Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN TETANUS

DIRUANG MELATI RSUD dr. SOEBANDI JEMBER

PERIODE 12-17 DESEMBER 2022

Disusun Oleh:

Nama : Nevi Lia Elvi Andhy


Nim : 2201031043

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER

DESEMBER, 2022
LAPORAN PENDAHULUAN

1. Definisi

Tetanus adalah gangguan neurologis yang ditandai dengan meningkatnya tonus otot dan spasme yang
disebabkan oleh clostridium tetani menurut ( Sedoyo, 2010 ). Lebih sering terjadi karena pemotongan
tali pusat tanpa alat yang steril ( Dirjen PP dan PL, 2011 ).Penderita akan mengalami kejang baik pada
tubuh maupun otot mulut sehingga mau tidak bisa dibuka kesulitan menelan susah bernapas pada leher
serta tubuh ( Andini, 2010 ).

Tetanus merupakan penyakit yang berbahaya dan gejala yang muncul dalam 4 sampai 21 hari setelah
terkena kuman tetanus. Tetanus merupakan kondisi yang menyebabkan tubuh menjadi kaku dan tegang
akibat infeksi kuman. Sebagian besar orang umumnya pernah mengalami luka pada kulit jika tidak
dirawat dan diobati dengan benar luka tersebut memiliki resiko kontaminasi dan mengalami infeksi
infeksi yang mungkin terjadi adalah tetanus.

2. Etiologi

C. Tetani adalah bakteri geram positif anaerob yang ditemukan ditanah dan kotoran binatang . bakeri ini
berbentuk batang dan meproduksi spora, memberikan gambaran klasik seperti stik drujm meski tidak
terlalu terlihat. Spora ini bisa bertahan beberapa bulan bahkan beberapa tahun. Spora yang diproduksi
oleh bakteri ini tahan terhadap banyak agen desinfektan baik agen fisik maupun agen kimia. Spora C.
Tetani dapat bertahan dari air mendidih selama beberapa menit.

Jika bakteri ini menginfeksi luka seseorang atau bersamaan dengan benda lain, bakteri iniakan
memasuki tubuh penderita tersebut lalu mengeluarkan toksin ang bernama tetanospasmin yang
berbentuk bulat tersebut spora dari Clostridium tetani dibentuk. Spora atau bakteri masuk kedalam
tubuh melalui luka terbuka. Ketika menempati tempat yang cocok bakteri akan berkembang dan
melepaskan toksin tetanus. Dengan konsentrasi sangat rendah, toksin ini dapat mengakibatkan penyakit
tetanus.
3. Epidemiologi

Pada negara berkembang penyakit tetanus masih merupakan masalah kesehatan public yang sangat
besar. Dilaporkan terdapat 1 juta kasus pertahun diseluruh dunia, dengan angka kejadian 18/100.000
penduduk pertahun serta angka kematian 300.000 – 500.000 per tahun. Mortalitas dari penyakit
tetanus melebihi 50 % dinegara berkembang dengan penyebab kematian terbanyak karena megalami
kegagala pernapasan akut. Angka mortalitas menurun karena perbaikan sarana intensif ( ICU dan
Ventilator ), memvuktikan bahwa penelitian – penelitian yang dilakukan oleh para ahli sangat berguna
dalam efektivitas penanganan penyakit tetanus.

Penelitian oleh Thwaites et al pada tahun 2006 mengemukakan bahwa Case Fatality Rate (CFR) dari
pasien tetanus berkisar antara 12-53%. Penyebab kematian pasien tetanus terbanyak adalah masalah
semakin buruknya sistem kardiovaskuler paska tetanus ( 40%), pneumonia (15%), dan kegagalan
pernapasan akut (45%).

Health Care Associated Pneumonia (HCAP) dalam beberapa penelitian dihubungkan dengan posisi saat
berbaring. Tetapi, penelitian terbaru oleh Huynh et al (2011), posisi semi terlentang atau terlentang
tidak memberi perbedaan yang bermakna terhadap terjadinya pneumonia pada pasien tetanus. Angka
mortalitas penyakit tetanus di negara maju cukup tinggi bagi kelompok yang mempunyai risiko tinggi
terhadap kematian akibat penyakit ini. Infark miokard menjadi konsekuensi dari disfungsi saraf otonom
dan berperan besar terhadap angka mortalitas penyakit tetanus di populasi usia lanjut.

