Anda di halaman 1dari 39

A.

Konsep Dasar Keluarga

1. Pengertian

Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan –

ikatan kebersamaan dan ikatan emosional serta mengidentifikasi diri

mereka sebagai bagian dari keluarga (Friedman,2010).

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwasannya keluarga

merupakan suatu kesatuan yang terbentuk atas dasar ikatan pernikahan dan

mereka hidup dalam satu rumah, saling berinteraksi dan berperan masing-

masing sebagai pribadinya.

2. Fungsi Keluarga

Secara umum fungsi keluarga menurut Friedman, 2010 adalah

sebagai berikut

a) Fungsi Afektif (The Affective Function) adalah fungsi keluarga yang

utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk memepersiapkan

anggota keluarga untuk berhubungan dengan orang lain.

Komponen fungsi afektif meliputi:

1) Memelihara saling asuh (mutual nurturace)

Salah satu nilai keluarga yang paling penting adalah menganggap

keluarga sebagai tempat untuk memperoleh kehangatan, dukungan,

cinta dan penerimaan.


2) Saling menghormati

Hal ini diistilahkan dengan keseimbangan saling menghormati.

Tujuan utama dari pendekatan ini adalah keluarga harus

memelihara suasana dimana harga diri dan hak-hak kedua orang

tua dan anak sangat dijunjung tinggi.

3) Pertaliah dan identifikasi

Kekuatan terbesar di balik persepsi dan kekuatan dari kebutuhan-

kebutuhan individu dalam keluarga adalah pertalian atau kasih

sayang. Menurut Wright dan Leanery (1984) dalam Friedman

(2010) kasih sayang merupakan ikatan emosional yang relatif abadi

dan unik antara dua orang tertentu.

b) Fungsi sosialisasi

Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang diakui

oleh individu yang menghasilkan investasi sosial dan belajar berperan

dalam lingkungan sosial (Gecas, 1975 dalam Friedman, 2010).

Sosialisasi dimulai pada saat lahir dan diakhiri pada saat kematian.

Sosialisasi merupakan suatu proses yang berlangsung seumur hidup

dimana individu mengubah perilaku mereka sebagai respon terhadap

situasi yang terpola secara sosial.

c) Fungsi Reproduksi (The reproduction function)

Keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan dan

menambah sumber daya manusia. Dengan adanya keluarga

berencana maka fungsi ini sedikit terkontrol. Posisi lain banyak


kelahiran yang diharapkan atau diluar ikatan perkawinan. Sehingga

lahirlah keluarga baru dengan satu orang tua.

d) Fungsi Ekonomi (The Economic function)

Untuk memenuhi sandang, papan, pangan maka keluarga

memerlukan sumber keuangan. Fungsi ini sulit dijalankan pada

keluarga dibawah garis kemiskinan. Perawat bertanggung jawab

mencari sumber-sumber masyarakat yang dapat digunakan untuk

menigkatkan setatus kesehatan klien.

e) Fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan (The health care

function)

Fungsi perawatan kesehatan keluarga bukan hanya hal yang dasar

dan vital, tetapi juga merupakan fungsi yang memangku suatu fokus

sentral dalam keluarga-keluarga yang sehat. Sehingga apabila fungsi

vital ini dijalankan dengan baik maka semakin kuat sistem keluarga

tersebut (Pratt, 1976 dalam Friedman, 2010).

Selain keluarga mampu melakukan fungsi dengan baik, keluarga

juga harus melakukan tugas kesehatan keluarga. Lima tugas keluarga

menurut Friedman (2010) meliputi:

1) Mengenal masalah kesehatan

Untuk memenuhi kemampuan keluarga mengenal masalah

kesehatan, kaji sejauh mana keluarga mengenal fakta-fakta dari

masalah kesehatan yang meliputi pengertian, tanda dan gejala,

faktor penyebab dan yang mempengaruhinya, dan persepsi

keluarga terhadap masalah.


2) Mengambil keputusan untuk tindakan keperawatan

untuk memenuhi kemampuan keluarga mengambil keputusan

mengenai tindakan keperawatan yang tepat, hal yang perlu

dirasakan oleh keluarga: Sejarah mana kemampuan keluarga

mengenai sifat dan luasnya masalah, apakah masalah kesehatan

dirasakan oleh keluarga, apakah keluarga merasa menyerah

terhadap masalah yang dihadapi, apakah keluarga merasa takut

akan akibat dari penyakit, apakah keluarga mempunyai sikap

negatif terhadap masalah kesehatan, apakah keluarga dapat

menjangkau fasilitas kesehatan yang ada, apakah keluarga

kurang percaya terhadap tenaga kesehatan, dan apakah keluarga

mendapat informasi yang salah terhadap tindakan dalam

mengatasi masalah.

3) Melakukan perawatan dirumah bagi anggota keluarga yang sakit

untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga merawat

anggota keluarga yang sakit, yang perlu dikaji adalah: Sejauh

mana keluarga mengetahui keadaan penyakitnya (sifat,

penyebaran komplikasi, prognosa dan cara perawatannya), sejauh

mana keluarga mengetahui tentang sifat dan perkembangan

perawatan yang dibutuhkan, sejauh mana keluarga mengetahui

sumber-sumber yang ada dalam keluarga ( anggota keluarga

yang bertanggung jawab, sumber keuangan, fasilitas fisik,

psikososial), dan bagai mana sikap keluarga terhadap yang sakit

(khususnya sikap negatif).


4) Memodifikasi lingkungan rumah yang memenuhi syarat kesehatan

Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga memelihara/

memodifikasi lingkungan rumah yang sehat ( dari segi fisik, psikis,

sosial, ekonomi) hal yang perlu dikaji adalah: Sejauh mana

keluarga mengetahui sumber-sumber keluarga yang dimiliki,

sejauh mana keluarga melihat keuntungan atau manfaat

memeliharaan lingkungan, sejauh mana keluarga mengetahui

pentingnya higiene dan sanitasi, sejauh mana keluarga mengetahui

upaya pencegahan penyakit, sejauh mana sikap atau pandangan

keluarga terhadap higiene dan sanitasi, dan sejauh mana

kekompakkan antar anggota keluarga.

5) Menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan

Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga

menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan dimasyarakat, hal yang

perlu dikaji adalah: sejauh mana keluarga mengetahui keberadaan

fasilitas kesehatan, sejauh mana keluarga memahami keuntungan-

keuntungan yang dapat diperoleh dari fasilitas kesehatan, sejauh

mana tingkat kepercayaan keluarga terhadap petugas dan fasilitas

kesehatan, apakah keluarga mempunyai pengalaman keluarga yang

kurang baik terhadap petugas kesehatan, dan apakah fasilitas

kesehatan yang ada terjangkau oleh keluarga.


3. Tipe dan Bentuk Keluarga

a. Secara tradisional

1) Keluarga inti ( Nuclear Fmily )

Keluarga yang hanya tediri dari ayah, ibu dan anak yang diperoleh

dari keturunannya atau adopsi.

2) Keluarga besar ( Extented Family )

Keluarga inti ditambah dengan keluarga yang lain yang masih

mempunyai hubungan darah seperti kakek/nenek,paman/bibi, dan

sepupu (Friedman,2010).

b. Secara modern

1) Tradisional Nuclear.

Keluarga inti yang didalamnya terdapat sangsi-sangsi yang

harus dipatuhi oleh anggota keluarga yang tinggal dalam satu

rumah.

2) Reconstituted Nuclear.

Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan

kembali suami atau istri yang tinggal dalam satu rumah dengan

anak-anaknya.

3) Middle Age/ Age Couple

Suami sebagai pencari uang, istri dirumah atau kedua-

duanya bekerja dirumah anak sudah meninggalkan rumah karena

sekolah atau perkawinan.


4) Dyadic Nuclear.

Suami atau istri yang sudah beumur dan tidak mempunyai

anak yang kedua atau salah satunya bekerja diluar.

5) Singgle Parent

Satu orang tua sebagai akibat perceraian atu kematian

pasangannya dan anak-anaknya dapat tinggal dirumah atau diluar

rumah.

4. Tahap dan Tugas Keluarga di Bidang Kesehatan

Menurut Duval dan Miller (1985) dalam Setiadi (2008). Tahap- tahap

perkembangan keluarga dibagi menjadi 8 tahap yaitu:

a. Tahap I: keluarga pemula atau keluarga pasangan baru. Tugas

perkembangannya meliputi:

1.) Membangun perkawinan yang saling memuaskan

2.) Membangun jalinan persaudaraan yang harmonis

3.) Keluarga berencana

Masalah kesehatan utama adalah penyesuaian seksual dan

peran perkawinan, penyuluhan dan konseling, prenatal dan

komunikasi, keluarga informasi sering mengakibatkan masalah-

masalah emosional dan seksual, kekuatan, rasa bersalah, kehamilan

yang tidak direncanakan, dan penyakit-penyakit kelamin baik

sebelum maupun sesudah perkawinan.

Pada tahap ini, peran perawat sebagai perawat keluarga harus

memberikan penyuluhan ataupun konseling tentang seksualitas,


keluarga berencana, prenatal, dan masalah-masalah yang terkait pada

keluarga pemula/pasangan baru.

b. Tahap II: keluarga yang sedang mengasuh anak

Dimulai dengan kelahiran anak pertama hingga bayi berusia

30 bulan. Tugas perkembangan setelah lahir anak pertama keluarga

mempunyai tugas perkembangan yang penting yaitu:

1.) Membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang mantap

2.) Rekonsiliasi tugas-tugas perkembangan yang bertentangan dengan

kebutuhan anggota keluarga

3.) Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan

4.) Memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan

menambahkan peran orang tua, kakek dan nenek.

Masalah kesehatan utama keluarga dalam tahap ini adalah

pendidikan maternitas yang terpusat pada keluarga, perawatan bayi

yang baik, pengenalan dan penanganan masalah-masalah kesehatan

fisik secara dini, imunisasi, konseling, perkembangan anak, keluarga

berencana, interaksi keluarga, dan bidang-bidang peningkatan

kesehatan umumnya.

Pada tahap kedua ini peran perawat memberikan konseling dan

demolistrasi pada keluarga tentang kebutuhan nutrisi anak.

c. Tahap III: Keluarga dengan anak usia prasekolah

Tahap ini dimulai ketika anak pertama berusia 2 ½ tahun dan berakhir

ketika anak berusia 5 tahun. Keluarga mungkin terdiri dari tiga hingga
lima orang, dengan pasti suami-ayah, istri-ibu, anak laki-laki-

saudara, anak perempuan-saudari.

Tugas perkembangan

Menurut Duval dan Miller (1985) dalam Setiadi (2008) tugas

perkembangan keluarga pada tahap ini adalah:

1.) Memenuhi keutuhan anggota keluarga seperti rumah, ruang

bersalin, privasi, keamanan.

2.) Mensosialisasikan anak

3.) Mengintegrasikan anak yang baru sementara tetap memenuhi

kebutuhan anak-anak yang lain.

4.) Mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga

(hubungan perkawinan dan hubungan orang tua dan anak) dan

diluar keluarga (Keluarga besar dan komunitas).

Karena daya tahan spesifik terhadap banyak bateri dan virus,

serta paparan yang meningkat, anak-anak usia pra sekolah sering

menderita sakit dengan suatu penyakit infeksi primer secara

bergantian. Jadi kontak anak dengan penyakit infeksi dan menular,

serta kerentanan umum mereka terhadap penyakit merupakan

masalah-masalah kesehatan utama (Friedman, 2010).

Masalah kesehatan fisik yang terutama adalah penyakit-

penyakit menular yang umum pada anak, jatuh, luka bakar,keracunan

serta kecelakaan-kecelakaan lain yang terjadi selama usia prasekolah.

Masalah-masalah kesehatan lain yang penting adalah persaingan


diantara kakak- adik, keluarga berencana, keutuhan pertumbuhan dan

perkembangan masalah pengasuh anak seperti pembatasan

lingkungan (disiplin), penganiyaan dan menelantarkan anak,

keamanan dirumah dan masalah komunikasi keluarga.

