Anda di halaman 1dari 39

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang berkaitan

dengan pola perilaku hidup.hipertensi masih menjadi masalah karena

meningkatnya prevelensi hipertensi, masih banyak pasien hipertensi yang belum

mendapatkan pengobatan maupun yang telah diobati namun tekanan darahnya

belum mencapai target, dan adanya penyakit serta komplikasi berupa kerusakan

organ, target terutama pada jantung dan pembuluh darah yang memperburuk

`prognosis pasien hipertensi (hasna, dkk, 2014) .

Berdasarkan laporan data WHO pada tahun 2014 terdapat sekitar 600 juta

penderita hipertensi diseluruh dunia. Prevalensi tertinggi terjadi di wilayah afrika

yaitu sebesar 30%. Prevelensi terendah terdapat di wilayah Amerika

SerikatPrevalensi hipertensi di Indonesia yang didapat melalui pengukuran pada

kelompok umur ≥18 tahun sebesar 25,8% (Djaelani, 2015).

Prevalensi hipertensi pada setiap propinsi di Indonesia pada kelompok

umur ≥18 tahun tergolong cukup tinggi. Sebagai contoh prevalensi hipertensi di

beberapa provinsi antara lain Bangka Belitung, Kalimantan Selatan, Kalimantan

Timur dan Jawa Barat pada tahun 2013 rata rata diatas 29,4%. Sedangkan

prevalensi hipertensi pada kelompok umur ≥18 tahun di Jawa Tengah pada tahun

2013 sebesar 26,4%. Jika saat ini penduduk Indonesia sebesar 252.124.458 jiwa

maka terdapat 65.048.110 jiwa yang menderita hipertensi. Suatu kondisi yang

cukup mengejutkan. Terdapat 13 provinsi yang persentasenya melebihi angka


2

nasional, dengan tertinggi di Provinsi Bangka Belitung (30,9%) atau secara

absolut sebanyak 30,9% x 1.380.762 jiwa = 426.655 jiwa (Kemenkes RI, 2014).

Data Riskesdas 2013 setiap propinsi di Indonesia, di Sulawesi Selatan

prevalensi hipertensi pada kelompok umur ≥18 tahun sebesar 28,1% ( data dinas

provinsi sulawesi -selatan).

Hipertensi pada lanjut usia sebagian besar merupakan hipertensi sistolik

terisolasi (HST), meningkatnya tekanan sistolik menyebabkan besarnya

kemungkinan timbulnya kejadian stroke dan infark myocard bahkan walaupun

tekanan diastoliknya dalam batas normal (isolated systolic hypertension). Isolated

systolic hypertension adalah bentuk hipertensi yang paling sering terjadi pada

lansia. Pada suatu penelitian, hipertensi menempati 87% kasus pada orang yang

berumur 50 sampai 59 tahun. Adanya hipertensi, baik HST maupun

kombinasi sistolik dan diastolik merupakan faktor risiko morbiditas dan

mortalitas untuk orang lanjut usia. Hipertensi masih merupakan faktor risiko

utama untuk stroke, gagal jantung penyakit koroner, dimana peranannya

diperkirakan lebih besar dibandingkan pada orang yang lebih muda

(Kuswardhani, 2007)

Kebijakan lain dari pemerintah adalah mengelola penyakit hipertensi

dengan pengendalian secara kompruehensif terutama promotif-preventif, sarana

diagnostik dan pengobatan. Pemakaian obat herbal tradisional sebagai langkah

promotif preventif pengelolaan hipertensi kini telah banyak dikembangkan.

Pemerintah mendukung penelitian dan pengembangan obat tradisional. Undang-

Undang RI No.23 tahun 1992, Sistem Kesehatan Nasional, Resolusi World


3

Health Assembly, dan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI

No.0584/MENKES/SK/VI/1995 tentang Sentra Pengembangan dan Penerapan

Pengobatan Tradisional (Sentra P3T).(Eka kurnia, 2015).

Terdapat dua jenis terapi hipertensi yaitu dengan farmakologis (medis) dan

non farmakologis (herbal). Terapi non farmakologis adalah suatu pengobatan

dengan tidak diberikan obat, yaitu dengan olahraga, mengurangi konsumsi rokok

dan alkohol, dan diet sayuran atau buah, salah satunya dengan menggunakan labu

siam. Labu siam merupakan sayuran yang tumbuh pada subtropis selain sebagai

makanan juga digunakan sebagai obat. Labu siam banyak dikonsumsi masyarakat

karena harganya cukup murah serta rasanya enak dan dingin. Kandungan kalium

dalam labu siam diketahui memiliki efek diuretik sehingga dapat menurunkan

kadar garam dalam darah melalui ekskresi urin (Rizky, 2018).

Labu siam berkhasiat sebagai antipiretik, antiinflamasi, dan menurunkan

tekanan darah tinggi. Labu siam mudah didapat, dengan harga yang terjangkau,

serta tidak ada efek samping. Labu siam merupakan obat alami penurun tekanan

darah tinggi karena mengandung kalium. Selain asam folat, labu siam pun

mengandung potassium, energi, protein, lemak, karbohidrat, serat, gula, kalsium,

seng, tembaga, mangan, selenium, vitamin C, tiamin, riboflavin, niasin, vitamin

B6, vitamin E. Vitamin K yang sangat bermaaf bagi tubuh. Labu siam memiliki

banyak manfaat bagi kesehatan tubuh diantaranya dapat menurunkan tekanan

darah tinggi karena mengandung kalium (Nisa, 2014).

Kalium dapat mengurangi sekresi renin yang menyebabkan penurunan

angiostensin II sehingga vasokontriksi pembuluh darah berkurang dan menurunya


4

aldosteron sehingga reabsorbsi natrium dan air kedalam darah berkurang. Kalium

juga mempunyai efek pompa Na-K yaitu kalium dipompa dari cairan ekstra

selular ke dalam sel, dan natrium dipompa keluar sehingga kalium dapat

menurunkan tenanan darah (Guyton, 2008). Buah labu siam mengandung zat

saponin, tannin juga alkaloid. Daun dari labu siam mengandung saponin, polifenol

serta flavonoid. Buah tanaman labu bagus untuk menyembuhkan penyakit

sariawan, demam juga panas dalam pada anak. Ini dikarenakan tanaman labu

banyak mengandung air di dalamnya (Nurjannah, 2015).

