Anda di halaman 1dari 10

KATA PENGANTAR

Segala puji atas rahmat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan kesehatan dan
kesempatan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “imunodefisiensi”
tepat pada waktunya.
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata ajaran Keperawatan
Medikal Bedah II. Adapun bahan makalah kami kutip dari beberapa sumber yang terdapat
dalam
daftar pustaka. Kami menyadari bahwa makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan, oleh
karena
itu kami mengharapkan saran dan kritik untuk perbaikan yang akan datang.
Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan.
Serang, 29 september 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................
1.3 Tujuan dan Manfaat……………………………………………………….
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Gambaran Umum.........................................................................................
2.2 Pengertian.....................................................................................................
2.3 Klasifikasi.....................................................................................................
2.4 Etiologi ........................................................................................................
2.5 Tanda dan Gejala…………………………………………………………..
2.6 Patofisiologi………………………………………………………………..
2.7 Pemeriksaan Penunjang……………………………………………………
2.8 Pengobatan dan Pencegahan……………………………………………….
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan...................................................................................................
3.2 Saran.............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sesuai dengan diktum bahwa “segala sesuatu dapat saja berjalan secara salah”, maka
telah diketahui beberapa keadaan defisiensi imun pada manusia yang bukan sebagai akibat
faktor
lingkungan. Keterkaitan komplemen antibodi dan sel fagosit membentuk dasar mekanisme
terhadap infeksi progenik oleh bakteri yang memerlukan opsonisasi sebelum fagositosis.
Karena
itu tak mengherankan defisiensi salah satu faktor tadi merupakan predisposisi bagi seseorang
mengalami infeksi berulang. Penderita dengan defisiensi sel-T tentu mempunyai pola infeksi
yang berbeda. Penderita ini peka terhadap infeksi virus dan jamur yang biasanya dapat
dieliminasi oleh imunitas selular. Insiden keganasan yang meningkat dan autoantibodi
dengan
atau tanpa penyakit autoimun telah ditemukan pada penderita-penderita yang mengalami
defisiensi imun. Namun hubungan keadaan ini belum jelas, meski kegagalan pengaturan sel T
atau ketidakmampuan mengontrol infeksi virus merupakan salah satu penjelasan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah gambaran umum sistem imun
2. Apa pengertian imunodefisiensi
3. Apa saja klasifikasi imunodefisiensi
4. Bagaimakakah etiologi imunodefisiensi
5. Apa saja tanda dan gejala imunodefisiensi
6. Bagaimana patofisiologi imunodefisiensi
7. Apa saja pemeriksaan penunjang imunodefisiensi
8. Bagaimana Pengobatan dan pencegahan imunodefisiensi
1.3 Tujuan dan Manfaat
Dari rumusan masalah yang telah disebutkan, penulis kembali menetapkan tujuan dan
manfaat penulisan makalah ini,diantaranya:
1. Untuk mengetahui gambaran umum system imun
2. Untuk mengetahui pengertian imunodefisiensi
3. Untuk mengetahui klasifikasi imunodefisiensi
4. Untuk mengetahui etiologi imunodefisiensi
5. Untuk mengetahui tanda dan gejala imunodefisiensi
6. Untuk mengetahui patofisiologi imunodefisiensi
7. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang imunodefisiensi
8. Untuk mengetahui pengobatan dan pencegahan imunodefisiensi
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Gambaran Umum Sistem Imun
Imunitas adalah kekebalan terhadap penyakit, terutama penyakit infeksi.Imun sistem
adalah semua hal yang berperan dalam proses imun seperti sel, protein, antibody dan
sitokin/kemokin. Fungsi utama sistem imun adalah pertahanan terhadap infeksimikroba,
walaupun substansi non infeksious juga dapat meningkatkan kerja sistem imun.Respon imun
adalah proses pertahanan tubuh terhadap semua bahan asing, yang terdiri dari sistem imun
non
spesifik dan spesifik.
1) Imunitas Non Spesifik
Imunitas non spesifik merupakan respon awal terhadap mikroba untuk
mencegah,mengontrol dan mengeliminasi terjadinya infeksi pada host,
merangsangterjadinya imunitas spesifik untuk mengoptimalkan efektifitas kerja dan
Hanya bereaksi terhadap mikroba ,bahan-bahan akibat kerusakan sel (heat shock
protein) dan memberikan respon yang sama untuk infeksi yang berulang.
