Anda di halaman 1dari 8

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Pada bab ini akan diuraikan data penelitian dan pembahasan mengenai Hubungan

Kontak Erat penderita TBC Dengan Angka Kejadian TBC Anak Di Wilayah

Puskesmas Tanjungkerta Tahun 2020.

B. Analisa Univariat

Pada analisa univariat akan ditampilkan distribusi frekuensi dari masing-masing

variabel, baik variabel independen (kontak erat) maupun variabel dependen (kejadian

TBC anak).

Adapun hasil data analisis univariat dideskripsikan sebagai berikut

a. Distribusi Frekuensi Kontak Erat dengan penderita TBC pada anak

Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Kontak Erat dengan Penderita TBC pada anak
PKM Tanjungkerta 2020

Kontak Erat Frekuensi Persentase (%)


Kontak 27 90
Tidak Kontak 3 10
Jumlah 30 100

Berdasarkan tabel 4.1 di atas dapat dilihat 90 % Anak yang menderita TBC telah

Kontak erat dengan penderita TBC.


b. Distribusi Frekuensi Hasil BTA (+) Pada Dewasa

Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Hasil BTA (+) Pada Dewasa
PKM Tanjungkerta 2020

Hasil BTA Frekuensi Persentase (%)


Positif 26 86,7
Negatif 4 13,3
Jumlah 30 100

Berdasarkan tabel 4.2 di atas dapat dilihat 86,7 % hasil BTA (+) pada dewasa yang

positif.

C. Analisa Bivariat

Pada analisa bivariat terlebih dahulu dilakukan tabulasi silang data antara variabel

independen dan variabel dependen, dengan menggunakan uji statistik Chi Square.

Adapun hasil analisis bivariat dideskripsikan sebagai berikut :


a. Hubungan Kontak Erat penderita TBC dengan angka kejadian TBC anak di

wilayah puskesmas tanjungkerta tahun 2020

Tabel 4.3
Hubungan Kontak Erat penderita TBC dengan angka kejadian TBC anak di wilayah
puskesmas tanjungkerta tahun 2020

Kontak Erat Hasil BTA Dewasa


Positif Negatif Jumlah P-
Value
F % f % f %
Kontak 25 72 2 10 27 82 0,004
Tidak Kontak 1 9 2 9 3 18
Jumlah 26 81 4 19 77 100
Berdasarkan tabel 4.3 di atas tentang Hubungan Kontak Erat penderita TBC Dengan Angka

Kejadian TBC Anak Di Wilayah Puskesmas Tanjungkerta Tahun 2020., 82 % ada kontak erat

dengna penderita TBC.

Dari hasil statistik didapatkan bahwa nilai uji Chi Square dengan nilai P-Value = 0,004

dengan alpha 0,05 berarti P-value < dari alpha sehingga dapat disimpulkan ada Hubungan

Kontak Erat penderita TBC Dengan Angka Kejadian TBC Anak Di Wilayah Puskesmas

Tanjungkerta Tahun 2020.

D. Pembahasan

a. Analisa Univariat

a.1 Kontak Erat dengan Penderita TBC pada anak

Didapatkan data 90 % Anak yang menderita TBC telah Kontak erat

dengan penderita TBC. Riwayat kontak adalah adanya hubunngan dengan

penderita (Notoatmodjo,1993).
Dari hasil analisis univariat penelitian ini sejalan dengan journal indah

purnamaningsih (2018) menunjukan bahwa sebanyak 44 orang atau 83%

pernah kontak dengan penderita TBC BTA+, Timbulnya penyakit TB pada

anak dapat dipengaruhi juga oleh riwayat kontak dengan penderita TB dewasa

yang selalu berhubungan dengan anak baik langsung maupun tidak langsung

(Febrian,2015). Sumber penulara adalah pasien TB BTA positif , pada waktu

batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan

dahak . penularan didefinisikan identik sebagai strain TB, terjadi lebih sering

pada individu yang tinggal serumah, ditemukan 55% rumah tangga setidaknya

ada satu individu yang memiliki strain yang tidak dimiliki oleh anggota rumah

tangga lain, ini menunjukkan bahwa penularan dari luar rumah. Penelitian

menunjukkan bahwa anak yang memiliki nkontak dengan TB dewasa aktif

memiliki risiko 42 kali lebih besar untuk terinfeksi TB dibanding dengan yang

tidak memiliki riwayat kontak (Satrio,2015)..

b. Analisa Bivariat

b.1 Hubungan Kontak Erat penderita TBC Dengan Angka Kejadian

TBC Anak Di Wilayah Puskesmas Tanjungkerta Tahun 2020

Didapatkan dari hasil analisa data tentang Kontak Erat penderita TBC Dengan

Angka Kejadian TBC Anak Di Wilayah Puskesmas Tanjungkerta Tahun 2020., di

dapat 82 % ada kontak erat dengna penderita TBC.

Dari hasil statistik didapatkan bahwa nilai uji Chi Square dengan nilai P-Value

= 0,004 dengan alpha 0,05 berarti P-value < dari alpha sehingga dapat disimpulkan ada
Hubungan Kontak Erat penderita TBC Dengan Angka Kejadian TBC Anak Di Wilayah

Puskesmas Tanjungkerta Tahun 2020.

