TINJAUAN
PUSTAKA
Tetanus adalah suatu toksemia akut yang disebabkan oleh neurotoksin yang
dihasilkan oleh C. tetani ditandai dengan kekakuan otot dan spasme yang periodik
dan berat.1, 2, 6
Tetanus dapat didefinisikan sebagai keadaan hipertonia akut atau
kontraksi otot yang mengakibatkan nyeri (biasanya pada rahang bawah dan leher) dan
spasme otot menyeluruh tanpa penyebab lain, serta terdapat riwayat luka ataupun
kecelakaan sebelumnya.4
C. tetani adalah bakteri Gram positif anaerob yang ditemukan di tanah dan
kotoran binatang.2, 6
Bakteri ini berbentuk batang dan memproduksi spora,
memberikan gambaran klasik seperti stik drum, meski tidak selalu terlihat. Spora ini
bisa tahan beberapa bulan bahkan beberapa tahun. C. tetani merupakan bakteri yang
motil karena memiliki flagella, dimana menurut antigen flagellanya, dibagi menjadi
11 strain dan memproduksi neurotoksin yang sama. Spora yang diproduksi oleh
bakteri ini tahan terhadap banyak agen desinfektan baik agen fisik maupun agen
kimia. Spora C. tetani dapat bertahan dari air mendidih selama beberapa menit (meski
hancur dengan autoclave pada suhu 121° C selama 15-20 menit). Jika bakteri ini
menginfeksi luka seseorang atau bersamaan dengan benda lain, bakteri ini akan
tetanospasmin. 2
Gambar 1. Clostridium tetani, dengan bentukan khas “drumstick” pada bagian
bakteri yang berbentuk bulat tersebut spora dari Clostridium tetani dibentuk. (dengan
Spora atau bakteri masuk ke dalam tubuh melalui luka terbuka. Ketika
menempati tempat yang cocok (anaerob) bakteri akan berkembang dan melepaskan
toksin tetanus. Dengan konsentrasi sangat rendah, toksin ini dapat mengakibatkan
kesehatan publik yang sangat besar.21 Dilaporkan terdapat 1 juta kasus per tahun di
seluruh dunia, dengan angka kejadian 18/100.000 penduduk per tahun serta angka
membuktikan
bahwa penelitian-penelitian yang dilakukan oleh ahli sangat berguna dalam
penelitian terbaru oleh Huynh et al (2011), posisi semi terlentang atau terlentang tidak
tetanus.22 Angka mortalitas penyakit tetanus di negara maju cukup tinggi bagi
kelompok yang mempunyai risiko tinggi terhadap kematian akibat penyakit ini. Infark
miokard menjadi konsekuensi dari disfungsi saraf otonom dan berperan besar
2.4 Patogenesis
Clostridium tetani dalam bentuk spora masuk ke tubuh melalui luka yang
terkontaminasi dengan debu, tanah, tinja binatang, pupuk.2 Cara masuknya spora ini
melalui luka yang terkontaminasi antara lain luka tusuk oleh besi, luka bakar, luka
lecet, otitis media, infeksi gigi, ulkus kulit yang kronis, abortus, tali pusat, kadang–
sampai anaerob disertai terdapatnya jaringan nekrotis, leukosit yang mati, benda–
benda
asing maka spora berubah menjadi vegetatif yang kemudian berkembang. 2 Kuman ini
tidak invasif. Bila dinding sel kuman lisis maka dilepaskan eksotoksin, yaitu
memproduksi toksin. Lalu setelah masuk ke susunan saraf perifer, toksin akan
bekerja. 2
berat, sehingga terjadi overaktivitas simpatis berupa hipertensi yang labil, takikardi,
keringat yang berlebihan dan meningkatnya ekskresi katekolamin dalam urin. Hal ini
jaringan saraf sudah tidak dapat dinetralisir lagi oleh antitoksin tetanus.4
2.5 Gambaran Klinis Tetanus
Masa inkubasi tetanus umumnya antara 7-10 hari, namun dapat lebih singkat
atau dapat lebih lama.2 Makin pendek masa inkubasi makin jelek prognosisnya.6
Terdapat hubungan antara jarak tempat invasi C. tetani dengan susunan saraf pusat
dan interval antara luka dan permulaan penyakit, dimana makin jauh tempat invasi
maka inkubasi makin panjang.4 Secara klinis tetanus ada 4 macam, yaitu tetanus
Terjadinya bentuk ini berhubungan dengan jalan masuk kuman.5 Biasanya dimulai
dengan trismus dan risus sardonikus, lalu berproses ke spasme umum dan
