Anda di halaman 1dari 27

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di negara maju hipertensi salah satu masalah kesehatan utama. Di Indonesia


hipertensi juga merupakan masalah kesehatan yang perlu diperhatikan oleh tenaga
kesehatan. Data World Health Organization (WHO) tahun 2015 menunjukkan sekitar
1,13 Miliar orang di dunia menyandang hipertensi, artinya 1 dari 3 orang di dunia
terdiagnosis hipertensi. Riskesdas 2018 menyatakan prevalensi hipertensi berdasarkan
hasil pengukuran pada penduduk usia ≥18 tahun sebesar 34,1%, tertinggi di
Kalimantan Selatan (44.1%), sedangkan terendah di Papua sebesar (22,2%). Estimasi
jumlah kasus hipertensi di Indonesia sebesar 63.309.620 orang, sedangkan angka
kematian di Indonesia akibat hipertensi sebesar 427.218 kematian. Hipertensi terjadi
pada kelompok umur 31-44 tahun (31,6%), umur 45-54 tahun (45,3%), umur 55-64
tahun (55,2%). Dari prevalensi hipertensi sebesar 34,1% diketahui bahwa sebesar
8,8% terdiagnosis hipertensi dan 13,3% orang yang terdiagnosis hipertensi tidak
minum obat serta 32,3% tidak rutin minum obat.

Prevalensi hipertensi di Propinsi Sumatera Utara mencapai 6.7% dari jumlah


penduduk di Sumatera Utara, berdasarkan data Badan Litbangkes Kementerian
Kesehatan. Ini berarti bahwa jumlah penduduk Sumatera Utara yang menderita
hipertensi mencapai 12,42 juta jiwa tersebar di beberapa Kabupaten (Kemenkes,
2013). Kabupaten Karo salah satu jumlah hipertensi yang terbanyak, menyusul
kabupaten Deli Serdang. Tahun 2016 jumlah penderita hipertensi di Kabupaten Karo
sebesar 12.608 orang, prevalensi ini lebih tinggi pada jenis kelamin perempuan (52%)
lelaki (48%), terbesar pada kelompok umur 55 – 59 tahun (Simbolon, 2016). Hal ini
menunjukkan bahwa sebagian besar penderita Hipertensi tidak mengetahui bahwa
dirinya Hipertensi sehingga tidak mendapatkan pengobatan.termasuk Indonesia.

Berdasarkan penyebab hipertensi menjadi 2 yaitu hipertensi primer yang tidak


diketahui penyebabnya atau idiopatik dan hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang
disebabkan oleh penyakit lain.Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan
masalah yang ditemukan pada masyarakat baik di negara maju maupun berkembang.

1
Hipertensi secara umum dapat didefinisikan sebagai tekanan sistolik lebih dari 140
mmHg dan tekanan diastolic lebih dari 90 mmHg. Tekanan darah manusia secara
alami berfluktasi sepanjang hari. Tekanan darah tinggi menjadi masalah hanya bila
tekanan darah tersebut persisten. Tekanan darah tersebut membuat sistem sirkulasi
dan organ yang dapat mendapat suplai darah (termasuk jantung dan otak) menjadi
tegang. (Manutung, Ns. Alfeus; 2018).

Hitungan rata-rata tekanan darah arteri yang dibutuhkan agar sirkulasi darah sampai
ke otak juga harus terpenuhi. Sirkulasi darah ke otak membawa suplai makanan dan
oksigen yang dibutuhkan ke otak untuk nutrisi dan aktivitas kerja otak. Tekanan darah
yang membawa darah ke otak tidak boleh kurang tidak boleh lebih dikarenakan jika
tekanan darahnya kurang maka suplai makanan ke otak berkurang. dalam kondisi ini
tubuh akan lemas, mudah mengantuk dan akan cenderung tidak sadar. Jika tekanan
darah arteri ke otak tinggi maka resiko pecahnya pembuluh darah di otak yang
mengakibatkan stroke (Santi, 2016).

Menurut Martha (2015) kejadian hipertensi dapat disebabkan karena beberapa hal.
perubahan hidup modern, merokok, meminum alcohol, pola makan yang tidak
seimbang, dan kurangnya aktivitas fisik dapat memicu meningkatnya angka kejadian
hipertensi. Sesungguhnya jika orang mengetahui dampak dari hipertensi jika tidak
diobati dapat menimbulkan komplikasi dan kerusakan organ tubuh yaitu kerusakan
pada otak, jantung, ginjal dan mata.

Salah satu contoh penanganan hipertensi dengan terapi non farmakologi yaitu terapi
herbal yang memiliki macam keuntungan bagi yang mengkonsumsinya, diantaranya
haga lebih murah, mudah diperoleh, tidak menimbulkan efek samping, meningkatkan
daya tahan tubuh karena mengandung bayak vitamin yang berguna bagi kesehatan.
Setelah ilmu pengetahuan berkembang, dilakukan penelitian terhadap herbal-herbal
yang dapat menyembuhkan berbagi banyak penyakit. Ternyata terbukti bahwa herbal
mengandung zat-zat yang dapat menyembuhkan penyakit. Pengobatan penyakit darah
tinggi secara herbal, yang dibutuhkan adalah buah-buahan, sayur-sayuran, daun-
daunan, dan akar-akaran yang banyak mengandung kalium, potassium, kalsium, dan
zat-zat penting lainnya (Nisa, 2017).