2) Komponen-komponen yang Berperan dalam Sistem Imun
1. Barier Sel Epitel
Sel epitel yang utuh merupakan barier fisik terhadap mikroba dari lingkungan
dan menghasilkan peptida yang berfungsi sebagai antibodi natural. Didalam sel
epitel barier juga terdapat sel limfosit T dan B, tetapi diversitasnya lebih rendah
daripada limfosit T dan B pada sistem imun spesifik. Sel T limfosit intra epitel
akan menghasilkan sitokin, mengaktifkan fagositosis dan selanjutnya melisiskan
mikroorganisme. Sedangkan sel B limfosit intra epitel akan menghasilkan IG M.
2. Neutrofil dan Makrofag
Ketika terdapat mikroba dalam tubuh, komponen pertama yang bekerja adalah
neutrofil dan makrofag dengan cara ingesti dan penghancuran terhadap mikroba
tersebut. Hal ini di karenakan makrofag dan neutrofil mempunyai reseptor di
permukaannya yang bisa mengenali bahan intraselular (DNA),endotoxin dan
lipopolisakarida pada mikroba yang selanjutnya mengaktifkan aktifitas
antimikroba dan sekresi sitokin.
3. NK Sel
NK sel mampu mengenali virus dan komponel internal mikroba. NK sel
diaktifasi oleh adanya antibodi yang melingkupi sel yang terinfeksi virus, bahan
intrasel mikroba dan segala jenis sel yang tidak mempunyai MCH class I.
Selanjutnya NK sel akan menghasilkan porifrin dan granenzim untuk
merangsang terjadinya apoptosis.
2.2 Pengertian Imunodefisiensi
Imunodefisiensi adalah keadaan dimana terjadi penurunan atau ketiadaan respon imun
normal. Keadaan ini dapat terjadi secara primer, yang pada umumnya disebabkan oleh
kelainan
genetik yang diturunkan, serta secara sekunder akibat penyakit utama lain seperti infeksi,
pengobatan kemoterapi, sitostatika, radiasi, obat-obatan imunosupresan (menekan sistem
kekebalan tubuh) atau pada usia lanjut dan malnutrisi (Kekurangan gizi).
2.3 Klasifikasi
Imunodefisiensi terbagi menjadi dua, yaitu imunodefisiensi primer yang hampir selalu
ditentukan faktor genetik. Sementara imunodefisiensi sekunder bisa muncul sebagai
komplikasi
penyakit seperti infeksi, kanker, atau efek samping penggunaan obat-obatan dan terapi.
1. Imunodefisiensi Primer
Para peneliti telah mengidentifikasi lebih dari 150 jenis imunodefisiensi primer.
Imunodefisiensi dapat mempengaruhi limfosit B, limfosit T, atau fagosit. Gangguan
imunodefisiensi, diantaranya:
Defisiensi IgA (imunoglobulin)
Imunoglobin ditemukan terutama di air liur dan cairan tubuh lain sebagai
perlindungan pertama tubuh. Penyebabnya genetik maupun infeksi toksoplasma,
virus cacar, dan virus lainnya. Orang yang kekurangan IgA cenderung memiliki alergi
atau mengalami pilek dan infeksi pernapasan lain walaupun tidak parah.
Granulomatos kronis (CGD)
Penyakit imunodefisiensi yang diwariskan sehingga penderitanya rentan terhadap
infeksi bakteri atau jamur tertentu. Penderitanya tidak dapat melawan infeksi kuman
yang umumnya ringan pada orang normal.
Bruton's Agammaglobulinemia
Kelainan yang ditandai kegagalan prekursor limfosit B karena cacat pada gen
kromosom X. Penyakit ini paling sering ditemukan pada pria walaupun secara
sporadik terjadi juga pada wanita. Penyakit mulai terlihat pada usia 6 bulan setelah
imunoglobin maternal mulai habis.
Severe combined immunodeficiency (SCID)
SCID adalah gangguan sistem kekebalan tubuh serius karena limfosit B dan limfosit
T. Mereka yang kekurangan hampir mustahil melawan infeksi. Bayi yang mengalam
SCID umumnya mengalami kandidiasis oral, diaper rash, dan kegagalan berkembang.
Sindroma DiGeorge (thymus displasia)
Sindrom cacat lahir dengan penderita anak-anak yang lahir tanpa kelenjar timus.
Tanda sindroma ini antara lain menurunnya level sel T, tetanus, dan cacat jantung
bawaan. Telinga, wajah, mulut dan wajah dapat menjadi abnormal.
