Anda di halaman 1dari 35

PROPOSAL

PENGARUH TERAPI AIR KELAPA MUDA TERHADAP


PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA
PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS
BELAKANG SOYA, AMBON
TAHUN 2020

DisusunOleh :

NAMA : KRISNA HENCAROL TUHULERUW


NPM : 12114201130141

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU

AMBON

2020

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang telah mencapai umur 60 tahun ke

atas karena adanya proses penuaan. Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan

yang mutlak terjadi dalam proses kehidupan manusia, hal ini bahkan dimulai sejak

awal kehidupan. Seiring dengan kemunduran tersebut maka pada usia lanjut

(lansia) akan mengalami perubahan fisik, mental, sosial ekonomi, dan psikologis

(Nugroho, 2017).

Pengaruh proses penuaan menimbulkan berbagai masalah baik secara fisik,

mental maupun sosial ekonomi. Secara umum kondisi fisik seseorang yang telah

memasuki usia lanjut akan mengalami penurunan. Lansia lebih rentan terkena

berbagai macam penyakit karena semakin bertambahnya umur maka akan

mengalami penurunan fungsi organ (Mubarak, 2019).

Sejalan dengan bertambahnya usia, lansia banyak yang menderita penyakit

Hipertensi. Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami

peningkatan tekanan darah normal yang ditunjukan oleh angka sistolik. Selain itu

juga faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya tekanan darah tinggi yaitu

kelebihan berat badan yang diikuti dengan kurangnya berolahraga (Wahdah,

2016).

2
Pengobatan Hipertensi terbagi atas dua yaitu farmakologi dan

nonfarmakologi. Farmakologi merupakan pengobatan dalam bentuk obat-obatan

yaitu Diuretik, Alfa-Bloker, Beta-Bloker, dan Kalsium Kanal. Sedangkan

nonfarmakologi seperti Terapi musik untuk menurunkan Tekanan darah, Terapi

tertawa, dan Terapi Rendam air hangat untuk menurunkan tekanan darah pada

lansia penderita Hipertensi. Untuk mengatasi peningkatan tekanan darah pada

lanjut usia dapat dilakukan dengan air kelapa muda karena dapat memberikan rasa

nyaman secara fisik yang akan berpengaruh terhadap kondisi mental lanjutusia

(Lalange, 2017).

Hipertensi merupakan silent killer dimana gejala-gejala yang ditimbulkan

dapat bermacam-macam dan hampir sama dengan gejala penyakit lainnya. Gejala-

gejala yang ditimbulkan antara lain sakit kepala atau rasa berat di tengkuk, vertigo,

jantung berdebar-debar, mudah lelah, penglihatan kabur, telinga berdenging

(tinnitus), dan mimisan (Kemenkes, 2017).

Prevelensi lansia yang Hipertensi menurut WHO (2017) terdapat 972 juta jiwa

atau 26,4% penduduk di seluruh dunia menderita Hipertensi. Angka ini

kemungkinan akan meningkat menjadi 29,2% di tahun 2025, dari 972 juta

penderita Hipertensi, 333 juta berada di negara maju dan 639 juta sisanya berada

di negara berkembang termasuk Indonesia.

Prevalensi Hipertensi lansia di Indonesia sebesar 44,1% untuk umur 55-64

tahun, 57,6% umur 65-74 tahun dan 63,8% umur >75 tahun. Prevalensi Hipertensi

di Indonesia menurut hasil Riset Kesehatan Dasar Riskedas (2018) adalah sebesar

3
41,1% penduduk Indonesia menderita penyakit Hipertensi. Apabila saat ini

penduduk Indonesia sebesar 252.124.458 jiwa, maka terdapat 65.048.110 jiwa

yang menderita Hipertensi. Dalam hal ini perempuan memiliki jumlah yang lebih

besar yaitu 28,8%, sedangkan laki-laki sebesar 22,8% (Kemenkes, 2017).

Menurut Riskedas (2018) penyakit terbanyak pada lansia adalah penyakit

yang tidak menular seperti : stroke, artritis , diabetes melitus, serta Hipertensi.

Berdasarkan prevalensi lansia di Maluku terjadi peningkatan. Hipertensi dari umur

55-64 tahun 55,2%, 65-74 tahun 63,2%, dan untuk >75 tahun 69,5%. Menurut

Badan Pusat Statistik prevalensi lansia yang mengalami Hipertensi di Ambon

semakin hari semakin meningkat pada Tahun 2007 dari (1,5%), sendangkan Tahun

2013 mengalami penigkatan dari (1,22%) (BPS,2018).

Hal ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Siti Binaiyati

(2017) tentang Pengaruh Terapi Air Kelapa Muda Terhadap Tekanan Darah Pada

Penderita Hipertensi Di Mejing Wetang Gamping Sleman Yogyakarta, hasil uji

mann- whitney pada tekanan darah sistolik dan diastolic sebelum dan sesudah

perlakuan pada kelompok eksperimen dan kelompok control didapatkan nilai p-

value sebesar 0,012 < 0,05 dan 0,001 < 0,005.

Salah satu bentuk pengobatan non farmakologi dalam mengatasi hipertensi

dengan pengobatan herbal yaitu dengan minum air kelapa muda. Air kelapa muda

mengandung unsur kalium yang tinggi yaitu sekitar 291mg/100ml (Farapti dan

Safitri, 2017). Kalium merupakan elektrolit utama dam cairan intraseluler.

Konsumsi kalium yang banyak akan meningkatkan kosentrasinya di dalam cairan

4
intraseluler sehingga cenderung menarik cairan dari bagian ekstraseluler dan

menurunkan tekanan darah (Amran, 2018).

