Disusun Oleh:
Kelompok 8
1. Fadhilatul Marhamah (8801190030)
2. Tatu Usrotun Najiah (8801190029)
DIII KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2020 – 2021
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat
sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis
mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah
Keperawatan Medical Bedah 1 dengan judul “ Asuhan Keperawatan dengan
Pasien SARS, Flu Burung/ Covid19.”
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. . Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca
untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang
lebih baik lagi.Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Demikian, semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak dan pembelajaraan dalam segi teoritis sehigga dapat
membuka wawasan ilmu serta akan menghasilakan yang lebih baik di masa yang
akan mendatang. Terima kasih.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.....................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................2
C. Tujuan Penulisan................................................................................2
BAB II KAJIAN TEORI
A. Konsep Penyakit SARS
1. Definisi.......................................................................................3
2. Etiologi.......................................................................................3
3. Patofisiologi...............................................................................4
4. Manifestasi Klinis......................................................................5
5. Pemeriksaan...............................................................................6
6. Penatalaksana.............................................................................6
B. Asuhan Keperawatan Pasien dengan SARS
1. Pengkajian..................................................................................10
2. Diagnosa....................................................................................11
3. Perencanaan...............................................................................12
C. Konsep Penyakit COVID-19
1. Definisi.......................................................................................16
2. Etiologi.......................................................................................16
3. Patofisiologi...............................................................................18
4. Manifestasi Klinis......................................................................19
5. Pemeriksaan...............................................................................25
6. Penatalaksana.............................................................................26
B. Asuhan Keperawatan Pasien dengan COVID-19
1. Pengkajian..................................................................................27
2. Diagnosa....................................................................................27
3. Perencanaan...............................................................................28
BAB III PENUTUP
A. Simpulan.............................................................................................30
B. Saran...................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................31
BAB I
PENDAHULUAN
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Mengetahui secara umum mengenai asuhan keperawatan pada
penyakit SARS, COVID-19
2. Tujuan khusus.
Agar dapat memahami mengenai konsep penyakit SARS, COVID-19.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Konsep Penyakit Severe acute respiratory syndrome (SARS)
1. Definisi Severe acute respiratory syndrome (SARS)
Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) adalah penyakit infeksi
saluran nafas yang disebabkan oleh coronavirus dengan gejala klinis yang
sangat berat (Chen&Rumende,2006). SARS adalah sekumpulan gejala sakit
pernapasan yang mendadak dan berat atau disebut juga penyakit infeksi saluran
pernapasan yang disebabkan oleh Coronavirus Family Paramyxovirus.
2. Etiologi
World Health Organization (WHO) mengumumkan kesepakatan bahwa
coronavirus yang baru teridentifikasi adalah mayoritas agen penyebab SARS.
Coronavirus berasal dari kata “Corona” yang berasal dari bahasa Latin yang
artinya “crown” atau mahkota. Ini sesuai dengan bentuk Coronavirus itu
sendiri yang kalau dilihat dengan mikroskop nampak seperti mahkota.
Penyebabnya lain bisa karena penyakit apapun, yang secara langsung ataupun
tidak langsung yang melukai paru-paru, diantaranya :
a. Pneumonia
b. Tekanan darah yang sangat rendah (syok)
c. Terhirupnya makanan ke dalam paru (menghirup muntahan dari
lambung)
d. Beberapa transfusi darah
e. Kerusakan paru-paru karena menghirup oksigen konsentrasi tinggi
f. Emboli paru
g. Cedera pada dada
h. Overdosis obat seperti heroin, metadon, propoksifen atau aspirin
i. Trauma hebat
j. Transfusi darah (terutama dalam jumlah yang sangat banyak).
