Anda di halaman 1dari 30

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN

KEPATUHAN DIET RENDAH GARAM PADA PENDERITA


HIPERTENSI DI RUMAH SAKIT RAWALUMBU BEKASI
TAHUN 2023

Disusun Oleh :
CINDI WULANDARI
NPM 19.156.01.11.010

PROGRAM STUDI SI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MEDISsTRA
INDONESIA
BEKASI
2023
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN
KEPATUHAN DIET RENDAH GARAM PADA PENDERITA
HIPERTENSI DI RUMAH SAKIT RAWALUMBU BEKASI
TAHUN 2023

PROPOSAL SKRIPSI
Sebagai Persyaratan Mencapai Derajat sarjana Keperawatan (S,Kep)
Pada Program Studi S1 Ilmu Keperawatan
STIKes Medistra Indonesia

Disusun Oleh :
CINDI WULANDARI
NPM 19.156.01.11.010

PROGRAM STUDI SI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MEDISsTRA
INDONESIA
BEKASI
2023
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Konsep Dukungan Keluarga

a. Pengertian Keluarga

Keluarga adalah sekelompok dua orang atau lebih yang


memiliki hubungan darah, perkawinan atau adopsi dan setiap
orang dalam keluarga selalu berinteraksi satu sama lain (Irawan et
al., 2021). Keluarga merupakan unit sosial terkecil masyarakat,
memiliki dampak yang besar terhadap kesehatan setiap anggota
keluarganya, keluarga sering menjadi pemicu masalah kesehatan
anggotanya dan keluarga juga sekaligus menjadi pelaku dalam
menentukan masalah kesehatannya. Dalam bidang kesehatan,
keluarga memiliki tanggung jawab untuk meningkatkan dan
memelihara kesehatan keluarga. Keluarga menjadi pihak pertama
yang mengetahui adanya masalah kesehatan pada salah satu
anggota keluarganya (Vitaliati, 2021).

b. Fungsi Keluarga

Menurut Friedman, terdapat Lima fungsi keluarga, yaitu:

1) Fungsi afektif (The Affective Function) adalah fungsi


keluarga yang utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk
mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang
lain. Fungsi ini dibutuhkan untuk perkembangan individu dan
psikososial anggota keluarga.
2) Fungsi sosialisasi adalah proses perkembangan dan
perubahan yang dilalui individu yang menghasilkan interaksi
sosial dan belajar berperan dalam lingkungan sosialnya.
Sosialisasi dimulai sejak lahir. Fungsi ini berguna untuk
membina sosialisasi pada anak, membentuk norma perilaku
sesuai dengan tingkat perkembangan anak dan meneruskan
nilai-nilai budaya keluarga.
3) Fungsi reproduksi (The Reproduction Function) adalah untuk
menjaga kelangsungan keluarga dan generasi.
4) Fungsi ekonomi (The Economic Function) keluarga berfungsi
untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan
tempat untuk mengembangkan kemampuan individu
meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan
keluarga.
5) Fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan (The Health
Care Function) adalah untuk menjaga kesehatan anggota
keluarga dalam kondisi yang baik agar tetap memiliki
produktivitas yang tinggi (Susilowati et al., 2021)

c. Tipe Keluarga

Tipe keluarga dibagi menjadi dua macam bentuk yaitu:


1) Tipe keluarga tradisional, yaitu tipe keluarga yang masih
bernuansa tradisional, diantaranya adalah sebagai berikut:
a) Keluarga Inti (Nuclear Family), adalah keluarga yang
terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak.
b) Keluarga Besar (Exstended Family), adalah keluarga inti
di tambah dengan sanak saudara, misalnya nenek,
keponakan, saudara sepupu, paman, bibi dan sebagainya.
c) Keluarga “Dyad” yaitu suatu rumah tangga yang terdiri
dari suami dan istri tanpa anak.
d) Keluarga “Single Parent” yaitu suatu rumah tangga yang
terdiri dari satu orang tua (ayah/ibu) dengan anak
(kandung/angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh
perceraian atau kematian.
e) Keluarga “Single Adult” yaitu suatu rumah tangga yang
hanya terdiri seorang dewasa (misalnya seorang yang
telah dewasa kemudian tinggal kost untuk bekerja atau
kuliah).
2) Tipe keluarga non tradisional, yaitu tipe keluarga yang
bernuansa modern. Tipe keluarga ini lahir dari perubahan-
perubahan dunia yang selalu mengalami perkembangan,
diantaranya sebagai berikut:
a) The Unmarried teenege mather, yaitu keluarga yang
terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak dari
hubungan tanpa nikah.
b) The Stepparent Family, keluarga dengan orang tua tiri.
c) Commune Family, beberapa pasangan keluarga (dengan
anaknya) yang tidak ada hubungan saudara hidup
bersama dalam satu rumah, sumber dan fasilitas yang
sama, pengalaman yang sama, sosialisasi anak dengan
melelui aktivitas kelompok atau membesarkan anak
Bersama.
d) The Non Marital Heterosexual Conhibitang Family,
keluarga yang hidup bersama dan berganti-ganti
pasangan tanpa melelui pernikahan.
e) Gay Gay And Lesbian Family, dua orang yang
mempunyai persamaan sex hidup bersama sebagaimana
suami – istri (marital partners).
f) Cohibiting Couple, orang dewasa yang hidup bersama
diluar ikatan perkawinan karena beberapa alasan tertentu.
g) Group-Marriage Family, beberapa orang dewasa
menggunakan alat- alat rumah tangga bersama yang
saling merasa sudah menikah, berbagi sesuatu termasuk
sexual dan membesarkan anaknya.
h) Group Network Family, keluarga inti yang dibatasi
aturan atau nilai-nilai, hidup bersama atau berdekatan
satu sama lainnya dan saling menggunakan barang –
barang rumah tangga bersama, pelayanan dan tanggung
jawab membesarkan anaknya.
i) Foster Family, keluarga menerima anak yang tidak ada
hubungan keluarga atau saudara didalam waktu
sementara, pada saat orang tua anak tersebut perlu
mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali
keluarga yang aslinya.
j) Homeless Family, keluarga yang terbentuk dan tidak
mempunyai perlindungan yang permanent karena krisis
personal yang dihubungkan dengan keadaan ekonomi
dan atau problem kesehatan menta (Syarqawi, 2017).
d. Struktur Keluarga
Struktur keluarga menurut Friedman digambarkan sebagai
berikut:
1) Struktur Komunikasi adalah komunikasi dalam keluarga
dikatakan berfungsi jika jujur, terbuka, melibatkan emosi,
menyelesaikan konflik, dan memiliki hirarki kekuasaan.
2) Struktur Peran Struktur peran adalah serangkaian perilaku
yang diharapkan sesuai posisi sosial yang diberikan. Dengan
demikian, struktur peran dapat bersifat formal atau informal.
Posisi atau status seseorang adalah posisi individu dalam
masyarakat, seperti statusnya sebagai suami atau istri.
3) Struktur kekuatan Struktur kekuatan adalah kemampuan
individu untuk mengontrol, mempengaruhi, atau mengubah
perilaku orang lain.
4) Struktur Nilai dan Norma Nilai adalah Anggota keluarga
dalam budaya tertentu terikat bersama oleh norma dan nilai—
sistem gagasan, sikap, dan kepercayaan. Sementara norma
adalah pola perilaku yang diterima dalam lingkungan sosial
tertentu, lingkungan keluarga, dan ligkungan masyarakat
sekitar keluarga (Susilowati et al., 2021).
e. Tugas Keluarga dalam Bidang Kesehatan