Berdasarkan prevalensi Hipertensi lansia di Puskesmas Belakang Soya Tahun

2017 sebanyak 252 lansia yang menderita Hipertensi, Tahun 2018 sebanyak 352

lansia yang menderita Hipertensi dan Tahun 2019 sebanyak 537 lansia yang

menderita Hipertensi. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada

tanggal 1 juni 2020, terdapat 69 lansia yang menderita Hipertensi dengan jumlah

lansia perempuan sebanyak 35 lansia dan jumlah lansia laki-laki sebanyak 34

lansia. Setelah dilakukan wawancara dengan sejumlah lansia dan perawat

pelaksana, ditemukan bahwa terdapat 15 orang lansia yang mengalami Hipertensi

dimana mereka mengeluh penyakitnya tidak kunjung sembuh walaupun sudah

mengkonsumsi obat-obat seperti Chlortalidone, Captropil, dan perindopil. Pasien

juga mengeluh tekanan darah selalu meningkat, susahtidur, emosi tidak terkontrol,

stres dan tidak bersemangat. Berdasarkan latarbelakang diatas maka peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian“ Pengaruh Terapi Air Kelapa Muda terhadap

penurunan tekanan darah pada lansia yang menderita Hipertensi”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka masalah pada penelitian ini

ialah “apakah ada pengaruh terapi air kelapa muda terhadap penurunan tekanan

darah pada lansia yang menderita Hipertensi di Puskesmas Belakang Soya Ambon

Tahun 2020 ?”

C. Tujuan Penelitian

5
1. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh air kelapa

muda terhadap penurunan tekanan darah pada lansia yang menderita

Hipertensi di Puskesmas Belakang Soya Ambon Tahun 2020.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mengetahui :

a. Untuk mengetahui Tekanan darah sebelum dilakukan terapi air kelapa

muda pada lansia yang menderita Hipertensi di Puskesmas Belakang

Soya Ambon Tahun 2020.

b. Untuk mengetahui Tekanan darah sesudah dilakukan terapi air kelapa

muda pada lansia yang menderita Hipertensi di Puskesmas Belakang

Soya Ambon Tahun 2020.

c. Untuk mengetahui apakah ada Perbedaan tekanan darah sebelum dan

sesudah dilakukan terapi air kelapa muda pada lansia yang menderita

Hipertensi di Puskesmas Belakang Soya Ambon Tahun 2020.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Dapat menambah literatur ilmu keperawatan khususnya keperawatan gerontik

dan dapat dijadikan referensi bagi peneliti selanjutnya tentang pengaruh

terapi air kelapa muda pada lansia yang menderita Hipertensi.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi petugas Puskesmas Belakang Soya Ambon

6
Meningkatkan peran Petugas Puskesmas Belakang Soya dalam

memberikan motivasi kepada lansia untuk tetap melakukan kegiatan serta

meningkatkan program kegiatan tersebut.

b. Bagi Lansia

Meningkatkan pengetahuan bagi lansia tentang Hipertensi, serta terapiair

kelapamudaagar dapat menurunakan tekanan darah.

c. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini merupakan sumber data sebagai referensi untuk

peneletian selanjutnya yang akan melakukan peneliti terkait dengan

terapiair kelapa muda terhadap penurunan tekanan darah.

7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Hipertensi

1. Defenisi Hipertensi

Menurut American Heart Association (AHA), Hipertensi didefinisikan

sebagai meningkatnya tekanan darah sistolik diatas 140 mmHg dan tekanan

darah diastolik diatas 90 mmHg. Menurut The Eighth Report of The Joint

National Committee on Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of

High Blood Pressure (JNC VIII) Hipertensi merupakan keadaan yang paling

sering ditemukan pada pelayanan kesehatan dan selanjutnya mengakibatkan

infark miokard, stroke, gagal ginjal dan kematian bila tidak dideteksi dan

diterapi secepat mungkin (AHA 2017), keadaan ukuran tekanan darah sistolik

140 mmHg atau lebih (≥140 mmHg) dan tekanan darah diastolik 90 mmHg

atau lebih (≥90 mmHg) berdasarkan rata-rata tiga kali pengukuran pada

penderita Hipertensi dan dengan atau tanpa pengobatan antihipertensi.

Sedangkan Hipertensi terkendali yaitu keadaan tekanan darah sistolik <140

mmHg dan tekanan darah diastolik <90 mmHg pada orang dengan

pengobatan antihipertensi (Chobanian et al, 2003 (AHA 2017).

8
2. Etiologi

Menurut Sotono (2017) ada beberapa penyebab yang membuat tekanan darah

di atas 140/90 mmHg adalah :

a. Obesitas

Berat badan yang berlabihan membuat aktivitas fisik menjadi berkurang

akibatnya, jantung berkerja lebih keras untuk memompa darah.

b. Gaya hidup moderen

Berkerja keras dan penuh gaya hidup masa kini menyebabkan stress

berkepanjangan. Kondisi ini memicu berbagai penyakit anatara lain sakit

kepala, sulit tidur, maag, dan Hipertensi. Serta gaya hidup seperti ini

cenderung membuat berkurangnya aktivitas fisik (olahraga), minum kopi,

merokok dan konsumsi alkohol yang tinggi. Semuanya itu memicu

naiknya tekananan darah.

c. Pola makan tidak sehat

Asupan yang tidak sehat dan juga berlebihan juga dapat menganggu tubuh

kita. Seperti meningkatnya tekanan darah yang mengakibatkan adanya

retensi cairan dan bertambahnya volume darah. Kelebihan natrium

diakibatkan dari kebiasaan menyantap makanan instan yang telah

menggantikan bahan makanan segar. Padahal makanan instan cenderung

menggunakan zat pengawet seperti natrium benzoate dan penyedap rasa

seperti monosodium glutamate (MSG).

