Anda di halaman 1dari 89

PENGARUH PEMBERIAN AIR REBUSAN DAUN ALPUKAT

TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH TINGGI


PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS HUTAIMBARU PADANGSIDIMPUAN

SKRIPSI

Oleh :

Cindi Ayu Lestari


NIM. 17010079

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS AUFA ROYHAN
KOTA PADANGSIDIMPUAN
2021
PENGARUH PEMBERIAN AIR REBUSAN DAUN ALPUKAT
TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH TINGGI
PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS HUTAIMBARU PADANGSIDIMPUAN

SKRIPSI

Oleh :

Cindi Ayu Lestari


NIM. 17010079

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS AUFA ROYHAN
KOTA PADANGSIDIMPUAN
2021

i
ii
iii
IDENTITAS PENULIS

Nama : Cindi Ayu Lestari

NIM : 17010079

Tempat/Tgl Lahir : Hutaimbaru, 19 Oktober 1999

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Perumahan Sabungan Indah, Padangsidimpuan

Riwayat Pendidikan :

1. SD Negeri 200402 Sabungan : 2011


2. SMP Negeri 9 Padangsidimpuan : 2014
3. SMA Negeri 4 Padangsidimpuan : 2017

iv
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan rahmat-Nyalah sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi penelitian yang
berjudul “pengaruh pemberian air rebusan daun alpukat terhadap penurunan
tekanan darah tinggi pada lansia dengan hipertensi di wilayah kerja puskesmas
hutaimbaru padangsidimpuan”. Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
sarjana keperawatan di program studi keperawatan program sarjana Universitas
Aufa Royhan di Kota Padangsidimpuan.

Dalam proses penyusunan skripsi atau penelitian ini peneliti banyak


mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini peneliti menyampaikan ucapan terimakasih dan penghargaan yang
setinggi-tingginya kepada yang terhormat :

1. Arinil Hidayah, SKM. M.Kes selaku Dekan Fakultas Kesehatan


Universitas Aufa Royhan di Kota Padangsidimpuan.
2. Ns. Nanda Masraini Daulay, M.Kep, selaku ketua program studi
keperawatan program sarjana fakultas kesehatan Universitas Aufa Royhan
di Kota Padangsidimpuan.
3. Ns. Mei Adelina Harahap, M.Kes, selaku pembimbing utama yang telah
meluangkan waktu untuk membimbing dalam menyelesaikan skripsi
penelitian ini.
4. Nursalmah Habibah, SKM, MKM, selaku pembimbing pendamping yang
telah meluangkan waktu untuk membimbing dalam menyelesaikan skripsi
penelitian ini.
5. Ns. Nanda Suryani Sagala, M.KM. Selaku ketua penguji yang telah
meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan kritik dan saran
dalam penyelesaian skripsi penelitian ini.
6. Yannawari Harahap, SKM, MPH. Selaku anggota penguji yang telah
meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan kritik dan saran
dalam penyelesaian skripsi penelitian ini.

v
7. Dr. Ervina Sari Dalimunthe, Selaku Kepala Puskesmas Hutaimbaru di
Kota Padangsidimpuan
8. Seluruh Dosen program Studi keperawatan program sarjana Fakultas
Kesehatan Universitas Aufa Royhan di Kota Padangsidimpuan.
9. Dan yang teristimewa kepada kedua orang tua beserta adik-adik saya
yang telah memberikan dukungan secara moril maupun material, sehingga
saya dapat menyelesaikan skripsi penelitian ini.
10. Kepada teman-teman mahasiswa/i yang telah memberikan semangat,
dukungan dan bantuan selama awal perkuliahan hingga sampai saat ini
saya bisa menyelesaikan skripsi penelitian ini.
Kritik dan saran yang bersifat membangun peneliti harapkan menjadi
perbaikan dimasa mendatang. Mudah-mudahan penelitian ini bermanfaat bagi
peningkatan kualitas pelayanan keperawatan. Amin.

Padangsidimpuan, September 2021

Peneliti

Cindi Ayu Lestari

vi
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA UNIVERSITAS
AUFA ROYHAN DI KOTA PADANGSIDIMPUAN

Laporan Penelitian, 09 September 2021


Cindi Ayu Lestari

Pengaruh Pemberian Air Rebusan Daun Alpukat Terhadap Penurunan Tekanan


Darah Tinggi Pada Lansia Dengan Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas
Hutaimbaru Padangsidimpuan.
Abstrak

Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana tekanan darah mengalami


peningkatan yang beresiko mengembangkan penyakit jantung, penyakit ginjal dan
stroke. Prevalensi hipertensi menurut World Health Organization (WHO) 2018
menyebutkan bahwa hipertensi menyerang 22% penduduk di dunia. Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pemberian rebusan daun alpukat
terhadap tekanan darah pada lansia dengan hipertensi. Jenis penelitian ini adalah
menggunakan rancangan penelitian quasi eksperiment dengan desain penelitian
one group pretest-posttest. Penelitian dilakukan di wilayah kerja Puskesmas
Hutaimbaru Padangsidimpuan dengan 20 responden. Uji statistic yang digunakan
pada penelitian ini adalah uji wilcoxon. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada
pengaruh pemberian rebusan daun alpukat terhadap penurunan tekanan darah
tinggi dengan hasil nilai p = 0,046 atau < 0,05 yang berarti ada pengaruh
pemberian rebusan daun alpukat terhadap penurunan tekanan darah pada lansia
dengan hipertensi. Melihat hasil penelitian ini rebusan daun alpukat dapat
dijadikan sebagai terapi alternatif tambahan selain dengan terapi farmakologi
dalam mengatasi hipertensi pada lansia.
Kata Kunci : daun alpukat, hipertensi, lansia

vii
NURSING PROGRAM OF HEALTH FACULTY
AT AUFA ROYHAN UNIVERSITY IN PADANGSIDIMPUAN

Report of the Research, 9th August 2021

Cindi Ayu Lestari

The Effect of Giving Avocado Leaf Boiled Water Towards Lowering High Blood
Pressure In the Elderly With Hypertension at Wilayah Kerja Puskesmas
Hutaimbaru Padangsidimpuan.
Abstract
Hypertension is a a condition in which blood pressure increased at risk develop heart
disease kidney disease and stroke. Hypertension prevalence according to World Health
Organization (WHO) 2018 mentioned that hypertension affects 22% of the world's
population. The purpose of this research to know the effect of giving avocado leaf stew
toward blood pressure in the elderly with hypertension. This type of research is use plan
quasi-experimental research with research design one group pretest-posttest. The
Research conducted in the Wilayah Kerja Puskesmas Hutaimbaru Padangsidimpuan.
with 20 respondents. The statistical test used in this study is the Wilcoxon test. The results
of the study show that there is an effect of giving boiled avocado leaves to reduce high
blood pressure with the results of p value = 0.046 or <0.05, which means that there is an
effect of giving boiled avocado leaves to reducing blood pressure in the elderly with
hypertension. Seeing the results of this study, avocado leaf decoction can be used as an
additional alternative therapy in addition to pharmacological therapy in overcoming
hypertension in the elderly.

Keywords : Avocado leaf, hypertension, elderly

viii
DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ..................................................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... ii
SURAT PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT ........................................................ iii
IDENTITAS PENULIS ........................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ............................................................................................. v
ABSTRAK ................................................................................................................ vii
DAFTAR ISI ............................................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ................................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... xiii
BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 5
1.3.1 Tujuan Umum ......................................................................................... 5
1.3.2Tujuan Khusus ......................................................................................... 6
1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................................... 6
1.4.1 Bagi Peneliti ............................................................................................ 6
1.4.2 Bagi Masyarakat...................................................................................... 6
1.4.3 Bagi Tempat Meneliti ............................................................................. 7
1.4.4 Bagi Peneliti selanjutnya ......................................................................... 7

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 8


2.1 Hipertensi ....................................................................................................... 8
2.1.1 Defenisi Hipertensi ................................................................................ 8
2.1.2 Klasifikasi Hipertensi ............................................................................. 8
2.1.3 Penyebab Hipertensi .............................................................................. 10
2.1.4 Patofisiologi Hipertensi .......................................................................... 11
2.1.5 Faktor Resiko Hipertensi ....................................................................... 13
2.1.6 Tanda dan Gejala Hipertensi ................................................................... 19
2.1.7 Komplikasi Hipertensi ............................................................................ 20
2.1.8 Penatalaksanaan Hipertensi ..................................................................... 22
2.2 Tekanan Darah ............................................................................................... 25
2.2.1 Defenisi Tekanan Darah .......................................................................... 25
2.2.2 Jenis Tekanan Darah ............................................................................... 26
2.2.3 Klasifikasi Tekanan Darah ...................................................................... 26
2.2.4 Cara Mengukur Tekanan Darah .............................................................. 27
2.2.5 Faktor Faktor Tekanan Darah ................................................................. 28
2.3 Lansia .............................................................................................................. 30
2.3.1 Defenisi Lansia........................................................................................ 30
2.3.2 Klasifikasi Lansia .................................................................................... 30

ix
2.3.3 Perubahan pada Lansia ............................................................................ 30
2.4 Daun Alpukat .................................................................................................. 34
2.4.1 Daun Alpukat .......................................................................................... 34
2.4.2 Manfaat Daun Alpukat ............................................................................ 35
2.4.3 Mekanisme Daun Alpukat ...................................................................... 35
2.5 Kerangka Konsep ........................................................................................... 36
2.6 Hipotesis Peneliti ........................................................................................... 37

BAB 3 METODE PENELITIAN ........................................................................... 38


3.1 Jenis dan Desain Penelitian ............................................................................ 38
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................................... 39
3.2.1 Lokasi Penelitian ..................................................................................... 39
3.2.2 Waktu Penelitian ..................................................................................... 39
3.3 Populasi dan Sampel ...................................................................................... 40
3.3.1 Populasi ................................................................................................... 40
3.3.2 Sampel ..................................................................................................... 40
3.4 Etika Penelitian .............................................................................................. 41
3.5 Alat Pengumpulan Data ................................................................................. 43
3.6 Prosedur Pengumpulan Data .......................................................................... 43
3.7 Defenisi Operasional ...................................................................................... 44
3.8 Analisa Data ................................................................................................... 45
3.9 Uji Statistik .................................................................................................... 46
3.9.1 Analisa Univariat .................................................................................... 46
3.9.2 Analisa Bivariat ....................................................................................... 47

BAB 4 HASIL PENELITIAN ................................................................................ 48


4.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian ................................................................... 48
4.2 Hasil Analisa Data................................................................................................ 48
4.2.1 Hasil Analisa Univariat ........................................................................... 48
4.2.2 Hasil Analisa Bivariat .............................................................................. 50
4.2.3 Uji Normalitas Data ................................................................................. 50
4.2.4 Uji Wilcoxon ........................................................................................... 50

BAB 5 PEMBAHASAN ........................................................................................... 52


5.1 Gambaran Karakteristik ....................................................................................... 52
5.2 Pengaruh Pemberian Air Rebusan Daun Alpukat ............................................... 54

BAB 6 PENUTUP..................................................................................................... 56
6.1 Kesimpulan .......................................................................................................... 56
6.2 Saran ..................................................................................................................... 56

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

x
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Daun Alpukat ............................................................................ 35

xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Jenis Tekanan Darah......................................................... 26
Tabel 2. Desain Penelitian............................................................... 38
Tabel 3. Rencana Kegiatan dan Waktu Penelitian.......................... 39
Tabel 4. Defenisi Operasional......................................................... 45
Tabel 5. Hasil Analisis Karakteristik Responden............................ 49
Tabel 6. Hasil Analisis Tekanan Darah Sebelum Intervensi........... 49
Tabel 7. Hasil Analisis Tekanan Darah Sesudah Intervensi............ 49
Tabel 8. Uji Normalitas Data........................................................... 50
Tabel 9. Perbandingan Sebelum dan Sesudah Pemberian............... 50

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Standar Operasional Prosedur (SOP)


Lampiran 2 : Surat izin survey pendahuluan dari Universitas Aufa Royhan Di
Kota Padangsidimpuan
Lampiran 3 : Surat Balasan survey pendahuluan dari Wilayah Kerja Puskesmas
Hutaimbaru di Kota Padangsidimpuan
Lampiran 4 : Surat Izin Penelitian dari Universitas Aufa Royhan Di Kota
Padangsidimpuan
Lampiran 5 : Surat Balasan Izin Penelitian dari Wilayah Kerja Puskesmas
Hutaimbaru di Kota Padangsidimpuan
Lampiran 6 : Lembar persetujuan menjadi responden
Lampiran 7 : Surat pernyataan bersedia berpartisipasi sebagai responden
penelitian
Lampiran 8 : Lembar observasi
Lampiran 9 : Hasil Spss/Out Pout
Lampiran 10 : Master Tabel
Lampiran 11 : Lembar Konsultasi

xiii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjutan dari proses

kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi

terhadap stress lingkungan. Pada lansia terjadi penurunan fungsi organ serta

perubahan anatomi tubuh. Kemampuan toleransi tersebut sudah berkurang

sehingga lansia memerlukan penanganan khusus saat suatu penyakit menyerang

tubuh. Selain pola hidup yang kurang sehat dan asupan makanan yang kurang

sehat serta makanan berlemak dan bergaram tinggi dapat dengan mudah

meningkatkan resiko munculnya berbagai penyakit pada lansia terutama adalah

hipertensi (Bangun, 2006).

Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana tekanan darah mengalami

peningkatan yang beresiko mengembangkan penyakit jantung (cardiac), penyakit

ginjal (renal), pengerasan dari arteri-arteri (artherosclerosis atau arteriosclerosis),

kerusakan mata, dan stroke (kerusakan otak). Hipertensi menjadi salah satu

penyakit yang paling sering menyerang lansia. Pola makan masyarakat yang

sangat menyukai makanan berlemak dan berasa asin dan juga mengkonsumsi

makanan cepat saji memicu timbulnya kolesterol tinggi yang merupakan

penyebab utama penyakit hipertensi. Resiko terjadinya hipertensi pada penderita

hiperkolesterolemia adalah akibat dari terbentuknya akumulasi plak

atherosklerosis pada pembuluh darah. Hal ini dikarenakan, plak ini mempunyai

komposisi kolesterol, jaringan fibrosa dan kalsium ( Nababan, 2011).

1
2

Data World Health Organization (WHO) dalam Global Status Report On

Non-Communicable Disease 2018 menyebutkan bahwa hipertensi menyerang

22% penduduk dunia, dan mencapai 36% angka kejadian di Asia Tenggara.

Sekitar 40% kematian akibat penyakit jantung dan 51% kematian akibat stroke

yang disebabkan oleh hipertensi (Anitasari, 2019).

Menurut American Heart Association dan Joint National Comitte VIII

(AHA & JNC VIII, 2014), mengklasifikasikan hipertensi pada stage 1 tekanan

sistolik-diastolik yaitu 140-159/90-99 mmHg, pada stage 2 tekanan siastolik-

diastolik yaitu ≥160/≥100 mmHg (Bope & Kellerman, 2017).

Di negara berkembang seperti Indonesia, prevalensi kejadian hipertensi

berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar Indonesia (Riskesdas, 2018) adalah

34,1% dengan estimasi jumlah kasus hipertensi di Indonesia sebanyak 70 juta

orang. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan tahun 2013 yang menyentuh

angka prevalensi 25,8%. Prevalensi kejadian hipertensi tertinggi terdapat di

Provinsi Kalimantan Selatan sebesar 44,1% (Kementerian Kesehatan RI, 2018).

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Sumatera Utara (Dinkes Sumatera

Utara, 2017) prevalensi hipertensi di provinsi Sumatera Utara sebanyak 50.162

orang menderita hipertensi, dan yang paling banyak menderita hipertensi adalah

wanita dengan jumlah 27.021 orang. Usia yang paling banyak menderita

hipertensi adalah diatas 55 tahun dengan jumlah 14.984 orang dan usia 18-44

tahun dengan jumlah 12.560 orang. Kabupaten Karo merupakan salah satu jumlah

hipertensi terbanyak dengan jumlah 12.608 orang pada tahun 2016 dengan

prevalensi yang menderita hipertensi berjenis kelamin perempuan sekitar 52% dan

laki-laki 48%, terbesar pada kelompok umur ≥59 tahun (Sumut Pos, 2017).
3

Data Dinas Kesehatan Kota Padangsidimpuan tahun 2019 menunjukkan

bahwa jumlah lansia penderita hipertensi sebanyak 5.140 orang yang terdiri dari

laki-laki sebanyak 2.110 orang dan perempuan sebanyak 3.030 orang. Pada tahun

2020 lansia yang menderita hipertensi sebanyak 5.630 orang yang terdiri dari laki-

laki sebanyak 2.320 orang dan perempuan sebanyak 3.310 orang (BPS

Padangsidimpuan, 2021).

Penatalaksanaan hipertensi pada dasarnya dapat dilakukan secara

farmakologi dan non farmakologi. Penatalaksanaan farmakologi untuk hipertensi

dilakukan dengan pemberian antihipertensi yang sering menimbulkan efek

samping, mahal dan penggunaan seumur hidup bagi penderita hipertensi.

Sedangkan pengobatan non farmakologi dilakukan dengan pola hidup sehat

seperti berhenti merokok, penurunan berat badan, penurunan diet garam, olahraga

secara teratur dan terapi komplementer. Salah satu terapi nonfarmakologi yang

dapat digunakan yaitu terapi komplementer dengan menggunakan air rebusan

daun alpukat (Persea americana mill) (Margowati dan Wiharyani, 2016).

Daun alpukat mengandung zat alkaloid, flavonoid, sterol dan saponin.

Flavonoid bersifat diuretik dan salah satu cara kerjanya yaitu dengan

mengeluarkan sejumlah cairan elektrolit maupun zat-zat yang bersifat toksik.

Dengan berkurangnya jumlah air dan garam dalam tubuh maka pembuluh darah

akan longgar sehingga tekanan darah perlahan-lahan akan menurun (Utami

Farida, 2014). Zat-zat yang terkandung dalam daun alpukat bersifat sebagai

peluruh kencing (deuretik), anti radang (anti inflamasi), dan pereda rasa sakit

(analgetik). Pada tanaman ini bersifat analgesic yang juga berfungsi untuk
4

mengobati atau meredakan gejala akibat hipertensi seperti sakit kepala, nyeri

syaraf dan rasa pegal (Afdal, 2012).

Berdasarkan R.M. Kartika (2017) dengan pemberian seduhan daun alpukat

mendapatkan hasil penelitian yang menunjukkan sesudah minum seduhan daun

alpukat 99,85/67,38 mmHg lebih rendah daripada tekanan darah sebelum minum

seduhan daun alpukat yaitu 113,77/75,12 mmHg dengan perbedaan yang sangat

signifikan (p-value 0,00<0,013) sehingga Ha diterima dan Ho ditolak yang

menunjukkan bahwa adanya pengaruh pemberian air rebusan daun alpukat

terhadap penurunan tekanan darah pada lansia.

Dari Siti Aisyah (2018) dengan judul pengaruh pemberian rebusan daun

alpukat terhadap tekanan darah pasien hipertensi di wilayah kerja puskesmas

andalas kota padang mendapatkan hasil penelitian tekanan darah sistole dengan

nilai p value sebesar 0,001 (p<0,05) dan tekanan darah diastole dengan nilai p

value sebesar 0,03 (p<0,05) yang berarti Ha diterima yaitu terdapat pengaruh

sesudah pemberian air rebusan daun alpukat.

Didukung juga dari Viki Yusri (2019) dengan judul pengaruh pemberian

daun alpukat terhadap penurunan tekanan darah pasien hipertensi primer di

wilayah kerja puskesmas nanggalo ditemukan adanya pengaruh pemberian

seduhan daun alpukat terhadap tekanan darah pada lansia hipertensi dengan selisih

rata-rata tekanan darah sistolik sebelum dan sesudah diberikan rebusan daun

alpukat adalah 10,6/7,5 mmHg dengan standar deviasi 2,319/4,927 mmHg.

Dengan hasil uji statistik T-Test didapatkan nilai p value = 0,000, berarti pada

alpha 5% terlihat ada pengaruh pemberian rebusan daun alpukat terhadap tekanan

darah pasien hipertensi.


5

Berdasarkan data di Puskesmas Hutaimbaru Kota Padangsidimpuan tahun

2018 lansia yang menderita hipertensi sebanyak 69 orang, pada tahun 2019 lansia

yang menderita hipertensi sebanyak 80 orang. Dan berdasarkan survey

pendahuluan lansia yang menderita hipertensi pada tahun 2020 didapatkan data

dari bulan Januari-Desember 2020 sebanyak 100 orang yang menderita hipertensi

dengan jumlah lansia laki-laki yang menderita hipertensi sebanyak 21 orang dan

jumlah lansia perempuan yang menderita hipertensi sebanyak 79 orang.

Hasil survey juga didapatkan bahwa diwilayah kerja puskesmas

hutaimbaru banyak ditemukan pohon alpukat yang tidak banyak diketahui

masyarakat manfaatnya terutama untuk menurunkan hipertensi.

Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk melakukan

penelitian tentang “pengaruh pemberian air rebusan daun alpukat terhadap

penurunan tekanan darah tinggi pada lansia dengan hipertensi di wilayah kerja

Puskesmas Hutaimbaru Padangsidimpuan”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah diatas, maka dapat

dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut : apakah ada pengaruh pemberian

air rebusan daun alpukat terhadap penurunan tekanan darah tinggi pada lansia

dengan hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Hutaimbaru Padangsidimpuan

Tahun 2021.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan Untuk mengetahui pengaruh pemberian air

rebusan daun alpukat terhadap penurunan tekanan darah tinggi pada lansia
6

dengan hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Hutaimbaru

Padangsidimpuan Tahun 2021.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi Karakteristik responden

b. Mengidentifikasi tekanan darah pada lansia hipertensi sebelum diberikan

air rebusan daun alpukat terhadap penurunan tekanan darah tinggi pada

lansia dengan hipertensi di wilayah kerja puskesmas hutaimbaru

padangsidimpuan.

c. Mengidentifikasi tekanan darah pada lansia hipertensi sesudah diberikan

air rebusan daun alpukat terhadap penurunan tekanan darah tinggi pada

lansia dengan hipertensi di wilayah kerja puskesmas hutaimbaru

padangsidimpuan.

d. Mengidentifikasi pengaruh pemberian air rebusan daun alpukat terhadap

penurunan tekanan darah tinggi pada lansia dengan hipertensi di wilayah

kerja puskesmas hutaimbaru padangsidimpuan.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan serta informasi

mengenai pemberian rebusan daun alpukat terhadap penurunan tekanan darah

pada lansia dengan hipertensi.

1.4.2 Manfaat Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan memberi

wawasan yang ilmiah mengenai manfaat rebusan daun alpukat terhadap

penurunan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi.


7

1.4.3 Manfaat Bagi Tempat Penelitian

Hasil dari penelitiaan ini dapat dijadikan bahan masukan dan dapat

menerapkan pengaruh air rebusan daun alpukat terhadap penurunan tekanan darah

pada lansia dengan hipertensi.

1.4.4 Manfaat Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu referensi

ilmiah serta dapat mengembangkan wawasan tentang pengobatan tradisionl bagi

peneliti selanjutnya.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Hipertensi

2.1.1 Defenisi Hipertensi

Hipertensi merupakan gangguan sistem perdarahan yang menyebabkan

kenaikan tekanan darah diatas nilai normal, yaitu melebihi 140/90 mmHg

(Triyanto, 2014). Hipertensi merupakan tekanan dari aliran darah dalam

pembuluh arteri. Jantung berdetak, lazimnya 60-70 kali dalam satu menit dalam

kondisi istirahat (duduk atau berbaring), darah dipompa melalui arteri. Tekanan

darah tinggi terjadi ketika jantung berdetak atau berkontraksi memompa darah

disebut tekanan sistolik. Tekanan darah menurun saat jantung rileks diantara dua

denyut nadi disebut tekanan diastolik (Latief, 2012).

2.1.2 Klasifikasi Hipertensi

Menurut Smeltzer dan Bare (2007) penyebab hipertensi dibagi menjadi 2,

yaitu :

1. Hipertensi Esensial atau Primer

Penyebab pasti dari hipertensi esensial sampai saat ini masih belum dapat

diketahui. Kurang lebih 90% penderita hipertensi tergolong hipertensi

esensial sedangkan 10% mya tergolong hipertensi sekunder. Hipertensi

primer terjadi pada usia 30-50 tahun. Hipertensi primer adalah, sesuatu

kondisi hipertensi dimana penyebab sekunder dari hipertensi tidak ditemukan.

8
9

Pada hipertensi primer tidak ditemukan penyakit renovaskuler, aldosteronism,

pheochro-mocytoma, gagal ginjal, dan penyakit lainnya. Genetik dan ras

merupakan bagian yang menjadi penyebab timbulnya hipertensi primer,

termasuk faktor lain yang diantanya adalah faktor stress, intake alkohol,

moderant, merokok, lingkungan, demografi, dan gaya hidup.

2. Hipertensi Sekunder

Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang penyebabnya dapat diketahui,

antara lain kelainan pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid

(hipertiroid), penyakit kelenjar adrenal (hiperaldosteronisme).

Berdasarkan bentuk hipertensi dikenal 3 jenis hipertensi, yaitu :

1. Hipertensi Diastolik (diastolic hypertension)

Hipertensi diastolik yaitu peningkatan tekanan diastolik tanpa diikuti

peningkatan tekanan sistolik. Biasanya ditemukan pada anak-anak dan

dewasa muda. Hipertensi diastolik terjadi apabila pembuluh darah kecil

menyempit secara tidak normal, sehingga memperbesar tahanan terhadap

aliran darah yang melaluinya dan meningkatkan tekanan diastoliknya.

2. Hipertensi Sistolik (systolic hypertension)

Hipertensi sistolik yaitu peningkatan tekanan sistolik tanpa diikuti

peningkatan tekanan diastolik. Umumnya terjadi pada usia lanjut.

3. Hipertensi campuran

Hipertensi campuran yaitu peningkatan tekanan darah pada sistol dan

diastole.

Klasifikasi hipertensi dengan memperhatikan usia dan jenis kelamin

menurut Kaplan dalam Udjianti (2010) :


10

a. Pria berusia < 45 tahun, dikatakan hipertensi bila tekanan darah pada waktu

berbaring ≥130/90 mmHg.

b. Pria berusia > 45 tahun, dikatakan hipertensi bila tekanan darahnya > 145/95

mmHg.

c. Wanita, hipertensi bila tekanan darahnya ≥160/95 mmHg.

