PEMBAHASAN
Iskemia miokardium
Metabolisme
anaerob ↑ pH ↓
Fungsi ventrikel kiri ↓ Mekanisme kompensasi
mempertahankan curah
Produksi asam laktat ↑ jantung dan perfusi perifer
Kontraktilitas ↓
KETIDAKEFEKTIFAN PERFUSI
JARINGAN PERIFER
2.1.7 Pemeriksaan Penunjang
1. EKG, Untuk mengetahui fungsi jantung : T. Inverted, ST depresi, Q. Patologis
2. Enzim Jantung, CPKMB, LDH, AST
3. Elektrolit, Ketidakseimbangan dapat mempengaruhi konduksi dan kontraktilitas
missal hipokalemi, hiperkalemi
4. Sel darah putih, Leukosit ( 10.000 – 20.000 ) biasanya tampak pada hari ke-2
setelah IMA berhubungan dengan proses inflamasi
5. Kecepatan sedimentasi, Meningkat pada ke-2 dan ke-3 setelah IMA , menunjukkan
inflamasi.
6. Kimia, Mungkin normal, tergantung abnormalitas fungsi atau perfusi organ akut
atau kronis.
7. GDA. Dapat menunjukkan hypoksia atau proses penyakit paru akut atau kronis.
8. Kolesterol atau Trigliserida serum. Meningkat, menunjukkan arteriosclerosis
sebagai penyebab IMA.
9. Foto dada, Mungkin normal atau menunjukkan pembesaran jantung diduga GJK
atau aneurisma ventrikuler.
10. Ekokardiogram, Dilakukan untuk menentukan dimensi serambi, gerakan katup
atau dinding ventrikuler dan konfigurasi atau fungsi katup.
11. Pemeriksaan pencitraan nuklir
a. Talium : mengevaluasi aliran darah miocardia dan status sel miocardia missal
lokasi atau luasnya IMA
b. Technetium : terkumpul dalam sel iskemi di sekitar area nekrotik
12. Pencitraan darah jantung (MUGA), Mengevaluasi penampilan ventrikel khusus
dan umum, gerakan dinding regional dan fraksi ejeksi (aliran darah)
13. Angiografi coroner
Menggambarkan penyempitan atau sumbatan arteri koroner. Biasanya dilakukan
sehubungan dengan pengukuran tekanan serambi dan mengkaji fungsi ventrikel
kiri (fraksi ejeksi). Prosedur tidak selalu dilakukan pada fase IMA kecuali
mendekati bedah jantung angioplasty atau emergensi.
14. Digital subtraksion angiografi (PSA), Teknik yang digunakan untuk
menggambarkan
15. Nuklear Magnetic Resonance (NMR), Memungkinkan visualisasi aliran darah,
serambi jantung atau katup ventrikel, lesivaskuler, pembentukan plak, area
nekrosis atau infark dan bekuan darah.
16. Tes stress olah raga, Menentukan respon kardiovaskuler terhadap aktifitas atau
sering dilakukan sehubungan dengan pencitraan talium pada fase penyembuhan.
(Barara Engram , 1998)
2.1.8 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi antara lain :
1. Kemungkinan kematian akibat komplikasi selalu menyertai IMA. Oleh karena itu,
tujuan kolaborasi utama antara lain pencegahan komplikasi yang mengancam jiwa
atau paling tidak mengenalinya. (M.Black, Joyce, 2014 : 347).
2. Disritmia
Disritmia merupakan penyebab dari 40 % hingga 50 % kematian setelah IMA.
