PENDAHULUAN
1
teori lain ikut berperan kedalam dimensi struktural dan fungsional adalah teori
komunikasi, peran dan stress keluarga.
1.3 TUJUAN
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa diharapkan mampu memberikan asuhan keperawatan keluarga
sesuai dengan konsep dan teori keperawatan keluarga.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu memahami konsep dasar asuhan keperawatan
keluarga
2. Mahasiswa mampu menentukan diagnosa keperawatan keluarga
3. Mahasiswa mampu menyusun perencanaan asuhan keperawatan keluarga
4. Mahasiswa mampu melaksanakan implementasi keperawatan keluarga
5. Mahasiswa mampu melaksanakan evaluasi dengan pendekatan pada
keluarga bina asuhan keperawatan keluarga
6. Mahasiswa mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan keluarga
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
7
2.1.4 Stress dan Coping Keluarga
a. Hill dalam Friedman, Bowden, dan Jones (2003)
Stressor merupakan agen pencetus stress atau penyebab yang
mengaktifkan stress seperti kejadian-kejadian dalam hidup yang cukup
serius (lingkungan, ekonomi, social budaya) yang menimbulkan
perubahan-perubahan dalam sistem keluarga. Stress adalah respon atau
keadaan yang dihasilkan oleh stressor atau oleh tuntutan-tuntutan nyata
yang belum tertangani. Stress merupakan tekanan dalam diri seseorang
atau sistem social (individu, keluarga) (Burgess dalam Friedman,
Bowden, dan jones (2003). Adaptasi merupakan suatu proses penyesuaian
terhadap perubahan yang dapat positif atau negative yang dapat
mempengaruhi meningkat atau menurunya kesehatan keluarga (Bugess
dalam Friedman,Bowden, dan jones (2003).
Ada tiga strategis untuk adaptasi menurut White (dalam
Friedman,Bowden,dan jones (2003), yaitu :
1. Mekanisme pertahanan
Merupakan cara-cara yang dipelajari,kebiasaan,otomatis untuk
berespon yang bertujuan untuk menghindari masalah-masalah yang
dimiliki stressor dan biasanya digunakan apabila tidak ada
penyelesaian yang jelas dalam keluarga.
2. Strategi koping
Merupakan perilaku koping atau upaya-upaya koping dan merupakan
strategi yang positif, aktif, serta khusus untuk masalah, yang
disesuaikan untuk pemecahan suatu masalah yang dihadapi keluarga.
3. Penguasaan
Merupakan strategi adaptasi yang paling positif karena keadaan koping
bebar-benar diatasi sebagai hasil dari upaya –upaya koping yang
efektif dan dipraktikkan dengan baik yang didasarkan pada kompetensi
keluarga.
8
b. Sumber dasar Stress keluarga
1. Kontak penuh stress anggota keluarga dengan kekuatan diluar
keluarga, Sumber stress antara lain: Kehilangan pekerjaan, kena tindak
pidana, masalah sekolah, masalah perkawinan dll.
2. Kontak penuh stress seluruh anggota keluarga dengan kekuatan diluar
keluarga. Sumber stress antara lain: kemiskinan, krisis ekonomi, krisis
keamanan dll.
3. Stressor situasional
Biasanya stressor ini terantisipasi dan memaksa kapasitas koping
seperti: Anggota keluarga ada yang di rumah sakit sehingga perlu
redistribusi peran dan fungsi keluarga.
4. Stressor tradisional
Merupakan masalah-masalah transisi yang sering terjadi dalam
perkembangan keluarga seperti: keluarga dengan bayi; keluarga
dengan anak remaja : blended family; keluarga dengan orang tua
(kakek dan nenek ), keluarga dengan anak dewasa; dan keluarga
dengan ditinggal pasangannya
c. Tahap waktu stress dan tugas koping
1. Periode Ante stress
Masa sebelum melakukan konfrontasi yang sebernarnya dengan
stressor.Contoh masuknya anak ke tingkat pendidikan yang lebih
tinggi. Antisipasi juga dimungkinkan, sudah menyadari adanya
kejadian atau ancaman yang akan datang.
2. Periode stress actual
Strategi adaptif selama masa stress biasanya memiliki intensitas dan
jenis taktik yang digunakan sebelum terjadinya stressor dan stress yang
berbeda-beda. Respon koping yang paling dapat membantu dalam
masa-masa penuh stress biasanya respon-respon yang datangnya dari
keluarga.