4. Patofisiologi

Tetanus disebabkanneurotoksin(tetanospasmin) daribakterigram positifanaerob,Clostridium tetani,


dengan mula-mula 1 hingga 2 minggu setelahnya inokulasibentuksporake dalamdarahtubuh yang
mengalami cedera (periode inkubasi).Penyakit ini merupakan 1 dari 4 penyakit penting
yangmanifestasiklinis utamanyaadalah hasil dari pengaruh kekuataneksotoksin(tetanus, gas ganggren,
dipteri,botulisme). Tempat masuknya kuman penyakitini bisa berupa lukayang dalam yangberhubungan
dengan kerusakan jaringan lokal, tertanamnya benda asing atau sepsisdengan penjarahan tanah, lecet
yang dangkal dan kecil atau luka geser yangterkontaminasi tanah, trauma pada jari tangan atau jari kaki
yang berhubungandengan patahtulang jari dan luka pada keuntungan Pada keadaananaerobik, spora
bakteri ini akan bergerminasi menjadi selvegetatif.
Selanjutnya, toksinakan diproduksi dan disebarkan ke seluruh bagian tubuhmelaluipusarandarah dan
sistemlimpa. Toksin tersebut akan beraktivitas padatempat-tempat tertentu seperti pusat sistem saraf
termasuk otak. Gejala klonis yangditimbulakan dari toksin tersebut adalah dengan memblok kemarahan
darineurotransmitersehingga terjadi kontraksi otot yang tidak dapat ditenangkan. Akibat daritetanus
adalah kelumpuhan kaku (kehilangan kemampuan untuk bergerak) pada otot sukarela (otot yang
geraknya dapat dikontrol), sering disebut lockjaw karenabiasanya pertama kali muncul pada otot rahang
dan wajah. Kematian biasanyadisebabkan oleh kegagalan pernafasan dan rasio kematian sangatlah
tinggi.

Ada 3 bentuk klinik dari tetanus, yaitu:

1)Tetanus lokal : otot terasa sakit, lalu timbul kekakuan dan spasme pada bagianparoksimal luar. Gejala
itu dapat menetap dalam beberapa minggu danmenghilang tanpa sekuele.

2)Tetanus umum; merupakan bentuk paling sering, timbul mendadak den gan kakukuduk, trismus,
gelisah, mudah dikejar dan sakit kepala merupakanmanifestasi awal. Dalam waktu singkat konstruksi
otot somatik meluas. Timbulserangan tetanik bermacam grup otot, menimbulkan aduksi lengan dan
ekstensiekstremitas bagian bawah. Awalnya kejang berlangsung beberapa detiksampai beberapa menit
dan terpisah oleh periode relaksasi.

3)Tetanus cephalic : varian tetanus lokal yang jarang terjadi masa inkubasi 1-2 hariterjadi sesudah otitis
media atau luka kepala dan muka. Paling menonjol adalahdisfungsi saraf III, IV, VII, IX dan XI tersering
adalah saraf otak VII diikuti tetanus umum.

Menurut berat gejala dapat dibedakan 3 stadium :

a). Trismus (3 cm) tanpa kejang-lorik umum meskipun dirangsang.

b)Trismur (3 cm atau lebih kecil) dengan kejang torik umum bila dirangsang.

c)Trismur (1 cm) dengan kejang torik umum spontan


Pathway
5. Manifestasi Klinis

Periode inkubasi tetanus antara 3 sampai 21 hari rata-rata 7 hari. Pada 80 sampai 90% penderita gejala
muncul satu sampai dua minggu setelah selang waktu sejak munculnya gejala pertama sampai
terjadinya spasmal pertama disebut konsep pergaulan sehat maupun periode inkubasi secara signifikan
menentukan prognosis. Maka semakin singkat kurang dari 48 jam dan periode inkubasi kurang dari 7
hari maka yang menunjukkan beratnya penyakit.

Tetanus memiliki gambaran klinis dengan ciri khas Trias otot-otot dan ketidakstabilan otonom titik gejala
awalnya meliputi kekuatan otot lebih dahulu pada kelompok otot dengan jalur neutral

pendek karena itu yang tampak pada lebih dari 90% kasus. Saat masuk rumah sakit adalah trismus kaku
leher dan nyeri punggung. Keterlibatan otot-otot wajah dan faring faring menimbulkan ciri khas risus
sardonicus. Sakit tenggorokan dan disfagia.

