Anda di halaman 1dari 13

Nama : Ruth Oktorina Simanjuntak

Nim : 170204082
Kelas : D3.1

SOP PENGKAJIAN TELINGA

Tujuan Umum:
Mahasiswa mampu melakukan pengkajian dan pemeriksaan fisik telinga dengan tepat.

Tujuan Khusus:
Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa diharapkan mampu:
1. Melakukan pengkajian pada pasien dengan gangguan yang berhubungan dengan
telinga dengan tepat.
2. Melakukan pemeriksaan fisik telinga luar dengan tepat.
3. Melakukan tes pendengaran dengan tepat.
4. Melakukan interpretasi hasil tes pendengaran dengan tepat.

 PROSEDUR TINDAKAN 

Sebelum memulai tindakan, pastikan bahwa:


- Pasien dan keluarga sudah memperoleh penjelasan tentang tujuan dari
tindakan pemeriksaan yang akan dilakukan
- Pasien berada dalam kondisi yang nyaman dan privasi pasien tetap terlindungi
- Pemeriksa selalu melakukan tindakan Universal Precautions

PROSEDUR TINDAKAN TEMUAN

1
Pengkajian - Memulai pengkajian dengan menanyakan
beberapa hal berikut:
 Bagaimanakah kondisi pendengaran
Bapak/Ibu/Saudara/i?
 Apakah ada gangguan pada pendengaran
yang saat ini dirasakan?
- Apabila pasien mengalami gangguan,
tanyakan:
 Apakah gangguan yang dialami hanya
terjadi pada 1 sisi pendengaran atau
keduanya
 Apakah gangguan terjadi secara tiba-tiba
atau bertahap?
 Gejala apakah yang dirasakan?
- Bedakan jenis gangguan apakah gangguan  Individu yang dengan
konduksi atau sensori neural: gangguan sensorineural
 Apakah ada kesulitan memahami akan mengalami
percakapan orang lain yang dialami? kesulitan memahami
pembicaraan orang lain
(orang lain dianggap
bergumam). Kondisi
lingkungan yang berisik
akan
memperparah gangguan
pendengaran tersebut

2
 Apakah ada perbedaan kondisi yang  Pada individu dengan
dialami dengan adanya perubahan gangguan konduksi maka
lingkungan? kondisi lingkungan yang
berisik akan membantu
proses pendengaran

- Kaji tanda dan gejala yang berhubungan


dengan gangguan pendengaran:  Merupakan suara yang
 Nyeri pada telinga secara kontinyu terdengar
 Tinnitus tanpa adanya stimulus
dari luar. Gangguan ini
dapat dihubungkan
dengan adanya gangguan
fungsi pendengaran dan
belum dapat dijelaskan
secara detil
penyebabnya
 Vertigo  Merupakan persepsi
pasien dimana dirinya
atau lingkungan
disekitarnya seperti
berputar. Gangguan ini
dapat disebabkan karena
adanya gangguan pada
telinga dalam, lesi N.
VIII atau adanya
gangguan pada jalur
persarafan dari telinga
 Discharge dari telinga ke SSP.
 Dapat berbentuk cairan
kental yang merupakan
debris dari proses
inflamasi yang terjadi di
kanal auditorius (pada
telinga luar) atau
sebagai akibat adanya
- Kaji penyakit lain yang dapat menimbulkan perforasi pada membran
nyeri pada telinga tymphani
- Gangguan pada mulut,
tenggorokan, hidung atau
saluran nafas bagian atas
berisiko menimbulkan
- Kaji penggunaan obat yang dapat gangguan fungsi
menimbulkan risiko gangguan pendengaran pendengaran
- Aspirin, NSAIDs,
Furosemide, dll berisiko
- Kaji riwayat operasi dan alergi mengganggu fungsi
pendengaran

