Anda di halaman 1dari 14

PANCASILA DALAM KONTEKS

KETATANEGARAAN
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pancasila

Dosen Pengampu : Tubagus Umar Syarif Hadiwibowo,M.Pd

Di susun oleh :
Chronika Sulastri (344070190090)
Dian Cahya Aprilia (344070190079)
Fadhilatul Marhamah (344070190030)
Mita Rahmawati (344070190080)
Kelas IC

DIPLOMA III KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2019

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan bimbinganNya,
saat ini kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “Pancasila dama Konteks
Ketatanegaraan Indonesia”.
Makalah ini disusun berdasarkan fakta dengan menggunakan beberapa artikel yang
membahas tentang topik ini. Penyusunan makalah ini diharapkan dapat memberi penjelasan
mengenai apa itu filsafat dan mengapa Pancasila biasa menjadi system filsafat bangsa
Indonesia.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Pancasila. Kami
menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran dari
semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini bisa memberikan informasi mengenai Pancasila sebagai system
filsafat dan bermanfaat bagi para pembacanya. Atas perhatian dan kesempatan yang diberika
nuntuk membuat makalah ini kami ucapkan terima kasih.

Serang, 17 November 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................... ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang ............................................................................................ 1


B. Rumusan masalah ....................................................................................... 1
C. Tujuan penulisan ........................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pancasila dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia ................................... 3


B. Hukum dasar negara .................................................................................. 3
C. Undang-undang Dasar 1945 ...................................................................... 5
D. Struktur pemerintahan Negara menurut UUD 1945.................................. 6

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................................. 10
B. Saran ........................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 11

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Sebagai dasar negara, Pancasila merupakan suatu asas kerohanian yang dalam ilmu
kenegaraan populer disebut sebagai dasar filsafat negara (pilisophisce gronslag). Dalam
kedudukan ini Pancasila merupakan sumber nilai dan sumber norma dalam setiap aspek
penyelenggaraan negara, termasuk dalam sumber tertib hukum di Indonesia, sehingga
Pancasila merupakan sumber nilai, norma dan kaidah baik moral maupun hukum di
Indonesia. Oleh karenanya, Pancasila merupakan sumber hukum negara baik yang tertulis
maupun yang tak tertulis atau convensi.
Indonesia adalah negara demokrasi yang berdasarkan atas hukum, oleh karena itu
dalam segala aspek pelaksanaan dan penyelenggaraan negara diatur dalam system peraturan
perundang-undangan. Hal inilah yang dimaksud dengan pengertian Pancasila dalam konteks
ketatanegaraan Republik Indonesia.
Dalam beberapa tahun ini Indonesia mengalami perubahan yang sangat mendasar
mengenai system ketatanegaraan. Dalam hal perubahan tersebut Secara umum dapat kita
katakan bahwa perubahan mendasar setelah empat kali amandemen UUD 1945 ialah
komposisi dari UUD tersebut, yang semula terdiri atas Pembukaan, Batang Tubuh dan
Penjelasannya, berubah menjadi hanya terdiri atas Pembukaan dan pasal-pasal. Penjelasan
UUD 1945, yang semula ada dan kedudukannya mengandung kontroversi karena tidak turut
disahkan oleh PPKI tanggal 18 Agustus 1945, dihapuskan. Materi yang dikandungnya,
sebagian dimasukkan, diubah dan ada pula yang dirumuskan kembali ke dalam pasal-pasal
amandemen. Perubahan mendasar UUD 1945 setelah empat kali amandemen, juga berkaitan
dengan pelaksana kedaulatan rakyat, dan penjelmaannya ke dalam lembaga-lembaga
negara. Sebelum amandemen, kedaulatan yang berada di tangan rakyat, dilaksanakan
sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat. Majelis yang terdiri atas anggota-
anggota DPR ditambah dengan utusan dari daerah-daerah dan golongan-golongan itu,
demikian besar dan luas kewenangannya. Antara lain mengangkat dan memberhentikan
Presiden, menetapkan Garis-garis Besar Haluan Negara, serta mengubah Undang-Undang
Dasar.

