Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

TETANUS

DI RUANG ICU RSUD DR. R. SOETRASNO REMBANG

Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik Stase Keperawatan Paliatif

Disusun Oleh :

Nur nafi’ah

2019012197

PROGAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN CENDEKIA UTAMA KUDUS

2O22
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan pendahuluan dengan judul “Tetanus di ruang ICU 1 Rsud Dr. R. Soetrasno
Rembang” telah mendapatkan persetujuan dari pembimbing akademik dan ruangan.

Nama : Nur nafi’ah

NIM : 2019012197

Telah disetujui pada :

Hari :

Tanggal :

Mahasiswa

Nur nafi’ah

Mengetahui

Pembimbing Akademik Pembimbing Ruangan

( ) ( )
BAB I
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
1. Definisi
Tetanus adalah penyakit dengan tanda utama kekakuan otot (spasme) tanpa
disertai gangguan kesadaran. Gejala ini bukan disebabkan kuman secara langsung,
tetapi sebagai dampak eksotoksin (tetanoplasmin) yang dihasilkan oleh kuman pada
sinaps ganglion sambungan sumsum tulang belakang, sambungan neuro muscular
(neuro muscular jungtion) dan saraf autonom. (smarmo 2016)
Penyakit infeksi yang disebabkan oleh toksin kuman clostridium tetani,
bermanifestasi dengan kejang otot secara paroksisimal dan diikuti oleh kekakuan otot
seluruh badan, khususnya otot-otot massester dan otot rangka.
Klasifikasi tetanus berdasarkan bentuk klinis yaitu: (sudoyo aru, 2019)
1. Tetanus local: biasanya ditandai dengan otot terasa sakit, lalu timbul rebiditas dan
spasme pada bagian proksimal luar. Gejala itu dapat menetap dalam beberapa
minggu dan menghilang.
2. Tetanus sefalik: varian tetanus local yang jarang terjadi. Masa inkubasi 1-2 hari
terjadi sesudah otitis media atau luka kepala dan muka. Paling menonjol adalah
disfungsi saraf iii, iv, vii, ix, dan xi tersering saraf otak vii diikuti tetanus umum.
3. Tetanus general: yang merupakan bentuk paling sering. Spasme otot, kaku kuduk,
nyeri tenggorokan, kesulitan membuka mulut, rahang terkunci (trismus), disfagia.
Timbul kejang menimbulkan aduksi lengan dan ekstensi ekstremitas bagian bawah.
Pada mulanya, spasme berlangsung beberapa detik sampai beberapa menit dan
terpisah oleh periode relaksasi.
4. Tetanus neonatorum: biasa terjadi dalam bentuk general dan fatal apabila tidak
ditanggani, terjadi pada anak-anak yang dilahirkan dari ibu yang tidak imunisasi
secara adekuat, rigiditas, sulit menelan asi, iritabilitas, spasme.
Klasifikasi beratnya tetanus oleh albert (sudoyo aru, 2019):
1.    Derajat i (ringan): trismus (kekakuan otot mengunyah) ringan sampai sedang,
spasitas general, tanpa gangguan pernafasan, tanpa spasme, sedikit atau tanpa disfagia
2.    Derajat ii (sedang): trismus sedang, rigiditas yang nampak jelas, spasme singkat
ringan sampai sedang, gangguan pernapasan sedang rr ≥ 30x/ menit, disfagia ringan.
3.    Derajat iii (berat): trismus berat, spastisitas generaisata, spasme reflek
berkepanjangan, rr ≥ 40x/ menit, serangan apnea, disfagia berat, takikardia ≥ 120.
4.    Derajat iv (sangat berat): derajat tiga dengan otomik berat melibatkan sistem
kardiovaskuler. Hipotensi berat dan takikardia terjadi perselingan dengan hipotensi dan
bradikardia, salah satunya dapat menetap.
2. Gangguan-gangguan yang terjadi
Gangguan komplikasi tetanus terjadi akibat penyakitnya seperti :
1. Spasme otot faring yang menyebabkan terkumpulnya air liur (saliva) didalam
rongga mulut dan hal ini memungkinkan terjadinya aspirasi sehingga dapat
terjadi pnemonia aspirasi.
2. Asfiksia ini terjadi karena adanya kekakuaan otot-otot pernafasan sehingga
pengembangan paru tidak dapat maksimal
3. Atelektasis karena obstruksi oleh secret. Hal ini dapat terjadi karena seseorang
dengan tetanus akan mengalami trismus (mulut terkunci) sehingga klien tidak
dapat mengeluarkan sekret yang menumpuk di tenggorokan ataupun menelan
4. Fraktura kompresi ini dapat terjadi bila saat kejang klien difiksasi kuat
sehingga tubuh tidak dapat menahan kekuatan luar.
3. Penyebab
Spora bacterium clostridium tetani (c. Tetani).  Kuman ini mengeluarkan toxin yang
bersifat neurotoksik (tetanospasmin) yang menyebabkan kejang otot dan saraf perifer
setempat.  Termasuk bakteri gram positif.  Bentuk: batang.  Terdapat: di tanah,
kotoran manusia dan binatang (khususnya kuda) sebagai spora, debu, instrument
lain.  Spora bersifat dorman dapat bertahan bertahun-tahun (> 40 tahun)

