Anda di halaman 1dari 70

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN

ASMA BRONKIAL

DISUSUN OLEH:

HENGKI
NIM. 891211071

MATA KULIAH : PRAKTEK KLINIK KEPERAWATAN KELUARGA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS SEKOLAH


TINGGI ILMU KESEHATAN YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM
PONTIANAK
2022
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN
KELUARGA DENGAN ASMA BRONKIAL
A. Konsep Dasar Keluarga

1. Definisi Keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu atap
dalam keadaan saling ketergantungan (Effendy dalam Harmoko, 2012).
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang terhubung karena ikatan
tertentu untuk saling membagi pengalaman dan melakukan pendekatan
emosional, serta mengidentifikasi diri mereka sebagai bagian dari keluarga
(Friedman, 2013).
2. Tipe Keluarga
a. Keluarga inti (Nuclear Family), adalah keluarga yang terdiri dari ayah,
ibu dan anak.
b. Keluarga besar (Extended family), adalah keluarga inti ditambah
dengan sanak saudara, misalnya nenek, kakek, keponakan, sepupu,
paman, bibi, dan sebagainya.
c. Keluarga berantai (Serial family), adalah keluarga yang terdiri dari
wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu
keluarga inti.
d. Keluarga duda / janda (Single family), adalah keluarga yang terjadi
karena perceraian atau kematian.
e. Keluarga berkomposisi (Composite), adalah keluarga yang
perkawinannya berpoligami dan hidup secara bersama.
f. Keluarga kabitas (Cahabitation), adalah dua orang menjadi satu tanpa
pernikahan, tetapi membentuk satu keluarga.
3. Tugas dan Fungsi Keluarga
a. Tugas Keluarga
1) Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya.
2) Memenuhi kebutuhan jasmani, rohani, dan social anggota
keuarga.
3) Pembagian tugas anggotanya sesuai dengan kedudukannya.
4) Sosialisasi antar anggota keluarga.
5) Pengaturan jumlah anggota keluarga
6) Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga.
7) Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang
lebih luas.
8) Membangkitkan dorongan dan semngat para anggotanya
b. Fungsi Keluarga
1) Fungsi biologis
a) Untuk meneruskan keturunan
b) Memelihara dan membesarkan anak
c) Memenuhi kebutuhan gizi keluarga
d) Memelihara dan merawat anggota keluarga
2) Fungsi psikologis
a) Memberi kasih sayang dan rasa aman
b) Memberi perhatian diantara anggota keluarga
c) Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga
d) Memberikan identitas keluarga
3) Fungsi sosialisasi
a) Membina sosialisasi pada anak
b) Membentuk norma-norma, tingkah laku sesuai dengan tingkat
perkembangan anak.
c) Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga.
4) Fungsi ekonomi
a) Mencari sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan
b) Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk
memenuhi kebutuhan keluarga.
c) Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga
di masa yang akan datang, misalnya pendidikan anak-anak,
jaminan hari tua, dsb.
5) Fungsi pendidikan
a) Menyekolahkan anak untuk memberi pengetahuan,
keterampilan dan membentuk prilaku anak sesuai dengan
bakat dan minat yang dimilikinya.
b) Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan
datang dalam memenuhi perannya sebagai orang dewasa.
c) Mendidik anak sesuai dengan
tingkat-tingkat perkembangannya.
4. 5 Tugas Keluarga Dalam Kesehatan

Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai


peran dan tugas di bidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan
yang meliputi:

a. Mengenal masalah kesehatan

Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh


diabaikan karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak berarti dan
karena kesehatanlah seluruh kekuatan sumber daya dan dana
keluarga habis. Orang tua perlu mengenal keadaan sehat dan
perubahanperubahan yang dialami anggota keluarganya. Perubahan
sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung
akan menjadi perhatian dari orang tua atau pengambil keputusan
dalam keluarga (Suprajitno, 2004). Mengenal menurut Notoadmojo
(2003) diartikan sebagai pengingat sesuatu yang sudah dipelajari atau
diketahui sebelumnya. Sesuatu tersebut adalah sesuatu yang spesifik
dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah
diterima. Dalam mengenal masalah kesehatan keluarga haruslah
mampu mengetahui tentang sakit yang dialami pasien.

b. Memutuskan tindakan yang tepat bagi keluarga


Peran ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari
pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan
pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunyai keputusan
untuk memutuskan tindakan yang tepat (Suprajitno, 2004). Friedman,
1998 menyatakan kontak keluarga dengan sistem akan melibatkan
lembaga kesehatan profesional ataupun praktisi lokal (Dukun) dan
sangat bergantung pada:

1) Apakah masalah dirasakan oleh keluarga ?


2) Apakah kepala keluarga merasa menyerah terhadap masalah yang
dihadapi salah satu anggota keluarga ?
3) Apakah kepala keluarga takut akibat dari terapi yang dilakukan
terhadap salah satu anggota keluarganya ?
4) Apakah kepala keluarga percaya terhadap petugas kesehatan ?
5) Apakah keluarga mempunyai kemampuan untuk menjangkau
fasilitas kesehatan ?
c. Memberikan perawatan terhadap keluarga yang sakit
Beberapa keluarga akan membebaskan orang yang sakit dari
peran atau tangung jawabnya secara penuh, Pemberian perawatan
secara fisik merupakan beban paling berat yang dirasakan keluarga
(Friedman, 1998). Suprajitno (2004) menyatakan bahwa keluarga
memiliki keterbatasan dalam mengatasi masalah perawatan
keluarga. Dirumah keluarga memiliki kemampuan dalam melakukan
pertolongan pertama. Untuk mengetahui dapat dikaji yaitu :
1) Apakah keluarga aktif dalam ikut merawat pasien ?
2) Bagaimana keluarga mencari pertolongan dan mengerti tentang
perawatan yang diperlukan pasien ?
3) Bagaimana sikap keluarga terhadap pasien ? (Aktif mencari
informasi tentang perawatan terhadap pasien )
d. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin
kesehatankeluarga
1) Pengetahuan keluarga tentang sumber yang dimiliki
disekitarlingkungan rumah
2) Pengetahuan tentang pentingnya sanitasi lingkungan
danmanfaatnya.
3) Kebersamaan dalam meningkatkan dan memelihara
lingkunganrumah yang menunjang kesehatan.
e. Menggunakan pelayanan kesehatan
Menurut Effendy (1998), pada keluarga tertentu bila ada anggota
keluarga yang sakit jarang dibawa ke puskesmas tapi ke mantri atau
dukun. Untuk mengetahui kemampuan keluarga dalam
memanfaatkan sarana kesehatan perlu dikaji tentang :
1) Pengetahuan keluarga tentang fasilitas kesehatan yang dapat
dijangkau keluarga
2) Keuntungan dari adanya fasilitas kesehatan
3) Kepercayaan keluarga terhadap fasilitas kesehatan yang ada 4)
Apakah fasilitas kesehatan dapat terjangkau oleh keluarga.
Tenaga kesehatan dapat menjadi hambatan dalam usaha keluarga
dalam memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada. Hambatan yang
dapat muncul terutama kamunikasi (Bahasa) yang kurang dimengerti
oleh petugas kesehatan. Pengalaman yang kurang menyenangkan
dari keluarga ketika berhadapan dengan petugas kesehatan ketika
berhadapan dengan petugas kesehatan.
5. Ciri - Ciri Keluarga
Ciri - ciri keluarga menurut, Effendy dalam Harmoko (2012) yaitu; a.
Diikat tali perkawinan
b. Ada hubungan darah
c. Ada ikatan batin
d. Memiliki tanggungjawab masing –masing
e. Ada pengambil keputusan
f. Kerjasama
g. Interaksi
h. Tinggal dalam suatu rumah
6. Tujuan Keluarga
Bergabungnya dua orang atau lebih yang membentuk keluarga,
mempunyai suatu tujuan. Menurut Friedman (2013) tujuan utama keluarga
adalah sebagai perantara yaitu menanggung semua harapan dan
kewajibankewajiban masyarakat serta membentuk dan mengubah sampai
taraf tertentu hingga dapat memenuhi kebutuhan dan kepentingan setiap
individu dalam keluarga. 7. Bentuk Keluarga
Ada beberapa bentuk keluarga menurut, Effendy dalam Harmoko (2012)
yaitu;
a. Keluarga inti (nuclear family), merupakan keluarga yang dibentuk
karena ikatan perkawinan yang direncanakan yang terdiri dari suami,
istri, dan anak-anak, baik karena kelahiran natural maupun adopsi.
b. Keluarga asal (family of origin), merupakan suatu unit keluarga
tempat asal seseorang dilahirkan.
c. Keluarga besar (extended family), keluarga inti yang ditambah dengan
keluarga lain (karena hubungan darah), misalnya kakek, nenek, bibi,
paman, sepupu, termasuk keluarga modern, seperti orang tua
tunggal, keluarga tanpa anak, serta keluarga pasangan sejenis
(guy/lesbian family).
d. Keluarga berantai (serial family), keluarga yang terdiri dari wanita dan
pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan suatu keluarga
inti.
e. Keluarga duda atau janda (single family), keluarga yang terbentuk
karena perceraian dan atau kematian pasangan yang dicintai.
f. Keluarga komposit (composite family), keluarga dari perkawinan
poligami dan hidup bersama.
g. Keluarga kohabitasi (cohabitation), dua orang menjadi satu keluarga
tanpa pernikahan, bisa memiliki anak atau tidak.
h. Keluarga inses (incest family), seiring dengan masuknya nilai-nilai
global dan pengaruh informasi yang sangat dahsyat, dijumpai bentu
keluarga yang tidak lazim, misalnya anak perempuan menikah dengan
ayah kandungnya.
i. Keluarga tradisional dan nontradisional, keluarga tradisional diikat
oleh perkawinan, sedangkan keluarga nontradisional tidak diikat oleh
perkawinan.
8. Struktur dan Fungsi Keluarga
Struktur dan fungsi keluarga menurut, Effendy dalam Harmoko (2012)
yaitu;
a. Fungsi afektif (the affective function) adalah fungsi keluarga yang
utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan
anggota keluarga berhubungan dengan orang lain. Fungsi ini
dibutuhkan untuk perkembangan individu dan psikososial anggota
keluarga.
b. Fungsi sosialisasi yaitu proses perkembangan dan perubahan yang
dilalui individu yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar
berperan dalam lingkungan sosialnya. Sosialisasi dimulai sejak lahir.
Fungsi ini berguna untuk membina sosialisasi pada anak, membentuk
norma-norma tinkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak
dan dan meneruskan nilai-nilai budaya keluarga.
c. Fungsi reproduksi (the reproduction function) adalah fungsi untuk
mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.
d. Fungsi ekonomi (the economic function) yaitu keluarga berfungsi
untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat
untuk mengembangkan kemampuan individu meningkatkan
penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
e. Fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan (the health care
function) adalah untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota
keluarga agar tetap memiliki produktivitas yang tinggi. Fungsi ini
dikembangkan menjadi tugas keluarga dibidang kesehatan.
Tetapi dengan berubahnya zaman, fungsi keluarga dikembangkan
menjadi :
a. Fungsi ekonomi, yaitu keluarga diharapkan menjadi keluarga yang
produktif yang mampu menghasilkan nilai tambah ekonomi dengan
memanfaatkan sumber daya keluarga.
b. Fungsi mendapatkan status sosial, yaitu keluarga yang dapat dilihat
dan dikategorikan strata sosialnya oleh keluarga lain yang berbeda
disekitarnya.
c. Fungsi pendidikan, yaitu keluarga mempunyai peran dan
tanggungjawab yang besar terhadap pendidikan anak-anaknya untuk
menghadapi kehidupan dewasanya.
d. Fungsi sosialisasi bagi anaknya, yaitu orang tua atau keluarga
diharapkan mampu menciptakan kehidupan sosial yang mirip dengan
luar rumah.
e. Fungsi pemenuhan kesehatan, yaitu keluarga diharapkan dapat
memenuhi kebutuhan dasar primer dalam rangka melindungi dan
pencegahan terhadap penyakit yang mungkin dialami oleh keluarga.
f. Fungsi religius, yaitu keluarga merupakan tempat belajar tentang
agama dan mengamalkan ajaran agama.
g. Fungsi rekreasi, yaitu keluarga merupakan tempat untuk melakukan
kegiatan yang dapat mengurangi ketegangan akibat berada di luar
rumah.
h. Fungsi reproduksi, yaitu bukan hanya mengembangkan keturunan
tetapi juga tempat untuk mengembangkan fungsi reproduksi secara
menyeluruh, diantaranya seks yang sehat dan berkualitas serat
pendidikan seks bagi anak-anak.
i. Fungsi afektif, yaitu keluarga merupakan tempat yang utama untuk
pemenuhan kebutuhan psikososial sebelum anggota keluarga berada
di luar rumah.
Dari beberapa fungsi keluarga diatas, ada tiga fungsi pokok keluarga
terhadap anggota keluarganya, antara lain asih, yaitu memberikan kasih
sayang, perhatin dan rasa aman, kehangatan kepada anggota keluarga
sehingga memungkinkan mereka tumbun dan berkembang sesuai usia dan
kebutuhannya. Sedangkan asuh, yaitu merujuk pada kebutuhan
pemeliharaan dan perawatan anak agar kesehatannya selalu terpelihara
sehingga diharapkan mereka menjadi anak-anak yang sehat baik fisik,
mental, sosial dan spiritual. Dan asah, yaitu memenuhi kebutuhan
pendidikan anak sehingga siap menadi manusia dewasa yang mandiri
dalam mempersiapkan masa depannya. 9. Tahap Perkembangan dan Tugas
Keluarga
Menurut Effendy dalam Harmoko (2012), tahap perkembangan keluarga
berdasarkan siklus kehidupan keluarga terbagi atas 8 tahap :
a. Keluarga baru (beginning family), yaitu perkawinan dari sepasang
insan yang menandakan bermulanya keluarga baru. Keluarga pada
tahap ini mempunyai tugas perkembangan, yaitu membina hubungan
dan kepuasan bersama, menetapkan tujuan bersama, membina
hubungan dengan keluarga lain, teman, kelompok sosial dan
merencanakan anak atau KB.
b. Keluarga sedang mengasuh anak (child bearing family), yaitu dimulai
dengan kelahiran anak pertama hingga bayi berusia 30 bulan.
Mempunyai tugas perkembangan seperti persiapan bayi, membagi
peran dan tanggung jawab, adaptasi pola hubungan seksual,
pengetahuan tentang kehamilan, persalinan dan menjadi orang tua.
c. Keluarga dengan usia anak pra sekolah, yaitu kelurga dengan anak
pertama yang berumur 30 bulan sampai dengan 6 tahun. Mempunyai
tugas perkembangan, yaitu membagi waktu, pengaturan keuangan,
merencanakan kelahiran yang berikutnya dan membagi
tanggungjawab dengan anggota keluarga yang lain.
d. Keluarga dengan anak usia sekolah, yaitu dengan anak pertama
berusia 13 tahun. Adapun tugas perkembangan keluarga ini, yaitu
menyediakan aktivitas untuk anak, pengaturan keuangan, kerjasama
dalam menyelesaikan masalah, memperhatikan kepuasan anggota
keluarga dan sistem komunikasi keluarga.
e. Keluarga dengan anak remaja, yaitu dengan usia anak pertama 13
tahun sampai dengan 20 tahun. Tugas pekembangan keluarga ini
untuk menyediakan fasilitas kebutuhan keluarga yang berbeda,
menyertakan keluarga dalam tanggungjawab dan mempertahankan
filosofi hidup.
f. Keluarga dengan anak dewasa, yaitu keluarga dengan anak pertama,
meninggalkan rumah dengan tugas perkembangan keluarga, yaitu
menata kembali sumber dan fasilitas, penataan tanggungjawab antar
anak, mempertahankan komunikasi terbuka, melepaskan anak dan
mendapatkan menantu.
g. Keluarga usia pertengahan, yaitu dimulai ketika anak terakhir
meninggalakan rumah dan berakhir pada saat pensiun. Adapaun
tugas perkembangan, yaitu mempertahankan suasana yang
menyenangkan, bertanggungjawab pada semua tugas rumah tangga,
membina keakraban dengan pasangan, mempertahankan kontak
dengan anak dan berpartisipasi dalam aktivitas sosial.
h. Keluarga usia lanjut, tahap terakhir siklus kehidupan keluarga dimulai
dari salah satu pasangan memasuki masa pensiun, terus berlangsung
hingga salah satu pasangan meninggal dunia. Adapun tugas
perkembangan keluarga ini, yaitu menghadapi pensiun, saling
merawat, memberi arti hidup, mempertahankan kontak dengan anak,
cucu dan masyarakat.
B. Konsep Penyakit Asma
1. Definisi Penyakit