Tugas perawat dalam tahap ini adalah memberikan

pengetahuan pada keluarga perawatan terhadap anak usia prasekolah,

memberikan penyuluhan tentang tumbuh kembang anak dan

memotifasi keluarga agar memperhatikan kesehatan anak.

d. Tahap IV: Keluarga dengan anak usia sekolah

Tahap ini dimulai ketika anak pertama telah berusia 6 tahun dan

mulai masuk sekolah dasar dan berakhir pada usia 13 tahun dengan

tugas perkembangannya adalah mensosialisasikan anak-anak,

termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan mengembangkan

hubungan dengan teman sebaya yang sehat, kemudian

mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan dan

memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga.

Peran perawat pada tahap ini adalah memotivasi keluarga untuk

selalu memperhatikan kegiatan anak baik didalam maupun diluar

rumah.

e. Tahap V: Keluarga dengan anak remaja

Tahap keluarga dengan anak remaja diawali pada saat anak pertama

berusia 13 tahun, tahap ini akan berlangsung 6-7 tahun, meskipun

tahap ini dapat lebih singkat jika anak meninggalkan keluarga lebih
awal atau jika anak masih tinggal dirumah saampai berusia 19 atau 20

tahun.

f. Tahap VI: Keluarga yang melepas anak usia dewasa muda

Permulaan dari fase kehidupan keluarga ini ditandai dengan anak

pertama meninggalkan rumah orang tua dan berakhir denagn “rumah

kosong” ketika anak terakhir meninggalkan rumah. Tahap ini agak

singkat atau panjang, tergantung pada berapa banyak anak yang

belum menikah tinggal setelah tamat sekolah.

Pada tugas perkembangan tahap ini yaitu memperoleh siklus

keluarga dengan memasukkan anggota keluarga baru, dengan

melanjutkan untuk mempengaruhi dan menyesuaikan kembali, serta

yang paling penting adalah membantu orang tua lanjut usia yang

sakit-sakitan dari suami atau istri.

g. Tahap VII: Orang tua usia pertengahan

Orang tua usia pertengahan dimulai ketika anak terakhir

meninggalkan rumah dan terakhir pada saat pensiun atau kematian

salah satu pasangan. Tahap ini biasanya dimulai ketika orang tua

memasuki usia 45-55 tahun sampai kurang lebih 16-18 tahun

kemudian.

Tugas perkembangan yang pertama adalah menyediakan

lingkungan yang meningkatkan kesehatan, kemudian mempertahankan

hubungan-hubungan yang memuaskan dan penuh arti dengan para


orang tua, lansia dan anak-anak, dan yang terakhir memperkokoh

hubungan perkawinan.

h. Tahap VIII: Keluarga dalam usia pensiun dan lansia

Tugas keluarga antara lain, yang pertama untuk

mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan, yang kedua

yaitu menyesuaikan terhadap penghasilan yang menurun untuk tetap

bisa mempertahankan hubungan perkawinan dan menyesuaikan diri

terhadap kehilangan pasangan, hal ini juga perlu mempertahankan

ikatan keluarga agar generasi penerus untuk memahami eksistensi

mereka.

Peran perawat pada tahap ini diantaranya memberikan konseling

pada keluarga tentang persiapan pelepasan orang yang dicintai.

5. Struktur Keluarga

Menurut Friedman (2010) tentang struktur keluarga, keluarga itu sendiri

merupakan struktur yang melukiskan subsistem sebagai dimensi

struktural bahwa keluarga merupakan semacam sekelompok unit

terkecilyang khusus digunakan oleh keluarga yang didalamnya mencakup

struktural komunikasi yaitu struktural peran, nilai komunikasi dan

kekuasaan.

6. Struktur Peran Dan Keluarga.

Serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi sosial yang

diberikan. Struktur peran keluarga dibagi menjadi dua yaitu :


a. Struktur peran formal

Perilaku dimana keluarga melakukan posisi normal dala keluarga

yang bersifat homogen yang didalam keluarga mempunyai peran.

b. Struktur peran informal

Dimana suatau peran tertutup yang bersifat tidak tampak

kepermukaan dan hanya memenuhi kebutuhan emosional.

7. Proses dan strategi koping keluarga

Stresor merupakan agen-agen pencetus / penyebab stress dan adaptasi

merupakan proses penyesuaian terhadap perubahan. Stresor-stresor

keluarga bisa berupa kejadian/ pengalaman antara pribadi (dari dalam

maupun luar keluarga), lingkungan, ekonomi, sosial, dan budaya.

Menurut White (1974) dalam Friedman (2010) mengidentifikasi tiga

strategi untuk mengatasi stress individu: mekanisme pertahanan koping dan

penguasaan. Mekanisme pertahanan menurut White merupakan cara-cara

yang dipelajari, kebiasaan, secara otomatis digunakan untuk berespon.

Strategi koping, berlawanan dengan mekanisme strategi, ini sebagai strategi

positif dari adaptasi, koping terdiri dari upaya pemecahan masalah seorang

individu yang diharapkan pada tuntunan yang berkaitan dengan keadaan

kesejahteraan. Penguasaan merupakan model adaptasi paling positif, adalah

hasil penggunaan dari strategi koping individu yang efektif ( Friedman,

2010).

Friedman juga membagi dua tipe strategi koping, yaitu internal dan

eksternal. Strategi koping internal atau interfamilial dilakukan dengan cara:


mengendalikan kelompok keluarga, penggunaan humor, lebih banyak

melakukan pengungkapan bersama, mengontrol makna dari masalah dan

penyusunan kembali kognitif, pemecahan masalah secara bersama-sama

fleksibilitas peran serta menormalkan. Strategi koping eksternal dilakukan

dengan cara: mencari informasi, memelihara hubungan aktif dengan

komunitas, dan mencari dukungan spiritual.

8. Keluarga sebagai klien

Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan keluarga yang membagi

keluarga kedalam bidang kesehatan yang dapat dilakukan, yaitu :

a. Dapat mengenal masslah kesehatan disetiap anggotanya yang

menngalami masalah

b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi

keuarga yang bermasalah dengan kesehatannya.

c. Memberikan keperawatan terhadap anggota keluarganya yang

mengalami gangguan kesehatan dan dapat membantu dirinya sendiri

yang cacat atau usianya yang terlalu masih muda.

d. Mempertahankan suasan dirumah yang menguntungkan untuk

kesehatan anggota keluarga yang lainnya.

e. Mempertahankan hubungan timbak balik antara keluarga dan lembaga

kesehatan ( pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada ).