Peningkatan tonus otot trunkal mengakibatkan opistotonus.. Kelompok otot yang berkaitan dengan
tempat refleksi sering terlibat menghasilkan penampakan tidak simetris sesuai otot muncul spontan juga
dapat diproduksi oleh stimulus fisik visual auditori atau emosional. Spasme otot menimbulkan nyeri dan
dapat menyebabkan ruptur tendon, dislokasi sendi serta patah tulang. Spasme laring dapat terjadi
segera, mengakibatkan obstruksi saluran nafas atas akut dan respiratory arrest. Pernapasan juga
dapat terpengaruh akibat spasme yang melibatkan otot-otot dada; selama spasme yang memanjang,
dapat terjadi hipoventilasi berat dan apnea yang mengancam nyawa. Tanpa fasilitas ventilasi mekanik,
gagal nafas akibat spasme otot adalah penyebab kematian paling sering. Hipoksia biasanya terjadi pada
tetanus akibat spasme atau kesulitan membersihkan sekresi bronkial yang berlebihan dan aspirasi.

Spasme otot paling berat terjadi selama minggu pertama dan kedua, dan dapat berlangsung selama 3
sampai 4 minggu, setelah itu rigiditas masih terjadi sampai beberapa minggu lagi.Tetanus berat
berkaitan dengan hiperkinesia sirkulasi, terutama bila spasme otot tidak terkontrol baik. Gangguan
otonom biasanya mulai beberapa hari setelah spasme dan berlangsung 1-2 minggu. Meningkatnya tonus
simpatis biasanya dominan menyebabkan periode vasokonstriksi, takikardia dan hipertensi. Autonomic
storm berkaitan dengan peningkatan kadar katekolamin.
Keadaan ini silih berganti dengan episode hipotensi, bradikardia dan asistole yang tiba-tiba. Gambaran
gangguan otonom lain meliputi salivasi, berkeringat, meningkatnya sekresi bronkus, hiperpireksia, stasis
lambung dan ileus.Pada keadaan berat dapat timbul berbagai komplikasi. Intensitas spasme paroksismal
kadang cukup untuk mengakibatkan ruptur otot spontan dan hematoma intramuskular. Fraktur
kompresi atau subluksasi vertebra dapat terjadi, biasanya pada vertebrathorakalis.5 Gagal ginjal akut
merupakan komplikasi tetanus yang dapat dikenali akibat dehidrasi, rhabdomiolisis karena spasme, dan
gangguan otonom

6. Klasifikasi

Secara mekanis ada 4 macam yaitu: Tetanus umum, tetanus local, cephalic tetanus, dan tetanus
neonatal.

a. Tetanus umum

Bentuk ini merupakan gambar tanah yang paling sering dijumpai terjadinya bentuk ini berhubungan
dengan jalan masuk kuman biasanya mulai dari dan risus sardonicus lalu berproses pas mau umum dan
opistotonus dalam 24 sampai 48 jam dari kekuatan otot menjadi menurun sampai ke ekstremitas
kekuatan otot rahang terutama master menyebabkan mulut sukar dibuka sehingga banyak ini juga
disebut log jauh titik selain kekuatan otot masseter pada muka juga terjadi kekuatan otot suka sehingga
muka menyerupai muka meringis kesakitan disebut risus sardonicus (alis tertarik ke atas sudut mulut
tarik keluar dan ke bawah ) akan kuat pada gigi akibat kekuatan otot leher bagian belakang
menyebabkan nyeri waktu melakukan fleksi leher dan tumbuh sehingga memberikan gejala kaku kuduk
sampai of. Selain kekuatan otot yang luar biasa nya yang luas biasanya diikuti kerja umum tonic baik
secara spontan maupun hanya dengan rangsangan minimal dalam kurung rabaan sinar dan bunyi titik
kejang menyebabkan lengan presiden secara tangan mengepal kuat dan kaki dalam posisi ekstensi.