2
Labu siam berkhasiat sebagai hipotensi, salah satu senyawa aktif yang terdapat pada
labu siam adalah flavonoid, kandungan flavonoid dikaitkan dengan efek perlindungan
terhadap fungsi endotel dan menghambat agregasi platelet, sehingga dapat
menurunkan resiko penyakit jantung coroner, penyakit kardiovaskuler, flavonoid
memiliki efek hipertensi dengan mekanisme menghambat aktifitas ACE, serta sebagai
diuretic. Selain itu, flavonoid dapat meningkatkan urinasi dan pengeluaran elektorlit,
yang mana berfungsi layaknya kalium, yaitu mengabsorbsi cairan ion-ion elektrolit
seperti natrium yang ada di dalam intraseluler darah menuju ekstraseluler memasuki
tubulus ginjal (Nadila,2015).

Kalium yang terdapat pada labu siam dapat mungurangi sekresi renin yang
menyebabkan penurunan angoistensin II sehingga vasokontriksi pembuluh darah
berkurang dan menurunnya aldosterone sehingga reabsorbsi natrium dan air ke dalam
darah berkurang. kalium juga mempunyai efek pompa Na-K yaitu kalium dipompa
dari cairan ekstra selular ke dalam sel, dan natrium dipompa keluar sehingga kalium
dapat menurunkan tekanan darah (Gyton, 2016).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Nurjamah (2014), menunjukkan bahwa


setelah diberikan jus labu siam kepada 30 orang wanita dewasa selama 3 hari dan
terjadi penurunan tekadan darah sistolik dan diastolic 12,66 mmHg, 9,53 mmHg, 7,27
mmHg dan diastolic 5,66 mmHg, 3,44 mmHg, 2,99 mmHg.

Dari data Puskesmas Teladan Medan Tahun 2018 Jumlah lansia sebanyak 172 orang
dan yang menderita hipertensi sebanyak 45 orang ,berdasarkan hasil wawancara
peneliti kepada 7 orang lansia 5 yang mengatakan mereka mengalami penyakit darah
tinggi. Untuk menurunkan tekanan darah mereka hanya minum obat-obatan yang
diberikab perawat, beberapa lansia mengatakan tidak minum obat sama sekali karena
terlalu pahit dan susah menelan obat tersebut. Ada beberapa lansia yang
menggunakan herbal seperti bawang putih, mentimun, dan semangka untuk
menurunkan tekanan darah mereka. Hapir semua lansia tersebut tidak mengetahui
bawah labu siam juga bias menurunkan tekanan darah, mereka hanya menggunakan
labu siam sebagai sayuran tidak tahu manfaatnya.

3
Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti ingin mengetahui Pengaruh Kukusan
Labu Siam Terhadap Tekanan Darah Tinggi (Mean Arteri Pressure) Lansia Penderita
Hipertensi Di Peuskesmas Teladan Medan Tahun 2019.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan , maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah “Apakah Ada Pengaruh Kukusan Labu Siam Terhadap Tekanan
Darah Tinggi Lansia Penderita Hipertensi Di Peuskesmas Teladan Medan Tahun
2019?”.

1.3 Tujuan
A. Tujuan umum
1. Untuk mengetahui Pengaruh Kukusan Labu Siam Terhadap Tekanan Darah
Tinggi (Mean Arteri Pressure) Lansia Penderita Hipertensi Di Peuskesmas
Teladan Medan Tahun 2019?”.
B. Tujuan khusus
1. Mengetahui tekanan darah tinggi sebelum diberikan kukusan labu siam.
2. Mengetahui tekanan darah tinggi sesudah diberikan kukusan labu siam.
3. Mengetahui perbedaan tekanan darah tinggi sebelum dan sesudah diberikan
kukusan labu siam.

1.4 Manfaat Penelitian


1. Bagi Pasien
Kukusan labu siam Dapat diterapkan sehari-hari yang dapat menurunkan
tekanan darah
2. Bagi Tempat peneliti
Kukusan labu siam dapat menjadi SOP.
3. Bagi Perawat.
kukusan labu siam dapat menjadi Evidence Based (intervensi keperawatan)
4. Bagi peneliti selanjutnya
Penelitian ini dapat di gunakan sebagai pertimbangan bahan pustaka untuk
dikembangkan ke peneliti selanjutnya dengan memperbanyak sampel
penelitian, memperluas ruang lingkup penelitian . sehingga nantinya bisa
mendapatkan hasil yang lebih baik.
4
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Lanjut Usia


2.1.1 Definisi Usia Lanjut
Lanjut usia adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap
infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Abdul Muhith, 2018).

Usia lanjut adalah suatu kejadian yang pasti akan dialami oleh semua orang
yang dikaruniai usia panjang, terjadinya tidak bias dihindari oleh siapapun.
Usia tua adalah priode penutup dalam rentang hidup seseorang telah
“beeranjak jauh” dari priode terdahulu yang lebih menyenangkan atau
beranjak dari waktu yang penuh dengan manfaat (Sunaryo, 2018).

2.1.2 Batasan Usia Lanjut


Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO, 2016) lanjut usia meliputi:
a. Usia pertengahan (middle age) , usia 45-59 tahun.
b. Usia lanjut (elderly), usia 60-74 tahun.
c. Usia tua (old), 75-90 tahun.
d. Usia sangat tua (very old), usia 90 tahun keatas.