1) Mengenal Masalah Kesehatan Keluarga


Kebutuhan keluarga akan kesehatan tidak dapat diabaikan
karena semuanya tidak akan berarti tanpanya. Orang tua
harus menyadari kesehatan anaknya dan perubahan dalam
keluarga. Perubahan sekecil apa pun yang dialami
keluargaanggota keluarga, secara tidak langsung akan
menjadi perhatian keluarga atau orang tua.
2) Membuat Keputusan Tindakan
Kesehatan yang tepat tugas ini nerupakan upaya utama
keluarga untuk mendapatkan pertolongan yang tepat sesuai
dengan keadaannya keluarga, dengan mempertimbangkan
anggota keluarga siapa yang mampu untuk memutuskan
sebuah tindakan. Diharapkan keluarga akan mengambil
tindakan kesehatan yang tepat untuk mengurangi atau
mengatasi masalah kesehatan yang sedang terjadi. Keluarga
dapat mencari bantuan dari orang lain di masyarakat jika
mereka tidak dapat membuat keputusan sendiri.
3) Memberi Perawatan Pada Anggota Keluarga yang Sakit
Anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan perlu
mencari perawatan atau pengobatan lanjutan untuk
menghindari masalah yang lebih parah tidak terjadi, karena
seringkali memiliki keterbatasan. Jika keluarga dapat
memiliki kemampuan melakukan tindakan pertolongan
pertama, perawatan dapat dilakukan di rumah atau di fasilitas
kesehatan.
4) Mempertahankan Suasana Rumah yang Sehat
Rumah merupakan tempat berteduh, berlindung yang aman
dan tempat bersosialisasi bagi anggota keluarga, sehingga
anggota keluarga memiliki lebih banyak waktu untuk
berhubungan dengan lingkungan tempat tinggal. Oleh karena
itu, kondisi rumah harus dapat mendukung kesehatan bagi
anggota keluarga.
5) Menggunakan Fasilitas Kesehatan yang Ada di Masyarakat
Apabila anggota keluarga mengalami gangguan atau masalah
terkait kesehatan, anggota harus dapat memanfaatkan fasilitas
kesehatan terdekat. Agar keluarga terbebas dari segala
macam penyakit, keluarga dapat berkonsultasi dengan tenaga
perawat atau meminta bantuan atas masalah yang dialami
anggota keluarga (Susilowati et al., 2021).

f. Pengertian dukungan keluarga

Dukungan keluarga merupakan bentuk pemberian


dukungan terhadap anggota keluarga lain yang mengalami
pemermasalahan, seperti dukungan emosional untuk memastikan
anggota keluarga dalam keadaan sehat dan memenuhi kebutuhan
psikososialnya. Dukungan keluarga inti dukungan dari ayah, ibu,
dan anak juga sangat diperlukan pada penderita hipertensi dalam
upaya meningkatkan kepatuhan diet pada penderita hipertensi
(Adzra, 2022).
Dukungan keluarga merupakan bagian terdekat penderita
hipertensi yang tidak dapat dipisahkan. Penderita akan merasa
senang dan nyaman ketika mendapat perhatian dan dukungan dari
keluarganya karena dukungan tersebut akan memberikan
kepercayaan diri untuk menghadapi atau mengelola penyakitnya
dengan lebih baik, dan penderita akan mau mengikuti saran
keluarga untuk menunjang pengelolaan penyakitnya (Irawan et
al., 2021).
g. Bentuk Dukungan Keluarga