Kesadaran menderita tetap baik walaupun nyeri yang hebat serta kekuatan yang menonjol sehingga
penderita tampak gelisah dan mudah terangsang Asmoro jaring dan atas pernapasan dapat
menyebabkan gangguan menelan asfiksia dan sianosis retensi urin sering terjadi karena spasmal skin
care kandung kemih kenaikan temperatur badan umumnya tidak tinggi tetapi dapat disertai panas yang
tinggi sehingga harus hati-hati terhadap komplikasi 1 atau toksin menyebar luas dan mengganggu
pusat pengaturan suhu tubuh pada kasus yang berat perubahan yang terjadi over aktivitas yang
berubah takikardi hipertensi layang labil berkeringat banyak panas dan tinggi.
b. Tetanus Lokal

Bentuk ini sebenarnya banyak tapi kurang dipertimbangkan karena gambaran kelinci dan titik bentuk
seni berupa nyeri kekuatan otot pada bagian proksimal dari tempat luka titik terus lokal adalah bentuk
ringan dengan angka kematian 1% kadang-kadang bentuk ini dapat berkembang menjadi tandus umum.

c. Cephalic tetanus

Merupakan salah satu varietas lokal titik terjadi bentuk ini bila luka mengenai daerah mata kulit kepala
luka telinga otitis media kronis dan jarak akibat tonsilektomi titik gejala berupa diskusilah saran antara
lain 3, 4, 7, 9, 10 dan 11 dapat berupa gangguan sendiri-sendiri maupun kombinasi dan menetap dalam
beberapa hari bahkan berbulan-bulan titik c Patrick tetanus dapat berkembang menjadi 100 umum pada
umumnya prognosis bentuk cephalic tetanus jelek.

7. Pemeriksaan Penunjang

a. Glukosa darah

• Hipoglikemia

Merupakan predisposisi kejang n kurang lebih 200 mg per dl .

• BUN

Pendekatan Bun mempunyai potensi gejala merupakan indikasi nefrotoksik akibat dari pemberian obat.

• Elektrolit

Ka, Na ketidakseimbangan elektrolit maupun proposisi kejang

• Kalium

(N 3, 805,00 m e/qi )

• Natrium

(N 1 3 5 1 4 4 m e q / l b)
b. Skull Ray

Untuk mengidentifikasi adanya proses desak ruang dan adanya lesi teknik untuk menekan aktifitas otak
melalui tengkorak yang utuh untuk mengetahui fokus aktivitas kejang hasil biasanya

8. Pelaksanaan Medis

a. Umum

• Merawat dan membersihkan luka dengan sebaik-baiknya

• Diet cukup kalori dan protein dalam kurung untuk makanan tergantung pada kemampuan
membuka dan menutup mulutnya.

• Selain untuk menghindari rangsang luar seperti suara dan tindakan terhadap klien lainnya

• Oksigen dan pernapasan buatan dan trakeostomi kalau perlu.

• Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit b obat-obatan yang pertama ada antitoksin talus
atau TII lebih dianjurkan pemakainya dibandingkan dengan aliran serum atau MTS dari hewan titik-titik
adalah 5000 poin dalam kurung dan seharian 500 sampai 6000 unit itik kalau tidak ada teh diberi ATM
dengan dosis 5000 m dan 5000 cara atau pemberian ATS anti tetanus serum 20.000 seri m didahului
oleh uji kulit dan mata.

9. Komplikasi

Komplikasi lain meliputi, yaitu :

a. Atelektasis

b. Penumonia aspirasi

c. Ulkus peptikum

d. Retensi urine

e. Infeksi traktus urinarius


f. Ulkus dekubitus

g. Thrombosis vena

h. Thromboemboli.

10. Diet / Nutrisi

Diet cukup kalori dan protein ( bentuk makanan tergantung pada kemampuan membuka mulut dan
menelan )

11. Pengkajian Keperawatan

a. Identitas penyakit

Tetanus kebanyakan terdapat pada anak-anak yang belum pernah mendapatkan imunisasi tetanus atau
DPT dan pada umumnya terdapat pada anak dari keluarga yang belum mengerti

pentingnya imunisasi dan memelihara kesehatan seperti lingkungan dan perorangan.

b. Status Kesehatan Saat Ini

• Keluhan utama

Menjadi alasan lain atau orangtua membawa anaknya untuk meminta pertolongan kesehatan adalah
panas badan tinggi kejang dan penurunan tingkat kesadaran.

