Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Asuhan Keperawatan Pasien dengan SARS, COVID-19


Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah
Dosen : Epi Rustiawati, S.Kep., M.Kep., Sp.KMB

Disusun Oleh:
Kelompok 8
1. Fadhilatul Marhamah (8801190030)
2. Tatu Usrotun Najiah (8801190029)

DIII KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2020 – 2021
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat
sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis
mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah
Keperawatan Medical Bedah 1 dengan judul “ Asuhan Keperawatan dengan
Pasien SARS, Flu Burung/ Covid19.”
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. . Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca
untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang
lebih baik lagi.Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Demikian, semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak dan pembelajaraan dalam segi teoritis sehigga dapat
membuka wawasan ilmu serta akan menghasilakan yang lebih baik di masa yang
akan mendatang. Terima kasih.

Serang, 2 September 2020

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.....................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................2
C. Tujuan Penulisan................................................................................2
BAB II KAJIAN TEORI
A. Konsep Penyakit SARS
1. Definisi.......................................................................................3
2. Etiologi.......................................................................................3
3. Patofisiologi...............................................................................4
4. Manifestasi Klinis......................................................................5
5. Pemeriksaan...............................................................................6
6. Penatalaksana.............................................................................6
B. Asuhan Keperawatan Pasien dengan SARS
1. Pengkajian..................................................................................10
2. Diagnosa....................................................................................11
3. Perencanaan...............................................................................12
C. Konsep Penyakit COVID-19
1. Definisi.......................................................................................16
2. Etiologi.......................................................................................16
3. Patofisiologi...............................................................................18
4. Manifestasi Klinis......................................................................19
5. Pemeriksaan...............................................................................25
6. Penatalaksana.............................................................................26
B. Asuhan Keperawatan Pasien dengan COVID-19
1. Pengkajian..................................................................................27
2. Diagnosa....................................................................................27
3. Perencanaan...............................................................................28
BAB III PENUTUP
A. Simpulan.............................................................................................30
B. Saran...................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................31
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Coronavirus adalah salah satu keluarga virus yang sudah ada sejak dulu.
Virus ini merupakan virus zoonotik karena virus ini berasal dari hewan namun
bisa ditularkan ke manusia. Sampai saat ini sudah ada 7 coronavirus yang
menginfeksi manusia atau Human coronavirus. Dari 7 virus yang sudah
ditemukan ada 2 yang berbahaya yaitu SARS-CoV dan MERS-CoV.
SARS-associated coronavirus (SARS-CoV) merupakan jenis human
coronavirus yang ditemukan pada tahun 2002 dan baru teridentifikasi pada tahun
2003. SARS sendiri merupakan penyakit infeksi saluran pernapasan berat disertai
dengan gejala saluran pencernaan. Menurut laporan WHO pada tahun 2003,
sebanyak 8.098 orang di seluruh dunia yang terinfeksi SARS dan 774 orang
diantaranya meninggal dunia.
Selain SARS pada tahun 2019 lalu juga ditemukan jenis coronavirus yang
baru, yaitu 2019 Novel Coronavirus atau 2019 nCoV. Virus ini juga sama seperti
SARS-CoV. Penelitian hingga saat ini menunjukkan kemungkinan proses
masuknya COVID-19 ke dalam sel mirip dengan SARS. Hai ini didasarkan pada
kesamaan struktur 76% antara SARS dan COVID-19. Kedua virus ini juga sama-
sama menyerang saluran pernapasan baik saluran pernapasan bagian atau maupun
bawah. Mulai dari gejala yang ringan seperti demam, flu dan batuk biasa hingga
berat seperti pneumonia. Virus ini dapat menular dari hewan ke manusia dan dari
manusia ke manusia yang lain, melalui kontak langsung dengan manusia atau
hewan yang terinfeksi.
Penyebaran virus yang sangat cepat hingga hampir seluruh wilayah/negara
di Dunia tidak pernah absen dari COVID-19 ini. Di Indonesia sendiri saat ini
jumlah kasus COVID-19 sudah mencapai 35,701 kasus. Penyebaran dalam waktu
yang sangat singkat sehingga membutuhkan penanganan secepatnya. Sayangnya,
sampai saat ini belum ada obat yang spesifik untuk menangani infeksi virus ini.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan penyakit SARS, covid19?
2. Bagaimana asuhan keperawata untuk penyakit SARS, covid19?

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Mengetahui secara umum mengenai asuhan keperawatan pada
penyakit SARS, COVID-19
2. Tujuan khusus.
Agar dapat memahami mengenai konsep penyakit SARS, COVID-19.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Konsep Penyakit Severe acute respiratory syndrome (SARS)
1. Definisi Severe acute respiratory syndrome (SARS)
Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) adalah penyakit infeksi
saluran nafas yang disebabkan oleh coronavirus dengan gejala klinis yang
sangat berat (Chen&Rumende,2006). SARS adalah sekumpulan gejala sakit
pernapasan yang mendadak dan berat atau disebut juga penyakit infeksi saluran
pernapasan yang disebabkan oleh Coronavirus Family Paramyxovirus.

2. Etiologi
World Health Organization (WHO) mengumumkan kesepakatan bahwa
coronavirus yang baru teridentifikasi adalah mayoritas agen penyebab SARS.
Coronavirus berasal dari kata “Corona” yang berasal dari bahasa Latin yang
artinya “crown” atau mahkota. Ini sesuai dengan bentuk Coronavirus itu
sendiri yang kalau dilihat dengan mikroskop nampak seperti mahkota.
Penyebabnya lain bisa karena penyakit apapun, yang secara langsung ataupun
tidak langsung yang melukai paru-paru, diantaranya :

a. Pneumonia
b. Tekanan darah yang sangat rendah (syok)
c. Terhirupnya makanan ke dalam paru (menghirup muntahan dari
lambung)
d. Beberapa transfusi darah
e. Kerusakan paru-paru karena menghirup oksigen konsentrasi tinggi
f. Emboli paru
g. Cedera pada dada
h. Overdosis obat seperti heroin, metadon, propoksifen atau aspirin
i. Trauma hebat
j. Transfusi darah (terutama dalam jumlah yang sangat banyak). 