2.1.3 Penyebab Hipertensi

Tekanan darah dipengaruhi oleh curah jantung dan resistensi pembuluh

darah perifer (tahanan perifer) curah jantung (cardiac output) adalah darah yang

dipompa oleh ventrikel ke dalam sirkulasi sistemik dalam waktu satu menit,

normalnya satu menit pada dewasa adalah 4-8 liter. Cardiac output dipengaruhi

oleh vena sekuncup (stroke perifer) pada pembuluh darah oleh jari-jari ateriol dan

viskositas darah stroke volume atau volume sekuncup adalah darah yang dipompa

pada saat ventrikel berkontraksi normalnya pada orang dewasa kurang lebih 70-75

ml atau dapat diartikan sebagai perbedaan volume darah ventrikel pada akhir

diastolik dan volume ventrikel pada akhir sistolik. Heart rate atau derajat denyut

jantung adalah jumlah kontraksi ventrikel permenit. Volume sekuncup

dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu volume akhir distolik ventrikel, beban akhir

ventrikel (afterlpad), dan kontraktilitas jantung (Dewi, 2012). Tekanan darah gaya

yang ditimbulkan oleh darah terhadap dinding pembuluh. Tekanan bergantung

pada volume darah yang terkadang dalam pembuluh darah dan campliance, atau

distensibilitas pembuluh (seberapa mudah pembuluh tersebut direnggangkan).

Darah mengalir dalam satu lingkunan tertutup antara jantung dan organ-organ.

Arteriol mengatur jumlah darah yang mengalir ke masing-masing organ. Vena

mengembalikan darah dari tingkat jaringan ke jantung. Pengaturan tekanan arteri


11

rerata bergantung pada kontrol dua pintu utamanya ke jantung. Pengaturan

tekanan arteru rerata bergantung pada dua pintu utamanya yaitu curah jantung dan

retensi perifer total. Kontrol curah jantung sebaiknya bergantung pada regulasi

kecepatan jantung dan isis sekuncup, sementara resistensi perifer total terutama

ditentukan oleh derajat vasokontriksi ateriol.

Regulasi jangka pendek tekanan darah di tentukan oleh reflek

baroreseptor. Baroreseptor sinus karotis dan arteri aorta secara terus-menerus

memantau tekanan arteri rerata. Jika mendekati penyimpangan dari normal maka

kedua baroreseptor akan memberi sinyal ke pusat kardiovaskuler medula yang

berespon dengan menyesuaikan sinyal otonom ke jantung, dan pembuluh darah

untuk memulihkan tekanan darah kembali normal kontrol jangka panjang tekanan

darah menimbulkan pemeliharaan volume plasma yang sesuai melalui kontrol

ginjal atas keseimbangan garam dan air. Tekanan darah dapat dapat meningkatkan

secara abnormal (hipertensi) atau terlalu rendah (hipotensi) yang berat dan

menetap yang menyebabkan kurang memadainya penyaluran darah secara umum

yang dikenal dengan syok sirkulasi.

2.1.4 Patofisiologi Hipertensi

Meningkatnya tekanan darah dalam arteri bisa terjadi melalui beberapa

cara yaitu jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan

pada setiap detiknya arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku

sehingga tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa darah melalui

arteri tersebut. Darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melewati

pembuluh yang sempit dari pada biasanya dan menyebabkan baiknya tekanan

darah. Inilah yang terjadi pada usia lanjut dimana dinding arteri kaku dan menebal
12

karena arteriosklerosis. Dengan cara yang sama, tekanan darah juga meningkat

pada saat terjadi vasokonstriksi, yaitu jika arteri kecil (arteriola) untuk sementara

waktu mengkerut karena perangsangan saraf atau hormon dalam darah.

Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menjadi penyebab meningkatnya

tekanan darah, hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak

mampu membuang sejumlah garam dan air dari dakam tubuh meningkat yang

akhirnya di ikuti peningkatan tekanan darah. Sebaiknya jika aktivitas memompa

jantung berkurang arteri mengalami pelebaran, banyak cairan yang keluar dari

sirkulasi, maka tekanan darah akan menurun.

Penyesuaian terhadap faktor-faktor tersebut dilaksanakan oleh perubahan

didalam fungsi ginjal dan sistem saraf otonom (bagian saraf yang mengatur

berbagai fungsi tubuh secara norma). Perubahan fungsi ginjal mengendalikan

tekanan darah melalui beberapa cara : jika tekanan darah meningkat, ginjal akan

menambah pengeluaran garam dan air, menyebabkan berkurangnya volume darah

dan mengembalikan tekanan darah ke normal. Jika tekanan darah menurun, ginjal

akan mengurangi pembuangan garam dan air, sehingga volume darah bertambah

dan tekanan darah kembali normal. Ginjal juga bisa meningkatkan tekanan darah

dengan menghasilkan enzim yang disebut enzim renin, yang memicu

pembentukan hormon angiotensin, yang selanjutnya memicu hormon aldosteron.

Ginjal merupakan organ paling penting dalam mengendalikan tekanan darah.

Karena itu berbagai penyakit dan kelainan pada ginjal dapat menyebabkan

terjadinya tekanan darah tinggi. Misalnya penyempitan arteri yang menuju

kesalah satu ginjal (sintesis) bisa menyebabkan naiknya tekanan darah.


13

Sistem saraf merupakan bagian dari sistem saraf otonom yang sementara

waktu akan meningkatkan tekanan darah selama respon flight-or-fight (reaksi fisik

terhadap ancaman dari luar) meningkatkan kecepatan dan kekuatan denyut

jantung dan juga mempersempit sebagian besar arteriola, tetapi memperlebar

arteriola di daerah tertentu (misalnya otot rangka yang memerlukan pasokan darah

yang lebih banyak) mengurangi pembuangan air dan garam dari ginjal, sehingga

meningkatkan volume darah dalam tubuh, melepaskan hormon epinefrin

(adrenalin) dan nonepinefrin (non adrenalin), yang merangsang otot jantung dan

pembuluh darah. Faktor stress merupakan salah satu faktor pencetus terjadinya

peningkatan tekanan darah dengan pelepasan hormon epinefrin dan nonepinefrin

(Triyanto, 2014).

2.1.5 Faktor Resiko Hipertensi

Faktor-faktor yang mempengaruhi hipertensi menurut Washita dalam

Triyanto (2014) dibagi menjadi dua, yaitu :

1. Faktor resiko yang dapat dikontrol terdiri dari :

a. Mengkonsumsi garam yang tinggi

Garam mengandung natrium. Natrium mempunyai sifat mengikat air. Saat

kadar garam berlebih, yubuh akan berusaha menetralkannya, yaitu dengan

menstimulus otak untuk merasakan haus, sehingga mendorong manusia

untuk banyak minum, dengan demikian volume darah akan bertambah

karena sifat garam adalah mengikat air. Pertambahan volume darah akibat

banyaknya kandungan air ini dibuang oleh ginjal melalui urin. Namun

karena natrium yang mengikat air maka sehingga air dipertahankan oleh

tubuh akibat sifat natrium yang lain yaitu antidiuretik, yang menyebabkan
14

ginjal menyerap kembali sebgaian besar air yang telah disaringnya

sebelum dikeluarkan menjadi urin. Masuknya air dalam jumlah besar ke

dalam pembuluh darah menyebabkan volume darah yang ada dalam sistem

peredaran darah bertambah. Sedangkan ukuran pembuluh darah tetap. Hal

ini menyebabkan tekanan darah yang berlebihan di dinding pembuluh

darah yang menjadi sebab utama terjadinya hipertensi.

b. Obesitas

Masa tubuh seseorang yang semakin besar mengakibatkan meningkatknya

suplai darah yang dibutuhkan untuk memasok oksigen dan nutrisi ke

dalam tubuh. Hal ini menyebabkan volume darah yang beredar melalui

pembuluh darah meningkat sehingga tekanan darah pada dinding arteri

menjadi lebih besar.

c. Stress

Stress dapat merangsang kelenjar anak ginal sehingga melepaskan hormon

adrenalin yang dapat memacu jantung berdenyut lebih cepat dan kuat,

menyebabkan tekanan darah akan meningkat (Notoadmojo, 2018 dalam

Washita 2014).

2. Faktor resiko yang tidak dapat dikontrol terdiri dari :

a. Genetik

Hipertensi merupakan penyakit keturunan, jika salah satu orang tua

menderita hipertensi, maka anaknya mempunyai 25% terkena hipertensi.


15

b. Usia

Tekanan darah meningkat seiring dengan pertambahan usia merupakan

pengaruh fisiologis tubuh peningkatan tekanan darah disebabkan oleh

perubahan fisiologis pada jantung, pembuluh darah dan hormon.

c. Jenis kelamin

Hormon sex mempengaruhi renin angiotensin. Hal ini ditunjukkan bahwa

pada perempuan setelah masa monopause beresiko hipertensi sedangkan

pada laki-laki banyak menderita hipertensi disebabkan karena gaya

hidupnya yang meningkatkan hipertensi.

Menurut Triyanto, (2014) hipertensi disebabkan oleh berbagai faktor yang

sangat mempengaruhi satu sama lain. Kondisi masing-masing orang tidak sama

sehingga faktor penyebab hipertensi pada setiap orang sangat berlainan. Berikut

faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya hipertensi secara umum :

1. Toksin

Toksin adalah zat-zat sisa pembuangan yang seharusnya dibuang karena

bersifat racun. Dalam keadaan biasa hati kita mengeluaran sisa-sisa

pembuangan melalui usus dan kulit. Sementara ginjal mnegeluarkan sisa-sisa

pembuangan melalui saluran kencing. Apabila hari dan ginjal ketika kita atau

terbebani, maka fungsi pembersih toksin dalam tubuh kita akan menyebar

kedalam pembuluh darah. Darah yang mengandung toksin tersebut jika tidak

dapat dihilangkan atau di netralisir akan menyebabkan kematian. Kelenjar

adrenal akan memaksa ginjal memperkuat fungsi penyaringan sehingga dapat

merusak ginjal. Tekanan darah juga dapat meningkat dan menyebabkan

serangan jantung atau pengaruh buruk terhadap sistem penyebaran lainnya.


16

Penyakit yang bisa diderita akibat penumpukan toksin dalam tubuh adalah

pilek, fludan bronkiti. Penumpukan toksin pada bagian yang berlainan pada

tubuh akan menyebabkan penyakit-penyakit yang berbeda-beda, termasuk

hipertensi.

2. Faktor Genetik

Adanya faktor genetik pada keluarga yang akan menyebabkan keluarga

tersebut mempunyai resiko menderita hipertensi. Individu dan keluarga yang

mempunyai resiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi pada

individu yang tidak mempunyai keluarga dengan hipertensi.

3. Umur

Kepekaan terhadap hipertensi akan meningkat seiring dengan bertambahnya

umur seseorang. individu yang berumur diatas 60 tahun, 50-60% mempunyai

tekanan darah leboh besar atau sama dengan 140/90 mmHg. Hal itu

merupakan pengaruh degenerasi yang terjadi pada orang yang bertambah

usia. Tekanan darah cenderung meningkat dengan bertambahnya usia. Pada

laki-laki meningkat pada usia lebih dari 45 tahun sedangkan pada wanita

meningkat pada usia lebih dari 55 tahun.

4. Jenis Kelamin

Setiap jenis kelamin memiliki struktur organ dan hormon yang berbeda.

Demikian juga pada perempuan dan laki-laki berkaitan dengan hipertensi,

laki-laki mempunyai resiko lebih tinggi untuk menderita hipertensi lebih

awal. Laki-laki juga mempunyai resiko lebih besar terhadap mordibitas dan

mortalitas kardiovaskuler. Sedangkan pada perempuan lebih rentan terhadap

hipertensi kerika berumur 50 tahun ketika wanita mengalami menopause.


17

5. Etnis

Setiap etnis memiliki kekhasan masing-masing yang menjadi ciri khas dan

pembeda satu dengan yang lainnya. Hipertensi banyak terjadi pada orang

berkulit hitam dari pada berkulit putih. Belum diketahui secara pasti

penyebabnya, tatpi orang berkulit hitam ditemukan kadar renin yang lebih

rendah dan sensitivitas terhadap vasopresin yang lebih besar. Inilah yang

menyebabkan mereka lebih rentan terkena hipertensi.

6. Stress

Stimulasi aktivitas saraf simpatis akan meningkatkan resistensi pembuluh

darah perifer dan curah jantung sehingga akan berdampak pada perubahan

tekanan darah yaitu peningkatan tekanan darah secara intermiten atau tidak

menentu. Hubungan antara stress diduga melalui aktivitas saraf simpatis.

Saraf simpatis adalah saraf yang bekerja pad saat kita beraktivitas.

Peningkatan aktivitas saraf simpatis dapat meningkatkan tekanandarah secara

intermitten (tidak menentu). Apabila stress berkepanjangan dapat

mengakibatkan tekanan darah meningkat tinggi.

7. Kegemukan (Obesitas)

Kegemukan juga merupakan salah satu faktor yang menyebabkan timbulnya

berbagai macam penyakit berat salh satunya hipertensi. Penelitian

epidiomiologi menyebutkan adanya hubungan antara berat badan dengan

tekanan darah adalah kegemukan pada tubuh bagian atas dengan peningkatan

junlah lemak pada bagian perut atau kegemukan terpusat (Obesitas sentral).
18

8. Nutrisi

Sodium adalah penyebab penting terjadinya hipertensi primer. Asupan garam

tinggi akan mengakibatkan pengeluaran berlebihan dari hormon natriouritik

yang secara tidak langsung akan mengakibatkan peningkatan tekanan darah.

Asupan garam yang tinggi dapat menimbulkan perubahan tekanan darah yang

dapat terdeteksi yaitu lebih dari 14 gram per hari jika dalam 2 sendok makan

yang kita konsumsi dari makanan asin atau gurih yang kita makan setipa hari.