3. Patofisiologi
SARS secara klinis lebih melibatkan saluran nafas bagian bawah
dibandingkan dengan saluran nafas dibagian atas. Pada saluran nafas bagian
bawah, sel-sel asinus adalah sasaran yang lebih banyak terkena dibandingkan
trakea maupun bronkus. Menurut Chen dan Rumende (2006), patogenesis
SARS terdiri dari 2 fase :
a. Fase Pertama
Terjadi selama 10 hari pertama penyakit, pada fase ini melibatkan
proses akut yang mengakibatkan diffuse alveolar damage (DAD) yang
eksudatif. Fase ini dicirikan dengan adanya infiltrasi dari sel-sel
inflamasi serta edema dan pembentukan membran hialin.
Membran hialin ini terbentuk dari endapan protein plasma serta debris
nucleus dan sitoplasma sel-sel epitel paru (pneumosit) yang rusak.
Dengan adanya nekrosis sel-sel epitel paru maka barrier antara
sirkulasi darah dan jalan udara menjadi hilang sehingga cairan yang
berasal dari pembuluh darah dapat masuk ke dalam ruang alveolus
(efusi). Namun masih belum dapat dibuktikan apakah kerusakan sel-
sel paru tersebut diakibatkan karena efek toksik dari virus tersebut
secara langsung atau kerusakan tersebut terjadi karena perantara
sistem imun. Pada saat fase eksudatif ini dapat diamati dan
diidentifikasi RNA dan antigen virus yang terdapat pada makrofag
alveolar.
b. Fase kedua
Fase ini dimulai tepat setelah fase pertama selesai (setelah 10 hari).
Fase ini ditandai dengan perubahan pada DAD eksudatif menjadi
DAD yang terorganisir. Pada periode ini didapati metaplasia sel epitel
skuamosa bronchial, bertambahnya ragam sel dan fibrosis pada
dinding lumen alveolus. Pada fase ini juga tampak dominasi
pneumosit tipe 2 dengan perbesaran nucleus dan nucleoli yang
eosinofilik. Selanjutnya juga ditemukan adanya sel raksasa dengan
banyak nucleus (multinucleated giant cell) dalam rongga alveoli. Sel
raksasa tersebut diduga merupakan akibat langsung dari VoC SARS,
namun sumber lain mengatakan bahwa hal tersebut bukan karena
COV SARS namun disebabkna karena proses inflamasi yang berat
pada tahap DAD eksudatif.
4. Manifestasi Klinis
6. Penatalaksana
a. Penatalaksanaan kasus suspect SARS
1) Kasus dengan gejala SARS melewati triase (petugas sudah memakai
masker N95). Untuk segera dikirim ke ruangan pemeriksaan atau
bangsal yang sudah disiapkan.
2) Berikan masker bedah pada penderita.
3) Petugas yang masuk keruang pemeriksaan sudah memakai
penggunaan alat proteksi perorangan ( PAPP )
4) Catat dan dapatkan keterangan rinci mengenai tanda klinis, riwayat
perjalanan, riwayat kontak termasuk riwayat munculnya gangguan
pernapasan pada kontak sepuluh hari sebelumnya
5) Pemeriksaan fisik
6) Lakukan pemeriksaan foto toraks dan darah tepi lengkap
7) Bila foto toraks normal lihat indikasi rawat atau tetap dirumah,
anjurkan untuk melakukan kebersihan diri, tidak masuk kantor /
sekolah dan hindari menggunakan angkutan umum selama belum
sembuh
8) Pengobatan di rumah ; simtomatik, antibiotik bila ada indikasi,
vitamin dan makanan bergizi
9) Apabila keadaan memburuk segera hubungi dokter
10) Bila foto toraks menunjukkan gambaran infiltrat satu sisi atau dua
sisi paru dengan atau tanpa infiltrat interstial lihat penatalaksanaan
kasus probable
b. Suspek SARS yang dirawat:
1) Isolasi
2) Perhatikan :
− Keadaan umum
− Kesadaran
− Tanda vital (tensi, nadi, frekuensi napas, suhu)
3) Terapi suportif
4) Antibiotik : b laktam atau b laktam + Anti b laktamase oral
ditambah makrolid generasi baru oral (roksitromisin, klaritromisin,
azitromisin)
c. Penatalaksanaan kasus probable
1) Rawat di Rumah Sakit dalam ruang isolasi dengan kasus sejenis.