Asma adalah suatu keadaan dimana saluran napas mengalami


penyempitan karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang
menyebabkan peradangan; penyempitan ini bersifat berulang namun
reversible, dan diantara episode penyempitan bronkus tersebut terdapat
keadaan ventilasi yang lebih normal (sylvia A.dkk, yang dikutip oleh Amin
Huda Nurarif, 2015)
Menurut NHLBI (Expert Panel Report 3:Guidelines for the Diagnosis and
Management of Asthma 2007) asma adalah penyakit inflamasi kronik
saluran napas dimana banyak sel berperan terutama sel mast, eosinofil,
limfosit T, makrofag, neutrofil, dan sel epitel (Slamet Hariadi,dkk, 2010).
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian asma
adalah suatu penyakit yang ditandai oleh tanggap reaksi yang meningkat
dari trakea dan bronkus terhadap berbagai macam rangsangan dengan
manifestasi berupa kesukaran bernapas yang disebabkan oleh
penyempitan yang menyeluruh dari saluran pernapasan.
2. Klasifikasi

Asma dibedakan menjadi dua jenis, yakni:

a. Asma bronkial

Penderita asma bronkial, hipersensitif dan hiperaktif terhadap


rangsangan dari luar, seperti debu rumah, bulu binatang, asap dan bahan
lain penyebab alergi. Gejala kemunculan sangat mendadak, sehingga
gangguan asma bisa datang secara tiba- tiba. Jika tidak mendapatkan
pertolongan secepatnya, resiko kematian bisa datang. Gangguan asma juga
bisa muncul lantaran adanya radang yang mengakibatkan penyempitan
saluran pernapasan bagian bawah. Penyempitan ini akibat berkerutnya
otot polos saluran pernapasan, pembengkakan selaput lendir, dan
pembentukan timbunan lendir yang berlebihan.
b. Asma kardial

Asma yang timbul akibat adanya kelainan jantung. Gejala asma kardial
biasanya terjadi pada malam hari, disertai sesak napas yang hebat.
Kejadian ini disebut nocturnal paroxymul dyspnea. Biasanya terjadi pada
saat penderita sedang tidur.
Asma akut dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kelompok sebagai
berikut:
1) Ringan sampai sedang: mengi/batuk tanpa distres berat, dapat
mengadakan percakapan normal, nilai aliran puncak lebih dari 50%
nilai terbaik.
2) Sedang sampai berat: mengi/batuk dengan distres, berbicara dalam
kalimat atau frasa pendek, nilai aliran puncak kurang dari 50% dan
beberapa derajat desaturasi oksigen jika diukur dengan oksimetri
nadi. Didapatkan nilai saturasi antara 90-95% jika diukur dengan
oksimetri nadi perifer.
3) Berat, mengancam nyawa: distres pernapasan berat, kesulitan
berbicara, sianosis, lelah dan bingung, usaha respirasi batuk, sedikit
mengi (silent chest) dan suara napas lemah, takipnea, bradikardia,
hipotensi, aliran puncak kurang dari 30% angka prediksi atau angka
terbaik, saturasi oksigen kurang dari 90% jika diukur dengan
oksimetri nadi perifer (BTS SIGN 2003,Chung 2002).

Menurut Mc Connel dan Holgate asma dibedakan menjadi: (Sudoyo


Aru)
a. Asma ekstrinsik : munculnya pada waktu anak-anak

b. Asma intrinsik : ditemukan tanda-tanda reaksi hipersensitivitas


terhadap alergen
c. Asma yang berkaitan dengan penyakit paru obstruktif kronik
3. Etiologi dan Faktor Resiko
Menurut berbagai penelitian patologi dan etiologi asma belum diketahui
dengan pasti penyebabnya, akan tetapi hanya menunjukan dasar gejala
asma yaitu inflamasi dan respons saluran napas yang berlebihan ditandai
dengan adanya kalor (panas karena vasodilatasi), tumor (esudasi plasma
dan edema), dolor (rasa sakit karena rangsangan sensori), function laesa
(fungsi yang terganggu). Dan rangsangan harus disertai dengan infiltrasi
sel-sel radang (Sudoyo Aru.dkk, 2007).
Sebagai pemicu timbulnya serangan-serangan dapat berupa infeksi
(infeksi virus RSV), iklim (perubahan mendadak suhu, tekanan udara),
inhalan (debu, kapuk, sisa-sisa serangga mati, bulu binatang, serbuk sari,
bau asap, uap cat), makanan (putih telur, susu sapi, kacang tanah, coklat,
biji-bijian, tomat), obat (aspirin), kegiatan fisik (olahraga berat, kecapean)
dan emosi (Menurut NANDA, 2015).
Menurut Daniel Maranatha yang dikutip dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit
Paru (2010) faktor resiko asma, meliputi:

a. Genetik

Telah diterima secara umum bahwa ada kontribusi heriditer pada


etiologi asma, pola heriditer komplek dan asma tidak dapat
diklasifikasikan secara sederhana cara pewarisannya. Namun dari studi
genetik telah menemukan multiple chromosoma region yang berisi
gengen yang memberi kontribusi asma.
b. Gender dan ras

Asma pada anak lebih sering dijumpai pada anak laki-laki tetapi menjadi
berlawanan pada pubertas dan dewasa. Prevalensi secara keseluruhan
wanita lebih banyak dari pria. Di Amerika Serikat ras kulit hitam diketahui
mempunyai resiko tinggi kematian, tidak tergantung status sosial ekonomi
dan pendidikan. Insiden asma tinggi dinegara sedang berkembang
diperkirakan karena faktor-faktor lingkungan mungkin sama pentingnya
seperti faktor-faktor genetik dan ras.
c. Faktor lingkungan

Alergen dan occupational factor adalah penyebab terpenting asma.


Dari beberapa studi epidemiologi telah menunjukan korelasi antara
paparan alergen menurun. Alergen indoor yang penting adalah domestic
(house dust) mites, alergen hewan, alergen kecoak dan jamur. House
dust terutama beberapa senyawa organik dan inorganik termasuk spora
jamur.
Out door terutama dari pohon, rumput dan fungi.
d. Polusi udara
Polutan dari luar dan di dalam rumah mempunyai kontribusi
perburukan gejala asma dengan mentriger bronkokonstriksi,
peningkatan hiperesponsif saluran napas dan peningkatan respons
terhadap aeroalergen. Ada dua polutan out door yang penting yaitu
industrial smog (sulfur dioxide, particulate complex) dan photochemical
smog (ozone dan nitrogen oxides). Teknologi kontruksi modern telah
dicurigai menyebabkan polusi indoor yang tinggi. Pada gedung-gedung
hemat energi ada ±50% udara bersih pertukarannya kurang terjadi.
Polusi indoor termasuk cooking, heating fuel exhausts, cat yang
mengandung formaldehid dan isocynate.
e. Faktor lain

Dari sejumlah studi epidemiologi dapat ditemukan asosiasi antara


resiko terjadinya asma dengan atopi. Pertumbuhan di daerah pertanian
menurunkan resiko atopi dan rhinitis alergi pada dewasa mengesankan
bahwa faktor lingkungan mempunyai efek protektif pada timbulnya
alergi. Di negara sedang perkembang perpindahan ke kota dihubungkan
dengan perubahan dari bahan bakar biomassal seperti; kayu, batu bara
ke gas dan listrik. Penggunaan bahan bakar modern ada hubungannya
dengan peningkatan angka sensitifitas alergik.
4. Manifestasi Klinis

a. Gejala asma paling umum adalah batuk (dengan atau tanpa disertai
produksi mukus), dan mengi (pertama-tama pada ekspirasi,
kemudian dilanjutkan dengan inspirasi)

b. Serangan asma paling sering terjadi pada malam hari atau pagi hari

c. Sesak dada atau dispneu

d. Gejala tambahan, seperti diaforesis dan takikardia


Eksema, ruam, dan edema temporer merupakan reaksi alergi yang
biasanya menyertai asma