2.1.3 Proses Menua


Secara teknis proses menua berlangsung setelah konsepsi, istilah menua tidak
sinonim dengan tua. Aged adult adalh orang dewasa yang sistem-sistem
biologisnya telah dewasa. Dan karena usianya yang telah lanjut terjadi
perubahan-perubahan struktur dan fungsi. Perubahan itu sangat berjalan mulus
sehingga tidak menimbulkan ketidakmampuan atau dapat terjadi sangat nyata
dan berakibat ketidakmampuan total (Soejono cit adriani, 2015).

5
2.1.4 Perubahan yang Terjadi Pada Lansia
a. Penurunan kondisi fisik
Setelah orang memasuki masa lansia, umumnya mulai adanya kondisi fisik
yang bersifat patologis berganda. misalnya tenaga berkurang, energy
menurun, kulit makin keriput, gigi makin copot, tulang makin rapuh.
Secara umum kondisi fisik seseorang yang sudah memasuki masa lansia
mengalami penurunan secara berlipat ganda (Sunaryo,2018).

b. Penurunan fungsi
Penurunan fungsi dan potensi seksual pada lanjut usia sering kali
berhubungan dengan berbagai gangguan fisik.
1. perubahan otot
2. kulit
3. pola tidur
4. fungsi kognitif
5. perubahan penglihatan
6. perubahan fungsi kardiovaskuler
7. perubahan fungsi respirasi
8. perubahan fungsi saraf

c. Perubahan dalam peran social dimasyarakat


Akibat berkurangnya fungsi indera pendengaran, penglihatan, gerak fisik,
dan sebagainya maka muncul gangguan fungsional atau bahkan kecacatan
lansia, sehingga sering menimbulkan keterasingan.

2.2 Hipertensi
2.2.1 Definisi Hipertensi
Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang bersifat abnormal dan
diukur paling tidak pada tiga kesempatan yang berbeda. Secara umum,
seseorang yang dianggap mengalami hipertensi apabila tekanan darah
lebih tinggi dari 140/90 mmHg (Alfeus Manuntung,2018)

6
Hipertensi juga sering diartikan sebagai keadaan dimana tekanan darah
sistolik lebih dari 120 mmHg dan tekanan diastoik lebih dari 80 mmHg
(Corwin, 2015).

Pada hipertensi sistolik terisolasi, tekanan sistolikmencapai 140 mmHg


atau lebih, tetapi tekanan diastolic kurang dari 90 mmHgdan tekanan
diastolic masih dalam kisaran normal. Hipertensi ini sering ditemukan
pada usia lanjut (Apiyanti, 2015)

Sejalan dengan bertambah usia, hamper setiap orang mengalami


kenaikan tekanan darah, tekanan sistolik terus meningkat sampai usia
80 tahun dan tekanan diastolic terus meningkat sampai usia 55-60
tahun (Apriyanti, 2011).

Tekanan darah tinggi adalah keadaan perubahan dimana tekanan darah


meningkat secara kronik. Secara umum hipertensi merupakan suatu
keadaan tanpa gejala, dimana terjadi tekanan yang tidak normal atau
tidak terlalu tinggi di dalam arteri. Arteri adalah pembuluh-pembuluh
yang mangangkut darah dari jantung keseluruh tubuh (Aini, 2015).

2.2.2 Etiologi
Penyakit tekanan darah tinggi mungkin timbul oleh faktor-faktor yang
bias kita kendalikan, bias jadi tidak. Faktor-faktor yang tidak bias
dikendalikan misalnya faktor keturunan. sedangkan untuk faktor-faktor
yang bias dikendalikan seperti gaya hidup, pola makan, dan lain
sebagainya. sudah semestinya menjadi perhatian kita agar terhindar
dari penyakit ini. Faktor-faktor yang menyebabkan tekanan darag
tinggi yaitu:
a. Keturunan
Genetis atau keturunan adalah salah satu faktor yang tidak bias
dikendalikan. Faktor ini berkaitan dengan struktur gen dalam tubuh
kita. Apabila kedua orang tua sama-sama memiliki riwayat
penyakit hipertensi, maka besar kemungkinan anak-anaknya akan
mengidap penyakit hipertensi. Dunia kedokteran membuktikan
7
bahwa ada bukti gen yang di turunkan sebagai faktor pemicu
penyakit tersebut.

b. Usia
Tekanan darah seseorang meningkat bersamaan dengan
bertambahnya usia. Ini adalah faktor yang tidak bias dihindari.
Namun, kita bias mengendalikan agar jangan sampai tekanan darah
kita melebihi batas normal.
c. Garam
Kandungan garam di dalam ttubuh memicu sistem metabolism kita
menambahkan air ke dalam darah. Bertambahnya volume cairan
tersebut menambah tekanan darah.
d. Stress
Stress dan kondisi emosi yang tidak stabil menimbulkan kenaikan
detak jantung. Berikutnya akan memicu penyakit tekanan darah
tinggi
e. Alkohol
Banyak sekali fakta dan penelitian yang membuktikan bahwa
alcohol memiliki dampak langsung terhadap tekanan darah.
f. Kurang Olahraga
g. Rokok

2.2.3 Klasifikasi
Klasifikasi tekanan darah pada lansia menurut WHO, (2016)

Tekanan Darah Tingkat I Tingkat II Tingkat III


Sistolik 140-159 160-179 >180
Diatolik 90-99 100-109 >110
Pada hipertensi sistolik terisolasi, tekanan darah sistolik mencapai 140
mmHg atau lebih, tetapi tekanan diastolic kurang dari 90 mmHg dan
tekanan diastolic masih dalam kisaran normal.hipertensi ini sering di
temukan pada usia lanjut.