Berdasarkan data dari Puskesmas Passimarannu Kabupaten Kepulauan

Selayar pada tahun 2016 terdapat 49 wanita menapouse mengalami hipertensi ,

sedangkan pada tahun 2017 terdapat wanita menopause mengalami hipertensi

sebnanyak 53 orang, pada tahun 2018 terdapat 34 wanitamenopause yang

mengalami hipetensi terhitung dari bulan Januari – november dan ibu menopouse

mengatakan biasanya menggunakan obat penurun tekanan darah yang bersifat

farmakologi untuk menurunkan tekanan darahnya(Rizky, 2018) .

Dari latar belakang diatas maka penulis tertarik melakukan penelitian

tentang “ efektifitas pemberian Jus Labu siam terhadap penurunan tekanan darah

pada wanita menapouse yang mengalami hipertensi di Puskesmas Kanjilo

Kabupaten Gowar“

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah: “Apakah pemberian Jus Labu Siam Efektif terhadap penurunan

tekanan darah pada penderita hipertensi pada wanita monapouse ?”.


5

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui efektivitas pemberian Jus Labusiam terhadap

penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi pada wanita menopause .

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui tekanan darah systole dan diastole sebelum diberikan

intervensi

b. Untuk mengetahui tekanan darah systole dan diastole sesudah diberikan

intervensi

D. Manfaat Penelitian

1.Manfaat Teoritis

Hasil Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan ilmu

kebidanan khususnya dalam bidang kesehatan reproduksi terkait penurunan

hipertensi pada wanita Menopouse.

2.Manfaat Ilmiah

Hasil Penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan bagi

Instansi Pelayanan Kesehatan dalam rangka meningkatkan promosi

kesehatan khususnya efektivitas pemberian jus labu siam terhadap

penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi pada wanita menapouse.

3.Manfaat Praktis

Manfaat bagi peneliti adalah sebagai pengalaman berharga dan

bermanfaat dalam menambah ilmu pengetahuan khususnya efektifitas


6

pemberian Jus Labusiam terhadap penurunan tekanan darah pada penderita

Hipertensi pada wanita Menapause .


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Wanita Monopause

1. Pengertian

Menopause adalah haid terakhir yang dialami oleh wanita yang masih

dipengaruhi oleh hormon reproduksi yang terjadi pada usia menjelang atau

memasuki usia 50 tahun .

Menopause terjadi pada usia yang bervariatif, terjadi rata-rata usia 45-

50 tahun, pada dewasa ini ada kecenderunngan untuk terjadinya menopause

pada umur yang lebih tua misalnya pada tahun 1915 menopouse dikatakan

terjadi pada umur 44 tahun sedangkan pada tahun 1950 menopause terjadi

pada umur yang mendekati 50 tahun (Chandranita, 2013).

2. Tahap – Tahap Menopause

menapouse terjadi dalam tiga tahap , yaitu :

a. Pra Menopause

Pada fase ini seorang wanita akan mengalami kekacauan pola menstruasi

terjadi perubahan psikologis/kejiwaan, terjadi perubahan fisik.

Berlangsung selama 4-5 tahun. Terjadi pada usia 48-55 tahun .

b. Menopause

Terhentinya menstruasi. perubahan dan keluhan psikologis dan fisik makin

menonjol. Berlangsung sekitar 3-4 tahun pada usia antara 56-60 tahun.
8

c. Pasca menopause

Terjadi pada usia diatas 60-65 tahun. Wanita beradaptasi terhadap

perubahan psikologis dan fisik.keluhan makin berkurang (Eva, dkk, 2013).

3. Perubahan Tubuh Menjelang Menopause

Perubahan -perubahan yang terjadi menjelang menopause meliputi:

a. Perubahan pada organ reproduksi

1) Uterus ( rahim )

Rahim mengalami atropi ( keadaan kemunduran gizi jaringan ),

panjangnya menyusut , dan dindingnya menipis . jaringan miometrium

( otot rahim ) , menjadi sedikit dan lebih banyak mengandung jaringan

fibriotik ( sifat berserabut secara berlebihan).

2) Tuba Fallopi

Lipatan -lipatan tuba menjadi lebih pendek ,menipis, dan mengerut.

Rambut getar yang ada pada ujung saluran telur atau fimbrae

menghilang .

3) Ovarium

Setelah wanita melewati akhir usia 30 – an, produksi indung telur

berangsur-angsur menurun. Dengan demikian, pelepasan sel telur tidak

selalu pada setiap siklus haid. pada saat ini jarak haid menjadi agak

tidak teratur,yaitu terjadi pada selang waktu yang lebih lama, pola

cairan haid berubah menjadi semakin sedikit atau semakin banyak.

Sampai akhirnya, pelepasan sel telur tidak lagi terjadi dan haid pun

terhenti .
9

4) Serviks (leher rahim)

Seperti halnya rahim dan indung telur, serviks juga mengalami

pengerutan dan memendek .

5) Vagina

Vagina mengalami kontraktur ( melemahnya otot jaringan ), panjang

dan lebar vagina juga mengalami pengecilan. forniks ( dinding vagina

bagian belakang dekat mulut rahim ) menjadi dangkal. Atropi vagina

berangsur-angsur menghilang, selaput lendir alat kelamin akan menipis

dan tidak lagi mempertahankan elastisitasnya akibat fibrosis

(pembentukan jaringan ikat dalam alat atau bagian tubuh dalam jumlah

yang melampaui keadaan biasa). perlu diketahui, perubahan ini sampai

batas tertentu di pengaruhi oleh keberlangsungan dalam aktivitas

seksual. Artinya, makin lama kegiatan tersebut dilakukan makin

kurang laju pendangkalan atau pengecilan alat kelamin bagian luar

wanita ( genetalia eksterna).

