PEMBAHASAN
1
Victor Trismanjaya Hulu et al., “Epidemiologi Penyakit Menular: Riwayat, Penularan Dan
Pencegahan,” Paper Knowledge . Toward a Media History of Documents, 2020, 1–170.
Karena saraf motorik tidak memiliki hambat sinyal dari saraf lainnya,
sinyal kimia pada saraf motorik dari otot semakin intensif, menyebabkan otot
untuk memperketat kontraksi terus-menerus atau kejang. Jika tetanospasmin
mencapai aliran darah atau pembuluh limfatik dari situs luka, dapat disimpan
di banyak terminal presynaptic berbeda sehingga efek yang sama pada otot
lain.
Tetanus adalah penyakit infeksi akut disebabkan eksotoksin yang dihasilkan
oleh Clostridium tetani, ditandai dengan peningkatan kekakuan umum dan
kejangkejang otot rangka.2(Laksmi, 2014)
2
Ni Komang Saraswita Laksmi, “Penatalaksanaan Tetanus,” Cermin Dunia Kedokteran 41, no. 11
(November 1, 2014): 283–87, http://cdkjournal.com/index.php/CDK/article/view/1073.
- Risus sardonicus karena spasme otot muka dengan gambaran alis
tertarik keatas, sudut mulut tertarik keluar dan ke bawah, bibir tertekan kuat .
Pada lokal tetanus dijumpai adanya kontraksi otot yang persisten, pada daerah
tempat dimana luka terjadi (agonis, antagonis, dan fixator). Hal inilah
merupakan tanda dari tetanus lokal. Kontraksi otot tersebut biasanya ringan,
bias bertahan dalam beberapa bulan tanpa progressif dan biasanya menghilang
secara bertahap. Lokal tetanus ini bisa berlanjut menjadi generalized tetanus,
tetapi dalam bentuk yang ringan dan jarang menimbulkan kematian. Bisa juga
lokal tetanus ini dijumpai sebagai prodromal dari klasik tetanus atau dijumpai
secara terpisah. Hal ini terutama dijumpai sesudah pemberian profilaksis
antitoksin.
2. Cephalic tetanus
Cephalic tetanus adalah bentuk yang jarang dari tetanus. Masa inkubasi
berkisar 1 –2 hari, yang berasal dari otitis media kronik (seperti dilaporkan di
India ), luka pada daerah muka dan kepala, termasuk adanya benda asing
dalam rongga hidung.
3 Generalized Tetanus
Bentuk ini yang paling banyak dikenal. Sering menyebabkan komplikasi yang
tidak dikenal beberapa tetanus lokal oleh karena gejala timbul secara diam-
diam. Trismus merupakan gejala utama yang sering dijumpai ( 50 %), yang
disebabkan oleh kekakuan otot-otot masseter, bersamaan dengan kekakuan
otot leher yang menyebabkan terjadinya kaku kuduk dan kesulitan menelan.
Gejala lain berupa Risus Sardonicus (Sardonic grin) yakni spasme otot-otot
muka, opistotonus ( kekakuan otot punggung), kejang dinding perut. Spasme
dari laring dan otot-otot pernafasan bisa menimbulkan sumbatan saluran
nafas, sianose asfiksia. Bisa terjadi disuria dan retensi urine,kompressi frak tur
dan pendarahan didalam otot. Kenaikan temperatur biasanya hanya sedikit,
tetapi begitupun bisa mencapai 40 C. Bila dijumpai hipertermi ataupun
hipotermi, tekanan darah tidak stabil dan dijumpai takhikardia, penderita
biasanya meninggal. Diagnosa ditegakkan hanya berdasarkan gejala klinis.
4. Neotal tetanus
2. Host
Host penyakit tetanus adalah manusia dan hewan, khususnya hewan
vertebrata, seperti kucing, anjing, dan kambing. Tetanus Organisme
ditemukan terutama di saluran tanah dan usus hewan dan manusia.
3. Lingkungan (environment)
2. Tahap Patogenesis
Tetanus Masa inkubasi berkisar antara 3 sampai 21 hari, biasanya sekitar 8
hari. Semakin pendek masa inkubasi, semakin tinggi kemungkinan
kematian. Clostridiumtetani biasanyamasuk ke dalam tubuhmelaluiluka.