1) Dukungan Penilaian/penghargaan
Dukungan penilaian/penghargaan yaitu keluarga
bertindak sebagai pemberi umpan balik untuk membimbing
dan menengahi pemecahan masalah, seperti memberikan
support, penghargaan, dan perhatian. Bentuk dukungan
membantu lansia dalam membangun harga diri dan agar
lansia dapat menjalani kehidupan yang baik, lansia harus mau
memandang hidup sebagai sumber harapan dan memiliki
pandangan positif terhadap setiap tantangan yang mereka
hadapi. Peran positif dari keluarga akan membuat lansia
percaya bahwa kehadiran mereka masih sangat penting dan
diperlukan untuk menjalani kehidupan.
2) Dukungan Instrumental
Dukungan Instrumen keluarga merupakan suatu
dukungan penuh atau bantuan dari keluarga dalam bentuk
memberikan bantuan tenaga, dana, dan waktu luang untuk
membantu melayani dan mendengarkan anggota keluarga
dalam menyampaikan pesan mereka.
3) Dukungan Informasi
Dukungan informasi adalah keluarga berfungsi sebagai
pemberi informasi karena keluarga diharapkan mengetahui
semua informasi yang relevan mengenai penyakit anggota
keluarga. Contohnya adalah memberikan saran dan
memberikan informasi yang dapat digunakan untuk
menemukan suatu masalah. Manfaat dari dukungan ini adalah
dapat mengurangi dampak tuntutan masyarakat terhadap
individu, seperti memberikan nasihat, saran, dan instruksi
serta memberi mereka informasi yang mungkin akan
dibutuhkan oleh anggota keluarga yang lain.
4) Dukungan Emosional
Dukungan emosional merupakan jenis dukungan yang
diberikan keluarga berupa perhatian, kasih sayang, dan
empati. Keluarga sebagai tempat istirahat yang aman dan
damai serta sebagai tempat pemulihan dan pengendalian
emosi (Pustikasari & Restiana, 2019).

h. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Dukungan Keluarga

Menurut (Firmansyah et al., 2017) Faktor-faktor yang


mempengaruhi dukungan keluarga yaitu:
1) Faktor Internal
a) Tahap perkembangan
Artinya dukungan keluarga dapat ditemukan oleh faktor
usia yaitu pertumbuhan dan perkembangan, demikian
setiap rentang usia (bayi-lansia) memiliki pemahaman
dan respon yang berbeda-beda terdapat perubahan
kesehatan.
b) Pendidikan atau tingkat pengetahuan
Keyakinan seseorang akan adanya dukungan dibentuk
oleh variabel intelektual yaitu dari latar belakang
pengetahuan, pendidikan dan pengalaman masa lalu,
memahami faktor-faktor yang berhubungan dengan
penyakit dan penggunaan pengetahuan kesehatan untuk
menjaga dirinya
c) Faktor emosional
Faktor emosional mempengaruhi keyakinan terhadap
adanya dukungan dan cara melaksanakannya. Seseorang
yang mengalami respon stres dalam perubahan hidupnya
cenderung berespon terhadap tanda sakit, mungkin
menghawatirkan bahwa penyakit tersebut dapat
mengancam hidupnya. Seseorang yang biasanya terlihat
sangat tenang mungkin mempunyai respon emosional
yang kecil selama seseorang mengalami sakit.
d) Spiritual
Aspek spiritual biasanya dapat terlihat dari bagaimana
seseorang tersebut menjalani kehidupannya, yang
menyangkut nilai dan keyakinan yang dilaksanakan,
hubungan keluarga dengan teman dan kemampuan
mencari harapan dan arti dalam kehidupannya.
2) Faktor Eksternal
a) Praktik di keluarga
Cara bagaimana keluarga tersebut memberikan dukungan
biasanya mempengaruhi penderita memperhatikan
kesalahannya. Misalnya penderita juga melakukan
tindakan pencegahan jika ada anggota keluarga
melakukan hal yang sama.
b) Faktor sosial ekonomi
Faktor sosial dan psikososial dapat menigkatkan
terjadinya penyakit dan dapat mempengaruhi seseorang
mendefinisikan dan bereaksi terhadap penyakitnya.
Semakin tinggi tingkat ekonomi atau tingkat pendapatan
biasanya dia akan lebih cepat tanggap terhadap gejala
penyakit yang dirasakannya sehingga penderita akan
mencari pertolongan ketika penderita merasakan ada
gangguan pada kesehatannya.
c) Latar belakang dan budaya
Latar belakang budaya mempengaruhi keyakinan, nilai,
dan juga kebiasaan individu dalam memberikan
dukungan termasuk cara pelaksanaan kesehatan pribadi.
2. Konsep Kepatuhan Diet Rendah Garam

a. Pengertian Kepatuhan

Kepatuhan adalah suatu bentuk ketaatan, perilaku positif


dalam mencapai tujuan suatu terapi dan berpengaruh dalam
mencapai keberhasilan serta pencegahan kekambuhan suatu
penyakit yang berkaitan dengan tanggung jawab seseorang
terhadap perawatan dirinya (Purbasary et al., 2021). Kepatuhan
diet merupakan hal yang penting untuk diperhatikan pada
penderita hipertensi, karena diet yang seimbang merupakan salah
satu cara untuk menurunkan hipertensi (Irawan et al., 2021).

b. Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kepatuhan

Meurut (Setiawan, 2021) faktor yang mempengaruhi tingkat


kepatuhan yaitu:
1) Demografi
Meliputi usia, jenis kelamin, suku, status sosial ekonomi dan
pendidikan. Usia merupakan faktor penting, dimana anak-
anak terkadang menunjukkan kepatuhan yang jauh lebih
tinggi daripada remaja. Tekanan darah pria uumnya lebih
tinggi daripada wanita. Faktor kognitig serta pendidikan
sendiri juga dapat meningkatkan kepatuhan terhadap
pengobatan hipertensi
2) Pengetahuan
Pengetahuan pasien tentang kepatuham pengobatan yang
rendah dapat menimbulkan kesadaran yang rendah dan akan
berpengaruh pada pasien dalam mengikuti tentang cara
pemgobatan, kedistplinan pemeriksaan yang akibanya dapat
terjadi komplikasi berlanjut.

