Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Tetanus adalah penyakit dengan tanda utama kekakuan otot


(spasme) tanpadisertai gangguan kesadaran. Gejala ini bukan disebabkan
kuman secara langsung,tetapi sebagai dampak eksotoksin (tetanoplasmin)
yang dihasilkan oleh kumanpada sinaps ganglion sambungan sumsum
tulang belakang, sambungan neuromuscular (neuro muscular jungtion) dan
saraf autonom. (Smarmo 2002).
Penyakit infeksi yang disebabkan oleh toksin kuman clostridium
tetani,bermanifestasi dengan kejang otot secara paroksisimal dan diikuti
oleh kekakuanotot seluruh badan, khususnya otot!otot massester dan otot
rangka."lasi#kasi tetanus berdasarkan bentuk klinis yaitu$ (Sudoyo %ru,
200&)'.
Tetanus local biasanya ditandai dengan otot terasa sakit, lalu
timbul rebiditas dan spasme pada bagian proksimal luar. Gejala itu dapat
menetapdalam beberapa minggu dan menghilang.
Tetanus sefalik arian tetanus local yang jarang terjadi. biasa
inkubasi 2hari terjadi sesudah otitis media atau luka kepala dan muka.
paling menonjol adalah disfungsi saraf dan tersering saraf otak
diikutitetanus umum. Tetanus general yang merupakan bentuk paling
sering. Spasme otot, kakukuduk, nyeri tenggorokan, kesulitan membuka
mulut, rahang terkunci (trismus), disfagia. Timbul kejang menimbulkan
aduksi lengan dan ekstensiekstremitas bagian bawah. pada mulanya,
spasme berlangsung beberapadetik sampai beberapa menit dan terpisah
oleh periode relaksasi.Tetanus neonatorum$ biasa terjadi dalam bentuk
general dan fatal apabilatidak ditanggani, terjadi pada anak!anak yang
dilahirkan dari ibu yang tidakimunisasi secara adekuat, rigiditas, sulit
menelan , iritabilitas, spasme.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 definisi

Tetanus adalah penyakit infeksi yang ditandai oleh kekakuan dan kejang
otot, tanpa disertai gangguan kesadaran, sebagai akibat dari toksin kuman
closteridium tetani.

Tetanus yang juga dikenal dengan lockjaw, merupakan penyakit yang


disebakan oleh tetanospasmin, yaitu sejenis neurotoksin yang diproduksi
oleh Clostridium tetani yang menginfeksi sistem urat saraf dan otot sehingga saraf
dan otot menjadi kaku (rigid). Kitasato merupakan orang pertama yang berhasil
mengisolasi organisme dari korban manusia yang terkena tetanus dan juga
melaporkan bahwa toksinnya dapat di
netralisasi dengan antibodi yang spesifik. Kata tetanus diambil dari bahasa
Yunani yaitu tetanos dari teinein yang berarti menegang. Penyakit ini adalah
penyakit infeksi di saat spasme otot tonik dan hiperrefleksia menyebabkan trismus
(lockjaw), spasme otot umum, melengkungnya punggung (opistotonus), spasme
glotal, kejang, dan paralisis pernapasan C. tetani termasuk dalam bakteri Gram
positif, anaerob obligat, dapat membentuk spora, dan berbentuk drumstick.
Tetanus disebut juga dengan "Seven day Disease ". Dan pada tahun 1890,
diketemukan toksin seperti strichnine, kemudian dikenal dengan tetanospasmin,
yang diisolasi dari tanah anaerob yang mengandung bakteri. lmunisasi dengan
mengaktivasi derivat tersebut menghasilkan pencegahan dari tetanus.
(Nicalaier1884, Behring dan Kitasato 1890 ).
Penyakit ini tidak dapat menyebar dari 1 orang kepada orang lain, tetapi
terdapat dalam tanah, di dalam usus dan kotoran hewan peliharaan, pertanian serta
kotoran manusia. Ini adalah penyakit berbahaya karena menyerang sistem saraf
dan menyebabkan kelumpuhan yang dapat menyebabkan kematian. Penyakit
dapat ditimbulkan dari infeksi melalui berbagai cara, yaitu: luka tusuk, patah
tulang terbuka, luka bakar, pembedahan, penyuntikan, gigitan binatang, aborsi,
melahirkan atau luka pemotongan umbilicus. Penyakit ini dapat dengan mudah
dicegah melalui vaksinasi.