Coronavirus adalah mayoritas agen penyebab SARS. Virus ini stabil


pada tinja dan urine pada suhu kamar selama 1-2 hari dan dapat bertahan lebih
dari 4 hari pada penderita diare. Virus SARS kehilangan infektivitasnya
terhadap berbagai disinfektan dan bahan fiksasi. Seperti virus lain, corons
menyebar lewat udara, masuk melalui saluran pernapasan, lalu bersarang di
paru-paru. Dalam tempo sekitar 2-10 hari, paru-paru akan meradang, bernapas
kian sulit. Metode penularannya melalui udara serta kontak lagsung dengan
pasien atau terkena cairan/droplet pasien. Misalnya terkena ludah saat pasien
bersin dan batuk, bahkan bisa melalui barang-barang yang terkontaminasi atau
barang yang digunakan oleh pasien SARS.

3. Patofisiologi
SARS secara klinis lebih melibatkan saluran nafas bagian bawah
dibandingkan dengan saluran nafas dibagian atas. Pada saluran nafas bagian
bawah, sel-sel asinus adalah sasaran yang lebih banyak terkena dibandingkan
trakea maupun bronkus. Menurut Chen dan Rumende (2006), patogenesis
SARS terdiri dari 2 fase :
a. Fase Pertama
Terjadi selama 10 hari pertama penyakit, pada fase ini melibatkan
proses akut yang mengakibatkan diffuse alveolar damage (DAD) yang
eksudatif. Fase ini dicirikan dengan adanya infiltrasi dari sel-sel
inflamasi serta edema dan pembentukan membran hialin.
Membran hialin ini terbentuk dari endapan protein plasma serta debris
nucleus dan sitoplasma sel-sel epitel paru (pneumosit) yang rusak.
Dengan adanya nekrosis sel-sel epitel paru maka barrier antara
sirkulasi darah dan jalan udara menjadi hilang sehingga cairan yang
berasal dari pembuluh darah dapat masuk ke dalam ruang alveolus
(efusi). Namun masih belum dapat dibuktikan apakah kerusakan sel-
sel paru tersebut diakibatkan karena efek toksik dari virus tersebut
secara langsung atau kerusakan tersebut terjadi karena perantara
sistem imun. Pada saat fase eksudatif ini dapat diamati dan
diidentifikasi RNA dan antigen virus yang terdapat pada makrofag
alveolar.
b. Fase kedua
Fase ini dimulai tepat setelah fase pertama selesai (setelah 10 hari).
Fase ini ditandai dengan perubahan pada DAD eksudatif menjadi
DAD yang terorganisir. Pada periode ini didapati metaplasia sel epitel
skuamosa bronchial, bertambahnya ragam sel dan fibrosis pada
dinding lumen alveolus. Pada fase ini juga tampak dominasi
pneumosit tipe 2 dengan perbesaran nucleus dan nucleoli yang
eosinofilik. Selanjutnya juga ditemukan adanya sel raksasa dengan
banyak nucleus (multinucleated giant cell) dalam rongga alveoli. Sel
raksasa tersebut diduga merupakan akibat langsung dari VoC SARS,
namun sumber lain mengatakan bahwa hal tersebut bukan karena
COV SARS namun disebabkna karena proses inflamasi yang berat
pada tahap DAD eksudatif.

4. Manifestasi Klinis

Masa inkubasi penyakit SARS antara 1-14 haridengan rerata 4 hari.


Gejala prodormal yang timbul dimulai dengan adanya gejala-gejala sistemik
yang non spesifik, seperti :
a. Demam > 380C
b. Myalgia
c. Menggigil
d. Rasa kaku ditubuh
e. Batuk non produktif
f. Nyeri kepala dan pusing
g. Malaise
Gejala-gejala tersebut merupaka gejala tipikal yang sering timbul pada
penderita SARS, namun tidak semua gejala tersebut timbul pada setipa pasien
pada beberapa kasus demam muncul dan menghilang dengan sendirinya pada
hari ke 4 hingga ke 7, tapi sama sekali tuidak menunjukka adanya perbaikan
pada pasien, dan terkadang demma muncul kembali pada minggu ke 2(Chen &
Rumende, 2006).
5. Pemeriksaan

a. Pemeriksaan radiologis : air bronchogram : Streptococcus pneumonia.


b. Pada pemeriksaan fisik : dengan menggunakan stetoskop, terdengar
bunyi pernafasan abnormal (seperti ronki atau wheezing). Tekanan
darah seringkali rendah dan kulit, bibir serta kuku penderita tampak
kebiruan (sianosis, karena kekurangan oksigen). Pemeriksaan yang
biasa dilakukan untuk mendiagnosis SARS :

1) Rontgen dada (menunjukkan adanya penimbunan cairan di tempat


yang seharusnya terisi udara)
2) Gas darah arteri
3) Hitung jenis darah dan kimia darah
4) Bronkoskopi
c. Pemeriksaan Laboratorium : Leukosit.
d. Pemeriksaan Laboratorium : Leukosit.
e. meriksaan Bakteriologis : sputum, darah, aspirasi nasotrakeal atau
transtrakeal, aspirasi jarum transtorakal, torakosentesis, bronskoskopi,
biopsy
f. Test DNA sequencing bagi coronavirus yang dapat diperoleh hasilnya
dalam 8 jam dan sangat akurat. Test yang lama hanya mampu
mendeteksi antibody.