B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian dari pancasila dalam konteks ketatanegaraan RI ?

4
2. Apa hukum dasar negara Indonesia?
3. Bagaimana kedudukan UUD 1945?
4. Bagaimana struktur pemerintahan negara Indonesia menurut UUD 1945 ?

C. Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari pancasila dalam konteks ketatanegaraan.
2. Untuk mengetahui hukum dasar negara Indonesia.
3. Untuk mengetahui kedudukan UUD 1945.
4. Untuk mengetahui struktur pemerintahan negara Indonesia menurut UUD 1945.

5
BAB II

PEMBAHASAN

E. Pancasila dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia


Sebagai dasar negara, Pancasila merupakan suatu asas kerohanian yang dalam ilmu
kenegaraan populer disebut sebagai dasar filsafat negara. Dalam kedudukan ini Pancasila
merupakan sumber nilai dan sumber norma dalam setiap aspek penyelenggaraan negara,
termasuk sebagai sumber tertib hukum di negara Republik Indonesia. Konsekuensinya seluruh
peraturan perundang-undangan serta penjabarnya senantiasa berdasarkan nilai-nilai yang
terkandung dalam sila-sila Pancasila. Dalam konteks inilah maka Pancasila merupakan suatu
asas kerohanian negara, sehingga merupakan suatu sumber nilai, norma dan kaidah hukum
dalam ketatanegaraan Republik Indonesia.
Kedudukan Pancasila yang demikian ini justru mewujudkan fungsinya yang pokok
sebagai dasar negara Republik Indonesia, yang manifestasinya dijabarkan dalam suatu
peraturan perundang-undangan. Pancasila merupakan sumber hukum dasar negara baik yang
tertulis yaitu Undang-Undang Dasar negara maupun hukum dasar tidak tertulis atau convensi.
Negara Indonesia adalah negara demokrasi yang berdasarkan atas hukum, oleh karena itu
segala aspek dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan negara diatur dalam suatu system
peraturan perundang-undangan. Pengertian Pancasila dalam konteks ketatanegaraan Republik
Indonesia adalah pembagian kekuasaan, lembaga-lembaga tinggi negara, hak dan kewajiban
warga negara, keadilan social dan lainnya diatur dalam suatu Undang-Undang Dasar negara.
Pembukaan UUD 1945 dalam konteks ketatanegaraan Republik Indonesia memiliki
kedudukan yang sangat penting karena merupakan staasfundamentalnorm dan berada pada
hierarkhi tertib hukum tertinggi di Negara Indonesia.

F. Hukum Dasar Negara


Ada dua macam hukum dasar, yaitu hukum dasar tertulis (Undang-Undang Dasar) dan
hukum dasar tidak tertulis (Konvensi).

1. Hukum Dasar Tertulis (Undang-Undang Dasar)


E.C.S. Wade dalam bukunya Constitutional Law mengatakan bahwa secara
umum undang-undang dasar adalah suatu naskah yang memaparkan kerangka dan
tugas-tugas pokok dari badan-badan pemerintahan suatu negara dan menentukan cara
kerja badan-badan tersebut. Jadi pada prinsipnya mekanisme dan dasar setiap sistem

6
pemerintahan diatur dalam undang-undang dasar. Bagi mereka yang menganggap
negara sebagai satu organisasi kekuasaan, maka mereka dapat memandang
undangundang dasar sebagai sekumpulan asas yang menetapkan bagaimana kekuasaan
tersebut dibagi antara badan legislatif, eksekutif, dan yudikatif (Indonesia tidak
menganut sistem Trias Politika tersebut, tetapi menganut sistem pembagian kekuasaan
dengan lima lembaga negara). Undang-undang dasar menentukan bagaimana pusat-
pusat kekuasaan ini bekerjasama dan menyesuaikan diri satu sama lain. Undang-undang
dasar juga merekam hubungan-hubungan kekuasaan dalam suatu negara.