9. Peran Perawat Dalam Pemberian Asuhan Keperawatan Kesehatan
Keluarga.

Peranan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga

yang dilakukan perawat, yaitu :

a. Pengenalan tentang betapa pentingnya kesehatan dan perawat

membantu tentang adanya penyimpangan tentang keadaan normal dari

kesehatannya.

b. Pemberi pelayanan kesehatan terhadap anggota keluarga yang sakit.

c. Memberikan pelayanan kesehatan dan keperawatan keluarga terhadap

anggota keluarga yang sakit.

d. Memberikan fasilitas kesehatan dengan mudah yang dapat dijangkau

oleh keluarga dan membantu mencari solusi untuk memecahkan.

e. Pendidikan kesehatan dapat merubah perilaku keluarga yang ddari

tidak sehat utnuk menjadi sehat pada nantinya.

f. Memberikan penyuluhan bahkan dapat memberikan petunjuk tentan

asuhan keperawtan keluarga.

Dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga perawat tidak dapat

bekerja sendirian, melainkan bekerja sama dengan tin yang lain yang

memiliki profesi yang sama untuk mencapai asuhan keperawatan keluarga

dengan baik, benar dan dapat dimengerti oleh masyarakat.

B. Masalah Kesehatan Ulkus dengan Riwayat Diabetes Melitus

1. Pengertian Diabetes Mellitus

Beberapa sumber yang menyebutkan tentang pengertian dari Diabetes

Mellitus (DM) yaitu sebagai berikut :


a) Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang
ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia
(Smeltzer & Bare, 2002).
b) Diabetes Mellitus merupakan keadaan hiperglikemia kronik disertai

berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang

menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal dan

pembuluh darah, disertai lesi pada membran basalis dalam

pemeriksaan dengan mikroskop elektron. Diabetes Mellitus adalah

sekelompok kelainan yang ditandai oleh kenaikan kadar gula darah

atau hiperglikemia(Brunner dan Suddarth, 2002).

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Diabetes

Mellitus (DM) adalah penyakit metabolik yang berlangsung kronik

progresif dengan gejala hiperglikemi yang disebabkan oleh gangguan

sekresi insulin, gangguan kerja insulin atau keduanya dengan disertai oleh

komplikasi kronik penyempitan pembuluh darah dengan akibat terjadinya

kemunduran fungsi sampai dengan kerusakan organ-organ tubuh.


2. Anatomi dan Fisiologi

a. Anatomi Pankreas

Gambar II.1

Sumber: httpww.

Pankreas merupakan suatu organ berupa kelenjar dengan panjang dan

12,5 cm dan tebal ± 2,5 cm. Pankreas terbentang dari atas sampai kelengkungan
besar dari perut dan biasanya dihubungkan oleh dua saluran ke duodenum (usus
12 jari) organ ini dapat diklasifikasikan ke dalam dua bagian yaitu kelenjar
endokrin dan eksokrin.

1) Struktur Pankreas terdiri dari :

a. Kepala pankreas

Merupakan bagian yang paling lebar, terletak disebelah kanan

rongga abdomen dan di dalam lekukan duodenum dan yang praktis

melingkarinya.

b. Badan pankreas

Merupakan bagian utama pada organ itu dan letaknya di belakang

lambung dan di depan vertebra lumbalis pertama.


c. Ekor pankreas

Merupakan bagian yang runcing di sebelah kiri dan yang

sebenarnya menyentuh limfa.

2) Saluran Pankreas

Pada pankreas terdapat dua saluran yang mengalirkan hasil sekresi

pankreas ke dalam duodenum :

1) Ductus Wirsung, yang bersatu dengan ductus chole dukus,

kemudian masuk ke dalam duodenum melalui sphincter oddi

Ductus Sartonni, yang lebih kecil langsung masuk ke dalam duodenum di sebelah atas
Jaringan pankreas

Ada 2 jaringan utama yang menyusun pankreas :

Asimberfungsiuntukmensekresigetahpencernaandalam duodenum
Pulau langerhans

Gambar II.2

1
.

2
.

Sumber : http://www.google.com
Hormon-hormon yang dihasilkan :

a) Insulin

Adalah suatu poliptida mengandung dua rantai asam amino yang

dihubungkan oleh gambaran disulfide.Enzim utama yang berperan

adalah insulin protease, suatu enzim dimembran sel yang

mengalami internalisasi bersama insulin. Efek faali insulin yang

bersifat luas dan kompleks.

Efek-efek tersebut biasanya dibagi:

 Efek cepat (detik)

Peningkatan transport glukosa, asam amino dan k+ ke dalam

sel peka insulin.

 Efek menengah (menit)

Stimulasi sintesis protein, penghambatan pemecahan protein,

pengaktifan glikogen sintesa dan enzim-enzim glikolitik.

 Efek lambat (jam)

b) Peningkatan Massenger Ribonucleic Acid (MRNA) enzim

lipogenik dan enzim lain. Pengaturan fisiologi kadar glukosa

darah sebagian besar tergantung dari:

1 Ekstraksi glukosa

2 Sintesis glikogen

3 Glikogenesis
c) Glukogen

Molekul glukogen adalah polipeptida rantai lurus yang

mengandung 29 n residu asam amino dan memiliki 3485

glukogen merupakan hasil dari sel-sel alfa, yang mempunyai

prinsip aktivitas fisiologi meningkatkan kadar glukosa darah.

d) Somatostatin

Somatostatin menghambat sekresi insulin, glukogen dan

polipeptida pankreas dan mungkin bekerja di dalam pulau-pulau

pankreas,

e) Polipeptida pankreas

Polipeptida pankreas manusia merupakan suatu polipeptida linear

yang dibentuk oleh sel pulau langerhans.

b. Fisiologi

a. Fungsi eksokrin pankreas:

Getah pankreas mengandung enzim-enzim untuk pencernaan

ketiga jenis makanan utama, protein, karbohidrat dan lemak. la

juga mengandung ion bikarbonat dalam jumlah besar, yang

memegang peranan penting dalam menetralkan timus asam yang

dikeluarkan oleh lambung ke dalam duodenum.