9. Merokok

Merokok merupakan salah satu kebiasaan hidup yang dapat mempengaruhi

tekanan darah. Rokok yang dihisap dapat mengakibatkan peningkatan

tekanan darah. Hal tersebut dikarenakan, rokok mengakibatkan vasokontriksi

pembuluh darah perifer dan pembuluh darah ginjal sehingga terjadi

peningkatan tekanan darah. Merokok setiap hari akan mengakibatkan

peningkatan tekanan darah sistolik 10-20 mmHg dan meningkatkan detak

jantung 5-20 kali permenit

10. Alkohol

Penggunaan alkohol secara berlebihan akan memicu tekanan darah seseorang.

selain tidak bagus bagi tekanan darah kita, alkohol akan menimbulkan

kecanduan, menghentikan konsumsi alkohol sangatlah buruk tidak hanya bagi

hipertensi tapi juga baik untuk kesehatan.

11. Kafein

Kopi adalah bahan minuman yang mengandung banyak kafein, begitu pula

dengan teh walaupun kandungannya tidak sebanyak kopi. Kandungan kafein

selain tidak baik untuk tekanan darah dalam jangka panjang pada orang-orang
19

tertentu dapat menimbulkan efek yang tidak baik seperti tidak bsa tidur,

jantung berdebar-debar, sesak nafas dan lain-lain.

12. Kurang Olahraga

Pada saat ini orang-orang senang dengan hal-hal yang cepat dan praktis dan

mereka cenderung mencari segala sesuatu yang mudah dan praktis sehingga

menjadikan tubuh tidak banyak bergerak, hal inilah yang memicu kolesterol

tinggi dan juga adanya tekanan darah yang terus menguat sehingga memicu

terjadinya hipertensi.

13. Kolesterol tinggi

Kandungan lemak yang berlebiohan dalam darah dapat menyebabkan

timbunan kolesterol pada dinding pembuluh darah. Hal ini dapat membuat

pembuluh darah menyempit dan akibatnya tekanan darah akan meningkat.

2.1.6 Tanda dan Gejala Hipertensi

Menurut Andini (2004) gejala klinis yang dialami oleh para penderita

hipertensi biasnaya berupa : pusing, mudah marah, telinga berdengung, susah

tidur, sesak napas, rasa berat pada tengkuk, mudah lelah, mata berkunang-kunag,

dan mimisan (jarang dilaporkan). Individu yang menderita hipertensi kadang tidak

menampakan gejal sampai bertahun-tahun. Gejala muncul jika ada kerusakan

vaskuler dengan manifestasi khas seusia sistem program yang divaskularisasi oleh

pembuluh darah yang bersangkutan. Crowin (2009) menyebutkan bahwa sebagian

besar gejala klinis timbul setelah mengalami hipertensi bertahun-tahun berupa

nyeri kepala, kadang disertai mual dan muntah, peningkatan tekanan intrakranial.

Pada pemeriksaan fisik tidak dijumpai perubahan retina, seperti perdarahan,

eksudat (kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat,
20

edema pupil (edema pada diskus peptikus). Gejala lain umumnya terjadinya pada

penderita hipertensi yaitu pusing, muka merah, sakit kepala, keluar darah dari

hidung secara tiba-tiba, tengkuk pegal dan lain-lain.

2.1.7 Komplikasi Hipertensi

jika hipertensi tidak dikendalikan akan muncul dampak pada timbulnya

komplikasi penyakit lain diantaranya dapat menyebabkan kerusakan pada ginjal,

stroke, infark miokard, gagal jantung. Berikut adalah komplikasi yang dapat

terjadi :

a. Stroke

Tekanan yang tinggi pada pembuluh darah otak mengakibatkan pembuluh

sulit merenggang sehingga darah yang ke otak kekurangan oksigen, biasanya

ini terjadi secara mendadak dan menyebabkan kerusakan otak. Gangguan

penyakit yang bisa terjadi adalah serangan iskemik otak sementara (ransient

ischaemic attack). Tekanan didalam pembuluh darah juga bisa menyebabkan

darah merembes keluar dan masuk kedalam otak. Hal itu dapat menyebabkan

stroke (WHO, 2013). Stroke timbul akibat perdarahan karena tekanan yang

terlalu tinggi pada otak, atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh non

otak yang terpejan tekanan darah tinggi. Stroke dapat terjadi pada penderita

hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang mempengaruhi otak mengalami

hiperatropi dan menebal, sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang

diperdarahinya berkurang. Arteri-arteri otak mengalami arteriosklerosis dapat

menjadi lemah sehingga meningkatkan terjadinya anurisma, gejala karena

stroke adalah sakit kepala tiba-tiba, seperti orang binging, limbung atau

bertingkah laku seperti orang mabuk, salh satu bagian tubuh terasa lemas atau
21

sulit untuk digerakkan (misalnya : wajah, mulut, atau lengan terasa kaku,

tidak dapat berbicara dengan jelas), serta kehilangan kesadaran secara

mendadak (Triyanto, 2014)

b. Infark Miokard

Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang arteriosklerosis

tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokadium atau apabila terbentuk

trombus yang menghambat aliran darah melalui pembuluh darah tersebut.

Hipertensi kronik dan hipertensi vemtrikel, maka kebutuhan oksigen di

miokardium tidak dapat terpenuhi dan dapat menyebabkan iskemia jantung

yang menyebabkan infark. Demikian juga hipertrovi ventrikel dapat

menimbulkan perubahan perubahan waktu hantaran listrik melintasi vetrikel

sehingga terjadi distrimia, hipoksia jantung, dan peningkatan resiko

pembentukan bekuan (Corwin, 2009).

c. Gagal Ginjal

Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan darah

tinggi pada kapile-kapiler ginjal, glomerukus dengan rusaknya glomerulus,

darah akan mengalir ke unit-unit fungsional ginjal, nefron akan terganggu dan

dapat berlanjut ke hipoksia bahkan kematian. Dengan rusaknya membran

glomerulus, protein akan keluar melalui urin sehingga tekanan osmotik koloid

plasma berkurang, menyebabkan edema yang sering dijumpai pada hipertensi

kronik (Triyanto, 2014).

d. Gagal Jantung

Ketidak mampuan jantung dalam memompa darah yang kembalinya ke

jantung dengan cepat mengakibatkan cairan terkumpul pada paru, kaki dan
22

jaringan lain yang sering disebut dengan edema. Cairan didalam paru-paru

menyebabkan sesak napas, timbunan cairan di tungkai menyebabkan kaki

bengkak atau sering dikatakan odema. Ensefalopati dapat terjadi terutama

pada hipertensi maligna (hipertensi yang cepat). Tekanan darah yang tinggi

pada kelainan ini menyebabkan peningkatan kapiler dan mendorong cairan

kedalam ruang intertisium di deluruh lapisan saraf pusat, neuron-neuron

disekitarnya kolap dan terjadi koma. (Triyanto, 2014)

e. Gangguan Pada Mata

Komplikasi hipertensi pada mata dapat berupa perdarahan retina,

gangguan penglihatan sampai dengan kebutaan, diantaranya adalah oklusi

arteri retina cabang, oklusi vena retina cabang, oklusi vena retina sentral,

oklusi arteri retina sentral, dan terjadinya makro aneurisma pada arteri.

Iskemik sekunder oklusi vena retina cabang dapat menyebabkan

neovaskularisasi dari retina, pre retinal dan perdarahan vitreus, pembentukan

epiretinal membran, dan retinal detachment. Hipertensi dan diabetes melitus

secara bersamaan dapat menyebabkan retinopati yang lebih berat.

2.1.8 Penatalaksanaan Hipertensi

Penatalaksanaan hipertensi secara garis besar menurut Smeltzer & Bare

(2007) dibagi menjadi dua, antara lain non-farmakologi dan farmakolohgi :

1. Penatalaksanaan non-farmakologi, antara lain :

a. Mengurangi obesitas atau menurunkan berat badan.

Semua faktor resiko yang dapat dikendalikan, berat badan salah satu

kaitannya yang paling erat dengan hipertensi. Karena dibandingkan orang

yang kurus, orang yang gemuk lebih besar peluangnya untuk mengalami
23

hipertensi. Menurunkan berat badan bisa menurunkan tekanan darah 5-20

mmHg per 10 kg penurunan berat badan.

b. Mengurangi asupan garam dalam tubuh

Pengurangan asupan garam menyesuaikan kebiasaan makan penderita.

Mengurangi asupan garam untuk menurunkan tekanan darah, idealnya

selama sehari menggunakan 5 gram atau 1 sendok.

c. Olahraga rutin

Melakukan olahraga seperti senam aerobic atau jalan cepat selama 30-45

menit sebanyak 3-4 kali seminggu.

d. Berhenti merokok

Tembakau mengandung nikotin yang memperkuat kerja jantung dan arteri

sehingga sirkulasi darah berkurang dan tekanan darah meningkat.

Merokok sangat besar perannya dalam peningkatan tekanan darah di

sebabkan oleh nikotin dalam rokok memicu hormon adrenalin yang

menyebabkan tekanan darah meningkat. Berhenti merokok adalah

perubahan gaya hidup yang paling kuat untuk mencegah penyakit

kardiovaskuler pada penderita hipertensi.

e. Tidak mengkonsumsi alkohol

Meminum alkohol secara berlebihan telah dikaitkan dengan peningkatan

tekanan darah. Minum alkohol sangat bahay bagi kesehatan karena

alkohol berkaitan dengan stroke. Wanita sebaiknya membatasi meminum

alkohol tidak lebihdari 14 unit perminggu, dan untuk laki-lakitidak lebih

dari 21 unit perminggu, dan sebaiknya tidak mengkonsumsi alkoho; bagi


24

pria dan wanita karena menghindari konsumsi alkohol bisa menurunkan

tekanan darah 2—4 mmHg.

f. Lakukan relaksasi dan hindari stress

Relaksasi dengan cara melakukan yoga, meditasi, hipnoterapi, terapi

murottal, terapi relaksasi benson, terapi musik klasik yang dapat

mengontrol sistem saraf yang akhirnya dapat menurunkan tekanan darah.

Selain itu, ada pengobatan tradisional yang bertujuan untuk menghindari

terjadinyankomplikasi dan dampak yang lebih serius terhadap kesehatan

(Dr. Yekti, 2011). Pengobatan ini menggunakan bahan-bahan alami yang

ada disekitar kita. Pengobatan ini tidak memiliki efek samping tetapi

pengobatannya tidak bisa secara langsung, perlu sabar, ketelatenan dan

manfaatnya baru akan kelihatan dalam jangka panjang. Bahan-bahan

alami yang sudah terbiasa dan terbukti ampuh untuk mengobati tekanan

darah yaitu, daun alpukat (persea americana miller), mengkudu (morinda

citrifolia l), daun salam (syzigium polyanthum), rumput laut (lamina

japocina), mentimun (cucumis sativus), temu hitam (curcuma aeruginoa

roxb).

2. Penatalaksanaan secara farmakologi

a. Diuretik

Diuretik adalah obat antihipertensi yang efeknya membantu ginjal

meningkatkan ekskresi natrium, klorida dan air. Meningkatnya ekskresi

pada ginjal yang akan mengurangi cairan diseluruh tubuh sehingga

menurunkan tekanan darah.


25

b. Vasodilator

Obat-obatan antihipertensi yang efeknya memperlebar pembuluh darah

dan dapat menurunkan tekanan darah secara langsung

c. Penghambat adregenik (beta blocker, alfa blocker, alfa-beta blocker)

Penghambat adregenik berguna untuk menghambat pelepasan renin,

angiotensin, juga tidak akan aktif. Angiotensin I tidak akan dibentuk dan

angiotensin II juga tidak akan berubah. Angiotensin II inilah yang

memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah.

d. Angiotensin converting enzyme inhibitor (ACE-inhibitor)

Obat ini mengurangi pembentukan angiotensin II sehingga terjadi

vasodilatasi dan penurunan skresi aldosteron yang menyebabkan

penurunan tekanan darah

e. Antagonis kalsium

f. Antagonis kalsium mekanisme kerjanya menyebabkan vasodilator atau

yang memperlebar pembuluh darah.

2.2 Konsep Tekana Darah

2.2.1 Defenisi Tekanan Darah

Tekanan darah adalah gaya atau dorongan darah ke dinding arteri saat

darah dipompa keluar dari jantung keseluruh tubuh (Palmer, 2007). Sedangkan

menurut Sheps (2005) tekanan darah adalah tenaga yang terdapat pada dinding

arteri saat darah dialirkan. Tenaga ini mempertahankan aliran darah dalam arteri

agar tetap lancar. Rata-rata tekanan darah normal adalah 120/80 (Smeltzer Bare,

2001) dan diukur dalam satuan milimeter air raksa (mmHg) (Palmer, 2007).
26

Menurut Hayens (2003), tekanan darah timbul ketika bersikulasi didalam

pembuluh darah. Organ jantung dan pembuluh darah berperan penting dalam

proses ini dimana jantung sebagai pompa muskular yang meyuplai tekanan untuk

menggerakkan darah, dan pembuluh darah yang memiliki dinding yang elastis dan

ketahanan yang kuat. Sementara Palmer (2007) menyatakan bahwa tekanan darah

diukur dalam satuan milimeter air raksa (mmHg).

2.2.2 Jenis Tekanan Darah

Terdapat 2 pengukuran penting dalam tekanan darah, yaitu tekanan sistolik

dan tekanan diastolik. Tekanan sistolik adalah tekanan darah saat jantung berdetak

dan memompa darah. Tekanan diastolik adalah tekanan darah saat jantung

beristirahat diantara detakan.