9
3. Jenis Hipertensi

Menurut Julianti (2017) menyatakan bahwa Hipertensi digolongkan menjadi

2 jenis yaitu :

a. Hipertensi Primer (esensial)

Merupakan Hipertensi yang belum diketahui penyebabnya. Dari

sejumlah penderita Hipertensi secara umum 90% termasuk di dalam

golongan ini. Faktor pemicu terjadinya Hipertensi primer adalah karena

faktor bertambahnya usia, stress psikologis yang berkepanjangan,

keturunan, gangguan pada fungsi jantung dan pembuluh darah sehingga

dapat memicu peningkatan tekanan darah. Umumnya penderita

Hipertensi jenis ini tidak merasakan gejala apapun.Faktor-faktor yang

meningkatkan resiko : obesitas, merokok, alkohol dan polositemia.

b. Hipertensi Sekunder

Tekanan darah tinggi yang disebabkan oleh masalah kesehatan atau

penyakit lain, seperti gangguan pada pembuluh darah, jantung, ginjal atau

sistem endokrin. Penyebab yaitu : penggunaan estrogen, penyakit ginjal,

sindrom cushing dan Hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan.

10
4. Klasifikasi Hipertensi

Berdasarkan The Joint National Commite VIII tekanan darah dapat

diklasifikasikan berdasarkan usia dan penyakit tertentu. Diantaranya

adalah:

Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi

Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)


Normal <120 <80
Prehipertensi 120-139 80-89

Hipertensi
derajat 1 140-159 90-93
derajat 2 ≥160 ≥100

Sumber : The Seventh Report of The Joint National Committee on


Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High
Blood Pressure (JNC 8), Tahun 2017.

5. Tanda dan Gejala Hipertensi

Tanda dan gejala yang biasa di timbulkan pada penderita Hipertensi menurut

Nurarif dan Kusuma (2019) adalah :

a. Tidak ada gejala

Tekanan darah yang tinggi namun penderita tidak merasakan perubahan

kondisi tubuh, seringkali hal ini mengekibatkan banyak penderita

Hipertensi mengabaikan kondisinya karena memang gejala yang tidak

dirasakan.

11
b. Gejala yang lazim

Gejala yang lazim menyertai Hipertensi adalah nyeri kepala dan

kelelahan. Beberapa pasien memerlukan pertolongan medis karena mereka

mengeluh sakit kepala, pusing, lemas, kelelahan, sesak napas, gelisah,

mual muntah, kesadaran menurun. Hipertensi yang tergolong Hipertensi

berat, biasanya akan menimbulkan keluhan yang sangat nampak yaitu:

sakit kepala, kelelahan, mual muntah, sesak napas, napas pendek

(terengah-engah), gelisah, pandangan kabur, dan berkunang-kunang,

emosional, telinga berdengung, sulit tidur, nyeri kepala bagian belakang

dan di dada, otot lemah, terjadi pembengkakan pada kaki dan pergelangan

kaki, keringat berlebih, denyut jantung yang kuat, cepat atau tidak teratur,

perdarahan di urine, bahkan mimisan (Martuti,2017).

6. Komplikasi Hipertensi

Menurut Soeharto (2017), membiarkan Hipertensi membiarkan

jantung bekerja lebih keras dan membiarkan proses perusakan dinding

pembuluh darah berlangsung dengan lebih cepat. Hipertensi meningkatkan

resiko penyakit jantung dua kali dan meningkatkan risiko stroke delapan kali

dibanding dengan orang yang tidak mengalami Hipertensi. Selain itu

Hipertensi juga menyebabkan terjadinya payah jantung, gangguan pada ginjal

dan kebutaan. Penelitian juga menunjukkan bahwa Hipertensi dapat

mengecilkan volume otak, sehingga mengakibatkan penurunan fungsi

kognitif dan intelektual, yang paling parah adalah efek jangka panjangnya

12
yang berupa kematian mendadak. Komplikasi Hipertensi antara lain :

a. Penyakit jantung koroner dan arteri

Ketika usia bertambah lanjut, seluruh pembuluh darah di tubuh akan

semakin mengeras, terutama di jantung, otak dan ginjal. Hipertensi sering

diasosiasikan dengan kondisi arteri yang mengeras ini.

b. Payah jantung

Payah jantung (Congestive heart failure) adalah kondisi dimana jantung

tidak mampu lagi memompa darah yang dibutuhkan tubuh. Kondisi ini

terjadi karena kerusakan otot jantung atau sistem listrik jantung.

c. Stroke

Hipertensi adalah faktor penyebab utama terjadinya stroke, karena tekanan

darah yang terlalu tinggi dapat menyebabkan pembuluh darah yang sudah

lemah menjadi pecah. Bila hal ini terjadi pada pembuluh darah di otak,

maka terjadi perdarahan otak yang dapat berakibat kematian. Stroke juga

dapat terjadi akibat sumbatan dari gumpalan darah yang macet di

pembuluh yang sudah menyempit.

d. Kerusakan ginjal

Hipertensi dapat menyempitkan dan menebalkan aliran darah yang

menuju ginjal, yang berfungsi sebagai penyaring kotoran tubuh. Dengan

adanya gangguan tersebut, ginjal menyaring lebih sedikit cairan dan

membuangnya kembali ke darah. Gagal ginjal dapat terjadi dan diperlukan

cangkok ginjal baru.

13
e. Kerusakan penglihatan

Hipertensi dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah di mata,

sehingga mengakibatkan mata menjadi kabur atau kebutaan.