6) Vulva ( mulut rahim)

Jaringannya menipis karena berkurang dan hilangnya jaringan lemak

serta jaringan elastis. kulitnya menipis dan pembuluh darah

b. Perubahan Hormon

Sesuatu yang berlebihan atau kurang tentu mengakibatkan timbulnya

suatu reaksi .pada kondisi menapouse reaksi yang nyata adalah perubahan

hormon estrogen yang menjadi berkurang . meskipun perubahan terjadi

juga pada hormon lainnya,seperti progesteron ,tetapi perubahan yang


10

mempengaruhi langsung kondisi fisik tubuh maupun organ reproduksi

,juga psikis adalah akibat perubahan hormon ekstrogen ( Ary, dkk, 2013).

4. Gejala Klinis Yang Terjadi Pada Masa Menopause

Bramantyo (2002) yang mengutip pendapat Ichramsjah A.Rachman dalam

tulisannya tentang masalah Menapouse pada buku nkelanggenan usia lanjut.

beberapa perubahan yang terjadi pada tubuh akibat kekurangan hormon

ekstrogen ( sindroma kekurangan estrogen ) sebagai berikut :

a. Gangguan sistem vasemator ( saraf yang mempengaruhi penyempitan atau

pelebaran pembuluh darah) berupa hot flushes ( gejolak panas), vertigo,

keringat banyak, parastesia ( gangguan perasaan kulit seperti kesemutan )

b. Gangguan sistem konstitusional berupa berdebar-debar, nyeri tulang

belakang ,nyeri otot dan migran serta takut .

c. Gangguan sistem psikis dan neurotik berupa depresi, kelelahan fisik dan

insomatik, susah tidur, serta rasa takut.

d. Sistem lainnya berupa keputihan,sakit saat bersenggama,terganggu

libido,gangguan haid,dan pruritus vulva (gatal pada alat kelamin

wanita).(eva, dkk, 2013).

5. Pencegahan Masalah Menopause

Upaya pencegahan terhadap keluhan /masalah menapouse yang dapat

dilakukan ditingkat pelayanan dasar antara lain:


11

a. Pemeriksaan Alat Kelamin

Pemeriksaan alat kelamin wanita bagian luar,liang rahim dan leher rahim

untuk melihat kelainan yang mungkin ada,misalnya

lecet,keputihan,pertumbuhan abnormal seperti benjolan atau tanda radang .

b. Pap Smear

Pemeriksaan ini dapat dilakukan setahun sekali untuk melihat adanya

tanda radan dan deteksi awal bagi kemungkinan adanya kanker pada

saluran reproduksi.

c. Perabaan Payudara

Ketidakseimbangan hormon yang terjadi akibat penurunan kadar hormon

ekstrogen, dapat menimbulkan pembesaran atau tumor payudara . hal ini

juga dapat terjadi pada pemberian hormon pengganti untuk mengatasi

masalah kesehatan akibat menapouse. perabaan payudara sendiri atau yang

disebut SADARI ( pemriksaan payudara sendiri) dapat dilakukan secara

teratur untuk menemukan tumor payudara sedini mungkin.

d. Penggunaan Bahan Makanan Yang Mengandung Unsur FITO-Estrogen

Hormon estrogen yang kadarnya menurun pada masa Menapouse,dapat

digantikan dengan memakan makanan yang mengandung unsur fito-

estrogen dalam jumlah cukup,yaitu kedelai (tahu ,tempe,kecap) pepaya

dan semanggi merah.

e. Penggunaan bahan makanan sumber Kalsium


12

Makanan yang mengandung kalsium, antara lain susu, yoghurt , keju,teri

dll. pada masa Menapouse zat gizi ini sangat besar pengaruhnya dalam

mempertahankan kesehatan tulang. yang perlu diingatkan untuk wanita

Menapouse adalah sekitar usia diatar 51 tahun membutuhkan kalsium

1.200 mg/hari. kebutuhan kalsium ini bisa dipenuhi dari makan sehari-

hari,kecuali jika anda adalah vegetarian yang membutuhkan suplemen

untuk mencapai jumlah tersebut.

f. Menghindari makanan yang mengandung banyak lemak,kopi dan

alkohol.(Eva, dkk, 2013).

6. Faktor -faktor yang mempengaruhi Menopause

a. Umur saat haid pertama kali ( menarche)

Menarche biasanya terjadi pada usia 12 tahun dinegara-negara maju

,menunjukkan bahwa seorang anak wanita telah memasuki usia subur.

Menurut penelitian diInggris, rata-rata haid pertama datang pada usia 13

tahun. Dibandingkan keadaan diabad yang lalu, dimana haid pertama pada

umumnya datang pada umur 15 tahun. beberapa ahli yang melakukan

penelitian adanya hubungan antara usia pertama kali mendapat haid

dengan usia seorang wanita mengalami menapouse. kesimpulan dari

peneliti mengungkapkan, bahwa semakin muda seorang mengalami haid

pertama kalinya, semakin tua atau lama ia memasuki menapouse.

b. Paritas
13

Penelitian yang dilakukan Beth Israel Deaconess Centre diBoston

mengungkapkan bahwa wanita yang masih melahirkan diatas usia 40

tahun akan mengalami usia menapouse.

c. Faktor Psikis

Keadaan seorang wanita yang tidak menikah dan bekerja diduga

mempengaruhi perkembangan psikis seorang wanita.Menurut beberapa

penelitian, mereka akan mengalami Masa menapouse lebih muda

dibandingkan mereka yang menikah dan tidak bekerja/bekerja atau tidak

menikah dan tidak bekerja. selain fisik, perubahan psikis juga sempat

mempengaruhi kualitas hidup seorang wanita dalam menjalani

Menapouse. Memang perubahan psikis pada masa Menapouse, termasuk

pengetahuannya tentang Menapouse, pengetahuan yang cukup akan

membantu mereka memahami dan mempersiapkan dirinya menjalani masa

ini dengan baik.

d. Pemakaian Alat Kontrasepsi

Pemakaian kontrasepsi ini, khususnya alat kontrasepsi hormonal . hal ini

bisa terjadi karena cara kerja kontrasepsi yang menekan fungsi indung

telur sehingga tidak memproduksi sel telur. pada wanita yang

menggunakan kontrasepsi ini akan lebih lama atau tua memasuki

masa/usia Menapouse .

e. Nutrisi

Wanita yang kesehatan dan asupan gizinya baik cenderung akan lebih

lambat memasuki masa Menapouse ( Desi, 2013).