3) Psikososial
Psikososial ini meliputi sikap pasien terhadap tenaga
kesehatan serta menerima terhadap penyakitnya. Sikap
seseorang terhadap perilaku kepatuhan menentukan tingkat
kepatuan. Kepatuhan seseoarang merupakan hasil dari proses
pengambilan keputusan orang tersebut dan akan berpengaruh
pada persepsi dan keyakinan orang tentang kesehatan.
4) Dukungan keluarga
Dukungan dari anggota keluarga pada penderita hipertensi
sangat berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan untuk
berobat rutin, mengontrol pola makan lansia, mendampingi
lansia untuk mengikuti ke Posyandu lansia, memastikan dosis
obat yang diminum sesuai petunjuk dokter dan mengontrol
persediaan obat lansia. Peran keluarga dalam menyediakan
makanan yang rendah garam sesuai dengan diet yang dijalani
maka akan mempermudah lansia melakukan diet dan akan
menghindari terjadinya peningkatan hipertensi.

c. Upaya Meningkatkan Kepatuhan

Upaya meningkatkan kepatuhan dapat dilakukan dengan


meningkatkan kemampuan menyampaikan informasi oleh tenaga
kesehatan yaitu dengan memberikan informasi yang jelas pada
pasien mengenai penyakit yang dideritanya serta cara
pengobatannya, keterlibatan lingkungan sosial (keluarga) dan
beberapa pendekatan perilaku (Setiawan, 2021).
d. Diet Rendah Garam

Diet adalah salah satu cara untuk menurunkan hipertensi.


Diet yang dianjurkan pada penderita hipertensi yaitu diet rendah
garam. Diet rendah garam diet yang dimasak dengan atau tanpa
menggunakan garam, namun dengan pembatasan tertentu. Garam
yang digunakan adalah garam natrium. Natrium merupakan
kation utama dalam cairan ekstraselular tubuh yang berfungsi
menjaga keseimbangan cairan. Asupan natrium yang berlebihan
dapat menyebabkan gangguan keseimbangan cairan tubuh
sehingga menyebabkan edema atau asites dan hipertensi (Rahman
et al., 2022)
Diet rendah garam brtujuan untuk membantu menurunkan
tekanan darah menuju tekanan darah normal. Klien dengan
tekanan darah yang tinggi diatas normal akan diberi makanan
dengan konsumsi garam yang rendah sesuai tingkat keparahannya
(Jeckson et al., 2021).

e. Macam – Macam Diet Rendah Garam

Menurut (Santosa & Imelda, 2022) macam-macam diet rendah


garam sebagai berikut
1) Diet Rendah Garam I (200-400 mg Na)
Diet Rendah Garam I diberikan kepada pasien dengan edema
atau asites dan hipertensi berat. Pada pemberian makanannya
tidak ditambah garam dapur.
2) Diet Rendah Garam II (600-800 mg Na)
Diet Rendah Garam II diberika kepada pasien dengan edema,
asites dan hipertensi tidak terlalu berat. Pemberian makan
sehari sama dengan Diet Rendah Garam I. Pada pengelolaan
makanan boleh menggunakan ½ sendok teh garam dapur (2
gram)
3) Diet Rendah Garam III (1000-1200 mg Na)
Diet Rendah Garam III diberikan kepadapasien dengan
edema, asites san hipertensi ringan. Pemberian makanan
sehari sama dengan Diet Rendah Garam I. Pada pengolahan
makanan hanya menggunakan garam 1 sendok teh (4 gram).

f. Cara Diet Rendah Garam


Cara diet rendah garam yang dapat dilakukan untuk
menjaga kadar garam yang sesuai dalam tubuh yaitu 2400 mg
natrium setiap harinya adalah sebagai berikut
1) Gunakan bahan makanan yang segar. Jauhi maknan yang
diproses terlebih dahulu seperti sosis, makanan kaleng
maupun telur asin
2) Kurangi penggunaan garam, bumbu penyedap, terasi dan
kecap saat memasak
3) Untuk mengganti rasa asin dalam masakan bisa
menggunakan gula atau cuka pada masakan. Tomat segar
pada sup atau gunakan bumbu kare, bumbu gukai dan bumbu
rawon atau juga bisa menggunakan bahan rempah lain seperti
jahe, kunyit, belimbing wuluh dan sebagainya (Setiawan,
2021).

3. Konsep Hipertensi

a. Pengertian Hipertensi

Hipertensi berawal dari bahasa latin yaitu hyper dan tension.


Hyper adalah tekanan yang berlebihan dan tension adalah tensi.
Hipertensi merupakan kondisi dimana terjadi peningkatan tekanan
darah secara terus menerus yang dapat mengakibatkan kesakitan
pada seseorang dan bahkan dapat mengakibatkan kematian.
Seseorang dapat disebut menderita hipertensi jika didapatkan
tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg (Ainurrafiq et al., 2019).
Hipertensi atau darah tinggi adalah suatu keadaan di mana
tekanan darah di atas batas normal 120/80 mmHg. Menurut Word
Health Organization (WHO) menyatakan bahwa batas normal
tekanan darah adalah kurang dari 130/85 mmHg. Apabila tekanan
darah sudah lebih dari 140/90 mmHg maka dinyatakan hipertensi
(batas tersebut untuk orang dewasa yang berusia di atas 18 tahun)
(Almina et al., 2018).

Hipertensi adalah penyakit degeneratif yang sering dialami


oleh lansia. Lansia atau lanjut usia mengalami penurunan daya
tahan tubuh yang dapat mengakibatkan kematian. Hipertensi
adalah penyakit the silent (tanpa keluhan) yang terjadi dalam
jangka waktu yang lama dan terus menerus dapat menyebabkan
stroke dan serangan jantung (Arindari & Puspita, 2022).

b. Klasifikasi Hipertensi

1) Klasifikasi menurut JNC ( Joint National Committe 8)

Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC

Klasifikasi Tekanan sistolik (mmHg) Tekanan diastolik


(mmHg)

Normal < 120 < 80

Pre Hipertensi 120 – 139 80 - 89

Stadium 1 140 – 59 90 - 99

Stadium 2 ≥ 160 ≥ 100

Sumber : (Hastuti, 2020)

2) Klasifikasi menurut WHO ( World Health Organozation )


WHO dan Intemational Society of Hypertension
Working Grup (ISHWG) telah mengelompokan hipertensi
menjadi klasifikasi optimal, normal, normal – tinggi,
hipertensi ringan, hipertensi sedang dan hipertensi berat
(Hastuti, 2020).