Tabel 1. Klasifikasi Tekanan Darah


No Kategori Tekanan Sistolik Tekanan Diastolik
(mmHg) (mmHg)
1 Hipotensi <110 <70
2 Normal 120-139 80-89
3 Hipertensi Tingkat 1 140-159 90-99
4 Hiperteni Tingkat 2 160-179 100-109
5 Hipertensi Tingkat Darurat ≥180 ≥110
Sumber : William Wilkins (2007)

2.2.3 Klasifikasi Tekanan Darah untuk Orang Dewasa

Berdasarkan tabel klasifikasi tekanan darah diatas, tekanan darah yang

normal adalah berkisaran antara 90 mmHg sampai 119 mmHg untuk tekanan

sistolik sedangkan untuk tekanan diastolik adalah sekitar 60 mmHg sampai 79

mmHg. Tekanan darah dibawah 90/60 mmHg dikategorikan sebagai hipotensi

(Hypotension) atau tekanan darah rendah, sedangkan diatas 140/90 mmHg sudah

dikategorikan sebagai tekanan darah tinggi atau hipertensi (Hypertension).


27

2.2.4 Cara Mengukur Tekanan Darah

Tekanan darah umumnya diukur dengan alat yang disebut

sphygnomanometer atau bisa dikenal dengan tensi meter. Sphygnomanometer

terdiri dari sebuah pompa, sebuah tekanan, dan sebuah manset karet. Alat ini

mengukur tekanan darah dalam unit yang disebut milimeter air raksa (mmHg).

Menurut Potter dan Perry (2015). Pengukuran tekanan darah dapat dilakukan

dengan langkah berikut ini :

a. Kaji tempat paling baik untuk melakukan pengukuran tekanan darah.

b. Siapkan sphynomanometer dan stetoskop serta alat tulis.

c. Anjurkan pada pasien untuk menghindari kafein dan merokok 30 menit

sebelum pengukuran.

d. Bantu pasien mengambil posisi duduk atau berbaring.

e. Posisikan lengan atas setinggi jantung dan telapak tangan menghadap keatas.

f. Gulung lengan baju bagian atas.

g. Palpasi arteri brakialis dan letakkan manset yang masih kempis, pasang

manset dengan rata dan pas disekeliling lengan atas.

h. Pastikan sphygnomanometer di posisikan secara vertikal sejajar mata

pengamat dan pengamat tidak boleh jauh dari 1 meter.

i. Letakkan earpieces stetoskop pada telinga dan pastikan bunyi jelas, tidak

redup.

j. Ketahui letak arteri brakialis dan letakkan belt atau diafragma chestpice

diatasnya serta jangan menyentuh manset atau baju pasien.

k. Tutup kuyup balon tekan searan jarum jam sampai kencang.


28

l. Gabungkan manset 30 mmHg diatas tekanan sistolik yang dipalpasi

kemudian dengan perlahan lepaskan dan biarkan air raksa turun dengan

kecepatan 2-3 mmHg per detik.

m. Catat titik pada manometer saat bunyi pertama jelas terdengar.

n. Lanjutkan mengempiskan manset, catat titik pada manometer sampai 2

mmHg terdekat atau saat bunyi tersebut hilang.

o. Kempeskan manset dengan cepat dan sempurna. Buka manset dari lengan

kecuali jika ada rencana untuk mengulang.

p. Bantu kembali ke posisi yang nyaman dan rapikan kembali lengan atas serta

beri tahu pengukuran pada pasien.

2.2.5 Faktor-Faktor Fisiologis yang dapat mempengaruhi tekanan darah

a. Pengembalian darah melalui vena/jumlah darah yang kembali ke jantung

melalui vena. Jika darah yang kembali menurun, otot jantung tidak akan

terdistensi, kekuatan ventrikular pada fase sistolik akan menurun dan

tekanan darah akan menurun. Hal ini disebabkan oleh perdarahan berat.

Pada keadaan tidur atau berbaring dimana tubuh dalam keadaan posisi

horizontal, pengembalian darah ke jantung melalui vena bisa di

pertahankan dengan mudah. Tapi ketika berdiri aliran vena kembali ke

jantung mengalami tahanan lain, yaitu gravitasi. Terdapat tiga mekanisme

membantu pengembalian darah melalui vena, yakni konstriksi vena,

pompa otot rangka, dan pompa respirasi.

b. Frekuensi dan kekuatan kontraksi jantung. Secara umum, apabila frekuensi

dan kekuatan kontraksi jantung meningkat, tekanan darah ikut meningkat.

Inilah yang terjadi saat exercise. Akan tetapi, apabila jantung berdetak
29

terlalu kencang, venrikel tidak akan terisi sepenuhnya diantara detakan,

sehingga curah jantung dan tekanan darah akan menurun.

c. Resistensi perifer yaitu resistensi dari pembuluh darah bagi aliran darah.

Arteri dan vena biasanya sedikit terkonstriksi, sehingga tekanan darah

diastol normal.

d. Kehilangan darah dalam jumlah kecil seperti donor darah, akan

menyebabkan penurunan tekanan darah sementara, yang akan langsung

dikompensasi dengan peningkatan tekanan darah dan peningkatan

vasokonstriksi. Akan tetapi, setelah perdarahan berat, mekanisme

kompensasi ini takkan cukup untuk mempertahankan tekanan darah

normal dan aliran darah ke otak. Walaupun seseorang dapat selamat dari

kehilangan 50% dari total darah tubuh, kemungkinan terjadinya cedera

otak meningkat karena banyaknya darah yang hilang dan tidak dapat

diganti segera.

e. Hormon. Beberapa hormon memiliki efek terhadap tekanan darah.

Contohnya, pada saat stress, medula kelenjar adrenal akan menyekresikan

norepinefrin dan epinefrin, yang keduanya akan menyebabkan

vasokontriksi sehingga meningkatkan tekanan darah. Selain dari

vasokontriksi, epinefrin juga berfungsi meningkatkan heart rate dan gaya

kontraksi. Hormon lain yang beroeran adalahh ADH yang disekresikan


30

oleh kelenjar hipofisis posterior saat tubuh mengalami kekurangan cairan.

ADH akan meningkatkan reabsorpsi cairan pada ginjal sehingga tekanan

darah tidak akan semakin turun.

2.3 Konsep Lansia

2.3.1 Defenisi Lansia

Lansia merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai

dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan.

Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk

mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis (Effendi, 2009).

Lansia adalah seseorang yang telah berusia ≥ 60 tahun dan tidak berdaya mencari

nafkah sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari (Ratnawati,

2017).

2.3.2 Klasifikasi Lansia

Klasifikasi lansia menurut Burnside dalam Nugroho (2012) :

1. Young old (Usia 60-69 tahun)


2. Middle age old (Usia 70-79 tahun)
3. Old-old (Usia 80-89 tahun)
4. Very old-old (Usia 90 tahun keatas)

2.3.3 Perubahan Pada Lanjut Usia

Menurut Potter & Perry (2009) proses menua mengakibatkan terjadinya

banyak perubahan pada lansia yaitu meliputi :

1. Perubahan Fisiologis
31

Pemahaman kesehatan pada lansia umumnya bergantung pada persepsi

pribadi atas kemampuan fungsi tubuhnya. Lansia yang memiliki kegiatan harian

atau rutin biasanya menganggap dirinya sehat, sedangkan lansia yang memiliki

gangguan fisik, emosi, atau sosial yang menghambat kegiatan akan menganggap

dirinya sakit. Beberapa perubahan fisiologis pada lansia beberapa diantaranya,

kulit kering, penipisan rambut, penurunan pendengaran, penurunan refleks batuk,

pengeluaran lender, penurunun curah jantung dan sebaginya. Perubahan tersebut

tidak bersifat patologis, tetapi dapat membuat lansia lebih rentan terhadap

beberapa penyakit.

2. Perubahan Fungsional

Fungsi pada lansia meliputi bidang fisik, psikososial, kognitif dan sosial.

Penurunan fungsi yang terjadi pada lansia biasanya berhubungan dengan penyakit

dan tingkat keparahannya yang akan mempengaruhi kemampuan fungsional dan

kesejahteraan seorang lansia. Status fungsional lansia merujuk pada kemampuan

dan perilaku aman dalam aktivitas harian (ADL). ADL sangat penting untuk

menentukan kemandirian lansia. Perubahan yang mendadak dalam ADL

merupakan tanda penyakit akut atau perburukan masalah kesehatan.

3. Perubahan Kognitif

Perubahan struktur dan fisiologis otak yang dihubungkan dengan

gangguan kognitif (penurunan jumlah sel dan perubahan kadar neurotransmiter)

terjadi pada lansia yang mengalami gangguan kognitif maupun tidak mengalami

gangguan kognitif. Gejala gangguan kognitif seperti disorientasi, kehilangan

keterampilan berbahasa dan berhitung, serta penilaian yang buruk bukan

merupakan proses penuaan yang normal.


32

4. Perubahan Psikososial

Perubahan psikososial selama proses penuaan akan melibatkan proses

transisi kehidupan dan kehilangan. Semakin panjang usia seseorang maka akan

semakin banyak pula transisi dan kehilangan yang harus dihadapi. Transisi hidup,

yang mayoritas disusun oleh pengalaman kehilangan, meliputi masa pensiun dan

perubahan keadaan finansial, perubahan peran dan hubungan, perubahan

kesehatan, kemampuan fungsional dan perubahan jaringan sosial.

Menurut Ratnawati (2017) perubahan psikososial erat kaitannya dengan

keterbatasan produktivitas kerjanya. Oleh karena itu, lansia yang memasuki masa-

masa pensiun akan mengalami kehilangan-kehilangan sebagai berikut :

a. Kehilangan finansial (pendapatan berkurang)

b. Kehilangan status (jabatan/posisi, fasilitas)

c. Kehilangan teman/kenalan atau relasi

d. Kehilangan pekerjaan/kegiatan. Kehilangan ini erat kaitannya dengan

beberapa hal sebagai berikut :

1) Merasakan atau sadar terhadap kematian, perubahan bahan cara hidup

(memasuki rumah perawatan, pergerakan lebih sempit).

2) Kemampuan ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan. Biaya hidup

meningkat padahal penghasilan yang sulit, biaya pengobatan bertambah.

3) Adanya penyakit kronis dan ketidakmampuan fisik.

4) Timbul kesepian akibat pengasingan dari lingkungan sosial.

5) Adanya gangguan saraf pancaindra, timbul kebutaan dan kesulitan.

6) Gangguan gizi akibat kehilangan jabatan.


33

7) Rangkaian kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan teman dan

keluarga.

8) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik (perubahan terhadap gambaran

diri, perubahan konsep diri)

e. Permasalahan Lanjut Usia

Menurut suardiman (2011), Kuntjoro (2007), dan Kartinah (2008) usia lanjut

rentan terhadap berbagai masalah kehidupan. Masalah umum yang dihadapi

oleh lansi diantaranya :

1. Masalah ekonomi

Usia lanjut ditandai dengan penurunan produktivitas kerja, memasuki

masa pensiun atau berhentinya pekerjaan utama. Disisi lain, usia lanjut

dihadapkan pada berbagai kebutuhan yang semakin meningkat seperti

kebutuhan akan makanan yang bergizi seimbang, pemeriksaan kesehatan

secara rutin, kebutuhan sosial dan rekreasi. Lansia yang memiliki

penghasilan tetap setiap bulannya. Lansia yang tidak memiliki pensiun,

akan membawa kelompok lansia pada kondisi tergantung atau menjadi

tanggungan anggota keluarga (Suardiman, 2011).

2. Masalah sosial

Memasuki masa lanjut usia ditandai dengan berkurangnya kontak sosial,

baik dengan anggota keluarga atau dengan masyarakat. Kurangnya

kontak sosial dapat menimbulkan perasaan kesepian, terkadang muncul

perilaku regresi seperti mudah menangis, mengurung diri, serta

merengek-rengek jika bertemu dengan orang lain sehingga perilakunya

kembali seperti anak kecil (Kuntjoro, 2007).


34

3. Masalah kesehatan

Peningkatan usia lanjut akan diikuti dengan meningkatnya masalah

kesehatan. Usia lanjut ditandai dengan penurunan fungsi fisik dan rentan

terhadap penyakit (Suardiman, 2011).

4. Masalah psikososial

Masalah psikososial adalah hal-hal yang dapat menimbulkan gangguan

keseimbangan sehingga membawa lansia kearah kerusakan atau

kemrosotan yang progresif terutama aspek psikologis yang mendadak,

misalnya bingung, panik, depresif, dan apatis. Hal itu biasanya

bersumber dari munculnya stressor psikososial yang paling berat seperti,

kematian sanak saudara dekat, atau trauma psikis (Kartinah, 2008).

2.4 Konsep Daun Alpukat

2.4.1 Daun Alpukat

Daun Alpukat memiliki kandungan flavonoid, saponin, alkaloid dan

steroid yang berfungsi untuk menurunkan tekanan darah. Zat yang terkandung

didalam daun alpukat berkhasiat sebagai diuretik yang secara empiris dipercayai

sebagai diuretik yaitu menambah volume urine yang dihasilkan saat urinasi untuk

mengurangi tekanan darah. Kandungan kimia pada daun alpukat diantaranya

saponin, xilosa alkohol, polifenol, flavanoid, alkaloid, dan kuersetin. Flavonoid

pada daun alpukat memiliki fungsi menurunkan tekanan darah (Paramawati,

2016).
35

Gambar 1.Daun Alpukat

2.4.2 Manfaat Daun Alpukat

Daun alpukat berkhasiat menyembuhkan kencing batu, darah tinggi, sakit

kepala, nyeri syaraf, nyeri lambung, saluran napas membengkak, sakit perut,

menstruasi tidak teratur (Winarto, 2007) :

2.4.3 Mekanisme Daun Alpukat untuk Menurunkan Tekanan Darah

Senyawa kimia dalam daun alpukat yang telah diketahui berperan aktif

dalam mekanisme antihipertensi antara lain flanonoid, saponin dan alkaloid.

a. Flavonoid merupakan salah satu golongan fenol terbesar yang berada dialam.

