitar.

D. STRUKTUR KELUARGA

1. Pola Komunikasi keluarga


Anggota Keluarga menggunakan bahasa jawa dalam berkomunikasi sehari-hari dan
mendapatkan informasi kesehatan dari petugas kesehatan dan televisi.
2. Struktur Kekuasaan
Hasil akhir kekuasaan

Dalam pengambilan keputusan dipegang oleh Tn.N selaku anak Ny.K tetapi atas dasar
dimusyawarahkan terlebih dahulu..

3. Struktur Nilai dan Norma Keluarga


Keluarga percaya hidup sudah ada yang mengatur, demikian pula dengan sehat dan sakit,
keluarga juga percaya bahwa tiap sakit ada obatnya sehingga Ny.K sakit hipertensi tiap bulan
kontrol ke pelayanan kesehatan terdekat untuk mencari ikhtiar allah.

E. FUNGSI KELUARGA.
1. Fungsi Afektif
Saling Asuh dan ikatan keakraban
Terlihat hubungan yang sangat dekat antara Ny.K dan anaknya serta menantu dan cucu
cucunya, yang merawat dan memantau kesehatan Ny.K, Kalau terjadi apa-apa maka
keluarga segera membawa ke pelayanan kesehatan.

2. Fungsi Sosialisasi
Setiap hari keluarga selalu berkumpul di rumah, hubungan dalam keluarga baik dan selalu
menaati norma yang baik

3. Fungsi Perawatan keluarga


Penyediaan makanan selalu dimasak sendiri terdiri dari komposisi nasi,lauk pauk dan
sayur dengan frekuensi 3 kali sehari, bila ada keluarga yang sakit maka keluarga akan
mengantarkan ke pelayanan kesehatan terdekat. Dalam merawat ny.K masih memberikan
makanan yang sama dengan anggota keluarga yang lain.

a. Aktivitas fisik dan rekreasi


Aktivitas sehari-hari Ny.K adalah bersih-bersih rumah, menyapu halaman dan terkadang
mencuci bajunya sendiri, kemudian kumpul-kumpul dengan tetangga .

b. Praktik penggunaan obat terapeutik


Saat ini Ny.K mengkonsumsi obat tensi darah (Amlodipin 10 mg 1x sehari). ada
pengobatan tradisional seperti herbal yaitu minum rebusan air kresen.

c. Peran keluarga dalam praktik perawatan diri


Peran Keluarga baik dalam memantau kondisi Ny.K. Namun kurang dalam hal perawatan
misalnya mengatur pola diet hipertensi,dan makanan sehari-hari.

d. Riwayat kesehatan keluarga


Keluarga maupun Ny.K mengetahui ada hipertensi semenjak suaminya meninggal dunia,
kemudian memperiksakan nya ke pelayanan kesehatan, oleh pelayanan kesehatan
mengatakan bahwa Ny. K memiliki penyakit hipertensi, ketika pertama datang tensi nya
200/100 mmhg.
e. Pelayanan kesehatan
Kalau sakit keluarga memeriksakan ke puskesmas atau ke dokter praktik terdekat.

F. STRESS KOPING DAN ADAPTASI KELUARGA


1. Stress
Tidak ada stressor yang dihadapi keluarga saat ini.

2. Koping
Jika terdapat masalah atau konflik biasanya hal tersebut dikomunikasikan lewat diskusi atau
musyawarah anggota keluarga.

3. Adaptasi
bila anggota keluarga sakit segera membawa ke puskesmas atau ke dokter praktik terdekat.

4. Problem Solving
Anggota keluarga selalu bermusyawarah untuk menyelesaikan masalah yang ada.

PENGKAJIAN FISIK
PEMERIKSAAN FISIK

Ny.K
UMUM  
1. Penampilan Umum  
Kesadaran Compos mentis
Cara berpakaian Rapi

Kebersihan personal Bersih

Postur dan cara berjalan Postur tubuh simetris. Berjalan tanpa bantuan

Bentuk dan ukuran tubuh Terlihat proporsional dengan tinggi badan

TB : 140 cm, BB : 44 kg
Tanda-tanda vital Tgl : 12 November 2020
TD : 160/90 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Suhu : 36.OC
RR : 20 x/menit
2. Status mental dan cara  
berbicara :
Status emosi Stabil
Orientasi Dapat mengenal waktu, tempat, dan orang
Proses berfikir Tidak loncat-loncat dalam berbicara, cepat tanggap
dalam berkomunikasi
Gaya bicara Bicara dengan gerakan dan lancar