14

7. Klasifikasi Menapouse

a. Menopause Dini

Menapouse alami dini adalah Menapouse yang terjadi sebelum umur 35

tahun . sangat jarang Menapouse ini hanya dialami kurang dari satu persen

wanita .

Pengangkatan ovarium merupakan sebab paling umumnya terjadinya

menapouse dini dan juga sebab lain seperti kehamilan ektopik ruptur atau

kanker ovarium. Menapouse ini adalah Masa Menapouse yang datang

lebih awal atau sebelum waktunya . hal ini terjadi karena gangguan tubuuh

tertentu sehingga seorang wanita harus mengalami Menapousee dini .

b. Menopause Terlambat

Wanita yang masih mengalami Menapouse pada umur 55 tahun dianggap

mengalami Menapouse terlambat .Menapouse terlambat juga bisa

membawa beberapa konsekuensi karena tubuh anda harus memproduksi

estrogen lebih lama dari pada normalnya yang secara teoritis dapat

meningkatkan risiko kanker rahim dan payudara (Desi, 2013)

B. Tinjauan Umum Tentang Hipertensi

1. Pengertian Hipertensi

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu kondisi dimana tekanan

darah diarteri meningkat. Dengan setiap detak jantung ,jantung memompa

darah melalui arteri keseluruh tubuh. tekanan darah adalah kekuatan darah

yang mendorong dinding pembuluh darah. Jika tekanan terlalu tinggi

,jantung harus bekerja lebih keras untuk memompa, dan ini bisa
15

menyebabkan kerusakan organ dan beberapa penyakit lain seperti

serangan jantung, stroke, gagal jantung,atau gagal ginjal( Bustan, 2015)

2. Klasifikasi hipertensi

Klasifikasi hipertensi berdasarkan peningkatan tekanan darah sistol dan

diastol.sebagai berikut :

Klasifikasi tekanan Tekanan darah sistol Tekanan darah diastol

darah (mmhg) (mmhg)

Normal <120 <80

Prehipertensi 120-139 80-89

Hipertensi stage 1 140-159 90-99

Hipertensi stage II 160 atau>160 100 atau > 100

Sumber :Http;//jurnal.uns.ac.id/placentum/article/view

3. Pengukuran tekanan darah

Saat ini terdapat 2 jenis tensimeter sebagai berikut :

a. Tensimeter digital

Tensimeter jenis ini merupakan alat tensimeter yang lebih mudah

digunakan dibandingkan tensimeter manual. Alat ini dapat

memberikan nilai hasil pengukuran tanpa harus mendengarkan bunyi

aliran darah ( korotkof) dan hasil pengukuran dapat dilihat pada layar.

beberapa alat tensimeter digital juga dapat mencetak hasil pengukuran

tekanan darah (Medycalogi, 2017).

b. Tensimeter manual
16

Tensimeter manual dibedakan menjadi dua yaitu tensimeter aneroid

dan tensimeter air raksa. cara mengoperasikan kedua jenis tensimeter

ini sama. Perbedaannya adalah pada alat untuk membaca hasil

pengukuran dimana pada tensimeter aneroid, hasil pengukuran dapat

dilihat melalui angka yang ditunjukkan oleh jarum pada cakram angka

sedangkan pada tensimeter raksa hasil pengukuran dapat dilihat

melalui nilai yang ditunjukkan oleh air raksa pada skala yang ada (

medycology, 2017).

4. Patofisiologi

Dimulai dengan atheroscerosis, gangguan struktur anatomi

pembuluh darah peripher yang berlanjut dengan kekakuan pembuluh

darah .kekakuan pembuluh darah disertai dengan penyempitan dan

kemungkinan pembesaran plaque yang menghambat gangguan peredaran

darah peripher.kekakuan dan kelambanan aliran darah menyebabkan

beban jantung bertambah berat yang akhirnya dikompensasi dengan

peningkatan upaya pemompaan jantung yang akhirnya memberikan

gambaran peningkatan tekanan darah dalam sistem sirkulasi (Bustan,

2015).

5. Etiologi hipertensi

Berdasarkan etiologinya, hipertensi dibagi menjadi primer dan sekunder

hanya sekitar 5-8% dari seluruh penderita hipertensi.

a. Hipertensi esensial (primer)


17

Hipertensi primer merupakan hipertensi yang belum diketahui

penyebabnya walaupun dikaitkan dengan kombinasi faktor gaya hidup

seperti obesitas, alkohol,merokok,kurang bergerak dan pola makan.

tipe ini terjadi pada sebagian besar kasus tekanan darah tinggi,sekitar

95% . hipertensi primer biasanya timbul pada usia 30-50 tahun.

b. Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan /sebagai akibat

dari adanya penyakit lain. tipe ini lebih jarang terjadi, hanya sekitar 5%

dari kasus tekanan darah tinggi. beberapa hal yang menjadi penyebab

terjadinya hipertensi sekunder adalah penyakit ginjal,kelainan

hormonal,obat-obatan (putri, 2013).

6. Gejala Hipertensi

Peningkatan tekanan darah kadang merupakan satu-satunya gejala

pada hipertensi esensial dan tergantung dari tinggi rendahnya tekanan

darah.Gejala yang timbul berbeda -beda. kadang hipertensi esensial

berjalan tanpa gejala dan baru timbul keluhan setelah terjadi komplikasi

yang spesifik pada organ tertentu seperti ginjal, mata,otak dan jantung .

Penderita hipertensi mungkin tidak menunjukkan gejala selama bertahun-

tahun. Masa laten ini menyelubungi perkembangan penyakit sampai terjadi

kerusakan organ yang bermakna. bila terdapat gejala biasanya hanya

bersifat spesifik, misalnya sakit kepala atau pusing . akan tetapi, pada

penderita hipertensi berat biasanya akan timbul gejala anatara lain: sakit

kepala, kelelahan, mual dan muntah,sesak nafas gellisah,pandangan


18

menjadi kabur,mata berkunang-kunang,mudah marah,telinga

berdengung,sulit tidur,rasa berat ditengkuk,nyeri didaerah bagian

belakang,nyeri didada,otot lemah, pembengkakan pada kaki dan

pergelangan kaki,keringat berlebihan, kulit tampak pucat atau kemerahan

,denyut jantung menjadi kuat, cepat dan tidak teratur,impotensi,darah

diurin,(Wijaya, 2014).