6. Penatalaksana
a. Penatalaksanaan kasus suspect SARS
1) Kasus dengan gejala SARS melewati triase (petugas sudah memakai
masker N95). Untuk segera dikirim ke ruangan pemeriksaan  atau
bangsal yang sudah disiapkan.
2) Berikan masker bedah  pada penderita.
3) Petugas yang masuk keruang pemeriksaan sudah memakai
penggunaan alat proteksi perorangan  ( PAPP )
4) Catat dan dapatkan keterangan rinci mengenai tanda klinis, riwayat
perjalanan, riwayat kontak termasuk riwayat munculnya gangguan
pernapasan pada kontak  sepuluh hari sebelumnya
5) Pemeriksaan fisik
6) Lakukan pemeriksaan foto toraks dan darah tepi lengkap
7) Bila foto toraks normal lihat indikasi rawat atau tetap dirumah,
anjurkan untuk melakukan kebersihan diri, tidak masuk kantor /
sekolah dan hindari menggunakan angkutan umum selama belum
sembuh
8) Pengobatan di rumah ; simtomatik, antibiotik bila ada indikasi,
vitamin dan   makanan bergizi
9) Apabila keadaan memburuk segera hubungi dokter
10) Bila foto toraks menunjukkan gambaran infiltrat satu sisi atau dua
sisi paru dengan  atau tanpa infiltrat interstial lihat penatalaksanaan
kasus probable
b. Suspek SARS yang dirawat:
1) Isolasi
2) Perhatikan :
− Keadaan umum
− Kesadaran
− Tanda vital (tensi, nadi, frekuensi napas, suhu)
3) Terapi suportif
4) Antibiotik :  b laktam atau b laktam + Anti b laktamase oral 
ditambah makrolid generasi baru oral (roksitromisin, klaritromisin,
azitromisin)
c. Penatalaksanaan kasus probable 
1) Rawat di Rumah Sakit dalam ruang isolasi dengan kasus sejenis.
2) Pegambilan darah untuk: darah tepi lengkap,  fungsi hati, kreatin
fosfokinase, urea, elektrolit, C reaktif protein.
3) Pengambilan sampel untuk membedakan dari kasus pneumonia
tipikal/ atipikal lainnya;
- pemeriksaan usap hidung dan tenggorokan,
- biakan darah, serologi
- urine
4) Pemantauan darah 2 hari sekali
5) Foto toraks diulang sesuai indikasi klinis
6) Pemberian pengobatan
a). Ringan / sedang :
- Terapi suportif
- Antibiotik
Golongan   b laktam + anti b laktamase  (intravena) ditambah makrolid 
generasi baru  oral        
ATAU
Sefalosporin G2, G3 (intravena), ditambah makrolid generasi baru oral
ATAU
Fluorokuinolon respirasi (intravena): Moxifloxacin, Levofloxacin,
Gatifloxacin 
b). Berat
- Terapi suportif
- Antibiotik
Untuk pasien yang tidak ada faktor risiko infeksi pseudomonas :
sefalosporin G3 non pseudomonas (intravena) ditambah  makrolid 
generasi baru oral
ATAU 
fluorokuinolon respirasi (intravena)
Ada faktor risiko infeksi pseudomonas :
sefalosporin  anti pseudomonas (seftazidim, sefoperazon,
sefipim)/karbapenem (intravena) ditambah luorokuinolon anti
pseudomonas (siprofloksasin, levofloksasin) intravena/ aminoglikosida
intravena ditambah makrolid generasi baru oral
- Kortikosteroid
Hidrokortison ( intravena ) 4 mg / kg BB tiap 8 jam, tapering  atau
metilprednisolon ( intravena )  240 – 320 mg tiap hari
- Ribavirin
1,2 gr oral tiap 8 jam atau  8 mg / kg BB intravena tiap 8 jam 
Keterangan :
- Kriteria pneumonia berat salah satu diantara ini :
- Frekuensi napas > 30 x /menit
- PaO2 / FiO2 < 250 mmHg
- Foto toraks paru kelainan bilateral
- Foto toraks paru melibatkan lebih dari dua lobus
- Tekanan sistolik < 90 mmHg
- Tekanan diastolik < 60 mmHg
Risiko infeksi pseudomonas
- Bronkiektasis
- Pengobatan kortikosteroid lebih dari 10 mg/hari
- Pengobatan antibiotik spektrum luas lebih dari 7 hari pada bulan
terakhir
- Gizi kurang
Indikasi pemberian kortikosteroid dan anti virus (Ribavirin)
- Pneumonia SARS berat
- Setelah 24 jam diberikan antibiotik tidak respon
- Terdapat komorbid
d. Penatalaksanaan Kontak
1). Kontak Dengan Kasus Suspek
- Berikan informasi mengenai SARS pada kontak
- Passive Surveillance selama sepuluh hari
- Aktifitas kontak tak terbatas
- Jika timbul gejala klinis, segera menghubungi fasilitas
- kesehatan
- Gejala yang timbul pertama : panas
2). Kontak Dengan Kasus Probable
- Berikan informasi mengenai SARS pada kontak
- Active Surveillance selama sepuluh hari
- Telepon atau kunjungi oleh tim surveillance
- Catat suhu tubuh setiap hari
- Aktifitas kontak tak terbatas
- Jika timbul gejala klinis, segera menghubungi fasilitas kesehatan
- Gejala yang timbul pertama : panas
e. Indikasi Rawat 
Penderita SARS yang di rawat inap adalah :
1) Suspect SARS dengan riwayat kontak erat (+)
2) Suspect SARS dengan gejala klinis berat, yaitu:
- Sesak nafas dengan frekuensi nafas  30 kali / menit.
- Nadi lebih 100 kali/menit.
- Ada gangguan kesadaran
- Kondisi umum lemah
- Indikasi rawat inap lain ditentukan oleh dokter yang memeriksa
penderita
3) Probable  SARS
Perlu diperhatikan dalam perawatan di rumah sakit terhadap SARS
adalah : Ruang perawatan penderita suspect SARS harus dibedakan
dengan ruang penderita probable SARS. Saat memeriksa dan
merawat penderita SARS, petugas medis harus memakai
penggunaan alat proteksi perorangan (PAPP).