5. Komplikasi
a. Pneumothoraks
b. Pneumodiastinum dan emfisema subkutis
c. Atelectasis
d. Aspergilosis bronkopulmoner alergik
e. Gagal napas
f. Bronchitis
g. Fraktur iga

6. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Heru Sundaru, Sukamto (2014) pemeriksaan penunjang asma


meliputi:
a. Spirometri

Cara yang paling cepat dan sederhana untuk menegakkan diagnosis


asma adalah melihat respons pengobatan dengan bronkodilator.
Pemeriksaan sprirometri dilakukan sebelum dan sesudah pemberian
bronkodilator hirup (inhaler atau nebulazer) golongan adrenergik beta.
Peningkatan VEPI sebanyak ≥12% atau (≥200 mL) menunjukan diagnosis
asma. Tetapi respons yang kurang dari 12% atau 200 mL, tidak berarti
bukan asma. Hal-hal tersebut dapat dijumpai pada pasien yang sudah
normal atau mendekati normal. Demikian pula respons terhadap
bronkodilator tidak dijumpai pada obstruksi saluran napas yang berat,
oleh karena obat tunggal bronkodilator tidak cukup kuat memberikan
efek yang diharapkan. Untuk melihat reversibilitas pada hal yang
disebutkan di atas mungkin diperlukan kombinasi obat golongan
adrenergik beta, teofilin dan bahkan kortikosteroid untuk jangka waktu
pengobatan 2-3 minggu. Reversibilitas dapat terjadi tanpa pengobatan
yang dapat dilihat dari hasil pemeriksaan spirometri yang dilakukan pada
saat yang berbeda-beda misalnya beberapa hari atau beberapa bulan
kemudian. Pemeriksaan spirometri selain penting untuk menegakkan
diagnosis, juga penting untuk menilai beratnya obstruksi dan efek
pengobatan. Kegunaan spirometri pada asma dapat disamakan dengan
tensimeter pada penatalaksanaan hipertensi atau glukometer pada
diabetes militus. Banyak pesen asma tanpa keluhan, tetapi pemeriksaan
spirometrinya menunjukan obstruksi. Hal ini mengakibatkan pasien
mudah mendapatkan serangan asma dan bahkan bila berlangsung lama
atau kronik dapat berlanjut menjadi penyakit paru obstruksi kronik.
b. Uji Provokasi Bronkus

Jika pemeriksaan spirometri normal, untuk menunjukan adanya


hiperaktivitas bronkus dilakukan uji provokasi bronkus. Ada beberapa
cara untuk melakukan uji provokasi bronkus seperti uji provokasi dengan
histamin, metakolin, kegiatan jasmani, udara dingin, larutan garam
hipertonik, dan bahkan dengan aqua destilata. Penurunan VEP1 sebesar
20% atau lebih dianggap bermakna. Uji dengan kegiatan jasmani,
dilakukan dengan menyeluruh pasien berlari cepat selama 6 menit
sehingga mencapai denyut jantung 80-90% dari maksimum. Dianggap
bermakna bila menunjukan penurunan APE (Arus Puncak Ekspirasi)
paling sedikit 10%. Akan halnya uji provokasi dengan alergen, hanya
dilakukan pada pasien yang alergi terhadap alergen yang diuji.
c. Pemeriksaan Sputum

Sputum eosinofil sangat karakteristik untuk asma, sedangkan


neutrofil sangat dominan pada bronkhitis kronik. Selain untuk melihat
adanya eosinofil, kristal Charcot-Leyden, dan Spiral Crushmann;
pemeriksaan ini juga penting untuk melihat adanya miselium Aspergillus
fumigatus.
d. Pemeriksaan Eosinofil Total
Jumlah eosinofil total dalam darah sering meningkat pada pasien
asma dan hal ini dapat membantu dalam membedakan asma dari
bronkitis kronik. Pemeriksaan ini juga dapat dipakai sebagai patokan
untuk menentukan cukup tidaknya dosis kortikosteroid yang dibutuhkan
pasien asma.
e. Uji Kulit

Tujuan uji kulit adalah untuk menunjukan adanya antibodi IgE spesifik
dalam tubuh. Uji ini hanya menyokong anamnesis, karena uji alergen
yang positif tidak selalu merupakan penyebab asma, demikian pula
sebaliknya.
f. Pemeriksaan kadar IgE Total dan IgE Spesifik Dalam Sputum Kegunaan
pemeriksaan IgE total hanya untuk menyokong adanya atopi.
Pemeriksaan IgE spesifik lebih bermakna dilakukan bila uji kulit tidak
dapat dilakukan atau hasilnya kurang dapat dipercaya.
g. Foto Rontgen Dada

Pemeriksaan ini dilakukan untuk menyingkirkan penyebab lain


obstruksi saluran napas dan adanya kecurigaan terhadap proses
patologis diparu atau komplikasi asma seperti pneumotoraks,
pneumomediastinum, atelektasis, dan lain-lain.
h. Analisa Gas Darah

Pemeriksaan ini hanya dilakukan pada asma yang berat. Pada fase
awal serangan, terjadi hipoksemia dan hipokapnia (PaCO 2
< 35 mmHg) kemudian pada stadium yang lebih berat PaCO 2 justru
mendekati normal sampai normo-kapnia. Selanjutnya pada asma yang
sangat berat terjadinya hiperkapnia (PaCO 2 ≥ 45 mmHg), hipoksemia,
dan asidosis respiratorik.
7. Penatalaksanaan dan Terapi

1) Penatalaksanaan Keperawatan

Penatalaksanaan keperawatan yang harus segera dilakukan pada


pasien bergantung pada tingkat keparahan gejala. Pasien dan keluarga
kerap merasa takut dan cemas karena sesak napas yang dialami pasien.
Oleh sebab itu, pendekatan yang tenang merupakan aspek yang penting
didalam asuhan:
1) Kaji status respirasi pasien dengan memonitor tingkat keparahan
gejala, suara napas, peak flow, oksimetri nadi, dan tanda-tanda vital.
2) Kaji riwayat reaksi alergi terhadap obat sebelum memberikan
medikasi.
3) Identifikasi medikasi yang tengah digunakan oleh pasien.

4) Berikan medikasi sesuai yang diresepkan dan monitor respons pasien


terhadap medikasi tersebut medikasi mungkin mencakup antibiotik
jika pasien telah lebih dulun mengalami infeksi pernapasan

5) Berikan terapi cairan jika pasien mengalami dehidrasi.

6) Bantu prosedur intubasi, jika diperlukan.


Menurut NIC-NOC NANDA (North American Nursing Diagnosis
Association, 2015) Tujuan utama penatalaksanaan asma adalah
meningkatkan dan mempertahankan kualitas hidup agar penderita asma
dapat hidup normal tanpa hambatan dalam melakukan aktivitas
seharihari. Program penatalaksanaan asma meliputi 7 komponen
(Perhimpunan Dokter Paru Indonesia), yaitu:

1) Edukasi

Edukasi yang baik akan menurunkan morbiditi dan mortaliti. Edukasi


tidak hanya ditunjukan untuk penderita dan keluarga tetapi juga pihak
lain yang membutuhkan seperti pemegang keputusan, pembuat
perencanaan bidang kesehatan/asma, profesi kesehatan. 2) Menilai dan
monitor berat asma secara berkala

Penilaian klinis berkala anatara 1-6 bulan monitoring asma oleh


penderita sendiri mutlak dilakukan antara penatalaksanaan asma. Hal
tersebut disebabkan berbagai faktor antara lain:
a) Gejala dan berat asma berubah, sehingga membutuhkan
perubahan terapi
b) Pajanan pencetus menyebabkan penderita mengalami perubahan
pada asmanya
c) Daya ingat (memori) dan motivasi penderita yang perlu di review,
sehingga membantu penanganan asma terutama asma mandiri
3) Identifikasi dan mengendalikan faktor pencetus
4) Merencanakan dan memberikan pengobatan jangka panjang
Penatalaksanaan asma bertujuan untuk mengontrol penyakit disebut
sebagai asma terkontrol. Terdapat tiga faktor yang perlu
dipertimbangkan:
a) Medikasi (obat-obatan)

b) Medikasi asma ditujukan untuk mengatasi dan mencegah gejala


obstruksi jalan napas, terdiri atas pengontrol dan pelega

c) Tahapan pengobatan
d) Penanganan asma mandiri (pelangi asma)

e) Hubungan penderita-dokter yang baik adalah dasar yang kuat


untuk terjadi kepatuhan dan efektif penatalaksanaan asma.
Rencanakan pengobatan asma jangka panjang sesuai kondisi
penderita, realistik/memungkinkan bagi penderita dengan maksud
mengontrol asma. Bila memungkinkan, ajaklah perawat, farmasi,
tenaga fisioterapi pernapasan dan lain-lainnya untuk membantu
memberikan edukasi dan menunjang keberhasilan pengobatan
penderita.
5) Menetapkan pengobatan pada serangan akut

6) Kontrol secara teratur


Pada penatalaksanaan jangka panjang terdapat 2 hal yang penting
diperhatikan oleh dokter yaitu:
a) Tindak lanjut (follow-up) teratur
b) Rujuk ke ahli paru untuk konsultasi atau penanganan lanjut bila
diperlukan
7) Pola hidup sehat

a) Meningkatkan kebugaran fisik

Olahraga menghasilkan kebugaran fisik secara umum. Walaupun


terdapat salah satu bentuk asma yang timbul serangan sesudah exercise
(exercise-induced asthma/EIA), akan tetapi tidak berarti penderita EIA
dilarang melakukan olahraga. Senam asma Indonesia (SAI) adalah salah
satu bentuk olahraga yang dianjurkan karena melatih dan menguatkan
otot-otot pernapasan khususnnya, selain manfaat lain pada olahraga
umumnya.
b) Berhenti atau tidak pernah merokok

c) Lingkungan kerja
d) Kenali lingkungan kerja yang berpotensi dapat menimbulkan
asthma.

Para ahli asma dari berbagai negara terkemuka telah berkumpul


dalam suatu lokakarya Global Initiative for Asthma : Management and
Prevention yang dikoordinasikan oleh National Heart, Lung and Blood
Institute Amerika Serikat dan WHO. Publikasi lokakarya tersebut dikenal
sebagai GINA diterbitkan pada tahun 1995, dan diperbaharui tahun
1998, 2002, 2006, dan yang terakhir 2008. Hampir seluruh negara di
dunia mengikuti protokol pengobatan yang dianjurkan. Namun cara
pengobatan tersebut masih dirasakan mahal bagi negara berkembang,
sehingga masing-masing negara dianjurkan membuat kebijakan sesuai
dengan kondisi sosial ekonomi serta lingkungannya, (Siti Setiati, 2014).

Untuk mencapai tujuan diatas GINA merekomendasikan 5 komponen


yang saling terkait dalam penatalaksanaan asma :

1) Bina hubungan yang baik antara pasien dengan dokter


2) Identifikasi dan kurangi pemaparan faktor resiko

3) Penilaian, pengobatan dan pemantauan keadaan kontrol asma

4) Atasi serangan asma

5) Penatalaksanaan keadaan khusus 2) Penatalaksanaan Kolaboratif

Tata laksana farmakologis

Tujuan tata laksana farmakologis adalah untuk mengontrol gejala


termasuk gejala nonturnal dan asma yang di induksi oleh olahraga,
untuk mencegah eksaserbasi dan mencapai tingkat fungsi respirasi yang
terbaik dan efek samping yang minimal ( BTS SIGN 2003, dikutip oleh
Perawatan Respirasi,2008).
Panduan British Thoracic Society merupakan pendekatan langkah
demi langkah dalam pengobatan asma, dan merekomendasikan agar
tenaga kesehatan memulai pengobatan asma pada tingkat yang paling
mungkin untuk mencapai tujuan yang disebutkan diatas. Secara
keseluruhan tujuannya adalah untuk mencapai kontrol dini dan efektif
dari asma dan mempertahankan kontrol fleksibel dengan melangkah
naik atau turun pada terapi sesua keperluan.