Pemeriksaan - Pemeriksaan Daun Telinga & bagian-


Fisik Telinga bagiannya:
 Lakukan inspeksi pada setiap daun telinga
Luar (kanan dan kiri) dan bagian-bagiannya,  Deformitas dapat
apakah terdapat deformitas, benjolan ditemukan apabila
atau lesi kulit terdapat trauma.
Benjolan yang dijumpai
pada saat inspeksi dapat
berupa kelloid, kista,
basal cell
carcinoma, tophi
 Lihat kesimetrisan kedua daun telinga
 Lihat apakah ada Battle’s Sign pada bagian  Battle’s Sign merupakan
belakang telinga suatu kondisi dimana
terdapat echymosis pada
tulang mastoid dan
merupakan indikator
adanya fraktur pada
basis cranii
 Apabila terdapat nyeri pada telinga,  Saat dilakukan tug test
adanya discharge atau proses inflamasi akan dijumpai adanya
maka lakukan pemeriksaan dengan cara rasa nyeri pada kondisi
menggerakkan daun telinga secara lembut Acute Otitis Externa
ke atas dan ke bawah (= tug test) serta (inflamasi pada kanal
berikan tekan lembut pada bagian auditorius) namun tidak
belakang telinga dari atas ke bawah pada kondisi Otitis
- Pemeriksaan Kanal Auditorius & Membran Media
Tymphani:
 Lakukan pemeriksaan dengan
menggunakan otoscope  Pada kondisi Acute
 Periksa ada tidaknya serumen (catat Otitis Externa dapat
warna dan konsistensinya), benda asing, dijumpai tanda inflamasi
discharge, kemerahan dan atau edema pada kanal auditorius
berupa adanya
pembengkakan,
penyempitan, lembab dan
tampak pucat atau
bahkan kemerahan. Pada
kondisi Chronic Otitis
Externa permukaan kulit
pada kanal auditorius
 Inspeksi membran tymphani, perhatikan tampak menebal, merah
dan catat warna dan konturnya (ada dan terasa gatal
tidaknya perforasi, sklerosis)  Warna normal pada
mebran tymphani adalah
merah muda keabu-
abuan. Pada Otitis Media
Akut Purulenta dapat
dijumpai warna merah
membesar pada
membran tymphani yang
disertai adanya
Gambar 1 Membran Tymphani pengeluaran cairan. Pada
Normal (Soetjipto, 2007) kondisi sklerosis maka
akan dijumpai area pada
membran tymphani yang
berwarna keputihan
dengan batas yang tidak
rata

Gambar 2 Perforasi pada


Membran Tymphani (Soetjipto,
2007)

Gambar 3 Sklerosis pada


Membran Tymphani
(Tympanosclerosis, n.d)

Tes - Tes sederhana/klasik: tes arloji, tes


Pendengaran berbisik, tes garpu tala
 Semi kuantitatif
 Berfungsi menentukan derajat ketulian
secara kasar
 Pastikan melakukan pemeriksaan inidalam
kondisi ruangan yang betul-betul tenang
 Pemeriksaan dilakukan dari jarak (1-2 feet
= 30,5-61 cm = 0,3-0,6 m)
 Pada tes berbisik:
 Lakukan pemeriksaan dari samping - Penilaian (menurut
 Tutup telinga lain yang belum diperiksa Feldmann):
dengan jari dan pastikan pasien tidak  Normal: 6-8 m
mmbaca gerakan bibir pemeriksa  Tuli ringan: 4 - <6m
 Gunakan angka atau kata yang terdiri  Tuli sedang: 1 - <4 m
dari 2 suku kata yang beraksen sama:  Tuli berat: 25 cm - <1 m
“tiga- lima”; “bola-bata”, dst  Tuli total: <25 cm
 Minta pasien untuk mengulangi kata
atau angka yang telah disebutkan
 Tes garpu tala:
 Semi kualitatif
 Menggunakan garpu tala yg memiliki
frekuensi 512 Hz
 Jenis-jenisnya : tes Rinne, tes Weber,
tes
Schwabach
 Tes Rinne: membandingkan hantaran - Hasil tes Rinne:
tulang (BC) dengan hantaran udara (AC)  Positif: bila masih
pada telinga yang diperiksa terdengar
 Negatif: bila tidak
terdengar
- Interpretasi Hasil:
 Positif (AC = 2 kali lebih
lama daripada): Normal
 Positif (AC>BC): Tuli
sensorineural
 Negatif (AC<BC atau
AC=BC): Tuli konduktif

Gambar 4 Tes Rinne (Schwatrz, n.d)

 Tes Weber: membandingkan hantaran - Hasil tes Weber:


tulang telinga kiri dengan telinga kanan  Bila terdengar lebih
keras ke salah satu
telinga: lateralisasi ke
telinga tersebut
 Bila tdk dapat dibedakan
ke arah mana yang lebih
keras: tidak ada
lateralisasi
- Interpretasi Hasil:
 Normal: tidak ada
lateralisasi
 Tuli konduktif: lateralisasi
ke telinga yang sakit
 Tuli sensorineural:
lateralisasi ke telinga
Gambar 5 Tes Weber (Schwatrz, n.d) yang sehat