3. Periode paska stress
9
Strategi yang digunakan untuk mengembalikan keluarga perlu bersatu,
mengungkapkan perasaan satu sama yang lain untuk memecahkan
masalah bersama.
d. Dampak stressor (lihat hal. 446, Friedman,1992)
Dampak stressor tergantung pada kualitas dan kuantitasnya sehingga
Holmes dan Rahe membuat skala-skala dari kejadian hidup yang dapat
menimbulkan stress, sesuai urutan yang paling membuat stress adalah
1. kematian pasangan
2. perceraian
3. perpisahan perkawinan
4. lamanya dipenjara
5. kematian anggota keluarga dekat
6. sakit pribadi dll
e. Strategi koping keluarga
1. Strategi koping keluarga internal (intrafamilial)
a. Mengandalkan kelompok keluarga
b. Penggunaan humor
c. Memelihara ikatan keluarga
d. Mengontrol arti dari masalah dan penyusunan kembali dan kognitif
e. Pemecahan masalah secara bersama
f. Fleksibilitas peran
g. Normalisasi keadaan
2. Strategi koping keluarga eksternal (ekstrafamilial)
a. Mencari informasi
b. Memelihara hubungan aktif dengan berkomunikasi
c. Mencari dukungan social
d. Mencari dukungan spiritual
a) Lansia yang berbudi sentosa: orang tua ini meskipun diridai Tuhan Yang
Maha Esa dengan rezeki, tetapi tetap berusaha terus, disertai selalu in
ingat dan waspada.
b) Lansia yang lemah : orang tua yang putus asa sebaiknya hanya
menjauhkan diri dari keduniawan, supaya mendapat kasih sayang Tuhan.
a) Tipe optimis : lansia santai dan periang, penyesuain cukup baik, mereka
memandang masalah lansia dalam bentuk bebas dari tanggung jawab dan
sebagai kesemptan untuk menuruti kebutuhan pasifnya. Tipen ini sering
disebut juga lansia tipe kursi goyang (the rock king chairman)
b) Tipe konstruktif : lnsia ini mempunyai intregits baik, dapat meniukamti
hidup, mempunyi tolernsi yang tinggi, humoristik, fleksibel dan tahu diri.
Biasanya, sift ini terlihat sejak muda. Mekeka dengan tenang menghadapi
proses menua dan menghadapi akhir.
c) Tipe ketergantungan : lansia ini masih dapat diterim ditengah msyarakat,
tetapi selalu pasif, tidak berambisi, masih tahu diri, tidak mempunyi
inisitif dn bila bertindak yang tidak praktis. Ia senang pensiun tidak suka
berkerja dan senang berlibur, banyak makan, banyak minum.
14
d) Tipe defensif : lansia biasnya mempunyai riwayat pekerjaan tau jbatn
yang tidak terkontrol, memegang teguh kebiasan, bersifat komplusif,
anehnya mereka tkut menghadapi menjadi tua dan menyenangi masa
pensiun.
e) Tipe militan dan serius : lansia yang tidak mudah menyerah, serius
senang berjuang, bisa menjadi pnutan.
f) Tipe pemarah frustasi: lansia yang pemarah, tidak sabar, mudah
tersinggung, selalu menyalahkan orang lain, menunjukan penyesuaian
yang buruk. Lansia sering mengekspresikan kepahitan hidupnya.
g) Tipe bermusuhan: lansia yang selalu menganggap orang lain yang
menyebabkan kegagalan, selalu mengeluh, bersifat agresif, dan curiga.
Biasanya, pekerjaan saat ia muda tidak stabil. Menganggap menjadi tua
itu bukan hal yang baik, takut mati, iri hati pada orang yang muda, senang
mengadu untung pekerjaan, aktif menghindari masa yang buruk.
h) Tipe putus asa: membenci dan menyalahkan diri sendiri. Lansia ini
bersifat kritis dan menyalahkan diri sendiri. Tidak mempunyai ambisi,
mengalami penurunan sosio-ekonomi, tidak dapat menyesuaikan diri.
Lansia tidak hanya mengalami kemerahan, tetapi juga depresi,
memandang lansia sebagai tidak berguna karena masa yang tidak
menarik. Biasanya perkawinan tidak bahagia, merasa menjadi korban
keadaan, membenci diri sendiri dan ingin cepat mati.
