Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA Tn.

S
DENGAN ANGINA PECTORIS DI DESA
KLUNGKUNG
KECAMATAN SUKORAMBI

Oleh :

Eko Wahyu Kurniawan

2201031001

PRODI NERS
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER

2022
HALAMAN PENGESAHAN

Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Tn S Dengan Angina Pectoris Di Desa Klungkung


Kecamatan Sukorambi
Dilaksanakan Oleh:

Nama : Eko Wahyu Kurniawan, S.Kep.

NIM 2201031001

Jember, 25 Oktober 2022

Eko Wahyu Kurniawan


NIM. 2201031001

Menyetujui,
PJMK Departemen Pembimbing Akademik
Keperawatan Keluarga
FIKES UM Jember

Ns. Susi Wahyuning Asih, S.Kep,. M.Kep. Ns. Susi Wahyuning Asih, S.Kep,. M.Kep.
NPK. 19750920010804491 NPK. 19750920010804491

Ketua Prodi Profesi Ners


FIKES UM Jember
LAPORAN PENDAHULUAN

Ns. Susi Wahyuning Asih, S.Kep,. M.Kep.


NPK. 19750920010804491
A. KONSEP KELUARGA

1. DEFINISI KELUARGA

Keluarga dan komunitas memegang peran penting dalam kehidupan,


karena melalui keluarga dan komunitas, seseorang akan mengalami
pertumbuhan dan perkembangan menjadi seorang individu. Peran dan fungsi
keluarga sangat mempengaruhi keadaan individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat.

Definisi keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri


atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul serta tinggal disuatu
tempat dibawah satu atap dan saling ketergantungan. Ada juga definisi keluarga
adalah orang yang mempunyai hubungan resmi, seperti ikatan darah, adopsi,
perkawinan, atau perwalian, hubungan sosial (hidup bersama) dan adanya
hubungan psikologi (ikatan emosional).(Widodo, 2016)

2. TIPE KELUARGA

Berbagai tipe keluarga yang perlu Anda ketahui adalah sebagai berikut
(Widodo 2016)

a. Tipe keluarga tradisional, terdiri atas beberapa tipe di bawah ini :

1) The Nuclear family (keluarga inti), yaitu keluarga yang terdiri atas suami,
istri, dan anak, baik anak kandung maupun anak angkat.
2) The dyad family (keluarga dyad), suatu rumah tangga yang terdiri atas
suami dan istri tanpa anak. Hal yang perlu Anda ketahui, keluarga ini
mungkin belum mempunyai anak atau tidak mempunyai anak, jadi ketika
nanti Anda melakukan pengkajian data dan ditemukan tipe keluarga ini
perlu Anda klarifikasi lagi datanya.
3) Single parent, yaitu keluarga yang terdiri atas satu orang tua dengan anak
(kandung atau angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh perceraian atau
kematian.
4) Single adult, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri atas satu orang dewasa.
Tipe ini dapat terjadi pada seorang dewasa yang tidak menikah atau tidak
mempunyai suami.
5) Extended family, keluarga yang terdiri atas keluarga inti ditambah keluarga
lain, seperti paman, bibi, kakek, nenek, dan sebagainya. Tipe keluarga ini
banyak dianut oleh keluarga Indonesia terutama di daerah pedesaan
6) Middle-aged or elderly couple, orang tua yang tinggal sendiri di rumah
(baik suami/istri atau keduanya), karena anak-anaknya sudah membangun
karir sendiri atau sudah menikah.
7) Kin-network family, beberapa keluarga yang tinggal bersama atau salin
berdekatan dan menggunakan barang-barang pelayanan, seperti dapur dan
kamar mandi yang sama.
b. Tipe keluarga yang kedua adalah tipe keluarga nontradisional, tipe keluarga
ini tidak lazim ada di Indonesia, terdiri atas beberapa tipe sebagai berikut.
1) Unmarried parent and child family, yaitu keluarga yang terdiri atas orang
tua dan anak dari hubungan tanpa nikah.
2) Cohabitating couple, orang dewasa yang hidup bersama di luar ikatan
perkawinan karena beberapa alasan tertentu.
3) Gay and lesbian family, seorang yang mempunyai persamaan jenis
kelamin tinggal dalam satu rumah sebagaimana pasangan suami istri.
4) The nonmarital heterosexual cohabiting family, keluarga yang hidup
bersama berganti-ganti pasangan tanpa melalui pernikahan.
5) Foster family, keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan
keluarga/saudara dalam waktu sementara, pada saat orang tua anak
tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali keluarga
yang aslinya.
3. TUJUAN DASAR KELUARGA
Tujuan dasar pembentukan keluarga adalah: (Andarmoyo, 2012)