Senyawa tersebut dapat melindungi tubuh dari radikal bebas melalui

mekanisme antioksidan. Flavonoid mampu memperbaiki fungsi endotel dan

menghambat agregasi platelet. Efek ini merupakan keuntungan flavonoid

pada resiko penyakit kardiovaskuler. Mekanisme kerja dari flavonoid untuk

melancarkan peredaran darah dan mencegah terjadinya penyumbatan pada

pembuluh darah, sehingga darah dapat mengalir dengan normal. Flavonoid

juga mengurangi kandungan kolesterol serta mengurangi penimbunan lemak

pada dinding pembuluh darah. Cara kerja daun alpukat dengan mengeluarkan

sejumlah cairan dan elektrolit maupun zat-zat yang bersifat toksik. Dengan

berkurangnya jumlah air dan garam di dalam tubuh maka pembuluh darah
36

akan longgar sehingga tekanan darah perlahan-lahan mengalami penurunan

(Mantong, 2017).

b. Saponin memiliki khasiat diuretik dengan menurunkan volume plasma

dengan cara mengeluarkan air dan elektrolit terutama natrium, sehingga pada

akhirnya cardiac output menurun. Natrium dan air juga dapat mempengaruhi

resistensi perifer.

c. Alkaloid seing digunakan dalam bidang pengobatan. Alkaloid dapat berfungsi

sebagi zat antioksidan yang didukung oleh peneliti uji antioksidan. Alkaloid

berfungsi sama dengan obat-obatan β-blocker mempunyai khasiat inotropik

negatif dan kronotropik negatif terhadap jantung. Akibatnya adalah

penurunan curah jantung, turunnya denyut jantung dan kurangnya kekuatan

kontraksi dari miokardium. Resistensi perifer terkadang naik, terkadang juga

tetap. Pengurangan cardiac output yang kronik menyebabkan resistensi

perifer menurun. Hal tersebut menyebabkan penurunan tekanan darah.

2.5 Kerangka Konsep

Pada kerangka konsep yang menjadi variabel independen dan variabel

dependen nya adalah sebagai berikut :

Skema 1.Kerangka Konsep Penelitian


Tekanan darah sebelum Tekanan darah sesudah
intervensi intervensi

Pemberian air seduhan daun


alpukat
37

2.6 Hipotesis Penelitian

Menurut Sujarweni (2014) hipotesis merupakan jawaban sementara

terhadap tujuan penelitian yang diturunkan dari kerangka pemikiran yang telah

dibuat. Hipotesis merupakan pernyataan tentang hubungan antara dua variabel

atau lebih (Sujarweni, 2014).

Hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

Ho : Tidak ada pengaruh pemberian air rebusan daun alpukat terhadap penurunan

tekanan darah tinggi pada lansia dengan hipertensi.

Ha : Terdapat pengaruh pemberian air rebusan daun alpukat terhadap penurunan

tekanan darah tinggi pada lansia dengan hipertensi.


BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif merupakan salah satu jenis penelitian

yang spesifikasinya adalah sistematis, terencana dan terstruktur dengan jelas sejak

awal hingga pembuatan desain penelitiannya. Penelitian Quasi eksperimen

merupakan metode inti dari model penelitian yang menggunakan pendekatan

kuantitatif.

Desain Penelitian adalah keseluruhan rencana untuk membuat pertanyaan

penelitian, termasuk spesifikasi dalam menambah integritas penelitian. Desain

penelitian ini merupakan penelitian dengan rancangan percobaan tidak murni

dengan penelitian klinis tetapi melakukan perlakuan tehnik pendekatan dengan

terapi herbal yaitu pemberian air rebusan daun alpukat pada lansia dengan

hipertensi. Penelitian ini menggunakan One group pretest-posttest. Pada desain

ini dilakukan pretest sebelum diberikan perlakuan, agar dapat membandingkan

keadaan sebelum dan sesudah diberikan perlakuan (Sugiyono, 2013 hlm.163).

penerapan dalam penelitian ini berupa observasi serta pengukuran terhadap

tekanan darah sebelum diberikan seduhan daun alpukat dan sesudah pemberian

daun alpukat.

Tabel.2 Desain Penelitian

NO Pretest Perlakuan Postest


1 01 X 02
Keterangan :

38
39

01 : Tahap pengukuran tekanan darah pada kelompok eksperimen sebelum


diberikan air rebusan daun alpukat.

X : Tahap perlakuan, yaitu saat dimana responden diberikan air rebusan daun
alpukat

02 : Tahap pengukuran tekanan darah pada kelompok eksperimen sesudah


diberikan air rebusan daun alpukat.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Hutaimbaru

Padangsidimpuan karena terdapat peningkatan penderita hipertensi pada lansia

pada awal tahun 2018, 2019 hingga 2020.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni-Juli 2021 dengan mengambil

tempat di Wilayah Kerja Puskesmas Hutaimbaru di Kota Padangsidimpuan.

Tabel 3. Rencana Kegiatan dan Waktu Penelitian


No Kegiatan Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Jun Jul Agustus
1 Perumusan
Masalah
2 Penyusunan
Proposal
3 Seminar
Proposal
4 Pelaksanaan
Penelitian
5 Pengolahan
Data
6 Seminar Akhir
40

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan jumlah yang terdiri atas obyek atau subyek

yang mempunyai karakteristik dan kualitas tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk diteliti dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sujarweni, 2014). Populasi

dalam penelitian pasien lansia dengan hipertensi yang ada di wilayah kerja

puskesmas hutaimbaru sebanyak 100 Lansia dengan Hipertensi.

3.3.2 Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

populasi. Sampel adalah sebagai wakil dari populasi yang akan diteliti

(Notoadmojo, 2010). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tehnik purpose

sampling, yaitu pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu.

Pembagian sampel berdasarkan tujuan tertentu yang tidak menyimpang dari

kriteria yang tidak menyimpang dari kriteria yang sudah ditetapkan oleh peneliti.

Adapun kriteria yang menjadi responden adalah :

1. Responden Hipertensi dengan tekanan darah stage 1 dan stage 2

2. Responden Hipertensi Berusia ≥ 60 tahun

3. Responden yang kooperatif

4. Laki-Laki dan Perempuan.

5. Responden tidak mengkonsumsi obat anthihipertensi

6. Penderita hipertensi primer yang tidak disertai dengan komplikasi

7. Tidak Mengkonsumsi obat-obatan.


41

Adapun cara yang dilakukan untuk menentukan jumlah sampel penelitian

adalah menggunakan rumus dari Slovin :

𝑁
n=
1+(𝑁 (𝑒 2 ))

100
n=
1+(100 𝑥 (0,2²))

100
n=
1+(100 𝑥0,04 )

100
n=
1+4

100
n=
5

n = 20

Berdasarkan hasil yang telah didapatkan pada rumus diatas, maka dapat

ditentukan penderita hipertensi sebanyak 20 orang. Dan sampel yang mengalami

gangguan setelah minum air rebusan daun alpukat akan dikeluarkan dan diganti

dengan responden lain.

3.4 Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian, etika merupakan salah satu hal yang sangat

penting untuk diperhatikan. Hal ini disebabkan karena penelitian keperawatan

berhubungan dengan manusia. Dalam melakukan penelitian, peneliti mengajukan

permohonan izin kepada Ketua Program Studi Keperawatan Program Sarjana

Fakultas Kesehatan Universitas Aufa Royhan. Setelah surat izin diperoleh peneliti
42

melakukan observasi kepada responden dengan memperhatikan etika sebagai

berikut :

a. Lembar Persetujuan Responden (Informed Consent)

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan

responden penelitian melalui lembar persetujuan. Sebelum memberikan

lembar persetujuan, peneliti menjelaskan terlebih dahulu maksud dan tujuan

peneliti serta dampaknya bagi responden. Bagi responden yang bersedia

diminta untuk menandatangani lembar persetujuan. Bagi responden yang

tidak bersedia, peneliti tidak memaksa dan harus menghormati hak-hak

responden.

b. Tanpa Nama (Anonimity)

Peneliti memberikan jaminan terhadap identitas atau nama responden dengan

tidak mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data. Akan

tetapi peneliti hanya menuliskan kode atau inisial pada lembar pengumpulan

data atau hasil penelitian.

c. Kerahasiaan (Confidentiality)

Kerahasiaan informasi yang telah diperoleh dijamin kerahasiaannya oleh

peneliti, dimana hanya kelompok data tertentu saja yang dilapotkan pada hasil

penelitian.

d. Asas Tidak Merugikan (Non-Maleficience)

Setiap tindakan harus berpedoman pada prinsip primum non ocere (yang

paling utama jangan merugikan), resiko fisik, psikologis, dan sosial

hendaknya diminimalisir sedemikian mungkin


43

3.5 Alat Pengumpulan Data

Instrumen atau alat pengumpulan data yang digunakan untuk menunjang

penelitian ini adalah:

1. Data primer diambil dengan cara :

a. Lembar observasi berdasarkan pengukuran tekanan darah pada lansia

dengan hipertensi.

b. Menggunakan alat spigmomanometer kompas dan stetoskop.

c. Hasil yang telah didapatkan kemudian disajikan dalam bentuk tabel

distribusi disertai narasi.

2. Data sekunder.

Data sekunder diperoleh dari instansi terkait, arsip-arsip serta beberapa

dokumen pendukung tentang jumlah penderita hipertensi.

3.6 Prosedur Pengumpulan data

Pengumpulan data salah satu langkah awal untuk mendapatkan informasi

atau data yang dibutuhkan didalam penelitian ini. Dalam melakukan penelitian,

prosedur yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Tahap Persiapan

a. Peneliti mengajukan permohonan izin penelitian kepada kepala

puskesmas Hutaimbaru Kota Padangsidimpuan

2. Tahap Pelaksanaan

a. Peneliti menetapkan responden saat di Puskesmas dan Mendatangi ke

rumah-rumah.
44

b. Melakukan wawancara pada responden tentang kesediaannya menjadi

responden.

c. Menjelaskan pada responden tentang tujuan, manfaat, akibat menjadi

responden.

d. Calon responden yang setuju diminta tanda tangan pada lembar surat

pernyataan kesanggupan menjadi responden.

e. Mengukur tekanan darah responden sebelum diberikan air rebusan

daun alpukat.

f. Responden penelitian dibiarkan duduk istirahat selama 5 menit,

kemudian melakukan pengukuran tekanan darah.

g. Membuat rebusan air daun alpukat sesuai prosedur dan diberikan 1x

sehari sebanyak 200 ml dalam 7 hari dan diberikan sebelum makan

pagi (dalam keadaan perut kosong) agar cepat diserap oleh tubuh yaitu

jam 08.00 – 09.00 pagi.

h. Setelah 7 hari pemberian air rebusan daun alpukat peneliti kembali

melakukan pengukuran tekanan darah 10-15 menit setelah responden

meminum rebusan daun alpukat di hari ke 7.

i. Kemudian dilihat apakah ada pengaruh penurunan tekanan darah

sebelum dan sesudah diberikan air rebusan daun alpukat.

j. Melakukan rekapitulasi responden.

3.7 Defenisi Operasional

Defenisi Operasional adalah defenisi berdasarkan karakteristik yang diamati dari

sesuatu yang didefenisikan tersebut (Nursalam, 2011).


45

Tabel. 4. Defenisi Operasional


Variabel Defensi Operasional Alat Ukur Skala Hasil Ukur
Independen Daun Alpukat Gelas Ukur, Gelas SOP -
(Air Rebusan diperoleh dari pohon sedang (200 ml)
Daun Alpukat dengan
Alpukat) kondisi warna daun
hijau tua.
Dependen Tekanan darah yang Spigmomanometer Rasio MAP (Mean
(Tekanan diperoleh dari hasil kompas, dan Arterial
Darah) pengukuran dengan stetoskop Pressure)
menggunakan MAP=
spigmomanometer (2xdiastolik)
dan stetoskop + sistolik)
3

3.8 Analisa Data

Analisa Data adalah kegiatan dalam penelitian dengan melakukan

analisisang meliputi : persiapan, tabulasi, dan aplikasi data, selain itu pada tahap

analisa data dapat menggunakan uji statistik yang digunakan dalam penelitian bila

data tersebut harus diuji dengan uji statistik (Hidayat, 2003). Setelah dilakukan

pengumpulan data, selanjutnya dilakukan pengolahan dengan langkah-langkah

sebagai berikut :

1. Pengolahan Data

a. Pengeditan Data (Data editing)

Yaitu melakukan pemeriksaan terhadap semua data yang telah diberikan

pada responden.

b. Pengkodean Data (Data coding)

Yaitu penyusunan secara sistematis data mentah yang diperoleh kedalam

bentuk tertentu (berupa angka) sehingga mudah diolah dengan komputer

c. Pemindahan Data Kekomputer (Entering data)

Yaitu pemindahan data yang telah diubah menjadi kode (berupa angka).
46

d. Scoring

Skoring yaitu melakukan penilaianuntuk jawaban dari responden untuk

mengukur aktivitas fisik.

e. Tabulating

Tabulating adalah mengelompokkan data ke dalam satu tabel tertentu

menurut sifat-sifat yang dimiliki. Pada data ii dianggap bahwa data telah

diproses sehingga harus segera disusun dalam suatu pola format yang

telah dirancang.