7. Penatalaksanaan Hipertensi

a. Pencegahan

Tidak semua penderita tekanan darah tinggi memerlukan obat. Apabila

Hipertensinya tergolong ringan maka masih dapat dikontrol melalui gaya

hidup sehari-hari. Hal-hal yang perlu dilakukan bagi penderita Hipertensi

sebagai tindakan pencegahan adalah (Wijayakusuma 2017) :

1) Atur pola makan seperti : hindari memakan daging kambing, buah

durian, atau minum-minuman yang beralkohol.

2) Lakukan olahraga secara teratur dan terkontrol. Olahraga yang cocok

berupa aktivitas aerobik, jalan kaki, lari, naik sepeda, dan berenang.

3) Berhenti merokok.

4) Berhenti minum kopi.

5) Menurunkan berat badan bagi penderita Hipertensi yang mengalami

obesitas.

6) Menghindari stress dengan gaya hidup yang lebih santai.

7) Mengobati penyakit penyerta, seperti diabetes melitus, hipertiroid, dan

kolesterol tinggi.

8) Diet untuk Hipertensi, salah satu bentuk diet untuk Hipertensi yang

terkenal adalah DASH (Dietary Approaches to stop hypertension)

14
yang terutama berisi komponen gizi berserat tinggi (sayur dan buah)

(Bustan, 2017).

DASH merupakan salah satu rencana pola makan sehat yang terbukti

membantu orang mengurangi tekanan darah yang di milikinya, dengan

mengonsumsi makanan rendah garam (natrium) dan tinggi kalium dapat

menurunkan tekanan darah yang kita miliki (CDC,2014). Pada dasarnya

komponen DASH sama dengan makan sehat lainnya, hanya saja DASH

ditandai dengan proporsi yang tinggi sayur dan buah – buahan, lemak

yang rendah, protein tanpa lemak. Jumlah kalori disesuaikan dengan berat

badan, jika obesitas akan dikurangi kalorinya. Selain dianjurkan juga

penurunan masukan kadar natrium.penurunan rata – rata natrium

masyarakat dari 3.300 mg ke 2.300 mg per hari dapat mengurangi kasus

Hipertensi (Bustan, 2017).

b. Pengobatan

Pengobatan pada penderita Hipertensi dalam bentuk terapi yaitu :

1) Terapi Farmakologi ada empat obat yang sering digunakan dalam

pengobatan Hipertensi yaitu sebagai berikut:

a) Diuretik

Diuretik misalnya chlortalidone, bendroflumethiazide dan lain-

lain. Diuretik ini dapat menurunkan tekanan darah dengan bekerja

pada ginjal yang menyebabkan ginjal mengeluarkan garam dalam

darah melalui urin.

15
b) Alfa-Bloker

Alfa-bloker misalnya doxazonsin, terazosin dan lain-lain, dimana

alfa-bloker ini dapat menurunkan tekanan darah dengan

memblokade zeseptor pada otot yang melapisi pembuluh darah.

Jika reseptor tersebut diblokade, pembuluh darah akan melebar

(berdilatasi) sehingga darah dapat mengalir lebih lancar.

c) Beta-Bloker

Betabloker misalnya atenolol dan bisoprolol, dimana dapat

menurunkan tekanan darah dengan memperlambat denyut dan

kontraksi jantung. Sehingga tekanan yang disebabkan pompa

jantung berkurang.

d) Kalsium kanal

Kalsium kanal misalnya amlodipine, felodipine dimana dapat

menurunkan tekanan darah dengan memblokade masuknya

kalsium ke dalam sel. Dengan menghambat kontraksi otot,

pembuluh darah akan melebar sehingga darah akan mengalir

dengan lancar (Williams,2017).

2) Terapi Non-farmakologis

Terapi non farmakologis untuk menangani Hipertensi yaitu

dengan menurunkan berat badan bila gemuk. Tekanan darah

cenderung kuat atau meningkat seiring dengan kegemukan atau

kenaikan berat badan. Dengan menurunkan berat badan, berpengaruh

16
juga pada penurunan tekanan darah, walaupun penurunan berat badan

belum mencapai normal (Freitag,2017).

Pengurangan berat badan sekitar 10 kg berat badan dapat

menurunkan tekanan darah rata-rata 2-3 mmHg per kgBB.

Mengurangi konsumsi Natrium (Na) memiliki hubungan yang sangat

erat dengan timbulnya Hipertensi. Oleh karena itu konsumsi garam

dikurangi (kurang dari 3gr per hari) mampu menurunkan tekanan

darah (Widyanto,2017). Minuman beralkohol Minuman yang

beralkohol yang terlalu banyak, dapat meningkatkan tekanan darah

dan resiko komplikasi kardiovaskuler (Willams,2019).

Orang yang memiliki aktivitas yang rendah akan lebih rentan

mengalami tekanan darah tinggi. Penderita Hipertensi dianjurkan

untuk melakukan aerobik sedang dalam 30 menit sehari selama

beberapa hari dalam seminggu dapat menurunkan tekanan darah.

Beberapa jenis latihan yang dapat menurunkan tekanan darah yaitu:

berjalan kaki, bersepeda, berenang, aerobik. Namun tidak dianjurkan

bagi penderita Hipertensi untuk melakukan kegiatan olahraga seperti

tinju, gulat, angkat besi, karena akan meningkatkan tekanan darah.

Emosional atau Stres berpengaruh terhadap peningkatan

tekanan darah. Semakin stres tekanan darah semakin tinggi. Oleh

karena itu salah satu cara untuk untuk menurunkan tekanan darah

adalah dengan mengelola stres. Merokok di dalam rokok terdapat

17
banyak zat yang beracun (oksidan) yang dapat melukai dinding

pembuluh darah dan mempercepat pengerasan pembuluh darah.