a. keluarga merupakan unit dasar yang memiliki pengaruh kuat terhadap


perkembangan individu
b. keluarga sebagai perantara bagi kebutuhan dan harapan anggota keluarga
dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat
c. keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuha-kebutuhan anggota keluarga
dengan menstabilkan kebutuhan kasih sayang, sosio-ekonomi dan kebutuhan
seksual
d. keluarga memiliki pengaruh yang penting terhadap pembentukan identitas
seorang individu dan perasaan harga diri.
Alasan mendasar mengapa keluarga menjadi fokus sentral dalam perawatan
adalah:

a. dalam sebuah unit keluarga, disfungsi apa saja (penyakit, cidera, perpisahan)
yang memengaruhi satu atau lebih keluarga, dan dalam hal tertentu, sering
akan memengaruhi anggota keluarga yang lain, dan unit ini secara
keseluruhan;
b. ada hubungan yang kuat dan signifikan antara keluarga dan status kesehatan
para anggotanya;
c. melalui perawatan kesehatan keluarga yang berfokus pada peningkatan,
perawatan diri (self care), pendidikan kesehatan, dan konseling keluarga,
serta upaya-upaya yang berarti dapat menurangi resiko yang diciptakan oleh
pola hidup keluarga dan bahaya dari lingkungan
d. adanya masalah-masalah kesehatan pada salah satu anggota keluarga dapat
menyebabkan ditemukannya faktor-faktor risiko pada anggota keluarga lain;
e. tingkat pemahaman dan berfungsinya seorang individu tidak lepas dari andil
sebuah keluarga;
f. keluarga merupakan sistem pendukung yang sangat vital bagi kebutuhan-
kebutuhan individu.
4. FUNGSI KELUARGA

Menurut Friedman fungsi keluarga ada lima antara lain berikut ini.

a. Fungsi afektif

Fungsi ini meliputi persepsi keluarga tentang pemenuhan kebutuhan


psikososial anggota keluarga. Melalui pemenuhan fungsi ini, maka keluarga
akan dapat mencapai tujuan psikososial yang utama, membentuk sifat
kemanusiaan dalam diri anggota keluarga, stabilisasi kepribadian dan tingkah
laku, kemampuan menjalin secara lebih akrab, dan harga diri.

b. Fungsi sosialisasi dan penempatan sosial

Sosialisasi dimulai saat lahir dan hanya diakhiri dengan kematian. Sosialisasi
merupakan suatu proses yang berlangsung seumur hidup, karena individu
secara kontinyu mengubah perilaku mereka sebagai respon terhadap situasi
yang terpola secara sosial yang mereka alami. Sosialisasi merupakan proses
perkembangan atau perubahan yang dialami oleh seorang individu sebagai
hasil dari interaksi sosial dan pembelajaran peran-peran sosial.
c. Fungsi reproduksi

Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber


daya manusia.

d. Fungsi ekonomi

Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi


dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu meningkatkan
penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga

e. Fungsi perawatan kesehatan

Menyediakan kebutuhan fisik dan perawatan kesehatan. Perawatan


kesehatan dan praktik-praktik sehat (yang memengaruhi status kesehatan
anggota keluarga secara individual) merupakan bagian yang paling relevan
dari fungsi perawatan kesehatan.

1) Kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan keluarga.

2) Kemampuan keluarga membuat keputusan yang tepat bagi keluarga.

3) Kemampuan keluarga dalam merawat keluarga yang mengalami


gangguan kesehatan.

4) Kemampuan keluarga dalam mempertahankan atau menciptakan


suasana rumah yang sehat.

5) Kemampuan keluarga dalam menggunakan fasilitas.

5. PERAN KELUARGA

a. Peran ayah

Ayah sebagai suami dari istri dan ayah dari anak-anaknyaa, berperan dari
oencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman sebagai kepala
keluarga, anggota dari kelompok sosial serta dari anggotaa masyarakat dari
lingkungannya.

b. Peran ibu

Ibu sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya. Ibu mempunyai peran
mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya,
pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta
sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu ibu juga
dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarga.

c. Peran anak

Anak-anak melaksanakan peran psikososial sesuai dengan perkembangan


fisik,mental, sosial dan spiritual. (Esti, 2020)

6. TAHAPAN KELUARGA

a. Tahapan Promiskuitas

Tahap ini adalah tahap dimana manusia hidup serupa sekawan


binatang berkelompok, perempuan dan wanita berhubungan bebas
sehingga melahirkan keturunan tanpa adanya ikatan, pada tahapan ini
manusia sama dengan kehidupan binatang yang hidup berkelompok.
Pada tahapan ini perempuan dan perempuan bebas melakukNy
Subungan perkawinan dengan yang lain tanpa adanya ikatan keluarga
dan menghasilkan keturunan tanpa ada terjadi ikatan keluarga seperti
sekarang

b. Tahap Matriarkat

Pada tahap ini lambat tahun manusia semakin sadar hubungan ibu
dan anak, tetapi anak belum mengenal ayahnya melainkan hanya
mengenal ibunya saja. Dalam keluarga inti ibu yang mnejadi kepala
keluarga dan mewarisi garis keturunan. Pada tahapan ini perkawinan ibu
dan anak dihindari sehingga muncul adat eksogami

c. Tahap Patriarkat

Pada tahap ini ayah yang menjadi kepala keluarga dan juga mewarisi
garis keturunannya. Perubahan tahap dari matriarkat ke patriarkat terjadi
karena perempuan merasa tidak puas dengan situasi keadaan sosial yang
menjadikan wanita sebagai kapala keluarga. Sehingga para pria
mengambil calon istrinya dari kelompok-kelompok yang lain dan
dibawanya ke kelompoknya sendiri serta menetap disana. Sehingga
keturunannya tetap menetap bersama mereka.
d. Tahap Parental

Pada tahapan terakhir ini perkawinan tidak selalu dari luar kelompok
(eksogami) tetapi juga dari dalam kelompok yang sama (endogami).
Hal ini menjadikan anak-anak bebas berhubungan langsung dengan
keluarga ibu maupun ayahnya.
LAPORAN PENDAHULUAN
ANGINA PECTORIS

I. Konsep teori
A. Definisi
Angina pectoris adalah nyeri hebat yang berasal dari jantung dan terjadi
sebagai respon terhadap supalai oksigen yang tidak adekuate ke sel-sel miokardium.
Nyeri angina dapat menyebar ke lengan kiri, ke punggung, ke rahang, atau ke daerah
abdomen (Corwin, 2009)
Angina pectoris adalah suatu syndrome klinis yang di tandai dengan episode
atau perasaan tertekan di depan dada akibat kurangnya aliran darah koroner,
menyebabkan suplai oksigen ke jantung tidak adekuat atau dengan kata lain, suplay
kebutuhan oksigen jantung meningkat. (Smeltzer dan Bare, 2002 :779)
Angina pectoris ialah suatu sindrom klinis di mana pasien mendapat serangan
dada yang khas, yaitu seperti ditekan atau terasa berat di dada yang seringkali
menjalar ke lengan kiri. Sakit dada tersebut biasanya timbul pada waktu pasien
melakukan suatu aktivitas dan segera hilang bila pasien menghentikan aktivitasnya
(Mansjoer dkk, 2007)