• Alasan masuk rumah sakit

Adanya penurunan atau perubahan pada tingkat kesadaran dihubungkan dengan vaksin tetanus yang
inflamasi jaringan otak. Keluhan perubahan perilaku juga umum terjadi sesuai perkembangan penyakit
dapat terjadi alergi tidak responsif dan koma.

c. Riwayat penyakit sekarang

Faktor riwayat penyakit sangat penting diketahui karena untuk mengetahui predisposisi penyusun
terluka titik biasanya pasien tetanus sering menimbulkan kejang dan harus diberikan tindakan untuk
makan keluarganya tersebut.

d. Riwayat penyakit dahu


e. Riwayat penyakit sebelumnya

Penyakit yang pernah dialami klien memungkinkan adanya hubungan atau menjadi transposisi keluhan
sekarang meliputi kelainan tubuh terluka dan luka tusuk yang dalam misalnya aku pecahan kaca terkena
kaleng atau luka yang jadi kotor karena kerja di tempat yang kotor yang terluka atau kecelakaan dan
timbul luka yang tertutup debu atau kotoran juga luka bakar dan patah tulang terbuka.

f. Riwayat Pengobatan

Biasanya pasien tetanus menggunakan obat-obatan diazepam sebagai terapis tasmu Titanic dan kejang
tonik depresi semua tingkatan sistem saraf pusat termasuk bentukan limit dan retikuler mungkin dengan
meningkatkan aktivitas gabah suatu neuro transmitter inhibitory utama.

g. Riwayat psychosocial

Psikososial pasien tetanus biasanya timbul ketakutan atau kecacatan karena rasa cemas masa
ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secara optimal dan pandangan tradisinya yang salah karena
kalian harus menjalani rawat inap apakah kalian ini memberi dampak pada saat ekonomi klien karambia
perawatan yang memerlukan dana yang tidak sedikit.

h. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan umum

• Kesadaran

Kesadaran klien biasaanya composmentis, pada keadaan lanjut tingkat kesadaran klien tetanus
mengalami penurunan pada tingkat letargi, stupor, dan semikomatosa. Apabila klien sudah mengalami
koma maka penilaian GCS sangat penting untuk menilai tingkat kesadaran klien dan bahan evaluasi
untuk monitoring pemberian asuhan (Muttaqin, 2008, p. 223).

• Tanda-tanda vital

- Tekanan darah : biasanya tekanan darah pada pasien tetanus biasanya normal.

- Nadi : penurunan deenyut nadi terjadi berhubungan dengan perfusi jaringan di

otak.
- RR : Frekuensi pernapasan pada pasien tetanus meningkat karena berhubungan dengan
peningkatan laju metabolism umum.

- Suhu : pada pasien tetanus biasanya peningkatan suhu tubuh lebih dari normal 38- 40°C.

2. Body System

• Sistem pernapasan

Inspeksi apakah klien terdapat batuk, produksi sputum, sesak napas, penggunaan otot pernapasan dan
peningkatan frekuensi pernapasan yang sering didapatkan pada klien tetanus yang disertai adanya
ketidakefektifan bersihan jalan napas. Palpasi thorax didapatkan taktil premitus seimbang kanan dan
kiri. Auskultasi bunyi napas tambahan seperti ronchi pada klien dengan peningkatan produksi secret dan
kemampuan batuk yang menurun.

• Sistem kardiovaskuler

Pengkajian pada system kardiovaskular didapatkan syok hipovolemik yang sering terjadi pada klien
tetanus. TD biasanya normal, peningkatan heart rate, adanya anemis karena hancurnya eritrosit

• Sistem persarafan

- Saraf I. Biasanya pada klien tetanus tidak ada kelainan dan fungsi penciuman tidak ada kelainan.

- Saraf II Tes ketajaman penglihatan pada kondisi normal.

- Saraf III, IV, dan Dengan alasan yang tidak diketahui, klien tetanus mengeluh mengalami
fotofobia atau sensitif yang berlebihan terhadap cahaya. Respons kejang umum akibat stimulus
rangsang cahaya perlu diperhatikan perawat untuk memberikan intervensi menurunkan stimulasi
cahaya tersebut.