 Tes Schwabach: membandingkan - Hasil tes Schwabach dan


hantaran tulang telinga orang yang interpretasinya:
diperiksa dengan pemeriksa yang  Sama: normal
pendengarannya normal  Memanjang: Tuli
konduktif
 Memendek: Tuli
sensorineural
- Pemeriksaan pendengaran subjektif:
audiometri
 Tes pengukuran fungsi pendengaran secara
kuantitatif dan kualitatif dengan
melakukan
penilaian pada:
 berapa besar gangguan pendengaran
(derajat gangguan dengar) dan
lokalisasi gangguan dengar
 menggunakan alat audiometer
 Hasil pemeriksaan dicatat dalam - Hasil tes dan
audiogram (lihat gambar 6-9) Interpretasinya secara
lengkap dapat dilihat pada
gambar 10:
 Mild (21-45 dB):
kesulitan dalam
mendengarkan suara
lembut
 Moderate (46-65 dB):
suara dalam percakapan
sulit untuk didengarkan,
terutama apabila ada
suara tambahan dari
lingkungan (suara TV,
radio)
 Severe (66-90 dB): sulit
mendengarkan suara,
kecuali dengan suara
yang keras
 Profound (91 dB):
hampir semua suara
tidak dapat didengarkan.
Pendengaran masih
dapat dibantu
dengan menggunakan
- Pemeriksaan pendengaran objektif: BERA alat bantu dengar dan
(Brainstem Evoked Response Audiometry) atau
 Bersifat objektif dan non-invasif dilakukan implant cochlea
 Prinsip pemeriksaan BERA adalah menilai
potensial listrik di otak setelah pemberian
rangsang sensoris berupa bunyi
 Pemeriksaan BERA dpt dilakukan pada:
bayi, anak dengan gangguan sifat dan
tingkah laku, retardasi mental, cacat
ganda dan kesadaran menurun.
 Pada orang dewasa dapat digunakan untuk
memeriksa orang yang berpura-pura tuli
atau ada kecurigaan tuli saraf
retrocochlea
Gambar 6 Audiogram (Australian Hearing, 2008)

Gambar 7 Audiogram with Sensorineural Hearing Loss (Australian Hearing, 2010)


Gambar 8 Audiogram with Conductive Hearing Loss (Australian Hearing, 2010)

Gambar 9 Audiogram with Mixed Hearing Loss (Australian Hearing, 2010)


Gambar 10 Hasil dan Interpretasi Audiogram (Australian Hearing, 2010)

DAFTAR REFERENSI

Australian Hearing (2008). Babies with a possible mild hearing loss. Diakses dari
http://www.aussiedeafkids.org.au/babies-with-a-possible-mild-hearing-
loss.html?nav_order=21000&nav_level=2
Australian Hearing (2010). What is an audiogram? Diakses dari
http://www.hearing.com.au/ViewPage.action?siteNodeId=218&languageId=1&co
ntentId=-1
Bickley, L.S. & Szilagyi, P.G. (2005). Bates Giude to Physical Examination and
History Taking (9th Edition). Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
Black, J. & Hawks, J. (2005). Medical Surgical Nursing. (7 th ed). St.Louis-
Missouri: Elsevier Saunders
Jarvis, C. (2004). Physical Examination & Health Assessment Fourth Edition.
St.Louis- Missouri: Elsevier
LeMone, P & Burke, K. (2008). Medical Surgical Nursing: Critical thinking in Client Care
4 ed. New Jersey: Pearson Education Inc.
Lewis, et al. (2011). Medical Surgical Nursing, Assessment and Management of
Clinical Problem. New South Wales: Mosby Inc.
Smeltzer, S.C., & Bare, B.C. (2008). Brunner and Suddarth's Textbook of Medical-
Surgical Nursing (10th ed.). Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
Soetjipto, D. (2007). Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK). Diakses
darihttp://ketulian.com/v1/web/index.php?to=article&id=13,
Tympanosclerosis (n.d). Diakses dari
http://me.hawkelibrary.com/album10/TS_Case_2_002
Schwartz, S.L. (n.d). Anatomy & Physiology. Diakses dari
http://faculty.irsc.edu/faculty/jschwartz/Default.htm

Anda mungkin juga menyukai