Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA Ny.S DENGAN HIPERTENSI DI DUSUN GROBOGAN 01/01

DESA GROBOGAN

Disusun Oleh :

Diva Bella Permata


2001010

PRAKTIK KEPERAWATAN KOMUNITAS


PROGRAM STUDI PROFESI NERS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AN NUUR
TAHUN 2021/2022
LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN HIPETENSI

A. KONSEP KELUARGA
1. Pengertian Keluarga
Keluarga merupakan komunitas terkecil dalam kehidupan bermasyarakat.
terdapat beberapa konsep keluarga. beberapa ahli mengatakan keluarga
merupakan sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan dan ahli lain
mengungkapkan bahwa keluarga adalah dua individu atau lebih yang hidup
dalam satu rumah tangga.
Menurut Duvall dan Logan (2018), dikutip oleh Mubarak, 2020. Keluarga
adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran, dan adopsi
yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan
meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial dari tiap
anggota keluarga.
a. Ciri-ciri keluarga menurut Stanhope dan Lancaster (2019), dikutip oleh
Mubarak, 2020. Diikat dalam suatu tali perkawinan
b. Ada hubungan darah
c. Ada ikatan batin
d. Ada tanggung jawab masing-masing anggota
e. Ada pengambilan keputusan
f. Kerjasama diantara anggota keluarga
g. Komunikasi interaksi antar anggota keluarga
h. Tinggal dalam satu rumah
2. Tujuan keluarga
Tujuan utama keluarga adalah memenuhi kebutuhan dan kepentingan
setiap anggota individu dalam keluarga. Williams dan Leman
(Friedmen,2018) menyatakan bahwa tujuan keluarga adalah menyiapkan
anak-anak untuk menerima peran-peran dalam mesyarakat.
3. Struktur Keluarga
a. Patrilineal, keluarga sedarah terdiri sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi dimana hubungan itu berasal dari jalur ayah
b. Matrilineal, keluarga sedarah terdiri sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi, dimana hubungan itu berasal dari jalur ibu
c. Matrilokal, suami istri tinggal pada keluarga sedarah istri
d. Patrilokal, suami istri tinggal pada keluarga sedarah suami
e. Keluarga kawinan, hubungan Suami istri sebagai dasar bagi pembinaan
keluarga dan sanak saudara baik dari pihak suami dan istri
4. Pemegang Kekuasaan
a. Patriakal, dominan dipihak ayah
b. Matriakal, dominan di pihak ibu
c. Equalitarian , ayah dan ibu
5. Peranan Keluarga
a. Peranan ayah, pencari nafkah, pendidik, pelindung, rasa aman, sebagai
kepala keluarga.
b. Peranan ibu, mengurus rumah tangga, pengasuh/pendidik anak, pencari
nafkah tambahan.
6. Peran anak, peran psikososial sesuai tumbuh kembang. Baik mental, fisik,
sosial dan spiritual
7. Type keluarga  (Mubarak dkk. 2020)
a. Keluarga inti (nuclear family) terdiri: ayah , ibu dan anaknya dari
keturunannya atau adopsi
b. Keluarga besar (extended family) keluarga inti ditambah anggota
keluarga lain yg masih ada hubungan darah. (kakek, nenek , paman,
bibi).
c. Keluarga berantai (serial family)
Yaitu : keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang menikah lebih dari
satu dan merupakan satu keluarga inti.
d. Keluarga duda / janda (single family)
Yaitu : keluarga yang terbentuk karena perceraian/kematian.
e. Keluarga berkomposisi (composite familiy)yaitu keluarga perkawinan
yang berpoligami dan hidup secara bersama-sama.
f. Keluarga kabitas (kahabitation familiy)
Yaitu : dua orang menjadi satu tanpa pernikahan tetapi membentuk satu
keluarga
8. Tugas Perkembangan Sesuai Dengan Tahap perkembangan (Supartini,
2021) 
Keluarga dengan anak usia prasekolah 3-5 tahun memenuhi kebutuhan
Anggota keluarga : rumah, rasa aman,membantu anak untuk bersosialisasi,
mempertahankan hubungan yang sehat keluarga intern dan luar, pembagian
tanggung jawab, kegiatan untuk stimulasi perkembangan Anak.
9. Fungsi keluarga menurut Friedman (2018), dikutip oleh Mubarak,
2020.  adalah:

Fungsi fisik/ pemeliharaan kesehatan, Keluarga memberikan keamanan,


kenyamanan lingkungan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan,
perkembangan dan istirahat termasuk untuk penyembuhan dari sakit.