2. Hukum Dasar Tidak Tertulis (Convensi)


Konvensi adalah hukum yang yang timbul dan terpelihara dalam praktek
penyelenggara negara secara tidak tertulis. Sifat-sifat konvensi adalah sebagai berikut:
1. Merupakan kekuasaan yang muncul berulang kali dan terpelihara dalam
praktek penyelenggaraan negara.
2. Tidak bertentangan dengan undang-undang dasar dan berjalan sejajar.
3. Dapat diterima oleh seluruh rakyat.
4. Bersifat sebagai pelengkap yang tidak terdapat di dalam undang-undang dasar.
Konvensi misalnya terdapat pada praktek penyelenggara negara yang sudah
menjadi hukum dasar yang tidak tertulis, seperti:
a. Pidato kenegaraan Republik Indonesia setiap tanggal 16 Agustus di dalam
sidang Dewan Perwakilan Rakyat.
b. Pidato Presiden yang diucapkan sebagai keterangan pemerintah tentang
RAPBN pada minggu pertama Januari setiap tahunnya.
c. Pidato pertanggungjawaban Presiden dan Ketua Lembaga Negara lainnya
dalam sidang Tahunan MPR.(yang dimulai sejak tahun 2000).
d. Mekanisme pembuatan GBHN.
Keempat hal tersebut secara tidak langsung merupakan realisasi UUD 1945
(merupakan pelengkap). Yang berwenang mengubah konvensi menjadi rumusan yang
bersifat tertulis adalah MPR, dan rumusannya bukan berupa hukum dasar melainkan
tertuang dalam ketetapan MPR.

7
G. Undang-Undang Dasar 1945
1. Pengertian Undang-undang Dasar 1945
Undang-undang dasar dalam UUD 1945 adalah hukum dasar tertulis yang
bersifat mengikat bagi pemerintah, lembaga negara, lembaga masyarakat, dan warga
negara Indonesia di mana pun mereka berada, serta setiap penduduk yang ada di
wilayah Republik Indonesia. Sebagai hukum, UUD 1945 berisi norma, aturan, atau
ketentuan yang harus dilaksanakan dan ditaati.
2. Kedudukan Undang-undang Dasar 1945
Undang-undang dasar merupakan hukum dasar yang menjadi sumber hukum.
Setiap produk hukum seperti undang-undang, peraturan, atau keputusan pemerintah.
bahkan setiap kebijaksanaan pemerintah harus berlandaskan dan bersumber pada
peraturan yang lebih tinggi dan tidak bertentangan dengan ketentuan-ketentuan UUD
1945. Dalam kerangka tata susunan norma hukum yang berlaku, UUD 1945 merupakan
hukum yang menempati kedudukan tertinggi. seperti telah dijelaskan, UUD 1945
ditetapkan dan dijelaskan oleh PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) pada
tanggal 18 Agustus 1945. Dalam ayat (2) aturan tambahan UUD 1945 disebutkan
bahwa dalam 6 bulan sesudah MPR dibentuk, majelis itu bersidang untuk menetapkan,
UUD. Aturan tambahan ini menunjukkan bahwa status UUD 1945 adalah sementara.
Sesungguhnya rencana pembuat UUD 1945 adalah bahwa sebelum tanggal 17 Agustus
1946 undang-undang dasar tetap diharapkan dapat disusun oleh badan yang berwenang,
yaitu MPR hasil Pemilu sebagaimana ditetapkan dalam UUD 1945 itu sendiri, tetapi
suasana politik waktu itu tidak memungkinkan realisasi rencana tersebut. Kini UUD 45
tidak bersifat sementara lagi, karena telah ditetapkan oleh MPR menjadi konstitusi
tertulis. Namun UUD 45 tetap bersifat fleksibel.
3. Sifat Undang-undang Dasar 1945
Dalam Penjelasan UUD 1945 sebelum amandemen menyatakan bahwa UUD
1945 bersifat singkat dan supel, yakni hanya memuat 37 pasal, ditambah 4 pasal aturan
peralihan dan 2 ayat aturan tambahan. Setelah amandemen keempat (ST MPR 2002),
sifat singkat dan supel masih mewarnai UUD 1945 karena ia masih berisi hal-hal pokok
dan masih dimungkinkan untuk terus disesuaikan dengan perkembangan bangsa dan
negara Indonesia. UUD 1945 hasil amandemen terdiri atas 37 pasal ditambah 3 pasal
aturan peralihan dan 2 pasal aturan tambahan.
Sifat undang-undang yang singkat dan supel itu juga dikemukakan dalam
Penjelasan:

8
a. Undang-Undang Dasar itu sudah cukup apabila telah memuat aturan-aturan
pokok saja, hanya memuat garis-garis besar sebagai instruksi kepada
pemerintah pusat dan lain-lain penyelenggara negara untuk menyelenggarakan
kehidupan negara dan kesejahteraan sosial.
b. UUD 1945 yang singkat dan supel itu lebih baik bagi negara seperti Indonesia
ini, yang masih harus berkembang, harus terus hidup secara dinamis, masih terus
akan mengalami perubahan-perubahan.
Dengan aturan-aturan yang tertulis, yang hanya memuat aturan pokok, Undang-
undang Dasar menjadi aturan yang luwes, supel, dan tidak ketinggalan zaman. Ini tidak
berarti bahwa UUD 1945 tidak lengkap atau tidak sempurna dan mengabaikan
kepastian. Keluasan atau fleksibilitas ini tetap menjamin kejelasan dan kepastian
hukum apabila aturan-aturan pokok itu menyerahkan pengaturan lebih lanjutnya kepada
aturan hukum dalam tingkat yang lebih rendah, misalnya ketetapan MPR dan undang-
undang, yang pembuatan, pengubahan, dan pencabutannya lebih mudah daripada UUD
1945. Selain itu, penjelasan UUD 1945 menekankan bahwa semangat penyelenggara
negara, semangat pemimpin pemerintahan sangat penting. Karena itu, setiap
penyelenggara negara dan pemimpin pemerintahan selain harus mengetahui teks UUD
1945 juga harus menghayati semangatnya. Dengan semangat penyelenggara negara dan
pemimpin pemerintahan yang baik, pelaksanaan aturan-aturan pokok yang tertera
dalam UUD 1945 akan baik dan sesuai dengan maksud ketentuannya.

H. Struktur Pemerintahan Negara Indonesia menurut UUD 1945

Secara garis besar gambaran tentang sistem pemerintahan negara yang dianut oleh
UUD 1945 yang telah diamandemen adalah sebagai berikut :

a. Kedaulatan berada ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut UUD (pasal 1 ayat 2).
Dalam UUD 1945 yang telah diamandemen, MPR tidak mempunyai
kewenangan untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden, tetapi hanya sebatas melantik
(pasal 3 ayat 3 dan pasal 8 ayat 3). Dengan demikian hanya dengan GBHN, UUD 1945
tidak lagi mengenal istilah GBHN sebagai produk MPR. Kewenangan terbesar MPR
adalah menetapkan dan mengubah UUD (pasal 3 ayat 1) selain mengenai Pembukaan
UUD dan bentuk Kesatuan Negara Republik Indonesia (pasal 37 ayat 5).