Enzim-enzim proteolitik adalah tripsin, kemotripsin,

karboksi, peptidase, ribonuklease, deoksiribonuklease. Tiga enzim

pertama memecahkan keseluruhan dan secara parsial protein yang


dicernakan, sedangkan nuclease memecahkan kedua jenis asam

nukleat, asam ribonukleat dan deoksinukleat.

Enzim pencernaan untuk karbohidrat adalah amylase

pankreas, yang menghidrolisis pati, glikogen dan sebagian besar

karbohidrat lain kecuali selulosa untuk membentuk karbohidrat,

sedangkan enzim-enzim untuk pencernaan lemak adalah lipase

pankreas yang menghidrolisis lemak netral menjadi gliserol, asam

lemak dan kolesterol esterase yang menyebabkan hidrolisis ester-

ester kolesterol.

1) Pancreatic juice

Sodium bicarboinat memberikan sedikit pH alkalin (7,1

- 8,2) pada pancreatic juice sehingga menghentikan gerak

pepsin dari lambung dan menciptakan lingkungan yang

sesuai dengan enzim-enzim dalam usus halus.

2) Pengaturan sekresi pankreas ada 2 yaitu :

i. Pengaturan saraf

ii. Pengaturan hormonal

3) Fungsi endokrin pankreas

Tersebar diantara alveoli pankreas, terdapat kelompok-

kelompok sel epithelium yang jelas, terpisah dan nyata.

Kelompok ini adalah pulau-pulau kecil / kepulauan

langerhans yang bersama-sama membentuk organ endokrin


3. Etiologi

1. DM type I : IDDM (Insulin Dependent Diabetes Mellitus)

Pada tipe ini insulin tidak diproduksi. Hal ini disebabkan dengan

timbulnya reaksi autoimun oleh karena adanya peradangan pada sel

beta insulitis. Kecenderungan ini ditemukan pada individu yang

memiliki antigen HLA (Human Leucocyte Antigen).

a. Faktor imunologi : Respon abnormal dimana Ab terarah pada

jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi dengan jaringan

tersebut sebagai jaringan asing.

b. Faktor lingkungan : virus / toksin tertentu dapat memacu proses

yang dapat menimbulkan distruksi sel beta.

2. DM type 2 NIDDM (Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus)

Etiologi biasanya dikaitkan dengan faktor obesitas. Hereditas atau

lingkungan penurunan produksi insulin endogen atau peningkatan

resistensi insulin

3. DM type Spesifik Lain

Awitan selama kehamilan, disebabkan oleh hormon yang

diekskresikan plasenta dan mengganggu kerja insulin. (Brunner &

Suddarth, 2002)

4. Patofisiologi

Diabetes Mellitus mengalami defisiensi insulin, menyebabkan

glikogen meningkat, sehingga terjadi proses pemecahan gula baru

(glukoneugenesis) yang menyebabkan metabolisme lemak meningkat.


Kemudian terjadi proses pembentukan keton (ketogenesis). Terjadinya

peningkatan keton didalam plasma akan menyebabkan ketonurea (keton

dalam urin) dan kadar natrium menurun serta pH serum menurun yang

menyebabkan asidosis.

Defisiensi insulin menyebabkan penggunaan glukosa oleh sel menjadi

menurun, sehingga kadar gula dalam plasma tinggi (Hiperglikemia). Jika

hiperglikemia ini parah dan melebihi ambang ginjal maka akan timbul

Glukosuria. Glukosuria ini akan menyebabkan diuresis osmotik yang

meningkatkan pengeluaran kemih (poliuri) dan timbul rasa haus (polidipsi)

sehingga terjadi dehidrasi.

Glukosuria mengakibatkan keseimbangan kalori negatif sehingga

menimbulkan rasa lapar yang tinggi (polipagi). Penggunaan glukosa oleh

sel menurun mengakibatkan produksi metabolisme energi menjadi

menurun, sehingga tubuh menjadi lemah.

Hiperglikemia dapat mempengaruhi pembuluh darah kecil, arteri kecil

sehingga suplai makanan dan oksigen ke perifer menjadi berkurang, yang

akan menyebabkan luka tidak cepat sembuh, karena suplai makanan dan

oksigen tidak adekuat akan menyebabkan terjadinya infeksi dan terjadinya

gangguan.

Gangguan pembuluh darah akan menyebabkan aliran darah ke retina

menurun, sehingga suplai makanan dan oksigen ke retina berkurang,

akibatnya pandangan menjadi kabur. Salah satu akibat utama dari

perubahan mikrovaskuler adalah perubahan pada struktur dan fungsi


ginjal, sehingga terjadi nefropati. Diabetes mempengaruhi syaraf-syaraf

perifer, sistem syaraf otonom dan sistem syaraf pusat sehingga

mengakibatkan neuropati. (Price, 2000)

PATHWAYS

DM Tipe I DM Tipe II

Reaksi Autoimun Idiopatik, usia, genetil, dll

Jmh sel β pancreas menurun


sel β pancreas hancur

Defisiensi insulin

Hiperglikemia Katabolisme protein meningkat Lipolisis meningkat

Penurunan BB polipagi

Glukoneogenesis meningkat Gliserol asam lemak bebas meningkat


Glukosuria

Diuresis Osmotik Kehilangan elektrolit urine Ketogenesis

Kehilangan cairan hipotonik


Polidipsi Hiperosmolaritas ketoasidosis

coma
ketonuria
5. Tanda dan Gejala

Penyakit Diabtes Mellitus ini pada awalnya sering tidak dirasakan

dan tidak disadari oleh penderita. Gejala-gejala muncul tiba-tiba pada anak

atau orang dewasa muda. Sedangkan pada orang dewasa > 40 tahun,

kadang-kadang gejala dirasakan ringan sehingga mereka menganggap

tidak perlu berkonsultasi ke dokter. Penyakit DM diketahui secara

kebetulan ketika penderita menjalani pemeriksaan umum (general medikal

check-up). Biasanya mereka baru datang berobat, bila gejala-gejala yang

lebih spesifik timbul misalnya penglihatan mata kabur, gangguan kulit dan

syaraf, impotensi. Pada saat itu, mereka baru menyadari bahwa dirinya

menderita DM.