2. Penyajian Data (Data output)

Hasil pengolahan data dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk angka

(berupa tabel).

3.9 Uji Statistik

3.9.1 Analisa Univariat

Analisa Univariat dilakukan untuk menjelaskan atau mendeksripsikan

karakteristik setiap variabel penelitian ( Notoatmodjo, 2010). Analisa Univariat

digunakan untuk menjabarkan secara deskriptif mengenai distribusi frekuensi dan

proporsi masing-masing variabel yang diteliti, baik variabel independent maupun

variabel dependent. Analisa Univariat digunakan untuk melihat distribusi

frekuensi karakteristik demografi penderita hipertensi, tekanan darah sebelum

diberikan air rebusan daun alpukat pada responden, dan tekanan darah sesudah

diberikan air rebusan daun alpukat.


47

3.9.2 Analisa Bivariat

Analisa Bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga

berhubungan atau berkorelasin (Notoatmodjo, 2010). Dalam menganalisa data

peneliti menggunakan uji wilcoxon, yaitu untuk mengetahui perbedaan 1

kelompok sebelum dan sesudah, sebelumnya dilakukan uji normalitas data untuk

mengetahui apakah data bedistribusi normal dan kemudian dilakukan uji statistik

t-test dependen dengan derajat kepercayaan α=0,05.


BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian

Puskesmas Hutaimbaru Padangsidimpuan beralamat di Jl. Lintas

Hutaimbaru, Kecamatan Padangsidimpuan Hutaimbaru. Jenis (type) : Non

Perawatan. Lokasi Puskesmas Hutaimbaru yang dekat dengan pemukiman

penduduk desa dan kota memudahkan masyarakat setempat untuk berobat ke

puskesmas hutaimbaru. Di Puskesmas Hutaimbaru terdapat pelayanan kesehatan

setiap satu bulan sekali kegiatan posyandu lansia, posyandu balita yang masing-

masing dibantu oleh perawat dan bidan.

4.2 Hasil Analisa Data

4.2.1 Analisa Univariat

Analisa univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian.

Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan persentase

dari tiap variabel (Notoatmodjo,2010). Hasil penelitian yang berjudul “pengaruh

pemberian air rebusan daun alpukat terhadap penurunan tekanan darah tinggi pada

lansia dengan hipertensi di wilayah kerja puskesmas hutaimbaru

padangsidimpuan” di peroleh dengan cara melakukan observasi dan pengukuran

secara lansung kepada responden yang berada di puskesmas hutaimbaru yaitu

sebanyak 20 orang.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada 20 responden di

puskesmas hutaimbaru, maka diperoleh data karakteristik responden mencakup

umur, jenis kelamin dan pekerjaan.

48
49

Tabel 5 Hasil Analisis Karakteristik Responden Berdasarkan Umur dan


Jenis Kelamin
Variabel Frekuensi Persentase %
1. Usia
60-64 5 25,0
65-69 15 75,0
2. Jenis Kelamin
Laki-laki 9 45,0
Perempuan 11 55,0
Total 20 100
Berdasarkan tabel 5 ditemukan mayoritas responden usia 65-69 tahun

yaitu sebanyak 15 orang (75,0%). Selain usia juga dapat dilihat berdasarkan jenis

kelamin paling banyak yaitu pada jenis kelamin perempuan sebanyak 11 orang

(55,0%).

Tabel 6 Distribusi Frekuensi Tekanan Darah Responden Sebelum Intervensi


Di Puskesmas Hutaimbaru
Variabel N Mean Median SD Min Max
Eksperimen
Tekanan 20 4,5500 4,5000 2,01246 1,00 7,00
darah pre
Berdasarkan tabel. 6 diatas distribusi frekuensi yang menderita hipertensi

sebelum diberikan air rebusan daun alpukat berada pada hipertensi tingkat dua

(sedang) dengan nilai rata-rata 4,5500 dengan standar devisia 2,01246.

Tabel 7 Distribusi Frekuensi Tekanan Darah Responden Sesudah Intervensi


Di Puskesmas Hutaimbaru
Variabel N Mean Median SD Min Max
Eksperimen
Tekanan
20 5,1500 5,0000 2,64127 1,00 9,00
darah post
Berdasarkan tabel. 7 diatas distribusi frekuensi yang menderita hipertensi

sesudah diberikan air rebusan daun alpukat mengalami penurunan dan berada

pada hipertensi tingkat satu (ringan) dengan nilai rata-rata 5,1500 dengan standar

devisia 2,64127.
50

4.2.2 Analisa Bivariat

Analisa bivariat akan menguraikan ada tidaknya perbedaan rata-rata

frekuensi tekanan darah sebelum dan sesudah dilakukan pemberian daun alpukat

pada kelompok eksperimen. Sebelum dilakukan analisa bivariat terlebih dahulu

dilakukan uji normalitas data dengan uji shapiro-wilk pada tekanan darah pre dan

post pemberian daun alpukat.

4.2.3 Uji Normalitas Data

Tabel 8 Uji Normalitas Data Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah


Dilakukan Pemberian Air Rebusan Daun Alpukat
Variabel Kelompok N Mean Z
Eksperimen -1,994b
20
Tekanan Darah Pre 4,5500
Post 5,1500

Berdasarkan tabel 8 diatas dapat disimpulkan tekanan darah sebelum dan

sesudah dilakukan pemberian air rebusan daun alpukat nilai p value > 0.05

sehingga data tidak berdistribusi normal dengan nilai Z -1,994b. Data yang tidak

berdistribusi normal, uji hipotesis penelitian menggunakan uji komperatif non

parametrik yaitu uji wilcoxon.

4.2.4 Uji Wilcoxon

Tabel 9 Perbandingan Sebelum dan Sesudah Diberikan Air Rebusan Daun


Alpukat pada Kelompok Eksperimen
Variabel Mean Selisi SD Min Max P-value N
h
Mean
Eksperimen
Tekanan Darah 4,5500 2,01246 1,00 7,00 20
pre 0,6
,046
5,1500 20
Tekanan Darah 2,64127 1,00 9,00
post
Berdasarkan tabel 9 dari hasil Uji wilcoxon diperoleh rata-rata tekanan

darah sebelum adalah 4,5500 dan rata-rata tekanan darah sesudah adalah 5,1500.
51

Dari hasil uji wilcoxon dapat dilihat adanya penurunan dengan hasil p-value 0,046

< 0,05. Hal ini berarti Ho ditolak artinya ada pengaruh yang signifikan antara

tekanan darah sebelum dan sesudah diberikan air rebusan daun alpukat.
BAB 5

PEMBAHASAN

5.1 Gambaran Karakteristik

Berdasarkan hasil penelitian frekuensi usia lansia yang berumur 60-64

sebanyak 5 orang (25%) dan frekuensi usia lansia yang berumur 65-69 sebanyak

15 orang (55%). Dari penelitian yang dilakukan selama 7 hari tekanan darah

berdasarkan kelompok umur, pada usia 65-69 tahun cenderung meningkat seiring

bertambahnya usia, hal ini terjadi karena penurunan fungsi organ serta perubahan

anatomi tubuh pada lansia. Dan salah satu upaya pencegahan hipertensi yaitu

dengan mengkonsumsi air rebusan daun alpukat.

Menurut Kartika (2017) yang menyebutkan bahwa hipertensi lebih banyak

terjadi pada usia 65-69 tahun karena pada usia ini terjadi penebalan dan kekakuan

pada dinding arteri yang menyebabkan penyempitan pada pembuluh darah

sehingga kerja jantung lebih keras untuk memompa darah dan mengakibatkan

tekanan darah menjadi naik.

Setelah dilakukan penelitian penyakit hipertensi cenderung lebih tinggi

menyerang pada perempuan dibandingkan dengan laki-laki, dan dilihat dari hasil

penelitian dapat diketahui bahwa jenis kelamin laki-laki sebanyak 9 orang (45%)

dan minoritas berjenis kelamin perempuan sebanyak 11 orang (55%) yang

menggambarkan bahwa jenis kelamin juga merupakan faktor yang dapat

meningkatkan tekanan darah dikarenakan semakin dekat dengan masa menopause.

Dan dilihat dari usia responden, responden perempuan dalam penelitian ini sudah

memasuki masa menopause. Peningkatan tekanan darah pada perempuan

52
53

umumnya meningkat setelah menopause. Mereka yang sudah menopause

memiliki resiko hipertensi yang lebih tinggi karena perubahan hormone pada saat

menopause menyebabkan perempuan mengalami peningkatan berat badan dan

mengalami sensitifitas terhadap garam sehingga berpotensi menyebabkan

peningkatan tekanan darah.

Sejalan dengan hasil penelitian Renika Mega (2017) perbandingan antara

responden laki-laki dan perempuan pada penelitian ini lebih banyak perempuan

yang menderita hipertensi dibandingkan responden laki-laki yaitu responden

berjenis kelamin perempuan 69% dan berjenis kelamin laki-laki 32% yang

memperkuat bahwa peningkatan tekanan darah pada lansia perempuan umumnya

meningkat setelah menopouse.

Berdasarkan hasil penelitian Sri Ayu (2017) tekanan darah sebelum

pemberian air rebusan daun alpukat keseluruhan (100%) responden mengalami

stage 2 hipertensi, dan tekanan darah setelah diberikan air rebusan daun alpukat

untuk pengukuran pada hari ke 7 sebagian besar responden mengalami penurunan

tekanan darah (94,4%). Air rebusan daun alpukat terbukti menurunkan tekanan

darah dikarenakan kandungan flavonoid bersifat diuretik dengan cara kerjanya

yaitu mengeluarkan sejumlah cairan elektrolit maupun zat-zat yang bersifat toksik

sehingga jumlah air dan garam dalam tubuih berkurang dan membuat pembuluh

darah menjadi longgar yang menyebabkan tekanan darah perlahan-lahan menurun.

Sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan selama 7 hari di wilayah

kerja Puskesmas Hutaimbaru Kota Padangsidimpuan didapatkan hasil sebelum

diberikan air rebusan daun alpukat yang menderita hipertensi darurat sebanyak 4
54

orang dan setelah diberikan air rebusan daun alpukat yang menderita hipertensi

darurat mengalami penurunan tekanan darah menjadi hipertensi ringan dan

sedang. Sementara itu pada penderita hipertensi tingkat 2 (sedang) sesudah

diberikan air rebusan daun alpukat mengalami penurunan tekanan darah menjadi

hipertensi ringan hingga ke normal.

5.2 Pengaruh Pemberian Air Rebusan Daun Alpukat Terhadap Penurunan

Tekanan Darah Pada Lansia Dengan Hipertensi

Berdasarkan hasil analisis wilcoxon pada tabel 9 dapat disimpulkan bahwa

terdapat pengaruh pemberian air rebusan daun alpukat terhadap penurunan

tekanan darah dengan nilai p-value<0,05.

Penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik responden disebabkan oleh

adanya senyawa kimia dalam daun alpukat yang diketahui berperan aktif dalam

mekanisme antihipertensi yaitu: flavonoid yang merupakan senyawa yang dapat

melindungi tubuh dari radikal bebas melalui mekanisme antioksidan dan mampu

memperbaiki fungsi endotel dan menghambat agregasi platelet sehingga efek

tersebut menjadi keuntungan flavonoid sebagai pengurangan resiko penyakit

kardiovaskuler. Flavonoid juga mengurangi kandungan kolesterol serta

mengurangi penimbunan lemak pada dinding pembuluh darah. Senyawa kedua

pada daun alpukat adalah saponin yang memiliki khasiat diuretik dengan

menurunkan volume plasma dengan cara mengeluarkan air dan elektrolit terutama

natrium, sehingga pada akhirnya cardiac output menurun. Senyawa terakhir yang

terdapat pada daun alpukat adalah Alkaloid yang berfungsi sebagi zat antioksidan

yang didukung oleh peneliti uji antioksidan. Alkaloid berfungsi sama dengan
55

obat-obatan β-blocker mempunyai khasiat inotropik negatif dan kronotropik

negatif terhadap jantung. Akibatnya adalah penurunan curah jantung, turunnya

denyut jantung dan kurangnya kekuatan kontraksi dari miokardium. Resistensi

perifer terkadang naik, terkadang juga tetap. Pengurangan cardiac output yang

kronik menyebabkan resistensi perifer menurun, hal tersebut menyebabkan

penurunan tekanan darah.

Hasil penelitian Aisyah (2018) mendapatkan hasil penelitian tekanan darah

sistole dengan nilai p value sebesar 0,001 (p<0,05) dan tekanan darah diastole

dengan nilai p value sebesar 0,03 (p<0,05) yang berarti Ha diterima yaitu terdapat

pengaruh sesudah pemberian air rebusan daun alpukat.

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa pemberian air rebusan

daun alpukat terhadap perubahan tekanan darah pada lansia hipertensi

memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perubahan tekanan darah pada

lansia penderita hipertensi.


BAB 6

PENUTUP

1.1 Kesimpulan

Setelah dilakukan penelitian tentang “Pengaruh pemberian air rebusan

daun alpukat terhadap penurunan tekanan darah tinggi pada lansia dengan

hipertensi” maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Hasil penelitan karakteristikresponden, mayoritas responden paling

banyak pada usia 65-69 tahun yaitu 15 orang, dan responden terbanyak

adalah berjenis kelamin perempuan yaitu 11 orang.