2.2 Gejala Penyakit Tetanus


Masa tunas biasanya 5 – 14 hari, tetapi kadang-kadang sampai beberapa
minggu pada infeksi ringan atau kalau terjadi modifikasi penyakit oleh antiserum.
Penyakit ini biasanya terjadi mendadak dengan ketegangan otot yang makin
bertambah terutama pada rahang dan leher.
Ada tiga bentuk tetanus yang dikenal secara klinis, yakni;
1. Localited tetanus ( Tetanus Lokal )
2. Cephalic Tetanus
3. Generalized tetanus (Tctanus umum)
Selain itu ada lagi pembagian berupa neonatal tetanus
Kharekteristik dari tetanus:
- Kejang bertambah berat selama 3 hari pertama, dan menetap selama 5 -7 hari.
- Setelah 10 hari kejang mulai berkurang frekwensinya.
- Setelah 2 minggu kejang mulai hilang.
- Biasanya didahului dengan ketegangaan otot terutama pada rahang dari leher.
- Kemudian timbul kesukaran membuka mulut ( trismus, lockjaw ) karena
spasme Otot masetter.
- Kejang otot berlanjut ke kaku kuduk ( opistotonus , nuchal rigidity )
- Risus sardonicus karena spasme otot muka dengan gambaran alis tertarik
keatas, sudut mulut tertarik keluar dan ke bawah, bibir tertekan kuat .
- Gambaran Umum yang khas berupa badan kaku dengan opistotonus, tungkai
dengan Eksistensi, lengan kaku dengan mengepal, biasanya kesadaran tetap baik.
- Karena kontraksi otot yang sangat kuat, dapat terjadi asfiksia dan sianosis,
retensi urin, bahkan dapat terjadi fraktur collumna vertebralis ( pada anak).
Ada 4 bentuk klinik atau jenis dari penyakit tetanus, yaitu:
1. tetanus lokal (lokalited Tetanus)
Pada lokal tetanus dijumpai adanya kontraksi otot yang persisten, pada
daerah tempat dimana luka terjadi (agonis, antagonis, dan fixator). Hal inilah
merupakan tanda dari tetanus lokal. Kontraksi otot tersebut biasanya ringan, bias
bertahan dalam beberapa bulan tanpa progressif dan biasanya menghilang secara
bertahap. Lokal tetanus ini bisa berlanjut menjadi generalized tetanus, tetapi
dalam bentuk yang ringan dan jarang menimbulkan kematian. Bisa juga lokal
tetanus ini dijumpai sebagai prodromal dari klasik tetanus atau dijumpai secara
terpisah. Hal ini terutama dijumpai sesudah pemberian profilaksis antitoksin.
2. Cephalic tetanus
Cephalic tetanus adalah bentuk yang jarang dari tetanus. Masa inkubasi berkisar 1
–2 hari, yang berasal dari otitis media kronik (seperti dilaporkan di India ), luka
pada daerah muka dan kepala, termasuk adanya benda asing dalam rongga hidung.
3 Generalized Tetanus
Bentuk ini yang paling banyak dikenal. Sering menyebabkan komplikasi yang
tidak dikenal beberapa tetanus lokal oleh karena gejala timbul secara diam-diam.
Trismus merupakan gejala utama yang sering dijumpai ( 50 %), yang disebabkan
oleh kekakuan otot-otot masseter, bersamaan dengan kekakuan otot leher yang
menyebabkan terjadinya kaku kuduk dan kesulitan menelan. Gejala lain berupa
Risus Sardonicus (Sardonic grin) yakni spasme otot-otot muka, opistotonus (
kekakuan otot punggung), kejang dinding perut. Spasme dari laring dan otot-otot
pernafasan bisa menimbulkan sumbatan saluran nafas, sianose asfiksia. Bisa
terjadi disuria dan retensi urine,kompressi frak tur dan pendarahan didalam otot.
Kenaikan temperatur biasanya hanya sedikit, tetapi begitupun bisa mencapai 40 C.
Bila dijumpai hipertermi ataupun hipotermi, tekanan darah tidak stabil dan
dijumpai takhikardia, penderita biasanya meninggal. Diagnosa ditegakkan hanya
berdasarkan gejala klinis.
4. Neotal tetanus
Biasanya disebabkan infeksi C. tetani, yang masuk melalui tali pusat sewaktu
proses pertolongan persalinan. Spora yang masuk disebabkan oleh proses
pertolongan persalinan yang tidak steril, baik oleh penggunaan alat yang telah
terkontaminasi spora C.tetani, maupun penggunaan obat obatan Wltuk tali pusat
yang telah terkontaminasi. Kebiasaan menggunakan alat pertolongan persalinan
dan obat tradisional yang tidak steril,merupakan faktor yang utama dalam
terjadinya neonatal tetanus.