8
Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bias terjadi melalui
jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak
cairan pada setiap detiknya. Arteri Besar kehilangan kelenturannya dan
menjadi kaku, sehingga mereka tidak dapat mengembang pada saat
jantung memompa darah melalui arteri tersebut.

Karena itu, darah pada setiap denyut jantung dipaksa melalui pembuluh
yang sempit dari pada biasanya. dan menyebabkan naiknya tekanan,
inilah yang terjadi pada usia lanjut mana dimana dinding arterinya telah
menebal dan kaku karena kardiovaskuler. Dengan Cara yang sama
tekanan darah juga meningkat pada saat terjadi “vasokontraksi” yaitu
jika arteri kecil untuk sementara waktu mengkerut karena
perangsangan saraf atau hormone di dalam darah Apriyanti,2016

2.2.4 Tanda dan Gejala Hipertensi


1. nyeri kepala saat terjaga, terkadang disertai mual-mual
2. penglihatan kabur, karena terjadi kerusakan pada retina berbabgai
dampa dari hipertensi
3. ayunan langkah yang tidak mantap karena terjadi kerusakan saraf
pusat
4. edema dependen dan pembengkakan akibat meningkatnya tekanan
darah tinggi.

2.2.5 Dampak Hipertensi


Suatu peningkatan dari tekanan darah sistolik dan diastolic
meningkatkan resiko terjadinta penyakit lain pada penderita.
komplikasi sering dirujuk sebagai kerusakan akhir akhir organ akibat
tekanan darah tinggi krois. shrting. Waktu itu, monitor tekadan darah
tinggi sangat penting di lakukan secara rutin dan berkelanjutan
sehingga dapat mengupayakan kedalam darah norma dan mencengah
komplikasi penyakit lain:
 Gangguan Jantung
 Pengerasan arteri
 ganguan ginjal storke
 kerusakan umum

9
2.3 Labu Siam
2.3.1 Definisi Labu Siam
Labu siam adalah salah satu jenis dari keluarga labu-labuan. Tumbuhan
bernama latin sechium edule ini dikenal dengan labu siam, karena pada
zaman penjajahan Indonesia buah ini didatangkan dari Negara Siam
(kini Thailand) oleh Belanda. Di Negara Meksiko, tumbuhan ini
merupakan salah satu sayuran yang wajib ada di meja makan (wibowo,
2017).

Labu siam tumbuh merambat di tanah dan kadang memanjat.


Tumbuhan yang sering dijadikan sayur ini dapat dibudidayakan di
pekarangan rumah, biasanya didekat kolam. Di Indonesia , buah atau
sayuran ini mudah dijumpai di pasar dan menjadi sayuran skunder
harganya relative murah (Wibowo, 2017).

2.3.2 Kandungan Labu Siam


Labu siam mengandung getah serta zat-zat seperti protein, lemak,
kalsium, fosfor, besi, vitamin A,B,C, albuminoid, dan kaya akan
kalsium. Menurut Dr. Setiawan Dalimartha, Daging labu siam terdiri
dari 90% air, 7,5% karbohidrat, 1% protein, 0,06% serat, 0,2% abu,
0,1% lemak, kurang lebih 20 mg kalsium, 25 mg fosfor, 100 mg
kalium, 0,3 mg zat besi, 2 mg natrium, saponin, alkaloid, tannin, dan
beberapa zat obat lainnya (Wibowo, 2017).

Kalium juga merupakan mineral yang bermanfaat bagi tubuh kita yaitu
berfungsi untuk mengendalikan tekanan darah, terapi darah tinggi, serta
membersihkan karbondioksida di dalam darah. kekurangan kalium
dapat berefek buruk dalam tubuh karena mengakibatkan
hipokalemiayang menyebabkan frekuensi denyut jantung melambat.
Sedangkan untuk kelebihan kalium menyebabkan hyperkalemia yang
menyebabkan aritmia jantung atau fibrilasi jantung (Ferawati ,215).

10
Mineral terdapat di dalam tubuh dan memegang peranan penting dalam
pemeliharaan fungsi tubuh, baik tingkat sel, jaringan, organ maupun
fungsi ttubuh secara keseluruhan. Keseimbangan mineral di dalam
tubuh diperlukan untuk pengaturan kerja enzim, pemeliharaan
keseimbangan asam basa, pemeliharaan kepekaan otot dan saraf
terhadap rangsangan. Kalium berperan dalam pembentukan tulang dan
gigi. kalsium merupakan salah satu nutrient esensial yang di butuhkan
untuk berbagai fungsi tubuh.