Ritme ektopik muncul pada atau sekitar batas dari jaringan miokardium yang
iskemik dan mengalami cedera parah. Miokardium yang rusak juga dapat
mengganggu system konduksi, menyebabkan disosiasi atrium dan ventrikel (blok
jantung). Supraventrikel takikardia (SVT) kadang kala terjadi sebagai akibat gagal
jantung. Reperfusi spontan atau dengan farmakologis dari area yang sebelumnya
iskemik juga dapat memicu terjadinya ventrikel disritmia. (M.Black, Joyce, 2014 ;
347)
3. Syok kardiogenik
Syok kardiogenik berperan hanya pada 9 % kematian akibat IMA, tetapi lebih
dari 70 % klien syok meninggal karena sebab ini. Penyebabnya antara lain (1)
penurunan kontraksi miokardium dengan penurunan curah jantung, (2) disritmia
tak terdeteksi, dan (3) sepsis. (M.Black, Joyce, 2014 :347)
4. Gagal jantung dan edema paru
Penyebab kematian paling sering pada klien rawat inap dengan gangguan
jantung adalah gagal jantung. Gagal jantung melumpuhkan 22 % klien laki-laki
dan 46 % wanita yang mengalami IMA serta bertanggung jawab pada sepertiga
kematian setelah IMA. (M.Black, Joyce, 2014 :347)
5. Emboli paru
Emboli paru (PE) dapat terjadi karena flebitis dari vena kaki panggul
(trombosis vena) atau karena atrial flutter atau fibrilasi. Emboli paru terjadi pada
10 % hingga 20 % klien pada suatu waktu tertentu, saat serangan akut atau pada
periode konvalensi. (M.Black, Joyce, 2014: 347)
6. Infark miokardum berulang
Dalam 6 tahun setelah IMA pertama, 18 % lakilaki dan 35 % wanita dapat
mengalami IMA berulang. Penyebab yang mungkin adalah olahraga berlebih,
embolisasi, dan oklusi trombotik lanjutan pada arteri coroner oleh atheroma.
(M.Black, Joyce, 2014 : 347)
7. Komplikasi yang disebabkan oleh nekrosis miokardium.
Komplikasi yang terjadi karena nekrosis dari miokardium antara lain aneurisme
ventrikel, ruptur jantung (ruptur miokardium), defek septal ventrikel (VSD), dan
otot papiler yang ruptur. Komplikasi ini jarang tetapi serius, biasanya terjadi
sekitar 5 hingga 7 ahri setelah MI. Jaringan miokardium nekrotik yang lemah dan
rapuh akan meningkatkan kerentanan terkena komplikasi ini. (M.Black, Joyce,
2014 : 347)
8. Perikarditis
Sekitar 28 % klien dengan MI akut transmural akan mengalami pericarditis
dini (dalam 2 hingga 4 hari). Area yang mengalami infark akan bergesekan dengan
permukaan pericardium dan menyebabkan hilangnya cairan pelumas. Gesekan
friksi pericardium dapat didengar di area prekardial. Klien mengeluh bahwa nyeri
dada memburuk dengan gerakan, inspirasi dalam, dan batuk. Nyeri pericarditis
akan mereda dengan duduk dan condong ke depan. (M.Black, Joyce, 2014 : 348)
9. Sindrom dressler (perikarditis akut)
Sindrom dressler, suatu bentuk pericarditis, dapat terjadi paling akhir enam
minggu hingga beberapa bulan setelah IMA. Walaupun agen penyebabnya tidak
diketahui, diduga terjadi karena faktor autoimun. Klien biasanya datang dengan
demam berlangsung satu minggu atau lebih, nyeri dadaperikardium, gesekan friksi
pericardium, dan kadang kala pleuritis dengan efusi pleura. Ini merupakan
fenomena yang akan sembuh sendiri dan tidak ada pengobatan yang telah
diketahui. Terapi meliputi aspirin, prednisone, dan analgesic opioid untuk nyeri.
Terapi antikoagulasi dapt memicu tamponade kordis dan harus dihindari pada
klien ini. (M.Black, Joyce, 2014 : 348)
2.1.9 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan utama dari dokter adalah untuk mencegah kematian, perawatan
terhadap pasien infark miokard ditujukan untuk meminimalkan keluhan dan stres serta
untuk membatasi perluasan kerusakan miokard. Perawatan tersebut dapat dibagi
menjadi 3 fase (Hopper, 1989) :
1. Penanganan darurat dengan pertimbangan utama untuk menghilangkan nyeri dan
mencegah atau menangani henti jantung.
2. Penanganan dini dengan pertimbangan utama untuk reperfusi dan mencegah
perluasan infark, serta untuk menangani komplikasi akut seperti kegagalan pompa
jantung, syok dan aritmia yang mengancam jiwa.
3. Penanganan lanjut yang ditujukan untuk menangani komplikasi yang terjadi di
CCU (coronary care unit), dan post CCU.
Tujuan dari penanganan pada infark miokard adalah menghentikan perkembangan
serangan jantung, menurunkan beban kerja jantung (memberikan kesempatan untuk
penyembuhan) dan mencegah komplikasi lebih lanjut.Berikut ini adalah penanganan
yang dilakukan pada pasien dengan IMA:
1. Berikan oksigen meskipun kadar oksigen darah normal. Persediaan oksigen yang
melimpah untuk jaringan, dapat menurunkan beban kerja jantung. Oksigen yang
diberikan 5-6 L /menit melalu binasal kanul.
2. Pasang monitor kontinyu EKG segera, karena aritmia yang mematikan dapat
terjadi dalam jam-jam pertama pasca serangan
3. Pasien dalam kondisi bedrest untuk menurunkan kerja jantung sehingga mencegah
kerusakan otot jantung lebih lanjut. Mengistirahatkan jantung berarti memberikan
kesempatan kepada sel-selnya untuk memulihkan diri
4. Pemasangan IV line untuk memudahkan pemberan obat-obatan dan nutrisi yang
diperlukan. Pada awal-awal serangan pasien tidak diperbolehkan mendapatkan
asupa nutrisi lewat mulut karena akan meningkatkan kebutuhan tubuh erhadap
oksigen sehingga bisa membebani jantung.
5. Pasien yang dicurigai atau dinyatakan mengalami infark seharusnya mendapatkan
aspirin (antiplatelet) untuk mencegah pembekuan darah. Sedangkan bagi pasien
yang elergi terhadap aspirin dapat diganti dengan clopidogrel.
6. Nitroglycerin dapat diberikan untuk menurunkan beban kerja jantung dan
memperbaiki aliran darah yang melalui arteri koroner. Nitrogliserin juga dapat
membedakan apakah ia Infark atau Angina, pada infark biasanya nyeri tidak
hilang dengan pemberian nitrogliserin.
7. Morphin merupakan antinyeri narkotik paling poten, akan tetapi sangat
mendepresi aktivitas pernafasan, sehingga tdak boleh digunakan pada pasien
dengan riwayat gangguan pernafasan. Sebagai gantinya maka digunakan petidin
8. Pada prinsipnya jika mendapatkan korban yang dicurigai mendapatkan serangan
jantung, segera hubungi 118 untuk mendapatkan pertolongan segera. Karena
terlambat 1-2 menit saa nyawa korban mungkin tidak terselamatkan lagi.
berakibat berkurangnya produksi nitri oksida sehingga terjadi spasme otot polos
dinding pembuluh darah. Hipersenti yang sebagian diakibatkan dengan adanya
penyempitan pada arteri renalis dan hipo perfusi ginjal dan kedua hal ini
disebabkan lesi arteri oleh arteroma dan memberikan komplikasi trombo emboli
(J.C.E Underwood, 2012 : 130)
f. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat penyakit jantung keluarga, diabetes mellitus, peningkatan kolesterol
darah, kegemukan, hipertensi, yang beresiko diturunkan secara genetik
berdasarkan kebiasaan keluarganya. (Ni Luh Gede Y, 2011 : 94)
g. Riwayat Psikososial
Rasa takut, gelisah dan cemas merupakan psikologis yang sering muncul pada
klien dan keluarga. Hal ini terjadi karena rasa sakit, yang dirasakan oleh klien.
Peubhan psikologis tersebut juga muncul akibat kurangnya pengetahuan
terhadap penyebab, proses dan penanganan penyakit infark miokard akut. Hal ini
terjadi dikarenakan klien kurang kooperatif dengan perawat. (Ni Luh Gede Y,
2011 : 94)
h. Pemeriksaan Fisik
Pengkajian tentang penyakit infark miokard pada pemeriksaan fisik sebagai
berikut :
Menggunakan metode sistem B1-B6
1. Breath (Pernafasan)
Gejala :
a) Dispenia dengan atau tanpa kerja, dispenia nokturnal
b) Batuk dengan atau tanpa sputum
c) Riwayat merokok, penyakit pernapasan kronis
Tanda :
a) Peningkatan frekuensi pernapasan, napas sesak/kuat
b) Bunyi napas : krekel/mengi
c) Sputum : bersih, merah muda kental
2. Blood (Sirkulasi)
Gejala :
Riwayat infark miokard sebelumnya, penyakit arteri koroner,GJK, masalah
tekanan darah, diabetes melitus
Tanda :
a) TD : dapat normal atau naik turun, perubahan postural dicatat dari
tidur sampai duduk/berdiri
b) Nadi: dapat normal : penuh/tak kuat,atau lemah/kuat kualitasnya
dengan pengisian kapiler lambat,tidak teratur(distrimia) mungkin terjadi
c) Bunyi jantung: bunyi jantung ekstra: s3/s4 mungkin menunjukkan gagal
jantung/penurunan kontraktilitas atau komplain ventrikel
d) Murmur : bila ada menunjukkan gagal katup atau disfungsi oto papilar
e) Friksi : dicurigai perikarditis
f) Irama jantung : dapat teratur atau tak teratur
g) Edema : distensi vena jaguler,edema dependen/perifer,edema umum,
krekels,mungkin ada dengan gagal jantung/ventrikel
h) Warna: pucat atau sianosis/kulit abu-abu,kuku datar pada membran
mukosa dan bibir
3. Brain (Integritas Ego)
Gejala :
a) Menyangkal gejala penting/adanya kondisi
b) Takut mati, perasaan ajal sudah dekat
c) Marah pada penyakit
d) Kuatir dengan keluarga,kerja dan keuangan
Tanda :
a) Menolak, menangkal, cemas, kurang kontak mata
b) Gelisah, marah, perilaku menyerang
c) Fokus pada diri sendiri,nyeri
4. Bowel (Usus)
a) Tanda : normal atau bunyi usus menurun
5. Bladder
6. Bone (Muskulusskleletal)
Analgesic
Administration :
Tentukan
lokasi,
karakteristik,
dan derajat
nyeri
sebelum
pemberian
obat
Cek intruksi
dokter
tentang jenis
obat , dosis,
dan frekuensi
Cek riwayat
alergi
Pilih
analgesik
ketika
pemberian
lebih dari
satu
Tentukan
pilihan
analgesik
tergantung
tipe dan
beratnya
nyeri
Tentukan
analgesik
pilihan, rute
pemberian,
dan dosis
optimal
Pilihan rute
pemberian
secara IV,
IM untuk
pengobatan
nyeri secara
teratur
Monitor vital
sign sebelum
dan sesudah
pemberian
analgesik
tepat waktu
terutama saat
nyeri hebat
Berikan
analgesik
tepat waktu
terutama saat
nyeri hebat
Evaluasi
efektif
analgesik,
tanda dan
gejala
Vital Sign
Monitoring
Monitor TD,
nadi, suhu,
dan RR
Catat adanya
fruktuasi
tekanan
darah
Monitor VS
saat pasien
berbaring ,
duduk, atau
berdiri
Auskultasi
TD pada
kedua lengan
dan
bandingkan
Monitor TD ,
nadi , RR,
sebelum,
seelama dan
setelah
aktivitas
Monitor
kualitas dari
nadi
Monitor
adanya
pulsus
paradoksus
Monitor
adanya
pulsus
alterans
Monitor
jumlah dan
irama
jantung
Monitor
bunyi
jantung
Monitor
frekuensi dan
irama
pernapasan
Monitor
suara paru
Monitor pola
pernapasan
abnormal
Monitor
suhu, warna,
dan
kelembaban
kulit
Monitor
sianosis
perifer
Monitor
adanya
cushing triad
( tekanan
nadi yang
melebar,
bradikardi,
peningkatan
sistolik )
Identifikasi
penyebab
dari
perubahan
vital sign
3 Gangguan perfusi jaringan NOC : NIC :
berhubungan dengan iskemik, Circulation status Peripheral
kerusakan otot jantung, Tissue Perfusion : Sensation Manage
penyempitan/ penyumbatan cerebral ment ( Manajemen
pembuluh darah arteri sensasi perfier )
koronaria Kriteria Hasil : Monitor
Definisi : penuruna sirkulasi 1. Mendemonstrasika adanya
darah ke perifer yang dapat n status sirkulasi daerah
mengganggu kesehatan yang ditandai tertentu yang
Batasan karakteteristik : dengan : hanya peka
- Tak ada nadi Tekanan terhadap
- Perubahan fungsi motorik systole dan panas,/dingin
- Perubahn tekanan darah di diastole /tajam/tumpu
ekstriemitas dalam l
- Kelambatan penyembuhan rentang Monitor
luka perifer yang adanya
- Penuruna nadi diharapkan paretese
- Edema Tidak ada Instruksikan
- Warna kulit pucat saat ortostatik keluarga
elevasi hipertensi untuk
Faktor yang berhubungan : Tidak ada mengobserva
- Defisnisi pengetahuan tanda tanda si kulit jika
tentang faktor pemberat. peningkatan ada isi atau
Misal : merkok, gaya tekanan laserasi
hidup, kurang gerak, intrakranial Gunakan
obesitas) ( tidak lebih sarung
- Defisiensi pengetahuan dari tangan untuk
tentang proses penyakit 15mmHg ) proteksi
(diabetes, hiperlipidemia) 2. Mendemonstrasika Batasi
- Diabetes Melitus n kemampuan gerakan pada
- Hipertensi kognitif yang kepala, leher
- Merokok ditandai dengan : dan
Berkomuni punggung
kasi dengan Monitor
jelas dan kemampuan
sesuai BAB
dengan Kolaborasi
kemampuan pemberian
Memproses analgenik
informasi Monitor
Membuat adanya
keputusan tromboplebiti
dengan s
benar Diskusikan
3. Menunjukkan mengenai
fungsi sensori penyebab
motori cranial yang perubahan
utuh : tingkat sensasi
kesadaran
membaik, tidak ada
gerakan gerakan
involunter
Fluid Monitoring :
Tentukan
riwayat
jumlah dan
tipe intake
cairan dan
eliminasi
Tentukan
kemungkinan
faktor resiko
dari ketidak
seimbangan
cairan (
Hipertermia,
terapi
diuretik ,
kelainan
renal, gagal
jantung,
diaporesis ,
disfungsi
hati, dll )
Monitor
berat badan
Monitor
serum dan
elektrolit
urine
Monitor
serum dan
osmilalitas
urine
Monitor BP,
HR, dan RR
Monitor
tekanan
darah
orthostatik
dan
perubahan
irama
jantung
Monitor
parameter
hemodinami
k infasif
Cacat secara
akutar intake
dan output
Monitor
adanya
distensi
leher, rinchi,
eodem
perifer dan
penambahan
BB
Monitor
tanda dan
gejala dari
odema
Respiratory
Monitoring :
Monitor rata
– rata ,
kedalaman,
irama dan
usaha
respirasi
Catat
pergerakan
dada, amati
kesimetrisan
, penggunaan
otot
tambahan ,
retraksi otot
supraclavicul
ar dan
intercostal
Monitor
suara nafas,
seperti
dengkur
Monitor pola
nafas :
bradipena,
takipenia,
kussmaul,
hiperventilasi
, cheyne
stokes , biot
Cacat lokasi
trakea
Monitor
kelelahan
otot
diagfragma (
gerakan
paradoksis )
Auskultasi
suara nafas ,
cacat area
penurunan /
tidak adanya
ventilasi dan
suara
tambahan
Tentukan
kebutuhan
suction
dengan
mengauskult
asi crakles
dan ronkhi
pada jalan
nafas utama
Auskultasi
suara paru
setelah
tindakan
untuk
menegtahui
hasilnya
6 Ansietas berhungan dengan NOC : NIC :
ancaman aktual terhadap Anxiety control Anxiety Reduction
integritas biologis Coping ( penurunan
Definisi : perasaan gelisah yang Impulse control kecemasan )
tak jelas dari ketidaknyamanan Gunakan
tau ketakutan yang disertai respon Kriteria Hasil : pendekatan
autonom (sumner tak spesifik atau Klien mampu yang
tak diketahui individu); perasaan mengidentifikasi menenangka
keprihatinan disebabakan dari dan n
antisipasi terhadap bahaya. Sinyal mengungkapkan Nyatakan
ini merupakan peringatan adanya gejala cemas dengan jelas
ancaman yang akan datang Mengidentifikasi, harapan
memunggkinkan individu mengungkapkan terhadap
mengambil langkah untuk dan menunjukan pelaku pasien
menyetujui tindakan tehnik untuk Jelaskan
Batasan karakteristik : mengontol cemas semua
- Perilaku :gelisah, Vital sign dalam prosedur dan
insomnia, resah, batas normal apa yang
ketakutan, sedih, fokus pd Postur tubuh, dirasakan
diri, kekhawatiran, cemas. ekspresi wajah, selama
- Afektif : iritabilita, gugup, bahasa tubuh dan prosedur
bingung menyesal, tingkat aktivitas Pahami
khawatir, tremor menunjukkan prespektif
- Simpatik : anoreksia, berkurangnya pasien
diare, mulut kering, kecemasan terhadap
pernapasan, lemah, situasi stres
kedutan pada otot Temani
- Parasimpatik : penurunan pasien untuk
TD, penurunan denyut memberikan
nadi, letih, gangguan tidur, keamanan
sering berkemih, dan
kesemutan pd ekstermitas mengurangi
- Kognitif : bloking fikiran, takut
kesulitan berkonsentrasi, Dorong
penurun kemampuan keluarga
untuk belajar, lupa, untuk
gangguan perhatian, menemani
melamun , cenderung anak
menyalahkan orang lain Lakukan
Faktor yang berhubungan : back/ neck
- Perubahan dalam status rub
ekonomi, lingkungan, pola Dengarkan
interaksi dan peran. dengan
- Herediter penuh
- Terkait keluarga perhatian
- Krisis situasional Identifikasi
- Stress tingkat
- Penyalahgunaan zat kecemasan
- Ancaman kematian Bantu pasien
- Ancaman pada status mengenal
ekonomi, lingkungan, situasi yang
kesehatan, pola interaksi, menimbulka
fungsi peran, status peran, n kecemasan
konsep diri. Dorong
- Konflik tak disadari pasien untuk
mengenai tujuan penting mengungkap
hidup kan perasaan
- Konflik tak disadari , ketakutan,
mengenai nilai yg penting persepsi
- Kebutuhan tak di penuhi Instruksikan
pasien
menggunaka
n teknik
relaksasi
Berikan obat
untuk
mengurangi
kecemasan
3.1.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah proses keperawatan yang memungkinkan
perawat untuk menentukan apakah intervensi keperawatan telah berhasil
meningkatkan kondisi klien. (Potter & Perry, 2009 Fundamental Of Nursing)