Di hadapananaerob (oksigen rendah), spora berkecambah. Toksin
diproduksi dan disebarkan melalui darah dan limfatik. Racun bertindak di
beberapa situs dalam sistem saraf pusat, termasuk akhir saraf motorik
perifer, sumsum tulang belakang, dan otak, dan sistem saraf simpatik.
Manifestasi klinis yang khas dari tetanus disebabkan ketika toksin tetanus
mengganggu pelepasan neurotransmiter, menghambat impuls inhibitor.
Hal ini menyebabkan kontraksi otot dilawan dan kejang 5(Najmah, 2016).
a. lokal,
b. umum,
c. Neonatal.
d. Sefalika
Tetanus lokal hanya melibatkan lokasi cedera tetapi seringkali tidak dikenali
sampai menjadi umum. Tetanus cephalic adalah salah satu bentuk tetanus
https://www.google.co.id/books/edition/Epidemiologi_Penyakit_Menular_Riwayat_Pe/
tBoIEAAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=Najmah,+N.+(2016).
+Epidemiologi+Penyakit+Menular.&pg=PA141&printsec=frontcover.
5
Najmah, “EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR.”
lokal yang berasal dari cedera kepala atau infeksi, seperti otitis media. Tetanus
umum adalah bentuk yang paling umum dan mewakili 80% kasus. Tetanus
neonatus adalah bentuk tetanus umum yang biasanya terjadi dalam 28 hari
setelah lahir. Ini juga membawa mortalitas yang sangat tinggi dan
menyebabkan 50% kematian akibat tetanus. Tetanus neonatal diperoleh dari
kontaminasi tunggul pusar, dan perlindungan diberikan melalui transfer
antibodi ibu ke janin 6(Roper, Vandelaer and Gasse, 2007).
Gejala pertama biasanya leher dan rahang kaku. Kejang dominan pada
minggu pertama penyakit dan berlanjut hingga 3 minggu, sementara kekakuan
dapat bertahan hingga sementara kekakuan bisa bertahan hingga 4-8 minggu.
Ketidakstabilan otonom memuncak pada minggu kedua dan biasanya mereda
setelah minggu ketiga jika pasien selamat dari gejala sisa gangguan
hemodinamik (Bleck, 1986) Awal gejala menandai penyebaran luas toksin
tetanus ke seluruh sistem saraf. Perkembangan penyakit bergerak seperti
candad sampai penyakit digeneralisasikan. Keterlibatan awal kepala dan leher
bermanifestasi sebagai trismus dari spasme masseter, dan " risus sardonicus,"
fasies tetanus yang terkenal, berasal dari spasme otot wajah. Kekakuan
dinding dada dan otot perut serta paralisis atau spasme diafragma dapat
menyebabkan gagal nafas akibat hipoventilasi. Paroksisma yang melibatkan
faring dan laring dapat menyebabkan obstruksi saluran nafas akut.
6
Martha H. Roper, Jos H. Vandelaer, and François L. Gasse, “Maternal and Neonatal Tetanus,” The
Lancet 370, no. 9603 (December 8, 2007): 1947–59, https://doi.org/10.1016/S0140-6736(07)61261-6.
opisthotomus. Gagal ginjal dari rhabdomyolysis telah dilaporkan dari
kekakuan otot yang sedang berlangsung. (Taylor, 2006).
E. Penularan/ Transmisi
Penularan terutama terjadi oleh luka yang terkontaminasi (jelas dan tanpa
gejala). Luka mungkin besar atau kecil. Berdasarkan temuan medis, terdapat
tiga perbedaan tetanus yaitu :
3. Jenis yang paling umum (sekitar 80%) dari yang dilaporkan tetanus umum
tetanus. Penyakit ini biasanya menyajikan dengan pola turun. Tanda pertama
adalah trismus atau kejang mulut, diikuti dengan kekakuan leher, kesulitan
menelan, dan kekakuan otot perut. Gejala lain termasuk suhu tinggi,
berkeringat, tekanan darah tinggi, dan episodik detak jantung yang cepat.