B. Etiologi
1. Suplay oksigen ke miokard turun
a. Factor pembuluh daraha: aterosklerosis, spasme, dan arteritis.
b. Factor sirkulasi : anemia, hipoksemia, dan polistemia
2. Curah jantung meningkat : anemia, hipertiroid, aktifitas berat, emosi, makan
terlalu banyak.
3. Kebutuhan oksigen miokard meningkat : kerusakan miokard, hipertropi miokard,
hipertensi miokard
Selain dari itu angina pectoris juga di sebabkan oleh beberapa factor anatara
lain:
1. Faktor predisposisi
a. Dapat Diubah (dimodifikasi)
1) Diet (hiperlipidemia)
2) Rokok
3) Hipertensi
4) Stress
b. Tidak dapat diubah
1) Usia
2) Jenis Kelamin
3) Ras
4) Herediter
2. Faktor Pencetus Serangan
a. Emosi atau berbagai emosi akibat situasi yang menegangkan,
mengakibatkan frekuensi jantung meningkat, akibat pelepasan adrenalin dan
meningkatnya tekanan darah, dengan demikian beban kerja jantung juga
meningkat.
b. Kerja fisik terlalu berat dapat memicu serangan dengan cara meningkatkan
kebutuhan oksigen jantung
c. Makan makanan berat akan meningkatkan aliran darah ke daerah mesentrik
untuk pencernaan, sehingga menurunkan ketersediaan darah untuk suplai
jantung. (pada jantung yang sudah sangat parah, pintasan darah untuk
pencernaan membuat nyeri angina semakin buruk).
d. Pajanan terhadap dingin dapat mengakibatkan vasokonstriksi dan
peningkatan tekanan darah, disertai peningkatan kebutuhan oksigen.
(Smeltzer dan Bare, 2002 : 779).

C. Anatomi fisiologi
Jantung merupakan sebuah organ yang terdiri dari otat. Otot jantung
merupakan jaringan istimewa karena kalau dilihat dari bentuk dan susunannya sama
dengan otot sarat lintang, tetapi cara kerjanya menyerupai otot polos yaitu diluar
kemauan kita.
1. Bentuk Jantung
Bentuk jantung menyerupai jantung pisang, bagian atasnya tumpil (pangkal
jantung)  dan disebut juga basis kordis. Disebelah bawah agak runcing yang
disebut apeks kordis.
2. Letak
Didalam rongga dada sebelah depan (kavum mediastrium anterior), sebelah
kiri bawah dari pertengahan rongga dada, diatas diagfragma dan pangkalnya
terdapat dibelakang kiri antara kota V dan VI dua jari dibawah papila mamae pada
tempet ini teraba adanya pukulan jantung disebut iktus kordis.
3. Lapisan jantung :
a. Endokardium
Endokardium  merupakan lapisan jantung yang terdapat disebelah dalam
sekali yang terdiri dari jaringan endotel atau selaput lendir yang melapisi
permukaan rongga jantung.
b. Miokardium
Miokardium merupakan lapisan inti dari jantung yang terdiri dari otot –
otot jantung, otot jantung ini membentuk bundalan – bundalan otot.
c. Perikardium
Perikardium merupakan lapisan jantung sebelah luar yang merupakan
selaput pembungkus, terdiri dari dua lapisan yaitu lapisan parietal dan viseral
yaitu bertemu dipangkal jantung membentuk kantung jantung. Antara dua
lapisan jantung ini terdapat lendir sebagai pelicin untuk menjaga agar
pergeseran antara perikardium pleura tidak menimbulkan gangguan terhadap
jantung.
4. Siklus Jantung
a. Arteri pulmonalis, merupakan pembuluh darah yang keluar dari ventrikel
dekstra menuju keparu – paru,. Mempunyai dua cabang yaitu dekstra dan
sinestra untuk paru – paru kanan dan kiri yang banyak mengandung CO 2 di
dalam darahnya.
b. Vena pulmonalis, merupakan vena pendek yang membawa darah dari paru –
paru masuk ke jantung bagian atrium sinistra. Di dalam berisi dalam yang
banyak mengandung O2.
5. Daya Pompa Jantung
Dalam keadaan istirahat jantung beredar 70 kali/menit. Pada waktu banyak
pergerakan, kecepatan jantung dicapai 150 kali/menit dengan daya pompa 20 – 25
liter/menit. Setiap menit sejumlah volume darah yang tepat sama sekalidialirkan
dari vena ke jantung, apabila pengambalian dari vena tidak seimbang dan vantrikel
gagal mengimbanginya dengan daya pompa jantung jadi membengkak berisidarah
sehingga tekanan dalam vena naik dan dalam jangka waktu lama bisa menjadi
edema. (Martini, H. Frederic. 2006)