2) Pegambilan darah untuk: darah tepi lengkap, fungsi hati, kreatin
fosfokinase, urea, elektrolit, C reaktif protein.
3) Pengambilan sampel untuk membedakan dari kasus pneumonia
tipikal/ atipikal lainnya;
- pemeriksaan usap hidung dan tenggorokan,
- biakan darah, serologi
- urine
4) Pemantauan darah 2 hari sekali
5) Foto toraks diulang sesuai indikasi klinis
6) Pemberian pengobatan
a). Ringan / sedang :
- Terapi suportif
- Antibiotik
Golongan b laktam + anti b laktamase (intravena) ditambah makrolid
generasi baru oral
ATAU
Sefalosporin G2, G3 (intravena), ditambah makrolid generasi baru oral
ATAU
Fluorokuinolon respirasi (intravena): Moxifloxacin, Levofloxacin,
Gatifloxacin
b). Berat
- Terapi suportif
- Antibiotik
Untuk pasien yang tidak ada faktor risiko infeksi pseudomonas :
sefalosporin G3 non pseudomonas (intravena) ditambah makrolid
generasi baru oral
ATAU
fluorokuinolon respirasi (intravena)
Ada faktor risiko infeksi pseudomonas :
sefalosporin anti pseudomonas (seftazidim, sefoperazon,
sefipim)/karbapenem (intravena) ditambah luorokuinolon anti
pseudomonas (siprofloksasin, levofloksasin) intravena/ aminoglikosida
intravena ditambah makrolid generasi baru oral
- Kortikosteroid
Hidrokortison ( intravena ) 4 mg / kg BB tiap 8 jam, tapering atau
metilprednisolon ( intravena ) 240 – 320 mg tiap hari
- Ribavirin
1,2 gr oral tiap 8 jam atau 8 mg / kg BB intravena tiap 8 jam
Keterangan :
- Kriteria pneumonia berat salah satu diantara ini :
- Frekuensi napas > 30 x /menit
- PaO2 / FiO2 < 250 mmHg
- Foto toraks paru kelainan bilateral
- Foto toraks paru melibatkan lebih dari dua lobus
- Tekanan sistolik < 90 mmHg
- Tekanan diastolik < 60 mmHg
Risiko infeksi pseudomonas
- Bronkiektasis
- Pengobatan kortikosteroid lebih dari 10 mg/hari
- Pengobatan antibiotik spektrum luas lebih dari 7 hari pada bulan
terakhir
- Gizi kurang
Indikasi pemberian kortikosteroid dan anti virus (Ribavirin)
- Pneumonia SARS berat
- Setelah 24 jam diberikan antibiotik tidak respon
- Terdapat komorbid
d. Penatalaksanaan Kontak
1). Kontak Dengan Kasus Suspek
- Berikan informasi mengenai SARS pada kontak
- Passive Surveillance selama sepuluh hari
- Aktifitas kontak tak terbatas
- Jika timbul gejala klinis, segera menghubungi fasilitas
- kesehatan
- Gejala yang timbul pertama : panas
2). Kontak Dengan Kasus Probable
- Berikan informasi mengenai SARS pada kontak
- Active Surveillance selama sepuluh hari
- Telepon atau kunjungi oleh tim surveillance
- Catat suhu tubuh setiap hari
- Aktifitas kontak tak terbatas
- Jika timbul gejala klinis, segera menghubungi fasilitas kesehatan
- Gejala yang timbul pertama : panas
e. Indikasi Rawat
Penderita SARS yang di rawat inap adalah :
1) Suspect SARS dengan riwayat kontak erat (+)
2) Suspect SARS dengan gejala klinis berat, yaitu:
- Sesak nafas dengan frekuensi nafas 30 kali / menit.
- Nadi lebih 100 kali/menit.