Sinopsis Panduan Asma BTS, 2003. (Dikutip oleh Perawatan


Respirasi,2008):
a) Bronkodilator kerja-singkat

Harus diresepkan sebagai pereda gejala pada semua pasien asma


dengan asma simtomatik. Frekuensi pasien menggunakan bronkodilator
kerja-singkat ini dapat menjadi ukuran beratnya asma pasien dan/atau
kepatuhan mereka terhadap pengobatan lain. b) Pengenalan terapi
pencegah

Steroid inhalasi merupakan terapi pencegahan yang


direkomendasikan baik pada orang dewasa maupun anak- anak. Obat ini
harus diresepkan pada pasien dengan eksaserbasi yng baru terjadi, asma
noktural atau gangguan fungsi paru. c) Terapi tambahan

Sebelum memulai langkah ini, semua parameter lain perlu diperiksa,


seperti kepatuhan pasien terhadap pengobatan, kemampuan
menggunakan inhaler secara tepat dan menghindari faktor pemicu. d)
Diindikasikan pada kontrol gejala asma yang buruk
Pada kasus ini direkomendasikan penambahan obat keempat.
e) Sama seperti diatas, dengan ditambahan pemberian steroid oral
kontinu atau sering
Pada kasus ini direkomendasikan pemantauan reguler seluruh fungsi
fisiologis pasien karena pemberian steroid oral telah menunjukan efek
samping bermakna berhubungan dengannya. Pemantauan ini termasuk
pemantauan pertumbuhan pada anak-anak dan observasi munculnya
diabetes, osteoporosis, hipertensi, dan perkembangan katarak.
8. Pathway
Gangguan Pola Tidur
C. Konsep Asuhan Keperawatan
Pada dasarnya proses keperawatan merupakan suatu proses
pemecahan masalah yang sistematis, yang digunakan ketika bekerja pada
individu, keluarga, kelompok dan komunitas. Pada keperawatan keluarga
perawat dapat mengkonseptualisasikan keluarga sebagai konteks dimana
fokus dan proses perawatannya berorientasi pada anggota keluarga secara
individu.
Dalam praktiknya kebanyakan perawat keluarga bekerja pada keduanya
yaitu pada keluarga dan pada individu dalam keluarga. Ini berarti bahwa
perawat keluarga akan menggunakan proses keperawatan pada dua
tingkatan yaitu tingkat individu dan keluarga. Sasaran asuhan keperawatan
keluarga adalah keluarga-keluarga yang rawan kesehatan, yaitu keluarga
yang mempunyai masalah kesehatan atau beresiko timbulnya masalah
kesehatan. Sasaran keluarga yang dimaksud adalah individu sebagai
anggota keluarga dan keluarga itu sendiri.
Dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga, beberapa poin yang
perlu dilakukan oleh perawat, yaitu;
1. Pengkajian
Pengkajian adalah suatu tahapan dimana seorang perawat
mengambil informasi secara terus-menerus terhadap anggota keluarga
yang dibina. Untuk mendapatkan data pengkajian yang akurat dan
sesuai dengan keadaan keluarga, perawat diharapkan menggunakan
bahasa ibu (bahasa yang digunakan setiap hari), lugas dan sederhana.
Asuhan keperawatan keluarga menurut teori aplikasi model
pengkajian Friedman (2013) dalam kasus keluarga dengan penyakit
Asma yaitu :
a. Data umum
1) Nama kepala keluarga
2) Usia
3) Pendidikan
4) Pekerjaan
5) Alamat
6) Daftar anggota keluarga
Tabel 4 Daftar Anggota Keluarga
Status
No Nama L/K Usia Hubungan Pendidikan Pekerjaan
kesehatan
1
2
3

b. Genogram
Dengan adanya genogram dapat diketahui faktor genetik atau faktor
bawaan yang sudah ada pada diri manusia untuk timbulnya penyakit
Asma.
c. Status sosial ekonomi
Status sosial ekonomi dapat dilihat dari, yaitu;
1) Pendapatan keluarga
2) Kebutuhan-kebutuhan yang dikeluarkan keluarga.
Pada pengkajian status sosial ekonomi berpengaruh pada tingkat kesehatan
seseorang. Dampak dari ketidak-mampuan keluarga membuat seseorang
enggan memeriksakan diri ke dokter dan fasilitas kesehatan lainnya.
d. Riwayat kesehatan keluarga
1) Riwayat masing-masing kesehatan keluarga (apakah mempunyai
penyakit keturunan).
2) Perhatian keluarga terhadap pencegahan penyakit
3) Sumber pelayanan kesehatan yang biasa digunakan keluarga
4) Pengalaman terhadap pelayanan kesehatan
e. Karakteristik lingkungan
1) Karakteristik rumah
2) Tetangga dan komunitas
3) Geografis keluarga
4) Sistem pendukung keluarga
f. Fungsi keluarga
1) Fungsi afektif
Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota keluarga, perasaan
memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga terhadap
anggota keluarga dan bagaimana anggota keluarga mengembangkan
sikap saling mengerti. Semakin tinggi dukungan keluarga terhadap
anggota keluarga yang sakit, semakin mempercepat kesembuhan dari
penyakitnya. Fungsi ini merupakan basis sentral bagi pembentukan dan
kelangsungan unit keluarga. Fungsi ini berhubungan dengan persepsi
keluarga terhadap kebutuhan emosional para anggota keluarga.
Apabila kebutuhan ini tidak terpenuhi akan mengakibatkan
ketidakseimbangan keluarga dalam mengenal tanda-tanda gangguann
kesehatan selanjutnya.
2) Fungsi keperawatan
a) Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengenal masalah
kesehatan sejauh mana keluarga mengetahui fakta-fakta dari
masalah kesehatan yang meliputi pengertian, faktor penyebab
tanda dan gejala serta yang mempengaruhi keluarga terhadap
masalah, kemampuan keluarga dapat mengenal masalah,
tindakan yang dilakukan oleh keluarga akan sesuai dengan
tindakan keperawatan, karena Asma memerlukan perawatan
yang khusus yaitu mengenai Pola istirahat, pola nafas dan
aktivitas. Jadi disini keluarga perlu tau bagaimana cara istirahat,
aktivitas, dan Lingkungan yang baik untuk penderita Asma.
b) Untuk mengtahui kemampuan keluarga mengambil keputusan
mengenai tindakan kesehatan yang tepat. Yang perlu dikaji
adalah bagaimana keluarga mengambil keputusan apabila
anggota keluarga menderita Asma.
c) Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga merawat
keluarga yang sakit. Yang perlu dikaji sejauh mana keluarga
mengetahui keadaan penyakitnya dan cara merawat anggota
keluarga yang sakit Asma.
d) Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga
memelihara lingkungan rumah yang sehat. Yang perlu dikaji
bagaimana keluarga mengetahui keuntungan atau manfaat
pemeliharaan lingkungan kemampuan keluarga untuk
memodifikasi lingkungan akan dapat mecegah kekambuhan
dari pasien Asma.
e) Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga
menggunakan fasilitas kesehatan yang mana akan mendukung
kesehatan seseorang.
g. Fungsi sosialisasi
Pada kasus penderita Asma yang sudah mengalami komplikasi, dapat
mengalami gangguan fungsi sosial baik di dalam keluarga maupun
didalam komunitas sekitar keluarga.
h. Fungsi ekonomi
Status ekonomi keluarga sangat mendukung terhadap kesembuhan
penyakit. Biasanya karena faktor ekonomi rendah individu segan
untuk mencari pertolongan dokter ataupun petugas kesehatan lainya
(Friedman, 2013).
i. Stres dan koping keluarga
1) Stresor yang dimiliki
2) Kemampuan keluarga berespons terhadap stresor
3) Strategi koping yang digunakan
4) Strategi adaptasi disfungsional
j. Pemeriksaan fisik
1) Pemeriksaan fisik umum
2) Pemeriksaan fisik khusus
k. Harapan keluarga
Perlu dikaji bagaimana harapan keluarga terhadap perawat (petugas
kesehatan) untuk membantu penyelesaian masalah kesehatan yang
terjadi.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai individu,
keluarga atau masyarakat yang diperoleh dari suatu proses pengumpulan
data dan analisis cermat dan sistematis, memberikan dasar untuk
menetapkan tindakan-tindakan dimana perawat bertanggung jawab
melaksanakannya (Shoemaker dalam Murwani, A, & Setyowati, S, 2011).
Perumusan diagnosis keperawatan keluarga dapat diarahkan pada
sasaran individu atau keluarga. Komponen diagnosis keperawatan meliputi
masalah (problem), penyebab (etiologi) dan atau tanda (sign). Sedangkan
etiologi mengacu pada 5 tugas keluarga yaitu :
a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah
1) Persepsi terhadap keparahan penyakit
2) Pengertian
3) Tanda dan gejala
4) Faktor penyebab
5) Persepsi keluarga terhadap masalah
b. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan
1) Sejauh mana keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah
2) Masalah dirasakan keluarga/Keluarga menyerah terhadap masalah
yang dialami
3) Sikap negatif terhadap masalah kesehatan
4) Kurang percaya terhadap tenaga kesehatan
5) Informasi yang salah
c. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
1) Bagaimana keluarga mengetahui keadaan sakit
2) Sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan
3) Sumber – sumber yang ada dalam keluarga
4) Sikap keluarga terhadap yang sakit
d. Ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan
1) Keuntungan/ manfaat pemeliharaan lingkungan
2) Pentingnya higyene sanitasi
3) Upaya pencegahan penyakit
e. Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas keluarga
1) Keberadaan fasilitas kesehatan
2) Keuntungan yang didapat
3) Kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan
4) Pengalaman keluarga yang kurang baik
5) Pelayanan kesehatan yang terjangkau oleh keluarga
Setelah data dianalisis dan ditetapkan masalah keperawatan keluarga,
selanjutnya masalah kesehatan keluarga yang ada, perlu diprioritaskan
bersama keluarga dengan memperhatikan sumber daya dan sumber dana
yang dimiliki keluarga. Prioritas masalah asuhan keperawatan keluarga
sebagai berikut :
Tabel 5 Prioritas Masalah
BOBO
KRITERIA SKOR
T
Aktual = 3
Sifat masalah 1 Resiko = 2
Potensial = 1
Mudah = 2
Kemungkinan masalah untuk
2 Sebagian = 1
dipecahkan
Tidak dapat = 0
Tinggi = 3
Potensi masalah untuk dicegah 1 Cukup = 2
Rendah = 1
Menonjolnya masalah 1 Segera diatasi = 2
Tidak segera diatasi = 1
Tidak dirasakan adanya
masalah = 0