PEMERIKASAAN KULIT Kulit terlihat bersih, bebas dari bau, warna sawo
matang, elastis, tidak ada lesi
Kuku Terlihat bersih terawat, rata, capilary refill < 2 detik

PEMERIKSAAN KEPALA  
Bentuk & sensori Muka simetris, sensasi normal

Rambut Rambut dan kulit kepala bersih, warna hitam sedikit


beruban. Distribusi menyebar rata, tidak mudah
dicabut
Mata Isokor, bola mata dapat mengikuti arah gerakkan
tangan pemeriksa, tidak ada nyeri tekan, diameter
pupil+ 2 mm, reaksi cahaya +/+, konjungtiva tidak
anemis, kornea tidak ikhterik, conjungtiva tidak
anemis tidak memakai kacamata, penglihatan jelas
  Hidung Bentuk simetris, warna kulit sama dengan kulit
sekitarnya, tidak terdapat lesi atau cairan, mukosa
hidung lembab, terdapat bulu hidung, uji
penciuman baik(N I)

Telinga Daun telinga simetris kiri dan kanan,bersih, tidak


ada benjolan , tidak bengkak, tidak ada nyeri tekan
pada masteudeus, tidak ada serumen. Klien dapat
mendengar
Mulut Bibir simetris, mukosa lembab, lidah simetris, dapat
bergerak ke kiri dan kekanan (N XII), tidak pucat,
lidah dapat merasakan asam, asin, dan manis
dengan baik
Leher Simetris,warna sama dengan kulit, tidak terdapat
pembesaran JVP, tiroid.Dapat bergerak proposional
ke kiri, kanan, atas, dan bawah.

Dada (Pernafasan) Simetris, warna sama dengan kulit, tidak terdapat


tonjolan abnormal dapat bergerak seimbang ke atas,
nafas 20 X/i, tactil fremitus sama kiri dan kanan,
vesikuler, tidak terdapat suara tambahan

Dada (Cardiovaskuler) Tidak terdapat tonjolan dan massa, interkostae rata,


dulness, BJ 1 dan BJ 2 normal, tidak terdapat mur-
mur
PERUT Inspeksi : tdk terdapat lipatan lemak di perut, warna
sama dengan kulit.
Palpasi : Perut terasa lemas, tidak terdapat nyeri
tekan, tidak teraba massa, hepar tidak teraba.

Auskultasi : Bising usus 10 x/menit.

Perkusi : suara timpani.


GENETALIA DAN ANUS tidak dikaji
EKSTREMITAS  
Ektremitas Atas dan bawah Bahu simetris, warna sama dengan kulit, tidak
terdapat tonjolan dapat mengangkat dan menahan
beban dengan baik, refleks brachioradialis normal
kiri dan kanan, refleks patela normal kiri dan kanan,
kekuatan otot ;

Kekuatan otot 5555 5555


5555 5555

Eliminasi BAB biasanya 1x sehari dan BAK 5-6 kali sehari

Analisa Data:

NO DATA PENYEBAB MASALAH


1 DS: Ketidakmampuan Manajemen kesehatan
keluarga dalam keluarga Tn.N
 Ny.K dan keluarga mengatakan
mengenal masalah khususnya Ny.K dg
tidak mengetahui apa itu
anggota keluarga hipertensi
penyakit Hipertensi, dan
dengan Hipertensi
penyebab Hipertensi
 Ny.K dan keluarga tidak
mengetahui bagaimana diet
Hipertensi
 Ny.K mengatakan tidak
mengeluh pusing tapi darahnya
tinggi
 Ny.K mengatakan tiap berobat
kontrol darahnya selalu tinggi
 Ny.K mengatakan kontrol
terakhir satu bulan yang lalu
tensinya 180/100 mmhg
DO:

 Tensi 160/90
 BB: 44 kg, TB: 140 cm

2. DS: Kurang pengetahuan Resiko Nyeri pada


tentang gastritis keluarga Tn.N
- Ny.K mengatakan kadang
khususnya Ny.K
perutnya terasa perih dan panas
dengan gastritis
- Keluarga tidak begitu faham
apa itu maag atau gastritis, yang
diketahui keluarga gastritis
adalah perut perih
- Keluarga tidak mengetahui
penyebab gastritis
- Keluarga tidak mengetahui
penatalaksanaan gastritis