4. Manifestasi klinis
Periode inkubasi (rentang waktu antara trauma dengan gejala pertama) rata-rata 7-10
hari dengan rentang 1-60 hari. Onset (rentang waktu antara gejala pertama dengan
spasme pertama) bervariasi antara 1-7 hari. Minggu pertama: regiditas, spasme otot.
Gangguan ototnomik biasanya dimulai beberapa hari setelah spasme dan bertahan
sampai 1-2 minggu tetapi kekakuan tetap bertahan lebih lama. Pemulihan bisa
memerlukan waktu 4 minggu. (sudoyo, aru 2019)
Pemeriksaan fisis (sumarmo, 2017)
1. Trismus adalah kekakuan otot mengunyah sehingga sukar membuka mulut.
2. Risus sardonicus, terjadi sebagai kekakuan otot mimic, sehingga tampak dahi
mengkerut, mata agak tertutup, dan sudut mulut tertarik keluar kebawah.
3. Opistotonus adalah kekakuan otot yang menunjang tubuh seperti: otot punggung,
otot leher, otot badan, dan trunk muscle. Kekakuan yang sangat berat dapat
menyebabkan tubuh melengkung seperti busur.
4. Otot dinding perut kaku sehingga dinding perut seperti papan
5. Bila kekakuan semakin berat, akan timbul kejang umum yang awalnya hanya
terjadi setelah dirangsang misalnya dicubit, digerakkan secara kasar, atau terkena
sinar yang kuat.
6. Pada tetanus yang berat akan terjadi gangguan pernapasan akibat kejang yang
terus-menerus atau oleh kekakuan otot laring yang dapat menimbulkan anoksia
dan kematian.
Secara umum tanda dan gejala yang akan muncul:
1. Spasme dan kaku otot rahang (massester) menyebabkan kesukaran membuka
mulut (trismus)
2. Pembengkakan, rasa sakit dan kaku dari berbagai otot:
a. Otot leher
b. Otot dada
c. Merambat ke otot perut
d. Otot lengan dan paha
e. Otot punggung, seringnya epistotonus
3. Tetanik seizures (nyeri, kontraksi otot yang kuat)
4. Iritabilitas
5. Demam
Gejala penyerta lainnya:
1. Keringat berlebihan
2. Sakit menelan
3. Spasme tangan dan kaki
4. Produksi air liur
5. Bab dan bak tidak terkontrol
6. Terganggunya pernapasan karena otot laring terserang
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Data Subjektif
a) Keluarga mengeluhkan klien kejang-kejang.
b) Keluarga mengatakan klien terkena luka yang dalam di bagian tubuh akibat paku,
pecahan botol/kaca, dan lain-lain yang kotor atau berkarat atau luka bakar.
c) Keluarga mengatakan klien belum pernah mendapatkan imunisasi DPT
d) Klien atau keluarga mengeluhkan sesak nafas.

e) Klien mengeluh tidak bisa BAB.