Beberapa penelitian akhir-akhir ini memperlihatkan bahwa tingkat


kalsium yang rendah (selain berkaitan dengan osteoporosis) juga
berhubungan dengan tekanan darah. Hasil percobaan menunjukkan
bahwa mengonsumsi kalsium membantu menurunkan tekanan darah
pada pasien hipertensi. Diet berupa sayur, berdaun biji, dan produk
susu membantu meningkatkan kadar kalsium. Kebanyakan `vitamin
dan mineral dapat diperoleh dari makanan secara alami (Arora, 2017)

2.3.3 Efektifitas Kalium Sebagai Penurunan Hipertensi


Kalium dapat mengurangi sekresi renin yang menyebabkan penurunan
angiostensin II sehingga vasokontriksi pembuluh darah berkurang dan
menurunnya aldosterone sehingga reabsorbsi natrium dan air kedalam
darah berkurang. Kalium juga mencapai efek pomoa Na-K yaitu
kalium dipompa dari cairan ekstea selular ke dalam sel. dan natrium di
pompa keluar sehingga kalium dapat menurunkan tekanan darah
(Guyton, 20016)

2.3.4 Peneliti Terkait


Menurut Yuninda (2014) dalam penelitiannya tentang pengaruh jus
labu siam terhadap tekanan darah wanita dewasa. Data yang diukur
adalah tekanan darah sistolik dan diastolic pada 30 orang wanita
dewasa sebelum dan sesudah minum jus labu siam selama 3 hari. Hasil
rata-rata tekanan darah sistolik hari pertama, kedua, dan ketiga setelah
minum jus labu siam mengalami penurunan sebesar 12,66 mmHg, 9,53
mmHg dan 7,27 mmHgdi bandingkan sebelum minum jus labu siam.
11
Sedangkan hasil rata-rata tekanan darah diastolic hari pertama, kedua,
ketiga setelah minu jus labu siam mengalami penurunan sebesar 5,66
mmHg, 3,4 mmHg, dan 2,9 mmHg di bandingkan sebelum minum jus
labu siam, Jadi kesimpulan dari peneliti ini adalah jus labu siam
menurunkan tekanan darag.

2.3.5 Kerangka Konsep


Skema 2.1
Kerangka Konsep Penelitiam

Variabel Independen Variabel dependen

Penurunan
Kukusan Labu
Tekanan Darah
Siam
Lansia Penderita
lansia

Variabel Confounding

rokok

diet

olahraga

stress

2.3.6 Hipotesis Penelitian


Ha: Ada pengaruh tekanan darah sebelum dan sesudah diberikan
kukusan labu siam.
Ho:Tidak ada pengaruh tekanan darah sebelum dan sesudah diberikan
kukusan labu siam.

12
BAB 3

Metode Penelitian

3.1 Desain Penelitian


Penelitian ini menggunakan desain penelitian eksperimen semu (quasy eksperimen),
dengan menggunakan desain penelitian one group pre-post test (Ismail, 2015), yang
bertujuan untuk melihat pengaruh kukusan labu siam terhadap tekanan darah lansia
penderita hipertensi.

Skema 3.1
Rancangan Penelitian

x1 1 x2

Keterangan:
x1: Pengukuran tekanan darah sebelum dilakukan perlakuan
x2: Pengukuran tekanan darah sesudah dilakukan perlakuan
1 : Pemberian Kukusan labu siam

3.2 Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah lansia penderita hipertensi di Puskesmas
Teladan Medan

2. Sampel
Sampel penelitian ini adalah bagian yang terjangkau dan digunakan sebagai
subjek penelitian melalui sampling (Ismail,2014). Teknik Pengambilan sampel
dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling dengan kriteria:
a. Usia 60-74 tahun
b. Tekanan darah sitolik antara 140-174 mmHg dan diastolik90-105
mmHg.

13
c. Tidak sedang mengkonsumsi obat
Besar sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan rumus sebagai berikut
Ismail,2014):

n=( (Zα+zβ) Sd )2
d
Keterangan:
Zα: Kesalahan tipe I (1,96)
Zβ: Kesalahan tipe II (0,82)
Sd: Simpang baku gabungan = 5,74
d : Selisih rerata kelompok = 3,15

Berdasarkan hasil perhitungan diatas, maka di dapatkan jumlah sampel yaitu


26 responden dengan drop out 10% jadi 29 responden.

3.3 Lokasi Penelitian


Penelitian ini akan di lakukan di Puskesmas Teladan Medan

3.4 Waktu Penelitian


Waktu penelitian ini akan di lakukan di Puskesmas Teladan Medan pada bulan Juli
2019 –November 2019.

3.5 Definisi Operasional


Tabel 3.1
Definisi Operasional Penelitian

No Variabel Definisi Cara Ukur Hasil Skala Data


Operasional Ukur
1 Variabe Labu yang dikupas SOP - -
independen: kulitnya dan
kukusan labu dimasukkan
siam kedalam
pengkukusan yang

14
berisi air untuk
dikukus selama 10
menit, lalu
ditimbang sebanyak
150 gr, dan
diberikan perhari
selama 7 hari.
2 Variabel Hitungan rata-rata Spigmomanometer mmHg Rasio
dependen: tekanan darah arteri dan stetoskop
Tekanan yang dibutuhkan
darah Tinggi agar sirkulasi darah
sampai ke otak

3.6 Aspek Pengkuruan


Tekanan darah pada lansia diukur menggunakan spigmomanometer dengan merek
GEA yang telah dikalibrassi di Balai Pengamanan Alat Kesehatan (BPFK). Dan
stetoskop dengan merek GEA. Lansia tersebut diukur dengan posisi duduk selama 2
menit. Diukur sebelum diberikan kukusan labu siam dan sesudah diberikan kukusan
labu siam. Pengukuran dilakukan di lengan atas tempat pengukuran di ruang lansia.
Hasil pengukuran dikumpulkan di lembar observasi lalu di hitung rata-ratanya
menggunakan rumus: MAP = systole + (2diastole)
3
3.7 Alat dan Prosedur Pengumpulan Data
1. Alat Pengumpulan Data
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah spigmomanometer dan
stetoskop.