Spasme dapat terjadi sering dan berlangsung selama beberapa menit. Kejang
berlanjut selama 3-4 minggu. Pemulihan lengkap dapat mengambil bulan
Sumber penularan :
1. Penderita
2. Pembawa kuman
3. Binatang sakit
4. Tumbuhan/benda
Cara penularan :
1. Kontak langsung
2. Malaui udara
3. Melalui makanan atau minuman
4. Melalui vector
Keadaan Pejamu :
1. Keadaan umum
2. Kekebalan
3. Status gizi
4. Keturunan
F. Masa Inkubasi
Masa inkubasi berkisar dari 2 hari sampai sebulan, dengan sebagian besar
(rata-rata) kasus terjadi dalam 14 hari. Pada neonatus, masa inkubasi biasanya
5-14 hari. Secara umum, periode inkubasi pendek berhubungan dengan
terkontaminasi luka, penyakit lebih parah, dan prognosis yang buruk.
Masa inkubasi berkisar antara 3 sampai 21 hari, biasanya sekitar 8 hari.
Semakin pendek masa inkubasi, semakin tinggi peluang kematian, biasanya
kurang dari 72 jam. Dalam gejala tetanus neonatorum, biasanya muncul 4-14
hari setelah kelahiran, rata-rata sekitar 7 hari.
Karakteristik/gejalan klinis tetanus:
a. Kejang bertambah berat selama 3 hari pertama, dan menetap selama 5 -
7 hari.
b. Setelah 10 hari kejang mulai berkurang frekwensinya
c. Setelah 2 minggu kejang mulai hilang.
d. Biasanya didahului dengan ketegangaan otot terutama pada rahang dari
leher.
7
M.Epid dr. Armaidi Darmawan, “EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR DAN PENYAKIT TIDAK
MENULAR,” JAMBI MEDICAL JOURNAL “Jurnal Kedokteran Dan Kesehatan” 4, no. 2 (2016),
https://doi.org/10.22437/JMJ.V4I2.3593.
e. Karena kontraksi otot yang sangat kuat, dapat terjadi asfiksia dan
sianosis, retensi urin, bahkan dapat terjadi fraktur collumna vertebralis
(pada anak).
8
Tetanus tidak bisa segera terdeteksi karena masa inkubasi penyakit ini
berlangsung hingga 21 hari setelah masuknya kuman tetanus ke dalam tubuh.
Pada masa inkubasi inilah baru timbul gejala awalnya. Gejala penyakit tetanus
bisa dibagi dalam tiga tahap, yaitu:
1. Tahap pertama
Rasa nyeri punggung dan perasaan tidak nyaman di seluruh tubuh
merupakan gejala awal penyakit ini. Satu hari kemudian baru terjadi
kekakuan otot. Beberapa penderita juga mengalami kesulitan menelan.
Gangguan terus dialami penderita selama infeksi tetanus masih
berlangsung.
2. Tahap kedua
Gejala awal berlanjut dengan kejang yang disertai nyeri otot
pengunyah (Trismus). Gejala tahap kedua ini disertai sedikit rasa kaku
di rahang, yang meningkat sampai gigi mengatup dengan ketat, dan
mulut tidak bisa dibuka sama sekali. Kekakuan ini bisa menjalar ke
otot-otot wajah, sehingga wajah penderita akan terlihat menyeringai
( Risus Sardonisus), karena tarikan dari otot-otot di sudut mulut.Selain
itu, otot-otot perut pun menjadi kaku tanpa disertai rasa nyeri.
Kekakuan tersebut akan semakin meningkat hingga kepala penderita
akan tertarik ke belakang (Ophistotonus). Keadaan ini dapat terjadi 48
jam setelah mengalami luka.
Pada tahap ini, gejala lain yang sering timbul yaitu penderita menjadi
lambat dan sulit bergerak, termasuk bernafas dan menelan makanan.
Penderita mengalami tekanan di daerah dada, suara berubah karena
berbicara melalui mulut atau gigi yang terkatu berat, dan gerakan dari
langit-langit mulut menjadi terbatas.