B. Asuhan Keperawatan Pasien dengan Severe Accute Respiratory Syndrome


(SARS)
1. Pengkajian
Hal-hal yang perlu dikaji pada pasien dengan SARS :
- Kaji terhadap nyeri, takipnea, penggunaan otot aksesori, nadi cepat
bersambungan, batuk, sputum purulen, dan auskultasi bunyi napas
untuk mengetahui konsolidasi.
- Perhatikan perubahan suhu tubuh.
- Kaji terhadap kegelisahan dan delirium dalam alkoholisme.
- Kaji terhadap komplikasi yaitu demam berlanjut atau kambuhan, tidak
berhasil untuk sembuh, atelektasis, efusi pleural, komplikasi jantung,
dan superinfeksi.
- Faktor perkembangan pasien : Umur, tingkat perkembangan,
kebiasaan sehari-hari, mekanisme koping, kemampuan mengerti
tindakan yang dilakukan.
- Pengetahuan pasien atau keluarga : pengalaman terkena penyakit
pernafasan, pengetahuan tentang penyakit pernafasan dan tindakan
yang dilakukan.
a. Pemeriksaan fisik
1) Inspeksi :
- Pasien tampak sesak
- Pasien tampak batuk tidak produktif
- Petekie
- Ekimosis
- Adanya sianosis pada jari dan mulut klien
- Adanya penggunaan otot-otot bantu pernapasan
2) Palpasi :
- Denyut nadi meningkat
- CRT > 2 detik
- Turgor kulit menurun
- Demam
- Akral dingin
3) Perkusi :
- Terdengar suara timpani pada abdomen
- Terdengar suara dullness pada perkusi paru
4) Auskultasi :
- Terdengar suara ronchi di basal paru
- Bising usus meningkat

2. Diagnosa
a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan mucus dalam
jumlah berlebih ditandai dengan penumpukan saliva, batuk tidak
efektif, terdapat suara napas tambahan, perubahan frekuensi napas
b. Kerusakan pertukaran gas b.d perubahan membran alveolar-kapiler
(kerusakan di alveoli) d.d sianosis, dispnea, hipoksia, terjadi PCH.
c. PK: Infeksi
d. Diare berhubungan dengan inflamasi ditandai dengan bising usus
hiperaktif ( > 3 x/menit), nyeri abdomen, peningkatan frekuensi BAB
dalam sehari ( 3 x/hari atau lebih)
e. Risiko penularan infeksi berhubungan dengan pemajanan penularan
melalui udara dan kontak.

3. Perencanaan

a. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif


Tujuan
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ...x24 jam diharapkan
bersihan jalan napas klien efektif dengan criteria hasil:
1)klien mampu mengeluarkan sekret tanpa bantuan
2)bunyi nafas normal, tidak ada ronchi, mengi dan stridor
3)RR dalam batas normal (16-20 x/menit)
Intervensi
Mandiri :
1) Kaji fungsi pernafasan (bunyi nafas, kecepatan nafas, dan
kedalaman)
2) Catat kemampuan untuk mengeluarkan mukosa / batuk efektif
(catat karakter dan jumlah sputum)
3) berikan pasien posisi semi fowler dan bantu pasien untuk batuk
dan latihan nafas dalam
4) bersihkan sekret dari mulut dan trakea (penghisapan sesuai
keperluan)

Kolaborasi :
1) lembabkan udara / oksigen inspirasi
2) beri obat-obatan sesuai indikasi
- mukolitik (contoh asetilsistein)
- bronkodilator (contoh okstrifilin)
- kortikosteroid (prednison)
b. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan
membrane alveolar-kapiler (kerusakan di alveoli) ditandai dengan
sianosis, dispnea, hipoksia, terjadi pernapasan cuping hidung
Tujuan
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama …x24 jam diharapkan
kerusakan pertukaran gas klien teratasi dengan kriteria hasil:
1) Tidak terdapat sianosis
2) Tidak terdapat pernapasan cuping hidung
3) Klien tidak mengalami dispnea
4) Klien tidalk mengalami hipoksia
Intervensi:
1) Kaji frekuensi, kedalaman pernapasan. Catat penggunaan otot
aksesori, napas bibir, ketidakmampuan bicara/berbincang.
2) Tinggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih posisi
yang mudah untuk bernapas. Dorong napas dalam perlahan atau
napas bibir sesuai kebutuhan/toleransi individu.
3) Kaji/awasi secara rutin kulit dan warna membran mukosa.
4) Pertahankan istirahat tidur. Dorong menggunakan teknik relaksasi
dan aktivitas senggang.
5) Dorong mengeluarkan sputum; penghisapan bila diindikasikan.
6) Palpasi fremitus
7) Awasi tingkat kesadaran/status mental. Selidiki adanya
perubahan.
8) Evaluasi tingkat toleransi aktivitas. Berikan lingkungan tenang
dan kalem. Batasi aktivitas pasien atau dorong untuk
tidur/istirahat di kursi selama fase akut. Mungkinkan pasien
melakukan aktivitas secara bertahap dan tingkatkan sesuai
toleransi individu.