7. Komplikasi Hipertensi

a. Penyakit jantung

Peningkatan tekanan darah secara sistemik meningkatkan resisten

terhadap pemompaan darah dari bentrikel kiri sehingga beban jantung

berkurang. sebagai akibatnya terjadi hipertropi terhadap ventrikel kiri

untuk meningkatkan kontraksi. hipertropi ini ditandai dengan

ketebalan dinding yang bertambah ,fungsi ruang yang memburuk dan

dilatasi ruang jantung.Akan tetapi, kemampuan ventrikel untuk

mempertahankan curah jantung dengan hipertropi kompensasi

akhirnya terlampaui dan terjadi dan dilatasi “(payah jantung ). jantung

semakin terancam seiring payahnya aterosklerosis koroner. (Eni eriana,

2013).

b. Stroke

Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan dua jenis stroke yaitu stroke

iskemik dan stroke hemoragik. Jenis stroke yang paling sering sekitar

80% kasus adalah stroke iskemik. Stroke ini terjadi akibat aliran darah

diarteri otak terganggu dengan mekanisme yang mirip dengan


19

gangguan aliran darah di arteri koroner saat serangan jantung atau

angina. Otak menjadi kekurangan oksigen dan nutrisi. Sedangkan

stroke hemoragik sekitar 20% kasus timbul pada saat pembuluh darah

diotak atau di dekat otak pecah, penyebab utamanya adalah tekanan

darah tinggi yang parsisten. Hal ini menyebabkan darah meresap ke

ruang diantara sel-sel otak. Walaupun stroke hemoragik tidak sesering

stroke iskemik, namun komplikasinya dapat menjadi lebih serius (Eni

eriana, 2013).

c. Ginjal

Komplikasi hipertensi timbul karena pembuluh darah dalam ginjal

mengalami atherosclerosis karena tekanan darah terlalu tinggi sehingga

aliran darah keginjal akan menurun dan ginjal tidak dapat

melaksanakan fungsinya. Fungsi ginjal adalah membuang semua

bahan sisa dari dalam darah. Bila ginjal tidak berfungsi, bahan sisa

akan menumpuk dalam darah dan ginjal akan mengecil dan berhenti

berfungsi (Marliani dan Tantan, 2013).

d. Mata

Tekanan darah tinggi dapat mempersempit atau menyumbat arteri di

mata, sehingga menyebabkan kerusakan pada retina (area pada mata

yang sensitive terhadap cahaya). Keadaan ini disebut penyakit vascular

retina. Penyakit ini dapat menyebabkan kebutaan dan merupakan

indikator awal penyakit jantung.Oleh karena itu, dokter lain akan


20

melihat bagian belakang mata anda dengan alat yang disebut

oftalmoskop (Marliani dan Tantan, 2013).

8. Pencegahan Hipertensi

Pengobatan hipertensi memang penting tetapi tidak lengkap jika tanpa

dilakukan tindakan pencegahan untuk menurunkan faktor risiko penyakit

hipertentensi. Upaya pencegahan yang dapat dilakukan meliputi:

a. Memeriksakan tekanan darah secara teratur

b. Menjaga berat badan dalam rentang normal

c. Mengatur pola makan antara lain dengan mengonsumsi makanan

berserat , rendah lemak dan mengurangi garam

d. Menghentikan kebiasaan merokok dan minum minuman beralkohol

e. Tidur secara tratur

f. Mengurangi stres dengan melakukan rekreasi (wijaya, 2015).

C. Tinjauan Umum Tentang Labu Siam

1. Deskripsi Labu siam

Labu siam (Sechium edule (Jacq.) Sw.) merupakan tanaman

subtropisdan termasuk ke dalam spesies cucurbitaceus yang sering

digunakan sebagai bahan makanan. Tanaman ini berasal dari Meksiko dan

telah dibudidayakan sejak zaman.

Pra-Kolombia (Saade, 1996). Labu siam termasuk salah satu

komoditas yang sangat mudah ditemukan, hal ini sesuai dengan data

statistik yang menyatakan bahwa produksi labu siam dari tahun 2000

hingga tahun 2012 mengalami peningkatan yaitu dari 158.654 ton menjadi
21

428.083 ton (BPS, 2013). Buah labu siam ditunjukkan

padaGambar 2.1.

Gambar 2.1 Labu Siam

2. Klasifikasi tanaman labu siam

Kerajaan : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Bangsa : Cucurbitales

Suku : Cucurbitaceae

Marga : Sechium

Jenis : Sechium edule (Jacq.) Sw.(putri,2013)