3.1.2 Etiologi
Pada lansia cenderung terjadi peningkatan berat badan, bukan
karena mengkonsumsi kalori berlebih namun karena perubahan rasio
16
lemak-otot dan penurunan laju metabolisme basal. Hal ini dapat menjadi
faktor predisposisi terjadinya diabetes mellitus. Penyebab diabetes
mellitus pada lansia secara umum dapat digolongkan ke dalam dua besar:
a) Proses menua/kemunduran (Penurunan sensitifitas indra pengecap,
penurunan fungsi pankreas, dan penurunan kualitas insulin sehingga
insulin tidak berfungsi dengan baik).
b) Gaya hidup (life style) yang jelek (banyak makan, jarang olahraga,
minum alkohol, dll.)
Keberadaan penyakit lain, sering menderita stress juga dapat menjadi
penyebab terjadinya diabetes mellitus.
Selain itu perubahan fungsi fisik yang menyebabkan keletihan dapat
menutupi tanda dan gejala diabetes dan menghalangi lansia untuk
mencari bantuan medis. Keletihan, perlu bangun pada malam hari
untuk buang air kecil, dan infeksi yang sering merupakan indikator
diabetes yang mungkin tidak diperhatikan oleh lansia dan anggota
keluarganya karena mereka percaya bahwa hal tersebut adalah bagian
dari proses penuaan itu sendiri.
3.1.3 Patofisiologi
Dalam proses metabolisme, insulin memegang peranan penting
yaitu memasukkan glukosa ke dalam sel yang digunakan sebagai bahan
bakar. Insulin adalah suatu zat atau hormon yang dihasilkan oleh sel beta
di pankreas. Bila insulin tidak ada maka glukosa tidak dapat masuk sel
dengan akibat glukosa akan tetap berada di pembuluh darah yang artinya
kadar glukosa di dalam darah meningkat.
Pada Diabetes melitus tipe 1 terjadi kelainan sekresi insulin oleh
sel beta pankreas. Pasien diabetes tipe ini mewarisi kerentanan genetik
yang merupakan predisposisi untuk kerusakan autoimun sel beta
pankreas. Respon autoimun dipacu oleh aktivitas limfosit, antibodi
terhadap sel pulau langerhans dan terhadap insulin itu sendiri.
Pada diabetes melitus tipe 2 yang sering terjadi pada lansia, jumlah
insulin normal tetapi jumlah reseptor insulin yang terdapat pada
17
permukaan sel yang kurang sehingga glukosa yang masuk ke dalam sel
sedikit dan glukosa dalam darah menjadi meningkat.
18
3.1.5 klasifikasi
a) diabetes militus tipe I: Destruksi sel beta, umumnya menjurus ke
defisiensi insulin absolute baik melalui proses imunologik, maupun
idiopatik.
Karakteristik DM tipe I:
1. Mudah terjadi ketoasidosis
2. Pengobatan harus dengan insulin
3. Onset akut
4. Biasanya kurus
5. Biasanya terjadi pada umur yang masih muda
6. Berhubungan dengan HLA-DR3 dan DR4
7. Didapatkan antibodi sel islet
8. 10%nya ada riwayat diabetes pada keluarga
b) Diabetes militus tipe II: Bervariasi mulai yang perdominan gangguan
sekresi insulin bersama resistensi insulin. Karakteristik DM tipe II:
1. Sukar terjadi ketoasidosis
2. Pengobatan tidak harus dengan insulin
3. Onset lambat
4. Gemuk atau tidak gemuk
5. Biasanya terjadi pada umur > 45 tahun
6. Tidak berhubungan dengan HLA
7. Tidak ada antibodi sel islet
8. 30%nya ada riwayat diabetes pada keluarga
9. ± 100% kembar identik terkena
3.1.6 Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi diabetes mellitus adalah mencoba menormalkan
aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi
komplikasi vaskuler serta neuropati. Tujuan terapeutik pada setiap tipe
diabetes adalah mencapai kadar glukosa darah normal.
Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes :
a) Diet
Suatu perencanaan makanan yang terdiri dari 10% lemak, 15%
Protein, 75% Karbohidrat kompleks direkomendasikan untuk
mencegah diabetes. Kandungan rendah lemak dalam diet ini tidak
19
hanya mencegah arterosklerosis, tetapi juga meningkatkan aktivitas
reseptor insulin.
b) Latihan
Latihan juga diperlukan untuk membantu mencegah diabetes.