D. Patofisiologi

Mekanisme timbulnya angina pektoris didasarkan pada ketidakadekuatan


suplai oksigen ke sel-sel miokardium yg diakibatkan oleh kekakuan arteri dan
penyempitan lumen arteri koroner (aterosklerosis koroner).  Tidak diketahui secara
pasti apa penyebab aterosklerosis, namun jelas bahwa tidak ada faktor tunggal yang
bertanggungjawab atas perkembangan aterosklerosis. Aterosklerosis merupakan
penyakir arteri koroner yang paling sering ditemukan.  Sewaktu beban kerja suatu
jaringan meningkat, maka kebutuhan oksigen juga meningkat. Apabila kebutuhan
meningkat pada jantung yang sehat maka artei koroner berdilatasi dan mengalirkan
lebih banyak darah dan oksigen ke otot jantung. Namun apabila arteri koroner
mengalami kekauan / menyempit akibat aterosklerosis dan tidak bisa berdilatasi
sebagai respon terhadap peningkatan kebutuhan oksigen, maka terjadi iskemik
(kekurangan suplai darah) miokardium.

Berkurangnya kadar oksigen memaksa miokardium mengubah metabolisme


yang bersifat aerobik menjadi metabolisme yang anaerobik. Hasil akhir metabolisme
anaerobik ini, yaitu asam laktat, tertimbun sehingga mengurangi pH sel dan
menimbulkan nyeri.  Kombinasi dari hipoksia, berkurangnya jumlah energi yg
tersedia serta asidosis menyebabkan gangguan fungsi ventrikel kiri. Berkurangnya
fungsi ventrikel kiri bisa mengurangi curah jantung dengan mengurangi volume
sekuncup (jumlah darah yang dikeluarkan setiap kali jantung berdenyut).
Angina pectoris ialah rasa sakit dada yang berkaitan dengan iskemia
miokardium. Mekanismenya yang tepat bagaimana iskemi menimbulkan rasa sakit
masih belum jelas. Agaknya reseptor saraf rasa sakit terangsang oleh metabolik yang
tertimbun / oleh suatu zat kimia antara yang belum diketahui / oleh stress mekanik
lokal akibat kontraksi miokardium yang abnormal. Jadi secara khas rasa sakit
digambarkan sebgai suatu tekanan substernal, kadang-kadang menyebar turun kesisi
medial lengan kiri. Rasa sakit angina bisa menyerupai rasa sakit oleh maldigesti /
sakit gigi. Pada dasarnya angina dipercepat oleh aktivitas yang meningkatkan
miokardium mau oksigen, seperti latihan fisik. Sedangkan angina mau hilang dalam
beberapa menit dengan istirahat / nitrogliserin. (Sylvia A. Price, Lorrain M. Wilson,
2005).
E. Pathway