10. Bentuk-bentuk Keluarga


Menurut Sussman (2019) dan Maclin (2018) yang dikutip dari Setiawati &
Dermawan (2018)” bentuk-bentuk keluarga adalah sebagai berikut :
a. Keluarga tradisional
1) Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri atas ayah, ibu dananak.
2) Pasangan inti adalah keluarga yang terdiri dari suami dan istri saja.
3) Keluarga dengan orang tua tunggal.
4) Bujangan yang tinggal sendirian.
5) Keluarga besar tiga generasi.
6) Pasangan usia pertengahan atau pasangan lansia.
7) Jaringan keluarga besar
b. Keluarga non tradisional
1) Keluarga dengan orang tua yang memiliki anak tanpa menikah.
2) Pasangan yang hidup bersama tanpa menikah (kumpul kebo).
3) Keluarga gay.
4) Keluarga lesbi.
5) Keluarga komuni
Menurut Carter yang dikutip dari buku “Penuntun Praktis Asuhan
Keperawatan Keluarga, Setiawati & Dermawan (2018)” bentuk-bentuk
keluarga adalah sebagai berikut :
a) Keluarga inti (nuclear family)Keluarga yang terdiri atas ayah, ibu dan
anak-anak
b) keluarga besar (extended family) Keluarga ini ditambah dengan sanak
saudara, nenek, kakek, keponakan, sepupu, paman, bibi dan
sebagainya.
c) Keluarga berantai (serial family)
Keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang menikah lebih  dari
satu kali dan merupakan satu keluarga inti.
d) Keluarga duda atau janda (single family)
Keluarga yang terjadi karena perceraian atau kematian.
e) Keluarga berkomposisi
Keluarga yang perkawinannya berpoligami dan hidup
secara  bersama-sama.
f) Keluarga kabitas
Dua orang menjadi satu tanpa pernikahan tetapi membentuk satu
keluarga.
11. Menurut Friedman (2018)  yang dikutip dari Setiawati & Dermawan  (2018)
Fungsi keluarga adalah sebagai berikut :
a. Fungsi afektif adalah fungsi internal keluarga sebagai dasar kekuatan
keluarga. Di dalamnya terkait dengan saling mengasihi, saling
mendukung dan saling menghargai antar anggota keluarga.
b. Fungsi sosialisasi adalah fungsi yang mengembangkan proses
interaksi dalam keluarga. Sosialisasi dimulai sejak lahir dan keluarga
merupakan tempat individu untuk belajar bersosialisasi.
c. Fungsi reproduksi adalah fungsi keluarga untuk meneruskan
kelangsungan keturunan dan menambah sumber daya manusia.
d. Fungsi ekonomi adalah fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan
seluruh anggota keluarganya yaitu sandang, pangan dan papan.
e. Fungsi perawatan kesehatan adalah fungsi keluarga untuk mencegah
terjadinya masalah kesehatan dan merawat anggota keluarga yang
mengalami masalah kesehatan.
12. Tugas keluarga dibidang kesehatan
Menurut suprajitno (2004) sesuai fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga
mempunyai tugas di bidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan
meliputi:
a. Mengenal masalah kesehatan keluarga. Kesehatan merupakan
kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan karena tanpa
kesehatan, segala sesuatu tidak akan berarti dan karena kesehatanlah
terkadang seluruh kekuatan sumber daya dan dana keluarga habis
sehingga orang tua perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-
perubahan yang dialami anggota keluarga.
b. Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga. Tugas ini
merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan
yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan
siapa diantara keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan
untuk menentukan tindakan keluarga. Tindakan kesehatan yang
dilakukan oleh keluarga diharapkan tepat agar masalah kesehatan
dapat dikurangi atau bahkan teratasi. Jika keluarga mempunyai
keterbatasan dapat meminta bantuan kepada orang di lingkungan
tempat tinggal keluarga agar memperoleh bantuan.
c. Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan. Sering kali
keluarga mengambil tindakan yang tepat dan benar, tetapi keluarga
memiliki keterbatasan yang telah diketahui keluarga sendiri. Dengan
demikian, anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan
perlu memperoleh tindakan lanjut atau perawatan agar masalah yang
lebih parah tidak terjadi. Perawatan dapat dilakukan di institusi
pelayanan kesehatan atau di rumah apabila keluarga telah memiliki
kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan pertama.
d. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan
keluarga.
e. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya bagi
keluarga
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
1. Pengertian
Asuhan keperawatan keluarga adalah metode ilmiah yang digunakan
secara sistimatis untuk mengkaji dan menentukan masalah kesehatan dan
keperawatan keluarga, merencanakan asuhan keperawatan, dan
melaksanakan intervensi keperawatan terhadap keluarga sesuai dengan
rencana yang telah disusun dan mengevaluasi mutu hasil asuhan
keperawatan yang dilakukan terhadap keluarga (Effendy,2021).
Proses  keperawatan adalah metode kerja dalam pemberian pelayanan
keperawatan untuk menganalisa masalah pasien secara sistematik,
menentukan cara pemecahannya, melaksanakan tindakan dan