Tabel 2.2 Klasifikasi Hipertensi Menurut WHO

Klasifikasi Tekanan darah sistol Tekanan darah diastol


(mmHg) (mmHg)
Optimal < 120 < 80

Normal < 130 < 85

Normal - tinggi 130 - 139 < 85 - 89

Tingkat 1 (hipertensi 140 - 159 90 - 99


ringan)
Tingkat 2 (hipertensi 160 - 179 100 - 109
sedang)
Tingkat 3 (hipertensi ≥ 180 ≥ 110
berat)
Sumber : (Hastuti, 2020)

c. Etiologi Hipertensi

1) Penyebab Hipertensi Essensial


a) Herediter atau faktor genetic
b) Lingkungan, termasuk asupan aram, obesitas, pekerjaan,
kurang olah raga, alkohol, stres, psikososial, jenis
kelamin dan usia
c) Sistem renim angiotensin dan aldosteron
d) Defek dalam ekspresi Natrium
e) Resistensi insulin mengakibatkan retensi natrium ginjal
2) Penyebab Hipertensi Sekunder
a) Pengguna estrogen
b) Penyakit ginjal
c) Hipertensi vaskuler renal
d) Hiperaldosteronisme primer
e) Sindrom chushing
f) Feokromositoma
g) Koarktasio aorta
h) Kehamilan (Hastuti, 2020)

d. Tanda dan Gejala Hipertensi

Peningkatan tekanan darah adalah satu-satunya tanda


gejala. Terkadang hipertensi primer tanpa gejala dan baru timbul
gejala setelah terjadi komplikasi pada organ seperti ginjal, mata
otak dan jantung. Gejala hipertensi bervariasi pada masing-
masing individu dan hampir sama dengan gejala penyakit lainnya,
adapun gejala hipertensi tersebut antara lain:
1) Sakit kepala
2) Jantung berdebar-debar
3) Sulit bernafas saat beraktifitas
4) Mudah lelah
5) Penglihatan kabur
6) Wajah memerah
7) Hidung berdarah
8) Sering buang air kecil, terutama dimalam hari
9) Telinga berdering (tinnitus)
10) Vertigo (Hastuti, 2020).

e. Faktor-faktor Resiko Hipertensi

Beberapa faktor yang dapat meningkatkan resiko hipertensi,


antara lain:
1) Faktor resiko yang tidak dapat dirubah
a) Usia
Bertambahnya usia kemungkinan seseorang akan
menderita hipertensi juga semakin besar. Secara
umumnya hipertensi pada pria terjadi di atas usia 31
tahun sedangkan pada wanita terjadi setelah berumur 45
b) Jenis kelamin
Pada umumnya laki-laki lebih sering terserang
hipertensi dibandingkan dengan wanita, hal tersebut
disebabkan karena perilaku yang dilakukan oleh laki-laki
kurang sehat (seperti merokok dan konsumsi alkohol)
depresi dan stres karena pekerjaan dan kelelahan dalam
bekerja
c) Riwayat keluarga/keturunan
Jika seseorang yang memiliki riwayat hipertensi di dalam
keluarga, maka kecendrungan menderita hipertensi lebih
besar dibandingkan dengan keluarga yang tidak memiliki
hipertensi.
2) Faktor resiko yang dapat dirubah
a) Obesitas
Obesitas dapat menimbulkan resiko hipertensi. Hal
ini karena terjadi sumbatan dipembuluh darah yang
diakibatkan oleh penumpukan lemak dalam tubuh.
Resiko penderita hipertensi lima kali lebih banyak pada
oarang gemuk dibandingkan dengan penderita hipertensi
yang memiliki berat badan ideal.
b) Stres
Hubungannya antara stres dengan hipertensi adalah
karena adanya aktivitas syaraf simpatik yang dapat
meningkatkan tekanan darah. Individu yang sering
mengalami stres akan cenderung lebih mudah terkena
hipertensi sehingga stres merupakan salah satu faktor
risiko pencetus. Emosi yang ditahan dapat meningkatkan
tekanan darah karena adany apelepasan adrenalin
tambahan oleh kelenjar adrenal yang terus menerus
dirangsang.
c) Merokok dan mengonsumsi alkohol
Merokok adalah faktor resiko utama bagi kejadian
penyakit kardiovaskular seperti angina fektoris, stroke,
dan infark miokard akut. Hubungan yang erat antara
merokok dengan kejadian hipertensi adalah karena
merokok mengandung nikotin yang akan menghambat
oksigen ke jantung sehingga menimbulkan pembekuan
darah dan terjadi kerusakan sel. Selain rokok, pengaruh
alkohol dapat meningkatkan kadar kortisol dan
meningkatkan volume sel darah merah serta terjadi
viskositas (kekentalan) pada darah sehingga aliran darah
tidak lancar dan menimbulakan peningkatan tekanan
darah.
d) Kurang Olahraga
Seseorang yang kurang dalam melakukan olahraga
cenderung mengalami obesitas dan dapat meningkatkan
tekanan darah , dengan berolahraga dapat meningkatkan
kerja jantung sehingga darah bisa memompa dengan baik
keseluruh tubuh (Kurnia, 2021).