3. Tahap ketiga
8
Victor Trismanjaya Hulu et al., “Epidemiologi Penyakit Menular: Riwayat, Penularan Dan
Pencegahan.”
Daya rangsang dari sel-sel saraf otot semakin meningkat, maka
terjadilah kejang refleks. Biasanya hal ini terjasi beberapa jam setelah
adanya kekakuan otot. Kejang otot ini bisa terjadi spontan tanpa
rangsangan dari luar, bisa juga karena adanya rangsangan dari luar,
misalnya cahaya, sentuhan, bunyi-bunyian dan sebagainya. Pada
awalnya, kejang ini hanya berlangsung singkat, tapi semakin lama
akan berlangsung lebih lama dan dengan frekuensi yang lebih sering.
Selain dapat menyebabkan radang otot jantung (mycarditis), tetanus
dapat menyebabkan sulit buang air kecil dan sembelit. Pelukaan lidah,
bahkan patah tulang belakang dapat terjadi akibat adanya kejang otot
hebat. Pernafasan juga dapat terhenti karena kejang otot, sehingga
beresiko menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan karena sumbatan
saluran nafas, akibat kolapsnya saluran nafas, sehingga refleks batuk
tidak memadai, dan penderita tidak dapat menelan.
G. Upaya Pencegahan
9
Seorang penderita yang terkena tetanus tidak imun terhadap serangan
ulangan artinya dia mempunyai kesempatan yang sama untuk mendapat
tetanus bila terjadi luka sama seperti orang lainnya yang tidak pernah di
imunisasi. Tidak terbentuknya kekebalan pada penderita setelah ia sembuh
dikarenakan toksin yang masuk ke dalam tubuh tidak sanggup untuk
merangsang pembentukkan antitoksin ( kaena tetanospamin sangat poten dan
9
“Epidemiologi Penyakit Menular: Riwayat, Penularan Dan Pencegahan - Google Books.”
toksisitasnya bisa sangat cepat, walaupun dalam konsentrasi yang minimal,
yang mana hal ini tidak dalam konsentrasi yang adekuat untuk merangsang
pembentukan kekebalan).
Vaksinasi adalah cara pencegahan terbaik terhadap tetanus. Komite
Penasehat untuk Praktik Imunisasi (ACIP) merekomendasikan bahwa semua
anak menerima serangkaian rutin dari 5 dosis difteri dan vaksin tetanus pada
usia 2, 4, 6, 15-18 bulan, dan 4-6 tahun. Dosis booster difteri dan tetanus
toxoid harus diberikan dimulai pada usia 11-12 tahun (minimal 5 tahun sejak
dosis terakhir) dan diulangi setiap 10 tahun sesudahnya. Saat ini, DTaP dan
DT harus digunakan pada orang kurang dari tujuh tahun, sedangkan Td
diberikan kepada mereka yang berusia tujuh tahun atau lebih. Jadwal catch-up
imunisasi Td bagi mereka dimulai pada usia tujuh tahun atau lebih terdiri dari
tiga dosis.
Dosis kedua biasanya diberikan 1-2 bulan setelah dosis pertama, dan dosis
ketiga diberikan 6 bulan setelah dosis kedua. Aselular formulasi vaksin
pertusis bagi remaja dan orang dewasa yang berlisensi dan dikombinasikan
dengan difteri dan tetanus-toxoid. Jadwal yang disarankan untuk Tdap belum
ditentukan, tetapi vaksin ini harus diterima dalam kondisi yang tepat.
2. Bayi dan Anak Normal Usia Tujuh Bulan yang tidak Mendapat Imunisasi
di Awal
DTP harus diberikan pada kunjungan pertama dan 2 dan 4 bulan
setelah injeksi pertama. Dosis keempat harus diberikan 6-12 bulan setelah
terlebih dulu injeksi pertama. Dosis pertama diberikan antara 4 dan 6
tahun. Sepuluh tahun setelah dosis pertama (14-16 tahun), suntikan Td
harus diberikan dan diulang setiap 10 tahun di seluruh. Prasekolah dosis
tidak diperlukan jika dosis keempat dari DTP merupakan diberikan setelah
ulang tahun keempat