b. Data Objektif
a) Tampak cyanosis perifer maupun central (bibir) klien.
b) Hasil AGD mungkin normal atau berubah.
c) Adanya disritmia, tachycardia, hipertensi dan perdarahan
d) Suhu tubuh meningkat awalnya 38-40°C atau febris sampai ke terminal 43-44°C.
e) Klien tampak iritabilitas (awal), kelemahan, konvulsi (akhir), kelumpuhan satu
atau beberapa saraf otak.
f) Terdapat distensi kandung kemih akibat retensi urine dan urine output tidak
ada/oliguria.
g) Bising usus saat auskultasi kurang dari normal atau tidak ada sama sekali.
h) Klien mengungkapkan skala nyeri yang dirasakan dan wajah tampak meringis
menahan nyeri.
i) Klien tampak berkeringat berlebih (hiperhidrasi).
j) Awalnya didahului trismus, spasme otot muka dengan peningkatan kontraksi alis
mata, risus sardonicus, otot kaku dan kesulitan menelan. Apabila hal ini berlanjut
terus maka akan terjadi status konvulsi dan kejang umum.
k) Terdengar suara nafas tambahan, seperti rhonchi, crekels, gargling, dan lain-lain
l) Tampak klien mengeluarkan air liur atau lendir berlebihan.
m) Klien tidak mampu melakukan batuk efektif.
n) Klien tampak kejang-kejang.
o) Tampak adanya kontraksi otot-otot pernafasan atau otot lainnya saat palpasi.
p) Akral teraba dingin akibat hipertermia atau dingin akibat gangguan perfusi.
q) Klien tampak sulit membuka mulut, sulit menelan makanan abhkan air.
r) TTV abnormal: TD meningkat (>120/80 mmHg), HR meningkat (>100 x/menit),
RR meningkat (>20 x/menit)

2. Diagnosa
Masalah keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan tetanus antara
lain:
1. Ketidakefektifan termoregulasi berhubungan dengan proses penyakit
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan
napas
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri (biologi)
4. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
penurunan reflek menelan, intake kurang
6. Defisit perawatan diri, makan, toileting, berpakaian berhubungan dengan
kelemahan umum
7. Defisit pengetahuan (tentang penyakit, penyebab) berhubungan dengan
tidak mengenal sumber informasi.
8. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum
3. Nursing care plan
4. Implementasi
Implementasi adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan rencana asuhan
keperawatan kedalam bentuk tindakan keperawatan guna membantu pasien
dalam mencapai tujuan yang telah di tetapkan. Perawat malaksanakan atau
mendelegasikan tindakan keperawatan untuk intervensi yang disusun dalam
tahap perencanaan dan kemudian mengakhiri tahap implementasi dengan
mencatat tindakan keperawatan dan respon pasien terhadap tindakan tersebut
(Kozier 2010).
5. Progress report
Progress report hasil atau kemajuan yang di capai pada kondisi pasien setiap
harinya.
6. Evaluasi
Evaluasi adalah fase kelima dan fase terakhir proses keperawatan, dalam
konteks ini aktivitas yang direncanakan, berkelanjutan dan terarah ketika
pasien dan professional kesehatan menentukan kemajuan-kemajuan pasien
menuju pencapaian tujuan/hasil dan keefektifan rencana asuhan keperawatan
(Kozier2018)
DAFTAR PUSTAKA
Abdy, 2019. Dari Luka Sekecil Tusukan Paku Menjadi Kejang - Itu Adalah Tetanus.
Available at: http://www.medicalera.eom/i ndex.php?option=com_myblog&show=dari-
luka-sekecil- tusukkan-paku-menjadi-kejang--itu-adalah-tetanus.html&Itemid=352.
Akses: (11 oktober 2022)
Anonim. 2019. Tetanus. Available at: http://idmgarut.wordpress.com/2009/02/24/tetanus/.
Akses: (11 oktober 2022)
Doengoes, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Nanda. 2015. Panduan Diagnosa Keperawatan. Jakarta.
Sasikirana, Veronica. 2019. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Diagnosa Medis Tetanus di
Rumah Sakit Umum Yogyakarta. Available at: http://health.wahyurobi.com/health/?p=5.
Akses (11 oktober 2022)
Vanessa, Dewa Ayu. 2017. Laporan Kasus Tetanus. Available at :
http://www.scribd.com/doc/7432195/Laporan-Kasus-TETANUS. Akses: (11 oktober
2022)

Anda mungkin juga menyukai