Sindroma Chediak-Higashi
Ditandai dengan ketidakmampuan neutrofil untuk berfungsi sebagai fagosit secara
normal.
Hyper IgM syndrome
Penyakit ini ditandai dengan produksi IgM tetapi defisiensi IgA dan IgE. Akibatnya
terjadi cacat pada respon imun sel T helper dan maturasi sel B dalam sekresi
imunoglobin terhambat.
Wiskott -Aldrich Syndrome
Penyakit yang terkait dengan kromosom X ditandai dengan trombositopenia, eksema,
dan rentan infeksi sehingga menyebabkan kematian dini.
2. Imunodefisiensi Sekunder
Penyakit ini berkembang umumnya setelah seseorang mengalami penyakit. Penyebab
yang lain termasuk akibat luka, kurang gizi atau masalah medis lain. Sejumlah obat-
obatan juga menyebabkan gangguan pada fungsi kekebalan tubuh. Immunodefisiensi
sekunder, diantaranya:
Infeksi
HIV (human immunodeficiency virus) dan AIDS (acquired immunodeficiency
syndrome) adalah penyakit umum yang terus menghancurkan sistem kekebalan tubuh
penderitanya. Penyebabnya adalah virus HIV yang mematikan beberapa jenis limfosit
yang disebut sel T-helper. Akibatnya, sistem kekebalan tubuh tidak dapat
mempertahankan tubuh terhadap organisme biasanya tidak berbahaya. Pada orang
dewasa pengidap AIDS, infeksi HIV dapat mengancam jiwa.
Kanker
Pasien dengan kanker yang menyebar luas umumnya mudah terinfeksi
mikroorganisma. Tumor bone marrow dan leukimia yang muncul di sumsum tulang
belakang dapat mengganggu pertumbuhan limfosit dan leukosit. Tumor juga
menghambat fungsi limfosit seperti pada penyakit Hodgkin.
Obat-obatan
Beberapa obat menekan sistem kekebalan tubuh, seperti obat kemoterapi yang tidak
hanya menyerang sel kanker tetapi juga sel-sel sehat lainnya, termasuk dalam sum-
sum tulang belakang dan sistem kekebalan tubuh. Selain itu, gangguan autoimun atau
mereka yang menjalani transplantasi organ dapat mengurangi kekebalan tubuh
melawan infeksi.
Pengangkatan Lien
Pengangkatan lien sebagai terapi trauma atau kondisi hematologik menyebabkan
peningkatan suspeksibilitas terhadap infeksi terutama Streptococcus pneumoniae.

2.4 Etiologi
Beberapa penyebab dari immunodefisiensi yang didapat:
1. Penyakit keturunan dan kelainan metabolisme:
- Diabetes
- Sindroma Down
- Gagal ginjal
- Malnutrisi
- Penyakit sel sabit
2. Bahan kimia dan pengobatan yang menekan sistem kekebalan:
- Kemoterapi kanker
- Kortikosteroid
- Obat immunosupresan
- Terapi penyinaran
3. Infeksi:
- Cacar air
- Infeksi sitomegalovirus
- Campak Jerman (rubella kongenital)
- Infeksi HIV (AIDS)
- Mononukleosis infeksiosa
- Campak
- Infeksi bakteri yang berat
- Infeksi jamur yang berat
- Tuberkulosis yang berat
4. Penyakit darah dan kanker:
- Agranulositosis
- Semua jenis kanker
- Anemia aplastik
- Histiositosis
- Leukemia
- Limfoma
- Mielofibrosis
- Mieloma
5. Pembedahan dan trauma:
- Luka bakar
- Pengangkatan limpa
6. Lain-lain:
- Sirosis karena alkohol
- Hepatitis kronis
- Penuaan yang normal
- Sarkoidosis
- Lupus eritematosus sistemik
2.5 Tanda dan Gejala
Gejala klinis yang menonjol pada Imunodefisiensi adalah infeksi berulang atau
berkepanjangan atau oportunistik atau infeksi yang tidak umum yang tidak memberikan
respon yang adekuat terhadap terapi antimikroba. Telah diketahui bahwa reaksi imunologi
pada infeksi merupakan interaksi antara berbagai komponen dalam sistem imun yang
sangat komplek. Kelainan pada sistem fagosit, limfosit T dan limfosit B mapun dalam
sistem komplemen dapat menampilkan gejala klinik yang sama sehingga sulit dipastikan
komponen mana dari sistem imun yang mengalami gangguan. Penderita dengan defisiensi
limfosit T biasanya menunjukan kepekaan terhadap infeksi virus, protozoa, dan jamur yang