mengevaluasi hasil tindakan yang telah dilaksanakan (Effendy,2021).
2. Tahap-tahap dalam proses keperawatan keluarga
Tahap-tahap dalam proses keperawatan bergantung satu sama Yang
lainnya dan bersifat dinamis, dan disusun secara sistematis untuk
mengambarkan dari tahap yang satu ke tahap yang lain, dengan tahap-
tahap sebagai berikut:
a. Pengkajian
Pengkajian adalah merupakan tahapan terpenting dalam proses
keperawatan, mengingat pengkajian sebagai awal bagi keluarga
untuk mengidentifikasi data-data yang ada pada keluarga
(Setiawati, 2018) Yang termasuk dalam tahap ini adalah:
a) Pengumpulan data
Proses pengumpulan data diperoleh melalui, proses
wawancara/anamnese, pengamatan/observasi, pemeriksaan
fisik dengan cara: inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi
(Effendy, 2018).
b) Analisa data
Analisa data merupakan kegiatan pemilahan data dalam
rangka proses klarifikasi dan validasi informasi untuk
mendukung penegakkan diagnosa keperawatan keluarga
yang akurat.
c) Perumusan masalah
Rumusan masalah kesehatan keluarga dapat
menggambarkan keadaan kesehatan keluarga dan status
keluarga, karena merupakan hasil dari pemikiran dan
pertimbangan yang akurat tentang situasi kesehatan
lingkungan, norma, nilai, kultur, yang dianut oleh keluarga
tersebut yang diambil berdasarkan hasil analisa konsep,
prinsip, teori dan standar yang dapat dijadikan acuan dalam
menganalisa sebelum mengambil keputusan tentang
masalah kesehatan keluarga, yang mengacu kepada tipologi
masalah kesehatan keluarga dalam melaksanakan tugas-
tugas dalam bidang kesehatan (Effendy, 2018).
b. Diagnosa keperawatan keluarga, dan prioritas diagnosa
keperawatan keluarga.
a) Diagnosa keperawatan keluarga
Diagnosa keperawatan keluarga merupakan kumpulan
pernyataan dari uraian hasil wawancara, pengamatan
langsung dan pengukuran menggunakan status kesehataan
mulai dari potensial, resiko tinggi, sampai masalah aktual.
Masalah keperawatan aktual memberikan gambaran tanda
dan gejala yang jelas yang mendukung bahwa masalah
benar-benar terjadi, masalah resiko ditunjukkan dengan
data yang mengarah pada timbulnya masalah kesehatan bila
tidak segera ditangani, dan masalah potensial/sejahtera
adalah merupakan status kesehatan berada pada kondisi
sehat dan ingin meningkatkan lebih optimal (Setiawati,
2018).
Diagnosa keperawatan ditegakkan menurut Setiawati
(2018) adalah:
a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah
b. Ketidakmampuan merawat anggota keluarga (anak)
c. Ketidakmampuan merubah perilaku anggota keluarga
(anak)
d. Ketidaksangupan keluarga dalam mengambil keputusan
e. Ketidaksangupan menciptakan / mengatur anggota
keluarga (anak)
f. Ketidaktahuan keluarga tentang
b) Prioritas diagnosa keperawatan keluarga
Menurut Setiawati (2018), prioritas masalah didasarkan
atas tiga komponen:
1) Kriteria penilaian
Kriteria  masalah terdiri atas:
1. Sifat masalah yang terdiri dari:
a. Aktual dengan nilai 3
b. Resiko tinggi dengan nilai 2
c. Potensial dengan nilai 1
Pembenaran mengacu pada masalah yang
sedang baru terjadi, baru menunjukan
tanda dan gejala atau bahkan dalam
kondisi sehat.
2. Kemungkinan masalah untuk diubah
a. Mudah dengan nilai 2
b. Sebagian dengan nilai 1
c. Tidak dapat dengan nilai 0
Pembenaran mengacu pada: masalah,
sumber daya keluarga, sumber daya
perawat dan sumber daya lingkungan.
3. Potensial masalah untuk dicegah:
a. Tinggi dengan nilai 3
b. Cukup dengan nilai 2
c. Rendah dengan nilai 1
Pembenaran mengacu pada berat ringannya
masalah, jangka waktu terjadi masalah,
tindakan yang akan dilakukan, kelompok
resiko tinggi yang bisa dicegah. 
4. Menonjolnya masalah
a. Segera diatasi dengan nilai 2
b. Tidak segera diatasi dengan nilai 1
c. Tidak dirasakan ada masalah dengan nilai0.
Pembenaran mengacukepada :kurang
pengetahuan keluarga terhadap masalah.
2) Bobot
1. Sifat masalah dengan bobot 1
2. Kemungkinan masalah untuk diubah dengan
bobot 2
3. Potensial masalah untuk dicegah dengan bobot
1
4. Menonjolnya masalah dengan bobot 1.
3) Pembenaran
1. Alasan untuk menentukan sub kriteria
2. Dampak terhadap kesehatan keluarga
3. Ditunjang dari data hasil pengkajian.
Sistim Skoring
No Kriteria Nilai Bobot Pembenaran
1. Sifat  Masalah Mengacu pada
Skala: masalah yang
          Aktual 3 1 sedang terjadi
          Resiko tinggi 2 dengan
          Potensial 1 menunjukan tanda
dan gejala atau
bahkan dalam
kondisi sehat.
2. Kemungkinan masalah dapat Mengacu pada
diubah masalah,
Skala: sumberdaya
          Mudah 2 2 keluarga,
          Sebagian 1 semberdaya
          Tidak dapat 0 perawat
dan sumberdaya
lingkungan.
3. Potensi masalah untuk Mengacu pada
dicegah berat ringannya
Skala : 3 1 masalah, jangka
          Tinggi 2 waktu terjadinya
          Cukup 1 masalah,
          Rendah tindakan yang akan
dilakukan,
kelompok resiko
tinggi yang bisa
dicegah.
4. Menonjol masalah Mengacu pada
Skala: kurang pegetahun
keluarga terhadap
          Segera diatasi 2 1 masalah.
          Tidak segera diatasi  1
          Tidak dirasakan ada 0
masalah