9
b. Sistem Konstitusional
Sistem konstitusional dalam UUD 1945 tercermin dalam ketentuan-ketentuan
sebagai berikut:
1) Kedaulatan ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut UUD (pasal 1 ayat 2).
2) MPR hanya dapat memberhentikan Presiden dan/atau Wakil Presiden dalam
masa jabatannya menurut UUD (pasal 3 ayat 3).
3) Presiden RI memegang kekuasaan pemerintah menurut UUD (pasal 4 ayat 1).
4) Presiden dan/atau Wakil Presiden sebelum memangku jabatannya bersumpah
atau berjanji memegang teguh UUD (pasal 9 ayat 1).
5) Hak-hak DPR ditentukan oleh UUD (pasal 20A).
6) Setiap UU yang berlaku tidak boleh bertentangan dengan UUD pasal 24C ayat
1).
7) Kewenangan lembaga negara ditentukan oleh UUD (pasal 24C ayat 1).
8) Putusan dugaan pelanggaran oleh Presiden dan atau Wakil Presiden oleh
Mahkamah Konstitusi menurut UUD (pasal 24C ayat 2).
c. Negara Indonesia adalah negara hukum (pasal 1 ayat 3).
d. Presiden adalah pemegang kekuasaan pemerintah menurut UUD (pasal 4 ayat 1).
Namun dalam kewajibannya Presiden dibantu oleh Wakil Presiden.
e. Presiden adalah penyelenggara pemerintahan negara yang tertinggi. Presiden
memegang tanggungjawab atas jalannya pemerintahan menurut UUD, dan Presiden
diberi kewenangan untuk membentuk suatu dewan pertimbangan yang bertugas
memberikan nasehat dan pertimbangan kepada Preisden.
f. Menteri negara ialah pembantu Presiden (pasal 17 ayat 1), oleh karena itu kedudukan
menteri sangat tergantung pada Presiden (pasal 17 ayat 2)
g. Kekuasaan Kepala Negara tidak tak terbatas. Presiden selaku kepala negara
mempunyai kekuasan yang sangat luas, meskipun tidak bersifat mutlak. Kekuasaan
kepala negara yang tidak tak terbatas itu adalah dimana kontrol DPR atas berbagai
kewenangan presiden sangatlah dominan.
h. Indonesia ialah negara kesatuan yang berbentuk Republik (pasal 1 ayat 1 dan pasal
18 ayat 1). NKRI dibagi atas daerah-daerah provinsi, kabupaten, dan kota itu
mempunyai pemerintah daerah.

10
1. Kelembagaan Negara menurut UUD 1945
a. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)
Keanggotaan MPR terdiri atas anggota DPR yang dipilih melalui pemilu,
dengan suara terbanyak dan sedikitnya MPR bersidang sekali dalam lima tahun
di ibukota negara. Kewenangan MPR adalah mengubah dan menetapkan UUD
(pasal 3)
b. Presiden dan Wakil Presiden
Presiden memegang kekuasaan pemerintah menurut UUD, dan dalam
melakukan kewajibannya dibantu oleh seorang Wakil Presiden. Presiden berhak
mengajukan RUU, dan menetapkan Peraturan Pemerintah untuk menjalankan UU
(pasal 5). Presiden memegang masa jabatan selama lima tahun. Syarat untuk
menjadi Presiden dan Wakil Presiden adalah :
1) WNI sejak kelahirannya
2) Tidak pernah menerima kewarganegaraan lain karena kehendaknya
sendiri.
3) Tidak pernah menghianati negara
4) Mampu secaraa jasmani dan rohani untuk melakukan kewajibannya
5) Syarat-syarat lainnya akan diatur dengan UU (pasal 6Syarat-syarat
lainnya akan diatur dengan UU (pasal 6).
c. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
Keanggotaan DPR dipilih oleh pemilu dengan suara terbanyak. DPR
memiliki fungsi legislatif, anggaran, dan pengawasan, untuk itu DPR diberikan
hak-hak interpelasi, angket, menyatakan pendapat, mengajukan pertanyaan,
menyampaikan usul dan pendapat serta imunitas (pasal 20).
d. Dewan Perwakilan Daerah (DPD)
Anggota DPD juga dipilih oleh pemilu dengan suara terbanyak dari setiap
provinsi. DPD bersidang paling sedikitnya sekali dalam setahun. DPD berhak
mengajukan RUU kepada DPR dan ikut membahasnya sesuai dengan bidangnya.
e. Komisi Pemilihan Umum (KPU)
KPU biasa ditugaskan dalam rangka Pemilu agar terselenggara sesuai asas
(luberjurdil).