- Saraf V. Refleks masester meningkat. Mulut-mencucu seperti mulut ikan (ini adalah gejala khas
dari tetanus).

- Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah simetris.

- Saraf VIII Tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli persepsi.

- Saraf IX dan X. Kemampuan menelan kurang baik, kesukaran membuka mulut (trismus).
- Saraf XI Didapatkan kaku kuduk. Ketegangan otot rahang dan leher (mendadak).

- Saraf XII Lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak ada fasikulasi. Indra
pengecapan normal

• Sistem motoric

Kekuatan otot menurun, kontrol keseimbangan dan koordinasi pada tetanus tahap lanjut mengalami
perubahan.

• Pemeriksaan reflex

Pemeriksaan refleks dalam, pengetukan pada tendon, ligamentum, atau periosreum derajat
refleks pada respons normal.

• Gerakan involunter

Tidak diremukun adanya tremor, Tic, dan distonia. Pada keadaan tertentu klien biasanya mengalami
kejang umum, terutama pada anak dengan tetanus disertai peningkatan suhu nibuh yang tinggi. Kejang
berhubungan sekunder akibat area fokal kortikal yang peka.

• Sistem sensorik

Pemeriksaan sensorik pada tetanus biasanya didapatkan perasaan raba normal, perasaan nyeri normal.
Perasaan suhu normal, tidak ada perasaan abnormal di permukaan tubuh. Perasaan proprioseptif
normal dan pcrasaan diskriminatif normal.

Sistem perkemihan

Penurunan volume haluaran urine berhubungan dengan perfusi dan penurunan curah jantung ke ginjal.
Adanya retensi urine karena kejang umum. Pada klien yang sering kejang sebaiknya pengeluaran urine
dengan menggunakan cateter.

• Sistem pencernaan

Mual sampai munttah dihubungkan dengan peningkatan produksi asam lambung. Pemenuhan nutrisi
pada klien tetanus menurun Karen aanorexia dan adanya kejang, kaku dinding perut (perut papan)
merupakan tanda khas pada tetanus. Adanya spasme otot menyebabkan kesulitan BAB.
Sistem Integumen

Klien mengalami tubuh terluka dan luka tusuk yang dalam nisalnya tertusuk paku, pecahan kaca, terkena
kaleng, atau luka yang menjadi kotor, karena terjatuh di tempat yang kotor, dan terluka atau kecelakaan
dan timbul luka yang tertutup debu atau kotoran juga luka bakar dan patah tulang terbuka. Adakah
porte de entrée seperti luka gores yang ringan kemudian menjadi bernanah dan gigi berlubang dikorek
dengan benda yang kotor.

• Sistem musculoskeletal

Adanya kejang umum sehingga mengganggu mobilitas klien dan menurunkan aktivitas sehari-hari. Perlu
dikaji apabila klien mengalami patah tulang terbuka yang memungkinkan port de entrée kuman
clostridium tetani, sehingga memerlukan perawatan luka yang optimal. Adanya kejang memberikan
resiko pada fraktur vertebra pada bayi, ketegangan, dan spasme otot pada abdomen

• Sistem Endokrin

Fungsi endokrin pada klien tetanus normal.

• Sistem reproduksi

Pasien tetanus dari tingkah laku seksual dan reproduksi normal

• Sistem pengindraan

Sistem pengindraan pengecapan pada pasien tetanus normal dan tidak ditemukan gangguan.

• Sistem imun

Kemampuan sistem imunitas akan berkurang dalam mengenali toksin sebagai antigen sehingga
mengakibatkan tidak cukupnya antibodi yang dibentuk

b. Pemeriksaan Penunjang

• EKG : interval CT memanjang karena segmen ST. bentuk takikardia ventrikuler (torsaderse
pointters).