Spasme pembuluh darah, pajanan terhadap dingin,


stress, latihan fisik, makanan berat

Aliran O2 ke
jantung

Jantung
kekurangan O2

Iskemi otot
jantung
Kontraksi
miokard Pembentukan
asam laktat oleh
miokardium
MK: penurunan
curah jantung
Aktivitas Bingung
Nyeri dada
terganggu dengan keadaan
MK: Nyeri
MK: intolerasi akut MK:
aktifitas Ansietas

Asam laktat
MK: ketidakefektifan
pola nafas
Asidosis

Sesak nafas
Fungsi frentikel
terganggu
Tekanan paru-paru
Perubahan
Tekanan jantung C.O menurun hemodinamik
(TD, nadi)

Sylvia A. Price, Lorrain M. Wilson (2005)


F. Manifestasi klinis
1. Nyeri dada substernal ataru retrosternal menjalar ke leher, tenggorokan daerah
inter skapula / lengan kiri.
2. Kualitas nyeri seperti tertekan benda berat, seperti diperas, terasa panas, kadang-
kadang hanya perasaan tidak enak di dada (chest discomfort).
3. Durasi nyeri berlangsung 1 hingga 5 menit, tidak lebih daari 30 menit.
4. Nyeri hilang (berkurang) bila istirahat / pemberian nitrogliserin.
5. Gejala-gejala penyerta : sesak nafas, perasaan lelah, kadang muncul keringat
dingin, palpitasi, dizzines.
6. Gambaran EKG : depresi segmen ST, terlihat gelombang T terbalik.
7. Gambaran EKG seringkali normal pada waktu tidak timbul serangan

G. Pemeriksaan penunjang
1. EKG : biasanya normal bila pasien istirahat tetapi datar / depresi pada segmen 
ST gelombang T menunjukkan iskemia.
2. Foto rontgen dada : Foto rontgen dada sering menunjukkan bentuk jantung yang
normal, pada pasien hipertensi dapat terlihat jantung membesar dan kadang-
kadang tampak adanya pengapuran pembuluh darah aorta.
3. Pemeriksaan laboratorium
serangan jantung akut sering dilakukan pemeriksaan enzim jantung. Enzim
tersebut akan meningkat kadarnya pada serangan jantung akut sedangkan pada
angina kadarnya masih normal.

H. Penatalaksanaan
1. Terapi Farmakologi
a. Nitrogliserin : diberikan untuk menurunkan konsumsi oksigen jantung yang
mengurangi iskemia dan mengurangi nyeri angina.
b. Nitrat & Nitrit : Nitrat menurunkan kebutuhan oksigen miokard lewat
pengurangan preload sehingga terjadi pengurangan volume ventrikel dan
tekanan arterial.
2. Terapi non farmakologi
Untuk menurunkan kebutuhan oksigen jantung antara lain :
a. pasien harus berhenti merokok, karena merokok mengakibatkan takikardia dan
naiknya tekanan darah, sehingga memaksa jantung bekerja keras
b. Manusia obesitas dianjurkan menurunkan berat badan untuk mengurangi kerja
jantung
c. Mengurangi stress untuk menurunkan kadar adrenalin yg bisa menimbulkan
vasokontriksi pembuluh darah
d. Pengontrolan gula darah
e. Penggunaan kontra sepsi dan kepribadian seperti sangat kompetitif, agresif /
ambisius

II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ANGINA PECTORIS


a. PENGKAJIAN KEPERAWATAN ANGINA PECTORIS
i. Identitas umum keluarga
Identitas keluarga Meliputi : Nama kepala keluarga, alamat dan telepon,
pekerjaan kepala keluarga, pendidikan kepala keluarga, komposisi
keluarga dan genogram, tipe keluarga, suku bangsa, agama, status sosial
ekonomi keluarga, aktifitas rekreasi keluarga.