Secara umum gejala-gejala dan tanda-tanda yang ditemui meliputi :

1. Gejala dan tanda awal

a. Penurunan berat badan (BB) dan rasa lemah

Penurunan berat badan dalam waktu relatif singkat, merupakan

gejala awal yang sering dijumpai, selain itu rasa lemah dan cepat

capek kerap di rasakan

b. Banyak kencing (poliuria)

Gejala yang sering dirasakan penderita adalah sering kencing

dengan volume urine yang banyak kencing yang sering pada

malam hari terkadang sangat mengganggu penderita

c. Banyak minum (polidipsia)


Rasa haus dan ingin minum terus. Kadang hal ini sering ditafsirkan

karena udara yang panas dan banyak kerja berat, padahal tanda-

tanda ini muncul sebagai awal gejala penyakit DM

d. Banyak makan (polifagia)

Penderita sering makan (banyak makan) dan kadar glukosa darah

semakin tinggi, namun tidak dapat seluruhnya dimanfaatkan untuk

masuk ke dalam sel

2. Gejala Kronis

a. Gangguan penglihatan

Pada mulanya penderita DM ini sering mengeluh penglihatannya

kabur, sehingga sering mengganti kaca mata untuk dapat melihat

dengan baik.

b. Gangguan syaraf tepi / kesemutan

Pada malam hari, penderita sering mengeluh sakit dan rasa

kesemutan terutama pada kaki

c. Gatal-gatal / bisul

Keluhan gatal sering dirasakan penderita, biasanya gatal di daerah

kemaluan, atau daerah lipatan kulit seperti ketiak, paha atau

dibawah payudara, kadang sering timbul bisul dan luka yang lama

sembuhnya akibat sepele seperti luka lecet terkena sepatu atau

tergores jarum.

d. Rasa tebal di kulit


Penderita DM sering mengalami rasa tebal dikulit, terutama bila

benjolan terasa seperti diatas bantal atau kasur. Hal ini juga

menyebabkan penderita lupa menggunakan sandal / sepatu karena

rasa tebal tersebut.

e. Gangguan fungsi seksual

Gangguan ereksi / disfungsi seksual / impotensi sering dijumpai

pada penderita laki-laki yang terkena DM, namun pasien DM

sering menyembunyikan masalah ini karena terkadang malu

menceritakannya pada dokter.

f. Keputihan

Pada penderita DM wanita, keputihan dan gatal merupakan gejala

yang sering dikeluhkan, bahkan merupakan satu-satunya gejala

yang dirasakan. Hal ini terjadi karena daya tahan penderita DM

kurang, sehingga mudah terkena infeksi antara lain karena jamur.

6. Penatalaksanaan

Perawatan bertujuan untuk mengurangi gejala-gejala, mengusahakan

keadaan gizi dimana berat badan ideal dan mencegah terjadinya

komplikasi.

Secara garis besar pengobatannya dilakukan dengan :

1. Diet

Disesuaikan dengan keadaan penderita

Prinsip umum : diet dan pengendalian berat badan merupakan dasar

dari penatalaksanaan diabetes. Penatalaksanaan nutrisi pada penderita

diabetes diarahkan untuk mencapai tujuan berikut ini :


a. Memberikan semua unsur makanan esensial (misal : vitamin dan

mineral)

b. Mencapai dan mempertahankan berat badan yang sesuai

c. Memenuhi kebutuhan energi

d. Mencegah fluktuasi kadar glukosa darah setiap harinya dengan

mengupayakan kadar glukosa darah mendekati normal melalui

cara-cara yang aman dan praktis

e. Menurunkan makan pada penderita

DM Pencernaan makan pada penderita

DM

1) Kebutuhan kalori

Tujuan yang paling penting adalah pengendalian asupan kalori

total untuk mencapai atau mempertahankan berat badan yang

sesuai dan pengendalian kadar glukosa darah.

Rencana makan bagi penyandang diabetes juga memfokuskan

presentase kalori yang berasal dari karbohidrat, protein dan

lemak

Ada 2 tipe karbohidrat yang utama, yaitu :

a) Karbohidrat kompleks (seperti : roti, sereal, nasi dan pasta)

b) Karbohidrat sederhana (seperti : buah yang manis dan

gula) Jumlah kalori diperhitungkan sebagai berikut :

a) BB ideal = (TB cm – 100) kg – 10 % . pada waktu istirahat,

diperlukan 25 kkal/kg BB ideal

b) Kemudian diperhitungkan pula


Aktivitas, kerja ringan : ditambah 10 – 20 %, kerja sedang

ditambah 30 %, kerja berat ditambah 50 % dan kerja berat

sekali ditambah 20 – 30 %)

Stress : ditambah 20 – 30 %, hamil trimester 2 – 3 ditambah

400 kal dan laktasi ditambah 600 kal.

2) Karbohidrat

Tujuan diet ini adalah meningkatkan konsumsi karbohidrat

kompleks (khususnya yang berserat tinggi) seperti roti, gandum

utuh, nasi beras tumbuk, sereal dan pasta / mie yang berasal

dari gandum yang masih mengandung bekatul.

Karbohidrat sederhana tetap harus dikonsumsi dalam jumlah

yang tidak berlebihan dan lebih baik jika dicampur ke dalam

sayuran atau makanan lain daripada dikonsumsi secara terpisah

3) Lemak

Pembatasan asupan total kolesterol dari makanan hingga < 300

mg / hr untuk membantu mengurangi faktor resiko, seperti

kenaikan kadar kolesterol serum yang berhubungan dengan

proses terjadinya penyakit koroner yang menyebabkan

kematian pada penderita diabetes

4) Protein

Makanan sumber protein nabati (misal : kacang-kacangan dan

biji-bijian yang utuh) dapat membantu mengurangi asupan

kolesterol serta lemak jenuh. (Brunner & Suddarth, 2002)


2. Olah raga / latihan

Sangat penting dalam penatalaksanaan DM karena afeknya

dapat menurunkan kadar glukosa darah dan mengurangi faktor

resiko kardiovaskuler. Latihan akan menurunkan kadar glukosa

darah dengan meningkatkan pengambilan glukosa oleh otot dan

memperbaiki pemakaian insulin, sirkulasi darah dan tonus otot.

Latihan ini sangat bermanfaat pada pendrita diabetes karena

dapat menurunkan BB, mengurangi rasa stress dan

mempertahankan kesegaran tubuh. Mengubah kadar lemak darah

yaitu meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL)-

kolesterol dan menurunkan kadar kolesterol total serta trigliserida.