1. Skorin

c) Skoring
Menurut Effendy (2021), system scoring untuk menentukan
prioritas masalah sebagai berikut:
1) Tentukan skor untuk setiap kriteria
2) Skor dibagi dengan angka tertinggi dan dikalikan
dengan

                     Skor    


x     bobot
             Angka tertinggi

3) Skor tertinggi adalah 5 dan sama untuk semua bobot


d) Berdasarkan masalah yang diangkat oleh peneliti dalam
karya tulis ilmiah ini, maka diagnosa keperawatan yang
diprioritaskan  adalah ketidaktahuan keluarga tentang
masalah kesehatan yang terjadi dalam keluarga.

4) Perencanaan / Intervensi Keperawatan Keluarga


Menurut Association Nursing American (ANA)
yang dikutip oleh (Setiawati, 2018).
Mendefenisikan intervensi sebagai rencana tindakan
perawat untuk kepentingan klien atau keluarga.
Tujuan umum dalam perencanaan intervensi adalah:
untuk meningkatkan pengetahuan keluarga yang
disebabkan karena kurangnya pengetahuan
keluarga.
5) Implementasi
Menurut Setiawati (2018), implementasi merupakan
aktualisasi dari perencanaan yang telah disusun oleh
perawat sebelumnya. Prinsip yang mendasari
implementasi keperawatan keluarga antara lain:
1. Implementasi mengacu pada rencana perawatan
yang dibuat.
2. Implementasi dilakukan dengan tepat
memperhatikan prioritas masalah.
3. Kekuatan-kekuatan keluarga berupa finasial,
motivasi, dan sumber-sumber pendukung
lainnya jangan diabaikan.
4. Pendokumentasian implementasi keperawatan
keluarga jangan terlupakan dengan
menyertakan tanda tangan petugas sebagai
bentuk tanggung gugat dan tanggung jawab
profesi.
6) Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap terakhir dalam proses
keperawatan keluarga. Evaluasi merupakan tahap
terakhir yang menentukan apakah tujuan tercapai
sesuai dengan yang ditetapkan dalam tujuan di
rencana keperawatan (Setiawati, 2018)
Macam-macam evaluasi :
1. Evaluasi Struktur
Evaluasi struktur berhubungan erat dengan
bahan, tenaga, maupun dana yang diperlukan
dalam suatu kegiatan (Setiawati, 2018).
2. Evaluasi Proses
Evaluasi proses merupakan evaluasi yang
dilakukan selama proses kegiatan berlangsung,
untuk mencapai kualitas dalam hal penyuluhan
kesehatan yang diberikan kepada keluarga
dalam upaya mengatasi masalah dalam
keluarga.
3. Evaluasi Hasil
Evaluasi hasil merupakan hasil akhir dari
pemberian asuhan keperawatan (Setiawati,
2018). Evaluasi yang diharapkan pada keluarga
dalam upaya mengatasi masalah dalam
keluarga.
7) Catatan perkembangan
Catatan perkembangan kesehatan keluarga
merupakan indikator keberhasilan tindakan
keperawatan keluarga, yang diberikan pada keluarga
oleh petugas kesehatan, karakteristik evaluasi
dengan pedoman SOAP (Subjek, Objek, Analisa,
dan Perencanaan).

