Anda di halaman 1dari 36

TETANUS

1
WTetanushat is Tetanus?

 Penyakit infeksi yang disebabkan


kontaminasi luka oleh toksin dari
bakteri Clostridium tetani, atau oleh
spora yang di produksi yang hidup di
tanah, dan feces hewan
 Asal kata yunani -
“tetanosand teinein”, yang berarti
kekauan dan spasme otot sebagai
akibat dari toksin yang diproduksi
 Clostridium tetani (tetanospasmin)

2
Sporulated Vegetative

3
Causes
 Tetanus spora banyak ditemukan di lingkungan,
biasanya di tanah, pasir, dan di kotoran hewan

 Perkembangan penyakit tetanus memerlukan kontak


dengan lingkungan, bukan penyakit yang menular dari
orang ke orang

4
 Jalan masuk bakteri masuk ke dalam
Causes
tubuh:

 Kontaminasi luka oleh paku berkarat, kawat ,


atau gigitan hewan/serangga.

 Luka bakar, kerusakan pada kulit, atau iv


access drugs merupakan jalan masuk
potensial bakteri masuk ke dalam tubuh.

5
Cara masuk bakteri ke dalam
tubuh
 Luka tertusuk benda tajam berkarat
 Gigitan hewan
 Fraktur terbuka
 Luka bakar
 Gangrene
 Pemotongan palsenta bayi tidak steril
(tetanus neonatorum)
 Abscess
 Penyalahgunaan obat suntik (narkotik)
6
epidemiology

Tetanus tersebar di seluruh dunia, terutama pada


daerah resiko tinggi dengan cakupan imunisasi DPT
yang rendah. Reservoir utama kuman ini adalah tanah
yang mengandung kotoran ternak sehingga resiko
penyakit ini di daerah peternakan sangat tinggi. Spora
kuman Clostridium tetani yang tahan kering dapat
bertebaran di mana-mana.
Biasanya kasusnya tinggi pada negara sedang berkembang
atau di negara miskin

7
Masa Inkubasi

 Bervariasi mulai dari 1 hari setelah adanya


kontaminasi luka atau setelah beberapa
bulan sampai dengan munculnya gejala
tetanus.

8
Masa Infeksi

 Pada saat pertama muncul gejala kekakuan


otot (spasme)

 Masa inkubasi s/d 4 hari


atau
 Sudah muncul gejala kurang dari 48 jam
menunjukkan adanya perkembangan tetanus
yang berat.

9
Patofisiologi
1. C. tetani masuk ke 2. Berada dlm bentuk
tubuh lewat luka spora s/d muncul kondisi
terkontaminasi. luka anaerobic.

3. Dalam kondisi anaerobik 4. Tetnospasmin masuk aliran


darah dan kelenjar getah
spora Berubah menjadi bening, kemudian menembus
vegetatif/ mampu motor neurons.
memproduksi tetnospasmin.

5. Menyebar melewati 6. Masuk sistem saraf pusat dan


akhirnya meyebabkan
axons s/d mencapai penghambatan pada kontraksi
medula spinal/spinal cord. otot.
10
•diawali dengan terikat ke
peripheral nerve terminals
•kemudian melewati axon
dan masuk synaptic
junctions s/d mencapai
central nervous system.
•akibatnya dapat
menyebabkan inhibisi ke
presynaptic motor nerve
endings,.

11
Bagaimana cara kerja toksin?
Tetanospasmin dapat menghambat
pengeluaran inhibitory neurotransmitters
(glycine and gamma-amino butyric
acid/GABA)

Meyebabkan otot terus menerus


mengalami kontraksi atau spasme yang
merupakan tanda khas dari tetanus.