Meskipun demikian penderita diabetes dengan kadar

glukosa >250 mg/dl (14 mmol/dL) dan menunjukkan adanya

keton dalam urine tidak boleh melakukan latihan sebelum

pemeriksaan keton urine memperlihatkan hasil negatif dan kadar

glukosa darah telah mendekati normal.

Latihan dengan kadar glukosa darah yang tinggi akan

meningkatkan sekresi glukogen. Peningkatan hormon ini

membuat hati melepas lebih banyak glukosa sehingga terjadi

kenaikan kadar glukosa darah.

3. Obat-obatan

Obat antidiabetik oral, dibagi menjadi 2 golongan yaitu :

a. Golongan sulfonilurea
1) Cara kerja :

a) Merangsang sel beta pancreas untuk mengeluarkan

insulin, jadi hanya bekerja bila sel-sel beta utuh

b) Menghalangi pengikatan insulin

c) Mempertinggi kepekaan jaringan terhadap insulin

d) Menekan pengeluaran glukogen

2) Indikasi

a) Bila BB ideal ± 10% dan BB ideal

b) Bila kebutuhan insulin < 40 u/hr

c) Bila tidak ada stress akut, misal: infeksi berat / operasi

d) Dipakai pada diabetes dewasa, baru dan tidak pernah

ketoasidosis sebelumnya

3) Efek samping

a) Mual, muntah, sakit kepala, vertigo dan demam

b) Dermatitis, pruritus

c) Lekopeni, trombositopeni, anemia

4) Kontra indikasi

a. Penyakit hati, ginjal dan thyroid

b. Golongan biguanid

Tidak sama dengan sulfonilurea, karena tidak merangsang

sekresi insulin.

1) Menurunkan kadar GD menjadi normal dan istimewanya

tidak menyebabkan hipoglikemia


2) Cara kerja belum diketahui secara pasti, tetapi jelas

terdapat:

a) Gangguan absorbsi glukosa dalam usus

b) Peningkatan kecepatan ambalan glukosa dalam otot.

Ulkus Diabetes Melitus.

Menurut Brunner&Suddarth (2002), Ulkus diabetik pada kaki dimulai

dari cedera pada jaringan lunak kaki, pembentukan fisura antara jari-jari kaki

atau didaerah kulit yang kering dan pembentukan sebuah kalus. Cedera tidak

dirasakan oleh penderita yang kepekaan kakinya sudah menghilang bisa

berupa cedera termal (misalnya, berjalan dengan kaki telanjang di jalan yang

panas), cedera kimia (misalnya, membuat kaki terbakar pada saat

menggunakan preparat kaustik untuk menghilangkan kalus), cedera traumatik

(misalnya, mengenakan sepatu dan kaus kaki yang tidak pas).

Komplikasi lain DM dapat berupa kerentanan berlebih terhadap infeksi

dengan akibat mudahnya terjadi infeksi saluran kemih, tuberkolosis paru dan

infeksi kaki, yang kemudian dapat berkembang menjadi ulkus atau gangren

diabetes. Keadaan ulkus atau gangren penderita DM mengindikasikan adanya

sepsis atau hematom, dilakukan amputasi untuk menyelamatkan nyawa

penderita DM dari infeksi. Berikut akan dijelaskan lebih lanjut mengenai

cedera kaki diabetes.

Menurut Brunner&Suddarth (2002), meningkatnya risiko infeksi ulkus

diabetes diawali dengan adanya hiperglikemia yang akan menyebabkan :


1. Neuropati, neuropati baik neuropati sensorik, motorik dan anatomik akan

mengakibatkan berbagai perubahan pada kulit dan otot, yang kemudian

menyebabkan terjadinya perubahan distribusi tekanan pada telapak kaki

dan selanjutnya akan mempermuda terjadinya ulkus.

2. Penyakit vaskuler perifer, penyakit vaskuler perifer menyebabkan

sirkulasi ekstremitas bawah yang buruk sehingga memperlama

penyembuhan luka dan terjadi gangren.

3. Penurunan daya imunitas, penurunan daya imunitas karena

hiperglikemia akan mengganggu kemampuan leukosit yang berfungsi

untuk menghancurkan bakteri, sehingga penderita diabetes yang tidak

terkontrol akan terjadi penurunan resistensi terhadap infeksi.

1). Klasifikasi Ulkus Diabetes

Keadaan kaki penderita diabetes digolongkan berdasar risiko

terjadinya masalah dan risiko besarnya masalah yang mungkin

timbul. Penggolongan kaki diabetes berdasarkan risiko terjadinya

masalah menurut Waspadji (2010):

a. Terdapat sensasi normal tanpa deformitas

b. Sensasi normal dengan deformitas atau tekanan plantar tinngi

c. Isensifitas tanpa deformitas

d. Iskemi tanpa deformitas

e. Kombinasi atau complicated, yang dikategorikan menjadi :

1 Kombinasi insensitifitas

2 Iskemia dan/atau deformitas


3 Riwayat adanya tukak, deformitas Charcol

2). Pencegahan Cedera dan Perawatan Kaki Diabetik :

a. Cara mencegah atau menghindari agar tidak terjadi luka pada kaki

pada penderita DM :

1) Hindari terlalu sering merendam kaki

2) Hindari penggunaan botol panas/penghangat kaki dari listrik

3) Hindari penggunaan pisau/silet untuk memotong kuku atau

menghilangkan kalus

4) Hindari kaos kaki / sepatu yang terlalu sempit

5) Hindari Rokok

b. Tindakan yang bisa dilakukan bila kaki terluka:

1) Bila luka kecil : bersihkan dengan antiseptik, tutup luka dengan

kasa steril dan bila dalam waktu dua hari tidak sembuh segera

periksa ke dokter

2) Bila luka cukup besar / kaki mengalami kelainan segera pergi

ke dokter.