c. PK Infeksi
Tujuan
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ...x24 jam diharapkan
perawat dapat meminimalkan komplikasi infeksi (sepsis) yang terjadi
dengan criteria hasil:
1) Tanda-tanda sepsis tidak ada
2) WBC dalam batas normal (5.000-10.000/ml darah)
Intervensi
Mandiri
1) Pantau tanda dan gejala infeksi
2) Ajari tentang cara pencegahan penularan infeksi
3) Monitor pemberian antibiotic dan kaji efek sampingnya.
4) Lakukan teknik steril.
5) Lakukan penkes tentang pencegahan dan penularan.
Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi
2) Kolaborasi pemberian antiinflamasi sesuai indikasi
d. Diare berhubungan dengan inflamasi ditandai dengan bising usus
hiperaktif ( > 3 x/menit), nyeri abdomen, peningkatan frekuensi BAB
dalam sehari ( 3 x/hari atau lebih)
Tujuan
Setelah diberikan asuhan keperawatan selam …x24 jam diharapkan
diare klien teratasi dengen kriteria hasil:
1) Bising usus 3 x/menit
2) Tidak terdapat nyeri abdomen
3) Frekuensi BAB normal (1-2 x/hari)
Intervensi:
1) Pantau tanda dan gejala kekurangan cairan dan elektrolit
2) Anjurkan keluarga untuk memberi minum banyak pada klien, 2-3
lt/hr
3) Diskusikan dan jelaskan tentang pembatasan diet (makanan
berserat tinggi, berlemak dan air terlalu panas atau dingin).
4) Demontrasikan serta libatkan keluarga dalam merawat perianal
(bila basah dan mengganti pakaian bawah serta alasnya)
Kolaborasi:
1) Berikan cairan parenteral ( IV line ) sesuai dengan umur
2) Obat-obatan : (antisekresin, antispasmolitik, antibiotik)

e. Risiko penularan infeksi berhubungan dengan pemajanan


penularan melalui udara dan kontak.
Tujuan
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ...x24 jam diharapkan
penularan infeksi tidak terjadi dengan kriteria hasil:
1) Pasien dan pengunjung memperagakan cuci tangan yang cermat
selama perawatan di rumah sakit
2) Pasien mengetahui dan memahami rantai infeksi dan mau
bekerjasama selama perawatan
Intervensi
1) Identifikasi penjamu yang rentan berdasarkan fokus pengkajian
tentang fakto risiko dan riwayat pemajanan.
2) Identifikasi cara penularan berdasarkan agens penginfeksi
3) Lakukan tindak kewaspadaan isolasi yang sesuai
4) Amankan ruangan yang digunakan, tergantung pada jenis infeksi
dan praktik higienis dari orang yang terinfeksi
5) Ikuti tindakan universal precaution
6) Pelacakan terhadap kontak (contact persons) : yang disebut
kontak secara epidemiologis adalah mereka yang merawat dan atau
tinggal dengan atau mereka yang kontak dengan sekret saluran
napas, cairan tubuh atau tinja penderita suspect atau probable SARS.
7) Ajarkan klien mengenai rantai infeksi dan tanggung jawab pasien
baik di rumah sakit dan di rumah
8) Ajarkan dan anjurkan cuci tangan yang cermat kepada pasien,
pengunjung dan praktisi kesehatan selama terjadi kontak di sekitar
lingkungan pasien
C. Konsep Penyakit Coronavirus Disease 2019 (COVID-19)
1. Definisi Coronavirus Disease
Sejak pertama kali terlaporkan, kasus infeksi saluran pernafasan yang
disebabkan oleh jenis virus baru yang diberinama Severe Acute
Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS CoV-2) atau COVID-19. Sesuai
dengan namanya, penyebab COVID-19 adalah virus Corona jenis baru, yakni
virus 2019-nCoV, yang kini dikenal dengan sebutan virus SARS-CoV-2
(severe acute respiratory syndrome coronavirus 2) (WHO, 2020).
Coronavirus Disease 2019 atau COVID-19 adalah penyakit menular
yang disebabkan oleh jenis coronavirus yang baru ditemukan di Wuhan,
Tiongkok, pada bulan Desember 2019. Pengurutan genetika virus ini
mengindikasikan bahwa virus ini berjenis betacoronavirus yang terkait erat
dengan virus SARS.

2. Etiologi
Pada awalnya diketahui virus ini mungkin memiliki kesamaan dengan
SARS dan MERS CoV, tetapi dari hasil evaluasi genomik isolasi dari 10
pasien, didapatkan kesamaan mencapai 99% yang menunjukkan suatu virus
baru, dan menunjukkan kesamaan (identik 88%) dengan bat-derived severe
acute respiratory syndrome (SARS)- like coronaviruses, bat-SL-CoVZC45 dan
bat-SL- CoVZXC21, yang diambil pada tahun 2018 di Zhoushan, Cina bagian
Timur, kedekatan dengan SARS-CoV adalah 79% dan lebih jauh lagi dengan
MERS-CoV (50%).
Analisis filogenetik menunjukkan COVID-19 merupakan bagian dari
subgenus Sarbecovirus dan genus Betacoronavirus. Penelitian lain
menunjukkan protein (S) memfasilitasi masuknya virus corona ke dalam sel
target. Proses ini bergantung pada pengikatan protein S ke reseptor selular dan
priming protein S ke protease selular. Penelitian hingga saat ini menunjukkan
kemungkinan proses masuknya COVID-19 ke dalam sel mirip dengan SARS.
Hai ini didasarkan pada kesamaan struktur 76% antara SARS dan COVID-19.
Sehingga diperkirakan virus ini menarget Angiotensin Converting Enzyme 2
(ACE2) sebagai reseptor masuk dan menggunakan serine protease TMPRSS2
untuk priming S protein, meskipun hal ini masih membutuhkan penelitian lebih
lanjut.
Proses imunologik dari host selanjutnya belum banyak diketahui. Dari
data kasus yang ada, pemeriksaan sitokin yang berperan pada Acute
Respiratory Distress Syndrome (ARDS) menunjukkan hasil terjadinya badai
sitokin (cytokine storms) seperti pada kondisi ARDS lainnya. Dari penelitian
sejauh ini, ditemukan beberapa sitokin dalam jumlah tinggi, yaitu: interleukin-
1 beta (IL-1β), interferon-gamma (IFN-γ), inducible protein/CXCL10 (IP10)
dan monocyte chemoattractant protein 1 (MCP1) serta kemungkinan
mengaktifkan T-helper-1 (Th1).
Selain sitokin tersebut, COVID-19 juga meningkatkan sitokin T-helper-2
(Th2) (misalnya, IL4 and IL10) yang mensupresi inflamasi berbeda dari
SARS-CoV. Data lain juga menunjukkan, pada pasien COVID-19 di ICU
ditemukan kadar granulocyte-colony stimulating factor (GCSF), IP10, MCP1,
macrophage inflammatory proteins 1A (MIP1A) dan TNFα yang lebih tinggi
dibandingkan pasien yang tidak memerlukan perawatan ICU. Hal ini
mengindikasikan badai sitokin akibat infeksi COVID-19 berkaitan dengan
derajat keparahan penyakit.
Kasus COVID-19 pertama kali ditemukan di pasar basah di Kota Wuhan
yang menjual binatang hidup eksotis. Oleh sebab itu, transmisi binatang ke
manusia merupakan mekanisme yang paling memungkinkan. Berdasarkan hasil
genom SARS-CoV-2, kelelawar dipercayai menjadi inang asal. Akan tetapi,
inang perantara karier dari virus ini masih belum diketahui secara pasti.
Transmisi antara manusia ke manusia dapat terjadi melalui kontak
langsung (dengan jarak 1 meter) atau penyebaran droplet yang dapat terjadi
saat individu yang terinfeksi batuk atau bersin. Droplet yang hinggap pada
mulut atau hidung dapat terinhalasi ke paru-paru dan menyebabkan infeksi.
Kontak pada barang yang sudah disentuh oleh pasien COVID-19, yang diikuti
dengan sentuhan pada mulut, hidung, atau mata mungkin dapat menjadi salah
satu transmisi penyebaran virus, akan tetapi rute ini bukan transmisi utama
penyebaran virus.
Faktor risiko COVID-19 sampai sekarang belum diketahui secara
menyeluruh. Faktor risiko utama dari penyakit COVID-19 adalah:

a. Riwayat bepergian ke area yang terjangkit COVID-19


b. Kontak langsung terhadap pasien yang sudah dikonfirmasi COVID-19
(CDC,2020)

Beberapa faktor risiko yang mungkin dapat meningkatkan risiko


mortalitas pada pasien COVID-19, antara lain:

a. Usia >50 tahun


b. Pasien imunokompromais, seperti HIV
c. Hipertensi
d. Diabetes mellitus
e. Penyakit keganasan, seperti kanker paru
f. Penyakit kardiovaskular, seperti gagal jantung
g. Penyakit paru obstruktif kronis
h. Disfungsi koagulasi dan organ
i. Wanita hamil
j. Skor Sequential Organ Failure Assessment (SOFA) yang tinggi
k. Neutrofilia
l. D-dimer >1 µg/L

3. Patofisiologi
Kebanyakan Coronavirus menginfeksi hewan dan bersirkulasi di hewan.
Coronavirus menyebabkan sejumlah besar penyakit pada hewan dan
kemampuannya menyebabkan penyakit berat pada hewan seperti babi, sapi,
kuda, kucing, dan ayam. Coronavirus disebut dengan virus zoonotik yaitu virus
yang ditransmisikan dari hewan ke manusia. Banyak hewan liar yang dapat
membawa patogen dan bertindak sebagai vector untuk penyakit menular
tertentu. Kelelawar, tikus bamboo, unta dan musang merupakan host yang
biasa ditemukan untuk Coronavirus. Coronavirus pada kelelawar merupakan
sumber utama untuk kejadian Severe acute respiratory syndrome (SARS) dan
Middle east respiratory syndrome (MERS)

Patofisiologi COVID-19 setelah menemukan sel host sesuai tropismenya.


Pertama, Protein S penentu utama dalam menginfeksi spesies host-nya serta
penentu tropisnya (Wang,2020). Pada study SARS-CoV protein S berikatan
dengan reseptor di sel host yaitu enzim ACE-2 (angiotensin-converting
enzyme2). ACE-2 dapat ditemukan pada mukosa oral dan nasal, nasofaring,
paru, lambung, usus halus, usus besar, kulit, timus, sumsum tulang, limpa, hati,
ginjal, otak, sel epitel alveolar paru, sel eritrosit usus halus, sel endotel arteri
vena, dan sel otot polos. Setelah berhasil masuk, selanjutnya translasi replikasi
gen dari RNA genom virus. Selanjutnya replikasi dan transkripsi dimana
sintesis virus RNA melalui translasi dan perakitan dari kompleks replikasi
virus. Tahap selanjutnya adalah perakitan dan rilis virus (Fehr,2015).
Setelah terjadi transmisi, virus masuk ke saluran napas atas kemudian
bereplikasi di sel epitel pada saluran napas atas (melakukan siklus hidupnya).
setelah itu menyebar ke saluran napas bawah. Pada infeksi akut terjadi
peluruhan virus dari saluran napas dan virus dapat berlanjut meluruh beberapa
waktu di sel gastrointestinal setelah penyembuhan. Masa inkubasi virus ini
sampai muncul penyakit sekitar 3-7 hari (PDPI,2020).

4. Manifestasi Klinis
Gejala klinis COVID-19 sangat beragam, mulai dari tanpa gejala
(asimtomatik), gejala ringan, pneumonia, pneumonia berat, ARDS, sepsis,
hingga syok sepsis. Sekitar 80% kasus tergolong ringan atau sedang, 13,8%
mengalami sakit berat, dan sebanyak 6,1% pasien jatuh ke dalam keadaan
kritis.
Berdasarkan ada tidaknya gejala klinis atau pneumonia, tingkat
keparahan pneumonia, ada tidaknya gagal nafas atau syok, dan ada tidaknya
gagal fungsi organ, kasus-kasus COVID-19 dibagi menjadi:
a. Kasus ringan (kasus dengan gejala klinis ringan dan tanpa gejala
pneumonia dari hasil rontgen);
b. Kasus biasa (dengan gejala seperti demam dan saluran pernapasan, dll.
dan terlihat gambaran pneumonia pada rontgen);
c. Kasus parah (gangguan sistem pernapasan, RR ≥30 kali/menit; level
saturasi oksigen nadi (SpO2) ≤93% pada suhu ruang saat istirahat, tekanan
parsial oksigen arteri (PaO2)/konsentrasi oksigen (FiO2) ≤300 mmHg);
d. Kasus kritis (terjadi gagal nafas dan diperlukan ventilasi mekanis;
syok, komplikasi dengan kegagalan organ lain yang membutuhkan
pemantauan dan perawatan di ICU)
Tabel 1 Klasifikasi Gejala Infeksi COVID 19