Skoring :
a. Tentukan skor untuk tiap kriteria
b. Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikan dengan nilai bobot
SKOR
x NILAI BOBOT
ANGKA TERTINGGI

c. Jumlahkan skor untuk semua kriteria, skor tertinggi 5 sama dengan


seluruh bobot
Menurut (Komang, 2010) adapun diagnosa dalam keperawatan keluarga
meliputi :
a. Pola nafas tidak efektif pada keluarga berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan yaitu asma.
b. Koping keluarga tidak efektif pada keluarga berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga menciptakan lingkungan yang sehat.
3. Rencana Asuhan Keperawatan
Effendy dalam Harmoko (2012), mendefinisikan: rencana keperawatan
keluarga adalah sekumpulan tindakan yang ditentukan perawat untuk
dilaksanakan, dalam memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan
yang telah didefinisikan.
Sedangkan Friedman (2013) menyatakan ada beberapa tingkat tujuan.
Tingkat pertama meliputi tujuan-tujuan jangka pendek yang sifatnya dapat
diukur, langsung dan spesiflk. Sedangkan tingkat kedua adalah tujuan
jangka panjang yang merupakan tingkatan terakhir yang menyatakan
maksud-maksud luas yang yang diharapkan oleh perawat maupun keluarga
agar dapat tercapai.
Dalam menyusun kriteria evaluasi dan standar evaluasi, disesuaikan
dengan sumber daya yang mendasar dalam keluarga pada umumnya yaitu
biaya, pengetahuan, dan sikap dari keiuarga, sehingga dapat diangkat tiga
respon yaitu respon verbal, kognitif, afektif atau perilaku, dan respon
psikomotor untuk mangatasi masalahnya. Tujuan asuhan keperawatan
keluarga dengan masalah Asma dapat dibedakan menjadi dua yaitu tujuan
jangka pendek dan tujuan jangka panjang (Effendy dalam Harmoko, 2012).
Tujuan jangka pendek pada penderita Asma antara lain : setelah
diberikan informasi kepada keluarga mengenai Asma keluarga mampu
mengambil keputusan dalam melakukan tindakan yang tepat untuk
anggota keluarga yang menderita Asma dengan respon verbal keluarga
mampu menyebutkan pengertian, tanda dan gejala, penyebab serta
perawatan Asma. Respon afektif, keluarga mampu menentukan cara
penanganan atau perawatan bagi anggotanya yang menderita Asma secara
tepat. Sedangkan respon psikomotor, keluarga mampu memberikan
perawatan secara tepat dan memodifikasi lingkungan yang sehat dan
nyaman bagi penderita Asma. Standar evaluasi yang digunakan adalah
pengertian, tanda dan gejala, penyebab, perawatan, komplikasi dan
pengobatan Asma (Effendy dalam Harmoko, 2012).
Tujuan jangka panjang yang ingin dicapai dalam perawatan Asma adalah
masalah dalam keluarga dapat teratasi atau dikurangi setelah dilakukan
tindakan keperawatan. Tahap intervensi diawali dengan menyelesaikan
perencanaan perawatan.
Berikut adalah rencana asuhan keperawatan keluarga dengan Asma :
No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional Keperawatan
Hasil
1. Perilaku kesehatan Tujuan : 1. Memberikan Untuk
cenderung berisiko Setelah dilakukan pendidikan mengetahui (D.0099) kunjungan
ke rumah kesehatan penyakit asma berhubungan selama 3 hari mengenai dengan
diharapkan masalah penyakit ketidakmampuan ketidakma mpuan asma : keluarga
mengenal keluarga mengenali pengertian, masalah kesehatan masalah kesehatan
penyebab, keluarganya keluarganya dapat tanda dan
diatasi gejala. Membantu
2. Membantu keluarga
keluarga dalam
dalam menentukan
memutuskan tindakan
keputusan
yang tepat. Memudahkan
3. Memberikan pemahaman
pendidikan tentang
kesehatan penyakit
dalam
merawat
anggota
keluarga
dengan Asma Mencegah
4. Membantu komplikasi
keluarga penyakit lain
mengenal dan
mengubah
faktor
lingkungan
yang
menyebabkan
Asma Membantu
5. Membantu dalam proses
keluarga penyembuhan
dalam mencari
fasilitas
kesehatan
yang tersedia.

2. Ketidakmampuan Tujuan : 1. Memberik Memudahkan


Koping keluarga Setelah dilakukan an pendidikan pemahaman
(D.0093) kunjungan ke rumah kesehatan penyakit
berhubungan selama 3 hari mengenai
dengan diharapkan masalah pengertian
ketidakmampuan ketidakma mpuan Asma
keluarga keluarga memelihara 2. Memberik Membantu
memelihara lingkungan untuk an pendidikan mengenal asma
lingkungan keluarganya dapat kesehatan
diatasi mengenai
klasifikasi
Asma
3. Memberik Mengetahui apa
an pendidikan saja tanda dan
kesehatan gejala asma
mengenai tanda
dan gejala Asma
4. Memberik
an pendidikan Mengetahui
kesehatan penyebab
mengenai terjadinya asma
penyebab Asma
5. Memberik
an pendidikan Mencegah
kesehatan komplikasi
mengenai
komplikasi
Asma

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi dapat dilakukan oleh banyak orang seperti klien (individu
atau keluarga), perawat dan anggota tim perawatan kesehatan yang lain,
keluarga luas dan orang-orang lain dalam jaringan kerja sosial keluarga
(Friedman, 2013).
Hal yang perlu diperhatikan dalam tindakan keperawatan keluarga
dengan Asma menurut Effendy dalam Harmoko (2012) adalah sumber daya
dan dana keluarga, tingkat pendidikan keluarga, adat istiadat yang berlaku,
respon dan penerimaan keluarga serta sarana dan prasarana yang ada
dalam keluarga.
Sumberdaya dan dana keluarga yang memadai diharapkan dapat
menunjang proses penyembuhan dan penatalaksanaan penyakit Asma
menjadi lebih baik. Sedangkan tingkat pendidikan keluarga juga
mempengaruhi keluarga dalam mengenal masalah Asma dan dalam
mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat terhadap
anggota keluarga yang terkena Asma.
Adat istiadat dan kebudayaan yang berlaku dalam keluarga akan
mempengaruhi pengambilan keputusan keluarga tentang pola pengobatan
dan penatalaksanaan penderita Asma, seperti pada suku pedalaman lebih
cenderung menggunakan dukun daripada pelayanan kesehatan.
Demikin juga respon dan penerimaan terhadap anggota keluarga yang
sakit Asma akan mempengaruhi keluarga dalam merawat anggota yang
sakit Asma.
Sarana dan prasarana baik dalam keluarga atau masyarakat merupakan
faktor yang penting dalam perawatan dan pengobatan Asma. Sarana dalam
keluarga dapat berupa kemampuan keluarga menyediakan makanan yang
sesuai dan menjaga diit atau kemampuan keluarga, mengatur pola makan
rendah garam, menciptakan suasana yang tenang dan tidak memancing
kemarahan. Sarana dari lingkungan adalah, terjangkaunya sumber-sumber
makanan sehat, tempat latihan, juga fasilitas kesehatan (Effendy dalam
Harmoko, 2012).
5. Evaluasi
Komponen kelima dari proses keperawatan ini adalah evaluasi. Evaluasi
didasarkan pada bagaimana efektifnya tindakan keperawatan yang
dilakukan oleh keluarga, perawat, dan yang lainnya. Evaluasi merupakan
proses berkesinambungan yang terjadi setiap kali seorang perawat
memperbaharui rencana asuhan keperawatan (Friedman, 2013).
Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil
implementasi dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk
melihat keberhasilannya.
Evaluasi dapat dilaksanakan dengan dua cara yaitu evaluasi formatif dan
evaluasi sumatif (Suprajitno, 2006) yaitu dengan SOAP, dengan pengertian
"S" adalah ungkapan perasaan dan keluhan yang dirasakan secara subjektif
oleh keluarga setelah diberikan implementasi keperawatan, "O" adalah
keadaan obyektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat menggunakan
penagamatan. "A" adalah merupakan analisis perawat setelah mengetahui
respon keluarga secara subjektif dan objektif, "P" adalah perencanaan
selanjutnya setelah perawat melakukan tindakan.
Dalam mengevaluasi harus melihat tujuan yang sudah dibuat
sebelumnya. Bila tujuan tersebut belum tercapai, maka dibuat rencana
tindak lanjut yang masih searah dengan tujuan.
DAFTAR PUSTAKA
A. Alimul Aziz Hidayat. (2009). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan.
Jakarta : Penerbit Salemba Madika
A. Price Sylvia, M. Lorainne Wilson. (2012). Patofisiologis: Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit, edisi ke6. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran,
EGC,
AndraF.S & Yessie M.P. (2013). Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta :
Penerbit Nuha Medika
Ardiansyah, muhammad. (2012). Medikal Bedah. Yogyakarta : DIVA Press
Aru Sudoyono W, Dkk. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam edisike5.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran, Internal Publishing.
C. Evelyn Pearce. (2011). Anatomi Fisiologi Tubuh Manusia Untuk
Paramedis. Jakarta : Penerbit Internal
Dharma, Kelana K. (2011). Metodologi Penelitian Keperawatan : Panduan
Melaksanakan dan Menerapkan Hasil Penelitian. Jakarta : Trans Studio
Dr.Widyono. (2011). Penyakit Tropis: epidemiologi, penularan, pencegahan
& Pemberantasannya, edisike 2. Jakarta : Penerbit Erlangga
Muttaqin,Arif.(2008). Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Pernafasan. Jakarta : Penerbit Salemba Medika
Naga S. Sholeh. (2014). Paduan Lengkap Ilmu Penyakit Dalam. Yogyakarta :
Penerbit Diva Press
Nurarif. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis dan NANDA NIC-NOC, edisi revisi jilid 3. Yogyakarta : Mediaction
Syaifuddin,( 2011). Fisiologi Tubuh Manusia.Jakarta : Penerbit Salemba
Medika
ASUHAN KEPERAWATAN
KELUARGA PRODI PENDIDIKAN
PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI
ILMU KESEHATAN
YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM
(YARSI) PONTIANAK

I. PENGKAJIAN
A. DATA UMUM
1. Identitas Kepala Keluarga
a. Nama KK : Tn. P
b. Umur : 60 Tahun
c. Pekerjaan : Buruh
d. Pendidikan : SMP
e. Alamat : Ngabang, kab. Landak
2. Komposisi keluarga
NO NAMA J.Klm Hub. Dg UMUR Pendidikan Pekerjaan
keluarga
1. Tn.P L Suami 60 SMP Buruh

2. Ny.I P Istri 59 SD IRT


3. Ny.H P Anak 30 SMA Wiraswasta
4. Ny. R P Anak 28 SMA Swasta

3. Genogram

Keterangan :
: laki-laki sudah meninggal
: perempuan sudah meninggal
: laki-laki masih hidup
: perempuan masih hidup
: tinggal serumah
: Kembar
: Pasien
4. Tipe keluarga : Keluarga Inti yang terdiri dari Ayah, Ibu dan
Anak

5. Suku bangsa : Keluarga merupakan suku Dayak

6. Agama : Kristen

7. Status social ekonomi keluarga : Penghasilan keluarga Tn. P


diperoleh dari uang gaji pensiunan. Keluarga Tn.P memiliki BPJS,
jadi ketika sakit keluarga tinggal membawa ke pusat pelayanan
kesehatan.

8. Aktivitas Rekreasi keluarga : Keluarga Tn.P jarang melakukan


rekreasi ke pantai atau tempat rekreasi lainnya,dan kadang-
kadang kalau ada kesempatan jalan- jalan.

B. RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA


1. Tahap perkembangan keluarga saat ini : Keluarga dengan 2 Anak
2. Tahap perkembangan yang belum terpenuhi : Menurut Tn. P tahap
perkembangan yang belum terpenuhi yaitu anak-anaknya belum juga
menikah dengan umur sudah semakin bertambah.

3. Riwayat kesehatan keluarga inti


Dari hasil wawancara dengan keluarga mengatakan Tn. P sering mengalami sesak
nafas. Dan Tn. P sering mengeluh kesakitan dibagian dadanya jika ia terbaring
ditempat tidur seperti ditusuk-tusuk dan nyeri terasa hilang timbul. Keluarga
mengatakan Tn. P sering batuk pada malam hari dan sesak pada malam hari dan
ada lendir ditenggorokannya. Keluarga mengatakan tidak mengetahui bagaimana
penyebab dan pencegahan dalam penyakit tersebut. Keluarga tampak bingung
pada saat ditanya. Tn. P tampak kurus, kondisi rumah kurang bersih, pencahayaan
cukup.

4. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya

Dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit keturunan.


Terkadang hanya mengalami batuk pilek dan demam biasa saja.
C. DATA LINGKUNGAN
1. Karakteristik rumah
Luas rumah yang ditempati lebar 22 m,panjang 15 m terdiri dari 3
buah kamar tidur, 1 buah WC dan kamar mandi, ruang tamu, dapur
dan ruang makan. Lantai rumah menggunakan tehel, dinding rumah
menggunakan semen, atap rumah menggunakan seng. Tipe
bangunan rumah bersifat permanen, keadaan rumah kurang bersih,
ventilasi dan pencahayaan kurang, pekarangan rumah cukup. Sumber
air minum menggunakan air sumur. WC yang digunakan cukup baik
saptik tang ditempatkan dekat dengan rumah. Pembuangan limbah
dialirkan ke bagian belakang rumah yang menuju ke sungai.
2. Karakteristik tetangga dan komunitasnya
Keluarga Tn.P sangat akrab dengan tetangga disekitarnya,
berinteraksi dengan baik pada tetangga dan tidak pernah membuat
keributan yang bisa mengganggu ketenangan lingkungan. Tetangga di
kanan dan kiri baik dan peduli dengan keluarga.
3. Mobilitas geografis keluarga

Keluarga Tn. P sudah menempati rumah yang ditempatinya saat ini


sejak berumah tangga sampai sekarang ± 33 tahun. Dan masih betah
tinggal disekitar rumahnya.