2.3 Morfologi Penyakit Tetanus


2.3.1 Etiologi

Penyakit tetanus disebabkan oleh toksin kuman closteridium tetani yang dapat
masuk melalui luka tusuk, gigitan binatang, luka bakar, luka operasi yang tidak
diwarat dan tidak dibersihkan dengan baik, caries gigi, pemotongan tali pusar
yang tidak steril dan penjahitan luka robek yang tidak steril. Penginfeksian kuman
closteridium tetani lebih mudah bila klien belum terimunisasi.

Tetanus disebabkan oleh bakteri gram positif; Cloastridium tetani Bakteri


ini berspora, dijumpai pada tinja binatang terutama kuda, juga bisa pada manusia
dan juga pada tanah yang terkontaminasi dengan tinja binatang tersebut. Spora ini
bias tahan beberapa bulan bahkan beberapa tahun, jika ia menginfeksi luka
seseorang atau bersamaan dengan benda daging atau bakteri lain, ia akan
memasuki tubuh penderita tersebut, lalu mengeluarkan toksin yang bernama
tetanospasmin. Pada negara belum berkembang, tetanus sering dijumpai pada
neonatus,bakteri masuk melalui tali pusat sewaktu persalinan yang
tidak baik, tetanus ini dikenal dengan nama tetanus neonatorum.
2.3.2 Patofisiologi
3. PATOFISIOLOGI

Toksin kuman C tetani berbentuk spora. Bentuk spora dalam suasana


anaerob dapat berubah menjadi kuman vegetative yang menghasilkan eksotosin.
Toksin ini menjalar intrakasonal sampai simpul saraf dan meneyebabkan
hilangnya keseimbangan tonus otot sehingga terjadi kekauan otot baik lokal
mapaun menyeluruh. Bila toksin banyak, selain otot bergaris, polos dan saraf otot
juga terpengaruh Tetanus disebabkan oleh eksotoksin Clostridium tetani, bakteri
bersifat obligat anaerob. Bakteri ini terdapat di mana-mana, mampu bertahan di
berbagai lingkungan ekstrim dalam periode lama karena sporanya sangat
kuat. Clostridium tetani telah diisolasi dari tanah, debu jalan, feses manusia dan
binatang. Bakteri tersebut biasanya memasuki tubuh setelah kontaminasi pada
abrasi kulit, luka tusuk minor, atau ujung potongan umbilikus pada neonatus; pada
20% kasus, mungkin tidak ditemukan tempat masuknya. Bakteri juga dapat masuk
melalui ulkus kulit, abses, gangren, luka bakar, infeksi gigi, tindik telinga, injeksi
atau setelah pembedahan abdominal/pelvis, persalinan dan aborsi. Jika organisme
ini berada pada lingkungan anaerob yang sesuai untuk pertumbuhan sporanya,
akan berkembang biak dan menghasilkan toksin tetanospasmin dan tetanolysin.
Tetanospasmin adalah neurotoksin poten yang bertanggung jawab terhadap
manifestasi klinis tetanus, sedangkan tetanolysin sedikit memiliki efek klinis.1-3
Terdapat dua mekanisme yang dapat menerangkan penyebaran toksin ke susunan
saraf pusat: Toksin diabsorpsi di neuro-muscular junction, kemudian bermigrasi
melalui jaringan perineural ke susunan saraf pusat.
Toksin melalui pembuluh limfe dan darah ke susunan saraf pusat. Masih
belum jelas mana yang lebih penting, mungkin keduanya terlibat. Pada
mekanisme pertama, toksin yang berikatan pada neuromuscular junction lebih
memilih menyebar melalui saraf motorik, selanjutnya secara transinaptik ke saraf
motorik dan otonom yang berdekatan, kemudian ditransport secara retrograd
menuju sistem saraf pusat. Tetanospasmin yang merupakan zinc-
dependent endopeptidase memecah vesicle-associated membrane protein
II (VAMP II atau synaptobrevin) pada suatu ikatan peptide tunggal. Molekul ini
penting untuk pelepasan neurotransmiter di sinaps, sehingga pemecahan ini
mengganggu transmisi sinaps. Toksin awalnya mempengaruhi jalur inhibisi,
mencegah pelepasan glisin dan γ-amino butyric acid (GABA). Pada saat
interneuron menghambat motor neuron alpha juga terkena pengaruhnya, terjadi
kegagalan menghambat refleks motorik sehingga muncul aktivitas saraf motorik
tak terkendali, mengakibatkan peningkatan tonus dan rigiditas otot berupa spasme
otot yang tiba-tiba dan potensial merusak. Hal ini merupakan karakteristik tetanus.
Otot wajah terkena paling awal karena jalur axonalnya pendek, sedangkan neuron-
neuron simpatis terkena paling akhir, mungkin akibat aksi toksin di batang otak.
Pada tetanus berat, gagalnya penghambatan aktivitas otonom menyebabkan
hilangnya kontrol otonom, aktivitas simpatis yang berlebihan dan peningkatan
kadar katekolamin. Ikatan neuronal toksin sifatnya irreversibel, pemulihan
membutuhkan tumbuhnya terminal saraf yang baru, sehingga memanjangkan
durasi penyakit ini.
MANIFESTASI KLINIS