biasanya dapat diatasi dengan respon imun seluler. Gejala penyakit imunodefisiensi
berbeda-beda tergantung pada jenisnya dan individu. Tanda dan gejala imunodefisiensi
meliputi:
1. Pneumonia, bronkitis, infeksi sinus, infeksi telinga, meningitis, atau infeksi kulit yang
berulang
2. Infeksi darah
3. Peradangan dan infeksi organ dalam
4. Kelainan darah, seperti jumlah trombosit yang rendah atau anemia
5. Masalah pencernaan, seperti kram, kehilangan nafsu makan, mual, dan diare
6. Pertumbuhan dan perkembangan lambat atau tertunda
7. Gangguan autoimun, seperti lupus, rheumatoid arthritis, atau diabetes tipe 1
2.6 Patofisiologi
Agammaglobulinemia X-Linked :
Common Variabel :
Anomaly Digeorge :
Kandidiasis Mukokantaneous Kronis :
Ataksia Telangiektasia :
Sindrome Wiskott Aldrich :
Antibody Selektif :
Granulomatosa Kronis :
2.7 Pemeriksaan Penunjang
Selain pertanyaan mengenai gejala yang dirasakan, riwayat penyakit autoimun dalam
keluarga, sejumlah tes juga dilibatkan dalam penentuan penyakit immunodefisiensi yaitu:
 Tes darah, yang dapat mengungkap kelainan dalam sistem kekebalan tubuh. Tes
termasuk mengukur sel-sel darah dan sel imun.
 Identifikasi infeksi, untuk menganalisis infeksi dan penyebabnya apabila pasien tidak
merespon pengobatan standar.
 Uji Pre-natal, dilakukan orangtua yang memiliki anak dengan gangguan imunodefisiensi
untuk melakukan pengecekan apakah gangguan tersebut juga dialami janin pada
kehamilan berikutnya.
2.8 Pengobatan dan Pencegahan
Pengobatan immunodefisiensi termasuk pencegahan, pengobatan infeksi dan meningkatkan
sistem kekebalan tubuh, meliputi:
 Pola hidup sehat untuk melindungi dari infeksi
 Pengobatan infeksi virus dan bakteri dengan antiviral dan antibiotik
 Suntikan atau subkutan immunoglobin
 Pengobatan terbaik kekurangan sel T adalah transplantasi sum-sum tulang belakang dari
donor yang cocok
 Pengobatan lain yang masih dalam fase eksperimen termasuk, sitosin, transplantasi
thymic, terapi gen dan transplantasi sel induk.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Imunitas adalah kekebalan terhadap penyakit, terutama penyakit infeksi.Imun sistem
adalah semua hal yang berperan dalam proses imun seperti sel, protein, antibody dan
sitokin/kemokin. Fungsi utama sistem imun adalah pertahanan terhadap infeksimikroba,
walaupun substansi non infeksious juga dapat meningkatkan kerja sistem imun.Sedangkan
Imunodefisiensi adalah keadaan dimana terjadi penurunan atau ketiadaan respon imun
normal.
Keadaan ini dapat terjadi secara primer, yang pada umumnya disebabkan oleh kelainan
genetik
yang diturunkan, serta secara sekunder akibat penyakit utama lain seperti infeksi, pengobatan
kemoterapi, sitostatika, radiasi, obat-obatan imunosupresan (menekan sistem kekebalan
tubuh)
atau pada usia lanjut dan malnutrisi (Kekurangan gizi).

3.2 Saran
Setelah kami menyelesaikan makalah dengan judul Imunodefisiensi, kami merasa masih
banyak sekali kekurangan karena keterbatasan referensi baik itu dari etiologi maupun
patofisiologi. Untuk itu kami dari kelompok 5 mengharap masukan kritik saran dan
sanggahan
untuk kelompok kami.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.aaaai.org
http://www.sridianti.com
http://www.medicinesia.com
http://www.mayoclinic.org
http://www.patient.co.uk
Martini, Frederic .H.(2001). Fundamental of Anatomy & Phisiology. 5th Ed.
NewJersey: Prentice- Hall
Sloane, Etho.(2004). Anatomi Fisiologi Bagi Pemula. Jakarta: Penerbit
BukuKedokteran EGC
Thibodeau, G.A., Patton, Kevin.T. (2007). Anatomy and Phisiology. Missouri:Mosby

Anda mungkin juga menyukai