4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat


Keluarga Tn.P sering mengikuti kegiatan di lingkungan seperti kerja bakti,
baksos yang diadakan di desanya.
5. System pendukung keluarga
Keluarga Tn.P saat ini tinggal bersama istri dan anak-anaknya yang dewasa
muda. Karena Tn.P dalam keadaan sakit dan tidak bisa memenuhi tanggung
jawabnya secara penuh sebagai suami, tapi mereka kurang perhatian dalam
memenuhi kebutuhan keluarga Tn.P.
D. STRUKTUR KELUARGA
1. Struktur peran
Tn.P tetap sebagai kepala keluarga dan masih bertanggung jawab
dalam menafkahi keluarga. Ny.I masih berperan sebagai ibu rumah
tangga.
2. Nilai dan norma keluarga
Keluarga Tn.P menganut agama Kristen. Mengikuti nilai dan norma
sesuai keyakinan yang dianutnya.
3. Pola komunikasi keluarga
Keluarga Tn.P saat ini tinggal bersama istri dan anak-anaknya yang
dewasa muda. Karena Tn.P dalam keadaan sakit dan tidak bisa
memenuhi tanggung jawabnya secara penuh sebagai suami, Ny.I
biasa memberikan alternative pemikiran bagaimana untuk
memutuskan masalah, yang paling sering mengambil keputusan
adalah Ny.I.
4. Struktur kekuatan keluarga
Didalam aktifitas sehari-hari keluarga tidak saling perhatian dalam
mengatasi masalah yang menjadi tanggung jawab bersama dalam
keluarga.
E. FUNGSI KELUARGA
1. Fungsi afektif
Hubungan antara keluarga yang lain baik, anak-anaknya kurang
peduli bila ada yang sakit tidak langsung dibawa ke puskesmas atau
petugas kesehatan.
2. Fungsi sosialisasi
Setiap hari keluarga selalu berkumpul di rumah, hubungan dalam
keluarga baik dan selalu mentaati norma yang baik.
3. Fungsi perawatan keluarga
Menurut Tn. P istrinya yang merawat ia hingga saat ini dan sangat
perhatian terhadap keadaan kesehatannya. Ny. I selalu mendukung
untuk selalu berobat ke puskesmas secara teratur, dan anggota
keluarga yang lain jarang mengingatkan hal-hal yang dapat
memperberat sakitnya, misalnya jangan terlalu lelah.
4. Fungsi ekonomi
Keluarga dapat memenuhi kebutuhan makan yang cukup, pakaian
dan biaya untuk berobat.
5. Fungsi reproduksi
Tn. P mempunyai 2 orang anak, 2 perempuan
F. STRES DAN KOPING KELUARGA
1. Stressor jangka pendek dan panjang
Stresor jangka pendek : Tn.P mengatakan dirinya menderita penyakit
Asma. Stresor jangka panjang : Tn.P mengidap penyakit Asma
semenjak tahun 2018 dan ia ingin penyakitnya ini sembuh total.
2. Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor
Istrinya selalu memeriksakan suaminya yang sakit ke puskesmas
dengan petugas kesehatan.

3. Strategi koping yang digunakan


Anggota keluarga jarang bermusyawarah untuk menyelesaikan
masalah yang ada.

4. Strategi koping disfungsional keluarga


Jika ada masalah dengan Tn.P, istrinya yang langsung mengambil
keputusan.
G. PEMERIKSAAN KESEHATAN Muka Bentuk g
Tn.P Ny. I muka ti
Kesadaran Compos Compos mentis mentis Bentuk v
a
Keadaan Lemah Baik muka
Umum oval ti
TTV TD : 120/90 TD : 120/80 oval d
mmHg mmHg Mata a
N : 80x / mnt N : 80x / mnt Simetris, k
R : 23x / mnt R : 25x / mnt Simetris, a
k n
S : 36,2 C S: 36,2 C
0 0

o e
n m
j i
Kepala Simetris Simetris s
u
n ,
tidak anemis, tidak icterik, sklera mata Pendengara n Simetris
fungsi baik, liang Bentuk muka
tidak icterik, penglihatan fungsi telinga bersih oval Simetris,
baik. tidak anemis,
penglihatan baik. Rongga mulut tidak icterik,
Telinga Fungsi Pendengaran bersih, gigi penglihatan
masih baik.
pendengaran baik, liang baik, liang
lengkap, tidak
telinga bersih telinga cukup bersih ada
Mulut dan Rongga Rongga mulut pembesaran
tenggorokan mulut cukup bersih, gigi tonsil Pendengaran
bersih, gigi tidak lengkap, sudah baik, liang
tidak tidak lengkap,. Tidak ada telinga bersih
menggunakan pembesaran
Tenggorokan gigi palsu. tidak ada konka,
Tidak ada pembesaran Ny.R Rongga mulut
pembesaran tonsil tonsil. Compos bersih, gigi
Hidung Tidak ada Tidak ada pembesaran masih lengkap,
pembesaran konka, fungsi mentis Baik
tidak ada
konka, fungsi pembesaran
Ny.H Compos mentis Baik TD : 110/70
tonsil
mmHg
TD : 110/80 N : 80 x /
mmHg mnt Pernafasan
N : 86 x R : 20x / mnt S cuping
: 36,50C hidung,fungs
/mnt R :20x / mnt
S : 36 0C Simetris Bentuk muka oval Simetris, tidak
anemis, tidak icterik, penglihatan baik.
penciuman penciuman fungsi i penciuman baik. baik. penciuman
baik.
baik.
Leher Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada pembesaran
pembesaran pembesaran pembesaran kelenjar kelenjar
kelenjar kelenjar
tyroid tyroid tyroid tyroid
Dada Simetris, Simetris, Simetris, Simetris, tidak
ada tidak ada tidak ada tidak ada
benjolan benjolan benjolan benjolan
Paru-paru Pernafasan Pernafasan Pernafasan Pernafasan
23x/mnt. 20x/menit. 20x/mnt. 20x/mnt. Irama
nafas Irama nafas Irama nafas Irama nafas
teratur, suara teratur, teratur, teratur,
suara nafas sedikit kadang batuk suara nafas nafas
stridor. terdengar berdahak bersih. whezzing.
Jantung Letak jantung Letak jantung Letak Letak normal.
normal. jantung jantung Terdengar
Terdengar normal. normal. suara suara
resonan, Terdengar Terdengar resonan, tidak
tidak ada suara suara ada suara suara
resonan, resonan, tambahan. tambahan.
tidak ada tidak ada suara suara
tambahan. tambahan.
Abdomen Tidak buncit, Tidak buncit, Tidak Tidak buncit, tidak
terdapat tidak terdapat buncit, tidak tidak terdapat nyeri
tekan, nyeri tekan, terdapat nyeri tekan, tidak ada
tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan.
benjolan. tidak ada benjolan.
benjolan.
Punggung Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
kelainan kelainan kelainan kelainan
Integumen Cukup bersih, Cukup bersih, Cukup Cukup
turgor kulit turgor kulit bersih, bersih, turgor baik. baik. turgor
kulit kulit baik.
baik.

H. HARAPAN KELUARGA
Harapan yang diinginkan keluarga. Keluarga berharap Tn.P cepat
sembuh dan dapat kembali normal seperti dulu lagi.
ANALISA DATA
No Data Senjang Etiologi (E) Masalah (P)
.
1 DS : Ketidakmampuan Perilaku
- Keluarga mengatakan Tn. P sering keluarga
Kesehatan mengalami sesak nafas. Dan Tn. P
mengenal Cenderung sering mengeluh kesakitan
dibagian masalah Berisiko (D.0099) dadanya jika
ia terbaring ditempat tidur seperti ditusuk-tusuk
dan nyeri terasa hilang timbul.
- Keluarga mengatakan Tn. P sering batuk pada
malam hari dan sesak pada malam hari dan ada
lendir ditenggorokannya.
- Keluarga mengatakan tidak
mengetahui bagaimana penyebab dan
pencegahan dalam penyakit tersebut.
DO :
- Keluarga tampak bingung pada saat ditanya.
- Pemeriksaan fisik bagian paru ditemukan
whezzing
- TTV : TD : 120/90 mmHg
N: 80x / mnt
R :23x / mnt
S :36,2 0C
- Keadaan umum lemah
2. DS: Ketidakmampuan Ketidakmampuan
- Keluarga mengatakan tidak keluarga
koping keluarga mengetahui
bagaimana penyebab dan
memelihara (D.0093) pencegahan
dalam penyakit tersebut. lingkungan
- Didalam aktifitas sehari-hari keluarga
tidak saling perhatian dalam
mengatasi masalah yang menjadi
tanggung jawab bersama dalam
keluarga.
DO :
- Anak-anaknya kurang peduli bila ada
yang sakit tidak langsung dibawa ke
puskesmas atau petugas kesehatan.
- Tipe bangunan rumah bersifat
permanen, keadaan rumah kurang
bersih, ventilasi dan pencahayaan
kurang.
PRIORITAS MASALAH

No
Kriteria Jml Nilai Pembenaran
Dx
1. Sifat masalah: 3/3x Tn. P merasakan nyeri dibagian dada
1
Actual 1 seperti ditusuk-tusuk
Kemungkinan Istrinya ingin Tn. P bisa tidur tanpa
1/2x masalah dapat 1
merasakan nyeri
2
diubah: sebagian
Potensi masalah Keluarga kurang mengetahui
2/3x untuk dicegah: 2/3
penyebab penyakit tersebut 1
Cukup
Menonjolnya Anak-anaknya kurang peduli bila ada masalah: yang sakit tidak
langsung dibawa ke
2/2x masalah berat 1 puskesmas atau
petugas kesehatan.
1
h
arus segera ditangani
Jumlah skor 3 2/3

2. Sifat masalah: Keluarga mengatakan tidak


Actual 3/3x mengetahui bagaimana penyebab dan
1
1
p
encegahan dalam
penyakit tersebut.

Kemungkinan Tn. P melakukan nafas dalam jika


masalah dapat 1/2x terasa sesak
1
diubah: 2
Sebagian
Potensi masalah Keluarga kurang mengetahui penyakit
1/3x untuk dicegah:
1/3 tersebut
1
cukup
Menonjolnya Keluarga sangat ingin Tn. P sembuh masalah: dari
penyakitnya
1/2x
masalah berat 1/2
1
harus segera
ditangani
Jumlah skor 2 5/6
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Prioritas Diagnosa Keperawatan Skor


1. Perilaku Kesehatan Cenderung Berisiko (D.0099) 3 2/3
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal
masalah
2. Ketidakmampuan koping keluarga
(D.0093) 2 5/6
berhubungan dengan Ketidakmampuan keluarga
memelihara lingkungan
III. RENCANA INTERVENSI KEPERAWATAN

No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional Keperawatan


Hasil
Tujuan : 1. 1. Perilaku kesehatan
Memberikan Untuk
cenderung berisiko Setelah dilakukan pendidikan mengetahui (D.0099) kunjungan
ke rumah kesehatan penyakit asma berhubungan selama 3 hari mengenai dengan
diharapkan masalah penyakit ketidakmampuan ketidakma mpuan asma : keluarga
mengenal keluarga mengenali pengertian, masalah kesehatan masalah kesehatan
penyebab,
keluarganya keluarganya dapat tanda dan
diatasi gejala. Membantu
2. Membantu keluarga
keluarga dalam dalam
menentukan
memutuskan tindakan
keputusan
yang tepat. Memudahkan
3. Memberikan pemahaman
pendidikan tentang
kesehatan penyakit
dalam
merawat
anggota
keluarga
dengan Asma Mencegah
4. Membantu komplikasi keluarga
penyakit lain
mengenal dan
mengubah
faktor
lingkungan yang
menyebabkan
Asma Membantu
5. Membantu dalam proses
keluarga penyembuhan
dalam mencari
fasilitas
kesehatan
yang tersedia.
2. Ketidakmampuan Tujuan : 1. Memberikan Memudahkan
Koping keluarga Setelah dilakukan pendidikan pemahaman (D.0093) kunjungan ke
rumah kesehatan penyakit berhubungan selama 3 hari mengenai dengan
diharapkan masalah pengertian ketidakmampuan ketidakma mpuan Asma
keluarga keluarga memelihara 2. Memberik Membantu memelihara lingkungan
untuk an pendidikan mengenal asma lingkungan keluarganya dapat kesehatan
diatasi mengenai
klasifikasi
Asma
3. Memberik Mengetahui apa an pendidikan
saja tanda dan kesehatan gejala asma
mengenai tanda
dan gejala Asma
4. Memberik
an pendidikan Mengetahui kesehatan
penyebab
mengenai terjadinya asma penyebab
Asma
5. Memberik
an pendidikan Mencegah
kesehatan komplikasi
mengenai
komplikasi
Asma
IV. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

