Anda di halaman 1dari 12

PENGARUH PEMBERIAN REBUSAN DAUN ALPUKAT

TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA


LANSIA DI POSYANDU WREDA PRATAMA
BANGUNJIWO KASIHAN BANTUL

NASKAH PUBLIKASI

Disusun oleh:
RIAN ISWARDANA
201410201107

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2018
PENGARUH PEMBERIAN REBUSAN DAUN ALPUKAT
TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA
LANSIA DI POSYANDU WREDA PRATAMA
BANGUNJIWO KASIHAN BANTUL

NASKAH PUBLIKASI
Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Untuk Mendapatkan Gelar
Sarjana Keperawatan
Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Ilmu Kesehatan
Di Universitas ‘Aisyiyah
Yogyakarta

Disusun oleh:
RIAN ISWARDANA
201410201107

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2018
PENDAHULUAN berpengaruh pada jantung, ginjal, dan sistem
endokrin yang menyebabkan 5-10% kasus
Menjadi tua adalah suatu keadaan yang lainya. Sementara 90-95% kasus termasuk
terjadi di dalam kehidupan manusia. Proses hipertensi primer yang tidak diketahui
menua merupakan proses sepanjang hidup, penyebabnya secara medis yang jelas.
tidak hanya dimulai dari suatu waktu Menurut WHO batas tekanan darah yang
tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan normal adalah 140/90 mmHg. Ada beberapa
kehidupan. Lansia cenderung mengalami faktor yang dapat mempengaruhi hipertensi
masalah kesehatan yang disebabkan oleh yaitu jenis kelamin, keturunan, merokok,
penurunan fungsi tubuh akibat proses obesitas, stress, alkohol, kurang olahraga
penuaan.Proses penuaan merupakan proses dan usia (Tilong, 2014).
yang mengakibatkan perubahan meliputi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)
perubahan fisik, psikologis, sosial dan merupakan salah satu provinsi di Indonesia
spiritual. yang memiliki angka kejadian cukup tinggi,
Hipertensi pada lansia terjadi karena hal ini sesuai dengan hasil pengukuran
menurunnya elastisitas arteri pada proses tekanan darahprevalensi hipertensi pada
menua yang akan menyebabkan arteri besar penduduk umur 15 keatas pada tahun 2007
kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku DIY mencapai 35,8%. Sedangkan jika
sehingga tidak dapat menggembang saat dibandingkan dengan tahun 2013 terjadi
jantung memompa darah melalui arteri penurunan sebesar 5,9% (dari 31,7%
tersebut, karena itu darah dipaksa untuk menjadi 25,8%). Hasil Riset kesehatan
melalui pembuluh darah yang sempit dan daerah menunjukkan bahwa DIY masuk
menyebabkan naiknya tekanan darah dalam lima besar dengan kasus hipertensi
(Nugroho, 2014) terbanyak. Berdasarkan hasil Riskesdas
Hipertensi atau penyakit tekanan tahun 2010 kasus hipertensi di DIY
darah tinggi merupakan suatu gangguan mencapai 35,8%. Laporan Surveilans
pada pembuluh darah sehingga Terpadu Penyakit (STP) rawat jalan rumah
mengakibatkan suplasi oksigen dan nutrisi. sakit di DIY tahun 2014 hipertensi esensial
Kondisi ini menyebabkan tekanan darah di sebanyak 4.097 kasus dan hipertensi
arteri meningkat dan jantung harus bekerja sekunder sebanyak989 kasus. Sedangkan
lebih keras untuk memenuhi kebutuhan berdasarkan Laporan Surveilans Terpadu
tersebut. Hipertensi merupakan penyakit Penyakit (STP) Puskesmas di DIY tahun
yang banyak tidak menimbulkan gejala khas 2014 kasus hipertensi sebanyak 32.971
sehingga sering tidak terdiagnosis dalam (Riskesdas, 2010).
waktu yang lama. Gejala akan terasa secara Pemakaian obat herbal tradisional
tiba-tiba saat terjadi peningkatan tekanan sebagai langkah promotif – preventif
darah. Penyakit hipertensi tergolong pengelolaan hipertensi kini telah banyak
penyakit yang berisiko besar, bahkan sampai dikembangkan. Pemerintah mendukung
pada kematian. Hipertensi sering kali penelitian dan pengembangan obat