11
f. Bank Sentral
Negara memiliki satu bank sentral yang susunan, kedudukan,
kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan UU (pasal 23D).
g. Badan Pengawas Keuangan (BPK)
BPK diadakan untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab tentang
pengelolaan keuangan yang bebas dan mandiri. Hasil pemeriksaan keuangan
negara diserahkan kepada DPR, DPD, dan DPRD untuk ditindklanjuti (pasal
23E).
h. Mahkamah Agung (MA)
Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk
menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan, dan
dilakukan oleh sebuah MA dan badan peradilan yang berada dibawahnya.
i. Komisi Yudisial
Komisi yudisial bersifat mandiri yang berwenang mengusulkan
pengangkatan hakim agung dan mempunyai wewenang lain dalam rangka
menjaga dan menegakkan kehormatan, keluruhan martabat serta perilaku
hakim.
j. Mahkamah Konstitusi
MK berwenang mengadili pada tingkat pertama dan tingkat terakhir
yang putusannya bersifat final untuk mengkaji UU terhadap UUD, dan lain-lain.

12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan rumusan masalah di atas dapat disimpulkan :
Pancasila merupakan suatu asas kerohanian yang dalam ilmu kenegaraan populer disebut
sebagai dasar filsafat negara. Pancasila menempati posisi sebagai dasar dan ideologi negara
yang tidak dipersoalkan lagi, ketetapan Pancasila sebagai ideologi negara tercantum dalam
ketetapan MPR No. 18 Tahun 1998 tentang pencabutan dari ketetapan MPR No. 2 tahun 1978
tentang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila dan penegasan Pancasila sebagai
Dasar Negara. Pasal 1 ketetapan MPR tersebut menyatakan bahwa Pancasila sebagaimana di
maksud dalam Pembukaan UUD 45 ialah Dasar negara dari NKRI yang harus dilaksanakan
secara konsisten dalam kehidupan bernegara. Pancasila merupakan sumber nilai dan sumber
norma dalam setiap aspek penyelenggaraan negara, termasuk sebagai sumber tertib hukum di
negara Republik Indonesia. Konsekuensinya seluruh peraturan perundang-undangan serta
penjabaran-nya senantiasa berdasarkan nilainilai yang terkandung dalam sila-sila Pancasila.
Pancasila sebagai Pandangan Hidup dan sebagai Dasar Negara, Kedudukan dan fungsi
Pancasila sebagai kaidah negara yang fundamental yang bersifat tetap, sekaligus sebagai norma
tertinggi, sumber dari segala sumber hukum dalam negara. Karenanya, kaidah ini tidak dapat
diubah, oleh siapapun dan lembaga apapun, karena kaidah ini ditetapkan hanya sekali oleh
Pendiri Negara. Implikasi pencabutan Pancasila berarti pencabutan dan atau pembubaran
negara yang telah didirikan oleh pendiri negara.

B. Saran
Kepada semua pembaca atau siapa saja yang menyempatkan membaca makalah ini bila
mendapat kekeliruan terhadap materi kami harap bisa meluruskannya dan memakluminya.
Maka kami banyak berharap kepada para pembaca untuk tidak segan memberikan kritik, saran,
dan masukan yang membangun kepada kami.

13
DAFTAR PUSTAKA
Halim,A.(2016). Posisi Ideologi Pancasila dalam Sistem Ketatanegaraan:Suatu Kajian
Filsafat. Seminar Nasional Hukum,517-532.

Kaderi, Alwi.2015.Pendidikan Pancasila untuk Perguruan Tinggi. Banjarmasin.Aswaja


Pressindo

Pasaribu, Rowland B.F., Pendidikan Pancasila: Pancasila dalam Konteks Ketatanegaraan


Widisuseno, Iriyanto.dkk.2007.Pendidikan Pancasila.Semarang.BP Undip

14

Anda mungkin juga menyukai