22

3. Kandungan Labu Siam

Kandungan Gizi Jumlah Kandungan Gizi Jumlah

Kalori 26-31 kkal Kalsium 12-19 mg

Gula Larut Air 3,30% Fosfor 4-30 mg

Protein 0,9-1,1% Seng 2,77 mg

Lemak 0,1-0,3% Mangan 0,38 mg

Karbohidrat 3,5 – 7,7% Besi 0,2-0,4 mg

Serat 0,4-1% Tembaga 0,25 mg

Hamilelusa 7,55 mg Vitamin A 5 mg

Selulosa 16,42 mg Thiamin 0,03 mg

Lignin 0,23 mg Riboflavin 0,04 mg

Natrium 36 mg Niasi 0,4-0,5 mg

Kalium 3378,62 mg Asam Askorbat 11-20 mg

Magnesium 147 mg Saponin 1,65 %

Alkaloid 1,57 Flavonid 0,95%

Polifenol 5,93 mg Proantosianin 75,73 mg

Sumber: majority- Fadia Nadila.2014

4. Mekanisme kandungan Labu siam Terhadap penurunan tekanan

darah

Salah satu senyawa aktif yang terdapat pada labu siam adalah

flavonoid, Kandungan flavonoid dikaitkan dengan efek

perlindunganterhadapfungsiendotel dan menghambat agregasi platelet,

sehinggAdapatmenurunan resiko penyakit jantungkoroner, penyakit


23

kardiovaskuler.Flavonoid memiliki efek hipotensi dengan mekanisme

menghambat aktivitas ACE, serta sebagai diuretic

Flavonoid dapat menghambat ACE.diketahui ACE memegang

peran dalam pembentukan angioestin II yang merupakan penyebab

Hipertensi .Amgiotensin II menyebabkan pembuluh darah menyempit ,

yang dapat menaikkan tekanan darah . ACE, inhibitor menyebabkan

pembuluh darah melebar sehingga darah lebih banyak mengalir ke jantung

,mengakibatkan penurunan tekanan darah. Selain itu , flavonoid dapat

meningkatkan urinasi dan pengeluaran elektrolit, yang mana berfungsi

layaknya kalium, yaitu mengabsorsi cairan ion-ion elektrolit seperti

natrium yang ada didalam intraseluler darah menuju ekstraseluler

memasuki tubulus ginjal . Glomerular filtration rate (GFR) yang tinggi

akibat adanya aktivitas flavonoid menyebabkan ginjal mampu

mengeluarkan buangan dari tubuh dengan cepat.(Fadia Nadila, 2014).

D. Kerangka Konsep Penelitian

Penurunan tekanan
Pemberian Jus darah pada
Labusiam penderita hipertensi
pada wanita
menopause.

Keterangan :
: Variabel independen

: Variabel dependen
24

: Variabel Yang Diteliti

Gambar 2.1 Kerangka Konsep

E. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

1. Pemberian Jus Labu siam

Dalam penelitian ini adalah melakukan pemberian jus labu siam kepada

wanita menapouse yang mengalami hipertensi dengan terapi pemberian jus

labu siam yang diblender dengan tambahan air sekitar 20 ml dan labusiam 50

gram ( 1/2 gelas) selama 7 hari lamanya sebanyak 1 kali sehari Setiap pagi

atau sore.

2. Penurunan Tekanan Darah Dengan Hipertensi

dalam penelitian ini adalah mengukur tekanan darah diastol dan systol wanita

menopause yang mengalami hipertensi sebelum dan sesudah diberi intervensi

dengan menggunakan tensimeter digital .

F. Hasil Penelitian yang Relevan

1. Hasil penelitian yang relevan yang telah dilakukan Djaelani (2015),

menunjukkan bahwa hasil analisa data uji statistic dengan menggunakan

Berdasarkan analisis data dengan menggunakan uji Wilcoxon Match Pair Test

diperoleh Asym. Sig. sebesar 0,000 (nilai p value). Hasil perhitungan

didapatkan nilai p sebesar 0,000<0,05 dengan taraf kesalahan 5% (0.05).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sari buah labu siam berpengaruh

untuk menurunkan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi.


25

2.Hasil penelitian Rizky suryaningsih ,dkk (2018),Teknik analisis data

menggunakan Wilcoxon, uji T tidak berpasangan, dan Mann-

Whitney.menunjukkan bahwa Rerata tekanan darah mengalami penurunan

dari 153,13/93,75 mmHg menjadi 133,13/81,88 mmHg setelah pemberian

perlakuan. Hasil analisis data menunjukkan terdapat perbedaan yang

signifikan pada tekanan darah sistolik (p= 0,001< 0,05) dan diastolik (p=

0,000< 0,05) kelompok yang diberikan jus labu siam.dengan demikian

Terdapat pengaruh pemberian jus labu siam terhadap perubahan tekanan

darah pada wanita lanjut usia dengan hipertensi.

3. Hasil penelitian puspito ,dkk (2015). Uji One Way Anova menunjukkan

perbedaan antara tiga kelompok perlakuan yang bermakna pada tekanan

darah diastolik yaitu ditunjukkan dengan nilai p value 0.009, p<0.05.

Sedangkan tekanan darah sistolik antara tiga kelompok perlakuan tidak ada

perbedaan yang bermakna ditunjukkan dengan p value 0.599, p>0.05. Uji

post hoc test pada kelompok madu dengan labu siam menunjukkan p value

0,053, p>0.05. Pada kelompok labu siam dengan labu siam dan madu

menunjukkan p value 0,204, p>0,05. P>0,05 berarti tidak ada perbedaan yang

bermakna. Pada kelompok madu dengan labu siam dan madu menunjukkan p

value 0,003, p<0,05, yang berarti ada perbedaan yang bermakna antara

kelompok tersebut. Kesimpulan: Ada pengaruh pemberian madu, labu siam,

labu siam dan madu terhadap tekanan darah sistolik dan diastolik penderita

hipertensi dengan perbedaan yang bermakna antara pre-test dan post test.

Terdapat perbedaan yang bermakna tekanan darah diastolik antara kelompok


26

madu dengan kelompok labu siam dan madu. Madu lebih efektif menurunkan

tekanan darah diastolik.

G. Hipotesis Penelitian

1. Hipotesis Alternatif (Ha)

Ada pengaruh pemberian jus labu siam terhadap penurunan tekanan

darah pada penderita hipertensi wanita Menapouse .

2. Hipotesis Null (Ho)

Tidak ada pengaruh pemberian jus labusiam terhadap penurunan tekanan

darah pada penderita hipertensi wanita Menapouse.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Dan Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitaf, dengan metode

penelitian yang digunakan adalah Quasy Eksperiment yaitu penelitian

yang dilakukan dengan memberikan percobaan atau perlakuan yang

diberikan pada responden agar usaha modifikasi yang dilakukan secara

sengaja dan terkontrol untuk menentukan peristiwa atau kejadian terhadap

perubahan yang akan terjadi akibat dari peristiwa tersebut yaitu dengan

mengetahui pengaruh pemberian jus Labu Siam terhadap wanita

menopause penderita Hipertensi.