3) Perawatan kaki Diabetik :

a) Saat mandi bersihkan dengan sabun, bila perlu gunakan batu

apung/sikat halus.

b) Keringkan dengan handuk terutama sela-sela jari.

c) Periksa kaki kemungkinan adanya perubahan warna (pucat,

kemerahan), bentuk (pecah-pecah, lepuh, kalus, luka), Suhu

(dingin, lebih panas).


d) Bila kaki kering, olesi dengan lotion.

e) Potong kuku / kikir tiap 2 hari, jangan terlalu pendek. Bila

kuku terlalu keras kaki direndam dahulu dalam air hangat

(37,5’C) selama 5 menit.

f) Gunakan kaos kaki yang terbuat dari katun / wol.

g) Pakailah alas kaki, periksa alas kaki sebelum dipakai, mungkin

ada sesuatu didalamnya. Lepas alas kaki setiap 4-6 jam dan

gerakkan pergelangan kaki dan jari-jari kaki agar sirkulasi

darah lancar.

h) Lakukan senam kaki.

i) Jangan biarkan luka sekecil apapun.

c. Cara Memilih Sepatu yang baik bagi penderita DM :

1) Ukuran : Jangan terlalu sempit/ longgar kurang lebih ½ inchi

lebih panjang dari kaki.

2) Bentuk : Ujung sepatu jangan runcing,tinggi tumit < 2 inchi.

3) Bahan sepatu terbuat dari bahan yang lembut.

4) Insole terbuat dari bahan yang tidak licin.

1. Pengkajian Keluarga

Menurut Friedman (2010), pengkajian keluarga mengenai

sejauh mana keluarga melakukan lima tugas kesehatan keluarga yaitu:

b. Mengenal masalah ulkus DM

1) Sejauh mana kemampuan keluarga mengenal masalah ulkus

DM.
2) Apakah keluarga merasa takut akan akibat yang akan dihadapi

dari ulkus DM.

3) Sejauh mana keluarga mengetahui keadaan penyakit DM (yang

meliputi : pengertian, penyebabm tanda dan gejala,

pencegahan)

c. Mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat

untuk ulkus DM.

1) Apabila masalah kesehatan dirasakan oleh anggota keluarga.

2) Sejauh mana keluarga mengenal situasi dan masalah ulkus DM.

3) Apakah keluarga menyerah terhadap masalah ulkus DM yang

dihadapi.

d. Merawat anggota keluarga yang menderita ulkus DM.

1) Sejauh mana anggota keluarga mengetahui tentang sifat dan

perkembangan perawatan yang dibutuhkan penderita ulkus

DM.

2) Sejauh mana anggota keluarga mengetahui tentang ulkus DM.

3) Sejauh mana anggota keluarga mengetahui sumber-sumber

yang ada dalam keluarga.

4) Bagaimana anggota keluarga mengetahui sifat dan

perkembangan peralatan yang dibutuhkan.

5) Bagaimana sikap keluarga terhadap anggota keluarga yang

menderita ulkus DM.

e. Memodifikasi lingkungan yang sehat.


1) Sejauh mana keluarga mengetahui sumber-sumber kesehatan

keluarga yang dimiliki.

2) Sejauh mana keluarga melihat keuntungan pemeliharaan

kesehatan.

3) Sejauh mana keluarga mengetahui upaya pencegahan penyakit.

4) Sejauh mana keluarga mengetahui pentingnya kebersihan

lingkungan.

5) Sejauh mana sikap atau pandangan keluarga terhadap

kebersihan lingkungan.

f. Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada

1) Sejauh mana keluarga mengetahui keberadaan dan keuntungan

yang dapat diperoleh dari fasilitas kesehatan.

2) Sejauh mana keluarga memahami keuntungan-keuntungan

yang diperoleh dari fasilitas kesehatan.

3) Sejauh mana kepercayaan keluarga terhadap pelayanan

kesehatan.

4) Apakah fasilitas kesehatan yang ada terjangkau keluarga.

2. Diagnosa Keperawatan

Fokus diagnosa kesehatan keluarga yang mungkin muncul menurut

Brunner dan Suddarth (2002) :

Risiko cedera berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga

mengetahui gangguan sirkulasi pembuluh darah pada anggota keluarga

yang menderita diabetes melitus.


3. Intervensi Keperawatan

Intervensi Keperawatan menurut Wilkinson (2007) :

Risiko cedera berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga

mengetahui gangguan sirkulasi pembuluh darah pada anggota keluarga

yang menderiata diabetes melitus.

Tujuan Umum : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1

minggu diharapkan keluarga dapat mencegah terjadinya ulkus.

Tujuan Khusus : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5 kali

pertemuan diharapkan keluarga mampu :

a. Tujuan Khusus 1 : Mengenal masalah kesehatan mengenai risiko

terjadinya ulkus.

Intervensi :

1) Bina hubungan saling percaya.

2) Diskusikan dengan keluarga tentang risiko terjadinya ulkus

3) Jelaskan kembali pada keluarga tentang risiko terjadinya ulkus

4) Beri kesempatan keluarga untuk bertanya

5) Evaluasi hasil yang telah didiskusikan bersama

6) Beri reinforcement positif kepada keluarga

b. Tujuan Khusus 2 : Mengambil keputusan mengenai tindakan yang

tepat.

Intervensi :

1) Yakinkan klien menggunakan alas kaki yang sesuai

2) Bantu klien dengan ambulasi, sesuai dengan kebutuhan


c. Tujuan Khusus 3 : Merawat anggota keluarga yang mengalami

ulkus diabetika.

Intervensi:

1) Ajarkan cara pencegahan ulkus diabetik

2) Ajarkan tindakan yang bisa dilakukan bila terjadi ulkus

3) Ajarkan perawatan ulkus diabetik

d. Tujuan Khusus 4 : Memodifikasi

lingkungan Intervensi:

1) Anjurkan lantai rumah dibuat dari bahan yang kasat (tidak

licin)

2) Anjurkan dikamar mandi menggunakan pegangan.

e. Tujuan Khusus 5 : Memanfaatkan pelayaan kesehatan yang ada

Intervensi:

1) Kolaborasi dengan perawat untuk menentukan jumlah makanan

yang dibutuhkan setiap anggota keluarga

2) Anjurkan klien untuk minum obat dan memeriksakan kembali

keadaannya ke Pusat Pelayanan Kesehatan terdekat.

3) Berikan instruksi tertulis tentang manfaat dan pelayanan

kesehatan, sesuai dengan keperluan.

Anda mungkin juga menyukai