Dianjurkan pada penderita Hipertensi untuk berhenti atau mengurangi

rokok, konsumsi serat, buah-buahan dan sayuran segar, yang

mengadung serat tinggi sangat efektif dalam menurunkan kadar

kolesterol darah.

B. Tinjauan Umum Lansia

1. Defenisi Lansia

Lanjut usia (lansia) adalah kelompok penduduk yang berumur 60 tahun

atau lebih (Mubarak, 2017). Adapun beberapa pembagian lansia diantaranya,

menurut Departemen Kesehatan RI, World Healthy Organisastion (WHO), dan

menurut Undang-Undang No.4 tahun 1965 pasal 1. Depertemen Kesehatan RI

membagi lansia dalam 3 kelompok yakni kelompok menjelang usia (rentang

usia 45-54 tahun) sebagai masa vibrilitas, kelompok usia lanjut (rentang usia

55-64 tahun) sebagai masa presenium dan kelompok usia lanjut (rentang usia

>65 tahun) sebagai masa senium. Adapun organisasi kesehatan dunia (WHO),

membagi lanjut usia yang dibagi dalam 4 kriteria yakni : usia pertengahan

(middle age) yang adalah kelompok dengan rentang usia 45 -59 tahun, usia

lanjut (ederly) antara 60-74 tahun, usia tua (old) antara 75-90 tahun dan usia

sangat tua (very old) di atas 90 tahun. Sedangkan menurut Undang-Undang

No.4 tahun 1965 pasal 1 : “Seseorang dinyatakan sebagai orang jompo atau

lanjut usia setelah yang bersangkutan mencapai umur 55 tahun, tidak

18
mempunyai atau tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan

hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain” (Mubarak, 2017).

2. Batasan Usia Lanjut

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), lanjut usia meliputi :

a. Usia pertengahan (middle age), yaitu kelompok usia 45-59 tahun.

b. Usia lanjut (elvderly), yaitu kelompok usia antara 60-74 tahun.

c. Usia tua (old), yaitu kelompok usia antara 75-90 tahun.

d. Usia sangat taua (very old), yaitu kelompok usia aitas 90 tahun.

3. Proses Menua

Pada hakekatnya kesehatan lansia dipengaruhi oleh aging process atau

proses menua. Proses menua merupakan suatu proses biologis yang tidak dapat

dihindarkan, yang akan dialami oleh setiap orang. Menua adalah suatu proses

menghilangnya secara perlahan-lahan (gradual) kemampuan jaringan untuk

memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan struktur dan fungsi

secara normal, ketahanan terhadap injury(Mubarak, 2017).

Proses menua merupakan proses alamiah setelah 3 tahap kehidupan

yaitu masa anak, masa dewasa dan masa tua yang tidak dapat dihindari oleh

setiap individu (Nugroho & Wahyudi, 2019). Pertambahan usia akan

menimbulkan perubahan-perubahan pada struktur dan fisiologis dari berbagai

sel/jaringan/organ dan system yang ada pada tubuh manusia (Mubarak, 2017).

Proses ini menjadikan kemunduran fisik maupun psikis. Kemunduran

fisik ditandai dengan kulit mengendur, rambut memutih, penurunan

19
pendengaran, penglihatan memburuk, gerakan lambat dan kelainan berbagai

fungsi organ vital. Sedangkan kemunduran psikis terjadi peningkatan

sensitivitas emosional, menurunnya gairah, bertambahnya minat terhadap diri,

berkurangnya minat terhadap penampilan, meningkatnya minat terhadap

material (Mubarak, 2017).

4. Perubahan Fisiologis pada Lansia

Menurut Triyanto (2017), faktor usia sangat berpengaruh terhadap

Hipertensi karena dengan bertambahnya umur maka semakin tinggi

mendapatkan resiko Hipertensi. Perubahan pada suatu sistem fisiologis akan

mempengaruhi dan memberikan konsenkuensi pada proses penuaan yaitu pada

struktur dan fungsi fisiologis. Efek perubahan fisiologis secara umum adalah

penurunan mekanisme homeostatic dan penurunan respon immunologic

(Stanhope & Lancaster,2019). Perubahan fisik pada lansia yaitu :

a. Sistem Sensori

Lansia dengan kerusakan fungsi pendengaran dapat memberikan respon

yang tidak sesuai sehingga dapat menimbulkan rasa malu dan gangguan

komunikasi verbal, terjadi penurunan pada membran timpani (atropi)

sehingga terjadi gangguan pendengaran, tulang-tulang pendengaran

mengalami kekakuan (Watson, 2017).

b. Sistem Muskulosekeletal

Perubahan normal sistem muskulosekeletal terkait usia pada lansia,

termasuk penurunan tinggi badan, peningkatan porositas tulang, antropi

20
otot, pergerakan yang lambat, pengurangan kekuatan dan keakuan sendi-

sendi, perubahan pada otot, tulang dan sendi mengakibatkan terjadinya

perubahan penampilan kelemahan dan lambatnya pergerakan yang

menyertai penuaan (Stanley & Beare, 2019).

c. Sistem Integumen

Menurut Waston (2017) penuaan terjadi perubahan khususnya perubahan

yang terlihat pada kulit seperti atropi, keriput dan kulit yang kendur dan

kulit yang muda rusak, perubahan yang tampak pada kulit, dimana kulit

menjadi kehilangan kekenyalan dan elastisitasnya.

d. Sistem Kardiovaskuler

Penurunan yang terjadi ditandai dengan penurunan tingkat aktivitas yang

mengakibatkan penurunan tingkat aktivitas, yang mengakibatkan

penurunan kebutuhan darah terorganisasi (Stanly & Beare, 2017).