Gejala Ringan Gejala Sedang Gejala Berat

Demam >38oC Demam >38oC Demam >38oC yang


Batuk Sesak napas, batuk menetap
Nyeri tenggorokan menetap dan sakit ISPA berat/pneumonia
Hidung tersumbat tenggorokan berat:
Malaise Pada anak : batuk dan Pasien remaja atau
(tanpa pneumonia, takipneu dewasa dengan demam
tanpa komorbid) Anak dengan pneumonia atau dalam pengawasan
ringan mengalami batuk infeksi saluran napas,
atau kesulitan bernapas ditambah satu dari :
+ napas cepat frekuensi napas
Frekuensi napas : >30x/menit, distress
<2bulan ≥60x/menit; 2- pernapasan berat, atau
11 bulan ≥50x/menit; 1- saturasi oksigen (SPO2)
5 tahun ≥40x/menit dan <90% pada udara kamar.
tidak ada tanda Pasien anak dengan
pneumonia berat batuk atau kesulitan
bernapas, ditambah
setidaknya satu dari
berikut ini :
- Sianosis sentral
atau SpO2 <90%
- Distress
pernapasan berat
(seperti mendengkur,
tarikan dinding dada
yang berat);
- Tanda pneumonia
berat:
ketidakmampuan
menyusui atau
minum, letargi atau
penurunan kesadaran,
atau kejang
Dalam pemeriksaan
darah :
Leukopenia, peningkatan
monokosit, dan limfosit
atipik.

Isolasi diri di Rawat di RS Darurat Rawat di RS Rujukan


Rumah

5. Pemeriksaan

a. Anamnesis. Gejala yang dapat ditemukan yaitu 3 gejala utama:


demam, batuk kering (sebagian kecil berdahak) dan sulit bernapas atau
sesak.
b. Pemeriksaan radiologi : foto toraks, CT-scan toraks, USG toraks.
Pada pencitraan dapat menunjukkan : opasitas bilateral, konsolidasi
subsegmental, lobar atau kolaps paru atau nodul, tampilan ground
glass.
c. Pemeriksaan specimen saluran napas atas dan bawah
- Saluran napas atas dengan swab tenggorok (nasofaring dan
orofaring)
- Saluran napas bawah (sputum, bilasan bronkus, BAL, bila
menggunakan endotrakeal tube dapat berupa aspirat
endotrakeal).
d. Bronkoskopi
e. Pemeriksaan kimia darah
f. Pemeriksaan feses dan urin (untuk investigasi kemungkinan
penularan).
g. Tingkat kesadaran : kompos mentis atau penurunan kesadaran
h. Tanda vital : frekuensi nadi meningkat, frekuensi napas meningkat,
tekanan darah normal atau menurun, suhu tubuh meningkat, saturasi
oksigen dapat normal atau turun.
i. Dapat disertai retraksi otot pernapasan.
j. Pemeriksaan fisis paru didapatkan inspeksi dapat tidak simetris statis
dan dinamis, feermitus raba mengeras, redup pada daerah konsolidasi,
suara napas bronkovesikuler atau bronchial dan ronki kasar.

6. Penatalaksana

a. Isolasi pada semua kasus. Sesuai dengan gejala klinis yang muncul,
baik ringan maupun sedang.
b. Implementasi pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI)
c. Serial foto toraks untuk menilai perkembangan penyakit.
d. Suplementasi oksigen. Pemberian terapi oksigen segera kepada
pasien dengan distress napas, hipoksemia, atau syok. Terapi oksigen
pertama sekitar 5L/menit dengan target SpO2≥90% pada pasien tidak
hamil dan ≥92-95% pada pasien hamil.
e. Kenali kegagalan napas hipoksemia berat.
f. Terapi cairan. Terapi cairan konservatif diberikan jika tidak ada
bukti syok pasien dengan SARI harus diperhatikan dalam terapi
cairannya, karena jika pemberian cairan terlalu agresif dapat
memperberat kondisi distress napas atau oksigenasi. Monitoring
keseimbangan cairan dan elektrolit.
g. Pemberian antibiotic empiris.
h. Terapi simptomatik. Terapi simptomatik diberikan seperti
antipiretik, obat batuk dan lainnya jika memang diperlukan.
i. Pemberian kortikosteroid sistemik tidak rutin diberikan pada
tatalaksana pneumonia viral atau ARDS selain ada indikasi lain.
j. Observasi ketat
k. Pahami komorbid pasien.

D. Asuhan Keperawatan Pasien dengan Coronavirus Disease 2019 (COVID-


19)
1. Pengkajian
Pasien yang dicurigai COVID-19 memiliki 3 gejala utama yaitu
demam, batuk dan sesak napas. Maka dari itu perlu dilakukan pengkajian :

a. Riwayat perjalanan : Petugas kesehatan wajib mendapat secara rinci


riwayat perjalanan pasien saat yang dievaluasi dengan demam dan
penyakit pernapasan akut.
b. Pemeriksaan fisik. Pasien yang mengalami demam, batuk, dan sesak
napas serta yang telah melakukan perjalanan ke negara atau daerah
yang sudah konfirmasi adanya kasus COVID-19 harus segera
ditempatkan di ruang isolasi segera.