Penyakit ini biasanya terjadi mendadak dengan ketegangan otot yang makin
bertambah terutama pada rahang dan leher. Dalam waktu 48 jam penyakit ini
menjadi nyawa dengan gejala umum :

Trismus (kesukaran membuka mulut). Karena spasme otot—otot mastikatoris.

Ketegangan otot dinding perut.

Kejang tonik terutama bila dirangsang karena toksin terdapat di kornu anterior.

Kesukaran menelan, gelisah, mudah terangsang, nyeri anggota badan (sering


merasakan gejala dingin).

Panas biasa tidak tinggi dan terdapat di stadium akhir.

Biasanya terdapat leukositosit ringan dan kadang—kadang peninggian tekanan


cairan otak.

Pada keadaan berat, dapat terjadi kejang spontan yang makin lama makin sering,
gangguan syaraf otonom seperti hiperpireksia, hiperdosis, kelainan irama jantung
dan akhirnya hipoksia yang berat.

Bila periode “periode of onset” pendek penyakit dengan cepat akan berkembang
menjadi berat.

PENATALAKSANAAN MEDIS
Merawat dan membersihkan luka sebaik—baiknya.

Diet TKTP pemberian tergantung kemampuan menelan bila trimus makanan


diberi pada sonde parienteral.

Isolasi pada ruang yang tenang bebas dari rangsangan luar.

Oksigen pernafasan buatan dan trakeotomi bila perlu.

Mengatir cairan dan elektrolit.

Pemebrian cairan IV sesuai jumlah dan jenisnya dengan keadaan penderita, seperti
kejang, hiperpireksia.

Beri nutrisi tinggi kalori, bila perlu dengan nutrisi parienteral.