2. Prosedur Pengumpulan Data


Pelaksanaan pengumpulan data telah dilaksanakan setelah mendapat izin
surveey awal tertulis dari Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Sari Mutiara
Indonesia. Pengumpulan data dilakukan setalah mendapatkan rekomendasi
izin pelaksanaan dari Puskesmas Teladan Medan digunakan peneliti sebagai
lokasi penelitian. Setelah mendapat izin dari Puskesmas Teladan Medan
peneliti mengadakan pendekatan psikologis dengan melakukan perekenalan

15
diri kepada lansia yang ada di puskesmas yang akan menjadi responden.
Setelah mendapatkan persetujuan dari perawat, peneliti membuat kontrak
dengan responden. Peneliti meminta persetujuan kesediaan menjadi
responden. Selanjutnya penelitti menjelaskan terkait dengan penelitian yang
akan dilakukan.

Kemudian peneliti mengukur tekanan darah responden sebelum diberikan


kukusan labu ssiam. Setelah itu diberikan kukusan labu siam kepada
responden sebanyak 150 gr perhari, kemudian diberikan sesudah makan siang.
Selanjutnya diberikan setiap hari selama 7 hari sesudah makan siang. Di
observasi kembali pemberian tindakan kukusan labu siam, dan hari ke 7
diukur kembali tekanan darah lansia. Peneliti mencatat hasilnya pada lembar
observasi sesuai dengan hasil pengamatan dan pengukuran berkaitan dengan
penurunan tekanan darah setelah dilakukan pemberian kukusan labu siam.

3.8 Etika Penelitian


Selama penelitian, responden dilindungi dengan memperhatikan aspek-aspek self
determination, privacy and anonymity, beneficence, maleficience, Justice (Poli &
Beck, 2014). Penelitian dilakukan setelah mendapat persetujuan dengan menekankan
masalah etika sebagai berikut:
1. Self determination
Prinsip ini dijelaskan bahwa responden diberi kebebasan oleh penuliss untuk
menentukan keputusan sendiri, apakah bersedia ikut dalam penelitian atau
tidak tanpa paksaan (sukarela). Setelah responden bersedia, maka langka
selanjutnya penulis menjelaskan maksud dan tujuan serta manfaat penelitian,
kemudian penulis menanyakan kesedian responden, setelah setuju, responden
diminta untuk menandatangani lembar persetujuan menjadi subjek penelitian
atau informed conset yang disediakan.

2. Privacy and anonymity


Prinsip etik yaitu prinsip menjaga kerahasiaan informasi responden dengan
tidak mencantumkan nama, tetapi hanya menuliskan kode inisial dan hanya
digunakan untuk kepentingan penelitian. Informasi yang dikumpulkan dijamin

16
oleh peniliti kerahasiaan dengan memusnakan data ketika datanya sudah
selesai diambil dan dianalisa.

3. Beneficience
Prinsip etik yang mementingkan keuntungan, baik bagi peneliti maupun
responden sendiri. Peneliti menjelaskan kepada responden tentang manfaat
peneliti untuk menambah pengetahuan lansia di puskesmas teladan dan
mengaplikasikan kukusan labu siam yang dapat digunakan untuk menurunkan
tekanan darahnya. Manfaat penelitian bagi peneliti sendiri adalah peneliti
diharapkan mampu menerapkan kukusan labu siam terhadap penurunan
tekanan darah lansia yang menderita hipertensi.

4. Maleficience
Penelitian ini menggunakan prosedur yang tidak menimbulkan bahaya bagi
responden dan terbebas dari rasa tidak nyaman, dalam hal ini peneliti
menyakinkan responden bahwa apabila selana penelitian berlangsung,
responden merasa tidak nyaman, kurang berkonsentrasi, kelelahan, maka
responden dapat menghentikan sementara pemberian kukusan labu siam dan
dapat dilajtuin kembali dengan memperhatikan kesiapan dan kondisi pasien.
Namun, jika responden telah bersedia melakukan intervensi, tetapi dalam
pelaksanaan penelitiannya merasa kurang nyaman, maka responden juga
berhak berhenti menjadi responden.

5. Justice
Prinsip etik yang memandang keadilan dengan memberikan keadilan bagi
responden. Responden yang termasuk kelompok intervensi diberikan terapi
kukusan labu siam, sedangkan yang tidak menjadi responden akan tetap
diberikan terapi kukusan labu siam setelah penelitian ini selesai dan diketahui
ada efeknya.

3.9 Pengolahan Data dan Analisis Data


3.9.1 Pengolahan Data
Setelah semua data pada lembar observasi terkumpul, maka dilakukan
pengolahan data melalui beberapa tahap (Notoatmodjo, 2015) yaitu:
17
a. Editing
Peneliti melihat dan memeriksa kusioner yang sudah dibagikan hasil yang
didapat peneliti. Setelah terisi kuesioner, kemudian diperiksa kembali untuk
melihat adakah lembaran kuesioner yang belum diisi, tidak ada kendala,
sehingga dapat lanjut ke pengolahan data berikutnya.

b. Coding
Pernyataan yang telah dijawab diberi kode agar mempermudah peneliti
dalam melakukan pengolahan data. Untuk jenis kelamin laki-laki diberi
kode “1” dan perempuan diberi kode “2”.