Data Objective:

- Tampak makanan memakai


cabe

Diagnosa:

1. Manajemen kesehatan keluarga Tn.N khususnya Ny.K dg hipertensi b.d Ketidakmampuan


keluarga dalam mengenal masalah anggota keluarga dengan Hipertensi.
2. Resiko Nyeri pada keluarga Tn.N khususnya Ny.K dengan gastritis b.d Kurang pengetahuan
keluarga tentang gastritis

Skoring

No. Kriteria Skor Pembenaran


1. Sifat masalah : aktual 3/3 x 1= 1 Masalah sedang terjadi pada Keluarga Ny.T
Tensi darah nya 150/90 mmhg

Pengobatan yang dilakukan (amlodipin 10 mg


1x sehari )

2. Kemungkinan masalah 2/2 x 2 = 2 Penanganan Hipertensi dapat diubah dengan


dapat diubah : mudah diiet hipertensi

3. Potensi masalah untuk 3/3 x 1 = 1 Ny.T sudah menderita Hipertensi cukup lama
dicegah : tinggi yaitu lebih kurang lebih 10 Tahun yang lalu.

4. Menonjolnya masalah : 2/2 x 1 = 1 Keluarga merasakan bahwa Ny.T sakit


Hipertensi

1. Resiko Nyeri pada keluarga Tn.N khususnya Ny.K dengan gastritis b.d Kurang pengetahuan
keluarga tentang gastritis

No. Kriteria Skor Pembenaran


1. Sifat masalah: aktual 3/3 x 1= 1 Masalah sedang terjadi pada keluarga
Ny.K

2. Kemungkinan masalah 1/2 x 2 = 1 keluarga belum mengetahui tentang


dapat diubah sebagian diet gastritis.

3. Potensi masalah untuk 2/3 x 1 = 2/3 Keluarga dapat mengganti pola makan
dicegah: cukup sehari-hari

4. Menonjolnya masalah: 2/2 x 1 = 1 Keluarga mengatakan merasakan


gastritis
Dirasakan dan segera
diatasi
3 2/3

Intervensi:
No Dx Keperawatan Tujuan Kriteria hasil Rencana Tindakan

umum khusus kriteri Standart


a

1 Manajemen Setelah dilakukan 1. Mengenal Verbal Pengertian hipertensi: Berikan penyuluhan tentang
tindakan keperawatan Penyakit Hipertensi merupakan penyakit hipertensi
kesehatan
selama 2 minggu hipertensi dengan suatu keadaan yang
keluarga Tn.N (SAP terlampir)
diharapkan keluarga menyebutkan :
menyebabkan tekanan
khususnya mampu memahami pengertian,
darah tinggi secara terus – 1.Gali pemahaman keluarga tentang
Ny.K dg penyakit hipertensi penyebaba,gejala, penyakit hipertensi
menerus dimana tekanan
hipertensi b.d komplikasi
sistolik lebih dari 140 2.Diskusikan dengan keluarga
Ketidakmampu mmHg, tekanan diastolic menggunakan lembar balik tentang
an keluarga 90 mmHg, atau lebih. : pengertianpenyebab, tanda dan
dalam gejala, komplikasi.
Faktor Penyebab hipertensi:
mengenal
3.Diskusikan bersama keluarga
masalah 1.Stress
akibat dari ketidakstabilan kadar
anggota 2.Umur tekanan darah

keluarga 3.Konsumsikopi
berlebihan 4. diskusikan penatalaksanaan
dengan hipertensi
4.Merokok
Hipertensi.
5.Obesitas
6.Penyalahgunaan Alkohol
7.Obat-obatan
8.Faktor genetik
9.Faktor lingkungan
10.Kurang olahraga
11.Makanan berlemak
12.Penyakit (DM, Jantung,
Ginjal)
Gejala hipertensi

Pada sebagian besar


penderita, hipertensi tidak
menimbulkan gejala;
meskipun secara tidak
sengaja beberapa gejala
terjadi bersamaan dan
dipercaya berhubungan
dengan tekanan darah
tinggi(padahal
sesungguhnya tidak).
Gejala yang dimaksud
adalah sakit kepala,
perdarahan dari hidung,
pusing, wajah kemerahan
dan kelelahan; yang bisa
saja terjadi baik pada
penderita hipertensi,
maupun pada seseorang
dengan tekanan darah yang
normal.