No Tanggal / Implementasi Evaluasi Para


. Jam f
1. 14-03-2022 1. 4. Memba
Memberikan ntu
08.00 pendidikan keluarg
kesehatan mengenai a
penyakit asma : S:
pengertian,
- Keluarga mengatakan
penyebab, tanda dan
gejala. Tn. P sering mengalami
sesak
R/ Keluarga mengatakan nafas
Tn. P sering mengalami - Keluarga mengatakan
sesak nafas tidak mengetahui
bagaimana penyebab
2. Membantu
dan pencegahan dalam
keluarga dalam
memutuskan penyakit tersebut.
keputusan yang - Keluarga mengatakan
tepat. Tn. P sering batuk pada
malam hari dan sesak
R/ Keluarga pada malam hari dan
mengatakan ada lendir
tidak mengetahui ditenggorokannya.
bagaimana penyebab dan - Keluarga mengatakan
pencegahan jika sakit langsung ke
dalam penyakit puskesmas O :
tersebut. - Keluarga dan pasien
dapat menyimak
3. Memberikan penjelasan yang
pendidikan diberikan
kesehatan dalam - Pasien tampak lemah
merawat anggota - Keluarga tampak
keluarga dengan bingung pada saat
Asma
ditanya.
R/ Keluarga tampak
bingung pada saat A:
ditanya.
- Masalah perilaku mengenai
kesehatan cenderung berisiko belum klasifikasi
teratasi P : Asma R/
- Intervensi Keluarga
dilanjutkan dan pasien
1. Memberikan pendidikan kesehatan mendengar
kan
mengenai penyakit asma : pengertian,
3. Memberika
penyebab, n
mengenal dan tanda dan gejala. pendidikan
mengubah faktor 2. Membantu keluarga lingkungan kesehatan
yang dalam memutuskan keputusan menyebabkanS :
yang tepat. - Keluarga
Asma 3. Memberikan pendidikan R/ Keluarga mengatakan
kesehatan dalam merawat mengatakan Tn. P anggota
tidak
keluarga dengan sering batuk pada Asma malam hari
dan 4. Membantu keluarga sesak pada malam mengetahui
mengenal dan mengubah hari dan ada lendir faktor bagaimana
lingkungan yang ditenggorokannya. menyebabkan penyebab dan
Asma pencegahan
5. Membantu 5. Membantu keluarga keluarga dalam dalam penyakit
dalam mencari fasilitas mencari fasilitas kesehatan
tersebut
yang tersedia
- Didalam aktifitas
kesehatan yang
sehari-hari keluarga
tersedia R/ Keluarga
tidak saling perhatian
mengatakan jika dalam mengatasi
sakit langsung ke masalah yang menjadi
puskesmas tanggung jawab
bersama dalam
2. 14-03-2022 1. Memberikan keluarga.
08.30 pendidikan
O:
kesehatan mengenai
- Tipe bangunan rumah bersifat
pengertian Asma permanen, keadaan rumah
R/ Keluarga mengatakan kurang bersih, ventilasi dan
tidak mengetahui bagaimana pencahayaan kurang.
penyebab dan pencegahan - Keluarga dan pasien
dalam penyakit tersebut. mendengarkan penjelasan
tentang penyakit
2. Memberikan
pendidikan kesehatan
mengenai tanda dan Amengatakan
: Tn. P sering
gejala Asma mengalami sesak nafas.
Masalah ketidakmampuan
R/ Didalam aktifitas koping keluarga belum teratasi
sehari-hari keluarga
tidak saling perhatian P:
dalam mengatasi - Intervensi dilanjutkan
masalah yang menjadi 1. Me
tanggung jawab mberikan pendidikan
bersama dalam kesehatan mengenai
keluarga. pengertian Asma
2. Me
4. Memberikan mberikan pendidikan
pendidikan kesehatan mengenai
kesehatan klasifikasi Asma
mengenai penyebab 3. Me
Asma mberikan pendidikan
R/ Keluarga dan pasien kesehatan mengenai tanda
mendengarkan dan gejala Asma
penjelasan 4. Me
H : Tipe bangunan mberikan pendidikan
rumah bersifat kesehatan mengenai
permanen, keadaan penyebab Asma
rumah kurang bersih, 5. Me
ventilasi dan mberikan pendidikan
pencahayaan kurang. kesehatan mengenai
5. Memberikan komplikasi Asma
pendidikan
kesehatan
mengenai
komplikasi Asma
R/ Keluarga dan pasien
mendengarkan
penjelasan

1. 15-03-2022 1. Memberikan S:
09.00 pendidikan - Keluarga mengatakan
kesehatan Tn. P sering
mengenai mengalami sesak
penyakit asma : nafas
pengertian, - Keluarga mengatakan
penyebab, tanda tidak mengetahui
dan gejala. bagaimana penyebab
dan pencegahan
R/ Keluarga dalam penyakit
2. Membantu
keluarga dalam
memutuskan
keputusan yang tepat.

R/ Keluarga
mengatakan
tidak mengetahui
bagaimana penyebab
dan
pencegahan dalam
penyakit
tersebut.

3. Memberikan
pendidikan
kesehatan dalam
merawat anggota
keluarga dengan
Asma
R/ Keluarga tampak
mulai mengerti

4. Membantu keluarga
mengenal dan
mengubah faktor
lingkungan yang
menyebabkan
Asma R/ Keluarga
mengatakan Tn. P
sering batuk pada
malam hari dan sesak
pada malam hari dan
ada lendir
ditenggorokannya.
5. Membant
u ke
puskesmas O:
keluarga
- Keluarga
dalam
dan pasien
mencari
dapat
fasilitas
menyimak
tersebut.
penjelasan
- Kel
yang
ua diberikan
rg - Pasien
a tampak
m lemah
en - Keluarga
ga tampak
tak mulai
an mengerti A :
Tn. P sering batuk - Masalah
pada malam hari dan perilaku
sesak pada malam kesehatan
hari dan ada lendir cenderung
ditenggorokannya.
berisiko
- Kel
ua teratasi
rg sebagian
a P:
m - Intervensi
en dilanjutkan
ga
1. Memberikan pendidikan
tak
an kesehatan mengenai penyakit
jik asma : pengertian, penyebab,
a tanda dan gejala.
sa 2. Membantu keluarga
kit dalam memutuskan keputusan
lan yang tepat.
gs 3. Memberikan pendidikan
un
kesehatan dalam merawat
g
anggota keluarga dengan Asma 4.
Membantu keluarga mengenal
dan mengubah faktor lingkungan
yang menyebabkan Asma an mengenai klasifikasi
5. Membantu keluarga Asma R/ Keluarga dan
dalam mencari fasilitas pasien mendengarkan
kesehatan yang kesehatan yang tersedia 3. Me
tersedia R/ mb
Keluarga erik
mengatakan jika an
sakit langsung ke
puskesmas
2. 15-03-2022 1. pendidikan kesehatan
Memberikan mengenai tanda dan
09.30 pendidikan gejala Asma
kese R/ Didalam aktifitas sehari-
hata hari keluarga tidak saling
n perhatian dalam mengatasi
men masalah yang menjadi
genai
tanggung jawab bersama
peng
ertia dalam keluarga.
n
Asma 4. Memberikan pendidikan
R/ Keluarga kesehatan mengenai
mengatakan penyebab
tidak S:
mengetahui - Keluarga mengatakan tidak
bagaimana mengetahui bagaimana penyebab
penyebab dan pencegahan dalam penyakit
dan tersebut
pencegahan - Didalam aktifitas
dalam sehari-hari keluarga tidak saling perhatian
dalam mengatasi masalah yang menjadi
penyakit
tanggung jawab bersama dalam keluarga.
tersebut.
O:
2. Member
- Tipe bangunan rumah bersifat permanen,
ikan keadaan rumah kurang bersih, ventilasi
pendidik dan pencahayaan kurang.
an - Keluarga dan pasien mendengarkan
kesehat penjelasan tentang penyakit A :
Masalah ketidakmampuan 1. Me mberikan pendidikan kesehatan
koping keluarga teratasi mengenai
sebagian pengertian Asma
2. Me mberikan pendidikan kesehatan
P: mengenai
- Intervensi dilanjutkan klasifikasi Asma
3. Me mberikan pendidikan
dan Asma
R/ Keluarga tampak mulai mengerti

4. Membantu keluarga mengenal dan


mengubah faktor lingkungan yang
menyebabkan
Asma R/ Keluarga mengatakan Tn. P
sering batuk pada malam hari dan
sesak pada malam hari dan ada
lendir ditenggorokannya.
5. Membantu
keluarga dalam mencari fasilitas
kesehatan yang tersedia
R/ Keluarga mengatakan jika sakit
langsung ke puskesmas
- Pasien tampak lebih rileks
- Keluarga tampak mulai
mengerti A :
- Masalah perilaku kesehatan
cenderung berisiko teratasi
sebagian
P:
- Intervensi
dilanjutkan
1. Memberikan pendidikan
kesehatan mengenai penyakit
asma : pengertian, penyebab,
tanda dan gejala.
2. Membantu keluarga
dalam memutuskan keputusan
yang tepat.
3. Memberikan pendidikan
kesehatan dalam merawat
pencegahan dalam Asma anggota keluargakesehatan mengenai
dengan tanda4.
Asma
penyakit tersebut. R/ Keluarga dan pasien dan gejala Asma
Membantu keluarga mengenal dan
mendengarkan 4. Me
mengubah faktor lingkungan yang
3. Memberikan penjelasan
pendidikan mberikan pendidikan
H : Tipe bangunan menyebabkan kesehatan
Asma 5. Membantu
mengenai
kesehatan dalam merawat
rumah bersifat keluarga dalam mencari
penyebabfasilitas
Asma
anggota keluarga dengan
permanen, keadaan 5. Me
rumah kurang bersih, mberikan pendidikan
ventilasi dan kesehatan mengenai
pencahayaan kurang. komplikasi Asma
5. Memberikan
pendidikan
kesehatan
mengenai
komplikasi Asma
R/ Keluarga dan pasien
penjelasan

1. 16-03-2022 1. Memberikan S:
09.00 pendidikan - Keluarga mengatakan
kesehatan Tn. P sering
mengenai mengalami sesak
penyakit asma : nafas berkurang
pengertian, - Keluarga mengatakan
penyebab, tanda tidak mengetahui
dan gejala. bagaimana penyebab
kesehatan yang tersedia mengetahui
dan pencegahan
bagaimana penyebab
R/ Keluarga dan
dalam penyakit
pencegahan
mengatakan Tn. P dalam
tersebut.
sering penyakit
mengalamitersebut. - Keluarga mengatakan
sesak nafas Tn. P sering batuk
2. 16-03-2022 berkurang
1. Memberikan S: pada malam hari dan
09.30 pendidikan - sesak
Keluarga pada malam
mengatakan
2. Membantu hari
kesehatan tidak mengetahui mengenai bagaimana dan ada lendir
keluarga
penyebab dandalam ditenggorokannya.
memutuskan
pengertian - Keluarga
pencegahan dalam mengatakan
penyakit
keputusan yang jika sakit langsung ke
Asma tersebut
tepat. puskesmas
R/ Keluarga - O : Didalam aktifitas
mengatakan
R/ tidak
Keluarga sehari-hari - keluarga
Keluargatidak
dan pasien
mengatakan tidak dapat menyimak
2. Memberikan pendidikan kesehatan
mengetahui penjelasan yang
bagaimana mengenai
penyebabklasifikasi Asmadiberikan
R/ Keluarga
dan pasien mendengarkan
3. Memberikan pendidikan kesehatan
mengenai tanda dan gejala Asma R/
Didalam aktifitas sehari-hari keluarga
tidak saling perhatian dalam
mengatasi masalah yang menjadi
tanggung jawab bersama dalam
keluarga.