c. Enter
Kategori yang sudah diberikan kode kemudian dimasukkan kedalam
computer untuk dapat diolah.

d. Tabulating
Data yang dimasukan kedalam bentuk table distribusi dan frekuensi dan
presentase berdasrkan karakteristik responden, table analisa penurunan
tekanan darah sebelum dan sesudah diberikan kukusan labu siam

3.9.2 Analisa Data


a. Analisis Univariat
Analisa univariat dilakukan untuk mendapatkan gambaran distribusi subyek
penelitian serta mengambarkan variable bebas yaitu kukusan labu siam dan
variable terkait yaitu penurunan tekanan darah lansia peenderita hipertensi.

b. Analisis Brivariat
Analisa yang dilakukan peneliti untuk mengetahui apakah ada pengaruh
kukusan labu siam terhadap penurunan tekanan darah lansia penderita
hipertensi. Data yang diperoleh dari observasi, dimana pengukuran
dilakukan tiga kali yaitu sebelum dan sesudah diberikan perlakuan. Hasil
pengukuran tersebut dibandingkan untuk menjawab pertanyaan penelitian,
sehingga dapat diketahui apakah ada pengaruh pemberian kukusan labu
siam terhadap penurunan tekanan darah lansia penderita hipertensi. Uji
18
normalitas dilakukan untuk mengetahui data normal atau tidak normal,
apabila normal digunakan uji paired T-test (T-Dependent) melalui uji
normalitas data. jika data tidak normal maka digunakan uji Wilcoxon.

Uji signifikan terhadap hasil perhitungan adalah dengan membandingkan


hasil perhitungan signifikan (p) untuk “level of significance” (α) = 5%
(0,05) atau Confidence Interval (Cl) 95%. Bila nilai p < α maka dapat
disimpulkan bahwa pengaruh kukusan labu siam terhadap penurunan
tekanan darah lansia penderita hipertensi dinyatakan signifikan secara
statistic.

19
Lampiran 2

STANDART OPRASIONAL PELAKSANAAN PEMBERIAN KUKUSAN LABU SIAM

PELAKSANAAN KUKUSAN LABU SIAM


Tujuan & Manfaat Pemberian kukusan labu siam terhadap penurunan tekanan
darah lansia penderita hipertensi
Pemilihan Labu Siam Pilih labu siam berwarna hijau, dengan permukan yang
tidak terlalu keras atau lembek dan plihi yang permukaan
kulitnya mulus karena kalau yang begitu labu siam masih
baru.
Prosedur 1. Siapkan alat seperti pisau, tempat kukusan labu
siam
2. Cuci labu siam, kemudian kupas kulit labu siam
yang berwarna hijau.
3. Setelah dikupas labu siam dibelah 2 dan buang
bijinya.
4. Kukus labu siam tersebut selama 10 menit.
5. Selanjutnya timbang labu siam yang sudah dikukus
sebanyak 150 gr / labu siam
Catatan:
Pemberian kukusan labu siam dilakukan 1 kali sehari di
siang hari sesudah makan selama 7 hari, sebelu diberikan
di hari pertama diukur dulu tekanan darah pada lansiaa,
hari kedua, ketiga, keempat, kelima, keenam, diberikan
kukusan labu siam setelah makan siang, dan hari ketujuh
diukur kembali setelah pemberian kukusan labu siam.
Pemberian kukusan labu siam diberikan setelah 15 menit
selesai makan.

Lampiran 1

20
STANDART OPERASIONAL PROSEDUR TEKANAN DARAH

A. Pengertian
Tindakan yang dilakukan untuk menilai tekanan darah sistolik dan diastolic.

B. Tujuan
Untuk mengetahui nilai dari tekanan darah

C. Alat dan Bahan


Stetoskop dan tensimeter

D. Pelaksanaan
1. Jelaskan prosedur pada pasien
2. Cuci tangan
3. Atur posisi pasien
4. Letakkan lengan yang hendak di ukur pada posisi terlentang.
5. Lengan baju dibuka
6. Pasang manset pada lengan kanan/kiri atas sekitar 3 cm diatas fossa cubitti
(jangan terlalu ketat maupun terlalu longgar).
7. Tentukan denyut nadi arteri radialis dekstra/sinistra
8. Letakkan diafragma stetoskop diatas nadi bracialis, letakkan stetoskop diatas
denyut nadi yang telah ditentukan.
9. Pompa balon udara isi manset sampai manometer setinggi 20mmHg lebih
tinggi dari titik radialis tidak teraba.
10. lepaskan pemompa perlahan-lahan dengan cara memutas scrup pada pompa
udara berlawanan arah jarum jam dan dengarkan suara bunyi denyut nadi.
11. Catat tekanan darah sistolik yaitu tekanan ketika suatu denyut nadi pertama
terdengar dan tekanan darah diastolic ketika bunyi keteraturan nadi tidak
terdengar.

Lampiran 3

21
INFORMED CONSENT

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama :

Umur :

Alamat:

Menyatakan bahwa:

Saya telah mendapatkan penjelasan segala sesuatu mengenai penelitian yang berjudul
“PENGARUH KUKUSAN LABU SIAM TERHADAP TEKANAN DARAH
TINGGI LANSIA PENDERITA HIPERTENSI DI PEUSKESMAS TELADAN
MEDAN TAHUN 2019”. Setelah saya memahami penjelasan tersebut, dengan penuh
kesadaran dan tanpa paksaan dari siapapun saya bersedia menjadi responden dalam
penelitian ini secara sukarela.