Komplikasi

Otak : menyebabkan
stroke.

Mata : menyebabkan
retinopati (penyakit mata
yang dapat mengakibatkan
kebutaan).

Jantung : menyebabkan
penyakit gagal jantung,
kematian mendadak,
kardiomipati, dan aritmia.

Ginjal : menyebabkan
penyakit ginjal kronik,
gagal ginjal terminal.

Aneurisma aorta
(kelemahan dinding aorta
yang mengakibatkan
dilatasi hingga 1,5x lebih
besar dan beresiko untuk
ruptur), sering
mengakibatkan kematian
mendadak

Penatalkasanaan HT

 Penurunan berat badan


(bila kegemukan)
 Pengurangan asupan
garam (diit rendah
garam)
 Menghindari faktor
resiko : merokok, minum
beralkohol, makanan
berlemak, stress
 Aktifitas fisik/jalan sehat
 Berobat secara teratur

2. Resiko Nyeri Setelah dilakukan Mengenal Penyakit Verbal Pengertian gastitis adalah Berikan penyuluhan tentang
tindakan keperawatan gastritis dengan suatu kondisi di mana penyakit gastritis
pada keluarga
selama 2 minggu menyebutkan :
Tn.N lapisan kulit dalam
diharapkan keluarga pengertian, (SAP terlampir)
lambung meradang atau
khususnya mampu memahami penyebaba,gejala,
membengkak. Gastritis 1.Gali pemahaman keluarga
Ny.K dengan penyakit gastritis komplikasi
atau juga sering disebut tentang penyakit gastritis
gastritis b.d
sebagai radang lambung,
Kurang 2.Diskusikan dengan keluarga
dapat muncul secara
pengetahuan mendadak (gastritis akut) menggunakan lembar balik
keluarga atau berlangsung dalam tentang : pengertianpenyebab,

tentang gastritis waktu yang lama (gastritis tanda dan gejala, komplikasi.
kronis)
3.Diskusikan bersama keluarga
Penyebab gastritis untuk merubah pola hidup sehat
dengan diet gastritis
o Sering
mengonsumsi makanan
4.Diskusikan penatalaksanaan
pedas atau yang kadar
lemaknya tinggi seperti gastritis
gorengan
o Gaya hidup tidak
sehat seperti merokok
atau kebanyakan
minum minuman
beralkohol
o Kelebihan berat
badan atau obesitas
o Sedang menjalani
pengobatan tertentu
seperti
antibiotik, aspirin, ster
oid, dan pil KB
o Stres atau
kelelahan
o Pola makan
berantakan dan tidak
teratur
o Sering
mengonsumsi obat
penghilang rasa sakit
o Penyakit lain
yang disebabkan oleh
infeksi: HIV/AIDS,
penyakit Crohn, dan
penyakit infeksi bakteri
lainnya
o Alergi makanan,
khususnya bagi orang
yang memiliki
esophagitis
eosinophilic (EoE,
gangguan pencernaan).
Kondisi ini bisa
menjadi pemicu
gastritis. Penting untuk
berkonsultasi dengan
dokter atau ahli alergi
untuk mendeteksi
alergi makanan guna
menghindari kondisi
gastritis.

Tanda dan gejala

 hilang nafsu
makan
 mual dan muntah
 nyeri di perut
bagian atas
 merasa kenyang
meski baru makan
sedikit