Pemeriksaan sebelum latihan sebaiknya dilakukan untuk memastikan
bahwa klien lansia secara fisik mampu mengikuti program latihan
kebugaran. Pengkajian pada tingkat aktivitas klien yang terbaru dan
pilihan gaya hidup dapat membantu menentukan jenis latihan yang
mungkin paling berhasil. Berjalan atau berenang, dua aktivitas dengan
dampak rendah, merupakan permulaan yang sangat baik untuk para
pemula. Untuk lansia dengan NIDDM, olahraga dapat secara langsung
meningkatkan fungsi fisiologis dengan mengurangi kadar glukosa
darah, meningkatkan stamina dan kesejahteraan emosional, dan
meningkatkan sirkulasi, serta membantu menurunkan berat badan.
c) Pemantauan
Pada pasien dengan diabetes, kadar glukosa darah harus selalu
diperiksa secara rutin. Selain itu, perubahan berat badan lansia juga
harus dipantau untuk mengetahui terjadinya obesitas yang dapat
meningkatkan resiko DM pada lansia.
d) Terapi (jika diperlukan)
Sulfoniluria adalah kelompok obat yang paling sering diresepkan dan
efektif hanya untuk penanganan NIDDM. Pemberian insulin juga
dapat dilakukan untuk mepertahankan kadar glukosa darah dalam
parameter yang telah ditentukan untuk membatasi komplikasi
penyakit yang membahayakan.
e) Pendidikan
1. Diet yang harus dikomsumsi
2. Latihan
3. Penggunaan insulin
20
3.2 KONSEP DASAR ASKEP KELUARGA PADA TAHAP VIII
3.2.1 Pengkajian
Proses pengakajian keluarga dapat berasal dari berbagai sumber seperti
wawancara, observasi rumah keluarga dan fasilitasnya, pengalaman yang
dilaporkan anggota keluarga.
a. Data umum
1) Yang perlu dikaji pada data umum antara lain nama kepala
keluarga dan anggota keluarga, alamat, jenis kelamin, umur,
pekerjaan dan pendidikan.
2) Genogram
4) Suku
22
c. Lingkungan
1) Karakteristik rumah
23
mengenai nilai dan norma yang dianut oleh keluarga yang
berhubungan dengan penyakit diabetes mellitus.
e. Fungsi Keluarga
1) Fungsi Afektif
2) Fungsi Sosialisasi
3) Sistem Integumen
Biasanya pada penderita diabetes mellitus akan ditemui turgor kulit
menurun, kulit menjadi kering dan gatal. Jika ada luka atau maka
warna sekitar luka akan memerah dan menjadi warna kehitaman
jika sudah kering. Pada luka yang susah kering biasanya akan
menjadi ganggren.
4) Sistem Pernafasan
Dikaji adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Biasanya
pada penderita diabetes mellitus mudah terjadi infeksi pada sistem
pernafasan.
5) Sistem Kardiovaskuler
Pada penderita diabetes mellitus biasanya akan ditemui perfusi
jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang, takikardi /
bradikardi, hipertensi / hipotensi, aritmia, kardiomegalis.
26
6) Sistem Gastrointestinal
Pada penderita diabetes mellitus akan terjadi polifagi, polidipsi,
mual, muntah, diare, konstipasi, dehidrasi, perubahan berat badan,
peningkatan lingkar abdomen dan obesitas.
7) Sistem Perkemihan
Pada penderita diabetes mellitus biasanya ditemui terjadinya
poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit
saat berkemih.
8) Sistem Muskuluskletal
Pada penderita diabetes mellitus biasanya ditemui terjadinya
penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi badan,
cepat lelah, lemah dan nyeri, adanya gangren di ekstrimitas.
9) Sistem Neurologis
Pada penderita diabetes mellitus biasanya ditemui terjadinya
penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk,
reflek lambat, kacau mental, disorientasi dan rasa kesemutan pada
tangan atau kaki.