f. Komplikasi Hipertensi

Menurut (Fandinata & Ernawati, 2020) komplikasi hipertensi


diantaranya sebagai berikut:
1) Kerusakan Ginjal
Hipertensi dapat menyempitkan dan menebalkan aliran darah
yang menuju ginjal, yang berfungsi sebagai penyaring
kotoran tubuh. Dengan adanya gangguan tersebut, ginjal
menyaring lebih sedikit cairan dan membuangnya kembali
kedarah.
2) Payah Jantung
Payah jantung (Congestive heart failure) adalah kondisi
jantung tidak mampu lagi memompa darah yang dibutuhkan
tubuh. Kondisi ini terjadi karena kerusakan otot jantung atau
sistem listrik jantung
3) Stroke
Hipertensi adalah faktor penyebab utama terjadi stroke,
karena tekanan darah yang terlalu tinggi dapat menyebabkan
pembuluh darah yang sudah lemah menjadi pecah. Bila hal
ini terjadi pada oembuluh darah otak, maka terjadi
pendarahan otak dapat berakibat kematian. Stroke juga dapat
terjadi akibat sumbatan dari gumpalan darah yang macet
dipembuluh yang sudah menyempit.
4) Kerusakan Penglihatan
Hipertensi dapat menyebabkan pecahnya pembulu darah di
mata, sehingga mengakibatkan penglohatan menjadi kabur
atau buta. Pendarahan pada retina mengakibatkan pandangan
kabur, kerusakan organ mata dengan memerika fundus mata
untuk menemukan perubahan yang berkaitan dengan
hipertensi yaitu retinopati pada hipertensi. Kerusakan yang
terjadi pada bagian otak, jantung, ginjal dan juga mata yang
mengakibatkan penderita hipertensi mengalami kerusakan
organ mata yaitu pandangan menjadi kabur.

g. Pencegahan Hipertensi

Hipertensi dapat dicegah dengan merubah pola makan


menjadi lebih sehat, berhenti merokok, berolahraga secara teratur,
menghindari alkohol, dan menghindari stres. Untuk mencapai
tujuan tersebut, pengendalian tekanan darah dapat menurunkan
risiko stroke sebesar 30-40% dan kejadian penyakit jantung
koroner sebesar 20%. Konsumsi garam harus diperhatikan,
dianjurkan 5 sampai 6 gram perhari (Kementrian Kesehatan,
2021).

h. Penatalaksanaan Hipertensi

Menurut (Pikir et al., 2015) tatalaksana hipertensi terbagi menjadi


2, yaitu:
1) Penatalaksanaan Farmakologis
a) Diuretik
Diuretik merupakan salah satu golongan obat anti
hipertensi paling penting, murah dan efektif, umumnya
ditoleransi dengan baik dalam dosis rendah. Diuretik
telah terbukti untuk mencegah kejadian kardiovaskular
termasuk stroke dan PJK, dalam berbagai kelompok
hipertensi. Beberapa efek samping yang sering muncul
akibat penggunaan deuretik adalah pusing, sakit kepala,
mulut kering dan bisa juga meningkatkan kadar asam
urat. Jenis obat diuretik adalah metolazone, indapamide,
chlorothiazide dan lain-lain.
b) Beta-blocker
Beta bloker aman digunakan, murah dan efektif untuk
digunakan sebagai monoterapi atau kombinasi dengan
deuretik, kalsium antagonis dan dihdropyridine alpha-
blocker. Beta blocker harus dihindari pada pasien dengan
penyakit saluran napas obstruktif dan penyakit vaskular
perifer. Efek samping beta blocker adalah tangan atau
kaki terasa dingin, kelelahan hingga penambah berat
badan. Jenis obat beta blocker adalah acebutolol,
atenolol, betaxolol dan lain-lain
c) Alpha Blocker
Alfa blocker aman dan efektif digunakan dalam
menurunkan tekanan darah. Obat ini juga dapat
digunakan untuk mengatasi gangguan kemih pada pria
akibat pembesaran kelenjar prostat. jenis obat alpha
blocker adalah alfuzosin, doxazosin, indoramin dan lain-
lain
d) ACE-i
ACE-i efektif dalam mengobati hipertensi dan ditoleransi
dengan baik. obat ini juga digunakan untuk menangani
gagal jantung dan kerusakan ginjal akibat diabetes. Jenis
obat ACE-i memiliki nama yang berakhiran “-pril”
contohnya Captropril, benazepril, enalapril dan lain-lain.
e) Calcium Channel Blocker (CCB)
Semua kalsium antagonis adalah golongan obat untuk
menangani masalah jantung dan pembulu darah terutama
tekanan darah tinggi. Antagonis kalsium bekerja dengan
memperlambat masuknya kalsium ke dalam sel-sel
jantung dan dinding pembulu darah.
2) Penatalaksanaan Non-Farmakologis
a) Membatasi Asupan Garam
Konsumsi tinggi garam dihubungkan dengan kenaikan
kejadian stroke dan meningkatkan angka kematian akibat
penyakit kardiovaskular. Menurunkan asupan garam
sebesar <1700 mg (75 mmol) perhari dapat menurunkan
tekanan darah 4-5 mmHg pada orang hipertensi dan 2
mmHg pada orang sehat.
b) Modifikasi Diet/Nutrisi
Pada studi DASH yang melibatkan 459 orang dengan
tekanan darah sistolik < 160 mmHg dan tekanan arah
diastolik 80-90 mmHg. Modifkasi dengan Diet kontrol
(lemak, karbohidrat, protein, kolestrol, serat, kalium,
magnesium dan kalsium), ditambah tinggi buah dan
sayur.
c) Mengontrol berat badan
Kegemukan atau obesitas menjadi penyebab
permasalahan utama. Mengontol berst badan bisa
dilakukan berbagai cara misalnya mengurangii porsi
makan, mengimbanginya dengan melakukan aktivitas
fisik, menurunnya 1 kg berat badan bisa menurunkan
tekanan darah 1 mmHg.