e. Sistem Pernafasan

Menurut Ebersol (2019), penambahan usia kemampuan pegas dinding

dada dan kekuatan otot pernafasan akan menurun, sendi-sendi tulang iga

akan menjadi kaku dan akan mengakibatkan penurunan laju ekspirasi

paksa satu detik sebesar 0,2 liter/decade serta berkurang kapasitas vital.

f. Sistem Perkemihan

Pada lansia mengalami stress atau saat kebutuhan fisiologi meningkat atau

terserang penyakit, penuaan pada saat sistem renal akan sangat

mempengaruhi, berkurangnya kemampuan ginjal untuk mengeluarkan sisa

21
metabolisme melalui urin serta penurunan kontrol untuk berkemih

sehingga terjadi kontinensia urin pada lansia (Stanly & Beare, 2017).

g. Sistem Pencernaan

Hilangnya sokongan tulang turut berperang terhadap kesulitan-kesulitan

yang berkaitan dengan penyediaan sokongan gigi yang adekuat dan stabil

pada usia penih lanjut (Stanly & Beare, 2017).

h. Sistem Persyarafan

Perubahan sistem persyarafan menurut (Stanly & Beare, 2013), terdapat

beberapa efek penuaaan pada sistem saraf, banyak perubahan dapat

diperlambat dengan gaya hidup sehat. Sendangkan menurut Potter & Perry

(2011), lansia akan mengalami gangguan persarafan terutama lansia akan

mengalami keluhan seperti perubahan kualiats dan kuantitas tidur, dan

kesulitan untuk kembali tidur setelah terbangun dimalam hari.

C. Tinjauan Umum Tentang Variabel Penelitian

1. Defenisi Air Kelapa

Menurut Sutardi, Santoso dan Anggia (2015), tanaman kelapa (Cocos

nucifera L.) merupakan tanaman serbaguna yang memiliki nilai ekonomi

tinggi. Seluruh bagian tanaman mulai dari akar, batang, daun dan buah dapat

dimanfaatkan untuk pemenuhan kebutuhan manusia, sehingga disebut sebagai

pohon kehidupan (tree for life).

Menurut Soekardi (2014), “Kelapa (nyiur) atau Cocos nucifera,

adalah tumbuhan palma pantai yang pohonnya tinggi, tanaman yang berusia

22
cukup tua, yang banyak tersebar di seluruh daerah tropika, dan pada permulaan

tarikh Masehi sudah dikenal dan dimanfaatkan orang dalam kehidupan sehari-

hari…”

Air kelapa mempunyai potensi yang baik untuk dibuat menjadi minuman

fermentasi, karena kandungan zat gizinya, kaya akan nutrisi yaitu gula,

protein, lemak dan relatif lengkap sehingga sangat baik untuk pertumbuhan

bakteri penghasil produk pangan. Air kelapa mengandung sejumlah zat gizi,

yaitu protein 0,2 %, lemak 0,15%, karbohidrat 7,27 %, gula, vitamin,

elektrolit dan hormon pertumbuhan. Kandungan gula maksimun 3 gram per

100 ml air kelapa. Jenis gula yang terkandung adalah sukrosa, glukosa,

fruktosa dan sorbitol. Gula-gula inilah yang menyebabkan air kelapa muda

lebih manis dari air kelapa yang lebih tua(Warisno, 2014). Disamping itu air

kelapa juga mengandung mineral seperti kalium dan natrium. Mineral-mineral

itu diperlukan dalam poses metabolisme, juga dibutuhkan dan pembentukan

kofaktor enzim-enzim ekstraseluler oleh bakteri pembentuk selulosa.

Selain mengandung mineral, air kelapa juga mengandung vitamin-vitamin

seperti riboflavin, tiamin, biotin. Vitamin-vitamin tersebut sangat dibutuhkan

untuk pertumbuhan maupun aktivitas Acetobacter xylinum pada saat

fermentasi berlangsung sehingga menghasilkan selulosa bakteri. Oleh karen

itu lahai kelapa dapat dijadikan sebagai bahan baku untuk pembuatan selulosa

bakteriataunata decoco,disamping untuk memanfaat kanl imbah air kelapa

sehingga dapat mengurangi dampak negatif yang diakibatkan limbah air

23
kelapa tersebut. (Pambayun, 2015).

Buah kelapa yang terlalu muda belum memiliki daging buah, dan air

kelapa muda rasanya lebih manis,mengandung mineral4%, gula2%.

Perbandingan komposisi air kelapa muda dengan air kelapa tua dapat dilihat

pada tabel 2.1.

Tabel 2.1.Komposisi Air BuahKelapa

Kandungan Satuan Muda SetengahTua Tua


Kalori Kal 68 180 359
Air G 83,3 70 46,9
Protein G 1 4 3,4
Lemak G 0,9 15 34,7
Karbohidrat G 14 10 14
Kalsium Mg 7 8 21
Fosfor Mg 30 55 98
Besi Mg 1 1,3 2
Vitamin A Mg 0 10 0
Vitamin B1 Mg 0,06 0,05 0,1
Vitamin C Mg 4 4 2

(Sumber: Khomsan, 2017)

2. Tujuan Terapi air kelapamuda

Adapun tujuan dari pelaksanaan terapi air kelapamuda yaitu :

1. Meningkatkan sirkulasi darah,

2. Menurunkan tekanan darah tinggi dan,

3. Mengurangi risiko serangan jantung dan stroke.

3. Manfaat terapi air kelapa muda

Air Kelapa Muda merupakan salah satu solusi yang dapat digunakan untuk

menambah asupan Kalium agar dapat menyeimbangi kadar Natrium sehingga

24
tekanan darah kita terjaga. Air Kelapa Muda ini mempunyai kandungan

Kalium sebesar 290mg per 100ml. Jumlah tersebut termasuk tinggi sehingga

dapat digunakan sebagai terapi pada pasien hipertensi untuk mengontrol

tekanan darahnya agar tidak terlalu tinggi (Yoga, 2017)

4. Proses terjadinya penurunan tekanan darah dengan Terapi air kelapa

muda.