- Ada gangguan kesadaran
- Kondisi umum lemah
- Indikasi rawat inap lain ditentukan oleh dokter yang memeriksa
penderita
3) Probable SARS
Perlu diperhatikan dalam perawatan di rumah sakit terhadap SARS
adalah : Ruang perawatan penderita suspect SARS harus dibedakan
dengan ruang penderita probable SARS. Saat memeriksa dan
merawat penderita SARS, petugas medis harus memakai
penggunaan alat proteksi perorangan (PAPP).
2. Diagnosa
a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan mucus dalam
jumlah berlebih ditandai dengan penumpukan saliva, batuk tidak
efektif, terdapat suara napas tambahan, perubahan frekuensi napas
b. Kerusakan pertukaran gas b.d perubahan membran alveolar-kapiler
(kerusakan di alveoli) d.d sianosis, dispnea, hipoksia, terjadi PCH.
c. PK: Infeksi
d. Diare berhubungan dengan inflamasi ditandai dengan bising usus
hiperaktif ( > 3 x/menit), nyeri abdomen, peningkatan frekuensi BAB
dalam sehari ( 3 x/hari atau lebih)
e. Risiko penularan infeksi berhubungan dengan pemajanan penularan
melalui udara dan kontak.
3. Perencanaan
Kolaborasi :
1) lembabkan udara / oksigen inspirasi
2) beri obat-obatan sesuai indikasi
- mukolitik (contoh asetilsistein)
- bronkodilator (contoh okstrifilin)
- kortikosteroid (prednison)
b. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan
membrane alveolar-kapiler (kerusakan di alveoli) ditandai dengan
sianosis, dispnea, hipoksia, terjadi pernapasan cuping hidung
Tujuan
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama …x24 jam diharapkan
kerusakan pertukaran gas klien teratasi dengan kriteria hasil:
1) Tidak terdapat sianosis
2) Tidak terdapat pernapasan cuping hidung
3) Klien tidak mengalami dispnea
4) Klien tidalk mengalami hipoksia
Intervensi:
1) Kaji frekuensi, kedalaman pernapasan. Catat penggunaan otot
aksesori, napas bibir, ketidakmampuan bicara/berbincang.
2) Tinggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih posisi
yang mudah untuk bernapas. Dorong napas dalam perlahan atau
napas bibir sesuai kebutuhan/toleransi individu.
3) Kaji/awasi secara rutin kulit dan warna membran mukosa.
4) Pertahankan istirahat tidur. Dorong menggunakan teknik relaksasi
dan aktivitas senggang.
5) Dorong mengeluarkan sputum; penghisapan bila diindikasikan.
6) Palpasi fremitus
7) Awasi tingkat kesadaran/status mental. Selidiki adanya
perubahan.
8) Evaluasi tingkat toleransi aktivitas. Berikan lingkungan tenang
dan kalem. Batasi aktivitas pasien atau dorong untuk
tidur/istirahat di kursi selama fase akut. Mungkinkan pasien
melakukan aktivitas secara bertahap dan tingkatkan sesuai
toleransi individu.
c. PK Infeksi
Tujuan
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ...x24 jam diharapkan
perawat dapat meminimalkan komplikasi infeksi (sepsis) yang terjadi
dengan criteria hasil:
1) Tanda-tanda sepsis tidak ada
2) WBC dalam batas normal (5.000-10.000/ml darah)
Intervensi
Mandiri
1) Pantau tanda dan gejala infeksi
2) Ajari tentang cara pencegahan penularan infeksi
3) Monitor pemberian antibiotic dan kaji efek sampingnya.
4) Lakukan teknik steril.
5) Lakukan penkes tentang pencegahan dan penularan.
Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi
2) Kolaborasi pemberian antiinflamasi sesuai indikasi
d. Diare berhubungan dengan inflamasi ditandai dengan bising usus
hiperaktif ( > 3 x/menit), nyeri abdomen, peningkatan frekuensi BAB
dalam sehari ( 3 x/hari atau lebih)
Tujuan
Setelah diberikan asuhan keperawatan selam …x24 jam diharapkan
diare klien teratasi dengen kriteria hasil:
1) Bising usus 3 x/menit
2) Tidak terdapat nyeri abdomen
3) Frekuensi BAB normal (1-2 x/hari)
Intervensi:
1) Pantau tanda dan gejala kekurangan cairan dan elektrolit
2) Anjurkan keluarga untuk memberi minum banyak pada klien, 2-3
lt/hr
3) Diskusikan dan jelaskan tentang pembatasan diet (makanan
berserat tinggi, berlemak dan air terlalu panas atau dingin).