d) Olahraga secara teratur


Hipertensi dianjurkan untuk melaakukan aktivitas fisik.
Hipertensi bisa dicegah dengan aktivitas fisik secara
teratur. Penurunan tekanan darah terjadi akibat
penurunan tahanan perifer sistematik yang dihubungkan
dengan peningkatan diameter pembuluh darah. Jika
melakukan latihan aerobik selama 40 menit setiap latihan
dengan intebsitas sedang didapatkan penurunan tekanan
sistolik dan diastolik sebesaar 5 mmHg dan 4 mmHg.
e) Menghindari rokok
Merokok merupakan salah satu faktor resiko kuat
terjadunya penyakit kardiovaskular. Merokok
menyebabkan kenaikan darah dan detag jantung setelah
15 menit menghirup satu batang rokok. Perokok
memiliki resiko 2-6 kali terjadi penyakit jantung koroner
dan 3 kali terjadinya stroke. Berhenti merokok akan
mengurangi terjadinya penyakit kardiovaskular termasuk
penyakit jantung koroner dan struk. Pada penderita
jantung koroner, berhenti merokok dihubungkan dengan
penurunan mortalitas sebesar 36%. Meskipun merokok
diketahui dapat meningkatkan risiko pada perkembangan
hipertensi tetapi tidak ada penelitian yang menunjukan
berhenti merokok dapat menurunkan tekanan darah
secara langsung pada pasien hipertensi.

B. Kerangka Teori
Bagan 2.1 Kerangka Teori

Faktor yang Faktor yang


mempengaruhi mempengaruhi
dukungan keluarga kepatuhan

1. Faktor internal 1. Demografi


a. Tahap (usia, jenis
perkembangan kelamin, status
b. Pendidikan dan sosial
tingkat ekonomi,dan
pengetahuan pendidikan)
c. Faktor 2. Pengetahuan
emosional 3. Dukungan
d. Spiritual keluarga
2. Faktor eksternal 4. Psikososial
a. Praktik 5. Komunikasi
dikeluarga Terapeutik
b. Faktor sosial
ekonomi Kepatuhan diet
c. Latar belakang Dukungan
rendah garam
budaya keluarga:
pada penderita
1. Dukungan hipertensi
emosional
2. Dukungan
penghargaan
3. Dukungan
instrumental
4. Dukungan
Patuh Tidak patuh

Keterangan :

: variabel yang diteliti

: variabel yang tidak diteliti

C. Kerangka Konsep
Kerangka konsep menjelaskan secara konseptual hubungan antara
variabel penelitian, kaitan masing-masing teori serta menjelaskan
hubungan dua atau lebih variabel seperti variabel bebas dan variabel
terkait. Penelitian yang hanya mengemukakan variabel secara mandiri
perlu dilakukan deskripsi teori antara masing-masing variabel dengan
memberi pendapa terhadap variasi besarnya yang diteliti (Adiputra et al.,
2021)

Bagan 2.2 Kerangka Konsep

Variabel Independen variabel Dependen

Dukungan keluarga Kepatuhan diet


rendah garam

1. Variabel independen
variabel independen (mempengaruhi) adalah variabel yang berperan
memberi pengaruh kepada variael lain (Nasution, 2017). Variabel
independen ini adalah Dukungan Keluarga.

2. Variabel Dependen
Variabel dependen (terpengaruh) adalah variabel yang dijadikan sebagai
faktor yang dipengaruhi oleh sejumlah variabel lain (Nasution, 2017).
Variabel dependen pada penelitian ini adalah Kepatuhan Diet Rendah
Garam.

D. Hipotesis
Hipotesis penelitian merupakan sebuah pernyataan atau jawaban yang
dibuat sementara dan akan diuji kebenarannya. Pengujian hipotesis
penelitian dilakukan melalui uji statistik. Hipotesis penelitian merupakan
jawaban sementara dari tujuan penelitian. Hipotesis dapat disimpulkan
berhubungan atau tidak, berpengaruh atau tidak, diterima atau ditolak.
Hipotesis sebuah penelitian dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu hipotesis
Nol (H0) dan hipotesis alternatif (Ha).
Hipotesis Nol (H0) adalah hipotesis penelitian yang menunjukkan
tidak ada hubungan antara variabel independen dengan variabel dependent
atau tidak ada perbedaan antara kelompok perlakuan dengan kelompok
kontrol. Sedangkan hipotesis alternatif (Ha) adalah hipotesis yang
menunjukkan adanya hubungan antara variabel independen dengan
variabel dependent atau tidak ada perbedaan tekanan darah antara variabel
satu dengan variabel lain (Adiputra et al., 2021).
Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. H0 : tidak ada hubungan antara dukungan keluarga dengan
kepatuhan diet rendah garam pada penderita hipertensi di Rumah
Sakit Rawa Lumbu tahun 2023.
2. Ha : ada hubungan antara dukungan keluarga dengan
kepatuhan diet rendah garam pada penderita hipertensi di Rumah
Sakit Rawa Lumbu tahun 2023.