disebut sebagai silent killer. Selain tradisional. Undang – Undang RI No.23
mematikan, hipertensi juga akan
tahun 1992, Sistem Kesehatan Nasional, mendapatkan efek pengobatan yang lebih
Resolusi World Health Assembly, dan Surat baik dan sebagai media untuk menunda
Keputusan Menteri Kesehatan RI pendekatan farmakologis dengan hipertensi
No.0584/MENKES/SK/VI/1995 tentang ringan (Damayanti, 2011).
Sentra Pengembangan dan Penerapan Pengobatan penyakit darah tinggi
Pengobatan Tradisional (Sentra P3T). secara herbal yang dibutuhkan adalah buah-
Tanaman obat relatif aman, tidak buahan, sayur-sayuran, daun-daunan dan
menyebabkan efek samping yang kadang akar-akaran yang mengandung kalium,
muncul pada pengobatan hipertensi dengan potassium, kalsium dan zat-zat penting
obat kimia. Misalnya: kelemahan, kelelahan, lainnya. Penderita penyakit darah tinggi
mengantuk, impotensi, tangan dan kaki pada umumnya kekurangan kalium,
dingin, depresi, insomnia, detak jantung potassium, dan kalsium. Oleh karena itu,
tidak normal, ruam kulit, mulut kering, mengkonsumsi buah-buahan dan sayur-
batuk kering, hidung, sesak, sakit kepala, sayuran yang mengandung kalium,
pusing, udema di sekitar mata, sembelit atau postasium, dan kalsium merupakan cara
diare, demam atau anemia. Herbal tidak yang tepat untuk menurunkan tekanan darah
akan mengganggu obat-obatan termasuk tinggi, salah satunya adalah tanaman daun
diuretik, pengencer darah, β-bloker dan alpukat (Shadine, 2010).
kalsium kanal bloker (Agoes, 2007). Salah satu terapi non farmakologi
Pada sebagian orang, hipertensi ada yang dapat digunakan sebagai terapi
yang tanpa keluhan, sehingga menganggap pendamping DASH untuk menurunkan atau
tak perlu diobati dan beranggapan kalau menjaga tekanan darah adalah rebusan daun
makan obat akan merusak ginjal. Penderita alpukat. Selama ini rebusan daun alpukat
hipertensi yang tekanan darahnya sering merupakan salah satu obat tradisional yang
tidak terkontrol akan lebih cepat menderita dipercaya dapat digunakan untuk
penyakit ginjal kronik dibanding orang- menurunkan tekanan darah pada penderita
orang yang tekanan darahnya terkontrol hipertensi. Berbagai uji klinis mengenai
dengan baik. Dalam masyarakat awam, khasiat daun alpukat untuk menurunkan
darah tinggi identik dengan pemarah. Pada tekanan darah pada penderita hipertensi
dasarnya jika seseorang dalam keadaan telah dilakukan. Salah satunya dilakukan
marah, maka tekanan darahnya akan oleh Azizahwati tahun 2010, penggunaan
meningkat. Namun, penyakit hipertensi ini rebusan daun alpukat 200ml setiap hari
sangat banyak dan sangat kompleks secara teratur dapat menurunkan tekanan
penyebabnya dan biasanya ada faktor darah. Hal ini dikarenakan daun alpukat
genetik/keturunan ditambah dengan mengandung zat flavonoid yang berkhasiat
predisposisi lainnya seperti : kolesterol sebagai diuretik dan salah satu kerjanya
tinggi, sakit gula, dan obesitas. Penyakit yaitu dengan mengeluarkan sejumlah cairan,
darah tinggi dapat menyebabkan berbagai elektrolit maupun zat-zat yang bersifat
komplikasi antara lain terganggunya fungsi toksik. Dengan berkurangnya jumlah air dan
atau kerusakan organ tubuh, yaitu kerusakan garam dalam tubuh maka pembuluh darah
pada otak, jantung, ginjal, dan mata (Agus, akan longgar sehingga tekanan darah
2008). perlahan-lahan mengalami penurunan
Pengobatan hipertensi terdiri dari (Utami dalam Faridah 2014).
terapi non farmakologis dan farmakologis. Keamanan terapi herbal air rebusan
Terapi non farmakologis merupakan daun alpukat telah diuji oleh balai obat
pelengkap terapi farmakologis untuk tradisional (BATTRA) DKI Jakarta,
Yogyakarta dan Surabaya pada tahun melakukan penelitian mengenai pengaruh
2013. Hasil pengujian menunjukkan bahwa pemberian daun alpukat terhadap tekanan