• Pada tetanus kadar serum 5-6 mg/al atau 1,2-1,5 mmol/L atau lebih rendah kadar fosfat dalam
serum meningkat.
• Sinar X tulang tampak peningkatan denitas foto rontgen pada jarringan subkutan atau basas
ganglia otak menunjukkan klasifikasi

c. Penatalaksanaan

Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :

• Imunisasi aktif dengan pemberian DPT, booster dose (untuk balita) jika terjadi luka lagi,
dilakukan booster ulang

• Imunisasi pastif, pemberian ATS profilaksis 1500-4500 UI (dapat bertahan 7-10 hari). Pemberian
imunisasi ini sering menyebabkan syok anafilaksis ehinngga harus dilakukan skin test terlebih dahulu.
Jika pda lokasi skin test tidak terjadi

kemerahan, gatal, dan pembengkakan maka imunisasi dapat diinjeksikan, anak- anak diberikan setengah
dosis (750-1250 UI). HyperTet 250 UI dan dosis untuk anak-anak diberikan setengahnya (12,5 UI) bila
tidak tahan ATS

• Pencegahan pada luka, toiletisasi (pembersihan luka) memakai perhidrol (hydrogen peroksida –
H2O2), debridemen, bilas dengan NaCl, dan jahit

• Injeksi penisilin (terhadap basil anaerob dan simbiosis)

2. Masalah Keperawatan, hasil yang dicapai, intervensi keperawatan, rasional Masalah


keperawatan:

a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas

b. Nyeri akut

➢ Kriteria hasil:

a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas

• Bersihan jalan napas meningkat

• Produksi sputum menurun

• Wheezing menurun
• Mengimenurun

• Gelisah menurun

• Frekuensi napas membaik

• Pola napas

b. Nyeri akut

• Keluhan nyeri menurun.

• Meringis menurun.

• Gelisah menurun

• Frekuensi nadi membaik

• Pola napas membaik

• Perasaan depresi menurun

• Anoreksia menurun

• Mual menurun

• Nafsu makan membaik

• Pola tidur membaik


Masalah Keperawatan Intervensi

Ketidakefektifan bersihan jalan nafas

Manajemen Jalan Nafas

Tindakan :

Observasi

- Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha napas).

- Monitor bunyi nafas tambahan (misal gurgling, mengi, wheezing, ronkhi kering).

- Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)

Terapeutik

- Pertahankan kepatenan jalan nafas dengan head-tilt dan Chin-lift (jaw-thrust jika curiga trauma
cervical)

- Posisikan semifowler atau fowler

- Berikan minum hangat

- Lakukan fisioterapi dada jika perlu

- Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik

- Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan endotrakeal

- Keluarkan sumbatan benda padat dengan forcep McGill

- Berikan oksigen jika perlu

Edukasi

- Anjurkan asupan cairan 2000 ml/ hari, jika tidak kontraindikasi .

- Ajarkan teknik batuk efektif


Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian bronkodilator ekspektoran mukolitik, jika perlu

Nyeri akut

• Manajemen Nyeri

Observasi
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan itensitas nyeri.
- Identifikasi skala nyeri.
- Identifikasi respon nyeri non verbal.
- Identifikasi factor yang memperberat rasa nyeri .
- Identifikasi pengetahuan tentang nyeri
- Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup.

Teraputik
- Berikan terapi komplementer untuk mengurangi rasa nyeri
- Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri.
- Fasilitasi istirahat dan tidur.

Edukasi
- Ajarkan terapi komplementer untuk mengurangi rasa nyeri
- Informasikan pengguanaan analgetik.
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu.
DAFTAR PUSTAKA

Damayanti, Fithrilia.dkk.2010.Analisa Pelaksanaan Program Suntik Tetanus Toksoid (Tt) Terhadap


Wanita Usia Subur Di Puskesmas Tamban Kecamatan Tamban Kab. Barito Kuala.

Dinkes Provinsi Kal-Sel. (2O18). Cakupan Imunisasi TT Pada Wanita Usia Subur Menurut Provinsi Tahun
2O18 : Profil Dinas Kesehatan Indonesia

Saraswita Laksmi,Ni Komang .2014. Penatalaksanaan Tetanus. Puskesmas Mendoyo I, Bali, Indonesia
CDK-222/ vol. 41 no. 11.

Kemenkes, RI. (2O16). Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Kementrian Kesehatan RI dan JICA. Jakarta. World
Health Organization. (2O17). Maternal and Neonatal Tetanus Elimination (MNTE).

Tim Pokja SDKI DPP PPNI.(2017).Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.Jakarta:DPP PPNI Tim Pokja
SLKI DPP PPNI.(2019).Standar Luaran Keperawatan Indonesi.Jakarta:DPP PPNI Tim Pokja SIKI DPP PPNI.
(2018).Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.Jakarta:DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai