ASUHAN KEPERAWATAN
INFARK MIOKARD ACUTE (IMA)
DI RUANG ICU RST dr. SOEPRAOEN
Disusun oleh :
Laras Frestyawangi Wasitin
2014204610111072
2015
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN & ASUHAN KEPERAWATAN
Mahasiswa
Laras Frestyawangi Wasitin
201420461011072
Mengetahui,
Pembimbing Institusi
Pembimbing
Lahan
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Infark
miokardium
akut
didefinisikan
sebagai
nekrosis
B. Etiologi
Secara garis besar terdapat dua jenis factor resiko bagi setiap
orang untuk terkena IMA, yaitu factor resiko yang bisa dimodifikasi
dan factor resiko yang tidak bisa dimodifikasi.
1. Faktor resiko yang dapat dimodifikasi
Merupakan factor resiko yang bisa dikendalikan sehingga dengan
intervensi tertentu maka bisa dihilangkan. Yang termasuk dalam
kelompok ini diantaranya:
a) Merokok
Peran rokok dalam penyakit jantung koroner ini antara lain:
menimbulkan
aterosklerosis;
peningkatan
trombogenessis
dan
kebutuhan
oksigen
jantung,
dan
penurunan
dosis
alcohol
cardiovascular
dikaitkan
karena
dengan
aritmia,
peningkatan
hipertensi
mortalitas
sistemik
dan
kardiomiopati dilatasi.
c) Infeksi
Infeksi
Chlamydia
pneumoniae
organisme
gram
negative
hipertensi
sistemik,
peningkatan
trombogenesis
(peningkatan
tingkat
adhesi
platelet
dan
peningkatan
trombogenesis).
PJK.
Agregasi
PJK
keluarga
menandakan
adanya
d) Ras
C. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala dari serangan jantung tiap orang tidak sama.
Banyak serangan jantung berjalan lambat sebagai nyeri ringan atau
perasaan tidak nyaman. Bahkan beberapa orang tanpa gejala
sedikitpun (dinamakan Silent Heart Attack). Akan tetapi pada
umumnya serangan IMA ini ditandai oleh beberapa hal berikut :
1. Nyeri Dada
Mayoritas pasien IMA (90%) datang dengan keluhan nyeri dada.
Perbedaan dengan nyeri pada angina adalah nyer pada IMA lebih
panjang yaitu minimal 30 menit, sedangkan pada angina kurang
dari itu. Disamping itu pada angina biasanya nyeri akan hilang
dengan istirahat akan tetapi pada infark tidak.Nyeri dan rasa
tertekan pada dada itu bisa disertai dengan keluarnya keringat
dingin atau perasaan takut. Meskipun IMA memiliki ciri nyeri yang
khas yaitu menjalar ke lengan kiri, bahu, leher sampai ke
epigastrium, akan tetapi pada orang tertentu nyeri yang terasa
hanya sedikit. Hal tersebut biasanya terjadi pada manula, atau
penderita DM berkaitan dengan neuropathy. gambaran klinis bisa
bervariasi dari pasien yang datang untuk melakukan pemeriksaan
rutin, sampai pada pasien yang merasa nyeri di substernal yang
hebat dan secara cepat berkembang menjadi syok dan oedem
pulmonal, dan ada pula pasien yang baru saja tampak sehat lalu
tiba-tiba meninggal.
Serangan infark miokard biasanya akut, dengan rasa sakit
seperti angina,tetapi tidak seperti angina yang biasa, maka disini
terdapat rasa penekanan yang luar biasa pada dada atau perasaan
akan
datangnya
kematian.
Bila
pasien
sebelumnya
pernah
Gastrointestinal,
peningkatan
aktivitas
vagal
j.
m. Angiografi coroner
Menggambarkan penyempitan atau sumbatan arteri koroner.
Biasanya dilakukan sehubungan dengan pengukuran tekanan
serambi dan mengkaji fungsi ventrikel kiri (fraksi ejeksi).
Prosedur
tidak
selalu
dilakukan
pada
fase
IMA
kecuali
stress
olah
raga,
Menentukan
respon
kardiovaskuler
E. Penatalaksanaan
Penanganan
dini
dengan
pertimbangan
utama
untuk
Penanganan
lanjut
yang
ditujukan
untuk
menangani
komplikasi yang terjadi di CCU (coronary care unit), dan post CCU.
Tujuan
dari
menghentikan
beban
kerja
penanganan
perkembangan
jantung
pada
infark
serangan
(memberikan
miokard
jantung,
adalah
menurunkan
kesempatan
untuk
oksigen
meskipun
kadar
oksigen
darah
normal.
dapat
terjadi
dalam
jam-jam
pertama
pasca
serangan
3. Pasien dalam kondisi bedrest untuk menurunkan kerja jantung
sehingga
mencegah
Mengistirahatkan
kerusakan
jantung
otot
berarti
jantung
memberikan
lebih
lanjut.
kesempatan
yang
dicurigai
atau
dinyatakan
mengalami
infark
F. Komplikasi
Komplikasi yang dapat ditimbulkan oleh penyakit Infark Miokard
Acute (IMA), sebagai berikut :
a. Gagal jantung kongestive merupakan komplikasi yang paling
sering terjadi setelah serangan infark, hal ini terjadi karena
kongesti
sirkulasinakibat
disfungsi
miokardium.
Disfungsi
intersisial
maupun
dalam
alveoli.
Edema
paru
daun
katup
ke
dalam
atrium
selama
sistolik.
fase
pembentukan
sehingga
pembuangan
parut.
terjadi
Dinding
perdarahan
jaringan
nekrotik
masif
nekrotik
yang
ke
tipis
dalam
sebelum
pecah,
kantong
sehingga
menimbulkan
apa
yang
dinamakan
tamponade
jantung.
g. ventrikel
bersifat
sementara
pada
iskemia
miokardium.
jantung.
Aneurisma
ventrikel
akan
mengembang
dalam
pembentukan
trombus
intrakardial
dan
Infark
trasnmural
dapat
epikardium
sehingga
merangsang
permukaan
membuat
lapisan
dan menajdi
kasar,
perikardium
dan
G. Pathways IMA
Faktor-faktor
risiko
aterosklerosis
Ketidakseimbangan
kebutuhan
O2
Metabolisme
anaerob pH
AKUT
AKUT
Fungsi ventrikel
kiri
Kontraktilitas
Kebutuhan
O2 ke
jantung
Peningkatan
respirasi
Takipnea
KETIDAKEFEKTIF
AN POLA NAFAS
Curah sekuncup
LVEDP dan
Perubahan
RVEDP
hemodinamika
progressif
Perfusi perifer ,
perfusi koroner ,
perfusi paru
Asidosis metabolik,
hipoksemia
Kelemahan fisik
INTOLERANS
I AKTIVITAS
Mekanisme kompensasi
mempertahankan curah
jantung dan perfusi
perifer
Refleks simpatis
vasokontriksi sistemik,
retensi Na dan air
Denyut jantung
Daya kontraksi
jantung
Beban akhir
ventrikel kiri
Daya dilatasi ventrikel
Pembesaran
ventrikel kiri
Hipertrofi ventrikel
kiri
KETIDAKEFEKTIFAN
PERFUSI JARINGAN
PERIFER
PENURUNAN
CURAH JANTUNG
berhubungan
dengan
hiperventilasi
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera bioloigs
3. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
proses penyakit
4. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan
kontraktilitas
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, Eizabeth J. 2000. Buku Saku Patosiologi, Jakarta :EGC
Herdman, T.H. & KIMAtsuru, S. 2014. NANDA International Nursing
Diagnosis: Definitions & Clasification, 2015-2017. Oxford: Wiley
Blackwell
Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah. Jakarta : EGC.
Udjianti, Wajan Juni. 2010. Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta :
salemba medica