C. KONSEP DASAR HIPERTENSI


1. Definisi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah
sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg
pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan
cukup istirahat/tenang (Kemenkes.RI, 2022).
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami
peningkatan tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan
angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian / mortalitas (Trianto, 2019).
2. Etiologi
Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik.
Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan curah jantung atau peningkatan
tekanan perifer. Akan tetapi, ada beberapa factor yang memengaruhi
terjadinya hipertensi :
a. Genetik : respon neurologi terhadap stress atau kelainan ekskresi atau
transport Na.
b. Obesitas : terkait dengan tingkat insulin yang tinggi yang mengakibatkan
tekanan darah meningkat.
c. Stress karena lingkungan.
d. Hilangnya elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua serta
pelebaran pembuluh darah (Aspiani, 2017)
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan :
a. Hipertensi primer (esensial)
Hipertensi primer adalah hipertensi yang belum diketahui
penyebabnya. Diderita oleh seitar 95% orang. Oleh karena itu,penelitian
dan pengobatan lebih ditunukan bagi penderita esensial.
Hipertensi primer disebabkan oleh faktor berikut ini :
1) Faktor keturunan
Dari data statistic terbukti bahwa seseorang akan memiliki
kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang
tuanya adalah penderita hipertensi.
2) Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah
umur (jika umur bertambah maka tekanan darah meningkat), jenis
kelamn (pria lebih tinggi dari perempuan), dan ras (ras kulit hitam
lebih banyak dari kulit putih).
3) Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi
adalah konsumsi garam yang tinggi (lebih dari 30g), kegemukan atau
makan berlebih,stress, merokok, minum alcohol,minum obat-obatan
(efedrin, prednisone, epinefrin).
b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder terjadi akibat penyebab yang jelas salah satu
contoh hipertensi sekunder adalah hipertensi vascular renal, yang terjadi
akibat stenosis arteri renalis. Kelainan ini dapat bersifat kongenital atau
akibat aterosklerosis stenosis arteri renalis menurunkan aliran darah ke
ginjal sehingga terjadi pengaktifan baroreseptor ginjal, perangsangan
pelepasan renin, dan pembentukan angiotensin II. Angiotensin II secara
langsungmeningkatkan tekanan darah tekanan darah, dan secara tidak
langsung meningkatkan sintesis andosteron dan reabsorpsi natrium.
Apabila dapat dilakukan perbaikan pada stenosis, atau apabila ginjal yang
terkena di angkat,tekanan darah akan kembali ke normal.
Penyebab lain dari hipertensi sekunder, antara lain ferokromositoma,
yaitu tumor penghasil epinefrin di kelenjar adrenal, yang menyebabkan
peningkatan kecepatan denyut jantung dan volume sekuncup, dan penyakit
cushing, yang menyebabkan peningkatan volume sekuncup akibat retensi
garam dan peningkatan CTR karena hipersensitivitas system saraf simpatis
aldosteronisme primer (peningkatan aldosteron tanpa diketahui penyebab-
nya) dan hipertensi yang berkaitan dengan kontrasepsi oral juga dianggap
sebagai kontrasepsi sekunder (Aspiani, 2017).
3. Manifestasi Klinis
Pada umumnya, penderita hipertensi esensial tidak memiliki keluhan.
Keluhan yang dapat muncul antara lain: nyeri kepala, gelisah, palpitasi,
pusing, leher kaku, penglihatan kabur, nyeri dada, mudah lelah, lemas dan
impotensi. Nyeri kepala umumnya pada hipertensi berat, dengan ciri khas
nyeri regio oksipital terutama pada pagi hari. Anamnesis identifikasi faktor
risiko penyakit jantung, penyebab sekunder hipertensi, komplikasi
kardiovaskuler, dan gaya hidup pasien.
Perbedaan Hipertensi Esensial dan sekunder Evaluasi jenis hipertensi
dibutuhkan untuk mengetahui penyebab. Peningkatan tekanan darah yang
berasosiasi dengan peningkatan berat badan, faktor gaya hidup (perubahan
pekerjaan menyebabkan penderita bepergian dan makan di luar rumah),
penurunan frekuensi atau intensitas aktivitas fisik, atau usia tua pada pasien
dengan riwayat keluarga dengan hipertensi kemungkinan besar mengarah ke
hipertensi esensial. Labilitas tekanan darah, mendengkur, prostatisme, kram
otot, kelemahan, penurunan berat badan, palpitasi, intoleransi panas, edema,
gangguan berkemih, riwayat perbaikan koarktasio, obesitas sentral, wajah
membulat, mudah memar, penggunaan obat-obatan atau zat terlarang, dan
tidak adanya riwayat hipertensi pada keluarga mengarah pada hipertensi
sekunder (Adrian, 2019).
4. Klasifikasi
Secara klinis hipertensi dapat di klasifikasikan menjadi beberapa
kelompok yaitu:
No. Kategori Sistolik Diastolik
1. Optimal ˂120 <80
2. Normal 130-139 80-84
3. Higt Normal 130-139 85-89
4. Hipertensi
Grade 1 (ringan) 140-159 90-99
Grade 2 (sedang) 160-179 100-109
Grade 3 (berat) 180-209 100-119
Grade 4 (sangat berat) >120 >120
Sumber : (Nurarif, 2018)
5. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut kebawah ke korda spinalis dan
keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan
abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk implus
yang bergerak kebawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis.
Pada titik ini, neuron pre-ganglion melepaskan asetilkolin, yang merangsang
serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan
dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.
Berbagai factor, seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi
respons pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriktor. Klien dengan
hipertensi sangat sensitive terhadap norepineprin, meskipun tidak diketahui
dengan jelas mengapa hal tersebut dapat terjadi.
Pada saat bersamaan ketika system saraf simpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medula adrenal menyekresi
epineprin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal menyekresi
kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor
pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah
keginjal, menyebabkan pelepasan renin.
Renin yang dilepaskan merangsang pembentukan angiotensin I yang
kemudian diubah menjadi angiotensin II , vasokontriktor kuat, yang pada
akhirnya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume instravaskuler. Semua factor tersebut cenderung
menyebabkan hipertensi (Aspiani, 2017).
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
1) Albuminuria pada hipertensi karena kelainan parenkim ginjal
2) Kreatinin serum dan BUN meningkat pada hipertensi karena parenkim
ginjal dengan gagal ginjal akut
3) Darah perifer lengkap
4) Kimia darah (kalium, natrium, keratin, gula darah puasa)
b. EKG
1) Hipertrofi ventrikel kiri
2) Iskemia atau infark miocard
3) Peninggian gelombang P
4) Gangguan konduksi
c. Foto Rontgen