12
Gejala Klinis

 Risus sardonicus: spasme otot pada sudut mulut dan


area frontalis
 Trismus (Lock Jaw): Spasme pada otot Masseter.
 Opisthotonus: Spasme pada otot ektensor leher,
punggung dan tungkai s/d tubuh dapat melenting.
 Kejang/Spasticity otot
 Kontraksi yang terus menerus dari otot tanpa
ada periode relaksasi otot yang cukup atau
disebut kontraksi tetany. Dapat menyebakan
fraktur dan kerusakan jar otot.

 Apabila menyerang otot-otot pernafasan – apnea.


13
trismus

14
Risus sardonicus

15
ophistotonus

16
Signs and Symptoms
Gejala lain:
 fotophobia
 Berkeringat berlebihan
 demam
 Spasme tangan & tungkai
 Irritabilitas
 Gangguan menelan
 Uncontrolled urinasi dan defekasi

17
klasifikasi
1. Local tetanus
spasme persisten pd lokasi luka
2. Cephalic tetanus
infeksi primer terjadi akibat head injury dan otitis
media, disfungsi satu atau lebih saraf cranial biasanya
N. Facialis
3. Generalised tetanus
80% dari jenis tetanus,pola yg menurun dgn gejala
utama trismus (lockjaw) akibat spasme otot masseter,
diiukuti oleh kaku kuduk, sulit menelan dan kekakuan
otot abdomen
4. Tetanus neonatorum
tetanus yg terjadi pada bayi yg dilahirkan dari ibu yg
tidak diimunisasi 18
Pemeriksaan Diagnostik
 Berasal dari gejala klinis khas tetanus,Kultur luka
 Peningkatan Enzim otot.

Diagnosa banding
 Spasm otot Masseter akibat abses gigi
 Reaksi Dystonic akibat efek samping
phenothiazine
 Rabies
 Hysteria
19
Treatment

 1. netralisasi toksin dengan pemberian


Human tetanus immunoglobulin (HTIG)
serum manusia
Anti tetanus serum/ATS (equin) serum kuda
 2. pencegahan lebih jauh dampak toksin
dengan
-Wound debridement
-Antibiotics (Metronidazole)

20
 3. mengontrol spasm
- ciptakan ruangan yang hening
- hindarkan stimulus berlebihan
- lindungi airway dari obstruksi
 4. Supportive care
- Adequate hydrasi
- Nutrition
- Treatment of secondary infection
- prevention of bed sores.
21
Pencegahan

 Pencegahan total dari tetanus dengan


active tetanus immunization.

 Immunisasi tetanus dapat memebri


perlindungan s/d 10 tahun.

 Dimulai saat bayi dengan imunisasi


DPT. Vaccine DPT berisi 3
perlindungan "3-in-1" vaccine yang
memberi perlindungan dari diphtheria,
pertussis, dan tetanus.
22
Pencegahan

 Imunisasi tetanus toxoid dapat diberikan secara


lengkap (5 kali – 0 hari, 1 bulan, 6 bulan, 1 tahun, 10
tahun).
 Remaja dan dewasa yang beresiko mengalami
luka kontaminasi, sebaiknya diberikan booster
immunisasi tetanus apabila sudah > 10 tahun
dari sejak imunisasi terakhir.

 Pernah terinfeksi tetanus tidak akan memiliki


jaminan tubuh terlindungi dari tetanus.pasien harus
tetap diberikan imunisasi lengkap tetanus toxoid.

23
PENGKAJIAN

 Keluhan
kejang dan kekakuan otot
 Riwayat kesehatan
tertusuk paku berkarat, kecelakaan berat,
luka bakar, inadekuat imunisasi, IV drugs,
luka operasi, proses persalinan pd BBL

24
PEMERIKSAAN FISIK

 Penampilan
 TTV
hipertermi s/d Febris, hipertensi, tachycardi,
dyspnea, cyanosis, asfiksia
 LOC
irritability, weakness, convulsion
 Saraf Cranial
pemeriksaan saraf cranial yg mana saja...