terapi air rebusan daun alpukat dapat darah pasien hipertensi di Posyandu Wreda
digunakan sebagai pengobatan hipertensi Pratama?”.
pada pasien tanpa alergi lateks (Santoso
dan Suharjo, 2013). METODE PENELITIAN
Berdasarkan hasil studi pendahuluan Penelitian ini menggunakan jenis
di Pukesmas Kasihan 1 pada tanggal 17 penelitian kuantitatif Pre Experimental
November 2017, didapatkan data bahwa di Design. Disebut demikian karena
Desa Bangunjiwo yang termasuk di wilayah eksperimen jenis ini belum memenuhi
kerja dari Puskesmas Kasihan 1 memiliki persyaratan seperti cara eksperimen yang
jumlah lansia yang ada di posyandu dikatakan ilmiah mengikuti
setempat yaitu Posyandu Lansia Wreda peraturantertentu. Dengan rancangan Pretest
Pratama sejumlah 211 terdiri dari 98 laki- and Posttest Group.Di dalam desain ini
laki (46,4%) dan 113 (53,6%) perempuan. observasi dilakukan sebanyak 2 kali, yaitu
Hasil wawancara dengan beberapa kader sebelum eksperimen dan sesudah
posyandu pemeriksaan tekanan darah pada eksperimen (Arikunto, 2010). Populasi
tanggal 3 september 2017 yaitu pemeriksaan dalam penelitian ini adalah keseluruhan
rutin setiap awal bulannya yaitu minggu subjek penelitian usia 60-74 warga dusun
pertama. Jumlah yang hadir memeriksakan Bangunjiwo Kasihan Bantul yang
sebanyak 91 jiwa yang terdiri dari 13 laki mengalami hipertensi sebanyak 41 orang.
laki (14,2) dan 78 perempuan ( 85,8) yang Sampel merupakan populasi yang akan
tercatat terkena hipertensi yaitu sebanyak 41 diteliti atau sebagai jumlah dari karakteristik
penderita.Wawancara pada tanggal 15 yang dimiliki populasi (Hidayat, 2007).
Oktober 2017 dari 5 orang yang Penelitian ini menggunakan teknik
diwawancara 4 diantaranya belum Nonprobability Sampling (Acidental
mengetahui manfaat daun alpukat dapat Sampling), yaitu teknik pengambilan sampel
menurunkan tekanan darah dan program diet yang tidak memberikan peluang/kesempatan
seperti rebusan daun alpukat. Terlebih lagi sama bagi setiap unsur atau anggota
di wilayah tersebut pohon alpukat mudah populasi untuk dipilih menjadi sampel
dijumpai di pekarangan warga sehingga (Sugiyono, 2010). Besar sampel yang
daun alpukat merupakan bahan terapi yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 15
murah dan penyajiannya mudah. Daun orang Pertimbangan dalam penentuan
alpukat juga dapat dipanen sepanjang sampel harus memenuhi kriteria inklusi dan
tahun. Atas dasar tersebut maka peneliti eksklusi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur, Jenis
Kelamin, Agama, Pekerjaan, Riwayat Merokok, dan Riwayat
Konsumsi Alkohol Lansia Penderita Hipertensi di Posyandu
Lansia Wreda Pratama Bangunjiwo Kasihan Bantul
Karakteristik Frekuensi %
Umur
60 - 70 tahun 14 93,3
> 70 tahun 1 6,7
Jenis kelamin
Laki-laki 3 20,0
Perempuan 12 80,0
Pekerjaan
Bekerja 0 0
Tidak bekerja 15 100
Riwayat Merokok
Ya 0 0
Tidak 15 100
Riwayat konsumsi alcohol
Ya 0 0
Tidak 15 100
Jumlah 15 100
Tabel 1 menunjukkan umur lansia perempuan (80%). Seluruh lansia tidak
penderita hipertensi di Posyandu Lansia memiliki pekerjaan (100%). Seluruh lansia
Wreda Pratama Bangunjiwo Kasihan Bantul tidak memiliki riwayat merokok (100%).
sebagian besar adalah 60-70 tahun (93,3%). Seluruh lansia tidak memiliki riwayat
Jenis kelamin lansia sebagian besar adalah konsumsi alcohol (100%).
Tabel 2
Frekuensi Klasifikasi Tekanan Darah Lansia Penderita Hipertensi
di Posyandu Lansia Wreda Pratama Bangunjiwo Kasihan Bantul Sebelum
Pemberian Rebusan Daun Alpukat
Tekanan darah sistolik f % Tekanan darah f %
diastolik
Normal - 0 Normal 1 6,7
Pre hipertensi 1 6,7 Pre hipertensi 5 33,3
Hipertensi derajat I 11 73,3 Hipertensi derajat I 9 60,0
Hipertensi derajat II 3 20,0 Hipertensi derajat II - 0
Jumlah 15 100 Jumlah 15 100