4) Demontrasikan serta libatkan keluarga dalam merawat perianal
(bila basah dan mengganti pakaian bawah serta alasnya)
Kolaborasi:
1) Berikan cairan parenteral ( IV line ) sesuai dengan umur
2) Obat-obatan : (antisekresin, antispasmolitik, antibiotik)
2. Etiologi
Pada awalnya diketahui virus ini mungkin memiliki kesamaan dengan
SARS dan MERS CoV, tetapi dari hasil evaluasi genomik isolasi dari 10
pasien, didapatkan kesamaan mencapai 99% yang menunjukkan suatu virus
baru, dan menunjukkan kesamaan (identik 88%) dengan bat-derived severe
acute respiratory syndrome (SARS)- like coronaviruses, bat-SL-CoVZC45 dan
bat-SL- CoVZXC21, yang diambil pada tahun 2018 di Zhoushan, Cina bagian
Timur, kedekatan dengan SARS-CoV adalah 79% dan lebih jauh lagi dengan
MERS-CoV (50%).
Analisis filogenetik menunjukkan COVID-19 merupakan bagian dari
subgenus Sarbecovirus dan genus Betacoronavirus. Penelitian lain
menunjukkan protein (S) memfasilitasi masuknya virus corona ke dalam sel
target. Proses ini bergantung pada pengikatan protein S ke reseptor selular dan
priming protein S ke protease selular. Penelitian hingga saat ini menunjukkan
kemungkinan proses masuknya COVID-19 ke dalam sel mirip dengan SARS.
Hai ini didasarkan pada kesamaan struktur 76% antara SARS dan COVID-19.
Sehingga diperkirakan virus ini menarget Angiotensin Converting Enzyme 2
(ACE2) sebagai reseptor masuk dan menggunakan serine protease TMPRSS2
untuk priming S protein, meskipun hal ini masih membutuhkan penelitian lebih
lanjut.
Proses imunologik dari host selanjutnya belum banyak diketahui. Dari
data kasus yang ada, pemeriksaan sitokin yang berperan pada Acute
Respiratory Distress Syndrome (ARDS) menunjukkan hasil terjadinya badai
sitokin (cytokine storms) seperti pada kondisi ARDS lainnya. Dari penelitian
sejauh ini, ditemukan beberapa sitokin dalam jumlah tinggi, yaitu: interleukin-
1 beta (IL-1β), interferon-gamma (IFN-γ), inducible protein/CXCL10 (IP10)
dan monocyte chemoattractant protein 1 (MCP1) serta kemungkinan
mengaktifkan T-helper-1 (Th1).
Selain sitokin tersebut, COVID-19 juga meningkatkan sitokin T-helper-2
(Th2) (misalnya, IL4 and IL10) yang mensupresi inflamasi berbeda dari
SARS-CoV. Data lain juga menunjukkan, pada pasien COVID-19 di ICU
ditemukan kadar granulocyte-colony stimulating factor (GCSF), IP10, MCP1,
macrophage inflammatory proteins 1A (MIP1A) dan TNFα yang lebih tinggi
dibandingkan pasien yang tidak memerlukan perawatan ICU. Hal ini
mengindikasikan badai sitokin akibat infeksi COVID-19 berkaitan dengan
derajat keparahan penyakit.
Kasus COVID-19 pertama kali ditemukan di pasar basah di Kota Wuhan
yang menjual binatang hidup eksotis. Oleh sebab itu, transmisi binatang ke
manusia merupakan mekanisme yang paling memungkinkan. Berdasarkan hasil
genom SARS-CoV-2, kelelawar dipercayai menjadi inang asal. Akan tetapi,
inang perantara karier dari virus ini masih belum diketahui secara pasti.