25
disfungsi CN III, IV, VII, IX, XI tersering CN VII
 Sensorik dan motorik
nyeri, tingling, trismus, spasme otot wajah
dengan peningkatan kontraksi di alis mata risus
sardonicus, spasme otot abdomen dan
gangguan menelan
 Pemeriksaan reflek
 Pemeriksaan reflek meningeal
pemeriksaan apa saja....
26
Tes kaku kuduk

27
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan spasme otot tidak terkontrol dan
kontraksi otot involuntary
2. Kejang berhubungan dengan penyebaran toksic clostridium tetani
di system saraf di otak
3. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi
sputum.
4. Pola nafas tidak teratur berhubungan dengan jalan nafas
terganggu akibat spasme otot pernafasan.
5. Hipertermi berhubungan dengan efek toksin (bakterimia).
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kondisi lemah.
7. Konstipasi berhubungan dengan penurunan gerak peristaltic usus.
8. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
spasme otot pengunyah

28
1. Nyeri akut berhubungan dengan spasme otot tidak
terkontrol dan kontraksi otot involuntary

 Kaji faktor predisposisi dari nyeri


 Monitor TTV
 Buat aktivitas untuk distraksi
 Tawarkan untuk meningkatkan kenyamanan
(back rub/gosokan punggung)
 Ciptakan lingkungan sekitar yang tenang dan
hening
 Kolaborasi pemberian analgesik

29
2. Kejang berhubungan dengan penyebaran toksic
clostridium tetani di system saraf di otak

Intervensi
 Anjurkan keluarga agar menahan tubuh
pasien saat kejang
 Anjurkan keluarga untuk memasang sendok
ke mulut pasien saat pasien kejang
 Kolaborasi memberikan obat anti kejang
kepada pasien

30
3. Bersihan jalan nafas tidak efektif
berhubungan dengan akumulasi sputum

Intervensi
 Bebaskan jalan nafas dengan memberikan
posisi kepala ekstensi.
 Lakukan pemerikasaan fisik khususnya
auskultasi tiap 2-4 jam sekali.
 Lakukan suction.
 Observasi TTV tiap 2 jam
 Kolaborasi:Berikan obat pengencer secret
atau mukolitik
31
4. Pola nafas tidak teratur berhubungan dengan
jalan nafas terganggu akibat spasme otot
pernafasan
Intervensi
 Monitor irama nafas & RR.
 Berikan posisi semi fowler.
 Observasi tanda & gejala sianosis.
 Berikan oksigenasi.
 Kolaborasi:Anjurkan klien untuk melakukan pemeriksaan
gas darah.

32
5. Hipertermi berhubungan dengan efek toksin
(bakterimia). Gangguan rasa percaya diri berhubungan dengan
kesulitan berbicara
Intervensi
 Anjurkan klien banyak minum.
 Berikan kompres dingin.
 Pantau suhu tiap 2 jam.
 Bila ada luka, berikan tindakan aseptic dan
antiseptic.
 Kolaborasi: Laksanakan program pengobatan
antibiotic dan antipiretik. Pemeriksaan lab sel
darah putih secara berkala.
33
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kondisi
lemah.

Itervensi
 Bantu klien untuk memenuhi KDM selama
klien masih lemah.
 Minta keluarga untuk membantu klien dalam
melakukan aktifitas sehari-hari.
 Anjurkan klien untuk banyak makan dan
banyak minum.

34
7. konstipasi

 Anjurkan klien banyak minum


 Anjurkan minum yang hangat-hangat
 Berikan diet tinggi serat
 Kolaborasi pemeberian laksatif

35
8. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan spasme otot pengunyah

Intervensi
 Kaji kemampuan otot pengunyah dan reflek
menelan
 Observasi bising usus
 Review dari adanya gejala hipoglikemi
 Jelaskan pada klien penyebab kesulitan makan
dan pentingnya makanan bagi tubuh
 Berikan diet TKTP cair, lunak, dan bubur kasar.
 Berikan cairan IV line.
 Lakukan pemasangan NGT bila perlu. 36

Anda mungkin juga menyukai