3.2.2 Diagnosa
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai individu,
keluarga, atau masyarakat yang diperoleh melalui suatu proses pengumpulan
data dan analisa data secara cermat, memberikan dasar untuk menetapkan
tindakan-tindakan dimana perawat bertanggung jawab untuk melaksanakannya
(Harmoko, hal 86; 2012)
27
g. Resiko syok hipovolemik
h. Resiko kerusakan integritas kulit
i. Resiko cidera
3.2.3 Intervensi
Rencana keperawatan keluarga merupakan kumpulan tindakan yang
direncanakan perawat untuk dilaksanakan dalam menyelesaikan atau mengatasi
masalah kesehatan/masalah keperawatan yang telah di identifikasi (Harmoko,
hal 93; 2012).
Langkah-langkah mengembangkan rencana asuhan keperawatan keluarga
(Harmoko, hal 94; 2012)
a. Menentukan sasaran atau goal.
b. Menentukan tujuan dan objek.
c. Menentukan pendekatan dan tindakan keperawatan yang akan dilakukan.
d. Menentukan kriteria dan standar kriteria.
3.2.4 Implementasi
Pelaksanaan merupakan salah satu tahap dari proses keperawatan keluarga
dimana perawat mendapatkan kesempatan untuk membangkitkan minat
keluarga dalam mengadakan perbaikan ke arah perilaku hidup sehat (Harmoko,
hal 97; 2012)
Tindakan keperawatan keluarga mencakup hal-hal di bawah ini (Harmoko,
hal 98; 2012)
a. Menstimulasi kesehatan atau penerimaan keluarga mengenai kebutuhan
kesehatan dengan cara memberikan informasi kesehatan, mengidentifikasi
kebutuhan, dan harapan tentang kesehatan, serta mendorong sikap emosi
yang sehat terhadap masalah.
b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat
dengan cara mengidentifikasi konsekuensi untuk tidak melakukn tindakan,
mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga, dan
mendiskusikan konsekuensi setiap tindakan.
c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang sakit
dengan cara mendemonstrasikan cara perawatan, menggunakan alat dan
28
fasilitas yang ada di rumah, dan mengawasi keluarga melakukan
perawatan.
d. Membantu keluaga untuk menemukan cara membuat lingkungan menjadi
sehat dengan menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga
dan melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin.
e. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan dengan cara
mengenalkan fasilitas kesehatan yang ada dilingkungan keluarga cara
menggunakan fasilitas tersebut.
3.2.5 Evaluasi
Tahap terakhir dari proses keperawatan adalah evaluasi. Tahap penilaian
atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan terencana tentang
kesehatan keluarga dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara
bersinambungan dnegan melibatkan klien dengan tenaga kesehatan lainnya.
Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan keluarga dalam mencapai
tujuan (Dion & Betan,2013)
29
BAB 3
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Pentingnya peran keluarga dalam membangun masyarakat yang berkompeten.
Selain itu, pentingnya peran setiap anggota keluarga dalam menerapkan setiap
perannya secara optimal agar mencapai kehidupan masyarakat yang
harmonis.Beberapa penyebab yang menyebabkan hilangnya fungsi keluarga secara
bertahap dalam kehidupan era globalisasi yang menyebabkan turunnya kualitas
setiap individu dalam sebuah keluarga dalam mencapai kehidupan masyarakat yang
berkompeten. Namun masalah yang menggangu fungsi keluarga tentu dapat teratasi
sebagaimana anggota keluarga menanggapinya.
Untuk dapat mencapai suatu tujuan yang sama, yaitu mencapaikehidupan
masyarakat yang harmonis dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat dan
bernegara dengan baik. Kepada setiap pembaca yangmerupakan sebuah keluarga
yang merupakan kelompok terkecil dalam masyarakat agar menerapkan perilaku
yang baik dalam setiap fungsi yangharus di terapkan dalam masyarakat dan tidak
menyimpang dari fungsi-fungsi tersebut
4.2 SARAN
4.2.1 Bagi penyusun, agar lebih giat lagi dalam mencari referensi-referensi dari
sumber rujukan, karena dengan semakin banyak sumber yang di dapat
semakin baik makalah yang dapat disusun.
4.2.2 Bagi Institusi, agar dapat menyediakan sumber-sumber bacaan baru, sehingga
dapat mendukung proses belajar mengajar.
4.2.3 Bagi pembaca, agar dapat memberikan masukan yang bersifat membangun
demi kesempurnaan penyusunan makalah ini.
30
DAFTAR PUSTAKA
31