1) Bentuk dan besar jantung Noothing dari iga pada koarktasi aorta
2) Pembendungan, lebar paru
3) Hipertrofi parenkim ginjal
4) Hipertrofi vascular ginjal (Aspiani, 2017)
7. Komplikasi
Kompikasi hipertensi menurut (Trianto, 2019) :
a. Penyakit jantung
Komplikasi berupa infark miokard, angina pectoris, dan gagal jantung.
b. Ginjal
Terjadinya gagal ginjal dikarenakan kerusakan progresif akibat tekanan
tinggi pada kapiler-kapiler ginjal, glomerulus. Rusaknya glomerulus, darah
akan mengalir ke unit-unit fungsional ginjal dan nefron akan terganggu
sehingga menjadi hipoksik dan kematian. Rusaknya membrane glomerulus
, protein akan keluar melalui urin sehingga tekanan osmotic koloid plasma
berkurang dan menyebabkan edema.
c. Otak
Komplikasi berupa stroke dan serangan iskemik. Stroke dapat terjadi pada
hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak mengalami
hipertrofi dan menebal sehingga aliran darah ke daerahdaerah yang
diperdarahi berkurang.
d. Mata
Komplikasi berupa perdarahan retina, gangguan penglihatan,hingga
kebutaan.
e. Kerusaka pada pembuluh darah arteri
Jika hipertensi tidak terkontrol, dapat terjadi kerusakan dan
penyempitan arteri atau yang sering disebut dengan aterosklerosis dan
arterosklerosis (pengerasan pembuluh darah). Komplikasi berupa kasus
perdarahan meluas sampai ke intraventrikuler (Intra Ventriculer
Haemorrhage) atau IVH yang menimbulkan hidrosefalus obstruktif
sehingga memperburuk luaran. 1-4 Lebih dari 85% ICH timbul primer dari
pecahnya pembuluh darah otakyang sebagian besar akibat hipertensi
kronik (65-70%) dan angiopathy amyloid.
Sedangkan penyebab sekunder timbulnya ICH dan IVH biasa karena
berbagai hal yaitu gangguan pembekuan darah, trauma, malformasi
arteriovenous, neoplasma intrakranial, thrombosis atau angioma vena.
Morbiditas dan mortalitas ditentukan oleh berbagai faktor, sebagian besar
berupa hipertensi, kenaikan tekanan intrakranial, luas dan lokasi
perdarahan, usia, serta gangguan metabolism serta pembekuan darah (Jasa,
Saleh, & Rahardjo, n.d., 2021)
8. Penatalaksanaan
Tujuan deteksi dan penatalaksanaan hipertensi adalah menurunkan risiko
penyakit kardiovaskular dan mortalitas serta morbiditas yang berkaitan.
Tujuan terapi adalah mencapai dan mempertahankan tekanan sistolik dibawah
140 mmHg dan tekanan distolik dibawah 90 mmHg dan mengontrol factor
risiko. Hal ini dapat dicapai melalui modifikasi gaya hidup saja, atau dengan
obat antihipertensi (Aspiani, 2017).
Penatalaksanaan faktor risiko dilakukan dengan cara pengobatan setara
non-farmakologis, antara lain:
a. Pengaturan diet
Berbagai studi menunjukan bahwa diet dan pola hidup sehat atau
dengan obat-obatan yang menurunkan gejala gagal jantung dan dapat
memperbaiki keadaan hipertrofi ventrikel kiri.
Beberapa diet yang dianjurkan:
1) Rendah garam, diet rendah garam dapat menurunkan tekanan
darah pada klien hipertensi. Dengan pengurangan konsumsi
garam dapat mengurangi stimulasi system renin-angiotensin
sehingga sangat berpotensi sebagai anti hipertensi. Jumlah
asupan natrium yang dianjurkan 50-100 mmol atau setara dengan
3-6 gram garam per hari.
2) Diet tinggi kalium , dapat menurunkan tekanan darah tetapi
mekanismenya belum jelas. Pemberian kalium secara intravena
dapat menyebabkan vasodilatasi, yang dipercaya dimediasi oleh
oksidanitrat pada dinding vascular.
3) Diet kaya buah dan sayur
4) Diet rendah kolestrol sebagai pencegah terjadinya jantung
koroner.
b. Penurunan berat badan
Mengatasi obesitas pada sebagian orang, dengan cara
menurunkan berat badan mengurangi tekanan darah, kemungkinan
dengan mengurangi beban kerja jantung dan volume sekuncup. Pada
beberapa studi menunjukan bahwa obesitas berhubungan dengan
kejadian hipertensi dan hipertrofi ventrikel kiri. Jadi, penurunan berat
badan adalah hal yang sangat efektif untuk menurunkan tekanan
darah.
c. Olahraga
Olahraga teratur seperti berjalan, lari,berenang, bersepeda
bermanfaat untuk menurunkan tekanan darah dan memperbaiki
keadaan jantung.
d. Memperbaiki gaya hidup yang kurang sehat
Berhenti merokok dan tidak mengonsumsi alcohol, penting
untuk mengurangi efek jangka panjang hipertensi karena asap rokok
diketahui menurunkan aliran darah ke berbagai organ dan dapat
meningkatkan kerja jantung.
(Aspiani, 2017)
A. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas Klien
1) Nama :
2) Umur :
3) Alamat :
4) Agama :
5) Pendidikan :
6) Pekerjaan :
7) Tanggal Masuk :
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan Utama
Merupakan keluhan klien meminta bantuan pelayanan
kesehatan
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Pengkajian dilakukan tidak bersamaan dengan saat klien
masuk rumah sakit, maka penjelasan pada riwayat penyakit
sekarang dilanjutkan sampai dengan saat melakukan
pengkajian. Penjelasannya meliputi : PQRST
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
Riwayat penyakit yang diderita klien yang berhubungan
dengan penyakit saat ini atau penyakit yang mungkin dapat
dipengaruhi atau mempengaruhi penyakit yang diderita klien
saat ini, bila klien pernah menjalanin operasi, perlu dikaji
tentang waktu operasi, jenis operasi, jenis anestesi,
kesimpulan akhir setelah operasi.
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat kesehatan keluarga dihubungkan dengan
kemungkinan adanya penyakit keturunan, kecenderungan
alergi dalam satu keluarga, penyakit yang menular akibat
kontak langsung maupun tak langsung antar anggota
kelluarga dilengkapi dengan genogram.
c. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan Umum
a) Penampilan : ( baik , buruk, tampak sakit )
b) Kesadaran : ( composmentis, apatis, somnolen, sopor,
koma, delirium, koma ).
c) GCS : E......M......V........
2) Tanda – tanda Vital
a) Tekanan Darah :
b) Respiratori rate :
c) Nadi :
d) Temperatur :
3) Tinggi Badan : Berat Badan :
4) Kepala
a) Bentuk Kepala : Simetris / tidak merata muka dan
tengkorak.
b) Mesocephal
c) Finger Print : Ringan , sedang , berat
d) Rambut : Ketebalan, tekstur, lubrikasi batang rambut,
keadaan kulitkepala, adakah lisi / luka,ketombe.
e) Mulut : Keadaan lidah lembab / tidak, lidah ( pucat,
simetris, gerakan, papil, ulkus ), gigi, gusi, keadan tonsil
ada pembesaran atau tidak.
f) Mata : Keadaan konjungtiva, sklera, pupil ( bentuk,
simetris, reaksi cahaya dan konvergensi ),fungsi
penglihatan
g) Hidung : Bentuk, patensi hidung, palpasi sinusseptum
hidungutuh/ tidak, fungsi indra
h) Telinga : Kesimetrisan, terdapat penumpukan
serumen/tidak, respon pendengaran, uji pendengaran
i) Leher : Pembesaran getah bening, kelenjar tiroid ada
tidak, JVP,Bruit Tyroid
5) Dada
a) Paru – paru
Inspeksi : Bentuk, kesimetrisan
Palpasi : Taktil fremitus ka/ ki
Perkusi : Bunyi sonor (atau gangguan misal
Hypersonorpada pasien tension pnemothorak)
Auskultasi : Bunyi nafas normal, atau ada bunyi
nafastambahan seperti ronchi atau wheezing.
b) Jantung