DAFTAR PUSTAKA

Adiputra, I. M. S., Trisnadewi, N. W., Oktaviani, N. P. W., Munthe, S. A., Hulu,


V. T., Budiastutik, I., Faridi, A., Ramdany, R., Fitriani, R. J., Tania, P. O. A.,
& Others. (2021). Metodologi Penelitian Kesehatan. Yayasan Kita Menulis.
Https://Books.Google.Co.Id/Books?Id=Ddyteaaaqbaj
Adzra, S. (2022). Gambaran Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan
Diet Hipertensi Pada Pasien Penderita Hipertensi : Studi Literatur. Jurnal
Ilmu Psikologi Dan Kesehatan, 1(2), 53–64.
Https://Doi.Org/Https://Doi.Org/10.54443/Sikontan.V1i2.360 53
Ainurrafiq, Risnah, & Azhar, M. U. (2019). Terapi Non Farmakologi Dalam
Pengendalian Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi: Systematic Review.
Media Publikasi Promosi Kesehatan Indonesia (Mppki), 2(3), 192–199.
Https://Doi.Org/Https://Doi.Org/10.56338/Mppki.V2i3.806
Almina, R. T., Zulhaida, L., & Syarifah. (2018). Pengaruh Pengetahuan, Sikap
Dan Dukungan Keluarga Terhadap Diet Hipertensi Di Desa Hulu Kecamatan
Pancur Batu Tahun 2016. Jurnal Kesehatan, 11(1).
Https://Doi.Org/Https://Doi.Org/10.24252/Kesehatan.V11i1.5107
Arindari, D. R., & Puspita, R. (2022). Hubungan Dukungan Keluarga
Dengankepatuhan Diet Hipertensi Pada Lansia Di Puskesmas Ariodillah.
Excellent Midwifery Journal, 5(1), 94–103.
Https://Doi.Org/Https://Doi.Org/10.51544/Jmn.V5i1.1959
Fandinata, S. S., & Ernawati, I. (2020). Management Terapi Pada Penyakit
Degeneratif (Diabetes Mellitus Dan Hipertensi) : Mengenal, Mencegah Dan
Mengatasi Penyakit Degeneratif (Diabates Mellitus Dan Hipertensi).
Penerbit Graniti. Https://Books.Google.Co.Id/Books?Id=Ofimeaaaqbaj
Firmansyah, R. S., Lukman, M., & Mambangsari, C. W. (2017). Faktor-Faktor
Yang Berhubungan Dengan Dukungan Keluarga Dalam Pencegahan Primer
Hipertensi. Jurnal Keperawatan Padjadjaran, 5(2), 197–213.
Https://Doi.Org/10.24198/Jkp.V5i2.476
Hastuti, A. P. (2020). Hipertensi. Penerbit Lakeisha.
Https://Books.Google.Co.Id/Books?Id=Tbygeaaaqbaj
Irawan, E., Fatih, H. Al, & Rachmawati, N. Y. (2021). Hubungan Dukungan
Keluarga Dengan Kepatuhan Diet Hipertensi Pada Lansia: Literature
Review. Paper Knowledge . Toward A Media History Of Documents,
14(2013), 41–53.
Jeckson, L. N., Dwi, S., & M.N. Lisan, S. (2021). Hubungan Pola Diet Rendah
Garam Dengan Perubahan Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi. Media
Husada Journal Of Nursing Science, 2(3), 141–153.
Https://Doi.Org/Https://Doi.Org/10.33475/Mhjns.V2i3.66
Kementrian Kesehatan. (2021). Hipertensi Penyebab Utama Penyakit Jantung,
Gagal Ginjal, Dan Stroke. Redaksi Sehat Negriku.
Kurnia, A. (2021). Self-Management Hipertensi. Jakad Media Publishing.
Https://Books.Google.Co.Id/Books?Id=A18xeaaaqbaj
Nasution, S. (2017). Variabel Penelitian. Raudhah, 05(02), 1–9.
Http://Jurnaltarbiyah.Uinsu.Ac.Id/Index.Php/Raudhah/Article/View/182
Pikir, B. S., Aminuddin, M., Subagio, A., Dharmadjati, B. B., Suryawan, I G. R.,
& Eko, J. N. (2015). Hipertensi Manajemen Komprehensif. Airlangga
University Press. Https://Books.Google.Co.Id/Books?Id=Bm%5c_Idwaaqbaj
Purbasary, E. K., Husnaniyah, D., & Nopita, I. (2021). Hubungan Dukungan
Keluarga Dengan Kepatuhan Diet Hipertensi Pada Lansia: Literature
Review. The Indonesian Journal Of Health Science, 14(1), 32–45.
Https://Doi.Org/10.32528/Ijhs.V14i1.7409
Pustikasari, A., & Restiana, R. (2019). Dukungan Keluarga Terhadap Motivasi
Lanjut Usia Dalam Meningkatkan Produktifitas Hidup Melalui Senam
Lansia. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 11(2), 153–160.
Https://Doi.Org/10.37012/Jik.V11i2.92
Rahman, H. F., Fauzi, A. K., & Andayan, A. (2022). Aromaterapi Mawar Dan
Diet Rendah Garam Pada Hipertensi. Ahlimedia Book.
Https://Books.Google.Co.Id/Books?Id=0cwgeaaaqbaj
Santosa, H., & Imelda, F. (2022). Kebutuhan Gizi Berbagai Usia. Media Sains
Indonesia. Https://Books.Google.Co.Id/Books?Id=Ijrreaaaqbaj
Setiawan, T. A. (2021). Kepatuhan Diet Rendah Garam Pada Penderita
Hipertansi. Dr. Soebandi Jember.
Susilowati, Wulandari, R. A., Wicaksi, D., & Widyarani, D. (2021). Analisa
Tugas Pemeliharaan Kesehatan Keluarga Yang Mengalami Masalah
Psikososial Di Masa Pandemi Covid-19 Di Desa Tegalampel Kecamatan
Tegalampel Kabupaten Bondowoso. Progresif : Media Publikasi Ilmiah,
9(1), 1–16.
Https://Ejournal.Unibo.Ac.Id/Index.Php/Progresif/Article/View/394
Syarqawi, A. (2017). Konseling Keluarga : Sebuah Dinamika Dalam Menjalani
Kehidupan Berkeluarga Dan Upaya Penyelesaian Masalah. Jurnal
Pendidikan Dan Konseling, 7(2), 69–85.
Http://Jurnal.Uinsu.Ac.Id/Index.Php/Al-Irsyad/Article/View/6702
Vitaliati, T. (2021). Pelaksanaan Tugas Perawatan Kesehatan Keluarga Dalam
Upaya Pencegahan Covid-19 Family Health Care Tasks Implementation In
The Prevention Of Covid-19. Proceeding Seminar Nasional Keperawatan,
7(1), 6–10.
Http://Www.Conference.Unsri.Ac.Id/Index.Php/Snk/Article/View/2367

Anda mungkin juga menyukai