Ø Pengobatan Penyakit Tetanus


A. Umum
Tujuan terapi ini berupa mengeliminasi kuman tetani, menetralisirkan
peredaran toksin, mencegah spasme otot dan memberikan bantuan pemafasan
sampai pulih. Dan tujuan tersebut dapat diperinci sbb :
1. Merawat dan membersihkan luka sebaik-baiknya, berupa: membersihkan luka,
irigasi luka, debridement luka (eksisi jaringan nekrotik),membuang benda asing
dalam luka serta kompres dengan H202 ,dalam hal ini penata laksanaan, terhadap
luka tersebut dilakukan 1 -2 jam setelah ATS dan pemberian Antibiotika.
2. Diet cukup kalori dan protein, bentuk makanan tergantung kemampuan
membuka mulut dan menelan. Hila ada trismus, makanan dapat diberikan
personde atau parenteral.
3. Isolasi untuk menghindari rangsang luar seperti suara dan tindakan terhadap
penderita
4. Oksigen, pernafasan buatan dan trachcostomi bila perlu.
5. Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit.
B. Obat- obatan
- Antibiotika :
Diberikan parenteral Peniciline 1,2juta unit / hari selama 10 hari, IM.
Sedangkan tetanus pada anak dapat diberikan Peniciline dosis 50.000 Unit /
KgBB/ 12 jam secafa IM diberikan selama 7-10 hari. Bila sensitif terhadap
peniciline, obat dapat diganti dengan preparat lain seperti tetrasiklin dosis 30-40
mg/kgBB/ 24 jam, tetapi dosis tidak melebihi 2 gram dan diberikan dalam dosis
terbagi ( 4 dosis ). Bila tersedia Peniciline intravena, dapat digunakan dengan
dosis 200.000 unit /kgBB/ 24 jam, dibagi 6 dosis selama 10 hari. Antibiotika ini
hanya bertujuan membunuh bentuk vegetatif dari C.tetani, bukan untuk toksin
yang dihasilkannya. Bila dijumpai adanya komplikasi pemberian antibiotika broad
spektrum dapat dilakukan.
- Antitoksin
Antitoksin dapat digunakan Human Tetanus Immunoglobulin ( TIG) dengan dosis
3000-6000 U, satu kali pemberian saja, secara IM tidak boleh diberikan secara
intravena karena TIG mengandung "anti complementary aggregates of globulin ",
yang mana ini dapat mencetuskan reaksi allergi yang serius. Bila TIG tidak ada,
dianjurkan untuk menggunakan tetanus antitoksin, yang berawal dari hewan,
dengan dosis 40.000 U, dengan cara pemberiannya adalah : 20.000 U dari
antitoksin dimasukkan kedalam 200 cc cairan NaC1 fisiologis dan diberikan
secara intravena, pemberian harus sudah diselesaikan dalam waktu 30-45 menit.
Setengah dosis yang tersisa (20.000 U) diberikan secara IM pada daerah pada
sebelah luar.
- Tetanus Toksoid
Pemberian Tetanus Toksoid (TT) yang pertama,dilakukan bersamaan dengan
pemberian antitoksin tetapi pada sisi yang berbeda dengan alat suntik yang
berbeda. Pemberian dilakukan secara I.M. Pemberian TT harus dilanjutkan
sampai imunisasi dasar terhadap tetanus selesai.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboraturium

Hasil pemeriksaan laboraturium darah biasanya normal pada pasien tetanus,


walaupun dapat ditemukan leukositosis. Pemeriksaan elektrolit dapat digunakan
untuk menyingkirkan spasme otot akibat hipokalsemia. Pemeriksaan kadar
striknin dalam, darah atau urin dilakukan untuk menyingkirkan spasme akibat
keracunan striknin, bila pada pasien tidak ditemukan adanya riwayat penggunaan
pestisida.

Pemeriksaan lain

Contoh : lumbal pungsi tidak diperluikan biasanya hasilnya normal. Pemeriksaan


radiologis juga tidak diperlukan.

Ada tiga sasaran penatalaksanaan tetanus, yakni:


1. Membuang Sumber Tetanospasmin
Luka harus dibersihkan secara menyeluruh dan didebridement untuk
mengurangi muatan bakteri dan mencegah pelepasan toksin lebih lanjut.
Antibiotika diberikan Tetanus memiliki gambaran klinis dengan ciri khas trias
rigiditas otot, spasme otot, dan ketidakstabilan otonom. Gejala awalnya meliputi
kekakuan otot, lebih dahulu pada kelompok otot dengan jalur neuronal pendek,
karena itu yang tampak pada lebih dari 90% kasus saat masuk rumah sakit adalah
trismus, kaku leher, dan nyeri punggung. Keterlibatan otot-otot wajah dan
faringeal menimbulkan ciri khas risus sardonicus, sakit tenggorokan, dan disfagia.
Peningkatan tonus otot-
otot trunkal meng akibatkan opistotonus. Kelompok otot yang berdekatan dengan
tempat infeksi sering terlibat, menghasilkan penampakan tidak simetris.
Spasme otot muncul spontan, juga dapat diprovokasi oleh stimulus fisik,
visual, auditori, atau emosional. Spasme otot menimbulkan nyeri dan dapat
menyebabkan ruptur tendon, dislokasi sendi serta patah tulang. Spasme laring
dapat terjadi segera, mengakibatkan obstruksi saluran nafas atas akut dan respira-
tory arrest. Pernapasan juga dapat terpengaruh akibat spasme yang melibatkan
otot-otot dada; selama spasme yang memanjang, dapat terjadi hipoventilasi berat
dan apnea yang mengancam nyawa.
2. Netralisasi toksin yang tidak terikat
Antitoksin harus diberikan untuk menetralkan toksin-toksin yang belum
berikatan. Setelah evaluasi awal, human tetanus immunoglobulin (HTIG) segera
diinjeksikan intramuskuler dengan dosis total 3.000-10.000 unit, dibagi tiga dosis
yang sama dan diinjeksikan di tiga tempat berbeda. Tidak ada konsensus dosis
tepat HTIG. Rekomendasi British National Formulary adalah 5.000- 10.000 unit
intravena. Untuk bayi, dosisnya adalah 500 IU intramuskular dosis tunggal.
3. Pengobatan suportif
Penatalaksanaan lebih lanjut terdiri dari terapi suportif sampai efek toksin
yang telah terikat habis. Semua pasien yang dicurigai tetanus sebaiknya ditangani
di ICU agar bisa diobservasi secara kontinu. Untuk meminimalkan risiko spasme
paroksismal yang dipresipitasi stimulus ekstrinsik, pasien sebaiknya dirawat di
ruangan gelap dan tenang.
PENGKAJIAN