Inspeksi • Bentuk prekordium : simetris/tdk; iktus


cordis tampak/tidak, di ICS ...........
• Ada tidaknya denyutan di ICS II Kanan
(Aneurisma aorta ascenden).
• Ada tidaknya denyutan di ICS II kiri
(dilatasi a. pulmonalis dan aneurisma aorta
descenden).
Palpasi • Pada keadaan normal iktus cordis
dapatteraba pada ruanginterkostalkiri V,
agakke medial (2 cm)
darilineamidklavikulariskiri.
• Diameter Iktus kordis, jarak IC dengan
Midklavikularis.
• Palpasi area katub jantug.
• Palpasi area epigastrik untuk mengetahui
adanya pembesaran jantung antero
posterior.
Perkusi • Lakukan perkusi dari arah lateral ke
medial.
• Perubahan antara bunyi sonor dari paru-
paru ke redup relatif kita tetapkan sebagai
batas jantung kiri
• Normal:
• Atas : SIC II kiri di linea
parasternalis kiri (pinggang, jantung).
• Bawah: SIC V kiri agak ke medial
linea midklavikularis kiri (tempat
iktus).
Auskultasi • S1 dan S2 di :area aortik di ICS 2 kanan
dekat sternum; area pulmonik di ICS 2 kiri
dekat sternum; area trikuspidalis di ICS 3,
ICS 4 dan ICS 5; Mitral/Apeks.
• S3 dan S4 di apeks : ada/tidak.
• Murmur/bising jantung : ada/tidak.
6) Abdomen
Inspeksi : Bentuk perut dan gerakan kulit padaabdomen
saatinspirasi dan ekspirasi, adakah benjolan umbilikus,asites
atau tidak
Auskultasi : Peristaltik usus berapa jumlah ...x/menit
Perkusi : Bunyi timpani, hypertimpani, redup
( tergantung kuadran yang mana ).
Palpasi : Ada nyeri tekan atau tidak, apakah ada masa
7) Genetalia : Kebersihan, apakah terpasang kateter,
Volumeurin
8) Anus : Adakah benjolan pada anus atau tidak
9) Ekstermitas
Superior : Gerak, deformitas atau tidak, adanya
kelainanbawaan, cacat, lumpuh, akral, oedema
(skala),varises, Pemeriksaan nadi radialis ka dan ki
Inferior : Gerak, deformitas atau tidak, adanya kelainan
bawaan, cacat, lumpuh, akral, oedema(skala), varises. ROM ,
Kekuatan otot, refleks
10) Kuku dan Kulit : Warna, kelembapan, suhu, tekstur,
turgor, mobilitas, letak anatomi, susunan, jenis, lesi, warna
dasar kulit, sudut antara kuku dan dasar kuku, kokoh dan
tidaknya dasar kuku, sirkulasi dan pengisian kapiler.

2. Pathway

Umur Jenis kelamin Gaya Hidup Obesitas

Ekastisitas, arteruoklerosis

Hipertensi

Kerusakan vaskuler pembulu darah Perubahan status


kesehatan
Perubahan struktur
Defisit
Penyumbatan pembuluh darah Pengetahuan
vasokonstriksi

Gangguan sirkulasi

Otak Ginjal Pembuluh darah retina

Resistensipe Suplai O2 Vasokonstruksi sistemik koroner Spasme


mbuluh otak pembuluh darah arteriole
darah otak ↑ menurun ginjal vasokonstriksi Iskemi
miocard diplopia