Air kelapa muda mengandung unsur kalium yang tinggi yaitu sekitar 291

mg/100 ml (Farapti dan Safitri, 2019). Kalium merupakan elekrolit utama di

dalam cairan intraseluler. Konsumsi kalium yang banyak akan meningkatkan

konsentrasinya di dalam cairan intraseluler sehingga cenderung menarik cairan

dari bagian ekstraseluler dan menurunkan tekanan darah (Amran, 2017).

D. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah kerangka hubungan antara konsep – konsep yang ingin

diamati atau diukur melalui penelitian yang dilakukan (Sastroasmoro & Ismael,

25
2017). Penelitian tentang “pengaruh terapi air kelapa muda terhadap penurunan

tekanan darah pada lansia penderita Hipertensi”, melakukan penelitian dengan

kerangka dapat dilihat pada gambar 2.2 dibawah ini :

Terapi Air Kelapa Penurunan


Muda Tekanan Darah
Pada Lansia

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

Ket :

= Variabel Independen

= Variabel Dependen

= Hubungan antara variabel Independen dan Variabel Dependen

BAB III

METODE PENELITIAN

26
A. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian pre eksperimental yaitu

penelitian eksperimen yang hanya menggunakan kelompok studi tanpa

menggunakan control, serta pengambilan responden tidak di lakukan

randomisasi (Hasnia, 2017). Jenis pendekatan rancangan one gruop pra-post

test desaign. Di dalam desain ini observasi dilakukan sebanyak 2 kali yaitu

sebelum dilakukan intervensi dan sesudah dilakukan intervensi (Nursalam,

2017).

Skema Rancangan Pendekatan One group pre test-post tets

01 X 02

Pre test Eksperimen Post test

Keterangan:

01 : Observasi awal sebelum perlakuan Terapi air kelapa muda

X : Eksperimen Terapi air kelapa muda

02 Observasi akhir setelah perlakuan Terapi air kelapa muda (post test)

B. Waktu Dan Lokasi Penelitian

1. Waktu Penelitian

27
Penelitian ini direncanakan akan dilakukan pada bulan mei 2020

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Puskesmas Belakang Soya Ambon

C. Populasi Dan SampelPenelitian

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek/subjek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk mempelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya

(Sastroasmoro & Ismael, 2017). Populasi dalam penelitian ini adalah semua

lansia yang mengalami Hipertensi berjumlah 40 orang

2. Sampel

Sampel merupakan sejumlah kelompok kecil yang mewakili populasi

untuk dijadikan sebagai objek penelitian (Nursalam, 2017). Peneliti

menggunakan sampel non probability dengan teknik pengambilan sampel

total sampling yaitu, sampel dimana jumblah sampel sama dengan populasi

(Sastroasmoro & Ismael, 2017).

D. Variabel Penelitian

Penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu Variabel Independen dan

Variabel Dependen :

28
1. Variabel Inpenden (Bebas)

Variabel Independen merupakan variabel resiko atau sebab, Sastroasmoro &

Ismael (2017). Pada penelitian ini Variabel Independen yaitu terapi air kelapa

muda

2. Variabel Dependen (Terikat)

Variabel Dependen merupakan variabel akibat atau efek, Sastroasmoro &

Ismael (2017). Pada penelitian ini Variabel Dependen yaitu penurunan

tekanan darah.

E. Defenisi Operasional

Defenisi operasional adalah defenisi berdasarkan karakteristik yang diamati

dari suatu yang didefenisikan tersebut (Sastroasmoro & Ismael, 2017). Defenisi

operasional dan skala pengukuran dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel di

29
bawah ini :

Tabel 3.2 Defenisi Operasional

No Variabel Defenisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala


Variabel Independen (Variabel Bebas)
1. Terapi air Pemberian air kelapa Lembaran
kelapa muda muda yang diberikan Observasi
pada lansia hipertensi
pemberian air kelapa
muda sebanyak
100ml kelapa yang
baru diambil dari
pohon yang
diberikan. 2 kali
sehari setiap pagi dan
sore selama 14 hari,
Variabel Dependen (Terikat)
2. Tekanan Tekanan yang Tensimeter Hasil Tekanan Ordina
darah dihasilkan saat dan darah l
jantung memompa stestoskop 1. Normal :
darah keseluruh 120/80
bagian tubuh. mmHg.
Dimana saat jantung 2. PreHipertens
berkontraksi disebut i : 139/89
Sistolik dan saat mmHg
jantung relaksasi 3.Hipertensi
disebut Diastolik derajat I :
yang nilai normalnya 159/93
ialah Sistolik 120 mmHg.
mmHg danDiastolik 4.Hipertensi
80 mmHg. Dan bagi derajat II :
penderita Hipertensi >160/>100
pengukuran tekanan mmHg.
darah ialah 140/90
mmHg

F. Instrumen Penelitian

Instrumen peneliti merupakan alat-alat yang digunakan dalam pengumpulan

data. Alat-alat pengumpulan penelitian dapat berupa formulir observasi, dan

formulir-formulir yang diberkaitan dengan pencatatan data. Instrumen penelitian

30
yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah :

1. Karkteristik Responden

Data demografi atau identitas responden sebagai instrumen untuk

mengumpulkan biodata dan karakteristik responden seperti: nama, umur, jenis

kelamin, dan tingkat pendidikan.

2. SOP Terapi air kelap amuda

Mengambil air kelapa muda sebanyak satu gelas air kelapa atau 100 ml.