4. Memberikan pendidikan kesehatan


mengenai penyebab Asma
R/ Keluarga dan pasien mendengarkan
penjelasan H : Tipe bangunan rumah
bersifat permanen, keadaan rumah
kurang bersih, ventilasi dan pencahayaan
kurang.
5. Memberikan pendidikan kesehatan
mengenai
saling perhatian dalam mengatasi
masalah yang menjadi tanggung
jawab bersama dalam keluarga.

O:
- Tipe bangunan rumah Memberikan pendidikan kesehatan
bersifat permanen, mengenai komplikasi Asma
keadaan rumah kurang
bersih, ventilasi dan
pencahayaan kurang.
- Keluarga dan pasien
mendengarkan
penjelasan tentang
penyakit A :
Masalah ketidakmampuan
koping keluarga teratasi sebagian

P:
- Intervensi dilanjutkan
1. Me mberikan pendidikan
kesehatan mengenai
pengertian Asma
2. Me mberikan pendidikan
kesehatan mengenai
klasifikasi Asma
3. Me mberikan pendidikan
kesehatan mengenai tanda
dan gejala Asma
4. Me mberikan pendidikan
kesehatan mengenai
penyebab Asma
komplikasi Asma
R/ Keluarga dan pasien
mendengarkan
penjelasan
LEMBAR BUKTI KUNJUNGAN (HOME VISITE) KEPERAWATAN

KELUARGA MAHASISWA PRAKTIK PROFESI NERS

STIKES YARSI PONTIANAK

NAMA MAHASISWA : HENGKI

NIM : 891211071

NAMA KK (KELUARGA BINAAN) :Tn. P


MINGGU KE : 1/ 2 (LINGKARI)
NO HARI, TANGGAL AGENDA KUNJUNGAN PARAF KELUARGA KUNJUNGAN
BINAAN
1. Senin / 14-03-2022 Pengkajian Keluarga Tn.P dan
mengenali masalah yang
terjadi pada keluarga
2. Selasa / 15-03-2022 Penyuluhan Kesehatan tentang penyakit
Asma Bronkial
3. Rabu / 16-03-2022 Langkah Penanggulangan Asma
Bronkial
LEMBAR BUKTI KONSULTASI/ RESPONSI (ASUHAN KEPERAWATAN/
PROPOSAL LOKMIN, DLL)
MAHASISWA PRAKTIK PROFESI NERS KEPERAWATAN KELUARGA/ KOMUNITAS
STIKES YARSI PONTIANAK

NAMA MAHASISWA : HENGKI

NIM : 891211071

NAMA KK (KELUARGA BINAAN) :Tn. P

MINGGU KE : 1/ 2 (LINGKARI)
NO HARI, MATERI KONSULTASI/ PARAF
TANGGAL BIMBINGAN PEMBIMBING

FORMAT PENILAIAN LAPORAN PENDAHULUAN

NAMA : HENGKI
NIM : 891211071

Skore
NO. ASPEK YANG DINILAI
1 2 3 4
1 Konsep teori menggunakan format yang telah di
tentukan
2 Kelengkapan teori yang dibahas
3 Kemampuan menggunakan kutipan dari beberapa
sumber untuk satu sub pokok bahasan
4 Referensi minimal 3 sumber (2 text book)
5 Laporan dikumpulkan satu hari sebelum praktek
Nilai Akhir : (total skor x 100 : 20)
KETERANGAN

1= KURANG PONTIANAK, Maret


2022
2= CUKUP PENILAI

3= BAIK

4= SANGAT BAIK (….............................................)


FORMAT PENILAIAN ASUHAN KEPERAWATAN

NAMA : HENGKI
NIM : 891211071
NILAI
NO. ASPEK YANG DINILAI 1 2 3 4
A PENGKAJIAN
1 Kelengkapan dan ketepatan data dasar
2 Kesesuaian teknik pengumpulkan data
3 Analisa data tepat
B DIAGNOSA KEPERAWATAN
4 Kesesuaian diagnosa keperawatan
C RENCANA KEPERAWATAN
5 Rumusan tujuan tepat
6 Rencana tindakan sesuai tujuan & masalah
D IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
7 Kesesuaian dengan rencana tindakan
8 Dokumentasi implementasi menggunakan format yang
telah ditetapkan
9 Evaluasi sesuai dengan tujuan yang akan dicapai
10 Menyusun rencana tindak lanjut untuk perawat dan
pasien
Nilai Akhir : (Jumlah Nilai : 4)
FORMAT PENILAIAN SIKAP DAN PERILAKU STIKES YARSI PONTIANAK

NAMA : HENGKI
PROGRAM : Profesi Ners
TANGGAL : 14 Maret 2022 – 19 Maret 2022
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT NILAI
1. KOMUNIKASI 30

1. Menciptakan interaksi dengan


pasien/keluarga dgsepenuh hati dan
percaya diri
2. Menggunkanan komunikasi verbal
yang efektif
3. Melakukan dokumentasi secara
benar
2. KETERAMPILAN DASAR

1. Melakukan pengkajian (wawancara,


pemeriksaan fisikdengan benar)
2. Melakukan tindakan yang sudah
direncanakan
3. Melakukan tindakan pencegahan
terhadapinfeksi
4. Menciptakan keamanan
kenyamanan
5. Menggunakan alat secara tepatguna
3. PERILAKU PROFESIONAL

1. Menampilkan sikap baik dan sopan


2. Melaksanakan kontrak dengan
pasien
3. Mengambil inisiatif dalam situasi
belajar
4. Memperlihatkan sikap selalu tepat
waktu
5. Bekerja sama dan berpartisipasi
dalam kegiatabn ruangan
6. Kedisiplinan dalam memakai atribut
7. Persiapan nursing kit dan APD
8. Tidak menggunakan make up
berlebihan (rambut palsu, bulu
mata berlebihan, bros
berlebihan)
TOTAL; 100
TANGGAL DAN PARAF PERSEPTOR

SATUAN ACARA PENYULUHAN


Pokok Bahasan : Penyakit Asma
Sub Pokok Bahasan : 1. Pengertian asma

2. Pencegahan serangan asma

3. Pencetus serangan asma

4. Pola atau type serangan asma

6. Langkah-langkah penanggulangan serangan


asma
Sasaran : Klien dan keluarga Tn.P
Waktu : + 20 Menit
Penyuluh : HENGKI

I. Tujuan Instruksional Umum


Setelah diberikan penyuluhan, selama 20 menit diharapkan Klien dan keluarga
dapat memahami tentang penyakit asma.
II. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah diberikan penjelasan selama 20 menit diharapkan sasaran dapat :
1. Menyebutkan pengertian asma
2. Menyebutkan pencegahan serangan asma
3. Menyebutkan pencetus serangan asma
4. Menyebutkan pola atau type serangan asma
5. Menyebutkan penanggulangan serangan asma

III. Pokok Materi


1. Pengertian asma
2. Pencegahan serangan asma
3. Pencetus serangan asma
4. Pola atau type serangan asma
5. Penanggulangan Serangan asma
IV. Metoda
Ceramah dan tanya jawab

V. Media Dan Sumber


 Media : Leaflet
 Sumber :
1. Penanganan Asma Dalam Perawatan Primer, Antony Crockett, Alih
Bahasa: dr. Erlan, Jakarta: Hipokrates. 1997
2. Patofisiologi Edisi 4 Jilid 2, Sylvia A. Price, Jakarta: EGC. 1999
VI. Kegiatan Belajar Mengajar
Metode : ceramah dan diskusi
1. Langkah – langkah kegiatan : A.
Kegiatan Pra Pembelajaran
1. Mempersiapkan materi, media dan tempat
2. Kontrak waktu
B. Membuka Pembelajaran
1. Memberi salam
2. Perkenalan
3. Menjelaskan pokok bahasan
4. Menjelaskan tujuan
5. Apersepsi
C. Kegiatan inti
1. Penyuluh menyampaikan materi
2. Sasaran menyimak materi
3. Sasaran mengajukan pertanyaan
4. Penyuluh menjawab pertanyaan
5. Penyuluh menyimpulkan jawaban

D. Penutup
1. Evaluasi
2. Penyuluh dan sasaran menyimpulkan materi
3. Memberi salam
VII. Evaluasi
 Prosedur : Post test
 Jenis tes : Pertanyaan secara
lisan
 Butir soal : 5 soal
1. apa pengertian asma ?
2. Bagaimana pencegahan serangan asma ?
3. Apa pencetus serangan asma ?
4. Bagaimana pola atau type serangan asma ?
5. Bagaimana penanggulangan serangan asma ?
LAMPIRAN MATERI
PENYAKIT ASMA DAN PERAWATAN DIRUMAH

1. Pengertian
Asma adalah keadaan klinis yang ditandai oleh penyempitan bronkus
(percabangan paru-paru) yang reversibel dipisahkan oleh masa dimana
ventilasi mendekati normal.

2. Pencegahan serangan ASMA


Serangan ASMA dapat dicegah dengan mengenali paktor pencetus dan
menghindarinya. Untuk mengetahui faktor Untumengetahui factor
pencetusnya,dokter bisa membantu dengan manyuntikan bahan yang
dicurigai sebagai pencetusnya kebawah kulit untuk mengetahui reaki alergi.
Menjaga kesehatan dan kebersihan lingkungan juga merupakan usahan yang
paling penting dalam melakukan tindakan pencegahan.
Sebaiknya buatlah buku harian untuk mencatatn segala kegiatan, makanan
serta disaat kapan saja anada mengalami serangan. Semua catatan ini bisa
menjadi petunjuk berharga dalam mencari penyebab ASMA.

3. Pencetus Serangan Asma


Pencetus pada setiap orang tidak sama. Yang paling sering penyebabnya
adalah :
a. Demam dan Flu
b. Perubahan cuaca dan suhu
c. Alergi Hirup
Debu rumah, bulu binatang, dll
d. Asap Rokok
e. Bau yang menyengat
f. Olah Raga
g. Beberapa jenis makanan dan pengawetnya, bumbu dan
pewarna
h. Obat : Aspirin dan obat darah tinggi
i. Pekerjaan tertentu
4. Pola Atau Type Serangan Asma
Secara klinis Asma dibagi jadi 3 type dasar :
1) Asma Selang Berselang (Intermiten)
Timbulnya jarang dan seranganya ringan dan umumnya sekitar 75%
penderita mempunyai type ini. Dalam setahun seranganya bisa bisa sekali
sampai tiga kali dan terutamama disebabkan oleh infeksi virus saluran
nafas, kegiatan jasmani,polusi udara,dll.Diluar serangan penderita merasa
sehat seperti orang normal.
2) Asma Akut
Serangan asma yang timbulnya secara tiba-tiba dan berat.
Begitu sesaknya sehingga pemberian obat bronkodilator kadang-kadang
tidak berhasil.Penderita harus segera mencari pertolongan dokter.Bila
sesaknya juga tidak mereda dengan suntikan obat-obatan anti
asma,serangn asma ini disebut”Status Asmatikus”.
3) Asma Kronik
Seranganya hamper setiap hari atau setiap minggudengan keluhan
seoerti batuk,sesak,terbangun tengah malam dll.Gejala bisa ringan tapi
kadangkadang berat.Type penderita inimemerlukan pengawasan secara
teratur.
5. Langkah-langkah Penanggulangan Serangan ASMA
1) Duduk tegak dan tenangkan hatinya
2) Segera beri 4 semprot obat pelega,terbaik diberikan 1
semprotan tiap menit melalui spacer.Suruh tarik nafas melalui
spacer 10 kali setiap semprotan
3) Tunggu sekitar 4 menit
4) Kalau tidak ada/sedikit perbaikan,ulangi Langkah 2 dan 3.
Kalau tetep tidak ada/sedikit perbaikan segera bawa ke UGD
rumah sakit terdekat.Sambil terus mengurangi langkah-langkah
di atas.
Bila tidak memliki spancer pakailah inhaler/semrotan biasa.

Anda mungkin juga menyukai