Sinkop Blood flow Afterload


Gangguan aliran darah meningkat Nyeri akut Resiko jatuh
pola tidur menurun
Resiko
perfusi Penurunan Ginjal
Respon RAA curah
serebral
tidak efektif jantung
Rangsang Instolerasi
aldosteron
aktifitas
Retensi Na
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Defisit pengetahuan (D.0111)
2. Gangguan pola tidur (D.0055)
C. NURSING CARE PLAN
1. Diagnosa keperawatan (SDKI)
a. Defisit Pengetahuan (D.0111)
1) Definisi
Keadaan atau kurangnya informasi kognitif yang berkaitan
dengan topik tertentu.
2) Gejala dan tanda mayor
a) Subjektif : Menanyakan masalah yang dihadapi
b) Objektif : Menunjukkan perilaku tidak sesuai anjuran,
menunjukkan persepsi yang keliru terhadap masalah
3) Gejala dan tanda minor
a) Subjekif : (tidak tersedia)
b) Objektif : Menjalani pemeriksaan yang tidak tepat,
menunjukkan perilaku berlebihan (mis, apatis,
bermusuhan, histeria)
b. Gangguan pola tidur (D.0055)
1) Definisi
Gangguan kualitas dan kuantitas tidur akibat faktor eksternal
2) Penyebab
a) Hambatan lingkungan (misalnya : kelembaban
lingkungan sekitar, suhu lingkungan, pencahayaan,
kebisingan, bau tidak sedap, jadwal
pemantauan/pemeriksaan/tindakan)
b) Kurang kontrol tidur
3) Gejala dan tanda mayor
1) Subjektif : Mengeluh sulit tidur, Mengeluh pola tidur
berubah, Mengeluh istirahat tidak cukup
2) Objektif :-
4) Gejala dan tanda minor
1) Subjektif : Mengeluh kemampuan beraktivitas menurun
2) Objektif :-
2. Luaran (SLKI)
a. Defisit Pengetahuan tentang (hipertensi)
1) Luaran Utama : Tingkat pengetahuan
2) Ekspektasi : Meningkat
3) Kriteria hasil :
a) Perlaku sesuai anjuran meningkat
b) Verbalisasi minat dalam belajar meningkat
c) Kemampuan menjelaskan pengetahuan meningkat
d) Perilaku sesuai pengetahuan meningkat
e) Pertanyaan tentang masalah yang dihadapi meningkat
f) Persepsi yang keliru terhadap masalah menurun
b. Gangguan pola tidur
1) Luaran utama : Pola tidur
2) Ekspektasi : Membaik
3) Kriteria hasil :
a) Keluhan sulit tidur menurun
b) Keluhan sering terjaga menurun
c) Keluhan pola tidur berubah menurun
d) Keluhan istirahat tidak cukup menurun
e) Kemampuan beraktifitas meningkat

3. Intervensi (SIKI)
a. Defisit Pengetahuan tentang (hipertensi)
1) Intervensi utama :
2) Tindakan :
a) Observasi
(1) Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima
informasi
(2) Identifikasi faktor-faktor yang dapat
meningkatkan dan menurunkan motivasi perilaku
hidup bersih dan sehat
b) Terapeutik
(1) Sediakan materi dan media pendidikan
kesehatan
(2) Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
kesepakatan

(3) Berikan kesempatan untuk bertanya

c) Edukasi
(1) Jelaskan faktor resiko yang dapat mempengaruhi
kesehatan
(2) Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
(3) Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk
meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat
b. Gangguan pola tidur

1) Intervensi utama : Dukungan tidur (I.05174)


2) Tindakan :
a) Observasi
(1) Identifikasi faktor pengganggu tidur
b) Terapeutik
(1) Batasi waktu tidur siang
(2) Lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan
c) Edukasi
(1) Anjurkan menepati waktu tidur
(2) Ajarkan teknik relaksasi otot
DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, Arif, dkk. 2021. Buku Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Tiga.
Jilid Pertama. Jakarta. Media Aesculapius.

Mubarak, Wahit Ikbal dan Chayatin, Nurul serta Santoso, Bambang Adi.
2018. Ilmu Keperawatan Komunitas, Konsep Dan Aplikasi. Jilid 2. Jakarta.
Salemba Medika

Setiawati, Santun dan Dermawan, Agus Citra. 2018. Penuntun Praktis


Asuhan Keperawatan Keluarga. Edisi ke-2. Jakarta. Trans Info Media

http://pastakyu.wordpress.com/2022/01/22/asuhan-keperawatan-keluarga-
dengan-hipertensi/

Adrian, S. J. (2019). Hipertensi Esensial : Diagnosa Dan Tatalaksana Terbaru


Pada Dewasa, 46(3), 172–178.

Aspiani, R. yuli. (2017). Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Kardiovaskular.

Jasa, Z. K., Saleh, S. C., & Rahardjo, S. (2021). Dan Intraventrikular Yang
Dilakukan Vp-Shunt Emergensi Outcome Of Patients With Intracerebral
And Intraventricular Haemorrhage After An Emergency Vp-Shunt
InsertioN. 1(3), 158–162.

Kemenkes.RI. (2022). Pusdatin Hipertensi. Infodatin, Hipertensi, 1–7.


https://doi.org/10.1177/109019817400200403

Nurariif, A. H. (2018). Aplikasi Asuhan kepeawatan berdasarkan diagnosa medis


& Nanda Jilid 2.

Trianto,(2019). Pelayanan Peperawatan Pagi Penderita Hipertensi.Jakarta: Bumi


Aksara

Anda mungkin juga menyukai