ii. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga meliputi :


1. Tahap perkembangan keluarga saat ini ditentukan dengan anak tertua
dari keluarga inti.
2. Tahap keluarga yang belum terpenuhi yaitu menjelaskan mengenai
tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga serta
kendala mengapa tugas perkembangan tersebut belum terpenuhi.
3. Riwayat keluarga inti yaitu menjelaskan mengenai riwayat kesehatan
pada keluarga inti yang meliputi riwayat penyakit keturunan,
riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga, perhatian
terhadap pencegahan penyakit, sumber pelayanan kesehatan yang
biasa digunakan keluarga serta pengalaman-pengalaman terhadap
pelayanan kesehatan.
4. Riwayat keluarga sebelumnya yaitu dijelaskan mengenai riwayat
kesehatan pada keluarga dari pihak suami dan istri.
iii. Pengkajian lingkungan
1. Karakteristik rumah
2. Karakteristik tetangga dan komunitas RW
3. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
4. Sistem pendukung keluarga.
iv. Struktur keluarga
1. Pola komunikasi keluarga yaitu menjelaskan mengenai cara
berkomunikasi antar anggota keluarga.
2. Struktur kekuatan keluarga yaitu kemampuan anggota keluarga
mengendalikan dan mempengaruhi orang lain untuk merubah
perilaku.
3. Struktur peran yaitu menjelaskan peran dari masing-masing anggota
keluarga baik secara formal maupun informal.
4. Nilai atau norma keluarga yaitu menjelaskan mengenai nilai dan
norma yang dianut oleh keluarga yang berhubungan dengaan
kesehatan.
5. Fungsi keluarga :
a. Fungsi afèktif, yaitu perlu dikaji gambaran diri anggota keluarga,
perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan
keluarga terhadap anggota keluarga lain, bagaimana
kehangatan tercipta pada anggota keluarga dan bagaimana
keluarga mengembangkan sikap saling menghargai.
b. Fungsi sosialisai, yaitu perlu mengkaji bagaimana berinteraksi
atau hubungan dalam keluarga, sejauh mana anggota keluarga
belajar disiplin, norma, budaya dan perilaku.
c. Fungsi perawatan kesehatan, yaitu meenjelaskan sejauh mana
keluarga menyediakan makanan, pakaian, perlu dukungan serta
merawat anggota keluarga yang sakit. Sejauh mana pengetahuan
keluarga mengenal sehat sakit. Kesanggupan keluarga dalam
melaksanakan perawatan kesehatan dapat dilihat dari kemampuan
keluarga dalam melaksanakan tugas kesehatan keluarga, yaitu
mampu mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan
untuk melakukan tindakan, melakukan perawatan kesehatan pada
anggota keluarga yang sakit, menciptakan lingkungan yang
dapat meningkatan kesehatan dan keluarga mampu
memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat di lingkungan
setempat.
d. Pemenuhan tugas keluarga. Hal yang perlu dikaji adalah sejauh
mana kemampuan keluarga dalam mengenal, mengambil
keputusan dalam tindakan, merawat anggota keluarga yang sakit,
menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan dan
memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada.
6. Stress dan koping keluarga
a. Stressor jaangka pendek dan panjang
1. Stressor jangka pendek yaitu stressor yang dialami keluarga
yang memerlukan penyelesaian dalam waktu kurang dari
5 bulan.
2. Stressor jangka panjang yaitu stressor yang dialami keluarga
yang memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih dari 6
bulan.
b. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/ stressor
c. Strategi koping yang digunakan keluarga bila menghadapi
permasalahan.
d. Strategi adaptasi fungsional yang divunakan bila menghadapi
permasalah.
v. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan terhadap semua anggotaa keluarga.
Metode yang digunakan pada pemeriksaan fisik tidak berbeda dengan
pemeriksaan fisik di klinik. Harapan keluarga yang dilakukan pada akhir
pengkajian, menanyakan harapan keluarga terhadap petugas kesehatan
yang ada.