opistotonus.23
dibuka, sehingga penyakit ini juga disebut lock jaw.7 Selain kekakuan otot masseter,
pada muka juga terjadi kekakuan otot muka sehingga muka menyerupai muka
meringis kesakitan yang disebut risus sardonikus (alis tertarik ke atas, sudut mulut
tertarik ke luar dan ke bawah, bibir tertekan kuat pada gigi), akibat kekakuan otot–
otot leher bagian belakang menyebabkan nyeri waktu melakukan fleksi leher dan
Selain kekakuan otot yang luas biasanya diikuti kejang umum tonik baik
secara spontan maupun hanya dengan rangsangan minimal (rabaan, sinar dan
bunyi).20 Kejang
menyebabkan lengan fleksi dan adduksi serta tangan mengepal kuat dan kaki
Kesadaran penderita tetap baik walaupun nyeri yang hebat serta ketakutan
yang menonjol sehingga penderita nampak gelisah dan mudah terangsang. Spasme
otot–otot laring dan otot pernapasan dapat menyebabkan gangguan menelan, asfiksia
dan sianosis.25Retensi urine sering terjadi karena spasme sfincter kandung kemih.4
Kenaikan temperatur badan umumnya tidak tinggi tetapi dapat disertai panas yang
tinggi sehingga harus hati–hati terhadap komplikasi atau toksin menyebar luas dan
mengganggu pusat pengatur suhu tubuh. Pada kasus yang berat mudah terjadi
gambaran klinis tidak khas. Bentuk tetanus ini berupa nyeri, kekakuan otot–otot pada
bagian proksimal dari tempat luka. Tetanus lokal adalah bentuk ringan dengan angka
kematian 1%, kadang–kadang bentuk ini dapat berkembang menjadi tetanus umum.6
Merupakan salah satu varian tetanus lokal. Terjadinya bentuk ini bila luka
mengenai daerah mata, kulit kepala, muka, telinga, otitis media kronis dan jarang
akibat tonsilektomi. Gejala berupa disfungsi saraf loanial antara lain n. III, IV, VII,
IX, X, XI, dapat berupa gangguan sendiri–sendiri maupun kombinasi dan menetap
dalam beberapa
hari bahkan berbulan–bulan. Cephalic Tetanus dapat berkembang menjadi tetanus
Tetanus neonatal didefinisikan sebagai suatu penyakit yang terjadi pada anak
yang memiliki kemampuan normal untuk menyusu dan menangis pada 2 hari pertama
kehidupannya, tetapi kehilangan kemampuan ini antara hari ke-3 sampai hari ke-28
serta menjadi kaku dan spasme. Tetanus neonatal, biasa terjadi karena proses
melahirkan yang tidak bersih. Gejala klinisnya biasa terjadi pada minggu kedua
disertai opistotonus.2
serta pemeriksaan fisik. Pemeriksaan kultur C. tetani pada luka, hanya merupakan
penunjang diagnosis. Adanya trismus, atau risus sardonikus atau spasme otot yang
nyeri serta biasanya didahului oleh riwayat trauma sudah cukup untuk menegakkan
diagnosis.2
pada kecepatan pengobatan dengan antitoksin dan perawatan suportif yang memadai.
Komplikasi yang berbahaya dari tetanus adalah hambatan pada jalan napas
sehingga pada tetanus yang berat , terkadang memerlukan bantuan ventilator. 2 Sekitar
kurang lebih 78% kematian tetanus disebabkan karena komplikasinya. 26 Kejang yang
berlangsung terus menerus dapat mengakibatkan fraktur dari tulang spinal dan tulang
panjang, serta rabdomiolisis yang sering diikuti oleh gagal ginjal akut.2, 4
Infeksi nosokomial umum sering terjadi karena rawat inap yang
didapat di rumah sakit, dan ulkus dekubitus. Emboli paru sangat bermasalah pada
pengguna narkoba dan pasien usia lanjut. Aspirasi pneumonia merupakan komplikasi
akhir yang umum dari tetanus, ditemukan pada 50% -70% dari kasus diotopsi.27-30
Salah satu komplikasi yang sulit ditangani adalah gangguan otonom karena
hipertensi dan takikardi yang kadang berubah menjadi hipotensi dan bradikardi.2
Walaupun demikian, pemberian magnesium sulfat saat gejala tersebut sangat bisa
diandalkan.31 Magnesium sulfat dapat mengontrol gejala spasme otot dan disfungsi
otonom.32