Identitas

Penyakit tetanus kebanyakan terdapat pada anak – anak yuang belum pernah
mendapatkan imunisasi tetanus/DPT.

Status kesehatan saat ini

Keluhan utama yang dirasakan pasien yaitu panas badan tinggi, kejang dan
penurunan kesadaran.

Alasan masuk rumah sakit

Adanya penurunan dan perubahan pada tingkat keasadaran dihubungkan dengan


toksin tetanus yang mengimplamasi jaringan otak.

Riwayat penyakit sekarang


Biasanya pasien tetanus menimbulkan kejang dan arus diberikan tindakan untuk
penurunan keluhan kejang tersebut.

Riwayat penyakit sebelumnya

Penyakit yang dialami klien yang memungkinkan adanya hubungan atau menjadi
predisposisi keluhan sekarang, melipu klien mengalami tubuh terluka dan luka
tusuk yang dalam misalnya tertusuk paku, pecahan kaca, terkena kaleng.

Riwayat pengobatan

Biasanya pasien menggunakan obat— obat diazepam sebagai terapi spasme


tetanik dan kejang tetanik.

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Kejang berhubungan dengan penyebaran toksik clostridium tetani di system


syaraf otak.

Kebersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumuilasi sputum.

Pola nafas tidak teratur berbubungan dengan jalan nafas terganggu akibat spasme
otot pernafasan.

Hipertermi berhubungan dengan efek toksin.

Gangguan rasa percaya diri berhubungan dengan kesulitan berbicara

RENCANA KEPERAWATAN

MANDIRI

Bebaskan jalan nafas dengan mengatur posisi dengan posisi kepala ekstensi.

Lakukan pemeriksaan fisik.


Lakukan TTV tiap 2 jam.

KOLABORASI

Bekerjasama dengan tenaga medis lainya misal bagian farmakologi dengan


pemberian obat antibiotic dan antiseptic.

Bekerjasama dengan ahli gizi dengan memberikan diet tinggi serat.


BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tetanus adalah penyakit infeksi akut disebabkan eksotoksin yang
dihasilkan oleh Clostridium tetani, ditandai dengan peningkatan kekakuan umum
dan kejang-kejang otot rangka. Penyakit ini tidak menular dari satu manusia
atau orang kepada orang lain tetapi terdapat dalam tanah , di dalam usus , dan
kotoran hewan . Penyakit ini dapat dengan mudah di cegah oleh vaksinasi .
Tetanus ini biasanya akut dan menimbulkan paralitik spastik yang
disebabkan tetanospasmin. Tetanospamin merupakan neurotoksin yang diproduksi
oleh Clostridium tetani. Ciri utama dari tetanus adalah kekakuan otot (spasme),
tanpa disertai gangguan kesadaran.

3.2 Saran
- Memberikan vaksin.
- Menerapkan pola hidup bersih dan sehat baik diri kita sendiri maupun
lingkungan sekitar.
DAFTAR PUSTAKA
http: // library.usu.ac.id/download/tk/penysaraf-kiking 2.pdf
http: // www.kalbemed.com/Portals/6/09-222CPD-penatalaksana%20.Tetanus.pdf

http: //yogaiswara.fikes.wordpress.com/2009/tetanus 4.pdf

Anda mungkin juga menyukai