Hasil penelitian ini sejalan dengan jounal Indah Purnamaningsih (2018) bahwa

anak yang memiliki riwayat kontak erat dengan penderita TBC BTA+ memiliki resiko

15 kali lebih besar untuk terkena TBC di bandingkan dengan yang tidak memiliki

kontak erat dengan penderita TBC, dari hasil analis bivariate didapat P-Value 0,001

sehingga ada hubungan yang bermaksa kontak erat dengan kejadian TBC pada anak.

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan (Febrian,2015) Riwayat kontak adalah

adanya hubunngan dengan penderita, Timbulnya penyakit TB pada anak dapat

dipengaruhi juga oleh riwayat kontak dengan penderita TB dewasa yang selalu

berhubungan dengan anak baik langsung maupun tidak langsung Sumber penulara

adalah pasien TB BTA positif , pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan

kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak penularan didefinisikan identik sebagai

strain TB, terjadi lebih sering pada individu yang tinggal serumah, ditemukan 55%

rumah tangga setidaknya ada satu individu yang memiliki strain yang tidak dimiliki oleh

anggota rumah tangga lain, ini menunjukkan bahwa penularan dari luar rumah.

Penelitian menunjukkan bahwa anak yang memiliki nkontak dengan TB dewasa aktif

memiliki risiko 42 kali lebih besar untuk terinfeksi TB dibanding dengan yang tidak

memiliki riwayat kontak (Satrio,2015).

Penelitian lain juga menyatakan bahwa anak yang pernah kontak dengan orang

dewasa yang menderita TB BTA positif atau suspek yang diduga menjadi sumber

penular mempunyai risiko 3,91 kali lebih besar menderita TB, dibandingkan dengan

anak yang tidak mempunyai riwayat kontak (Dudeng,dkk,2006). Anak-anak yang


tinggal dirumah di mana terdapat orang dewasa yang mengidap TB aktif atau yang

memiliki risiko TB, akan memiliki risiko sama tingginya untuk mengidap TB.

Menurut Rosmayudi (2010) sumber penularan yang paling berbahaya adalah

penderita TB dewasa dan orang dewasa yang menderita TB paru dengan kavitas (lubang

pada paru-paru). Kasus seperti ini sangat infeksius dan dapat menularkan penyakit

melalui batuk, bersi dan percakapan. Semakin sering dan lama kontak, makin besar pula

kemungkinan terjadi penularan. Sumber penularan bagi bayi dan anak yang disebut

kontak erat adalah orang tuanya , orang serumah atau orang yang sering berkunjunng

dan sering berinteraksi lagsung (Kemenkes RI,2013).

Sumber penularan adalah pasien TB yang mengandung kuman TB dalam

dahaknya. Pada waktu batuk atau bersin , pasien menyebarkan kuman ke udara dalam

bentuk percikan dahak (droplet nuclei/percikan renik). Infeksi terjadi apabila seseorang

menghirup udara yang mengandung percikan dahak yang infeksius. Sekali batuk dapat

menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak yang mengandung kuman sebanyak 0-3500

M.tuberculosis. Sedangkan kalau bersin dapat mengeluarkan sebanyak 4500-1.000.000

M. Tuberculosis (Menkes RI,2016).

Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang

di keluarkan dari parunya. Semakin tinggi derajad positif hasil pemeriksaan dahak,

maka makin menular penderita tersebut. Bila hasil pemeriksaan dahak negatif maka

penderita tersebut dianggap tidak menular. Kemungkinan seseorang terinfeksi TB

ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut

(Depkes RI, 2003). Ahli lain mengatakan bahwa transmisi dari bakteri penyebab TB

tersebut adalah dari manusia ke manusia ( kecuali pada M. Bovis). Bentuk kontaminasi
lain yang lebih jarang terjadi adalah kontaminasi pada petugaslaboratorium yang

menangani biakan bakteri dari sputum penderita, selain itu pada beberapa kasus juga

dilaporkan adanya kotaminasi lewat makanan untuk jenis M. bovis (Varaine,dkk,2010).

Selain menginfeksi orang dewasa, infeksi tuberkulosis dapat menginfeksi bayi

dan anak (TB milier ). TB anak adalah Penyakit TB yang terjadi pada umur 0-14 tahun

(Kemenkes, 2013). TB pada anak merupakan transmisi terbaru dan berkelanjutan

bakteri TB. Anak-anak paling sering terinfeksi TB oleh kontak terdekat, seperti anggota

keluarga. Anak-anak dapat menularkan penyakit TB pada semua tingkat usia. Usia

yang paling sering terjangkit penyakit TB adalah antara 1 sampai 4 tahun. Anak bisa

mengalami sakit TB segera setelah terinfeksi bakteri TB atau di kemudian hari ketika

terjadi pelemahan sistem imunitas sehingga bakteri TB kembali aktif dan

berkembangbiak di dalam tuuh. Jika tidak iobati kuman TB akan terus menetap di

dalam tubuh seumur hidu dan memungkinkan untuk menginfeksi anak-anak mereka

kelak (CDC: TB in Children, 2013).

Anda mungkin juga menyukai