Penelitian ini menggunakan pendekatan Prepost test bertujuan

mengidentifikasi efek sebelum dilakukan intervensi, kemudian diobservasi

lagi setekah dilakukan intervensi. ( Sugiono, 2014 )

Tabel 3.1 Desain Penelitian

Group Pretest Perlakuan posttest

R Intervensi O1 X O2

R Tidak Intervensi O3 - O4

Keterangan :

R : Pengambilan sampel secara acak


28

X : Perlakuan pada eksperimen

O1 : Pretest eksperimen

O2 : Posttest eksperimen

O3 : Pretest Control

O4 : Posttest Control

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Kabupaten Kepulauan Selayar

Di Puskesmas Passimarannu.

2. Waktu Penelitian

Penelitian iniakandilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan

Juli 2019.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah kumpulan atau agregat objek/unit analisis kemana

generalisasi dirumuskan dan dari mana sampel diambil. Populasi

dalam penelitian ini adalah semua wanita usia lanjut yang mengalami

Menapouse .(Setiawan & Prasetyo , 2015)

2. Sampel

Sampel merupakan sebagian dari jumlah dan karakteristik

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik

kesimpulannya. Sampel dalam penelitian ini adalah semua wanita


29

menapouse yang mengalami Hipertensi / tekanan darahnya > 140

/mmhg(Setiawan & Prasetyo, 2015)

D. Teknik pengambilan sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah purposive

sampling.Yaitu pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu yang

dibuat oleh peneliti sendiri, bedasarkan ciri atau sifat-sifat populasi

(Notoatmodjo, 2014).

1. Kriteria sampel

a. Kriteria inklusi

1) Wanita menapouse yang mengalami hipertensi

2) Wanita menapouse yang tidak mengalami penyakit komplikasi

3) Wanita menapouse yang bersedia diberi anjuran jus labu siam

4) Wanita menapouse yang bersedia tidak mengkonsumsi obat

penurun tekanan darah selama intervensi

b. Kriteria eksklusi

1) Wanita menopause yang tidak mengalami hipertensi

2) Wanita menapouse yang mengalami komplikasi

3) Wanita menapouse yang tidak bersedia menjadi sampel

4) Wanita menopause yang tidak bersedia diberi anjuran jus labu

siam.

E. Cara Pengumpulan Data


30

1. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari subjek

penelitian dengan menggunakan alat pengukuran dengan

menggunakan lembar observasi yang telah disediakan.

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh lewat pihak lain,

tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari subjek penelitinya.

Pengumpulan data sekunder diperoleh dari Puskesmas passimarannu..

F. Langkah Pengolahan Data

1. Editing

Hasil wawancara atau angket yang diperolehkan atau

dikumpulkan melalui kuesinor perlu disunting (edit) terlebih

dahulu.Kalau tenyata masih ada data atau informasi yang tidak

lengkap, dan tidak mungkin dilakukan wawancara ulang, maka

kuesinor tersebut dikeluarkan (drop out).

2. Coding sheet (membuat lembaran kode atau kartu kode)

Lembaran atau kartu kode adalah instrument berupa kolom-

kolom untuk merekam data secara manual.Lembaran atau kartu kode

berisi nomor responden, dan nomor-nomor pertanyaan.

3. Data entry (memasukan data)

Yakni mengisi kolom-kolom atau kotak-kotak lembar atau kartu

kode sesuai dengan jawaban masing-masing pertanyaan.

4. Tabulasi
31

Yakni membuat table-tabel data, sesuai dengan tujuan penelitian

atau yang diinginkan oleh peneliti (Notoatmodjo, 2014).

G. Teknik Analisa data

1. Analisa univariat

Analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian.Bentuk jenis

analisis univariat tergantung dari jenis datanya.Pada umumnya dalam

analisis ini menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari tiap

variabel (Notoatmodjo, 2014). Untuk membuat tabel distribusi

frekuensi menggunakan rumus sebagai berikut :

𝑓
p= 𝑥 100%
𝑛

Keterangan :

p = Persentase yang dicari

f = Frekuensi atau jumlah yang diperoleh

n = Jumlah keseluruhan sampel

2. Analisabivariat

Apabila telah dilakukan analisa univariat akan diketahui

karakteristik atau distribusi setiap variabel, dan dapat dilanjutkan

analisa bivariat. Analisa yang dilakukan terhadap dua variabel yang

diduda berhubungan atau berkorelasi ( Notoatmojo, 2014 ). Analisa

bivariat menggunakan uji t- independen dan t-paired test .sebelumnya

harus terlebih dahulu melakukan uji normalitas data sebagai berikut:

a. Uji Normalitas
32

Uji normalitas data sangat dierlukan untuk membuktikan apakah

variabel dari data normal atau tidak. Dalam penelitian ini, uji

normalitas yang digunakan adalah uji statistic Komolgorov –

Smirnov Test. Dengan taraf signifikan sebesar 0,05. Data yang

dinyatakan berdistribusi normal jika signifikan lebih besar dari 5%

dengan menggunakan rumus :

D = [𝐹𝑠 (x) - 𝐹𝑡 (x) ] max

Keterangan :

D= Deviasi

𝐹𝑠 = Distribusi frekuensi komulatif sampel

𝐹𝑡 = distribusi frekuensi komulatif teoritis

Untuk pengambilan keputusan dengan pedoman:

1) Nilai signifikansi atau nilai p> 0,05, data terdistribusi normal.

2) Nilai signifikansi atau nilai p<0,05, data terdistribusi tidak

normal.

adapun uji t-paired sebagai berikut:

keterangan :

𝑥̅ 1 = Rata –rata sampel 1

𝑥̅ 2= Rata-rata sampel 2
33

𝑠1 = Simpangan baku sampel 1

𝑠2 = Simpangan baku sampel 2

𝑠12 = varians sampel 1

𝑠22 = Varians sampel 2


r= Korelasi antara dua sampel
Interpretasi :

1.Jika 𝑥 2 hitung >𝑥 2 tabel, maka Ho ditolak, interprestasi: ada pengaruh

antara variabel independen dengan variabel dependen.

2. Jika 𝑥 2 hitung >𝑥 2 tabel , maka Ha diterima , interprestasi: tidak ada

pengaruh antara variabel independen dengan dependen.

H. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti perlu mendapat rekomendasi

dari institusi dalam hal ini Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES)

Mega Rezky Makassar dengan mengajukan permohonan izin kepada

instansi atau lembaga tempat penelitian.Setelah mendapat persetujuan,

maka kegiatan penelitian dimulai dengan menekankan masalah etika.