Medan,

Saksi Responden

(………………………) (……………………….)

KATA PENGANTAR

22
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
kasih dan rahmat-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan proposal mini dengan judul
“PENGARUH KUKUSAN LABU SIAM TERHADAP TEKANAN DARAH TINGGI
LANSIA PENDERITA HIPERTENSI DI PEUSKESMAS TELADAN MEDAN TAHUN
2019”.

Proposal mini ini disusun sebagai syarat untuk menyelesaikan tugas mata kuliah metodelogi
penelitian di Program Studi Ners Fakultas Farmasi Dan Ilmu Kesehatan Universitas Sari
Mutiara Indonesia Tahun 2020.

Penyusunan proposal mini ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan dan dukungan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini peneliti mengucapkan terimakasih
kepada Bapak/Ibu:

1. Parlindungan Purba, SH, MM, selaku Ketua Yayasan Sari Mutiara Indonesia Medan.
2. Dr. Ivan Elisabeth Purba, M.Kes, selaku Rektor Universitas Sari Mutiara Indonesia
Medan.
3. Taruli Rohana Sinaga, SKM, MKM, selaku Dekan Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan
Universitas Sari Mutiara Indonesia Medan.
4. Ns. Rinco Siregar, S.Kep, MNS, selaku Ketua Program Studi Ners Fakultas Farmasi dan
Ilmu Kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia sekaligus Dosen mata kuliah
Metodelogi Penelitian, yang telah membimbing dan meluangkan waktu dalam
memberikan masukan maupun saran kepada penulis dalam penyelesaian proposal mini.
5. Seluruh teman-teman mahasiswa/i yang telah memberikan dukungan dan motivasi dalam
menyelesaikan proposal mini.

Peneliti menyadari bahwa penyunan proposal mini ini masih jauh dari kesempurnaan baik isi
maupun susunannya. Akhirnya peneliti berharap kiranya skripsi ini akan bermanfaat bagi
semua pihak yang membutuhkan.

Medan, 17 Januari 2020

Peneliti

(Ruth Oktorina Simanjuntak)

DAFTAR PUSTAKA

23
Aini Nur, 2015. Dahsyatnya Herbal dan Yoga Untuk Lima Penyakit. Real Books,
Yogyakarta.

Santi, 2016. Perhitungan MAP. id. wikihow.com, diakses tanggal 16 Januari 2020

Elizabeth, J, Corwin, 2015. dikuti dari Peni Efektifitas Jus pisang Dan Air Kelapa Mudah
Terhadap Tensi Lansia Penderita Hipertensi. Hospital Majapahit.

DAFTAR ISI

24
Kata Pengantar…………………………………………………………………….. i

Daftar isi…………………………………………………………………………… ii

BAB 1 Pendahuluan

1.1 Latar Belakang……………………………………………………………. 1


1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………… 4
1.3 Tujuan Penelitian…………………………………………………………. 4
1.4 Manfaat Penelitian……………………………………………………….. 4

BAB 2 Tujuan Pustaka

2.1 Konsep Lanjut Usia……………………………………………………… 5


2.1.1 Definisi Usia Lanjut……………………………………………... 5
2.1.2 Batasan Usia Lanjut……………………………………………... 5
2.1.3 Proses Menua……………………………………………………. 5
2.1.4 Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia…………………………… 6
2.2 Hipertensi……………………………………………………………….. 6
2.2.1 Definisi Hipertensi……………………………………………… 6
2.2.2 Etiologi………………………………………………………….. 7
2.2.3 Klasifikasi……………………………………………………….. 8
2.2.4 Tanda Dan Gejala Hipertensi…………………………………… 9
2.2.5 Dampak Hipertensi……………………………………………… 9
2.3 Labu Siam……………………………………………………………….. 10
2.3.1 Definisi Labu Siam………………………………………………. 10
2.3.2 Kandungan Labu Siam…………………………………………… 10
2.3.3 Efektifitas Kalium Sebagai Penurunan Hipertensi………………. 11
2.3.4 Peneliti Terkait…………………………………………………… 11
2.3.5 Kerangka Konsep………………………………………………… 12
2.3.6 Hipotesis Penelitian……………………………………………… 12

BAB 3 Metode Penelitian

3.1 Desain Penelitian………………………………………………………. 13


25
3.2 Populasi Dan Sampel…………………………………………………... 13
3.3 Lokasi Penelitian……………………………………………………….. 14
3.4 Waktu Penelitian………………………………………………………... 14
3.5 Definisi Operasional…………………………………………………….. 14
3.6 Aspek Pengukuran………………………………………………………. 15
3.7 Alat Dan Prosedur Pengumpulan Data………………………………….. 15
3.8 Etika Penelitian…………………………………………………………... 16
3.9 Pengolahan Data Dan Analisi Data……………………………………… 17

Daftar Pustaka…………………………………………………………………… 24

Lampiran

26
PENGARUH KUKUSAN LABU SIAM TERHADAP TEKANAN DARAH
TINGGI LANSIA PENDERITA HIPERTENSI DI PEUSKESMAS
TELADAN MEDAN TAHUN 2019

D
I
S
U
S
U
N
Oleh:

NAMA: Ruth Oktorina Simanjuntak


NIM : 170204082
Kelas : D3.1

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
MEDAN 2020/2021

27

Anda mungkin juga menyukai