Transmisi antara manusia ke manusia dapat terjadi melalui kontak
langsung (dengan jarak 1 meter) atau penyebaran droplet yang dapat terjadi
saat individu yang terinfeksi batuk atau bersin. Droplet yang hinggap pada
mulut atau hidung dapat terinhalasi ke paru-paru dan menyebabkan infeksi.
Kontak pada barang yang sudah disentuh oleh pasien COVID-19, yang diikuti
dengan sentuhan pada mulut, hidung, atau mata mungkin dapat menjadi salah
satu transmisi penyebaran virus, akan tetapi rute ini bukan transmisi utama
penyebaran virus.
Faktor risiko COVID-19 sampai sekarang belum diketahui secara
menyeluruh. Faktor risiko utama dari penyakit COVID-19 adalah:
3. Patofisiologi
Kebanyakan Coronavirus menginfeksi hewan dan bersirkulasi di hewan.
Coronavirus menyebabkan sejumlah besar penyakit pada hewan dan
kemampuannya menyebabkan penyakit berat pada hewan seperti babi, sapi,
kuda, kucing, dan ayam. Coronavirus disebut dengan virus zoonotik yaitu virus
yang ditransmisikan dari hewan ke manusia. Banyak hewan liar yang dapat
membawa patogen dan bertindak sebagai vector untuk penyakit menular
tertentu. Kelelawar, tikus bamboo, unta dan musang merupakan host yang
biasa ditemukan untuk Coronavirus. Coronavirus pada kelelawar merupakan
sumber utama untuk kejadian Severe acute respiratory syndrome (SARS) dan
Middle east respiratory syndrome (MERS)
4. Manifestasi Klinis
Gejala klinis COVID-19 sangat beragam, mulai dari tanpa gejala
(asimtomatik), gejala ringan, pneumonia, pneumonia berat, ARDS, sepsis,
hingga syok sepsis. Sekitar 80% kasus tergolong ringan atau sedang, 13,8%
mengalami sakit berat, dan sebanyak 6,1% pasien jatuh ke dalam keadaan
kritis.
Berdasarkan ada tidaknya gejala klinis atau pneumonia, tingkat
keparahan pneumonia, ada tidaknya gagal nafas atau syok, dan ada tidaknya
gagal fungsi organ, kasus-kasus COVID-19 dibagi menjadi:
a. Kasus ringan (kasus dengan gejala klinis ringan dan tanpa gejala
pneumonia dari hasil rontgen);
b. Kasus biasa (dengan gejala seperti demam dan saluran pernapasan, dll.
dan terlihat gambaran pneumonia pada rontgen);
c. Kasus parah (gangguan sistem pernapasan, RR ≥30 kali/menit; level
saturasi oksigen nadi (SpO2) ≤93% pada suhu ruang saat istirahat, tekanan
parsial oksigen arteri (PaO2)/konsentrasi oksigen (FiO2) ≤300 mmHg);
d. Kasus kritis (terjadi gagal nafas dan diperlukan ventilasi mekanis;
syok, komplikasi dengan kegagalan organ lain yang membutuhkan
pemantauan dan perawatan di ICU)
Tabel 1 Klasifikasi Gejala Infeksi COVID 19
5. Pemeriksaan
6. Penatalaksana
a. Isolasi pada semua kasus. Sesuai dengan gejala klinis yang muncul,
baik ringan maupun sedang.
b. Implementasi pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI)
c. Serial foto toraks untuk menilai perkembangan penyakit.
d. Suplementasi oksigen. Pemberian terapi oksigen segera kepada
pasien dengan distress napas, hipoksemia, atau syok. Terapi oksigen
pertama sekitar 5L/menit dengan target SpO2≥90% pada pasien tidak
hamil dan ≥92-95% pada pasien hamil.
e. Kenali kegagalan napas hipoksemia berat.