2. Hasil penelitian menunjukkan tekanan darah pada kelompok ekperimen

sebelum pemberian air rebusan daun alpukat yaitu rata-rata 4,5500.

3. Hasil penelitian menunjukkan tekanan darah pada kelompok eksperimen

sebelum pemberian air rebusan daun alpukat yaitu rata-rata bernilai

5,1500.

4. Pengaruh sesudah pemberian air rebusan daun alpukat dengan

menggunakan uji wilcoxon diperoleh nilai (p-value<0,05), artinya ada

pengaruh signifikan dari pemberian air rebusan daun alpukat terhadap

penurunan tekanan darah.

1.2 Saran

1. Bagi peneliti

Diharapkan hasil penelitian ini bisa memberikan informasi tentang

pentingnya melakukan pencegahan atau pengobatan hipertensi.

2. Bagi masyarakat

56
57

Bagi masyarakat dapat lebih aktif dan termotivasi untuk mengkonsumsi

obat non-farmakologi dengan memanfaatkan tumbuhan yang ada salah

satunya mengkonsumsi air rebusan daun alpukat.

3. Bagi tempat peneliti

Bagi tempat peneliti dapat menerapkan dan mengkonsumsi air rebusan

daun alpukat sebagai bahan alternatif yang praktis mencegah menurunkan

tekanan darah.

4. Bagi peneliti selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya agar dapat mengembangkan lebih lanjut

mengenai air rebusan daun alpukat sebagai obat non farmakologis untuk

mempercepat penurunan tekanan darah.


DAFTAR PUSTAKA

Afdhal, R. (2012). Perbedaan Pengaruh Pemberian Seduhan Daun Alpukat


(Persea Gratissima Gaerth) Terhadap Tekanan Darah pada Pasien
Hipertensi Laki-laki yang Perokok dengan Bukan Perokok di Wilayah Kerja
Puskesmas Padang Pasir Kota.
Anitasari. (2019). Hari Hipertensi Dunia 2019 : “Know Your Number,
Kendalikan Tekanan Darahmu dengan CERDIK.” Retrieved April 17, 2020,
from Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular
website: http://p2ptm.kemkes.go.id/kegiatan-p2ptm/pusat-/hari-hipertensi-
dunia-2019-know-your-number-kendalikan-tekanan-darahmu-dengan-
cerdik.
Badan Pusat Statistik, 2019. Statistik Penduduk Lanjut Usia 2018, Jakarta : Badan
Pusat Statistik.
Bangun, A.P. (2006). Sehat dan Bugar Pada Usia Lanjut Dengan Jus Buah dan
Sayuran. Tangerang: ArgoMedia Pustaka.
Depkes RI. 2009. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Kartika, R.M., et.al (2017). Pengaruh Pemberian Seduhan Daun Alpukat
Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Dengan Hipertensi Di
dukuh Peniten Dan Sinom Desa Karanganom.
Kemenkes R.I 2018, Laporan Nasional Riskesdas 2018, Jakarta: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.
Kemenkes RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar 2013. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Margowati, Sri dan Wiharyani, Mita. 2016. Efektivitas Penggunaan Rebusan
Daun Alpukat dalam Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia di Dusun
Tempuran. Jurnal University Research Coloquium.
Muhammad, AS. (2010). Hidup Bersama Hipertensi. Yogyakarta : Kanusius.
Nababan, Eva, Citra, Martina. 2011. Pengaruh Air Rebusan Dun Alpukat (Persea
Americana Mill) Terhadap Kadar Kolesterol Total pada Ibu-Ibu Penderita
Hiperkolesterolemia Ringan di Desa Cihanjuang Rahayu. Jurnal Fakultas
Ilmu Keperawatan Universitas Advent Indonesia.
Nur, S.A., et.al (2018). Pengaruh Pemberian Rebusan Daun Alpukat Terhadap
Tekanan Sarah Pasien Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas
Kota Padang Tahun 2018. Volime 1 Nomor 2
https://jurnal.syedzasaintika.ac.id.
Paramawati, R., & Dumilah, D.R. 2016. Khasiat Ajaib Daun Avokad. Jakarta:
Penebar Swadaya.
Pos, S., 2017. Sumut Pos. [Online] Available at:
http//sumutpos.co/2017/11/15/penderita-hipertensi-di-sumut-mencapaip50-
ribu-lebih/.
Potter,P.A., Perry, A.G., (2009). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta:
EGC.
Republik Indonesia, K.k., 2014. Data Proponsi Sumatera Utara Riset Kesehatan
Dasar Balitbangkes, Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Triyanto, E. 2014. Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita Hipertensi Secara
Terpadu. Yogyakarta: Graha Ilmu.
United Nations Population Division. World Population Prospects. The 2019
Revision. New York: United Nations; 2019.
WHO. 2014. Hypertension Fact Sheet. World Health Organization. Geneva.
Yusri, V. (2019). Judul Pengaruh Pemberian Daun Alpukat Terhadap Penurunan
Tekanan Darah Pasien Hipertensi Primer Di Wilayah Kerja Puskesmas
Nanggal. Vol. XIII No.5 April 2019.
Lampiran 1

Standart Prosedur Operasional (SOP) Rebusan Daun Alpukat

Menurut Mantong, 2017 :

a. Defenisi

Daun ini secara empiris dipercayai sebagai diuretik yaitu menambah volume urin

yang dihasilkan saat urinasi untuk mengurangi tekanan darah.

b. Tujuan

Untuk menurunkan tekanan darah

c. Prosedur pembuatan rebusan daun alpukat

1) Alat dan bahan

2. Daun alpukat 5-7 lembar yang berwarna hijau tua.

3. Panci.

4. Saringan.

5. Kompor.

6. Gelas ukur (200 ml).

7. Air 200 ml.

2) Cara membuat rebusan daun alpukat pada hipertensi

1. Siapkan 5-7 lembar daun alpukat bagian bawah yang berwarna hijau tua

2. Cuci bersih daun alpukat.

3. Rebus daun alpukat dalam 1 gelas air bersih (200 ml).

4. Tunggu hingga mendidih atau sekitar 5 menit.

5. Angkat dan saring rebusan daun alpukat.

6. Tunggu sampai dingin.

7. Minum setiap hari (di pagi hari) selama 7 hari dengan dosis 1 gelas (200

ml) sebelum makan.


Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN SETELAH


MENDAPATKAN PENJELASAN (INFORMED CONSENT)

Setelah mendapatkan penjelasan mengenai maksud dan tujuan


dilakukannya penelitian ini, maka saya bersedia menjadi responden pada kegiatan
penelitian yang akan dilakukan oleh saudari Cindi Ayu Lestari, mahasiswa
Program Studi Keperawatan Program Sarjana Universitas Aufa Royhan
peminatan Keperawatan Gerontik.

Demikian persetujuan ini saya tanda tangani dengan sukarela tanpa


paksaan dari siapapun.

Padangsidimpuan, 2021

Responden

(.........................................................)

Nama & Tanda Tangan


Lampiran 7

SURAT PERNYATAAN BERSEDIA BERPARTISIPASI SEBAGAI


RESPONDEN PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

Alamat :

Telepon :

Setelah mendapat penjelasan dari peneliti, dengan ini saya menyatakan bersedia
berpartisipasi menjadi responden dalam penelitian yang berjudul “Pengaruh
Pemberian Air Rebusan Daun Alpukat Terhadap Penurunan Tekanan Darah
Tinggi pada Lansia dengan Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Hutaimbaru
Padangsidimpuan Tahun 2021”

Adapun bentuk ketersediaan saya ini adalah :

1. Meminum rebusan daun alpukat sesuai dengan tata caranya.


2. Pengecekan tekanan darah saya sampai peneliti selesai.

Demikian surat pernyataan ini saya buat, untuk dapat dipergunakan sebagaimana
mestinya.

Padangsidimpuan, 2021

Mengetahui Peneliti Responden Peneliti

Cindi Ayu Lestari Nama & Tanda Tangan


Lampiran 8

Lembar Observasi

Pengaruh Pemberian Air Rebusan Daun Alpukat Terhadap Penurunan


Tekanan Darah Tinggi pada Lansia dengan Hipertensi di Wilayah Kerja
Puskesmas Hutaimbaru Padangsidimpuan Tahun 2021

Kelompok

Sampel Penelitian TD Pre-Test TD Post-Test


Responden 1
Responden 2
Responden 3
Responden 4
Responden 5
Responden 6
Responden 7
Responden 8
Responden 9
Responden 10
Responden 11
Responden 12
Responden 13
Responden 14
Responden 15
Responden 16
Responden 17
Responden 18
Responden 19
Responden 20
Lampiran 9
Statistics
Umur Jenis Kelamin Pekerjaan MAP 1 MAP 2
N Valid 20 20 20 20 20
Missing 0 0 0 0 0

Jenis Kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Laki-laki 9 45,0 45,0 45,0
Perempuan 11 55,0 55,0 100,0
Total 20 100,0 100,0

Umur
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 60-64 5 25,0 25,0 25,0
65-69 15 75,0 75,0 100,0
Total 20 100,0 100,0

UJI NORMALITAS

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Tekanan darah 1 20 100,0% 0 0,0% 20 100,0%
Tekanan darah 2 20 100,0% 0 0,0% 20 100,0%

Descriptives
Statistic Std. Error
Tekanan darah 1 Mean 4,5500 ,45000
95% Confidence Interval for Lower Bound 3,6081
Mean Upper Bound 5,4919
5% Trimmed Mean 4,6111
Median 4,5000
Variance 4,050
Std. Deviation 2,01246
Minimum 1,00
Maximum 7,00
Range 6,00
Interquartile Range 3,00
Skewness -,339 ,512
Kurtosis -1,119 ,992
Tekanan darah 2 Mean 5,1500 ,59061
95% Confidence Interval for Lower Bound 3,9138
Mean Upper Bound 6,3862
5% Trimmed Mean 5,1667
Median 5,0000
Variance 6,976
Std. Deviation 2,64127
Minimum 1,00
Maximum 9,00
Range 8,00
Interquartile Range 5,50
Skewness -,237 ,512
Kurtosis -1,396 ,992

UJI WILCOXON

Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
Tekanan darah 2 - Tekanan Negative Ranks 5a 8,30 41,50
darah 1 Positive Ranks 13b 9,96 129,50
Ties 2c
Total 20
a. Tekanan darah 2 < Tekanan darah 1
b. Tekanan darah 2 > Tekanan darah 1
c. Tekanan darah 2 = Tekanan darah 1
Test Statisticsa
Tekanan darah
2 - Tekanan
darah 1
Z -1,994b
Asymp. Sig. (2-tailed) ,046
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on negative ranks.
MASTER TABEL PENGARUH PEMBERIAN AIR REBUSAN DAUN
ALPUKAT TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH TINGGI
PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI

NO UMU K JK K TD Klasifikasi TD Klasifikasi


R O O SEBELUM SESUDAH
D D
E E
1 69 2 Laki-laki 1 160/100 Hipertensi Tingkat 2 140/90 Hipertensi Tingkat 1
2 68 Perempua 170/100 Hipertensi Tingkat 2 160/100 Hipertensi Tingkat 2
2
n 2
3 65 Perempua 150/90 Hipertensi Tingkat 1 130/80 Normal
2
n 2
4 65 Perempua 170/100 Hipertensi Tingkat 2 160/90 Hipertensi Tingkat 2
2
n 2
5 69 Perempua 160/90 Hipertensi Tingkat 2 150/90 Hipertensi Tingkat 1
2
n 2
6 60 Perempua 180/100 Hipertensi Darurat 160/90 Hipertensi Tingkat 2
1
n 2
7 60 Perempua 150/90 Hipertensi Tingkat 1 140/80 Hipertensi Tingkat 1
1
n 2
8 68 Perempua 170/90 Hipertensi Tingkat 2 160/90 Hipertensi Tingkat 2
2
n 2
9 69 Perempua 180/100 Hipertensi Darurat 160/100 Hipertensi Tingkat 2
2
n 2
10 63 Perempua 170/100 Hipertensi Tingkat 2 160/90 Hipertensi Tingkat 2
1
n 2
11 66 2 Laki-laki 1 160/90 Hipertensi Tingkat 2 140/80 Hipertensi Tingkat 1
12 66 Perempua 160/90 Hipertensi Tingkat 2 150/80 Hipertensi Tingkat 1
2
n 2
13 65 2 Laki-laki 1 170/100 Hipertensi Tingkat 2 150/90 Hipertensi Tingkat 1
14 60 Perempua 180/100 Hipertensi Darurat 160/100 Hipertensi Tingkat 2
1
n 2
15 62 1 Laki-laki 1 150/100 Hipertensi Tingkat 1 130/80 Normal
16 67 2 Laki-laki 1 160/100 Hipertensi Tingkat 2 150/90 Hipertensi Tingkat 1
17 68 2 Laki-laki 1 170/100 Hipertensi Tingkat 2 160/100 Hipertensi Tingkat 2
18 66 2 Laki-laki 1 160/100 Hipertensi Tingkat 2 140/80 Hipertensi Tingkat 1
19 65 2 Laki-laki 1 160/90 Hipertensi Tingkat 2 150/80 Hipertensi Tingkat 1
20 69 2 Laki-laki 1 180/100 Hipertensi Darurat 170/100 Hipertensi Tingkat 2
Keterangan :

Usia Jenis Kelamin

1 = 60-64 Tahun 1 = Laki-laki

2 = 65-69 2 = Perempuan
Lampiran 11

Anda mungkin juga menyukai