Masalah etika yang harus diperhatikan antara lain seperti berikut(Supardi

& Rustika, 2013):

1. Prinsip menghormati martabat manusia (respect for persons), dengan

tujuan menghormati otonomi untuk mengambil keputusan dan

melindungi manusia yang otonominya terganggu dari perlakuan dan

penyalagunaan.

2. Prinsip etika berbuat baik (beneficence), yang menyangkut upaya

maksimal dan kerugian minimal yaitu :


34

a. Mengajukan lembar informed consent, sebagai lembar persetujuan

b. Resiko penelitian wajar dibanding manfaat yang diharapkan.

c. Desain penelitian memenuhi persyaratan ilmiah.

d. Peneliti dapat melaksanakan penelitian dengan menjaga

kesejahteraan subjek.

e. Tidak merugikan subjek penelitian.

3. Etika prinsip keadilan (justice), keadilan antara beban dan manfaat

yang diperoleh subjek dari keikut sertaannya dalam penelitian.


35

DAFTAR PUSTAKA

Bustan, 2015. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi


Pada Penderita Rawat Inap di RSU Mutiara. Medan
Djaelani, 2015. Pengaruh Sari Buah Labu Siam Terhadap Perubahan Tekanan Darah
Pada Lansia Penderita Hipertensi DiPSTW Budi Luhur Kasongan. Bantul. Yogyakarta

Etika hasna ,dkk. 2016. Hubungan Asupan Kalium dan Magnesium dengan
Kejadian Hipertensi Pada Wanita Menopause Di Kelurahan Bojong Salam.
Semarang
Eni Eriana, dkk. 2013. Hubungan Umur Dan Status Gizi Dengan Kadar Gula

Darah Penderita Hipertensi di Tulung Agung. Surabaya

Eka kurnia. 2013. Pengaruh Terapi Relaksasi Napas Dalam Terhadap Perubahan
Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Di Puskesmas Kota Kediri. Jawa Timur
Fadia Nadila. 2014. Antihypertensive Potential Of Chayote Fruit Extract For
Hypertension Treatment. Universitas Lampung
Istiany Ary, Rusilanti, dkk. 2013. Gizi Terapan, Bandung: PT.REMAJA
ROSDAKARYA
Data Kemenkes RI, 2014

Manuaba Chandranita .A,dkk. 2013.Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita,


Edisi 2,Jakarta: EGC
Marliani.2018.Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Derajat Hipertensi Pada Pasien
Rawat Jalan Di Wilayah Kerja Puskesmas Taju Landang. Lampung
Nisa, dkk.2014. Efektivitas Kombinasi Terapi Kukusan Labu Siam Dan Senam
Anti Stroke Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Pasien Dengan Hipertensi.
Riau
Nurjannah, dkk.2015. Efektivitas Pemberian Sari Labu Siam Pada Penurunan
Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Usia Lanjut dipuskesmas pemekasan.
Madura
Setiawan & prasetyo.2015. Metode penelitian kesehatan untuk mahasiswa
kesehatan .yogyakarta: penerbit Graha ilmu
Sibangariang Eva.E,dkk.2013.Kesehatan Reproduksi Wanita .Jakarta : Trans info
Media
36

Soekidjo Notoatmojo.2014. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta


Supardi & Rustika. 2013. Buku ajar metodologi riset keperawatan. Jakarta:
CV.Trans Info Media
Onggo Tri .P.I. 2015.Pengobatan Mandiri dirumah Anda,Yogyakarta: Bangkit
Purwitasari Desi,Maryanti Dwi.2012.Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi,
Yogyakarta : Nuha Medika
Putri. 2013. pemberian jus labu siam terhadap kadar kolesterol darah pada lansia
di daerah pesisir sanggarang. Tanjung pinang. Lampung.
Rizky, dkk.2018. Pengaruh Pemberian Jus labu siam terhadap perubahan tekanan
darah pada usia lanjut dengan hipertensi diwilayah kerja puskesmas ngoresan.
Semarang
Sibangariang Eva.E,dkk.2013.Kesehatan Reproduksi Wanita .Jakarta : Trans info
Media
Wijaya. 2015. efektivitas terapi jus labu siam dalam menurunkan tekanan darah
pada penderita hipertensi di desa tampo kec. Cluring. Banyuwangi
37

LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN

EFEKTIVITAS PEMBERIAN JUS LABU SIAM


TERHADAPPENURUNAN TEKANAN DARAH PADA WANITA
MENOPAUSE YANG MENGALAMI HIPERTENSI
DIPUSKESMASASIMARANNU
TAHUN 2019

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :

Umur :

Alamat :

Sehubungan dengan penyelesaian tugas akhir pada program Studi D-IV Bidan
Pendidik STIKes Mega Rezky Makassar, menyatakan bersedia berpartisipasi
dalam penelitian yang dilakukan oleh :

Nama : Niati

Nim : 18 3145 301 085

Judul : Pengaruh pemberian Jus Labu Siam Terhadap Penurunan


Tekanan Darah Pada Wanita Menopause Penderita Hipertensi di
Puskesmas Passimarannu

Saya harap penelitian ini tidak akan mempunyai dampak negatif serta merugikan
bagi

saya .

demikian lembar persetujuan ini saya tanda tangani dan kiranya dipergunakan
sebagaimana mestinya .

responden
38

(.......................................
)

LEMBAR OBSERVASI

EFEKTIVITAS PEMBERIAN JUS LABU SIAM TERHADAP WANITA


MENOPAUSE PENDERITA HIPERTENSI DI PUKESMAS
PASIMARANNU KABUPATEN KPULAUAN SELAYAR
TAHUN 2019

A. Identitas Responden

Nama Pasien :

Umur :

Pendidikan :

Pekerjaan :

Alamat :

Tanggal Penelitian :

B. Pemberian Jus Labusiam

YA

TIDAK

C. Penurunan Tekanan Darah

NO. SEBELUM DIBERI SESUDAH DIBERI


INTERVENSI HIPERTENSI
39

Anda mungkin juga menyukai