III. DIAGNOSIS KEPERAWATAN

Berdasarkan pengkajian asuhan keperawatan keluarga di atas maka diagnosa


keperawatan keluarga yang mungkin muncul adalah :

1. Resiko nyeri akut berhubunan dengan ketidakmampuan keluarga


memelihara/memodifikasi lingkungan.
2. Ansietas berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga membuat keputusan
untuk melakukan tindakan yang tepat.
3. Resiko intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
merawat anggota keluarga yang sakit angina pectoris.
IV. PERENCANAAN KEPERAWATAN ANGINA PECTORIS
1. Resiko nyeri akut berhubunan dengan ketidakmampuan keluarga
memelihara/memodifikasi lingkungan.
Tujuan dan kriteria hasil :
a. Klien mampu mengontrol nyeri ( tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan
teknik non farmakologi untuk mengurani nyeri ) serta mampu menghindari factor
pencetus nyeri.
b. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan menejemen nyeri
c. Klien mampu megenali nyeri ( skala, intensitas, frekuensi, da tanda nyeri )
Intervensi :
a. Lakukan pengkajian nyeri dada secara komprehensif termasuk karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas dan factor presipitasi.
b. kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri dada, seperti suhu dinin, pola
makanan, aktivitas fisik, dan stress.
c. Menghindarkan ancaman psikologis dalam keluarga antara lain dengan cara
memperbaiki pola komunikasi keluarga, memperjelas masing-masing anggota dll.
d. Bantu klien dan keluarga mencari cara memodifikasi lingkunan untuk
menghindarkan adanya factor pencetus nyeri dada.
e. Ajarkan tentang penanganan nyeri dengan teknik non farmakologi.
2. Ansietas berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga membuat keputusan
untuk melakukan tindakan yang tepat.
Tujuan dan kriteria hasil :
a. Klien dan keluarga mampu mengidentifikasi gejala yang menimbulkan
kecemasan.
b. Klien dan keluarga mampu menunjukkan teknik untuk mengontrol cemas dan
mampu mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat.
Intervensi :
a. Bantu klien dan keluarga mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan.
b. Jelaskan kepada klien dan keluarga cara mengontrol kecemasan dengan teknik
relaksasi.
c. Jelaskan kepada keluarga tindakan yng harus seera dilakukan, alternative
tindakan, sumber-sumber yang diperlukan dan manfaat tindakan.
d. Mendiskusikan kepada klien dan keluarga tentang konsekuensi yang akan timbul
jika angina pectoris tidak segera ditangani.
e. Dorong keluarga untuk selalu memberikan dukungan psikologis kepada klien.
3. Resiko intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
merawat anggota keluarga yang sakit angina pectoris.
Tujuan dan kriteria hasil :
a. Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peninkatan tekanan darah,
nadi dan RR.
b. Klien dan keluarga mampu mengidentifikasi aktivitas yang dapat dilakukan oleh
klien.
Intervensi :
a. Identifikasi aktivitas yang mampu dilakukan klien sesuai dengan kemampuan yang
dapat di tolerir.
b. Bantu klien untuk mendapatkan alat bantuan aktivitas dan memanfaatkan
fasilitas atau sarana yang ada di rumah keluarga.
c. Mendemonstrasikan tindakan yang diperlukan.
d. Bantu klien/keluarga untuk mengidentifikasi kekuranan dalam beraktivitas.
e. Monitor respon fisik, emosi, social dan spiritual.
DAFTAR PUSTAKA

Andarmoyo, Sulistyo. 2012. Keperawatan Keluarga Konsep Teori, Proses Dan Praktik
Keperawatan. yogyakarta.

Widodo, Wahyudi. 2016. “Keperawatan Keluarga Dan Komunitas.” : 208.

Anda mungkin juga menyukai