2. Diagnosa
1. Ansietas adalah kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu
terhadap obyek yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang
memungkinkan individu melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman
2. Defisit Perawatan Diri adalah tidak mampu melakukan atau
menyelesaikan aktivitas perawatan diri.
3. Gangguan Pertukaran Gas adalah kelebihan atau kekurangan
oksigenasi dan atau eliminasi karbondioksida pada membrane alveolar-
kapiler
4. Gangguan Sirkulasi Spontan yaitu ketidakmampuan untuk
mempertahankan sirkulasi yang adekuat untuk menunjang kehidupan.
5. Resiko Syok yaitu beresiko mengalami ketidakcukupan aliran darah ke
jaringan tubuh, yang dapat mengakibatkan disfungsi seluler yang
mengancam jiwa.

3. Perencanaan
Berikut ini adalah tujuan perencanaan perawatan utama untuk
COVID-19:
a. Cegah penyebaran infeksi.
b. Pelajari lebih lanjut tentang penyakit dan penatalaksanaannya.
c. Tingkatkan suhu tubuh adekuat
d. Kembalikan pola pernapasannya kembali normal.
e. Kurangi kecemasan.

Di bawah ini adalah intervensi keperawatan untuk pasien yang


didiagnosis dengan COVID-19:
1. Pantau tanda-tanda vital. Pantau suhu pasien; infeksi biasanya
dimulai dengan suhu tinggi; pantau juga laju pernapasan pasien
karena sesak napas adalah gejala umum lainnya.
2. Pantau saturasi O2. Pantau saturasi O2 pasien karena gangguan
pernapasan dapat menyebabkan hipoksia.
3. Pertahankan isolasi pernafasan. Simpan tisu di samping tempat tidur
pasien; buang sekresi dengan benar; mengintruksikan pasien untuk
menutup mulut saat batuk atau bersin; menggunakan masker, dan
menyarankan mereka yang memasuki ruangan untuk memakai
masker juga; letakkan stiker pernapasan pada bagan, linen, dan
sebagainya.
4. Terapkan kebersihan tangan yang ketat. Ajari pasien dan orang-
orang untuk mencuci tangan setelah batuk untuk mengurangi atau
mencegah penularan virus.
5. Kelola hipertermia. Gunakan terapi yang tepat untuk suhu tinggi
untuk mempertahankan normotermia dan mengurangi kebutuhan
metabolisme.
6. Berikan penkes pada pasien dan keluarga. Berikan informasi tentang
penularan penyakit, pengujian diagnostik, proses penyakit,
komplikasi, dan perlindungan dari virus.
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) adalah sekumpulan gejala


sakit pernapasan yang mendadak dan berat atau disebut juga penyakit infeksi
saluran pernapasan yang disebabkan oleh Coronavirus Family Paramyxovirus.
Sedangkan covid-19 merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus corona.
Virus ini juga menyerang saluran pernapasan. gejala umum pada penyakit covid-
19 maupun SARS adalah demam tinggi lebih dari 38c. dan proses penularannya
melalui udara dan kontak langsung dengan penderita.
Adapun cara penanggulangan dan pencegahan yang benar yaitu dengan
menjaga gaya hidup sehat (makan,tidur dan olahraga) untuk menjaga daya tahan
tubuh, menjaga etika ketika batuk dan bersin, dan mengurangi interaksi dengan
orang lain.

B. Saran

Berdasarkan dari apa yang telah dibahas, maka saran yang dapat
disampaikan adalah aplikasikan bagaimana cara pencegahan penyakit tersebut
dalam kehidupan sehari-hari (spt, rajin mencuci tangan, menghindari kerumunan,
tidak menyentuh hidung dan mulut sembarangan, menggunakan masker apabila
keluar rumah, dan sebagainya), dan jangan terlalu merasa tertekan atau terbebani
selama wabah, karena yang dibutuhkan adalah kuatnya sistem kekebalan tubuh
atau metabolisme dan dapat meningkatkan imun dengan olahraga dan makan
makanan yang sehat.
DAFTAR PUSTAKA

Alfi Nur Akmalia, Askep SARS (2018),


https://alfinurakmalia.blogspot.com/2018/01/bab-i-pendahuluan-a.html Akses
: 2 September 2020

Audric Albertus. Coronavirus disease 2019 (COVID 19).


https://www.alomedika.com/penyakit/penyakit-infeksi/coronavirus-disease-
2019-covid-19/etiologi Akses : 2 September 2020

CDC. Virus corona Disease 2019 (COVID-19). Centers for Disease Control and
Prevention. 2020. https://www.cdc.gov/virus corona/2019-ncov/prepare/
Akses : 2 September 2020-09-03

Chen K, Rumende CM. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. FK UI: Jakarta
https://www.ejmo.org/pdf/2019%20Novel%20Coronavirus
%20COVID19%20Outbreak%20A%20Review%20of%20the%20Current
%20Literature-12220.pdf Akses : 2 September 2020

Guo Y-R, Cao Q-D, Hong Z-S, Tan Y-Y, Chen S-D, Jin H-J, et al. The origin,
transmission and clinical therapies on virus corona disease 2019 (COVID-19)
outbreak - an update on the status. Mil Med Res. 2020;7(1):11.
https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/32169119/ Akses : 2 September 2020

Nurul Faralah, Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS),


https://www.alomedika.com/penyakit/penyakit-infeksi/severe-acute-
respiratory-syndrome-sars/patofisiologi Akses : 2 September 2020
PDPI.2020. Jurnal Respirologi Indonesia.40(2)
file:///C:/Users/User/Downloads/101-369-4-PB.pdf Akses : 2 September 2020

Sahin AR. 2019 Novel Virus corona (COVID-19) Outbreak: A Review of the
Current Literature. Eurasian J Med Investig. 2020;4(1):1–7.
https://www.ejmo.org/pdf/2019%20Novel%20Coronavirus
%20COVID19%20Outbreak%20A%20Review%20of%20the%20Current
%20Literature-12220.pdf Akses : 2 September 2020

Yuliana.2020. Wellness and Healthy Magazine : Corona virus disease. 2(1). ISSN
2656-0062. file:///C:/Users/User/Downloads/95-284-1-PB.pdf Akses : 2
september 2020

Anda mungkin juga menyukai