Tabel 2 menunjukkan tekanan darah pemberian rebusan daun alpukat masuk


sistolik lansia penderita hipertensi di kategori hipertensi derajat I sebanyak 11
Posyandu Lansia Wreda Pratama orang (73,3%). Tekanan darah diastolik
Bangunjiwo Kasihan Bantul sebelum sebelum pemberian rebusan daun alpukat
masuk dalam kategori hipertensi derajat I sebanyak 9 orang (60%).

Tabel 3
Frekuensi Klasifikasi Tekanan Darah Lansia Penderita Hipertensi
di Posyandu Lansia Wreda Pratama Bangunjiwo Kasihan Bantul Setelah
Pemberian Rebusan Daun Alpukat
Tekanan darah f % Tekanan darah f %
sistolik diastolik
Normal 2 13,3 Normal 3 20,0
Pre hipertensi 7 46,7 Pre hipertensi 10 66,7
Hipertensi derajat I 5 33,3 Hipertensi derajat I 2 13,3
Hipertensi derajat II 1 6,7 Hipertensi derajat II - 0
Jumlah 15 100 Jumlah 15 100
Tabel 3 menunjukkan tekanan darah (46,7%). Tekanan darah diastolik setelah
sistolik lansia penderita hipertensi di pemberian rebusan daun alpukat masuk
Posyandu Lansia Wreda Pratama dalam kategori pre hipertensi sebanyak 10
Bangunjiwo Kasihan Bantul setelah orang (66,7%).
pemberian rebusan daun alpukat masuk
kategori pre hipertensi sebanyak 7 orang
Tabel 4
Frekuensi Perbedaan Tekanan Darah Lansia Penderita Hipertensi
di Posyandu Lansia Wreda Pratama Bangunjiwo Kasihan Bantul Setelah
Pemberian Rebusan Daun Alpukat
Perubahan tekanan darah F % Perubahan tekanan f %
sistolik darah diastolik
Tetap 1 6,7 Tetap 7 46,7
Penurunan 13 86,6 Penurunan 8 53,3
Peningkatan 1 6,7 Peningkatan - 0
Jumlah 15 100 Jumlah 15 100
Tabel 4 menunjukkan bahwa hampir darah sistolik dan sebagian besar penderita
seluruh penderita sejumlah 13 orang sejumlah 8 orang (53,3%) mengalami
(86,6%) mengalami penurunan tekanan penurunan tekanan darah diastolik.

Tabel 5
Hasil Uji Normalitas Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik
Lansia Penderita Hipertensi di Posyandu Lansia Wreda Pratama
Bangunjiwo Kasihan Bantul
Variabel Shapiro Wilk
Statistic p-value
Tekanan darah sistolik pre test 0,912 0,147
Tekanan darah diastolic pre test 0,807 0,005
Tekanan darah sistolik post test 0,931 0,281
Tekanan darah diastolic post test 0,763 0,001
Hasil uji normalitas data tekanan darah rebusan daun alpukat keduanya berdistribusi
sistolic sebelum dan setelah pemberian normal (p>0,05) sehingga digunakan uji
parametric paired sample t-test. Uji sehingga digunakan uji non parametrik
normalitas tekanan darah diastolik sebelum Wilcoxon Sign Rank Test.
dan setelah pemberian rebusan daun alpukat
kedunya berdistribusi tidak normal (p<0,05),

Tabel 6
Hasil Uji Pengaruh Pemberian Rebusan Daun Alpukat terhadap
Penurunan Tekanan Darah Penderita Hipertensi Pada Lansia
di Posyandu Wreda Pratama Bangunjiwo Kasihan Bantul
Tekanan darah Sebelum Setelah p-value
Mean SD Mean SD
Sistolik 149,93 7,176 140,60 13,705 0,002
Diastolik 85,67 6,779 79,33 5,936 0,008
Hasil uji Wilcoxon perbedaan tekanan Namun, jika perubahan ini disertai dengan
darah sistolik diperoleh p-value (0,002) < faktor yang lain bisa memicu terjadinya
0,05, artinya ada perbedaan yang signifikan penyakit hipertensi (Anggraini, 2009). Hal
tekanan darah sistolik sebelum dan setelah ini didukung dengan hasil penelitian Sari
pemberian rebusan daun alpkuat. Pada (2013) yang menunjukkan adanya hubungan
pengujian tekanan darah diastolik usia dengan kejadian hipertensi pada lansia
menggunakan uji paired sample t-test di Propinsi Sulawesi Selatan. Penelitian
diperoleh p-value (0,008) < 0,05, artinya ada Rahajeng dan Tuminah (2009) juga
perbedaan tekanan darah diastolik sebelum menemukan bahwa pada lansia dibanding
dan setelah pemberian rebusan daun alpukat. umur 55-59 tahun dengan umur 60-64 tahun
Tekanan darah sistolik lansia penderita terjadi peningkatan risiko hipertesi sebesar
hipertensi di Posyandu Lansia Wreda 2,18 kali, umur 65-69 tahun 2,45 kali dan
Pratama Bangunjiwo Kasihan Bantul umur >70 tahun 2,97 kali. Hal ini terjadi
sebelum pemberian rebusan daun alpukat karena pada usia tersebut arteri besar
masuk kategori hipertensi derajat I (73,3%), kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku
demikian juga tekanan darah diastolik karena itu darah pada setiap denyut jantung
masuk dalam kategori hipertensi derajat I dipaksa untuk melalui pembuluh darah yang
(60%). sempit daripada biasanya dan menyebabkan
Hipertensi merupakan suatu keadaan naiknya tekanan darah (Sigarlaki, 2006
meningkatnya tekanan darah sistolik dan dalam Novitaningtyas, 2014).
tekanan darah diastolik secara terus menerus Hasil penelitian ini sesuai dengan
atau tidak teratur (Bilotta, 2012). Konita (2014) yang menyimpulkan
Pada lanjut usia, tekanan darah akan berdasarkan jenis kelamin, hipertensi lansia
naik secara bertahap. Elastisitas Jantung wanita lebih banyak ditemukan yaitu
pada orang berusia 70 tahun menurun sekitar sebanyak 8 lansia dan pria sebanyak 3
50% dibanding orang berusia 20 tahun, lansia. Sedangkan menurut Ana (2010)
maka dari itu tekanan darah wanita dan pria mengatakan jika wanita rentan terkena
tua itu relative tinggi (Stanley 2007). penyakit hipertensi karena rata-rata berat
Meningkatnya tekanan darah seiring dengan badan wanita lebih besar dari pada pria,
bertambahnya usia memang sangat umum. selain itu wanita juga memiliki aktifitas fisik
Hal ini disebabkan adanya perubahan alami yang lebih sedikit dibandingkan dengan pria.
pada jantung, pembuluh darah, dan hormon.
Status responden yang seluruhnya Hasil pengukuran perbedaan tekanan
tidak memiliki pekerjaan (100%) juga darah sebelum dan setelah pemberian
mempengaruhi tekanan darah pekerjaan rebusan daun alpukat menujukkan hampir
Orang yang tidak bekerja aktifitasnya tidak seluruh penderita sejumlah 13 orang
banyak sehingga dapat meningkatkan (86,6%) mengalami penurunan tekanan
kejadian hipertensi (Kristanti. 2012). darah sistolik dan sebagian besar penderita
Menurut Waspadji (2001) dalam sejumlah 8 orang (53,3%) mengalami
Sulistyowati (2010) arus tekanan darah dan penurunan tekanan darah diastolik. Hasil
hipertensi yang lebih tinggi terdapat pada penelitian ini sesuai dengan Faridah (2014)
golongan sosial ekonomi rendah. yang menunjukkan bahwa hampir seluruh
Tekanan darah sistolik lansia penderita penderita hipertensi mengalami penurunan
hipertensi di Posyandu Lansia Wreda tekanan darah sistole dan diastole antara
Pratama Bangunjiwo Kasihan Bantul setelah sebelum dan setelah pemberian rebusan
pemberian rebusan daun alpukat masuk daun alpukat.
kategori pre hipertensi sebanyak 7 orang Berdasarkan Tabel 5 menunjukkan
(46,7%), demikian juga dengan tekanan bahwa pemberian rebusan daun alpukat
darah diastolik setelah pemberian rebusan menyebabkan penurunan tekanan darah.
daun alpukat masuk dalam kategori pre Tapi pada tekanan darah post sistolik dan
hipertensi sebanyak 10 orang (66,7%). Hasil disatolik ada penderita yang mengalami
penelitian ini sesuai dengan Faridah (2014) tekanan darah tetap sejumlah 9,5% dan yang
yang menunjukkan bahwa antara sebelum mengalami peningkatan tekanan darah
dan setelah pemberian rebusan daun alpukat sejumlah 4,9%. Untuk tekanan darah post
hampir seluruh penderita hipertensi diastole yang mengalami tekanan darah
mengalami penurunan tekanan darah systole tetap sejumlah 11,9% dan yang mengalami
yaitu sejumlah 85,7%, dan didapatkan peningkatan tekanan darah sejumlah 2,4%.
sebelum dan setelah pemberian rebusan Hal tersebut dapat terjadi karena dalam
daun alpukat tekanan darah diastole hampir penelitian ini penderita hipertensi tidak
seluruhnya mengalami penurunan yaitu dikontrol dalam hal pola makan, minuman,
sejumlah 85,7%. Setelah diberikan rebusan gaya hidup, dan stress, penderita hanya tidak
daun alpukat (Persea Americana Mill) diperbolehkan untuk mengkonsumsi obat
penderita menyatakan frekwensi buang air anti hipertensi selama dilakukan perlakuan.
kecil meningkat. Hasil uji statistik menunjukkan ada
Dalam daun Alpukat terdapat pengaruh pemberian rebusan daun alpukat
kandungan Flavonoid. karena terhadap penurunan tekanan darah penderita
daun alpukat mengandung zat flavonoid hipertensi pada lansia usia 60-74 tahun di
yang berkhasiat sebagai Posyandu Wreda Pratama Bangunjiwo
diuretik yang salah satu kerjanya yaitu Kasihan Bantul. Hasil penelitian ini sesuai
dengan mengeluarkan dengan temuan pada penelitian sebelumnya
sejumlah cairan dan elektrolit maupun zat- yang dilakukan oleh Camalia (2017) yang
zat yang bersifat menunjukkan terdapat pengaruh pemberian
toksik. Dengan berkurangnya jumlah air dan air rebusan daun alpukat terhadap penurunan
garam dalam tekanan darah pada lansia dengan hipertensi
tubuh maka pembuluh darah akan longgar di BPLU Senja Cerah Provinsi Sulawesi
sehingga tekanan Utara.
darah perlahan-lahan mengalami penurunan Daun Alpukat berperan sebagai
(Utami, 2008). diuretik karena daun alpukat dipercaya
menambah volume urine yang hasilkan saat Faculty of Medicine, University of Riau
urinas. Efek penambahan volume urine Pekanbaru.
adalah mengurangi tekanan darah dan Anna, M. (2011). Efek Seduhan Daun
masalah batu ginjal. Diuretik diakui sebagai Alpukat ( Persea American Mill)
cara ampuh menganani hipertensi dan batu Terhadap Tekanan Darah.
ginjal yang di sarankan oleh WHO pada Http://repositori.unand .ac.id/17830/.
tahun 2003 dan japan Nuclear Cycle Diaskes Pada Tanggal 12 Juli 2018.
Development Institute (JNC) VII. Ekstrak Arikunto, S., (2010). Prosedur Penelitian
daun alpukat berguna untuk meningkatkan Suatu Pendekatan Praktik, Rineka
pengeluaran jumlah urine. Dosisnya adalah Cipta, Jakarta.
100 mg ekstrak daun alpukat/ kg berat Bilotta, K. (2012). Kapita Selekta Penyakit
badan. Daun ini juga bisa digunakan sebagai dengan Implikasi Keperawatan. Edisi 2.
peluruh kencing dan antibakteri Jakarta: EGC.
(Staphylococcus, Sp.,pseudomonas, Sp., Camalia, I.F. (2017). Pengaruh Pemberian
Escherichea., Sp) (Wardany, 2015). Daun Air Rebusan Daun Alpukat Terhadap
Alpukat ini secara empiris dipercayai Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia
sebagai diuretik yaitu menambah volume dengan Hipertensi di BPLU Senja
urin yang dihasilkan saat urinasi untuk Cerah Provinsi Sulawesi Utara. e-
mengurangi tekanan darah. Kandungan journal Keperawatan (eKp). Volume
kimia daun alpukat diantaranya saponin, Nomor 2 November.
tanin, phlobatanin, flavanoid, alkaloid, dan Damayanti, D. (2011). Aneka Resep Jus &
polisakarida. Flavonoid pada daun alpukat Sayuran Berkhasiat Obat Penyembuh
memiliki fungsi menurunkan tekanan darah Beragam Penyakit. Yogyakarta: Araska.
(Anna, 2011). Faridah V.N (2014). Rebusan Daun Alpukat
SIMPULAN DAN SARAN (Persea Americana Mill) Dapat
Ada pengaruh pemberian rebusan Menurunkan Tekanan Darah Sistolik
daun alpukat terhadap penurunan tekanan Dan Diastolik Penderita Hipertensi Usia
darah penderita hipertensi pada lansia usia 45-59 Tahun Di Desa Turi Lamongan,
60-74 tahun di Posyandu Wreda Pratama Jurnal Surya 01(17):64-74
Bangunjiwo Kasihan Bantul. Hidayat, A. A. (2007). Riset Keperawatan
Bagi penderita Hipertensi di dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta:
Posyandu Wreda Pratama Kasihan Bantul Salemba Medika
Penderita hipertensi hendaknya Sugiyono. (2010). Statistika untuk
memanfaatkan rebusan daun alpukat sebagai Penelitian. Bandung: CV Alfabeta
salah satu pengobatan non farmakologi Novitaningtyas, T. (2014). Hubungan
terhadap tekanan darah tinggi pada lanjut Karakteristik (Umur, Jenis Kelamin,
usia. Tingkat Pendidikan) dan Aktivitas Fisik
DAFTAR PUSTAKA dengan Tekanan Darah Pada Lansia di
Kelurahan Makamhaji Kecamatan
Kartasura Kabupaten Sukoharjo.
Anggraini, D. A., Waren, A., Situmorang, Naskah Publikasi. Program Studi Gizi
E., Asputra, H., & Siahaan, S. S. (2009). Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
.Faktor-faktor yang Berhubungan Muhammadiyah Surakarta.
dengan Kejadian Hipertensi pada Nugroho. W.(2014). Keperawatan gerontik
Pasienyang Berobat di Poliklinik & geriantri edisi 3. Jakarta : EGC.
Dewasa Puskesmas Bangkinang Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). (2013).
Periode JanuariSampai Juni 2008.
Badan Penelitian dan
PengembangaKesehatan Kementerian
RI tahun 2013. Diakses: 17 Oktober
2017, dari
http://www.depkes.go.id/resources/dow
nload/general/Hasil%20Riskesdas%
02013.pdf.
Santoso, S. S; Suharjo, (2013). Obat
Tradisional dari Pengobatan
Trdadisonal (BATTRA) DI DKI
Jakarta, DI Yogyakarata dan Surabaya,
Media Limbung Kesehatan 13(1);6-8.
Shadine, M. (2010). Mengenal Penyakit
Hipertensi, Diabetes, Stroke &
Serangan Jantung. Jakarta: Keen Books
Stanley., M, & Beare, P. G. (2007). Buku
Ajar Keperawatan Gerontik. Edisi 2.
Jakarta: EGC
Tilong, Adi. (2014). Waspada penyakit-
penyakit mematikan tanpa gejala
menyolok. Yogyakarta : buku biru.
Undang – Undang RI No.23 tahu1992.
Utami, I. W. (2008). Pengaruh Pemberian
Ekstrak Etanol Daun Alpukat (Persea
Americana Mill) Terhadap Aktivitas
Diuretik Tikus Putih Jantan Sprague-
Dawley. Skripsi. Fakultas Kedokteran
Hewan Institut Pertanian Bogor.
Wardany, H. K. (2015). Sehat Tanpa Obat
Dengan Alpukat (Ed. 2) Yogyakarta:
Rapha Publishing

Anda mungkin juga menyukai