Air kelapa muda diberikan kepada responden dua kali sehari pagi dan sore.

Sebelum responden meminum air kelapa muda dilakukan pengukuran

tekanan darah sebelum dan setelah mengkonsumsi air kelapa muda selama 14

hari (Corwin, 2017).

3. Lembaran Observasi

Lembaran observasi diisi oleh peneliti dengan menuliskan pelaksanaan terapi

pemberian air kelapa muda serta hasil pengukuran tekanan darah sebelum dan

sesudah diberikan terapi.

G. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan langkah paling strategis dalam penelitian, karena

tujuan utama dalam penelitian adalah mendapatkan data (Sugiyono, 2013).

1. Ijin permohonan penelitian diajukan kepada Kepala Puskesmas Belakang

31
Soya Ambon.

2. Peneliti menghubungi Kepala Puskesmas Belakang Soya Ambon dan berkerja

sama dengan perawat untuk mengetahui jumlah pasien lansia yang ada pada

wilayah kerja dijadikan sampel.

3. Peneliti menjelaskan tujuan penelitian, manfaat penelitian dan proses

penelitian.

4. Peniliti mengisi lembar observasi terapi air kelapa muda sebelum (pre)

dilakukan terapi.

5. Peneliti melakukan tindakan terapi air kelapamudapada pasien lansia yang

mengalami Hipertensi dan intervensi dilakukan selama 2×/hari dalam jangkah

waktu 15 menit selama 2 minggu pada pukul 09.00 Wit dan 11.00 Wit.

6. Peneliti mengisi lembar observasi terapi air kelapa muda setelah (post)

dilakukan terapi.

H. Pengolahan Data Dan Anlisa Data

1. Pengolahan Data

Data yang sudah dikumpulkan kemudian diolah dengan menggunakan

bantuan perangkat lunak komputer yaitu; dengan aplikasi SPSS (Statistical

Product and Service Solution), Pengolahan data terdiri dari :

a. Editing

Editing data untuk memastikan bahwa data yang diperoleh sudah terisi

lengkap, tulisan cukup jelas terbaca, jawaban relevan dengan pertanyaan,

dan konsisten, dilakukan dengan cara mengoreksi data yang telah diperoleh

32
(Sastroasmoro & Ismael 2017).

b. Coding

Coding merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data

berbentuk angka atau bilangan, setiap data diberikan kode-kode tertentu

agar memudahkan pengolahan data (Sastroasmoro & Ismael 2017).

c. Entry data

Entry Data merupakan suatu proses memasukan data ke computer untuk

selanjutnya dilakukan analisis data dengan menggunakan program

computer (Sastroasmoro & Ismael 2017).

d. Cleaning

Cleaning (pembersihan data) merupakan kegiatan pengecekkan kembali

data yang sudah dientry apakah ada salah atau tidak (Sastroasmoro &

Ismael 2017).

2. Analisa Data

Data yang sudah diolah kemudian dianalisis meliputi :

a. Analisis Univariat

Tujuan Analisis Univariat adalah untuk mendeskripsikan distribusi

dari masing-masing variabel yang diteliti. Pada penelitian ini variabel yang

dideskripsikan melalui analisis univariat adalah variabel dependen, yaitu:

penurunan tekanan darah pada lansia dan variabel independen, yaitu : air

kelapa muda, data yang diperoleh kemudian dihitung jumlah dan

presentase masing-masing kelompok dan disajikan dengan menggunakan

33
tabel serta diinterpresikan (Sastroasmoro & Ismael 2017).

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat bertujuan untuk membandingkan sebelum perlakuan

terapi pemberian air kelapa muda dan sesudah pemberian air kelapa muda.

Uji statistik yang digunakan adalah ujiT test adalah uji statistik yang

digunakan untuk menguji beda mean dari 2 hasil pengukuran pada

kelompok yang sama (misalnya beda mean pre test dan post test) (Dharma,

2017).

Jika data tidak berdistribusi normal maka dilanjutkan dengan

menggunakan uji alternatif yaitu uji wilcoxon. Uji wilcoxon adalah uji

statistiik yang digunakan untuk menguji beda mean peringkat (data

interval) dari 2 hasil pengukuran pada kelompok sama (misalnya beda

mean peringkat pre test dan post test), uji ini dilakukan dengan dasar

pengambilan keputusan penerimaan hipotesis penelitian berdasarkan

tingkat signifikasi (nilai p) jika nilai p> 0,05 maka hipotesis penelitian

ditolak (tidak ada pengaruh pemberian air kelapa muda) atau Ho diterima

dan jika nilai p< 0,05 maka hipotesis penelitian di terima (adanya pengaruh

pemberian air kelapa muda) (Dharma, 2017).

I. Etika Penelitian

Menurut (Sastroasmoro & Ismael 2017) dalam melakukan penelitian, peneliti

perlu membawa rekomendasi dari institusi untuk pihak lain dengan cara

mengajukan permohonan izin kepada institusi lembaga tempat penelitian yang

34
diajukan oleh peneliti. Setelah mendapat persetujuan, baru peneliti dapat

melakukan penelitian dengan mengedepankan masalah etika yang meliputi :

1. Persetujuan (Informed Consent)

Informed Consent merupakan persetujuan antara peneliti dengan responden

penelitian dengan memberikan lembaran persetujuan. Sebelum melakukan

penelitian, peneliti memberikan penjelasan kepada responden dan meminta

persetujuan responden terlebih dahulu.

2. Tanpa Nama (Anomity)

Setiap responden akan dijaga kerahasiaan atau informasi yang diberikan

peneliti tidak akan mencantumkan nama responden tetapi pada lembar

tersebut diberi kode.

3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti dan hanya kelompok

data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian.

35

Anda mungkin juga menyukai