f. Terapi cairan. Terapi cairan konservatif diberikan jika tidak ada
bukti syok pasien dengan SARI harus diperhatikan dalam terapi
cairannya, karena jika pemberian cairan terlalu agresif dapat
memperberat kondisi distress napas atau oksigenasi. Monitoring
keseimbangan cairan dan elektrolit.
g. Pemberian antibiotic empiris.
h. Terapi simptomatik. Terapi simptomatik diberikan seperti
antipiretik, obat batuk dan lainnya jika memang diperlukan.
i. Pemberian kortikosteroid sistemik tidak rutin diberikan pada
tatalaksana pneumonia viral atau ARDS selain ada indikasi lain.
j. Observasi ketat
k. Pahami komorbid pasien.
2. Diagnosa
1. Ansietas adalah kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu
terhadap obyek yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang
memungkinkan individu melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman
2. Defisit Perawatan Diri adalah tidak mampu melakukan atau
menyelesaikan aktivitas perawatan diri.
3. Gangguan Pertukaran Gas adalah kelebihan atau kekurangan
oksigenasi dan atau eliminasi karbondioksida pada membrane alveolar-
kapiler
4. Gangguan Sirkulasi Spontan yaitu ketidakmampuan untuk
mempertahankan sirkulasi yang adekuat untuk menunjang kehidupan.
5. Resiko Syok yaitu beresiko mengalami ketidakcukupan aliran darah ke
jaringan tubuh, yang dapat mengakibatkan disfungsi seluler yang
mengancam jiwa.
3. Perencanaan
Berikut ini adalah tujuan perencanaan perawatan utama untuk
COVID-19:
a. Cegah penyebaran infeksi.
b. Pelajari lebih lanjut tentang penyakit dan penatalaksanaannya.
c. Tingkatkan suhu tubuh adekuat
d. Kembalikan pola pernapasannya kembali normal.
e. Kurangi kecemasan.
PENUTUP
A. Simpulan
B. Saran
Berdasarkan dari apa yang telah dibahas, maka saran yang dapat
disampaikan adalah aplikasikan bagaimana cara pencegahan penyakit tersebut
dalam kehidupan sehari-hari (spt, rajin mencuci tangan, menghindari kerumunan,
tidak menyentuh hidung dan mulut sembarangan, menggunakan masker apabila
keluar rumah, dan sebagainya), dan jangan terlalu merasa tertekan atau terbebani
selama wabah, karena yang dibutuhkan adalah kuatnya sistem kekebalan tubuh
atau metabolisme dan dapat meningkatkan imun dengan olahraga dan makan
makanan yang sehat.
DAFTAR PUSTAKA
CDC. Virus corona Disease 2019 (COVID-19). Centers for Disease Control and
Prevention. 2020. https://www.cdc.gov/virus corona/2019-ncov/prepare/
Akses : 2 September 2020-09-03
Chen K, Rumende CM. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. FK UI: Jakarta
https://www.ejmo.org/pdf/2019%20Novel%20Coronavirus
%20COVID19%20Outbreak%20A%20Review%20of%20the%20Current
%20Literature-12220.pdf Akses : 2 September 2020
Guo Y-R, Cao Q-D, Hong Z-S, Tan Y-Y, Chen S-D, Jin H-J, et al. The origin,
transmission and clinical therapies on virus corona disease 2019 (COVID-19)
outbreak - an update on the status. Mil Med Res. 2020;7(1):11.
https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/32169119/ Akses : 2 September 2020
Sahin AR. 2019 Novel Virus corona (COVID-19) Outbreak: A Review of the
Current Literature. Eurasian J Med Investig. 2020;4(1):1–7.
https://www.ejmo.org/pdf/2019%20Novel%20Coronavirus
%20COVID19%20Outbreak%20A%20Review%20of%20the%20Current
%20Literature-12220.pdf Akses : 2 September 2020
Yuliana.2020. Wellness and Healthy Magazine : Corona virus disease. 2(1). ISSN
2656-0062. file:///C:/Users/User/Downloads/95-284-1-PB.pdf Akses : 2
september 2020