di et gastri ti s
 Makanan  dengan
kandungan serat
tinggi seperti apel,
oatmeal, brokoli,
wortel, dan
kacang-kacangan.
 Makanan rendah
lemak seperti ikan
serta dada ayam
dan dada kalkun
tanpa kulitnya.
 Makanan dengan
tingkat keasaman
rendah.
Disarankan makan
sayuran yang
direbus.
 Hindari minuman
bersoda.
 Hindari minuman
yang berkafein
seperti coklat,
kopi, teh.
 Perbanyak
konsumsi
probiotik dari
kombucha,
yoghurt, kimchi,
dan oncom.
Penatalaksanaan gastritis
 Tidak merokok
 Mengubah pola
makan
 Biasakan makan
lebih sering
dengan porsi yang
lebih sedikit. Jika
Anda biasa makan
3 kali sehari, coba
ubah menjadi
makan 5-6 kali
sehari dengan
porsi yang lebih
sedikit.
 Hindari makan
hingga terlalu
kenyang karena
jika isi lambung
terlalu penuh
maka isi lambung
bisa naik ke
tenggorokan.
 Kurangi konsumsi
makanan atau
minuman yang
bersifat asam
seperti makanan
pedas, jeruk, dan
kopi. Makanan
atau minuman
bersifat asam
memicu rasa nyeri
pada ulu hati.
 Hindari makan
sebelum tidur
karena
meningkatkan
risiko naiknya isi
lambung.
 Kurangi berat
badan
 Hindari konsumsi
obat pereda nyeri
tanpa pengawasan
dokter
 Mengubah posisi
tidur
Lebih bagus tidur miring
ke kiri, dengan posisi
bantal agak tinggi.
Berbaring telentang di
tempat tidur datar dan
bantal yang rendah dapat
menyebabkan mulas yang
lebih serius. Sebab pada
kondisi ini, tenggorokan
dan perut berada pada
tingkat yang sama dan
membuat asam lambung
mudah mengalir ke
kerongkongan Anda.

Diangnosa Implementasi tanggal paraf evaluasi


Implementasi Evaluasi
Manajemen kesehatan 1. Mendiskusikan S:
keluarga Tn.N khususnya dengan keluarga - Keluarga Tn.N
Ny.K dg hipertensi b.d menggunakan lembar mengatakan lebih faham
Ketidakmampuan
balik tentang : dengan penyakit
keluarga dalam mengenal
pengertian hipertensi, hipertensi
masalah anggota
tanda dan gejala, - Ny.K mengerti dan
keluarga dengan
komplikasi serta benar menyebutkan
Hipertensi.
penatalaksanaan atau kembali pengertian
manajemen hipertensi hipertensi, tanda dan
gejala, penyebab,
2. Mendiskusikan
komplikasi yang akan
dengan keluarga diet
terjadi
makanan yang
- Keluarga Tn.N dapat
dilarang karena dapat Menyebutkan kembali
meningkatkan diet hipertensi
hipertensi - Keluarga Tn.N
mengetahui dan
3. Mendiskusikan
menyebutkan obat herbal
bersama keluarga
untuk hipertensi`
obat herbal yang
O:
dapat digunakan
- Td 140/90 Mmhg
untuk meminimalkan
- Keluarga mampu
terjadi hipertensi
membuat jadwal menu
makanan sehari hari
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
(meningkatkan kembali motivasi
Ny.K dalam diet yang benar)

2. Resiko Nyeri pada 4. Mendiskusikan - Keluarga khususnya


keluarga Tn.N khususnya dengan keluarga Ny.K mengatakan lebih
Ny.K dengan gastritis b.d menggunakan lembar faham dengan penyakit
Kurang pengetahuan
balik tentang : gastritis
keluarga tentang gastritis
pengertian gastritis, - Keluarga Tn.N mengerti
tanda dan gejala, dan benar menyebutkan
komplikasi serta kembali pengertian
penatalaksanaan atau gastritis, tanda dan
manajemen gastritis gejala, penyebab,
komplikasi yang akan
5. Mendiskusikan
terjadi
dengan keluarga diet
- Keluarga Tn.N
makanan yang
mengetahui tentang diet
dilarang karena dapat
gastritis
meningkatkan
O: Ny.K tampak lebih segar
gastritis
A : Masalah teratasi sebagian
6. Mendiskusikan P:Lanjutkan intervensi
bersama keluarga (meningkatkan kembali motivasi
obat herbal yang Ny.K untuk diet gastritis)
dapat digunakan
untuk meminimalkan
terjadi gastritis

7. Mendiskusikan
tentang terapi nyeri
gastritis
Dalimartha, dkk (2012). Makanan & Herbal untuk Penderita Diabetes.Bogor: Penebar Swadana

Gofir, A. (2003). Diagnosis & Terapi Kedokteran Penyakit Dalam. Jakarta: Salemba Medika

Price,S.A. (2005). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC.

Smeltzer, Suzzanne C. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Ed.8. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai